Khamis, 23 Ogos 2018

Apakah punca kehancuran. 8092.



Foto Suara Hati.
Jatuhnya Granada & Awal Mula Penindasan Kristen Terhadap Umat Islam di Andalusia
Diposting Kamis, 06-12-2012 | 11:20:18 WIB

Muslimdaily.net – Dalam beberapa episode ke depan, insya Allah akan ditulis sejarah runtuhnya peradaban Islam di Andalusia (Spanyol). Secara tidak bersambung, akan disampaikan tema-tema masa gelap kekuasaan Islam di Andalusia setelah berhasil dikuasai kembali oleh kaum Kristen. Kita juga akan membaca beberapa fakta sejarah kelam kekejaman kaum Kristen terhadap umat Islam di Andalusia pascaReconquista (Penaklukan oleh kaum Kristen Katolik). Dan semua kegelapan umat Islam Andalusia itu dimulai pada saat jatuhnya Granada oleh kekuatan kaum Kristen Katolik di bawah Raja Ferdinand II dari Aragon dan Ratu Isabella I dari Castilla.

Benteng terakhir kekuasaan Islam di Andalusia (Spanyol) setelah seluruh wilayah jatuh ke tangan kaum Kristen Katolik berada di Granada. Pada akhir kekuasaan Islam di Andalusia, Granada berada di bawah kuasa Bani Ahmar (referensi lain menyebut Bani Nashri). Penguasa Granada saat itu berada di bawah kepemimpinan Sultan Abu Abdullah bin Abil Hasan (atau disebut dengan Boabdil dalam aksen Eropa). Ia juga disebut dengan Sultan Muhammad XII.

Kondisi umat Islam pada saat itu benar-benar sangat memilukan. Hampir seluruh umat Islam di Andalusia mengungsi ke wilayah Granada karena di sini lah satu-satunya wilayah yang masih berada dalam kekuasaan Islam.

Pada mulanya, dengan kekuatan umat Islam yang cukup besar di wilayah Granada, umat Islam bisa mempertahankan wilayah ini dari serangan kaum Kristen Katolik. Namun kekuatan umat Islam pada akhirnya melemah saat terjadi perselisihan -yang seharusnya tidak perlu terjadi- antara penguasa Granada Abu Abdullah bin Abil Hasan dengan pamannya, Azzaghel. Keduanya berselisih di saat umat Islam tengah dikepung oleh kekuatan kaum Kristen Katolik yang sudah sangat siap menyerang Granada. Dalam posisi itu, umat Islam pada saat itu berikhtiar dengan mengajukan solusi kepada kedua pemimpin yang berselisih itu dengan saran agar membagi daerah kekuasaan menjadi dua. Saran itu dimaksudkan agar kekuatan musuh tidak dapat mengambil peluang mengadakan serangan.

Namun ternyata kekuatan Kristen Katolik di bawah Raja Ferdinand II dari Aragon dan Isabella I dari Castilla lebih cerdas melihat peluang itu. Kekuatan Kristen Katolik memanfaatkan perselisihan itu dengan terus menghembuskan isu dan fitnah untuk mengadu domba dua sisa kekuatan umat Islam di Spanyol itu. Pada saat itu, Azzaghel mengusasi lembah Aash, sedangkan Abu Abdullah Muhammad berada di Granada. Strategi Kristen Katolik mulai menuai hasil. Azzaghel tewas dibunuh oleh salah seorang pengkhianat dari Bani Ahmar yang bernama Yahya. Pada akhirnya, Yahya kemudian murtad dari Islam menjadi Nasrani dan hidup di Sevilla.

Yahya tak segan-segan menyerahkan Lembah Aash (yang sebelumnya dikuasai Azzaghel) kepada kekuasaan Raja Ferdinand II dari Aragon dan Isabella I dari Castilla. Atas penyerahan daerah penting ini, ia memperoleh imbalan yang demikian melimpah berupa harta benda. Ia juga diperkenankan pergi ke Maghrib (Maroko). Tetapi sesampainya Yahya di Fez, ia ditangkap oleh penguasa muslim setempat. Ia secara nyata telah melakukan pengkhianatan dengan membantu pasukan Salibis, maka pantaslah bila harta bendanya dirampas kemudian dipenjara hingga mati. (Muhammd Quthub, 1993: 38)

Selanjutnya, Abu Abdullah Muhammad masih terus berusaha mempertahankan Granada sampai kemudian ia menyerah damai. Ia menerima perjanjian damai yang berarti kekalahan baginya. Pada tanggal 2 Rabi’ul Awal tahun 897 H (2 Januari 1492 M), Abu Abdullah Muhammad, penguasa Islam terakhir di Granada dan Andalusia menyerahkan kunci Granada kepada Raja Ferdinand. Inilah hari berakhirnya kekuasaan Islam di Andalusia. Hari keruntuhan kekuasaan Islam setelah selama delapan abad Islam berkuasa sejak tahun 92 H. Saat meninggalkan istananya, Abu Abdullah menangis. Tentang ini ibunya berkomentar, “Kamu menangis seperti perempuan untuk sesuatu yang tak pernah kamu pertahankan selaiknya laki-laki!”

Setelah penyerahan itu, Abu Abdullah diasingkan ke Alpujarras. Ia lalu pindah ke Maghrib (Maroko) dan berdiam di Fez. Ia menjalani sisa hidup di sana sebagai rakyat biasa hingga wafat pada tahun 1037 H / 1533 M. Sedangkan keturunannya hidup hingga tahun 1037 H. Mereka bekerja sebagai petugas amil di Lembaga Wakaf Islam yang mengurusi kaum fakir miskin.

Perjanjian untuk penyerahan Granada terdiri dari 67 Pasal. Pasal ini meliputi jaminan keselamatan jiwa, agama, dan harta benda. Jaminan untuk kehormatan, pemikiran, dan kebebasan. Pasal-pasal lain juga menjamin untuk tiap muslim bebas melakukan ritualnya; menghormati rumah peribadatannya, membebaskan para tawanan, memberi kebebasan seluas-luasnya bagi mereka yang ingin hijrah ke Maghrib (Maroko), bebas dari upeti dan pajak untuk beberapa tahun.


Namun kenyataannya, semua butir-butir perjanjian itu tak satupun dipatuhi setelah kaum Salibis berkuasa sepenuhnya. Bahkan mereka secara resmi membatalkannya secara sepihak dengan dasar keputusan demi kesucian Al Masih.

Selanjutnya, mereka menindas kaum muslimin dengan berbagai cara. Mereka memiliki kelompok-kelompok atau semacam pasukan untuk menekan kaum muslimin. Kelompok itu berada di bawah naungan gereja. Diantara organisasi-organisasi yang bertindak kejam dalam naungan gereja itu antara lain adalah:
  • Pahlawan Rangka
  • Benteng Angin
  • Mary Jacoba
  • Mary George
  • Wanita Kampak
Selain itu, kaum Kristen juga mengeluarkan selebaran anti kaum muslimin yang berasal dari para tokoh utama Katolik. Terutama setelah Turki Utsmani berhasil menguasai Konstantinopel (Istambul) pada tahun 857 H.

Ketika kelompok Bayyan ‘seorang tokoh sejarah muslim Granada’ memberontak, mereka berhasil membunuh beberapa penguasa. Mereka berontak atas kehormatannya yang diinjak-injak. Pemberontakan ini mendapat balasan dengan sangat kejamnya.

Pada tahun 1563 M, Faraj bin Faraj dari keturunan Bani Sarraj juga pernah memberontak. Mereka menyebar di pegunungan yang kemudian diikuti oleh kelompok-kelompok muslimin di Granada, diantaranya adalah Hadonando Duflur, keturunan dari Khalifah Cordova. Ia lalu diangkat sebagai pemimpin dengan nama baru Muhammad bin Umayah. Pemberontakan pun kian meluas di daerah-daerah pegunungan. Lamanya hingga dua tahun. Korban banyak berjatuhan dari kedua pihak.

