Khamis, 23 Ogos 2018

Islam akan bangkit dengan Senjata Mukmin iaitu doa. In Syaa Allah. Aamiin. 8094.



Sejarah Eropah dan Islam Moden

Author: Sutihat rahayu suadh


1. Sejarah Eropah
Sejarah Eropa dimulai dari sejak manusia pertama menghuni daratan Eropa pada zaman prasejarah hingga saat ini.
Untuk prasejarah Eropa, manusia mulai masuk ke Eropa pada Zaman Batu Tua (Paleolitikum). Penerapan pertanian sekitar tahun 7000 SM mengantar manusia masuk Zaman Batu Muda (Neolitikum). Neolitikum di Eropa berlangsung selama 4000 tahun bersamaan dengan tersebarnya budaya penggunaan logam ke seluruh benua. Kemajuan teknologi selama zaman prasejarah datang melalui orang-orang Mediterania, menyebar secara bertahap ke arah barat laut. Beberapa peradaban paling terkenal dari prasejarah Eropa adalah peradaban Minoa dan Mykenai, yang berkembang selama Zaman Perunggu sampai keruntuhan Zaman Perunggu dalam waktu yang singkat sekitar tahun 1200 SM.
Periode dalam sejarah Eropa yang dikenal sebagai era klasik dimulai dengan munculnya negara-kota Yunani Kuno. Pengaruh Yunani mencapai puncaknya di bawah kekaisaran Alexander Agung, yang menyebar ke seluruh Asia. Eropa utara dan barat didominasi oleh kebudayaan La Tène, pendahulu bangsa Kelt. Roma, sebuah negara-kota kecil, secara tradisional berdiri pada tahun 753 SM, kemudian tumbuh menjadi Republik Romawi pada 509 SM dan kemudian menggantikan kebudayaan Yunani sebagai peradaban Mediterania dominan. Peristiwa-peristiwa pada masa pemerintahan Julius Caesar mendorong reorganisasi Republik Romawi menjadi Kekaisaran Romawi. Kekaisaran ini kemudian dibagi oleh kaisar Diokletianus menjadi Kekaisaran Romawi Barat dan Kekaisaran Romawi Timur. Selama abad ke-4 dan ke-5, orang-orang Jermanik dari Eropa utara meningkatkan kekuatan dan serangan yang berulang-ulang yang menyebabkan runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat pada tahun 476 M, saat yang secara tradisional menandai akhir dari periode klasik dan awal Abad Pertengahan.
Selama Abad Pertengahan, Kekaisaran Romawi Timur bertahan, meskipun sejarawan modern menyebut negara ini sebagai Kekaisaran Bizantium. Di Eropa Barat, bangsa Jermanik menduduki bekas wilayah kekuasaan Kekaisaran Romawi Barat dan mendirikan kerajaan dan kekaisaran mereka sendiri. Dari semua bangsa Jermanik, suku Frank naik ke posisi hegemoni atas di Eropa Barat, Kerajaan Franka mencapai puncaknya di bawah pimpinan Charlemagne sekitar tahun 800 M. Kerajaan ini kemudian terbagi menjadi beberapa bagian; Franka Barat akan berevolusi menjadi Kerajaan Perancis, sementara Franka Timur akan berevolusi menjadi Kekaisaran Romawi Suci, cikal bakal Jerman modern. Kepulauan Inggris menjadi tempat beberapa migrasi skala besar. Penduduk asli Celtic telah terpinggirkan selama periode Britania Romawi, dan ketika bangsa Romawi meninggalkan Kepulauan Inggris selama tahun 400-an, gelombang bangsa Anglo-Saxon Jermanik bermigrasi ke Inggris selatan dan mendirikan serangkaian kerajaan kecil yang akhirnya berkembang menjadi Kerajaan Inggris tahun 927 M.
Peradaban Yunani-Romawi menghiasi zaman permulaan Eropa, dimulai dari Yunani Kuno, yang biasanya dianggap sebagai dasar dari peradaban Barat dan pengaruhnya dalam bahasa, politik, sistem pendidikan, filsafat, ilmu pengetahuan, dan seni. Nilai-nilai tersebut diteruskan oleh Republik Roma yang berpusat di Laut Tengah, hingga Kekaisaran Romawi mencapai puncak kejayaannya sekitar tahun 150. Sumber (http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Eropa).
2. Renaissance di Eropa
Ketika peradaban Islam mulai mundur, diikuti dengan cara pandang umatnya yang sempit, dunia Barat (Eropa) mulai bangun dan beramai-ramai menerjemahkan karya-karya ilmuwan Islam ke dalam bahasa Latin dan mengkajinya. Suatu hal yang ironis, padahal penyebab kebangkitan dunia Barat itu berkat mengkaji kebudayaan muslim. Dunia Barat yang menyadari keterbelakangan kebudayaanya datang belajar ke Timur. Buku-buku yang ditulis dalam bahasa Arab (bahasa Al-quran) disalin kedalam bahasa Latin (bahasa standar Injil) melalui masa penterjemahan.
Bersamaan dengan itu, di Eropa berkembang pemikiran-pemikiran filosof Islam terutama Ibnu Rusyd, yang menyatakan bahwa agama sama sekali tidak bertentangan dengan filsafat, ajaran agama dan inti filsafat sejalan. Berkembanglah kemudian di Eropa, Averroisme dalam sejarah pemikirannya, meskipun Barat salah dalam memahami Ibn Rusyd. Pemikiran Ibn Rusyd membawa balancing antara agama dan filsafat. Di Eropa, Averroisme membawa kepada double truth (kebenaran ganda). Kebenaran yang dibawa oleh agama adalah benar, demikian juga kebenaran ilmiah dan filsafat).[14]
Tonggak awal kebangkitan Eropa yang dinamakan dengan Renaissance, sedikit banyak lahir atas pengaruh Averroisme (Ar-Rusydiyyah) dan atas pengaruh penerjemahan karya-karya ilmiah ilmuwan Islam ke dalam bahasa Latin.[15] Pemindahan ilmu pengetahuan yang berkembang dalam Islam ke Eropa pada abad 12 M dan seterusnya paling tidak melalui beberapa jalur.
Pertama, jalur Andalus dengan Universitas-Universitas handal yang dikunjungi oleh kaum terpelajar Eropa. Sejarah telah mencatat bahwa pada abad 9 misalnya, khlaifah Abdurrahman III (912-961 M) telah mendirikan dan menempatkan Universitas Cordoba. Di dalam universitas Cordoba tersebut banyak mahasiswa dan sarjana Islam maupun Eropa-Kristen untuk menggali dan menimba ilmu-ilmu Islam. Pada waktu itu universitas Cordoba telah menyelenggrakan deferensiasi ilmu pengetahuan kedalam fakultas-fakultas; hukum, kedokteran, ilmu ukur dan astronomi. Pada waktu itu belum ada universitas di dunia Eropa-Kristen. Eropa baru mengenal dan mendirikan universitas pada tahun 1000 (universiats Salerno). Menyusul setelah itu dibangun universiats Bologna (1150), dan universitas Oxford (1168), yang pada waktu itu banyak mencontoh kurikulum dan pola universiats Islam.[16]
Walaupun Islam akhirnya terusir dari Andalusia dengan cara yang sangat kejam, tetapi telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah; kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik (renessaince) pada abad ke-14 M yang bermuladi Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M, gerakan rasionalisme abad ke-17 M, dan pencerahan (aufklaerung) pada abad ke-18 M.[17]
Kedua, Sisilia, yang pernah dikuasai umat Islam dari tahun 831 hingga 1091. Di pulau ini ilmu pengetahuan serta penemuan ilmiah para ilmuwan Islam meningkat dengan pesat.[18]Bahkan setelah jatuhnya Sisilia ditangan kaum Norman yang dipimpin oleh Roger, pengaruh peradaban Islam masih sangat terasa disana. Mereka dikelilingi oleh para filosof dan ilmuwan muslim. Kepada mereka diperkenankan menjalankan ibadah agamanya dengan leluasa. Lebih dari seabad sesudah masa ini, masih tetap merupakan satu kerajaan Kristen yang unik dimana beberapa jabatan tinggi dipegang oleh orang Islam.[19]
Dari Sisilia, ilmu pengetahuan Islam meluas kedataran Italia, apalagi semenjak didirikannya universitas Napels pada tahun 1224 M. dianatara siswa universiats Napels ini adalah Thomas Aquinas, pemimpin Keristen Katolik. Di sini Federick II menghimpun naskah-naskah Arab. Buku-buku Aristoteles dan Averoes diterjemahkan dan dipergunakan sebagai buku pelajaran. Terjemahan tersebut juga di kirim ke universitas-universitas Paris dan Bologna.[20]
Pengaruh pemikiran rasional ilmu pengetahuan dalam perkembangan Barat diakui oleh ilmuwan Barat sendiri seperti Gustav Le Bon, Henry Trece, Anthony Nutting, C. Rsiler, Alferd Guillame, Rom Landau, dan yang lainnya. Di samping pengakuan penulis-penulis Barat yang objektif terhadap pengaruh peradaban Islam terhadap lahirnya Renaissance dan peradaban Barat modern, beberapa penulis Barat juga mengakui pengaruh pemakaian akal dalam Islam terhadap kebebasan berpikir di Eropa dari belenggu agama (baca : Kristen).
Nama-nama yang cukup terkenal dalam karya penterjemahan ini antara lain:
1. Gerard dari Cremona (Italia, w. 1187), ketua dewan penterjemah di Toledo. Ia menerjemahkan 87 buku tentang filsafat, kedokteran, matematika dan ilmu Falak. Dianatara terjemhannua itu adalah al-Qanun fi Tibb (Canon) tulisan Ibn Sina yang telah menjadi buku pegangan pokok mahasiswa kedokteran Barat selama berabad-abad.
2. Adelard dari Bath menterjemahkan buku-buku Musa al-Khawarizmi dalam bidang matematika dan astronomi.
3. Robert dari Chester (abad 12) yang belajar di Andalusia selama 12 tahun, menerjemahkanal-Jabar wal muqabalah. Robert de Chester ini bersama-sma Hermanus Dalmata pada tahun 1141 menerjemahkan Al-quran ke dalam bahasa Latin.
4. Michael Scott (w. 1235) yang juga belajar di Toledo, menterjemhkan komentar-komentar Ibn Rusyd terhadap Aristoteles.[21]
Dengan diterjemahkannya buku-buku itu termasuk Al-quran, yang telah menyebabkan lahirnya era renaisansi di dunia Barat. Isi era resaisansi ini adalah terjadinya revolusi-revolusi. Revolusi pertama di bidang ketatanegaraan. Lahirlah negara-negara yang membebaskan diri dari kristendom. Kedua, negara revolusi ilmu pengetahuan seperti yang telah disebutkan dimuka. Ketiga revolusi agama dengan lahirnya gerakan-gerakan pemurni dan gerakan-gerakan protes terhadap kehidupan geraja, khususnya kekuasaan Paus. Gerakan pemurnian ialah sekte Jezuit sedang gerakan protes dapat dikemukakan nama-nama Ximanse de Cisneros (Spanyol, wafat 1517); Girolamo Savanarola (Italy, wafat 1496); Martin Luther (Jerman, wafat 1546); Ulrich Zwingli (Swiss, wafat 1531); John Calvin (Prancis, wafat 1564) dan di Inggris lahir gereja Anglica yang pemimpin pertamanya adalah ratu Elizabeth I. Berangkat dari revolusi ilmu pengetahuan pula maka abad 11/17 lahir revolusi yang dimulai di Inggris yang berakibat lahirnya revolusi social abad 12/18.
Sebagaimana pernah terjadi di dunia Muslim dengan kelahiran Mu’tazilah yang mngedepankan ratio, pada abad 2 H/8 M di dunia Barat lahir gerakan Aufklarung/Englightenment pada abad 11H/17M. Mu’tazilah menolak adanya sifat-sifat Tuhan. Aufklarungpun menolak trinitas sebagai sifat Tuhan. Isac Newton (wafat 1721) dalam bukunya Two Notable Coruptions of Scripture dan Observation of the Prophesiss of Daniel and the Apocalypse of St. John, menolak doktrn trinitas karena tidak sesuai dengan akal.
3. PEMIKIRAN PERADABAN ISLAM MASA MODERN ( 1800 – SEKARANG )
1. Masa Pembebasan dari Kolonial Barat
Dunia Islam abad XX ditandai dengan kebangkitan dari kemunduran dan kelemahan secara budaya maupun politik setelah kekuatan Eropa mendominasi mereka. Eropa bisa menjajah karena keberhasilannya dalam menerapkan strategi ilmu pengetahuan dan teknologi serta mengelola berbagai lembaga pemerintahan. Negeri-negeri Islam menjadi jajahan Eropa akibat keterbelakangan dalam berbagai aspek kehidupan.
Terjadinya penetrasi kolonial Barat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Disatu sisi kekuatan militer dan politik negara – negara muslim menurun, perekonomian mereka merosot sebagai akibat monopoli perdagangan antara timur dan barat tidak lagi ditangan mereka. Disamping itu pengetahuan di dunia muslim dalam kondisi stagnasi. Tarekat-tarekat diliputi oleh suasana khurafat dan supertisi. Umat Islam dipengaruhi oleh sikap fatalistik1.
Pada sisi yang lain, Eropa dalam waktu yang sama menggunakan metode berpikir rasional, dan disana tumbuh kelompok intelektual yang melepaskan diri dari ikatan-ikatan Gereja; Barat memasuki abad renaisanse. Sementara dalam bidang ekonomi dan perdagangan mereka telah mengalami kemajuan pesat dengan ditemukannya Tanjung Harapan sebagai jalur perdagangan maritim langsung ke Timur, demikian pula penemuan benua Amerika. Dengan dua temuan ini Eropa memperoleh kemajuan dalam dunia perdagangan karena tidak bergantung lagi kepada jalur lama yang dikuasai Islam.