Namun dalam perkembangan berikutnya, Muhammad bin Umayah dicopot dari kepemimpinan oleh kaum muslimlin. Dia dinilai sangat lamban. Pimpinan yang baru diserahkan kepada Abdullah bin Abihi, seorang tokoh yang terkenal kegigihannya.

Kaum muslimin meneruskan pemberontakannya secara ksatria. Sementara tekanan Salibis semakin kejam. Akhirnya Abdullah, pemimpin mereka gugur. Dan oleh Salibis, kepala pemimpin Islam ini digantung di salah satu pintu gerbang Cordova selama tiga puluh tahun. Salibis Spanyol semakin melipatgandakan tindakan tiraninya. Kaum muslimin terus menerus diteror. Padahal mereka adalah orang-orang sipil.

Menurut pendataan para sejarawan, sebanyak kurang lebih tiga juta kaum muslimin dibantai, dibakar hidup-hidup, disiksa secara kejam, setelah jatuhnya Granada. Kaum muslimin menjadi berantakan. Akibatnya, pertanian, perindustrian, dan perdagangan pun hancur lebur karena ditinggal para ahlinya.


Sebagian kaum muslimin berupaya hijrah keluar dari Andalusia menuju negeri-negeri Islam terdekat. Kebanyakan menuju Maghrib. Namun sebagian diantara umat Islam juga banyak yang tidak mampu mengungsi ke negeri-negeri Islam. Mereka tidak memiliki pilihan kecuali menetap hidup di tanah Andalusia di bawah tekanan penguasa Kristen Katolik dengan syarat-syarat yang sangat ketat. Mereka bersifat pasif. Walaupun mereka sudah bersikap pasif, golongan Salibis masih tetap memperlakukan secara tidak manusiawi. Kelompok ini biasa disebut sebagai kaum Mudejaris. Kata Mudejar berasal dari kosakata Arab Mudajjan yang dikorupsi dalam lidah Spanyol. Mudajjan sendiri memiliki arti ‘dijinakkan’.

Kaum muslim Mudejaris dikenal sebagai orang-orang yang ahli dalam berbagai bidang khususnya arsitek dan seni. Karena keahlian mereka, kaum Mudejaris dipaksa mengukir patung-patung Yesus dan membangun gereja-geraja dengan indah. Hasil karya-karya mereka sampai sekarang masih dapat dilihat dan disaksikan. Diantaranya adalah gereja Santa Maria di Calatayud, Istana La Mota di Valladolid, Katedral Teruel dll.

Jika kaum muslimin yang tetap berusaha mempertahankan keyakinan agamanya disebut kaumMudejaris, maka kaum muslim yang dipaksa pindah agama Kristen Katolik dijuluki kaum Mouresque atauMoriscos, artinya orang-orang dari Maghrib. Hidup mereka membaur dengan orang-orang Portugis dan Spanyol. Walau begitu mereka masih tetap menjaga bahasa Arab. Bahasa Arab dilatinkannya dan disebut Khimyada. Banyak buku yang ditulis dengan huruf latin tetapi sebenarnya masih berbahasa Arab. Lahirlah bahasa baru campuran seperti huruf Mesir kuno ketika ditulis dalam huruf Griek. Kaum Moriscosini, meskipun secara dzahir mereka beragama Kristen, tetapi mereka tetap menjalankan ritual agama Islam sebisa mungkin yang dapat mereka kerjakan dengan cara diam-diam dan sembunyi-sembunyi. [mzf]

Disusun oleh Tim Redaktur Muslimdaily.net  
Sumber Referensi:
Muhammad Ali Quthub. 1993. Fakta Pembantaian Muslimin di Andalusia. Solo: Pustaka Mantiq
Wikipedia.org


Hancurnya Pemerintahan Islam Spanyol

PENYEBAB KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN ISLAM DI SPANYOL 

Penyebab Kemunduran dan Kehancuran

  
Beberapa penyebab kemunduran dan kehancuran Umat Islam di Spanyol di antaranya konflik Islam dengan Kristen, tidak adanya ideologi pemersatu, kesulitan ekonomi, tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan, dan keterpencilan.

1. Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.

2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu

Kalau di tempat-tempat lain para muallaf diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi istilah 'ibad dan muwalladun kepada para muallaf itu, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan, disamping kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi itu.

3. Kesulitan Ekonomi

Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat "serius", sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan menpengaruhi kondisi politik dan militer

4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan

Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk al-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, diantaranya juga disebabkan permasalahan ini.

5. Keterpencilan

Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana.

A. Latar belakang Masalah

Penyerbuan (Invasi) yang dilakukan bani Abbasiyah terhadap pemerintahan bani Umayyah yang berpusat di Damaskus menjadikan kekhalifahan berpindah ke tangan bani Abbasiah. Sebagaimana diketahui bahwa setelah merebut kekuasaan tidak berhenti sampai disitu, melainkan pengikut-pengikut bani Abbasiah membantai seluruh keluarga Bani Umayyah dengan semena-mena, walaupun demikian salah seorang anggota keluarga bani Umayyah, Abdur Rahman I berhasil lolos dari ancaman maut tersebut. 

Nama Lengkap beliau adalah  Abdur Rahman bin Mu’awiyah bin Hisyam bin Abdul Malik. Ia cucu Hasyim Abdul Malik, Khalifah ke 10 dinasti Umayyah di Damascus. Abdur Rahman I digelar ad-Dakhil ( penakluk; yang masuk ), gelar  ini terkait dengan keberhasilan menaklukkan dan memasuki Spanyol setelah melalui perjuangan berat[1].  beliau melakukan perjalanan menuju Pelestina, Mesir, Aprika Utara dan akhinya masuk ke Andalusia  (Spanyol) yang kemudian tahun 138 H / 755 M didirikanlah kerajaan baru di negeri itu.

Sejak Amir Abdur Rahman I berkuasa berhasil membawa rakyat  Spanyol hidup tenteram demikian pula pada Amir Abdrur Rahman II sampai kepada pemerintahan khalifah[2] Abdur Rahman III bahkan umat Islam Spanyol pada masa ini mencapai puncak kemajuan dan Kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Bagdad.

Abdur Rahman III memerintah sejak 300-350 H/912-961 M dan merupakan penguasa Umayyah terbesar di Spanyol, seluruh gerakan pengacau dan komplik politik dapat diatasinya sehingga negara dapat diamankannya. Keberhasilan tersebut diikuti penaklukan kota Elvira, Jain, Siville dan kekuatan Kristen dipaksa menyerah kepadanya, ia juga berhasil menggagalkan cita-cita Fatimiyah untuk memperluas wilayah kekuasaan di Spanyol[3].

Dan sesudah itu beliau berhasil  menciptakan kemakmuran dan kemajuan Spanyol, ini dapat dilihat jalan raya dan sarana pengadaan air minum, pertanian, industri, perdagangan dan pendidikan mengalami kemajuan yang pesat pada masa itu.

Setelah pemerintahan Abdur Rahman III wafat digantikan oleh anaknya Al- Hakam II dan Islam masih berdiri dengan kokoh, Akan tetapi kekuasan Islam Spanyol mengalami perobahan struktur Kekuasaan yang mengakibatkan awal dari kehancuran Khalifah Bani Umayyah di Spanyol ketika Hasyim II naik tahta dalam usia baru sepuluh tahun[4]. Karena usianya masih muda sehingga yang menjalankan seluruh roda pemerintahan sepenuhnya dilakukan oleh Muhammad Ibn Abi Amir.

Sejak periode ini para penguasa sudah tidak mampu mempertahan kan kejayaan spanyol sebagai pusat peradaban dunia bagian barat, dan bahkan kemajuan peradaban Islam hancur dan berakhir dengan pengusiran secara paksa seluruh umat Islam di Spanyol.

B. Rumusan Masalah

Dengan berdasar uraian latar belakang tesebut dimana umat Islam di Spanyol mengalami masa-masa  perkembangan kemudian kehancuran, maka dalam makalah ini penulis akan mencoba mengangkat suatu permasalahan yaitu mengapa terjadi kemunduran yang berakhir dengan lenyapnya Islam di Andalusia ( Spanyol ).

II. PEMBAHASAN

A. Mundurnya Islam di Spanyol

Kemunduran Islam yang berakibat patal terhadap seluruh sendi-sendi Islam di Spanyol,maka penulis membagi dua factor penyebab Yaitu :

a. Penyebab dari dalam (Internal)

1. Sistem pengangkatan ke Khalifahan kurang jelas.

Karena sistem pengangkatan khalifah kurang jelas, maka di antara anggota keluarga bani Umayyah saling memperebutkan  kekuasaan, mereka saling mengklaim dirinya bahwa ia merasa lebih berhak untuk menjadi khalifah, di samping itu pula  boleh jadi dikalangan pembesar-pembesar kerajaan yang bukan dari kalangan mereka juga berambisi menduduki kekhalifahan.

Ketika Khalifah Hakam II pada tahun 350 H/961 M dalam usia 45 tahun naik menjadi khalifah menggantikan bapaknya Abdur Rahman III (921-961 M), beliau merupakan khalifah kedua dalam sejarah daulat Bani Umayyah di Andalusia[5]. 

Beliau wafat pada tahun  976 M dalam usia 62 tahun dan masa pemerintahannya 17 tahun lamanya, kemudian digantikan putranya Hisyam II (976-1009 M) yang masih usianya 10 tahun, oleh karena masih muda belia maka jabatan mursyih lil-Amri (pemangku kuasa) bagi pelaksanaan pemerintahan umum dijabat oleh Mughairah ibn Abdur Rahman III saudara bapaknya[6].

Amir Mughairah tidak lama berkuasa, karena mati dalam perebutan kekuasaan, tragedi tersebut buat pertama kali dalam sejarah daulat Umayyah di Spanyol, dan merupakan persekongkolan istana yang dikepalai oleh Al-Hajib[7] Ja’far ibn Ustman Al-Shahfi yang semenjak Khalifah Al-Hakam II telahMemangku jabatan Al-Hajib. Selanjutnya pelaksana kekuasaan berada pada wasir Muhammad ibn Abi Amir ia mendapat gelar Mulk al- Mansur yang kemudian menjadi tokoh terkenal di kemudian hari, ia terjun kemedan perang membawa tentaranya dan berhasil memenagkan setiap peperangan yang dihadapinya, sedangkan khalifah hanya tinggal terkurung didalam pekarangan istana, hal ini pula awal melemahnya otoritas kekhalifahan.

Sepeninggal Mulk Al-Mansur yang berkuasa sejak tahun 976-1003 M maka tejadilah kemelut yang berkelanjutan didalam perebutan kekuasaan sampai daulat Umayyah di Spanyol runtuh, peristiwa ini dalam tempo 29 tahun saja sepeninngal Mulk Al- Manshur yaitu antara tahun 393/ 1003 M dengan 422 H / 1031 M.

Semua kejadian tersebut menandakan bahwa peralihan dari satu khalifah ke khalifah berikutnya tidak ada peraturan yang mengikat, akibatnya di antara keluarga istana merasa punya hak untuk menduduki jabatan khalifah, sehingga dengan mudah terjadi perebutan kekuasaan di antara keturunan-keturunan bani Umayyah, yang datang kemudian lebih lemah dari pada yang terdahulu,  perang saudara tak terhindarkan, padahal mereka sesama umat Islam.

2. Munculya Kerajaan-Kerajaan Kecil.

Tidak berapa lama Hisyam II merebut kembali khalifah untuk kedua kalinya, Cordova sebagai pusat kekhalifahan di Spanyol dilanda kekacauan politik akhirnya pada tahun 1031 M dewan menteri yang memerintah cordoba menghapuskan jabatan Khalifah[8].

Permusuhan antara elit propensial elit pedagang perkotaan, antara warga kota dan tentara berber, antara non Arab yang baru masuk Islam dengan bangsa Arab, menjadikan negara muslim Spanyol tidak mampu memperkokoh rezim. Sebuah pemerintahan imperial dipusat digantikan oleh sejumlah rezim propensial yang lebih kecil, Kesatuan pemerintahan kekhalifaan terhapus dan Spanyol terbagi-bagi menjadi kesultanan kecil , yang disebut Muluk thawa’if , atau sejumlah kerajaan kecil ( antara 1030-1090 ), tentara Arab, Slavia dan tentara Berber serta kalangan elit lokal masing-masing menjadi berkuasa[9].

Meskipun tejadi rezim propensial, tetapi ada suatu hal yang perlu dicatat bahwa masyarakat Spanyol tidak turut tepecah–pecah, hukum Islam dan sebuah identitas muslim Arab tetap diterima secara univesal, peradaban dan ilmu pengetahuan, kesenian dan kebudayaan Islam Spanyol memuncak perkembangannya, setiap dinasti ( raja ) di Malaga, Toledo, Sevilla, Granada dan lain-lain berusaha menyaingi Cordova. Akan tetapi beberapa tahun kemudian perpecahan politik yang sedemikian menghangat sangat mengancam keberadaan peradaban Islam bangsa Spanyol.

3. Fanatisme Kesukuan

Semenjak kematian  Abdur Rahaman III, Pemeluk-pemeluk Islam yang baru tidak dapat menerima sistem aristokrasi kearaban, mereka ini merupakan pihak pertama yang menentang kekhalifahan Umayyah, sehingga muncul dua kekuatan tebesar yaitu Berber dan Slavia. Beberapa suku saling memperebutkan supremasi kesukuannya dan bahkan berusaha Mendirikan sebuah negara yang merdeka[10].

Kalangan orang Spanyol dan Berber memandang bangsa Arab sebagai orang asing atau kaum pendatang , maka keberadaan pemerintahan Arab Islam di Spanyol tidak berhasil menegakkan ikatan kebangsaan di tengah-tengah keragaman ras dan suku, akibatnya imperium Islam Spanyol tepecah menjadi sejumlah kelompok yaang saling bertentangan sehingga mempercepat kehancuaran pemerintahan muslim di Spanyol.

4. Kesulitan Ekonomi

Pada paruh kedua para penguasa Islam Spanyol, membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat serius, sehingga lalai membina perekonomian, akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer[11].Dengan munculnya dinasti-dinasti kecil menyebabkan Kondisi politik yang tidak stabil dan menyebabkan perekonomian morat marik.

b.  Penyebab dari Luar (Eksternal)

1. Karena Wilayah Spanyol Terpencil

Kondisi wilayah turut mempengaruhi kemunduran Islam di Spanyol, Spanyol bagaikan daerah terpencil dari dunia Islam yang lain, mereka selalu berjuang sendirian tanpa mendapat bantuan kecuali dari  Afrika Utara. Dengan demikian tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di Spanyol[12].

2. Komplik Antara Islam dengan Kristen

Sejak Islam masuk di spanyol, para penguasa Islam tidak melakukan Islamisasi  secara sempurna, kerajaan-kerajaan Kristen yang ditaklukkan dibiarkan pada hukum dan adat mereka, asal mereka membayar upeti[13], disamping itu kehadiran orang Arab memperkuat rasa kebangasaan (nasionalisme) orang Kristen Spanyol, sehingga tidak pernah berhenti pertentangan antara Islam dengan Kristen dan setelah beberapa abad kemudian raja-raja Kristen mempersiapkan diri untuk merebut kembali Spanyol.

Dengan munculnya disintegrasi negara-negara muslim pada abad sebelas mengantarkan pada pesatnya ekspansi sejumlah kerajaan Kristen, guna mempersatukan kerajaan Castile, Leon dan Galicia,  pada tahun 1085 Alfonso VI menaklukkan Toledo, ini merupakan awal pecahnya perang antara pihak Muslim dengan Kristen. Selanjutnya dimenangkan oleh Kristen. Tidak lama kemudian secara berurutan kerajaan Aragon merebut Huesca (1096), Saragossa (1118), Tortosa (1148) dan Lerida (1149)[14].