Pada permulaan abad ini tumbuh kesadaran nasionalisme hampir disemua negeri muslim yang menghasilkan pembentukan negara-negara nasional. Tetapi persoalan mendasar yang dihadapi adalah keterbelakangan umat Islam, terutama menyangkut kemampuan menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai alat paling penting dalam mempertahankan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, tanpa mengenyampingkan agama, politik dan ekonomi. Upaya kearah itu tidak lepas dari pembaharuan pemikiran yang dapat mengantarkan Islam terlepas dari cengkraman kolonialisme Barat.
a. Dunia Islam Abad XX
Keunggulan – keunggulan Barat dalam bidang industri, teknologi, tatanan politik, dan militer tidak hanya menghancurkan pemerintahan negara-negara muslim yang ada pada waktu itu, tetapi lebih jauh dari itu, mereka bahkan menjajah negara – negara muslim yang ditaklukkannya, sehingga pada penghujung abad XIX hampir tidak satu negeri muslim pun yang tidak tersentuh penetrasi kolonial Barat. Sebagaimana diketahui bahwa pada tahun 1798 M, Napoleon Bonaparte menduduki Mesir. Walaupun pendudukan Perancis itu berakhir dalam tiga tahun, mereka dikalahkan oleh kekuatan Angkatan Laut Inggris, bukan oleh perlawanan masyarakat muslim. Hal ini menunjukkan ketidakberdayaan Mesir  – salah satu pusat Islamuntuk menghadapi kekuatan Barat.
Sejak Napoleon menduduki Mesir, umat Islam mulai merasakan dan sadar akan kelemahan dan kemundurannya, sementara mereka juga merasa kaget dengan kemajuan yang telah dicapai Barat. Gelombang ekspansi Barat ke negaranegara muslim yang tidak dapat dibendung itu memaksa para pemuka Islam untuk mulai berpikir guna merebut kembali kemerdekaan yang dirampas. Salah seorang tokoh yang pikirannya banyak mengilhami gerakan – gerakan kemerdekaan adalah  Sayyed Jamaluddin Al Afghani. Ia dilahirkan pada tahun 1839 di Afghanistan dan meninggal di Istambul 18973. Pemikiran dan pergerakan yang dipelopori Afghani ini disebut Pan-Islamisme, yang dalam pengertian luas berarti solidaritas antara seluruh umat muslim di dunia internasional.
Tema perjuangan yang terus menerus dikobarkan oleh Afghani dalam kesempatan apa saja adalah semangat melawankolonialisme dengan berpegang kepada tema-tema ajaran Islam sebagaistimulasinya. Murtadha Muthahhari menjelaskan bahwa diskursus tema-tema itu
antara lain diseputar: Perjuangan melawan absolutisme para penguasa;Melengkapi sains dan teknologimodern; Kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya; Iman dan keyakinan aqidah; Perjuangan melawan kolonial asing; Persatuan Islam; Menginfuskan semangat perjuangan dan perlawanan kedalam tubuh masyarakat Islam yang sudah separo mati; dan Perjuangan melawan ketakutan terhadap Barat4.
Disamping Afghani, terdapat dua orang ahli pikir Arab lainnya yang telah mempengaruhi hampir semua pemikiran politik Islam pada masa berikutnya. Dua pemikir itu adalah Muhammad Abduh(1849-1905) dan Rasyid Ridha(1865-1935). Mereka sangat dipengaruhi oleh gagasan-gagasan guru mereka yakni Afghani, dan berkat mereka berdualah pengaruh Afghani diteruskan untuk mempengaruhi perkembangan nasionalisme Mesir. Seperti halnya Afghani dan Abduh, Ridha percaya bahwa Islam bersifat politis, sosial dan spiritual. Untuk membangkitkan sifat-sifat tersebut, umat Islam mesti kembali kepada Islam yang sebenarnya sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi dan para sahabatnya atau para salafiah.
Untuk menyebarkan gagasan – gagasannya ini Ridha menuangkannya dalam bingkai tulisan – tulisan yang terakumulasi dalam majalah Al Manar yang dipimpinnya. Di daratan Eropa, Syakib Arsalan selalu memotori gerakan – gerakan guna kemerdekaan Arab. Misi Arsalan adalah menginternasionalkan berbagai masalah pokok yang dihadapi negara-negara muslim Arab yang berasal dari kekuasaannegara-negara Barat; dan menggalang pendapat seluruh orang Islam Arab sehingga membentuk berdasarkan ikatan keIslaman, mereka dapat memperoleh kemerdekaan dan memperbaiki tata kehidupan sosial yang lebih baik5.
Sementara pimpinan masyarakat Druze dan pembesar Usmaniyah yang mengasingkan diri ke Eropasetelah Istambul diduduki Inggris ini menyebarluaskan propagandanya melalui berbagai penerbitan berkala, diantarannya melalui jurnal La Nation Arabe yang dicetak di Annemasse Prancis.
Meskipun pada awalnya Arsalan mengambil alih konsep – konsep Pan-Islamismenya Afghani karena merasakan perlunaya pemabaharuan dalam masyarakat, namun dalam praktiknya, ia lebih menitikberatkan perjuanggannya pada Pan – Arabisme. Gerakan perjuangan yang dilakukan oleh para tokoh tersebut, walaupun belum mencapai hasil yang diinginkan yakni kemerdekaan, namun gema pemikiran Islam mereka sangat mewarnai era generasi selanjutnya, untuk membebaskan negerinya dari penetrasi kolonial Barat.
b. Pembebasan Diri dari Kolonial Barat
Gerakan kemerdekaan yang dilakukan oleh umat Islam selalu kandas ketika berhadapan dengan kolonialis Barat, tentu saja, karena teknologi dan militer mereka jauh lebih maju dari yang dimiliki umat Islam. Menurut Afghani, untuk menanggapi tantangan Barat, umat Islam harus mempelajari contoh – contoh darinya. Tentu saja tidak semua komunitas Islam sependapat dengan yang dimaksud belajar atau berguru kepada Barat. Para ulama tradisional tetap mempertahankan corak non-koperatifnya, sementara putra – putra negeri jajahan gelombang demi gelombang belajar kepada penjajah atau di sekolah-sekolah yan sengaja diadakan di negeri jajahannya.
Dengan demikian, terdapat dua kelompok pejuang kemerdekaan dengan basisnya masing-masing, ada yang sifatnya nonkoperatif yang basisnya lembaga – lembaga pendidikan agama – di Indonesia pesantren, sedang di Asia Tengah dan Barat serta Afrika basisnya pada kelompok – kelompok tarekat-dan yang bercorak kooperatif yaitu pakar terpelajar dengan pendidikan Barat.
Pada pertengahan pertama abad XX terjadi perang dunia kedua yang melibatkan seluruh negara kolonialis. Seluruh daratan Eropa dilanda peperangan, disamping Amerika, Rusia dan Jepang. Kecamuk perang ini disatu sisi melibatkan Jepang, Hitler dengan Nazi Jermannya, dan Mussolini dengan Fasis Italianya, dan disisi lain terdapat Inggris, Perancis, dan Amerika yang bersekutu, serta Rusia.
Konsekuensi atas terjadinya peperangan ini adalah terpusatnya konsentrasi kekuatan militer di kubu masing-masing negara, baik untuk keperluan ofensif maupun defensif. Pengkonsentrasian kekuatan militer tersebut mengakibatkan ditarik dan berkurangnya kekuatan militer kolonialis dinegeri-negeri jajahan mereka.
Dalam pada itu, negara muslim tidak terlibat langsung dalam perang dunia keduasehingga pemikiran mereka waktu itu terkonsentrasi pada perjuangan untuk kemerdekaan negerinya masing-masing, dankondisi dunia yang berkembang pada saat itu memungkinkan tercapainya cita-cita luhur tersebut. Mulai saat itu negara negara muslim yang terjajah memproklamirkan kemerdekaannya.
Usaha untuk memulihkan kembali kekuatan Islam pada umumnya yang dikenal dengan gerakan pembaharuan didorong oleh dua faktor yang saling mendukung, yaitu pemurnian ajaran Islam dari unsur-unsur asing yang dipandang sebagai penyebab kemunduran Islam, dan menimba gagasan-gagasan pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari Barat. Gerakan pembaharuan itu dengan segera juga memasuki dunia politik, karena Islam memandang tidak bisa dipisahkan dengan politik. Gagasan politik yang pertama kali muncul adalah gagasan Pan – Islamisme yang mula-mula didengungkan oleh gerakan Wahabiyah dan Sanusiah. Namun, gagasan ini baru disuarakan dengan lantang oleh tokoh pemikir Islam terkenal, Jamaluddin Al Afghani [1839-1897 M].
Jika di Mesir bangkit dengan nasionalismenya, dibagian negeri Arab lainnya lahir gagasan nasionalisme Arab yang segera menyebar dan mendapat sambutan hangat, sehingga nasionalisme itu terbentuk atas dasar kesamaan bahasa. Demikianlah yang terjadi di Mesir, Syria, Libanon, Palestina, Irak, Hijaz, Afrika Utara, Bahrein, dan Kuweit. Di India, sebagaimana di Turki dan Mesir gagasan Pan – Islamisme yang dikenal dengan gerakan Khilafat juga mendapat pengikut, pelopornya adalah Syed Amir Ali ( 1848 – 1928 M ). Gagasan itu tidak mampu bertahan lama, karena terbukti dengan ditinggalkannya gagasan-gagasan tersebut oleh sebagian besar tokoh-tokoh Islam. Maka, umat Islam di anak benua India ini tidak menganut nasionalisme, tetapi Islamisme yang dalam masyarakat India dikenal dengan nama komunalisme.
Sementara di Indonesia, partai politik besar yang menentang penjajahan adalah Sarekat Islam [SI], didirikan pada tahun 1912 dibawah pimpinan HOS Tjokroaminoto. Partai ini merupakan kelajutan dari Sarekat Dagang Islam [SDI] yang didirikan oleh H. Samanhudi pada tahun 1911.
Tidak lama kemudian, partaipartai politik lainnya berdiri seperti Partai Nasional Indonesia [PNI] didirikan oleh Soekarno, Pendidikan Nasional Indonesia [PNI-Baru], didirikan oleh Muhammad Hatta [1931], Persatuan Muslimin Indonesia [PERMI] yang baru menjadi partai politik pada tahun 1932, dipelopori oleh Mukhtamar Luthfi8. Munculnya gagasan nasionalisme yang diikuti dengan berdirinya partai-partai politik merupakan modal utama umat Islam dalam perjuangannya untuk mewujudkan negara merdeka yang bebas dari pengaruh politik Barat, dalam kenyataannya, memang partai-partai itulah yang berjuang melepaskan diri dari kekuasaan penjajah.
Perjuangan mereka biasanya teraplikasi dalam beberapa bentuk kegiatan, seperti gerakan politik, baik dalam bentuk diplomasi maupun dalam bentuk pendidikan dan propaganda yang tujuannya adalah mempersiapkan masyarakat untuk menyambut dan mengisi kemerdekaan.Adapun negara berpenduduk mayoritas muslim yang pertama kali berhasil memproklamasikan kemerdekaannya adalah Indonesia, yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945. Indonesia merdeka dari pendudukan Jepang setelah Jepang dikalahkan oleh tentara sekutu. Akan tetapi, rakyat Indonesia harus mempertahankan kemerdekaannya itu dengan perjuangan bersenjata selama lima tahun berturut-turut karena Belanda yang didukung oleh tentara sekutu berusaha menguasai kembali kepulauan ini.
Negara muslim kedua yang merdeka dari penjajahan adalah Pakistan, yaitu tanggal 15 Agustus 1947 ketika Inggris menyerahkan kedaulatannya di India kepada dua Dewan Konstitusi, satu untuk India dan lainnya untuk Pakistan-waktu itu terdiri dari Pakistan dan Bangladesh sekarang-. Di Timur Tengah, Mesir misalnya, secara resmi memperoleh kemerdekaannya dari Inggris pada tahun 1922. akan tetapi, pada saat kendali pemerintahan dipegang oleh Raja Farouk pengaruh Inggris sangat besar. Baru pada waktu pemerintahan Jamal Abd al Nasser yang menggulingkan raja Farouk 23 Juli 1952, Mesir menganggap dirinya benar – benar merdeka. Mirip dengan Mesir, Irak merdeka secara formal pada tahun 1932, tetapi rakyatnya baru merasakan benar-benar merdeka pada tahun 1958. sebelum itu, negara-negara sekitar Irak telah mengumumkan kemerdekaannya seperti Syria, Yordania, dan Libanon pada tahun 1946. Di Afrika, Libya merdeka pada tahun 1951 M, Sudan dan Maroko tahun 1956 M, serta Aljazair merdeka pada tahun 1962 M yang kesemuanya itu membebaskan diri dari Perancis. Dalam waktu yang hampir bersamaan, Yaman Utara dan Yaman Selatan, serta Emirat Arab memperoleh kemerdekaannya pula. Di Asia Tenggara, Malaysia yang waktu itu merupakan bagian dari Singapura mendapat kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1957, dan Brunei Darussalam baru pada tahun 1984 M.