Kemajuan pihak Kristen diimbangi oleh pihak Muslim, pada tahun 1082 sebuah delegasi ulama[15] mengundang pihak al-Murabithun untuk terlibat demi membela umat Muslim Spanyol, sehingga pada tahun 1086 pasukan kerajaan dari Maroko menyeberangi Spanyol dan akhirnya mengalahkan Alfonso VI dan tahun 1090 sampai 1145 pasukan Afrika Utara tersebut berhasil menundukkan  kota-kota Muslim Spanyol[16].

Kerajaan al-Murabithun tidak lama berkuasa terpecah akibat perlawana lokal dan bangkitnya gerakan kerajaan  Muwahhidun juga dari Aprika Utara dan memenangkan perlawan pada tahun 1147, selanjutnya Al-Muwahidun dikalahkan pada tahun 1212 oleh pasukan gabungan Leon, Castile, Navarre dan Argon dalam perang Las Navas de Tolosa[17]. Dengan kekalahan Al- Muwahhidun negara muslim Spanyol kembali menjadi independen tetapi tidak berdaya menghadapi kekuatan Kristen.

Penggabungan kekuatan dari kerajaan Castile dan Leon pada tahun 1230 M, membuka jalan untuk penaklukan Cordova tahun 1236 dan kota Seville tahun  1248. Sementara itu pasukan Argon bergerak kewilayah Valencia pada tahun 1238 dan Murcia Tahun 1243, pada pertengahan abad tiga belas hanya Granada yang tetap bertahan dalam kekuasaan Muslim, lantaran warganya berjumlah besar, wilayahnya berbukit dan ekonominya produktif untuk membayar pajak kepada para sultan Castile[18]. Yang perlu juga diketahui ketika itu adalah daulat Nasariah (Daulat Bani Al-Ahmar) yang mendirikan istana Al-Hambra di kota Granada, Kerajaan ini dapat berkuasa dari tahun 629 H/1232 M sampai 897 H/1492 M.

B.   Hapusnya Islam Spanyol

Kebesaran dan Keagungan Granada pun tidak dapat bertahan karena pada tahun 1469 Kerajaan Ferdinand dari Argon dan Kerajaan Isabella dari Castilia bersatu menyerang kekuatan Islam dibawah kekuasaan Muhammad ibn Al-Ahmar di Granada, dimana daerah itu terkenal dengan nama Alhambra[19], pada tanggal 2 Januari 1492 M  bertepatan 2 Rabiulawal 897 H, ibu kota Granada dikepung dan ditaklukkan oleh penguasa Kristen[20]. Dengan jatuhnya Granada kepada pihak Kristen merupakan awal berakhirnya sejarah warga muslim Spanyol. Pada waktu itu Abu Abdillah Muhammad raja dari kerajaan bani Al-Hamrah yang terakhir.

Setelah orang Kristen menguasai orang Andalusia, gerakan Kristenisasi dilaksanakan yaitu memaksa orang Islam menganut kembali agama Kristen. Dalam tahun 1499 di bawah pimpinan bapak akudosa ( confessor ) yaitu Kardinal Ximenes de Cisneros dimulailah suatu gerakan  yang memaksa orang Islam menganut agama Kriten, kemudian berusaha menyingkirkan semua buku Arab yang menguraikan tentang agama Islam dangan jalan membakarnya[21].

Pada tahun 1556, Raja Spanyol bernama Raja Philip II (1556- 1598) mengumumkan suatu undang-undang agar kaum Muslimin yang masih tinggal di Andalusia membuang kepercayaannya, bahasa, adat istiadat dan cara hidupnya. Kemudian pada tahun 1609, Raja Philip III (1598 – 1621) mengusir secara paksa semua kaum Muslimin dari Andalusia atau mereka dihadapkan pada dua pilihan, masuk Kristen atau keluar dari Andalusia[22], dengan demikian hapuslah kekuasaan Islam di seluruh wilayah Spanyol.

III. KESIMPULAN

1. Andalusia dibawah kekuasan Islam mengalami kemajuan pesat dan menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan, sehingga menjadi tujuan pencari ilmu di abad pertengahan, kemajuan tersebut berangsur-angsur pudar dan aklhirnya hilang.

2. Kemunduran bahkan sampai hapusnya Islam di Spanyol dipengaruhi dua faktor penyebab yaitu faktor dari dalam yang intinya bahwa antara umat Islam itu sendiri saling memerangi antara satu dengan yang lainnya, sedangkan faktor yang berasal daru luar adalah muncul dari pihak Kristen yang memang sejak semula kedatangan Islam di Spanyol telah tertanam dendam kesumat, mereka merasa terhina dan terpinggirkan akibat kekuasaannya  direbut oleh pejuang Islam, mereka berabad-abad lamanya menunggu momentum yang tepat untuk menyerang raja-raja Islam guna menguasai kembali kekuasaan di Spanyol dan akhirnya mengusir secara paksa seluruh umat Islam yang ada pada zaman itu.

3. Kota Granada  satu-satunya  kerjaan kecil  pada waktu itu yang masih berdiri dan merupakan benteng pertahanan terakhir umat Islam di Spanyol akhirnya pada tahun 1492 M jatuhlah kota Granada ditangan umat Kristen.

4. Sesungguhnya orang-orang Spanyol mengakui asal usul mereka yaitu dari bangsa Arab sebagai contoh Alcala Zamora adalah Presiden pertama dari Republik Spanyol, asal kata nama beliau adalah Al- Qal’ah (benteng) Zamurah.

http://mizaneducation.blogspot.com/2014/05/penyebab-kemunduran-dan-kehancuran.html
PENYEBAB KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN ISLAM DI SPANYOL Penyebab Kemunduran dan Kehancuran - mizaneducation.com

SEJARAH RUNTUHNYA KERAJAAN GRANADA, KERAJAAN ISLAM TERAKHIR DI SPANYOL. 
ADMIN · JANUARY 6, 2014
Pada tahun 711, umat Islam mulai memasuki semenanjung Iberia. Dengan misi mengakhiri kekuasaan tiran, Raja Roderick. Umat Islam di bawak kepemimpinan Thariq bin Ziyad menyeberangi lautan yang memisahkan Maroko dan daratan Spanyol. Tujuh tahun kemudian, sebagian besar wilayah semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal sekarang) berhasil diduduki oleh umat Islam. Dan kekuasaan tersebut berlanjut selama lebih dari 700 tahun.

Pada tahun 900-an M, Islam mencapai puncak kejayaannya di tanah Andalusia. Lebih dari 5 juta muslim tinggal di daerah tersebut, dengan prosentase mencapai 80% penduduk. Kerajaan yang kuat kala itu, Dinasti Umayah II menjadi penguasa tunggal di daerah tersebut dan menjadi kerajaan yang paling maju dan palign stabil kondisi sosialnya di daratan Eropa. Namun, masa keemasan sosial dan politik ini tidaklah abadi. Pada tahun 1000-an M, kerjaan ini runtuh dan terpecah-pecah menjadi beberapa negara kecil yang disebut tha-ifah.

Thaifah-thaifah muslim ini adalah wilayah yang memiliki otonomi masing-masing sehingga sangat rentan diserang oleh kerajaan-kerajaan Kristen Eropa yang berada di wilayah Utara. Sepanjang dua ratus tahun berjalan, satu per satu thaifah berhasil ditaklukkan oleh kerajaan-kerajaan Kristen Eropa (Reconquista). Dan akhirnya pada tahun 1240-an M, hanya tersisa satu kerajaan Islam saja di benua biru tersebut, di ujung Selatan tanah Andalusia, itulah Kerajaan Granada.

Tulisan yang singkat ini akan memaparkan bagaimana kerajaan Islam terakhir di Eropa ini runtuh.

Emirat Granada


Selama terjadinya reconquista, kerajaan Islam satu per satu jatuh ke wilayah kekuasaan kerajaan Kristen yang melakukan penyerangan dari Utara. Dimulai dari tahun 1000-an hingga 1200-an, kota-kota utama semisal Cordoba, Sevilla, Toledo bergiliran dikuasai. Gerakan al-Murabitun dan Muwahidun (yang kemudian menjadi sebuah daulah pen.) di Afrika Utara, turut memiliki andil membantu Kristen Eropa, meskipun perpecahan umat Islam adalah faktor utama yang menyebabkan keruntuhan Islam di Eropa.
Runtuhnya Kerajaan Granada, Kerajaan Islam Terakhir di Spanyol
Pegunungan Sierra Nevada yang menjadi 
benteng alami Kerajaan Granada
Pada era tersebut, tahun 1200-an, Granada sempat berhasil menghindarkan diri dari penaklukkan kerajaan-kerajaan Eropa. Setelah jatuhnya Kota Cordoba, Granada menyepakati perjanjian dengan Kerajaan Castile, salah satu kerajaan Kristen yang terkuat di Eropa. Perjanjian tersebut berisikan kesediaan dan ketundukan Granada dengan membayar upeti berupa emas kepada Kerajaan Castile setiap tahunnya. Timbal baliknya, Castile menjamin independensi Granada dalam urusan dalam negeri mereka dan lepas dari ancaman invasi Castile.

Selain membayar upeti, faktor lain yang membantu Granada terhindar dari penklukkaan adalah letak geografisnya. Kerajaan ini terletak di kaki pegunungan Sierra Nevada yang menjadi benteng alami melindungi kerajaan dari invasi pihak-pihak luar.

Peperangan Kerajaan Granada


Selama lebih dari 250 tahun, Granada tetap tunduk kepada Castile dengan membayar upeti. Namun dikelilingi oleh kerajaan-kerajaan Kristen yang tidak bersahabat tetap saja membuat Granada dalam keadaan terancam. Mereka tidak pernah aman dari ancaman penaklukkan.
Peninggalan-peninggalan Islam di Spanyol
Peninggalan-peninggalan Islam di Spanyol
Suratan takdir tentang keruntuhan Granada pun dimulai, ketika Raja Ferdinand dari Aragon menikah dengan Putri Isabella dari Castile. Pernikahan ini menyatukan dua kerajaan terkuat di semenanjung Iberia yang merajut cita-cita yang satu, menaklukkan Granada dan menghapus jejak-jejak Islam di benua biru.

Tahun 1482 pertempuran antara Kerajaan Kristen Spanyol dan emirat Granada pun dimulai. Meskipun secara jumlah dan kekuatan materi Granada kalah jauh, namun semangat juang masyarakat muslim Granada sangatlah besar, mereka berperang dengan penuh keberanian. Sejarawan Spanyol mengatakan, “Orang-orang muslim mencurahkan seluruh jiwa raga mereka dalam peperangan, mereka layaknya seseorang pemberani dengan tekad yang kuat mempertahankan diri mereka, istri, dan anak-anak mereka.” 

Demikian juga masyarakat sipil Granada, mereka turut serta dalam peperangan dengan gagah berani, mempertahankan tanah air mereka dan mempertahankan eksistensi Islam di tanah Eropa. 

Saat itu, orang-orang Kristen bersatu padu, tidak lagi berpecah belah sebagaimana keadaan mereka di masa lalu. Beda halnya dengan Granada yang malah menghadapi pergolakan politik. Para pemimpin muslim dan para gubernur cenderung saling sikut, memiliki ambisi yang berbeda-beda, dan berusaha saling melengserkan satu sama lain. Di antara mereka ada yang berperan sebagai mata-mata Kristen dengan iming-iming imbalan kekayaan, tanah, dan kekuasaan. 

Lebih parah dari itu, pada tahun 1483, Sultan Muhammad, anak dari Sultan Granada, mengadakan pemberontakan terhadap ayahnya sehingga memicu terjadinya perang sipil.

Raja Ferdinand benar-benar memanfaatkan situasi ini untuk membuat Granada kian lemah, ia mendukung pemberontakan Sultan Muhammad melawan ayah dan anggota keluarganya. Pasukan-pasukan Kristen dikerahkan oleh Ferdinand turut berperang bersama Sultan Muhammad menghadapi anggota keluarganya. Akhirnya Sultan Muhammad berhasil menaklukkan anggota kerajaan dan menguasai Granada. Namun kekuasaannya ini hanya terbatas di wilayah Kota Granada saja, karena pasukan Kristen menekan dan mengambil wilayah-wilayah pedesaannya.

Akhir dari Granada

Tidak lama setelah menguasai Granada, Sultan Muhammad mendapat surat dari Raja Ferdinand untuk menyerahkan Granada ke wilayah kekuasaannya. Sang sultan pun terkejut dengan permintaan Raja Ferdinand, karena ia menyangka Raja Ferdinand akan memberikan wilayah Granada kepadanya dan membiarkannya menjadi raja di wilayah tersebut.

Akhirnya Sultan Muhammad sadar bahwa ia hanya dimanfaatkan sebagai pion oleh Ferdinand untuk melemahkan dan mempermudah jalan pasukan Kristen menaklukkan Granada. Muhammad berusaha untuk menggalang kekuatan dengan bersekutu bersama prajurit Islam di Afrika Utara dan Timur Tengah untuk memerangi kekuatan Kristen Eropa. Namun bantuan yang diharapkan Muhammad tidaklah sesuai dengan harapannya. Turki Utsmani hanya mengirimkan sekelompok kecil angkatan laut yang tidak berpengaruh banyak terhadap kekuatan Kristen Eropa.

Pada tahun 1491, Granada dikepung oleh pasukan-pasukan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella. Dari menara istananya, Muhammad melihat pasukan Kristen dalam jumlah yang besar telah mengepung dan bersiap menyerang Granada. Muhammad pun dipaksa untuk menandatangani surat penyerahan Granada kepada pasukan sekutu Kristen. Peristiwa ini terjadi pada November 1491.
akhir dari granada
Pada tanggal 2 Januari 1492, pasukan Kristen memasuki Kota Granada. Pasukan-pasukan ini memasuki istana Alhambra, mereka memasang bendera-bendera dan simbol-simbol kerajaan Kristen Eropa di dinding-dinding istana sebagai tanda kemenangan, dan di menara tertinggi istana Alhambra mereka pancangkan bendera salib agar rakyat Granada mengetahui siapa penguasa mereka sekarang. Keadaan saat itu benar-benar mencekam, rakyat muslim Granada tidak berani keluar dari rumah-rumah mereka dan jalanan pun lengang dari hiruk pikuk manusia.

Setelah itu, Sultan Muhammad diasingkan. Beberapa saat perjalanan, di puncak gunung, ia menoleh kepada bekas wilayahnya sambil menitikkan air mata. Ibunya yang melihat keadaan itu tidak simpatik kepada putranya, bahkan ia memarahinya dengan mengatakan, “Jangan engkau menangis seperti perempuan, karena engkau tidak mampu mempertahankan Granada layaknya seorang laki-laki”

Orang-orang Kristen menjanjikan toleransi dan kedamaian terhadap masyarakat Islam Granada, walaupun kemudian perjanjian itu mereka batalkan sendiri. Ribuan umat Islam terbunuh dan yang lainnya mengungsi menyeberang lautan menuju wilayah Afrika Utara.

Itulah akhir dari peradaban Islam di Spanyol yang telah berlangsung lebih dari tujuh abad lamanya. Cahaya Islam menghilang dari daratan tersebut dengan terusir dan tewasnya umat Islam di sana, kemudian diganti dengan pendatang-pendatang Kristen yang menempati wilayah tersebut.