Demikianlah satu persatu negara-negara muslim memerdekakan dirinya dari penjajahan. Bahkan beberapa diantaranya baru mendapat kemerdekaan pada tahun-tahun terakhir, seperti negara-negara muslim yang dahulunya bersatu dalam Uni Soviet, yaitu Uzbekistan, Turkmenia, Kirghistan, Kazakhstan, Tajikistan, dan Azerbaijan baru merdeka pada tahun 1992, serta Bosnia memerdekakan diri dari Yugoslavia pada tahun 199210.
Namun, sampai saat ini masih ada umat muslim yang berharap mendapatkan otonomi sendiri, atau paling tidak menjadi penguasa atas masyarakat mereka sendiri. Mereka itu adalah penduduk minoritas muslim dalam negara-negara nasional, misalnya Kasymir di India dan Moro di Filipina. Alasan mereka menuntut kebebasan dan kemerdekaan itu adalah karena status minoritas seringkali mendapatkan kesulitan dalam memperoleh kesejahteraan hidup dan kebebasan dalam menjalankan ajaran agama mereka.
4. Islam modern 
Pada zaman modern itu memang muncul dan dimulai di Eropa barat laut, yakni Inggris dan Prancis. Eropabarat laut, bahkan seluruh Eropa, adalah daerah pinggiran. Maka timbul persepsi bahwa daerah pinggiran tidak semestinya menjadi tempat lahirnya suatu terobosan sejarah yang begitu dasyat seperti zamanmodern ini. Zaman modern itu tidak muncul dari Eropa barat alut, tentu akan muncul dalam waktunya yang tepat, entah di negeri China (karena industrialismenya) atau di dunia Islam (karena etos intelektualnya). Dan dari dua kemungkinan itu, dunia Islam memiliki peluang lebih besar, sebab etos intelektual atau keilmuan adalah dasar dari pengembangan peradaban modern  berkepentingan untuk memacu pembaruan, peningkatan dan pengembangan kehidupan. ia berkepentingan mendorong seluruh potensi manusia agar dapat berkreasi, agar membesar dan meningkat. Islam bukan hanya sebagai ritus-ritus yang haruskan dilaksanakan, bukan hanya da’wah akhlak,bukan hanya sebagai suatu sistem pemerintahan, sistem perekonomian atau sistem hubungan internalsional. Islam merupakan gerakan inopatif dan kreatif. Untuk mewujudkan sebuah kehidupan yang belum pernah ada sebelumnya dan belum pernah diatur oleh perundang-undang yan dibuat orang pada zaman sebelum maupun sesudah datangnya Islam. Daya inopasi dan kreasi yang dibawa oleh Islam itu ditunjukan kepada setiap hati atau kalbu, dan kalbu selanjutnya mengejawatahkannya dalam kenyataan.
Dalam memahami kedudukan dan fungsi ilmu pengetahuan dan informasi-informasi ilmiah (terutama dizaman sekarang yang sering disebut era informasi), pengertian Qur’ani tentang “ayat” itu perlu dipahami dengan baik dan direnungkan secara mendalam. tetapi dalam telaah lebih lanjut, perkataan “ayat” juga mengandung makna “sumber pelajaran” atau” sumber mencari dan menemukan kebenaran”, seperti perkataan itu digunakan dalam rangkaian frase “ayat al-qur’an”.
Gerakan kebangkitan yang dipelopori al-jabarti di atas terputus beberapa tahun ketika terjadi penduduk Napoleon dari prancis atas mesir (1798-1802 M). Namun pendudukan itu sendiri memberikan saham yang tidak dapat dikatakan kecil bagi kebangkitan mesir pada masa selanjutnya, termasuk dalam bidang sejarah. Setelah prancis meninggalkan mesir, penguasa baru mesir Muhammad Ali Pasya bertekad untuk memulai pembangunan mesir dengan meniru barat. Sekolah-sekolah baru dibuka dan para mahasiswa dikrim ke Eropa. Pada masa ini gerakan penulisan sejarah yang dipelopori al-jabarti disusul oleh Isma’il al-Kasyasyaf dan al-athathar yang mulai mendapat pengikut di al-azhar juga terhenti sebagaimana pada masapendudukan napoleon tersebut. Di awal paroan kedua abad ke-19, muncul dua kelompok yang menjadi pelopor kedua setelah al-jabarti dalam kebangkitan penulisan sejarah.
Modernisasi di Wilayah Turki
Negara Turki adalah negara di dua benua. Dengan luas wilayah sekitar 814.578 kilometer persegi, 97% (790.200 km persegi) wilayahnya terletak di benua Asia dan sisanya sekitar 3% (24.378 km persegi) terletak di benua Eropa. Posisi geografi yang strategis itu menjadikan Turki jembatan antara Timur dan Barat. Bangsa Turki diperkirakan berasal dari Asia Tengah. Secara historis, bangsa Turki mewarisi peradaban Romawi di Anatolia, peradaban Islam, Arab dan Persia sebagai warisan dari Imperium Usmani dan pengaruh negara-negara Barat Modern. Hingga saat ini bangunan-bangunan bersejarah masa Bizantium masih banyak ditemukan di Istanbul dan kota-kota lainnya di Turki. Yang paling terkenal adalah Aya Sofya, suatu gereja di masa Bizantium yang berubah fungsinya menjadi mesjid pada masa Khalifah Usmani dan sejak pemerintahan Mustafa Kemal hingga kini dijadikan musium.
Peradaban Islam dengan pengaruh Arab dan Persia menjadi warisan yang mendalam bagi masyarakatTurki sebagai peninggalan Dinasti Usmani. Islam di masa kekhalifahan diterapkan sebagai agama yang mengatur hubungan antara manusia sebagai makhluk dengan Allah SWT sebagai Khalik, Sang Pencipta; dan juga suatu sistem sosial yang melandasi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Islam yang muncul di Jazirah Arab dan telah berkembang lama di wilayah Persia, berkembang di wilayah kekuasaan Kekhalifahan Turki dengan membawa peradaban dua bangsa tersebut. Perkembangan selanjutnya memperlihatkan pengaruh yang kuat kedua peradaban tersebut ke dalam kebudayaan bangsa Turki.Kondisi ini menimbulkan kekeliruan pada masyarakat awam yang sering menganggap bahwa bangsaTurki sama dengan bangsa Arab. Suatu anggapan yang keliru yang selalu ingin diluruskan oleh bangsaTurki sejak tumbuhnya nasionalisme pada abad ke-19. Selanjutnya arah modernisasi yang berkiblat ke Barat telah menyerap unsur-unsur budaya Barat yang dianggap modern. Campuran peradaban Turki, Islam dan Barat, inilah yang telah mewarnai identitas masyarakat Turki.
Masyarakat Indonesia mengenal Turki sebagai suatu negara berpenduduk mayoritas Muslim. Kita juga mengenal Turki sebagai bangsa yang pernah memimpin dunia Islam selama tujuh ratus tahun, dari permulaan abad ke-13 hingga jatuhnya Kekhalifahan Usmani pada awal abad ke-20. Fenomena kehidupan masyarakat Turki menjadi menarik ketika negara Turki yang berdiri tahun 1923 menyatakan sebagai sebuah negara sekuler, di mana Islam yang telah berfungsi sebagai agama dan sistem hidup bermasyarakat dan bernegara selama lebih dari tujuh abad, dijauhkan peranannya dan digantikan oleh sistem Barat. Tulisan ini mencoba memaparkan fenomena tersebut dari pandangan sosiologi sejarah.
Dari Westernisasi menuju Sekularisasi
Yang dianggap sebagai momentum pertama kontak antara Turki dengan dunia Barat adalah jatuhnya konstantinopel, ibukota Bizantium, ke tangan pasukan Turki Usmani dibawah pimpinan Sultan Muhammad II pada tahun 1453. Konstantinopel yang selanjutnya diganti menjadi Istanbul, adalah suatu kota metropolis yang berada di benua Asia dan Eropa. Inilah titik awal masa keemasan Turki Usmani, yang terus cemerlang hingga abad ke-18 dengan wilayah kekuasaan yang sangat luas membentang dari Hongaria Utara di Barat hingga Iran di Timur; dari Ukrania di Utara hingga Lautan India di Selatan.
Turki Usmani berhasil membentuk suatu Imperium besar dengan masyarakat yang multi-etnis dan multi-religi. Kebebasan dan otonomi kultural yang diberikan Imperium kepada rakyatnya yang non-muslim, adalah suatu bukti bagi dunia kontemporer bahwa sistem kekhalifahan dengan konsep Islam telah mempertunjukkan sikap toleransi dan keadilan yang luhur.
Sultan adalah sekaligus khalifah, artinya sebagai pemimpin negara, Ia juga memegang jabatan sebagai pemimpin agama. Kekhalifahan Turki Usmani didukung oleh kekuatan ulama (Syeikhul Islam) sebagai pemegang hukum syariah dan kekuatan tentara, yang dikenal dengan sebutan tentara Janisssari. Kekuatan militer yang disiplin inilah yang mendukung perluasan Imperium Usmani, dan juga yang menyebabkan keruntuhannya pada abad ke-20.
Kegagalan pasukan Turki dalam usaha penaklukan Wina pada tahun 1683, merupakan suatu awal memudarnya kecermelangan Imperium Turki. Kekalahan tersebut dimaknai sebagai melemahnya kekuatan pasukan Turki dan menguatnya pasukan Eropa. Lebih disadari lagi bahwa kekalahan itu menandai kelemahan teknik dan militer pasukan Turki. Inilah yang menjadi awal munculnya upaya mencontoh teknologi militer Barat yang dianggap telah maju. Selanjutnya kondisi ini membawa TurkiUsmani pada suatu masa pembaruan atau modernisasi.
Setelah Perang Dunia I pada tahun 1918, dengan kekalahan pihak Sentral yang didukung oleh Turki, Imperium Turki Usmani mengalami masa kemuduran yang sangat menyedihkan. Satu persatu wilayah kekuasaan yang jauh dari pusat membebaskan diri dari kekuasaan Turki Usmani. Bahkan lebih buruk lagi negara-negara sekutu berupaya membagi-bagi wilayah kekuasaan Turki untuk dijadikan negara koloni mereka. Kondisi porak porandanya Imperium menumbuhkan semangat nasionalisme pada generasi muda Turki ketika itu. Pemikiran tentang identitasa bangsa dan pentingnya suatu negara nasionalis yang meliputi bangsa Turki menjadi wacana yang banyak diperdebatkan.
Pada tahun 1919-1923 terjadi revolusi Turki di bawah pimpinan Mustafa Kemal. Kecemerlangan karier politik Mustafa Kemal dalam peperangan, yang dikenal sebagai perang kemerdekaan Turki, mengantarkannya menjadi pemimpin dan juru bicara gerakan nasionalisme Turki. Gerakan nasionalisme ini, yang pada waktu itu merupakan leburan dari berbagai kelompok gerakan kemerdekaan di Turki, semula bertujuan untuk mempertahankan kemerdekaan Turki dari rebutan negara-negara sekutu. Namun pada perkembangan selanjutnya gerakan ini diarahkan untuk menentang Sultan.
Mustafa Kemal mendirikan Negara Republik Turki di atas puing-puing reruntuhan kekhalifahan TurkiUsmani dengan prinsip sekularisme, modernisme dan nasionalisme. Meskipun demikian, Mustafa Kemal bukanlah yang pertama kali memperkenalkan ide-ide tersebut di Turki. Gagasan sekularisme Mustafa Kemal banyak mendapat inspirasi dari pemikiran Ziya Gokalp, seorang sosiolog Turki yang diakui sebagai Bapak Nasionalisme Turki. Pemikiran Ziya Gokalp adalah sintesa antara tiga unsur yang membentuk karakter bangsa Turki, yaitu ke-Turki-an, Islam dan Modernisasi.
Kronologi sejarah di atas, penulis uraikan untuk menerangkan suatu kondisi sosial politik Imperium Usmani yang membentuk pemikiran dan gerakan sekuler Mustafa Kemal. Dengan demikian Mustafa dan pengikutnya menggerakkan reformasi-reformasi di Turki dengan dasar-dasar yang telah diletakkan oleh para pembaru-pembaru di kekhalifahan Turki. Pada perkembangan selanjutnya ide-ide reformasi Mustafa Kemal menjadi suatu gerakan politik pemerintah yang dikenal dengan sebutan Kemalisme.
Kemalisme: Suatu Revolusi Budaya dan Negara (1923-1950)
Politik Kemalis ingin memutuskan hubungan Turki dengan sejarahnya yang lalu supaya Turki dapat masuk dalam peradaban Barat. Oleh karena itulah penghapusan kekhalifahan merupakan agenda pertama yang dilaksanakan. Pada tanggal 1 November 1922 Dewan Agung Nasional pimpinan Mustafa Kemal menghapuskan kekhalifahan. Selanjutnya pada tanggal 13 Oktober 1923 memindahkan pusat pemerintahan dari Istanbul ke Ankara. Akhirnya Dewan Nasional Agung pada tanggal 29 Oktober 1923 memproklamasikan terbentuknya negara Republik Turki dan mengangkat Mustafa Kemal sebagai Presiden Republik Turki.