Sumber: lostislamichistory.com
https://kisahmuslim.com/4075-runtuhnya-kerajaan-granada-kerajaan-islam-terakhir-di-spanyol.html
Runtuhnya Kerajaan Granada, Kerajaan Islam Terakhir di Spanyol



SKI (Sejarah Kebudayaan Islam)
24 Mei 2013 ·
Runtuhnya Dinasti Umayyah di Andalusia

Dinasti Bani Umayyah mengalami masa kemunduran, ditandai dengan melemahnya sistem politik dan kekuasaan karena banyak persoalan yang dihadapi para penguasa dinasti ini. Antaranya adalah masalah politik, ekonomi, dan sebagainya.

Seperti diketahui bahwa setelah Khalifah Hisyam bin Abdul Malik, para Khalifah Bani Umayyah tidak ada yang dapat diandalkan untuk mengendalikan pemerintahan dan keamanan dengan baik, selain itu mereka tidak dapat mengatasi pemberontakan di dalam negeri secara tuntas. Bahkan mereka tidak mampu lagi menjaga keutuhan dan persatuan di kalangan keluarga Bani Umayyah. Sehingga sering terjadi pertikaian di dalam rumah tangga istana. 

Penyebabnya adalah perebutan kekuasaan. Siapa yang akan menggantikan kedudukan khalifah dan seterusnya.
Adapun penyebab atau faktor- faktor yang menyebabkan kemunduran dari Dinasti Umayyah hingga berujung kepada runtuhnya Dinasti Tersebut adalah:

Faktor Intern

a. Khalifah memiliki kekuasaan yang absolut. 

Khalifah tidak mengenal kompromi. Menentang khalifah berarti mati. Contohnya adalah peristiwa pembunuhan Husein dan para pengikutnya di Karbala. Peristiwa ini menyimpan dendam di kalangan para penentang Bani Umayyah, terjadi pergolakan politik yang menyebabkan situasi dan kondisi dalam negeri dan pemerintahan terganggu.

b. Gaya hidup mewah para khalifah. 

Kebiasaan pesta dan berfoya-foya di kalangan istana, menjadi faktor penyebab rendahnya moralitas mereka, disamping mengganggu keuangan negara. Contohnya, Khalifah Abdul Malik bin Marwan dikenal sebagai seorang khalifah yang suka berfoya-foya dan memboroskan uang negara. Sifat – sifat inilah yang tidak disukai masyarakat, sehingga lambat-laun mereka melakukan gerakan pemberontakan untuk menggulingkan kekuasaan dinasti Bani Umayyah.

c. Tidak adanya ketentuan yang tegas mengenai sistem pengangkatan khalifah. 

Hal ini berujung pada perebutan kekuasaan di antara para calon khalifah. Hal ini meyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan karena inilah kekuasaan Dinasti Umayyah runtuh dan Muluk al- Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, diantaranya juga disebabkan masalah ini.

Faktor Ekstern

a. Konflik Islam dengan Kristen. 

Para penguasa muslim tidak melakukan Islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan- kerajaan Kristen takhlukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hokum dan adat mereka, termasuk posisi hierarki tradisional, asal tidak ada perlawanan senjata. Namun demikian kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan Spanyol Kristen. 

Hal itu menyebabkan kehidupan kerajaan Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan Islam dan Kristen. Pada abad ke- 11M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.

b. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu. 

Kalau di tempat-tempat lain para Muallaf diprelakukan sebagai orang Islam yang sederajat, di Spanyol, sebagaimana polotik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang- orang Arab tidak pernah menerima orang- orang pribumi. Akibatnya, kelompok- kelompok etnis non Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. 

Hal itu menadatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio- ekonomi Negara tersebut.

c. Kesulitan Ekonomi. 

Di paruh ke dua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat serius, sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.

d. Keterpencilan. 

Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian tidak ada kekuatan alternative yang mampu membendung kebangkitan Kristen disana.

e. Banyaknya gerakana pemberontakan selama masa-masa pertengahan hingga akhir pemerintahan Bani Umayyah. 

Usaha penumpasan para pemberontak menghabiskan daya dana yang tidak sedikit, sehingga kekuatan Bani Umayyah mengendur.

f. Pertentangan antara Arab Utara (Arab Mudhariyah) dan Arab Selatan (Arab Himariyah) semakin meruncing, sehingga para penguasa Bani Umayyah mengalami kesulitan untuk mempertahankan kesatuan dan persatuan serta keutuhan negara.

Setelah sekian lama mengalami masa-masa kemunduran akhirnya Dinasti Bani Umayyah benar-benar mengalami kehancuran atau keruntuhan. Keruntuhan ini terjadi pada masa pemerintahan Marwan bin Muhammad setelah memerintah lebih kurang 6 tahun (744-750) M).

Keruntuhan dinasti Bani Umayyah ditandai dengan kekalahan Marwan bin Muhammad dalam pertempuran zab hulu melawan pasukan Abu Muslim al-Khurasani pada tahun 748 M. 

Pada peristiwa ini terjadi pembersihan etnis terhadap anggota keluarga Bani Umayyah. Sementara yang tersisa masih hidup, terus dikejar kemudian dibunuh. Bahkan Marwan bin Muhammad yang sempat melarikan diri dapat ditangkap dan kemudian dibunuh oleh pasukan Abu Muslim al-Khurasani.

Pertikaian dan pembunuhan ini menimbulkan kekacauana sosial dan politik, sehingga negara menjadi tidak aman dan masyarakat yang pernah merasa tersisih bersatu dengan kelompok Abu Muslim dan Abul Abbas. Bergabungnya masyarakat untuk mengalahkan kekuatan Bani Umayyah, menandai berakhirnya masa masa kejayaan Bani Umayyah, sehingga sekitar tahun 750 M Bani Umayyah tumbang.

Adapun sebab- sebab utama terjadinya keruntuhan dinasti Bani Umayyah adalah sebagai berikut :

a. Terjadinya persaingan kekuasaana di dalam anggota keluarga Bani Umayyah.

b. Tidak ada pemimpin politik dan militer yang handal yang mampu mengendalikan kekuasaan dan menjaga keutuhan negara.

c. Munculnya berbagai gerakan perlawanan yang menentang kekuasaan Bani Umayyah, antara lain gerakan kelompok Syi’ah.

d. Serangan pasukan Abu Musim al-Khurasani dan pasukan Abul Abbas ke pusat-pusat pemerintahan dan menghancurkannya.
Ibrah dari Runtuhnya Dinasti Umayyah Di Spanyol (Andalusia)

Keruntuhan Daulah Umayyah II di Spanyol merupakan suatu peristiwa sejarah yang perlu kita gali hikmahnya. 

Di antara hikmah yang dapat diambil dari peristiwa tersebut adalah :
a. Dalam menjalankan sebuah pemerintahan sebaiknya diberikan kepada orang yang memenuhi keriteria kecakapapan kepemimpinan seperti adil, bijaksana, mempunyai kemampuan manajerial, berwawasan ke depan dan seterusnya.

b. Pergantian kepemimpinan sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan seorang yang mempunyai kepemimpinan baik menjadi seorang pemimpin.

https://bukharawrite.wordpress.com/2016/10/03/sejarah-runtuhnya-andalusia/
SEJARAH RUNTUHNYA ANDALUSIA – bukharawrite

Senandung Senja Mahfudzot Diri
Foto

🍁🥀 MATEMATIKA KEHIDUPAN 🥀🍁
  
✍️🥀 Matematika Kehidupan..
adalah sesuatu yang selalu kita alami..
Baik suka maupun duka, semua milik ALLAH dan kepada-Nya'lah kita kembali..
Gugur bunga karena layu
Gugur imam karena Nafsu
Gugur cinta karena cemburu
Tertawa karena bahagia
Menangis karena derita
Bertobat karena dosa
Beribadah karena iman
Hidup tanpa cinta pasti hampa
Hidup gila harta pasti celaka
Hidup penuh dosa akan binasa
Hidup bersyukur akan bahagia

✍️🥀 Hiduplah setiap hari seperti matematika
Mengalikan ( x ) kegembiraan
Mengurangi ( - ) Kesedihan
Menambahkan ( + ) semangat
Membagi ( : ) kebahagian
Mengkuadratkan kasih sayang antar sesama..

✍️🥀 3 Hal Dalam Hidup Yang Tidak Bisa Kembali..
Waktu, Ucapan, dan Kesempatan..

3 Hal Yang Dapat Mnghancurkan Seseorang : seseorang :
Amarah, Keangkuhan, dan Dendam..

3 Hal Yang Tidak Boleh Hilang : 
Harapan.Keikhlasan, dan Kejujuran..

3 Hal Yang Paling Berharga :
Kasih sayang, Cinta, dan Kebaikan..
Pupuklah ketiga hal ini agar bisa lebih tumbuh

3 Hal Dalam Hidup Yang Tidak Pernah Pasti
Kekayaan, Kejahatan, dan Mimpi.
Janganlah terobsesi ketiga hal ini karena semua itu tidak akan pasti, semua yang kita punya hanya semata titipan-Nya.

3 Hal Yang Dapat Membentuk Watak *Seseorang :
Komitmen, Ketulusan, dan Kerja keras
Upayakan ketiga hal ini sekuat tenaga.

3 Hal Yang Membuat Kita Sukses :
Tekad, Kemauan, dan Fokus..
Usahakanlah ketiga hal ini dengan sungguh - sungguh.. 

3 Hal Yang tidak pernah Kita Tahu :
Rezeki, Umur, dan Jodoh..
Semua ketiga hal ini diatur oleh ALLAH SWT..

3 Hal Dalam Hidup Yang Pasti terjadi : 
Tua, Sakit, dan Kematian
Persiapkan ketiga hal ini dengan sebaik - baiknya..

Semoga kita bisa mempersiapkan,..
Sebelum semua terlambat...
selamat beraktifitas sahabat Fillah..

Semoga bermanfaat..
Barakallahu Waa Fiikum..
Wassalamu'alaykum Warahmatullahi
Wabarakatuhu..😊🙏
Dikongsi secara terbuka•Lihat aktiviti


أَخِيْ سمت كرنچا
Kemenangan Islam
Bismillah.....
Assalaamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Salam santun pagi di hari nan suci, di Hari Raya idul Adha 10 Zulhijjah 1439 H buat akhi wa ukhti fillah yang dirahmati Allah yang berada di komunitas @Berbagi Ilmu dan Kebaikan, semoga Hikmah yang terkandung tentang berqurban ini kita raih dan kita dapatkan secara lahir maupun batin dalam sikap dan perbuatan, yang mana sekecil apapun bentuk yang kita persembahkan apabila niatnya tulus dan suci semata-mata karena Allah adalah bentuk dari pengorbanan diri kepada Allah, dan akan dibalasi oleh Allah SWT Aamiin Yaa Rabbal'aalamiin 🤲.

Untuk itu kami keluarga besar komunitas @Berbagi ilmu dan kebaikan mengucapkan minal Aidin Walfaidzin Mohon Maaf Lahir dan Batin, Selamat Hari Raya idul Adha..hari raya qurban buat kita semuanya....taqobbalallaahu Minna wa minkum taqobbal Yaa kariim....🤲*

Salam santun silaturrahim 🙏
Salam ukhuwah fillah 🤝
Salam santun Berbagi Ilmu dan Kebaikan🌹

Foto
Senandung Senja - Mahfudzot Diri
*SelfReminder
Dipenghujung Waktu-MU..
Assalamu'alaykum Warahmatullahi
Wabarakatuhu..

✍️🍁 Suatu kejadian, tidak ada yang tahu akan seperti apa atau bagaimana selanjutnya.. Namun siapa sangka bahwa memang Allah berkehendak bisa berbuat apa.. Nikmat dunia memang rasanya mustahil diraih ketika beban hidup menyekat antara batas sedih dan bahagia sementara kita ada dibatas sedihnya bukan baiknya..


Sungguh diri ini nangis sepuasnya..
Ingin rasanya membalas tangisan yang terjadi atas ucapan yang menusuk hati bahkan kalau perlu balaslah dengan sepenuh hati.. Tapi apakah akan terpuaskan kah kita..??..

Bukankah akibat sebab akan semakin salah. Suatu prasangka pada Allah jika hidup tidak adil adalah kesalahan fatal sebagai manusia sebab semua yang terjadi pada hakekatnya sudah pasti atas kehendaknya... Terus disalahkan atas kesalahan yang tidak diperbuat sungguh rasa sesak di dada dan percuma menjelaskan yang sebenarnya toh nyatanya tetep salah juga..

Mungkin kamu merasakan hal demikian?


◾Mengambil jalan tengah dengan diam malah semakin dimaki dan dihujani kalimat kasar bak panah menusuk jantung. .


◾Menjawab rasanya terus saja dipojokkan seperti terduga yang perlu diadili namun kamu tak berdaya. Apapun penjelasanmu sia-sia..


Begitulah nasib seorang korban jadi tersangka yang tidak pernah tahu harus berbuat apa-apa kecuali pasrah belaka namun kamu tetap bisa bahagia ketika solusi kamu temukan dan mampu meyakinkan bahwa kamu benar..


◾Disinilah kelegaan hati dan hilang semua prasangka meskipun butuh waktu lama..


Untuk kuat hanya butuh bersabar dan pasrah ketika usaha telah maksimal..


Bosan, jenuh, sakit hati pasti dirasa, kita bahagia setelah mereka diam dan terbuka pintu kebaikan. Kita menang tanpa menyakiti dan diamnya mereka karena bersalah padamu..


Tetaplah tabah meskipun rasanya musibah..

Salam Santun Berbagi, sahabat Fillah..
Wassalamu'alaykum Warahmatullahi
Wabarakatuhu..😊🙏




SEJARAH RUNTUHNYA ANDALUSIA
Date: October 3, 2016
Author: Sutihat rahayu suadh
Runtuhnya Kerajaan Granada, Kerajaan Islam Terakhir di Spanyol
BY EDITOR · JANUARY 6, 2014
Runtuhnya Kerajaan Granada, Kerajaan Islam Terakhir di Spanyol Pada tahun 711, umat Islam mulai memasuki semenanjung Iberia. Dengan misi mengakhiri kekuasaan tiran, Raja Roderick. 

Umat Islam di bawah kepemimpinan Thariq bin Ziyad menyeberangi lautan yang memisahkan Maroko dan daratan Spanyol. Tujuh tahun kemudian, sebagian besar wilayah semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal sekarang) berhasil diduduki oleh umat Islam. Dan kekuasaan tersebut berlanjut selama lebih dari 700 tahun.

Pada tahun 900-an M, Islam mencapai puncak kejayaannya di tanah Andalusia. Lebih dari 5 juta muslim tinggal di daerah tersebut, dengan prosentase mencapai 80% penduduk. 

Kerajaan yang kuat kala itu, Dinasti Umayah II menjadi penguasa tunggal di daerah tersebut dan menjadi kerajaan yang paling maju dan palign stabil kondisi sosialnya di daratan Eropa. Namun, masa keemasan sosial dan politik ini tidaklah abadi. Pada tahun 1000-an M, kerjaan ini runtuh dan terpecah-pecah menjadi beberapa negara kecil yang disebut tha-ifah.

Thaifah-thaifah muslim ini adalah wilayah yang memiliki otonomi masing-masing sehingga sangat rentan diserang oleh kerajaan-kerajaan Kristen Eropa yang berada di wilayah Utara. Sepanjang dua ratus tahun berjalan, satu per satu thaifah berhasil ditaklukkan oleh kerajaan-kerajaan Kristen Eropa (Reconquista). Dan akhirnya pada tahun 1240-an M, hanya tersisa satu kerajaan Islam saja di benua biru tersebut, di ujung Selatan tanah Andalusia, itulah Kerajaan Granada.