Setelah meniadakan kekhalifahan, politik Kemalisme menghapuskan lembaga-lembaga syariah, meskipun sebenarnya peranan lembaga ini sudah sangat dibatasi oleh para pembaru Kerajaan Usmani. Bagi Kemalis, syariat adalah benteng terakhir yang masih tersisa dari sistem keagamaan tradisional. Lebih lanjut lagi Kemalis menutup sekolah-sekolah madrasah yang sudah ada sejak tahun 1300-an sebagai suatu lembaga pendidikan Islam.
Reformasi agama adalah salah satu contoh tindakan ekstrim dari rezim Kemalis setelah penghapusan khalifah. Reformasi ini bertujuan untuk memisahkan agama dari kehidupan politik negara dan mengakhiri kekuatan tokoh-tokoh agama dalam masalah politik, sosial dan kebudayaan. Selain itu Mustafa Kemal juga mengajukan pemikiran tentang nasionalisme agama. Menurutnya agama merupakan suatu lembaga sosial dan karena itu harus disesuaikan dengan sosial dan budaya masyarakat Turki.
Suatu komite dibentuk di Fakultas Teologi di Universitas Istanbul untuk memodernisasikan Islam. Komite ini menyebarkan keinginan Mustafa kemal untuk mengganti bentuk dan suasana mesjid seperti bentuk dan suasana gereja di negara-negara Barat, dengan menekankan pada: pentingnya mesjid yang bersih, dengan bangku-bangku dan ruang tempat menyimpan mantel; mewajibkan jamaah masuk dengan sepatu yang bersih; menggantikan bahasa Arab dengan bahasa Turki; menyediakan alat-alat musik ditempat shalat untuk memperindah bentuk shalat, dan mengubah teks-teks khutbah yang telah ada dengan khutbah yang berisi pemikiran agama berdasarkan filsafat Barat. Pada tahun 1932 pemerintah mengeluarkan kebijakan mengganti pengucapan azan ke dalam bahasa Turki, yang amat ditentang oleh mayoritas masyarakat Muslim Turki.
Reformasi agama, yang bentuknya upaya Turkifikasi Islam atau nasionalisasi Islam ini merupakan bentuk campur tangan pemerintah Kemalis dalam kehidupan beragama di masyarakat Turki. Sekularisme yang sejatinya memisahkan hubungan agama dengan pemerintahan, di mana negara menjamin kebebasan beribadah, bagi warga negara, pada pelaksanaannya dijalankan dengan semangat nasionalisme yang radikal dan dipaksakan oleh Kemalis. Namun penerapan nasionalisasi agama ini hanya bertahan hingga akhir pemerintahan Kemalis (Partai Rakyat Republik). Sejak tahun 1950, azan kembali diucapkan dalam bahasa Arab. Mesjid-mesjid di Turki pun hingga saat ini tetap menunjukkan bentuk-bentuk yang umum sebagaimana mesjid di negara-negara lainnya.
Peradaban menurut Mustafa Kemal, berarti peradaban Barat. Tema utama dari pandangannya tentang pem-Barat-an adalah bahwa Turki harus menjadi bangsa Barat dalam segala tingkah laku. Untuk itu Pemerintah Kemalis mengeluarkan kebijakan larangan menggunakan pakaian-pakaian yang dianggap pakaian agama di tempat-tempat umum dan menganjurkan masyarakat Turki menggunakan pakaian sebagaimana orang-orang Barat berpakaian (berjas dan bertopi). Peraturan ini mulai efektif pada November 1925 dan hingga saat ini masyarakat Turki menggunakan pakaian a-la Barat. Sampai saat ini pemakaian jas sudah menjadi ciri umum dari masyarakat Turki. Sedangkan pemakaian topi menghilang bersamaan dengan menghilangnya kebiasaan memakai topi itu pada masyarakat Eropa.
Mustafa Kemal juga mengkritik pemakaian jilbab oleh wanita-wanita Turki, tapi semasa hidupnya tidak ada undang-undang yang secara tegas melarang pemakaian jilbab tersebut. Pelarangan jilbab secara konstitusional baru terjadi pada tahun 1998, sebagai reaksi militer atas munculnya fenomena kesadaran yang tinggi dari muslimah-muslimah Turki dalam menggunakan jilbab dan juga reaksi atas kemenangan Partai Islam Refah pada pemilu tahun 1995.
Selain reformasi agama, reformasi yang paling penting dari rezim Kemalis adalah reformasi bahasa. Tulisan Arab diganti dengan tulisan Latin, berdasarkan undang-undang yang diputuskan oleh Dewan Nasional Agung pada 3 Novemeber 1928. Tujuan reformasi bahasa adalah membebaskan bahasa Turkidari ‘belenggu’ bahasa asing. Penekanannya adalah pemurnian bahasa Turki dari bahasa Arab dan Persi. Mustafa Kemal mengadakan kunjungan di banyak tempat untuk mengajar secara langsung tulisan baru pada rakyat Turki.
Reformasi bahasa ini memberi sumbangan yang berharga bagi perkembangan linguistik bahasa Turkisaat ini. Penelitian yang mendalam terhadap akar bahasa dan struktur bahasa Turki membuktikan bahwa bahasa Turki termasuk kelompok bahasa Altay, yaitu bahasa-bahasa yang dipergunakan bangsa-bangsa yang mendiami wilayah yang membentang dari Finlandia hingga Manchuria. Dari segi gramatikal, bahasaTurki termasuk bahasa aglutinatif, yaitu bahasa berimbuhan. Struktur sintaksis memperlihatkan pola Objek-Predikat, dimana Predikat selalu berada di akhir kalimat. Ciri-ciri struktural bahasa Turkimemperlihatkan perbedaannya yang jelas dengan bahasa Arab.
Komite ahli hukum mengambil Undang-Undang sipil Swiss untuk memenuhi keperluan hukum di Turkimenggantikan Undang-Undang Syariah, berdasarkan keputusan Dewan Nasional agung tanggal 17 februari 1926. Undang-Undang Sipil yang mulai diberlakukan pada tanggal 4 Oktober 1926 ini antara lain tentang: menerapkan monogami; melarang poligami dan memberikan persamaan hak antara pria dan wanita dalam memutuskan perkawinan dan perceraian. Sebagai konsekuensi dari persaman hak dan kewajiban ini hukum waris berdasarkan Islam dihapuskan. Selain itu undang-undang sipil juga memberi kebebasan bagi perkawinan antar agama.
Pada I Januari 1935, pemerintah mengharuskan pemakaian nama keluarga bagi setiap orang Turki dan melarang pemakaian gelar-gelar yang biasa dipakai pada masa Turki Usmani. Mustafa Kemal menambahkan nama Ataturk, yang berarti Bapak Bangsa Turki, sebagai nama keluarga. Pada tahun 1935 sistem kalender hijriyah diganti dengan sistem kalender masehi; hari Minggu dijadikan sebagai hari libur menggantikan hari libur sebelumnya yaitu hari Jumat.
Tentang sekularisasi dan modernisasi di Turki pada masa Rezim Kemalis seperti diuraikan di atas, Bryan S. Turner, seorang guru besar sosiologi di Universitas Flinders (Australia Selatan), menyimpulkan bahwa sekularisme tersebut merupakan suatu bentuk pemaksaan dari pemerintah rezim, bukanlah sekularisasi yang tumbuh sebagai suatu konsekuensi dari proses modernisasi seperti di negara-negara Eropa. Selain itu sekularisasi di Turki pada saat itu merupakan peniruan secara sadar pola tingkah laku masyarakat Eropa yang dianggap modern dan lebih maju (1984:318). Bagi kemalis, manusia Turki baru tidak saja harus berpikiran rasional seperti orang-orang Eropa, tetapi juga harus meniru tatacara berperrilaku dan berpakaian seperti mereka.
Masyarakat Turki Pasca Kemalisme
Mustafa Kemal meninggal dunia pada tanggal 10 November 1938, setelah tiga kali menjabat sebagai presiden Republik Turki, yaitu pada tahun1927, 1931 dan 1935. Mustafa Kemal diakui berhasil menciptakan sistem pemerintahan parlementer dan meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi kehidupan demokratisasi di Turki. Partai Republik rakyat adalah partai politik yang dibentuk Mustafa Kemal untuk menjalankan roda Pemerintahan. Meskipun demikian, sejarah Turki menunjukkan pemerintahan Kemal dengan sistem pemerintahan satu partai tidak memberi ruang bagi kemunculan partai oposisi. Iklim Demokrasi muncul kemudian sejak Turki menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1945 dan terus berkembang menunjukkan kemajuan yang pesat. Daniel Lerner (di dalam Memudarnya Masyrakat Tradisional, 1983) telah melakukan penelitian yang mendalam di suatu kota dekat Ankara pada tahun 1950-an, dan menyimpulkan bahwa negara Turki telah tumbuh menjadi negara yang relatif lebih stabil dan demokratis di banding dengan negara-negara lain di kawasan Timur Tengah.
Reformasi budaya, terutama sekularisasi agama dan pemakaian hukum Barat menggantikan hukum Islam, memperlihatkan proses dinamis dari penerimaan dan penolakan masyarakat Turki. Sekularisasi agama pada masa Kemalis (1923-1950) melahirkan generasi Turki yang jauh dari agamanya. BahasaTurki yang ditulis dalam bahasa latin telah menjadi bahasa nasional Turki. Sedangkan pemakaian hukum-hukum Barat juga diadaftasi dengan berbagai tingkatan kesulitan di berbagai lapisan msyarakat.
Pada pemilu 1950, kekuasaan tunggal Partai Republik Rakyat berakhir dan digantikan oleh partai sekuler beraliran liberal, yaitu Partai Demokrat. Partai pimpinan Adnan Menderes ini mencoba mngoreksi penyimpangan-penyimpangan sekularisasi yang sudah dijalankan oleh Partai Republik Rakyat sejak berdirinya negara Turki. Namun Adnan menderes juga tidak ingin Kemalisme digantikan dengan ideologi lain. Sejak masa pemerintahan Partai Demokrat inilah masyarakat Muslim yang merupakan mayoritas (98 persen dari 70 juta jiwa) penduduk Turki dapat melakukan shalat di mesjid-mesjid umum, berpuasa dan melakukan ibadah naik haji, yang pada masa Rezim Kemalis sulit dilakukan. Selain itu madrasah-madrasah kembali di buka, sehingga para orang tua dapat kembali menyekolahkan anak mereka di sekolah agama, setelah mereka menyadari bahwa mereka tumbuh sebagai suatu generasi yang kering dari nilai dan ilmu agama. Madrasah-madrasah ini kembali ditutup pada tahun 1998 setelah dianggap sebagai lembaga yang mendidik kelompok Islam fundamental yang keberadaannya menguat dan mengancam ideologi sekuler Turki.
Perkembangan masyarakat di Turki menemukan karakter sendiri yang unik sebagai suatu bentuk pertentangan yang rumit antara pemikiran Kemalisme, yang fundamental dan radikal, pemikiran liberalis yang meskipun menentang Kemalisme tetapi tidak ingin ideologi ini diganti, dan pemikiran Islam, baik yang konservatif maupun moderat. Semangat masyarakat Turki modern untuk menjadi suatu bangsa yangmodern dan demokratis, selalu disertai dengan kesadaran yang mendalam tentang watak dan idealisme ke-Turki-an dan ke Islaman. Penulis melihat bahwa gagasan sintesa tentang Islam, Turki dan Barat yang pernah dimunculkan oleh Ziya Gokalp (Bapak naasionalis Turki) mulai terimplementasikan dengan wajar dan alami, sedangkan Kemalisme dijadikan ideologi negara yang keberadaannya sangat dijaga oleh kekuatan militer Turki.
Militer Turki mengambil peran sebagai penjaga ideologi Kemalisme sebagai prinsip negara. Jatuhnya pemerintahan Partai Islam Refah pada tahun 1998 adalah suatu bukti masih dominannya pengaruh politik militer di Turki. Namun kebangkitan Islam, baik itu suatu fenomena kesadaran umat Islam Turki untuk kembali mempelajari nilai-nilai Islam di tengah kebijakan sekuler pemerintah dan fenomena dukungan masyarakat Islam terhadap kemenangan partai politik yang dianggap membawa aspirasi Islam terus memperlihatkan kemajuan ke arah yang positif. Aspirasi dan dukungan yang besar dari masyarakat Turkikembali mengantarkan kemenangan partai berbasis Islam: Partai Keadilan dan Pembangunan dalam pemilu 2002. Meskipun secara tegas pemimpin partai ini menyatakan bahwa Partai Keadilan dan Pembangunan bukanlah partai Islam dan mereka menyatakan komitmennya yang sungguh-sungguh menjaga ideologi sekularisme di Turki, nampaknya Rakyat Turki lebih melihat mereka sebagai sosok-sosok muslim yang shaleh yang diharapkan dapat membawa Turki ke arah yang lebih maju.
Sebagai penutup, dari pengalaman hidup di negara Turki, penulis menarik satu kesimpulan bahwa opini masyarakat Turki hingga saat ini masih terpecah dalam penilaian terhadap Mustafa Kemal Ataturk: Ia dihormati sebagai penyelamat bangsa dan pendiri negara modern Turki, dan dikecam sebagai pengkhianat yang bertanggung jawab atas hilangnya kekahlifahan Islam. Kontradiksi ini menjadi bagian dari sejarah Turki yang tidak mudah disepahamkan.
 

ROMAWI KUNO

Romawi Kuno adalah sebuah peradaban yang tumbuh dari negara-kota Roma didirikan di Semenanjung Italia di sekitar abad ke-9 SM. Selama keberadaanya selama 12 abad, kebudayaan Romawi berubah dari sebuah monarki ke sebuah republik oligarki sampai kekekaisaran yang luas. Dia datang untuk mendominasi Eropa Barat dan wilayah sekitar di sekitar Laut Tengah melalui penaklukan danasimilasi. Namun beberapa faktor menyebabkan kemerosotannya. Sebelah barat kekaisaran, termasuk HispaniaGaul, dan Italia, akhirnya pecah menjadi kerajaan merdeka pada abad ke-5; kekaisaran timur, diatur dari Konstantinopel, disebut sebagai Kekaisaran Romawi Timur setelah tahun 476, tanggal tradisional “kejatuhan Romawi” dan kelanjutannya Zaman Pertengahan. Peradaban Romawi seringkali dikelompokan sebagai “klasik antik” bersama dengan Yunani kuno, sebuah peradaban yang menginspirasikan banyak budaya Romawi Kuno. Romawi Kuno menyumbangkan banyak kepada pengembangan hukum, perang, seni, literatur, arsitektur, dan bahasa dalam dunia Barat, dan sejarahnya terus memiliki pengaruh besar dalam dunia sekarang ini.(http://id.wikipedia.org/wiki/Romawi_Kuno)
Sejarah Italia pada masa antikuitas kebanyakan mengikuti perubahan yang terjadi di Asia Barat yang terjadi lebih awal. Orang modern pertama tiba di Italia dari Asia Barat sekitar tahun 10000 SM. Sekitar tahun 5000 SM kelompok kedua pengelana dari Asia Barat membawa serta kemampuan bertani dan berternak ke Italia.
Ketika orang-orang mulai menggunakan perunggu di Asia Barat, sekitar tahun 3000 SM, orang di Italia pun dengan cepat belajar cara menggunakan perunggu. Sekitar tahun 2000 SM, gelombang ketiga rombongan orang-orang datang ke Italia dari Asia Tengah, mereka adalah bangsa India-Eropa. Mereka membawa suatu bahasa baru, yang kelak menurunkan bahasa Latin.
Zaman Kegelapan yang menimpa Mesir, Yunani, dan Asia Barat sekitar tahun 1200 SM nampaknya tidak terjadi di Italia, namun orang-orang Italia terus belajar dari Asia Barat. Mereka belajar cara menggunakan besi sebagai pengganti perunggu untuk peralatan dan senjata mereka. Seperti halnya orang-orang di Asia Barat dan Yunani, orang-orang Italia mulai membangun kota-kota dan bangunan batu besar, dan mereka bereksperimen dengan pemerintahan mereka- biasanya raja memerintah dengan diawasi oleh Senat yang terdiri atas kelompok orang kaya.
Sekitar tahun 500 SM, dua perubahan besar terjadi di Mediterania timur, dan orang Romawi belajar dari keduanya. Yang pertama, pada tahun 536 SM Koresh Agung menaklukan sebagian besar Asia Barat dan mendirikan Kekaisaran Persia – kekaisaran terbesar pertama di dunia. Pada pertengahan 400-an SM, orang Romawi (seperti orang Athena dan Kartago) mengikuti tindakan Persia dan mulai menaklukan tetangga-tetangga mereka. Yang kedua, banyak kota di Yunani dan Afrika Utara menggulingkan raja mereka dan membiarkan Senat berkuasa (orang Athena bereksperimen dengan melaksanakan demokrasi). Pada tahun 509 SM, orang Romawi melakukan hal yang sama, mereka menggulingkan monarki dan mengganti sistem pemerintahan menjadi republik. Pada tahun 275 SM Romawi sudah menguasai seluruh Italia, kemudian mereka memerangi Kartago dalam perebutan kendali di Mediterana Barat. Pada tahun 146 SM, Romawi sudah berhasil menguasai seluruh Mediterania.
Seiring penaklukan Romawi di Mediterania, orang-orang kaya yang menjalankan pemerintahan menjadi semakin kaya, sangat kaya. Mereka mulai berselisih untuk menguasai kekaisaran baru itu. Pada tahun 30 SM, satu orang, yaitu Augustus, berhasil menguasai Kekaisaran Romawi. Setelah dia meninggal, kerabat-kerabatnya mewarisi tahtanya.
Selama dua ratus tahun setelah itu, Kekaisaran Romawi menikmati kedamaian yang panjang ketika seorang demi seorang pria menjadi kaisar Romawi. Beberapa wanita, misalnya, Agrippina dan Julia Domna, juga pernah berkuasa. Namun pada tahun 220 M, orang Sassaniyah mulai menyerang Kekaisaran Romawi secara lebih agresif dari arah Timur, orang Jermanik di Utara juga mulai memanfaatkan kesempatan untuk menyerang Romawi. Untuk memperoleh pasukan yang cukup, Romawi terpaksa menyewa orang Visigoth dan Ostrogoth dari luar kekaisaran untuk bertempur sebagai tentara bayaran.
Masa damai pada awal tahun 300-an M menjadi waktu yang cukup baik bagi Kekaisaran Romawi. Namun perang kembali meletus pada tahun 350-an M, dan meskipun mereka bertempur dengan gigih, pada akhir tahun 400-an M, Romawi terpaksa menyerahkan banyak daerah di barat kekaisaran kepada para tentara bayaran yang pernah mereka sewa.
Di Mediterania Timur, Kekaisaran Romawi terus berlangsung, dengan ibukotanya di Konstantinopel. Tapi kemudian seperti yang pernah terjadi di Barat, Romawi makin meningkatkan penggunaan tentara bayaran, terutama orang Arab. Pada tahun 600-an M, orang-orang Arab itu mulai melawan Romawi dan bukannya membantu. Dengan cepat, mereka mendirikan Kekaisaran Islam di tempat yang dulunya dikuasai Romawi. Sisa-sisa terakhir Kekaisaran Romawi Lama, yaitu Konstantinopel, jatuh ke tangan Muslim pada tahun 1453 M.(.http://id.wikibooks.org/wiki/Romawi_Kuno/Sejarah)
Kebudayaan Romawi Kuno adalah kebudayaan yang muncul di Romawi Kuno. Kebudayaan ini berlangsung selama hampr 1200 tahun dalam sejarah peradaban Romawi Kuno. Istilah tersebut merujuk pada kebudayaan pada Republik Romawi, dan kemudian Kekaisaran Romawi, yang pada puncaknya, menguasai wilayah mulai dari Dataran Rendah Skotlandia dan Maroko sampai ke Sungai Efrat.
Sejarah Peradaban Romawi Kuno
Kota Roma yang menjadi pusat kebudayaan mereka terletak di muara sungai Tiber. Waktu berdirinya Kota Roma yang yang terletak di lembah Sungai Tiber tidak diketahui secara pasti. Legenda menyebut bahwa Roma didirikan dua bersaudara keturunan Aenas dari Yunani, Remus dan Romulus.
“Menurut berita2 lama, Roma didirikan oleh Remus dan Romulus pada tahun 750. Remus dan Romulus ini anak Rhea silva, turunan Aenas –seorang pahlawan Troya jang dapat melarikan diri waktu Troya dikalahkan dan dibakar oleh bangsa Jujani”
Orang-orang Romawi memiliki kepercayaan terhadap dewa-dewa, seperti orang-orang di Yunani. Hanya saja dewa-dewa di romawi berbeda dengan di Yunani. Dewa-dewa yang dipercayai oleh orang-orang Romawi antara lain :
1. Jupiter (raja dewa-dewa)
2. Yuno (dewi rumah tangga)
3. Minerus (dewi pengetahuan)
4. Venus (dewi kecantikan)
5. Mars (dewa perang)
6. Neptenus (dewa laut)
7. Diana (dewi perburuan)
8. Bacchus (dewa anggur)
Roma berhasil menundukkan bangsa-bangsa yang tinggal disekitarnya satu persatu, baik dengan jalan kekrasan maupun jalan damai. Hingga akhirnya Roma berhasil menguasai seluruh Italia Tengah.
Sebelum itu, sekira tahun 492, Daerah Latium sebagai tempat berdirinya kota Roma dikuasai oleh kerajaan Etruskia, yang terletak disebelah utaranya sampai pada tahun 500 SM. Pada tahun 500 SM bangsa Latium memberontak terhadap kerajaan Etruskia dan berhasil memerdekaan diri serta mendirikan negara sendiri yang berbentuk republik. Maka sejak itu, Roma menjadi republik dan kepala negaranya disebut konsul yang dipilih setiap tahun sekali. Konsul selain menjadi penguasa negara juga ketua senat dan panglima besar.
Bangsa Romawi yang semula petani, setelah mengalahkan penguasa Etruskia kemudian menjadi bangsa penguasa besar dengan manaklukan wilayah yang luasa sampai ke Laut Tengah. Bangsa yang semula petani ini kemudian menjadi masyarakat kapitalis dan materialis. Selain sebagai bangsa yang suka dengan perang bangsa Romawi juga mengumpulkan kekayaan sebagai modal usaha. Mereka membali ladang-ladang dan kemudian penggarapannya dilakukan oleh para budak yang didatangkan dari daerah-daerah jajahan.
Penguasa Gayus Julius Caesar meluaskan wilayahnya sampai ke Jerman, Belgia, Belanda dan bahkan sampai menyebrangi selat Calis ke Inggris. Selain sebagai penguasa mutlak Julius Caesar juga mengembangkan kalender baru yang disebut kalender Julian. Kelender ini terus dipakai sampai kemudian diperbaharui oleh Gregorius yang kemudian dikenal dengan dengan kalender Gregorius. Julius Caesar dibunuh oleh Brutus dan Casinus yang menginginkan suatu pemerintahan berbentuk Republik. Akan tetapi, cita-cita kedua orang itu tidak berhasil dan tetap mempertahankan sistem pemerintahan diktator. Anak angkat Julius Caesar bernama Oktvaianus kemudian dapat menguasai Romawi kembali dan berkuasa secara diktator.
Dalam kekuasaannya, Oktavianus banyak dikelilingi orang-orang pandai sehingga ia dapat berkuasa cukup lama. Oleh senat Oktavianus diberi gelar “Augustus” yang artinya “Yang Maha Mulia”. Dengan stabilitas pemerintahan pada masa Kaisar Octavianus maka mulailah bidang kebudayaan mendapat perhatian.
Kebudayaan Romawi mendapat unsur-unsur pokok dari kebudayaan Etrusia dan Yunani. Hal ini berarti kebudayaan Romawi merupakan hasil perpaduan dari kebudayaan yunani dan Etrusia, tanapa ada unsur-unsur dari kebudayaan romawi sendiri.
Pada masa Octavianus, orang-orang Romawi melihat sesuatu dari sudut kegunaannya. Pandangan hidup bangsa Romawi ini memberikan warna pada kehidupan agama. Tepatlah apa yang diungkapkan oleh Cicero, bahwa agama bagi mereka bukan untuk mendidik manusia kepada kebajikan, melainkan manusia sehat dan kaya. Dengan pandangan hidup yang praktis ini menjadi ciri utama orang-orang Romawi.
Dalam lapangan ilmu pengetahuan, bangsa Romawi bukanlah pencipta teori-teori, tetapi pelaksana teori yang telah ada sejak zaman Yunani. Dengan ini mata rantai jang seakan-akan putus dalam perkembangan ilmu pengetahuan menjadi tumbuh kembali. Bila sarjana Yunani adalah ahli teori, maka sarjana Romawi adalah ahli praktek.
Masa Octavianus merupakan masa penyempurnaan seni dan budaya Romawi. Pengaruh budaya Yunani mulai masuk dengan kuatnya sejak tahun 146 SM bersamaan dengan usaha bangsa Romawi melakukan penaklukan di Laut Tengah. Selama kekuasaan Romawi, seni Romawi disebarkan ke Eropa dan sekitar Laut Tengah.
Seni Romawi sebenarnya merupakan pencampuran dua unsur seni budaya, yaitu Romawi yang merupakan daerah kekuasaan Etruskia dan seni Yunani. Pada hekakatnya budaya ini bukan berasal dari rakyat biasa melinkan dari golongan bangsawan. Golongan seniman besar, seperti yang terdapat di Yunani di Roma tidak ada. Justru bangsa Romawi mendatangkan seniman-seniman dari Yunani. Oleh karena itu, pengaruh Yunani di Romawi sangat kuat. Politik maupun seni dan budaya Roma di bawah bangsa Etruskia. Dengan begitu seni Romawi pada dasarnya adalah pencampuran unsur-unsur budaya Etruskia dan Yunani yang kemudian menjadi seni budaya baru.
Orang Romawi senang menciptakan sesuatu secara besar-besaran karena mereka suka sesuatu yang megah, mewah, dan monumental, serta menarik perhatian. Semua hasil karya budaya terutama karya seni rupa, baik berupa seni bangunan, seni patung atau relief, maupun seni lukisnya dibuat serba besr, megah, dan penuh hiasan. Orang-orang Romawi menciptakan karya teknik bangunan yang menggumkan, seperti bangunan saluran air (aquaduct), jembatan, gedung besar untuk balai pertemuan dan pasar, bangunan untuk olahraga dan pentas seni (thermen, theater, amphitheater). Selain bangunan diatas, juga terdapat banguan kuil untuk persemayam dewa. Orang Romawi melanjutkan pengetahuan orang Yunani antara lain bangunan dengan kontruksi lengkung untuk membuat ruangan-ruangan menjadi luas.
Bangunan atap kubah untuk pertama kali diciptakan kurang lebih tahun 30 SM untuk bangunan Thermae di Baaie. Mereka juga membangun bangunan umum seperti jalan raya. Jalan raya yang terkenal adalah jalan Via Apia.
Rumah-rumah dewa atau kuil yang dibangun memiliki ukuran besar. Kuil-kuil yang berukuran besar tersebut antara lain Tempel Jupiter (abad ke-6 SM), Appolo dan Venus di Roma. Untuk setiap bangunan kuil tersebut di gunakan tinga-tiang penyangga. Batang tiang penyanggga atap menggunakan menggunakan kepala tiang dengan ciri-ciri Yunanni seperti Doria, Ionia, dan Korinthia.
Bangsa Romawi juga ahli dalam pembuatan patung terutama patung setangah dada atau potret. Bentuk wajah dibuat dengan sangat teliti, sedangkan tubuh dan lainnya lebih sederhana. Kecakapan membuat patung ini berhubungan dengan kebiasaan keluarga-keluarga terkemuka bangsa Romawi yang senang membuat patung nenek moyang dalam jumlah banyak dan sangat teliti. Biasanya patung nenak moyang disimpan di rumah dan ditempatkan dalam satu ruangan khusus yang disebut Atrium. Atrium ini juga dilengkapi dengan altar.
Orang-orang Romawi dalam membuat patung memiliki kebiasaan yang sama dengan bangsa Yunani. Dalam membuat patung, orang-orang Romawi selalu mematungkan tokoh-tokoh penguasa, tokoh-tokoh politik, dan cendikiawan. Banyak sekali tokoh penguasa, tokoh politik dan cendikiawan yang dijadikan sebagai latar dalam membuat patung seperti wajah tokoh Julius Caesar, Agustus, Tuchidides, Demostenes, Caracalla, dan lainnya. Gambar wajah para tokoh ini selain dipatungkan juga dilukiskan pada mata uang logam.
Bangsa Romawi juga senang pada keindahan rumahnya. Dinding bagian dalam rumah dihias dengan lukisan untuk memberikan kesan luas. Kegiatan memperindah dinding ini biasa pada dinding rumah dengan cara melukis pemandangan alam dan bangunan-bangunan rumah yang seolah-olah terlihat dari jendela. Kegiatan melukis pada dinding-dinding rumah yang dilakukan oleh orang-orang Romawi ternyata meniru kebiasaan bangsa Yunani. Dengan demikian melukis Cara melukis yang dilakukan oleh orang Romawi memdapat pengaruh basar dari Yunani. Dari seni melukis pada dinding ini banyak ditemukan peninggalan-peninggalan yang merupakan hasil kebudayaan masyarakat Romawi. Salah satu dari sekian banyak peninggalan kebudayaan ini adalah peninggalan lukisan didinding rumah yang terdapat di Pompeii. Peninggalan lainnya terdapat di Roma yang menggambarkan pengantin perempuan dan teman-temannya sedang mempersiapkan upacara perkawinan. Selain pada dinding rumah, seni lukis juga ditemukan pada mangkuk, jambangan, piring dan tempat bunga.
Bangsa Romawi yang senang membuat bangunan monumental menyebabkan bangsa ini kaya dengan hasil-hasil bangunan berupa monumen dan kuil. Monumen yang dibuat oleh bangsa romawi berupa pintu gerbang kemenangan atau tiang kemenangan. Bangunan monumen ini digunaakn untuk memperingati suatu peristiwa sejarah. Pada banguan monumen itu diberi relief yang menggambarkan peristiwa kemenangan. Peninggalan seni monumen ini terdapat di Roma dan dibeberapa daerah jajahan Romawi.
Perubahan ketatanegaraan Romawi dari republik ke bentuk kekaisaran tidak mengendurkan semangat dan perkembangan budaya orang-orang Roma untuk mendirikan bangunan berupa bangunan monumental. Hanya saja, apabila pada masa republik pendukung seni budaya dilakukan oleh para bangsawan. Namun, setelah menjadi kekaisaran, yang mendukung seni budaya adalah golongan istana. Sejak kaisar Agustus, seni budaya elbih cenderung mejadi seni kuna yang berkiblat pada Yunani.
Setiap kaisar yang berkuasa di Romawi selalu meninggalkan seni budaya beruapa bangunan monumen. Kebiasaan yang dilakukan oleh kiasar-kaisar ini dilakukan sebagai sarana untuk menunjukan jasanya kepada negara. Maka sejak kiasar-kaisar ini berkuasa, banyak sekali didirikan bangunan besar dan megah dengan menggunakan bahan dari marmer.
Peninggalan seni bangunan Romawi pada masa kekaisaran ini jumlah sangat banyak. Banguan-banguan monmen tersebut antara lain:
  • Kuil Zeus yang didirikan di Olympia.
  • Kuil Jupiter Heliopalitanus di ba’albek (syria)
  • Pantheon merupakan sebuah kuil yang kemudian digunakan untuk gereja.
  • Mousoleum di Roma yang didirikan pada tahun 175 SM.
    Mousoleum merupakan bangunan yang berupa makam yang indah. Pada sisi dalam ruang Mousoleum dihiasai ddengan berbagai ornamen yang indah.
  • Teater di Pompeii, solona, dan Asperados.
  • Amphiteater
    Amphpiteater merupakan perpaduan dua buah teater yang dipergunakan untuk pertunjukan mengadu benteng dan untuk perkelahian gladiator, tempat duduk penonton berkeliling, semakin kebelakang semakin tinggi. Amphipater pada masa kaisar Vespasianus (695 SM) dipergunakan untuk peragaan perang-perangan seperti di laut bebas dan Circus (sirkus), tempat untuk berpacu kuda yang menarik kereta beroda dua.
  • Thermen
    Merupakan tempat pemandian dengan ruang-ruang mandi berair panah, berair hangat dan dingin.
  • Bangunan istana
  • Gerbang kemenengan
  • Tiang kemenangan
Pada masa Gothik (100 – 1400 M), kebudayaan Romawi tidak dapat dipisahkan dari perkembangan agama kristen. Agama kristen atau Nasrani sebenarnya telah berkembang sejak jaman pemerintahan Tiberius. Agama ini disiarkan oleh Yesus (Isa) dari nazareth, yang dilahirkan di Palestina. Agama Kristen ini berbeda dengan kepercayaan rakyat Romawi yang poltheis. Agama Nasrani memiliki kepercayaan monoteis. Dengan pertimbangan-pertimbangan politik dan kemanan negara, Tiberius menjatuhkan hukuman mati kepada Yesus pada tahun 33. Tetapi kematian Yesus ini tidak berarti agama Kristen lenyap dari kehiduapan masyarakat Romawi, malahan sebaliknya.
Setelah Yesus atau Nabi Isa disalib dibukit Gologota, agama Kristen berkembang sampai Mesir, Syria, Asia Kecil, dan ke Roma. Hampir selama tiga abad para pengikut agama Kristen dalam ketakutan dan dikejar-kejar oleh penguasa Roma. Pada tahun 395 agama kristen ditetapkan sebagai agama negara. Dari masyarakat pemeluknya lambat laun timbul suatu bentuk kelompok kegerejaan yang disusun menurut organisasi-organisasi yang ada di Imperium Romanum (penguasa Roma).
Periode Gothik seni Kristen mengalami hambatan-hambatan yang disebabkan oleh perpindahan pemerintahan dari Konsatantinopel ke Byzantium. Kekaisaran romawi mengalami perpecahan menjadi Romawi Barat dan Romawi Timur. Romawi Barat mengalami keruntuhan tahun 335 M.
Ketika penguasa Roma masih memusuhi para pengikut agam kristen, di Roma sendiri secara sembuyi-sembunyi berkembang seni Katamba. Sejak saat itulah lahir seni Katakomba yang meruapakn tanda lahirnya seni kristen awal. Katakomba sendiri merupakan kuburan-kuburan bawah tanah.
Kemudian dalam masyarakat Romawi pada masa Gothik ini selalu melakukan kebiasaan untuk berkumpul di ruangan terowongan dengan tujuan mengadakan kegiatan agama. Dari seringnya diadakan perkumpulan, kemudian berkembang kebiasaan masyarakat untuk menghiasi dinding dengan motif jaman kuno. Motif-motif klasik yang digambar dalam dinding-dinding terowongan ini, kemudian tergeser oleh perkembangan motif-motif modern atau baru. Motif-motif yang baru ini biasanya berbentuk manusia dan binatang yang digambarkan secara simbolik untuk kepentingan agama kristen. Karya seni kristen awal ini anatara lain lukisan-lukisan kristus sebagai “gembala yang baik”. Pada umumnya yang mengembangkan seni Katakomba ini adalah bukan seniman. Bagi mereka yang erpenting adalah dapat mengungkapkan arti dan ide melalui lukisan dan sebagai bakti mereka kepada agama kristen. Namun, justru “seniman-seniman” Katakomba ini menjadi pelopor seni nonrelistik pada abad pertengahan.
Ketika gereja mengalami kemerdekaan kembali pada abad ke-4, kemudian agama kristen dijadikan agama resmi, mulailah perkembangan seni banguan gereja. Pada masa itu, para arsitek membangun gereja dengan menggunakan konsep dasar seni bangunan basilika bangsa Romawi, yaitu suatu bangunan untuk pertemuan-pertemuan umum berbentuk persegi panjang. Perkembangan selanjutnya adalah bagunan gereja dengan menara lonceng pada bad ke-6.
Seni bangunan pada bangunan gereja adalah bangunan geraja dengan denah memusat dan berkubah serta menggunakan denah memanjang atau basilika dengan langit-langit datar atau dengan lengkung silang. Contoh seni bangunan pada masa gereja adalah bangunan gereja St.Andrea di Mantua dan gereja St.Novella di Feirence. (http://solusinews.blogspot.com/2013/05/peradaban-romawi-kuno.html)
Peradaban Romawi Kuno (27SM – 476SM/1453 M) terletak di Semenanjung Apenina, beribu kota Roma, Italia. Tanah disini sangat subur sehingga mendukung terciptanya sebuah peradaban. Ada tiga gunung berapi yang membantu menyuburkan tanah yakni gunung Visuvius, Stromboli dan Etna. Selain itu juga terdapat dua sungai besar sebagai sumber air yaitu Sungai Tiber dan Sungai Po.
Wilayah Romawi di sebelah barat dibatasi Laut Tirrenia sedangkan sebelah timur dibatasi oleh Laut Ionia dan Laut Adriatik. Untuk sebelah utara wilayah Romawi berbatasan dengan negara Swiss dan Austria. Untuk sebelah selatan dibatasi oleh Pulau Sisilia dan Laut Tengah. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar di bawah ini.
Peta Peradaban Romawi Kuno pada tahun 27SM - 476SM/1453 M
Bangsa Romawi telah mengenal ilmu pengetahuan diantaranya pengetahuan tentang pembuatan akuaduk (pengairan bergantung), stadion Amphiteater (tempat olah raga), Colosseum gladiator (tempat adu manusia dengan hewan) dan Gereja Aya Sophia (sekarang menjadi Masjid) di Bizantium. Masyarakat Romawi juga sudah mengenal sistem pertanian yang mampu menghasilkan tanaman anggur, sayuran, gandum, jagung, zaitun serta beternak biri-biri. Adapun kepercayaan yang dianaut adalah kepercayaan tentang adanya banyak dewa seperti dewa Zeus (diganti dengan Yupiter), Vesta, Genius, Yuno (Hera) dan Aprodhite (diganti Venus). Adapun sistem pemerintahannya adalah sebagai berikut:
a) Kepala pemerintahan dipegang oleh dua orang konsul yang dipilih dengan masa jabatan selama dua tahun,
b) Senat, memiliki hak memberi nasihat kepada konsul,
c) Dewan Rakyat (Comitia Curiata),
d) Pontifex Maximus, merupakan jabatan sejenis kepala agama,
e) Tribuni Plebis, merupakan jabatan semacam dewan daerah.
Semula, pada tahun 750 – 510 SM Peradaban Romawi dipimpin oleh seorang raja dengan sistem pemerintahan kerajaan. Adanya sikap kediktatoran raja sering memicu terjadinya keributan antara rakyat dengan pemerintahan sehingga pada saat pemerintahan dipegang oleh Raja Tarquinus terjadilah pemberontakan besar sehingga pada tahun 510 SM sistem pemerintahan berubah menjadi republik.
Saat pemerintahan berupa republik (510 SM-27 SM) dipimpin oleh tiga orang Triumvirat (60–44 SM) yang terdiri dari Pompeyus, Crassus dan Yulius Caesar. Selain itu, pada masa ini wilayah kekuasaan Bangsa Romawi membentang luas dari wilayah Spanyol (barat), Jerman, Palestina hingga Mesir (timur). Masyarakat Romawi pada umumnya terbagi menjadi dua golongan yakni:
a. Golongan patricia (golongan bangsawan), golongan ini memegang kekuasaan di Roma sebagai warga penuh.
b. Golongan plebeca (rakyat rendah), golongan ini boleh mendirikan tribun plebis, salah satu konsulnya berasal dari plebeca. Untuk mengatur kehidupan bernegara disusunlah sebuah undang-undang tertulis yang pertama kali, yaitu Lejes Duodecim Tabularum yang berupa 12 lempengan tembaga.
Gaius Julius Caesar
Perang saudara mulai kembali berkobar tatkala pada tahun 55 SM, Crassus meninggal sehingga terjadi keributan antara Pompeyus dengan Yulius Caesar. Akhirnya kemenangan berhasil diraih oleh Yulius Caesar dan memimpin sebagai Triumvirat I namun dibawah kepemimpinannya, bangsa Romawi dinilai gagal.
Pada tahun 44 SM, tokoh Triumvirat I -Yulius Caesar- dibunuh oleh Senat Cassius dan Brutus kemudian rakyat membentuk Triumvirat II yang anggotanya Antonius, Octavianus dan Lipidus. Perselisihan pun kembali terjadi yang berakhir kematian Lipidus. Setelah kematian Lipidus, kekuasaan dibagi menjadi dua wilayah dimana Antonius berkuasa di wilayah antara asia kecil hingga Mesir dan Octavianus berkuasa di wilayah barat Spanyol hingga Yunani.
Antonius yang berkuasa di wilayah timur akhirnya menikah dengan Ratu Mesir, Cleopatra. Lambat laun kecurigaan Octavianus memuncak hingga akhirnya ia menyerang wilayah kekuasaan Antonius dan berhasil menguasainya. Untuk menghindari penangkapan, Antonius dan Cleopatra kabur dan akhirnya bunuh diri. Kejadian ini menjadikan Octavianus berkuasa penuh atas wilayah Romawi dan membentuk sistem kekaisaran (27M). Ia pun mendapatkan gelar sebagai Augustus (yang mulia). Beberapa kebijakan pada saat pemerintahan Octavianus antara lain pegawai memperoleh gaji tetap, pajak rakyat diperingan, menempatkan tentara di daerah perbatasan dan pembersihan wilayah dari gangguan bajak laut.
Wilayah Romawi pada masa kekaisaran Octavianus membentang dari wilayah Mesir, Siria, Palestina, Turki, Spanyol,Afrika Utara, Spanyol, Portugis, Belgia, Prancis, Belanda, Inggris, Jerman dan Balkan. Pada masa ini Bangsa Romawi mengalami zaman keemasan dan agama Kristen mulai masuk ke kerajaan Romawi.
Bangsa Romawi mengalami zaman kelam pada saat pemerintahan kekaisaran Nero. Ia dikenal sangat kejam dan tega membunuh, istri, ibu, anak dan gurunya sendiri demi kepuasan. Ia juga membunuh orang-orang yahudi dengan cara dibakar hidup-hidup sekitar 40.000 orang.
Pada pemerintahan Kaisar Konstantin, ibukota Romawi berpindah dari Roma ke Istambul (Bizantium). Kaisar Theodoseus membuat kebijakan terkait agama Kristen yang kemudian dijadikan sebagai agama negara. Kemudian Ia membagi romawi menjadi dua wilayah yakni wilayah barat yang berpusat di Roma dan wilayah timur yang berpusat di Bizantium. Namun bangsa ini akhirnya harus hancur. Romawi barat hancur akibat serangan Bangsa Odoaker sedangkan Romawi timur hancur akibat serangan Turki Usmani. (- See more at: http://www.siswapedia.com/peradaban-romawi-kuno/#sthash.SSBaZaTj.dpuf)

https://bukharawrite.wordpress.com/2016/10/06/sejarah-eropa-dan-islam-modern/


KHULAFAUR RASYIDIN

Date: April 4, 2014
Author: Sutihat rahayu suadh


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Khulafaur Rasyidin (bahasa Arabالخلفاء الراشدون) atau Khalifah Ar-Rasyidin adalah empat orang khalifah (pemimpin) pertama agamaIslam, yang dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus kepemimpinan Nabi Muhammad setelah ia wafat. Empat orang tersebut adalah para sahabat dekat Muhammad yang tercatat paling dekat dan paling dikenal dalam membela ajaran yang dibawanya di saat masa kerasulan Muhammad. Keempat khalifah tersebut dipilih bukan berdasarkan keturunannya, melainkan berdasarkan konsensus bersama umat Islam[1]
Sistem pemilihan terhadap masing-masing khalifah tersebut berbeda-beda, hal tersebut terjadi karena para sahabat menganggap tidak ada rujukan yang jelas yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad tentang bagaimana suksesi kepemimpinan Islam akan berlangsung. Namun penganut paham Syi’ah meyakini bahwa Muhammad dengan jelas menunjuk Ali bin Abi Thalib, khalifah ke-4 bahwa Muhammad menginginkan keturunannyalah yang akan meneruskan kepemimpinannya atas umat Islam, mereka merujuk kepada salah satu HaditsGhadir Khum[rujukan?].
Secara resmi istilah Khulafaur Rasyidin merujuk pada empat orang khalifah pertama Islam, namun sebagian ulama menganggap bahwaKhulafaur Rasyidin atau khalifah yang memperoleh petunjuk tidak terbatas pada keempat orang tersebut di atas, tetapi dapat mencakup pula para khalifah setelahnya yang kehidupannya benar-benar sesuai dengan petunjuk al-Quran dan Sunnah Nabi. Salah seorang yang oleh kesepakatan banyak ulama dapat diberi gelar khulafaur rasyidin adalah Umar bin Abdul-Aziz, khalifah Bani Umayyah ke-8[rujukan?].
Abu Bakar
Abu Bakar ash-Shiddiq (573 – 634 M, menjadi khalifah 632 – 634 M) lahir dengan nama Abdus Syams, “Abu bakar” adalah gelar yang diberikan masyarakat muslim kepadanya. Nama aslinya adalah !Abdullah bin Abi Kuhafah”. Ia mendapat gelar “as-Shiddiq! setelah masuk islam. Nama sebelum muslim adalah “Abdul Ka’bah”. Ibunya bernama “Salma Ummul Khair”, yaitu anak paman “Abu Quhafah”. Abu Bakar adalah khalifah pertama Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad. Ia adalah salah seorang petinggi Mekkah dari sukuQuraisy. Setelah memeluk Islam namanya diganti oleh Muhammad menjadi Abu Bakar. Ia digelari Ash- Shiddiq yang berarti yang terpercaya setelah ia menjadi orang pertama yang mengakui peristiwa Isra’ Mi’raj.
Ia juga adalah orang yang ditunjuk oleh Muhammmad untuk menemaninya hijrah ke Yatsrib. Ia dicatat sebagai salah satu Sahabat Muhammad yang paling setia dan terdepan melindungi para pemeluk Islam bahkan terhadap sukunya sendiri.
Ketika Muhammad sakit keras, Abu Bakar adalah orang yang ditunjuk olehnya untuk menggantikannya menjadi Imam dalam Salat. Hal ini menurut sebagian besar ulama merupakan petunjuk dari Nabi Muhammad agar Abu Bakar diangkat menjadi penerus kepemimpinan Islam, sedangkan sebagian kecil kaum Muslim saat itu, yang kemudian membentuk aliansi politik Syiah, lebih merujuk kepada Ali bin Abi Thalib karena ia merupakan keluarga Nabi. Setelah sekian lama perdebatan akhirnya melalui keputusan bersama umat islam saat itu, Abu Bakar diangkat sebagai pemimpin pertama umat islam setelah wafatnya Muhammad. Abu Bakar memimpin selama dua tahun dari tahun 632 sejak kematian Muhammad hingga tahun 634 M.
Selama dua tahun masa kepemimpinan Abu Bakar, masyarakat Arab di bawah Islam mengalami kemajuan pesat dalam bidang sosial, budaya dan penegakan hukum. Selama masa kepemimpinannya pula, Abu bakar berhasil memperluas daerah kekuasaan islam ke Persia, sebagian Jazirah Arab hingga menaklukkan sebagian daerah kekaisaranBizantium. Abu Bakar meninggal saat berusia 61 tahun pada tahun 634 M akibat sakit yang dialaminya.
Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama tantangan yang disebabkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintah Madinah sepeninggal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wasallam, dengan sendirinya batal setelah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam wafat. Karena itu mereka menentang Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut Perang Riddah (perang melawan kemurtadan). Khalid ibn Al-Walid adalah panglima yang banyak berjasa dalam Perang Riddah ini.
Nampaknya, kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar, sebagaimana pada masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam, bersifat sentral; kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, Khalifah juga melaksanakan hukum yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Meskipun demikian, seperti juga Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wasallam, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah.
Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar mengirim kekuatan ke luar Arabia. Khalid ibn Walid dikirim ke Iraq dan dapat menguasai wilayah al-Hirah pada tahun 634 M. Ke Syria dikirim ekspedisi di bawah pimpinan empat panglima yaitu Abu Ubaidah ibnul Jarrah, Amr ibnul ‘Ash, Yazid ibn Abi Sufyan dan Syurahbil. Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah ibn Zaid yang masih berusia 18 tahun. Untuk memperkuat tentara ini, Khalid ibn Walid diperintahkan meninggalkan Irak, dan melalui gurun pasir yang jarang dijalani, ia sampai ke Syria.

Umar bin Khattab

Umar bin Khattab (586-590 – 644 M, menjadi khalifah 634 – 644 M) adalah khalifah ke-2 dalam sejarah Islam. pengangkatan umar bukan berdasarkan konsensus tetapi berdasarkan surat wasiat yang ditinggalkan oleh Abu Bakar. Hal ini tidak menimbulkan pertentangan berarti di kalangan umat islam saat itu karena umat Muslim sangat mengenal Umar sebagai orang yang paling dekat dan paling setia membela ajaran Islam. Hanya segelintir kaum, yang kelak menjadi golongan Syi’ah, yang tetap berpendapat bahwa seharusnya Ali yang menjadi khalifah. Umar memerintah selama sepuluh tahun dari tahun 634 hingga 644.
Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar bin Khatthab sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam. Kebijaksanaan Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera secara beramai-ramai membaiat Umar. Umar menyebut dirinya Khalifah Rasulillah (pengganti dari Rasulullah). Ia juga memperkenalkan istilah Amir al-Mu’minin (petinggi orang-orang yang beriman).
Di zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi; ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan ‘Amr ibn ‘Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Sa’ad ibn Abi Waqqash. Iskandariah (Alexandria), ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh pada tahun 637 M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Moshul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar Radhiallahu ‘anhu, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir.
Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia. Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Beberapa departemen yang dipandang perlu didirikan. Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk. Demikian pula jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa mata uang, dan membuat tahun hijiah.
Umar memerintah selama sepuluh tahun (13-23 H/634-644 M). Masa jabatannya berakhir dengan kematian. Dia dibunuh oleh seorang Zoroastrianis, budak Fanatik dari Persia bernama Abu Lu’lu’ah. Untuk menentukan penggantinya, Umar tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar. Dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada mereka untuk memilih salah seorang di antaranya menjadi khalifah. Enam orang tersebut adalah Usman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa’ad ibn Abi Waqqash, Abdurrahman ibn ‘Auf. Setelah Umar wafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Utsman sebagai khalifah, melalui proses yang agak ketat dengan Ali ibn Abi Thalib.

Utsman bin Affan

Utsman bin Affan dilahirkan pada tahun 573 M pada sebuah keluarga dari suku Quraisy bani Umayah. Nenek moyangnya bersatu dengan nasab Nabi Muhammad saw. pada generasi ke-5. Sebelum masuk islam ia dipanggil degan sebutan Abu Amr. Ia begelar Dzunnurain, karena menikahi dua putri Nabi saw. (menjadi khalifah 644-655 M) adalah khalifah ke-3 dalam sejarah Islam. Umar bin Khattab tidak dapat memutuskan bagaimana cara terbaik menentukan khalifah penggantinya. Segera setelah peristiwa penikaman dirinya oleh Fairuz, seorang majusi persia, Umar mempertimbangkan untuk tidak memilih pengganti sebagaimana dilakukan Rasulullah. Namun Umar juga berpikir untuk meninggalkan wasiat seperti dilakukan Abu Bakar. Sebagai jalan keluar, Umar menunjuk enam orang Sahabat sebagai Dewan Formatur yang bertugas memilih Khalifah baru. Keenam Orang itu adalah Abdurrahman bin AufSaad bin Abi WaqashThalhah bin UbaidillahZubair bin Awwam, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.
Di masa pemerintahan Utsman, Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan berhasil direbut. Ekspansi Islam pertama berhenti sampai di sini.
Pemerintahan Usman berlangsung selama 12 tahun, pada paruh terakhir masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Utsman memang sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar. Ini karena fitnah dan hasutan dari Abdullah bin Saba’ Al-Yamani salah seorang yahudi yang berpura-pura masuk islam. Ibnu Saba’ ini gemar berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lainnya untuk menyebarkan fitnah kepada kaum muslimin yang baru masa keislamannya. Akhirnya pada tahun 35 H/1655 M, Utsman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang berhasil dihasut oleh Abdullah bin Saba’ itu.
Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat berburuk sangka terhadap kepemimpinan Utsman adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi. Yang terpenting di antaranya adalah Marwan ibn Hakam Rahimahullah. Dialah pada dasarnya yang dianggap oleh orang-orang tersebut yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Utsman hanya menyandang gelar Khalifah. Setelah banyak anggota keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan penting, Usman laksana boneka di hadapan kerabatnya itu. Dia tidak dapat berbuat banyak dan terlalu lemah terhadap keluarganya. Dia juga tidak tegas terhadap kesalahan bawahan. Harta kekayaan negara, oleh kerabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol oleh Utsman sendiri. Itu semua akibat fitnah yang ditebarkan oleh Abdullah bin Saba’, meskipun Utsman tercatat paling berjasa membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas masjid Nabi di Madinah.

Ali bin Abi Thalib

Para pemberontak terus mengepung rumah Utsman. Ali memerintahkan ketiga puteranya, Hasan, Husain dan Muhammad bin Ali al-Hanafiyah mengawal Utsman dan mencegah para pemberontak memasuki rumah. Namun kekuatan yang sangat besar dari pemberontak akhirnya berhasil menerobos masuk dan membunuh Khalifah Utsman.
Setelah Utsman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali menon-aktifkan para gubernur yang diangkat oleh Utsman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Utsmankepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar.
Tidak lama setelah itu, Ali ibn Abi Thalib menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau menghukum para pembunuh Utsman, dan mereka menuntut bela terhadap darah Utsman yang telah ditumpahkan secara zhalim. Ali sebenarnya ingin sekali menghindari perang. Dia mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya mau berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun ajakan tersebut ditolak. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun berkobar. Perang ini dikenal dengan nama Perang Jamal (Unta), karena Aisyah dalam pertempuran itu menunggang unta, dan berhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.
Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari para gubernur di Damaskus, Mu’awiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Setelah berhasil memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah, Ali bergerak dari Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan Mu’awiyah di Shiffin. Pertempuran terjadi di sini yang dikenal dengan nama Perang Shiffin. Perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga, kaum Khawarij, orang-orang yang keluar dari barisan Ali. Akibatnya, di ujung masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Mu’awiyah, Syi’ah (pengikut Abdullah bin Saba’ al-yahudu) yang menyusup pada barisan tentara Ali, dan al-Khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan Ali). Keadaan ini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok Khawarij menyebabkan tentaranya semakin lemah, sementara posisi Mu’awiyah semakin kuat. Pada tanggal 20 ramadhan 40 H (660 M), Ali terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij yaitu Abdullah bin Muljam.

Setelah Khulafaurrosyidin

Kedudukan sebagai khalifah kemudian dijabat oleh purta Ali yaitu Hasan selama beberapa bulan. Namun, karena Hasan menginginkan perdamaian dan menghindari pertumpahan darah, maka Hasan menyerahkan jabaran kekhalifahan kepada Muawiyah bin Abu Sufyan. Dan akhirnya penyerahan kekuasaan ini dapat mempersatukan umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, di bawah Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Di sisi lain, penyerahan itu juga menyebabkan Mu’awiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam. Tahun 41 H (661 M), tahun persatuan itu, dikenal dalam sejarah sebagai tahun jama’ah (‘am jama’ah)! Dengan demikian berakhirlah masa yang disebut dengan masa Khulafa’ur Rasyidin, dan dimulailah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik Islam.
Ketika itu wilayah kekuasaan Islam sangat luas. Ekspansi ke negeri-negeri yang sangat jauh dari pusat kekuasaannya dalam waktu tidak lebih dari setengah abad, merupakan kemenangan menakjubkan dari suatu bangsa yang sebelumnya tidak pernah mempunyai pengalaman politik yang memadai. Faktor-faktor yang menyebabkan ekspansi itu demikian cepat antara lain adalah:
  1. Islam, disamping merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, juga agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.
  2. Dalam dada para sahabat, tertanam keyakinan tebal tentang kewajiban menyerukan ajaran-ajaran Islam (dakwah) ke seluruh penjuru dunia. Semangat dakwah tersebut membentuk satu kesatuan yang padu dalam diri umat Islam.
  3. Bizantium dan Persia, dua kekuatan yang menguasai Timur Tengah pada waktu itu, mulai memasuki masa kemunduran dan kelemahan, baik karena sering terjadi peperangan antara keduanya maupun karena persoalan-persoalan dalam negeri masing-masing.
  4. Pertentangan aliran agama di wilayah Bizantium mengakibatkan hilangnya kemerdekaan beragama bagi rakyat. Rakyat tidak senang karena pihak kerajaan memaksakan aliran yang dianutnya. Mereka juga tidak senang karena pajak yang tinggi untuk biaya peperangan melawan Persia.
  5. Islam datang ke daerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan toleran, tidak memaksa rakyat untuk mengubah agamanya untuk masuk Islam.
  6. Bangsa Sami di Syria dan Palestina dan bangsa Hami di Mesir memandang bangsa Arab lebih dekat kepada mereka daripada bangsa Eropa, Bizantium, yang memerintah mereka.
  7. Mesir, Syria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan itu membantu penguasa Islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh.
Mulai dari masa Abu Bakar sampai kepada Ali dinamakan periode Khilafah Rasyidah. Para khalifahnya disebut al-Khulafa’ al-Rasyidun, (khalifah-khalifah yang mendapat petunjuk). Ciri masa ini adalah para khalifah betul-betul menurut teladan Nabi. Setelah periode ini, pemerintahan Islam berbentuk kerajaan. Kekuasaan diwariskan secara turun temurun. Selain itu, seorang khalifah pada masa khilafah Rasyidah, tidak pernah bertindak sendiri ketika negara menghadapi kesulitan; Mereka selalu bermusyawarah dengan pembesar-pembesar yang lain. Sedangkan para penguasa sesudahnya sering bertindak otoriter.

https://bukharawrite.wordpress.com/2014/04/04/138/


SULAIMAN RASYID (1898-1976): PENYUSUN FIKIH PERTAMA

Date: October 6, 2016
Author: Sutihat rahayu suadh


KHILAFAH MENURUT KITAB FIKIH HAJI SULAIMAN RASYIDIlmu Pengetahuan itu milik orang mukmin yang hilang. Di mana saja ia menemukannya, dia lebih berhak atasnya (Hadis Riwayat At-Turmudzy)Salah satu wujud keindahan dan kesempurnaan ajaran agama Islam adalah fikih. Di dalamnya setiap orang bisa membaca aturan-aturan yang praktis. Sebuah ajaran yang, mengutip kata-kata Muhamad Iqbal, mengarahkan manusia pada tindakan dan bukan sekadar wacana.

Kecintaannya pada Islam membawa Sulaiman Rasjid (1926) belajar ke sekolah Mualim, sekolah guru, di Mesir. Kemudian ia melanjutkan ke Perguruan Tinggi Al-Azhar Kairo Mesir, Jurusan Takhashus Fiqh (Ilmu Hukum Islam) dan selesai 1935.

Di sinilah lelaki bersahaja ini lebih mendalami bahasa Arab sebelum akhirnya menyusun kitab fikih. Ini bukanlah sekadar usaha menyalin atau menerjemahkan hukum Islam ke dalam bahasa Indonesia. Sulaiman Rasjid harus “menaklukkan” kompleksitas bahasa Arab. Tata bahasa Arab pun sangat rasional dan saksama, tapi rumit, apalagi jika dibanding dengan bahasa Indonesia. Bahkan, bunyi suatu kata dapat mengakibatkan perbedaan arti yang sangat jauh. Namun, semua ini tidak membuat semangat Rasjid berkurang sedikit pun. Justru ia makin gigih memahami keunikan dan kekayaan bahasa Arab.

Berkat usaha Sahabat Utsman bin Affan ra., mengumpulkan ayat-ayat Alquran yang berserakan, kemudian dibukukan, umat Islam (bahkan non-Islam) banyak memetik manfaat besar dari Alquran. Demikian pula, berkat upaya Haji Sulaiman Rasjid menyusun buku fikih versi Indonesia, umat Islam di negeri ini bisa meraih hikmah sebanyak-banyaknya.

Namun, pengabdian Rasjid bukan cuma untuk agamanya. Ia juga seorang pemikir dan pejuang bangsa. Pada 1936, bapak delapan anak ini ditunjuk Belanda sebagai ketua Penyelidik Hukum Agama di Lampung. Dalam rentang 1937–1942, dia menjadi pegawai tinggi agama pada kantor Syambu dalam era pendudukan Jepang. Namun, kedudukan yang diembannya tidak menghalanginya mengangkat senjata. Setahun menjelang kemerdekaan, Sulaiman berjuang di Kalianda bersama tokoh setempat, H. Ali.


Setelah Indonesia merdeka, Presiden Sukarno menugaskannya ke Departemen Agama Republik Indonesia, lantas menjadi kepala Jawatan Agama Republik Indonesia Jakarta (1947–1955) lalu memangku amanat sebagai kepala Perjalanan Haji Indonesia.

Dalam tahun itu pula ia menjadi staf ahli Kementerian Agama Republik Indonesia sekaligus menjadi asisten dosen Perguruan Tinggi Agama Islam (PTIAN) Jakarta sembari mengajar sebagai dosen PTAIN Yogyakarta. Tahun 1960, Sulaiman Rasjid diangkat menjadi guru besar Ilmu Fikih.

Ayah delapan putra-putri dan kakek 20 cucu ini juga tercatat sebagai pendiri IAIN Radin Intan Lampung tahun 1964 silam. Sulaiman, yang amat menekankan nilai-nilai pendidikan dan mewajibkan semua anaknya menempuh pendidikan tinggi, wafat 26 Januari 1976 dan dimakamkan di TPU Pakiskawat Enggal, Bandar Lampung.

Salah satu kitab fiqih lengkap paling populer yang ditulis dalam bahasa Indonesiaoleh penulis asli Indonesia adalah Kitab “Fiqh Islam” karya H. Sulaiman Rasjid. Kitab fiqih ini –menurut penerbit, Sinar Baru Algesindo–menjadi salah satu rujukan di sekolah menengah dan perguruan tinggi Islam di Indonesia dan Malaysia. Popularitas buku ini bisa dilihat dari seringnya cetak ulang terhadap buku ini. Buku yang saya miliki merupakan cetakan ke 40, tahun 2007. Cetakan pertama tak disebutkan, namun ‘Kata Pengantar’ dari HAMKA sedikit memberi gambaran.‘Kata Pengantar’ tersebut bertahun 1954.

Salah satu kekuatan buku ini adalah merujuk langsung kepada al-Qur’an dan as-Sunnah, tak fanatik terhadap satu madzhab, namun sekaligus tidak menafikan pendapat ulama-ulama madzhab tersebut. Ini merupakan kewajaran, karena sang penulis memang berasal dari kalangan ‘kaum muda’.

Perlu diketahui juga, H. Sulaiman Rasjid yang lahir tahun 1896 ini memperolehpendidikan agama di Perguruan Tawalib, Padang Panjang, kemudian dilanjutkan di sekolah guru Mualimin, Mesir, setelah itu dilanjutkan ke Perguruan Tinggi Al-Azhar jurusan Takhashshush Fiqh di Kairo, Mesir. Dalam karir intelektual, beliau tercatat pernah menjadi Rektor mata kuliah Ilmu Fiqh di IAIN Jakarta pada tahun 1962 – 1964, dan menjelang masa pensiun, beliau diangkat menjadi Rektor IAIN Lampung.

H. Sulaiman Rasjid di kitab beliau Fiqh Islam mencantumkan satu kitab (ket: yang dimaksud dengan ‘kitab’ adalah ‘bab’ menurut lazimnya penulisan sekarang) bernama Kitab al-Khilafah. H. Sulaiman Rasjid mendefinisikan al-Khilafah dengan “suatu susunan pemerintahan yang diatur menurut ajaran agama Islam, sebagaimana yang dibawa dan dijalankan oleh Nabi Muhammad Saw. semasa beliau hidup, dan kemudian dijalankan oleh Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abu Talib). Kepala negaranya dinamakan khalifah.”

Beliau, sebagaimana banyak penulis kitab fiqih lainnya, menyatakan bahwa hukum mendirikan khilafah adalah kewajiban atas semua kaum muslimin. Berikut pernyataan beliau,“Kaum muslim (ijma’ yang mu’tabar) telah bersepakat bahwa hukum mendirikan khilafah itu adalah fardu kifayah atas semua kaum muslim.” Beliau menyebutkan alasan kewajiban mendirikan khilafah adalah berdasarkan:

(1) Ijma’ Shahabat, sehingga mereka (para shahabat) mendahulukan musyawarah untuk memilih khalifah daripada menyelesaikan pengurusan jenazah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam; 

(2) Kaidah Maa laa yatimmu al-waajib Illaa bihi fahuwa waajib, tidak mungkin dapat menyempurnakan kewajiban –misalnya membela agama, menjaga keamanan, dan sebagainya– selain dengan adanya khilafah; dan 

(3)beberapa ayat al-Quran dan al-Hadits.


Tentang berbilangnya pemimpin bagi umat Islam, H. Sulaiman Rasjid menulis,“Menurut asal hukum syara’ Islam, diwajibkan adanya pimpinan pemerintahan yang satu di seluruh negeri Islam sebagaimana yang ada di masa khalifah-khalifah di zaman keemasannya. Kata Mawardi dalam kitab Al-Ahkamus Sultaniyah,‘Apabila terdapat dua imam di dua negeri Islam, pimpinan keduanya tidak sah, sebab pada umat Islam tidak boleh ada dua khalifah’.”

Memang H. Sulaiman Rasjid termasuk ulama yang mentolerir berbilangnya pemimpin bagi umat Islam, seperti pernyataan beliau,“Adapun sesudah agama Islam tersiar meluas di seluruh dunia, timur dan barat, selatan dan utara, serta didorong pula oleh beberapa kepentingan dan dipaksa oleh keadaan-keadaan serta kesulitan-kesulitan politik, mau tak mau pimpinan Islamiyah (khalifah) pada abad kedelapan Masehi (kedua Hijriah) terjadi dua daulah Islamiyyah:(1) Daulah Abbasiyah di timur (Bagdad),(2) Daulah Umawiyyah di barat, di Andalus, yaitu Spanyol.”
Atau pernyataan beliau,“Al-Khilafah dapat ditegakkan dengan perjuangan umat Islam yang teratur menurut keadaan dan tempat masing-masing umat, baik berbentuk nasional untuk sebagian kaum muslim yang merupakan suatu bangsa yang memperjuangkan suatu negara yang telah mereka tentukan batas-batasnya,–sebagaimana telah terjadi mulai dari Khilafah Umawiyah, Khilafah Abbasiyah, dan lain-lain sesudah itu; khilafah-khilafah itu diakui dan ditaati oleh ulama muslim– ataupun berbentuk umum (internasional) untuk seluruh umat Islam sedunia.”

Namun hal ini harus dilihat dari sisi:

(1) Beliau dengan sangat gamblang menyatakan bahwa hukum asal dalam Islam adalah hanya boleh ada satu khalifah bagi seluruh umat Islam;

(2) Kebolehan berbilangnya pemimpin merupakan kajian fakta dan sejarah umat Islam. Jika ada kajian fakta kontemporer dengan analisa yang lebih tajam dan kajian yang lebih mendalam yang menyebutkan bahwa sangat mungkin umat Islam bersatu dalam satu negara, di bawah pimpinan satu orang khalifah, maka tentu kita harus kembali ke hukum asal seperti di poin (1) tersebut.

(3) H. Sulaiman Rasjid tetap menegaskan bahwa fardhu kifayah atas umat Islam sedunia berusaha mencari jalan untuk menyatukan pimpinan. Kewajiban ini tetap hingga tercapainya tujuan yang diinginkan, yaitu bersatunya seluruh umat Islam di bawah pimpinan seorang khalifah.

Sekarang, mari kita lihat apa yang terjadi dengan banyaknya negara-negara yang dihuni oleh mayoritas umat Islam, tak mungkinkah mereka bersatu? Atau masalah sebenarnya bukan mungkin atau tidak mungkin, melainkan mau atau tidak mau?
Masalah besar berikutnya adalah seluruh negara-negara tersebut tak menerapkan Syariah Islam secara kaffah, paling banter mungkin Arab Saudi, namun Arab Saudi pun tak menerapkan Syariah Islam dalam sistem pemerintahan dan politik luar negeri. Apalagi Indonesia, alih-alih menerapkan Syariah Islam, yang ada para pejuang syariah malah dicurigai dan dituduh teroris.

Lihatlah juga bagaimana masing-masing negara tak peduli dengan nasib saudara muslimnya di negara lain. Umat Islam Indonesia banyak yang tak peduli dengan nasib saudara seimannya di Palestina, Irak, Afghanistan, dan negeri-negeri lain yang sedang dijajah kaum kuffar. 

Fakta kontemporer ini harus dikaji secara mendalam, diketahui akar masalahnya dan diberikan solusinya.

Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.

janji Allah sangat benar….tiada keraguan lagi…


|Tujuan Hizbut Tahrir adalah melangsungkan kembali kehidupan Islam, mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Tujuan ini bermakna mengembalikan kaum Muslim ke kehidupan islami di Darul Islam dan masyarakat Islam. 

Di dalamnya seluruh urusan kehidupan masyarakat berjalan sesuai dengan hukum-hukum Islam dan sudut pandang masyarakat adalah halal dan haram di bawah naungan Daulah Islamiyah, yakni Daulah Khilafah, yang di dalamnya kaum Muslim mengangkat seorang khalifah yang dibaiat atas dasar pendengaran dan ketaatan, untuk berhukum dengan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya, dan untuk mengemban Islam ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad (Hizb at-Tahrir, hlm. 6).

Benar, kekuasaan dibutuhkan untuk bisa melanjutkan kehidupan Islam, namun itu bukanlah tujuan. Kekuasaan hanyalah thariqah (metode) untuk melanjutkan kehidupan Islam dengan menerapkan syariah Islam secara menyeluruh.


https://bukharawrite.wordpress.com/2016/10/06/sulaiman-rasyid-1898-1976-penyusun-fikih-pertama/


Dr. Syafii Antonio: Kelak, Islam Kembali Memimpin Peradaban Dunia

Date: October 1, 2016
Author: Sutihat rahayu suadh
December 20, 2013 at 10:14am

JAKARTA (VoA-Islam) – Banyak sekali bukti-bukti sejarah yang bernilai tinggi selama masa pemerintahan Sultan Sulaiman Agung dari dinasti Usmaniyah dalam berbagai bidang, seperti pengembangan sains dan hukum, sastra arab, Persia dan Turki. Ketika itu peradaban Turki, Bizantium dan Itali berpadu menghasilkan kejeniusan peradaban Turki Utsmani.

Thomas Carlyle melukiskan perkembangan peradaban Islam sebagai suatu ledakan yang membahana seluruh dunia. Menariknya lagi, seorang Napoleon Bonaparte menegaskan, “Musa telah mewahyukan kewujudan Tuhan kepada kaumnya, Jesus kepada wilayah Romawi, sementara Muhammad ke seluruh kontinen jagat raya.”

Menurut Pakar Ekonomi Syariah Dr. Syafii Antonio, M.Ec  dalam launching buku “Ensiklopedia Peradaban Islam” di Jakarta (26/5), suatu yang mengagumkan, dalam peradaban Islam adalah ketika bahasa Arab digunakan sebagai bahasa ilmu, sains, kedokteran dan sastra. Philip  K. HItti dalam bukunya “Short History of the Arabs” menjelaskan, selama berabad-abad bahasa Arab sudah menjadi bahasa ilmu pengetahuan, budaya dan bahasa kemajuan intelektual untuk seluruh dunia saat itu, kecuali timur jauh.

Dari abad ke-9 sampai abas ke-12, karya-karya tentang filosofi, sejarah, kedokteran keagamaan, astronomi dan geografi lebih banyak ditulis dalam bahasa Arab daripada bahasa lainnya. Al Qur’an pun menjadi sumber ajaran dan inspirasi dalam membangun peradaban Islam.

Dikatakan Syafii, ada kesan, seolah awal peradaban Islam yang dicetuskan oleh Nabi Muhammad Saw terputus dengan umat Islam masa kini yang berada di wilayah lain. Sebagai contoh, kita kesulitan bila kita ingin mengenal dinasti-dinasti Islam yang pernah berkuasa di Kota Seville pada abad 9 dan 10 Masehi, termasuk universitas apa saja yang berdiri di Cordova, dan siapa saja tokoh ulama dari Valencia dan Toledo di abad 11.

Demikian juga halnya, saat kita hendak mengetahui para ulama yang pernah hidup dan tinggal di Kota Yerusalem, kampus-kampus yang pernah hadir dan membahana di masa dinasti Nizam al-Mulk.

Lebih jauh lagi, kita hampir benar-benar terputus dengan saudara-saudara Cina Muslim, baik di utara, tengah dan selatan mainland Cina. Kita hampir tidak mengenal bahwa ternyata cukup banyak para jenderal Muslim yang berjuang secara diam-diam pada masa Mao Ze Dong dan Deng