Tulisan yang singkat ini akan memaparkan bagaimana kerajaan Islam terakhir di Eropa ini runtuh.

Emirat Granada

Selama terjadinya reconquista, kerajaan Islam satu per satu jatuh ke wilayah kekuasaan kerajaan Kristen yang melakukan penyerangan dari Utara. Dimulai dari tahun 1000-an hingga 1200-an, kota-kota utama semisal Cordoba, Sevilla, Toledo bergiliran dikuasai. 

Gerakan al-Murabitun dan Muwahidun (yang kemudian menjadi sebuah daulah pen.) di Afrika Utara, turut memiliki andil membantu Kristen Eropa, meskipun perpecahan umat Islam adalah faktor utama yang menyebabkan keruntuhan Islam di Eropa.

Runtuhnya Kerajaan Granada, Kerajaan Islam Terakhir di Spanyol
Pada era tersebut, tahun 1200-an, Granada sempat berhasil menghindarkan diri dari penaklukkan kerajaan-kerajaan Eropa. Setelah jatuhnya Kota Cordoba, Granada menyepakati perjanjian dengan Kerajaan Castile, salah satu kerajaan Kristen yang terkuat di Eropa. Perjanjian tersebut berisikan kesediaan dan ketundukan Granada dengan membayar upeti berupa emas kepada Kerajaan Castile setiap tahunnya. Timbal baliknya, Castile menjamin independensi Granada dalam urusan dalam negeri mereka dan lepas dari ancaman invasi Castile.

Selain membayar upeti, faktor lain yang membantu Granada terhindar dari penklukkaan adalah letak geografisnya. Kerajaan ini terletak di kaki pegunungan Sierra Nevada yang menjadi benteng alami melindungi kerajaan dari invasi pihak-pihak luar.

Peperangan Kerajaan Granada

Selama lebih dari 250 tahun, Granada tetap tunduk kepada Castile dengan membayar upeti. Namun dikelilingi oleh kerajaan-kerajaan Kristen yang tidak bersahabat tetap saja membuat Granada dalam keadaan terancam. Mereka tidak pernah aman dari ancaman penaklukkan.

Peninggalan-peninggalan Islam di Spanyol

Suratan takdir tentang keruntuhan Granada pun dimulai, ketika Raja Ferdinand dari Aragon menikah dengan Putri Isabella dari Castile. Pernikahan ini menyatukan dua kerajaan terkuat di semenanjung Iberia yang merajut cita-cita yang satu, menaklukkan Granada dan menghapus jejak-jejak Islam di benua biru.

Tahun 1482 pertempuran antara Kerajaan Kristen Spanyol dan emirat Granada pun dimulai. Meskipun secara jumlah dan kekuatan materi Granada kalah jauh, namun semangat juang masyarakat muslim Granada sangatlah besar, mereka berperang dengan penuh keberanian. Sejarawan Spanyol mengatakan, “Orang-orang muslim mencurahkan seluruh jiwa raga mereka dalam peperangan, mereka layaknya seseorang pemberani dengan tekad yang kuat mempertahankan diri mereka, istri, dan anak-anak mereka.” Demikian juga masyarakat sipil Granada, mereka turut serta dalam peperangan dengan gagah berani, mempertahankan tanah air mereka dan mempertahankan eksistensi Islam di tanah Eropa.

Saat itu, orang-orang Kristen bersatu padu, tidak lagi berpecah belah sebagaimana keadaan mereka di masa lalu. Beda halnya dengan Granada yang malah menghadapi pergolakan politik. Para pemimpin muslim dan para gubernur cenderung saling sikut, memiliki ambisi yang berbeda-beda, dan berusaha saling melengserkan satu sama lain. Di antara mereka ada yang berperan sebagai mata-mata Kristen dengan iming-iming imbalan kekayaan, tanah, dan kekuasaan. Lebih parah dari itu, pada tahun 1483, Sultan Muhammad, anak dari Sultan Granada, mengadakan pemberontakan terhadap ayahnya sehingga memicu terjadinya perang sipil.

Raja Ferdinand benar-benar memanfaatkan situasi ini untuk membuat Granada kian lemah, ia mendukung pemberontakan Sultan Muhammad melawan ayah dan anggota keluarganya. Pasukan-pasukan Kristen dikerahkan oleh Ferdinand turut berperang bersama Sultan Muhammad menghadapi anggota keluarganya. Akhirnya Sultan Muhammad berhasil menaklukkan anggota kerajaan dan menguasai Granada. Namun kekuasaannya ini hanya terbatas di wilayah Kota Granada saja, karena pasukan Kristen menekan dan mengambil wilayah-wilayah pedesaannya.

Akhir dari Granada

Tidak lama setelah menguasai Granada, Sultan Muhammad mendapat surat dari Raja Ferdinand untuk menyerahkan Granada ke wilayah kekuasaannya. Sang sultan pun terkejut dengan permintaan Raja Ferdinand, karena ia menyangka Raja Ferdinand akan memberikan wilayah Granada kepadanya dan membiarkannya menjadi raja di wilayah tersebut.

Akhirnya Sultan Muhammad sadar bahwa ia hanya dimanfaatkan sebagai pion oleh Ferdinand untuk melemahkan dan mempermudah jalan pasukan Kristen menaklukkan Granada. Muhammad berusaha untuk menggalang kekuatan dengan bersekutu bersama prajurit Islam di Afrika Utara dan Timur Tengah untuk memerangi kekuatan Kristen Eropa. Namun bantuan yang diharapkan Muhammad tidaklah sesuai dengan harapannya. Turki Utsmani hanya mengirimkan sekelompok kecil angkatan laut yang tidak berpengaruh banyak terhadap kekuatan Kristen Eropa.

Pada tahun 1491, Granada dikepung oleh pasukan-pasukan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella. Dari menara istananya, Muhammad melihat pasukan Kristen dalam jumlah yang besar telah mengepung dan bersiap menyerang Granada. Muhammad pun dipaksa untuk menandatangani surat penyerahan Granada kepada pasukan sekutu Kristen. Peristiwa ini terjadi pada November 1491.

Pada tanggal 2 Januari 1492, pasukan Kristen memasuki Kota Granada. Pasukan-pasukan ini memasuki istana Alhambra, mereka memasang bendera-bendera dan simbol-simbol kerajaan Kristen Eropa di dinding-dinding istana sebagai tanda kemenangan, dan di menara tertinggi istana Alhambra mereka pancangkan bendera salib agar rakyat Granada mengetahui siapa penguasa mereka sekarang. 

Keadaan saat itu benar-benar mencekam, rakyat muslim Granada tidak berani keluar dari rumah-rumah mereka dan jalanan pun lengang dari hiruk pikuk manusia. Setelah itu, Sultan Muhammad diasingkan. 

Beberapa saat perjalanan, di puncak gunung, ia menoleh kepada bekas wilayahnya sambil menitikkan air mata. Ibunya yang melihat keadaan itu tidak simpatik kepada putranya, bahkan ia memarahinya dengan mengatakan, “Jangan engkau menangis seperti perempuan, karena engkau tidak mampu mempertahankan Granada layaknya seorang laki-laki” 

Orang-orang Kristen menjanjikan toleransi dan kedamaian terhadap masyarakat Islam Granada, walaupun kemudian perjanjian itu mereka batalkan sendiri. Ribuan umat Islam terbunuh dan yang lainnya mengungsi menyeberang lautan menuju wilayah Afrika Utara. Itulah akhir dari peradaban Islam di Spanyol yang telah berlangsung lebih dari tujuh abad lamanya. 

Cahaya Islam menghilang dari daratan tersebut dengan terusir dan tewasnya umat Islam di sana, kemudian diganti dengan pendatang-pendatang Kristen yang menempati wilayah tersebut. 

Sumber: lostislamichistory.com
https://bukharawrite.wordpress.com/2016/10/03/sejarah-runtuhnya-andalusia/

Foto

Tiada ulasan: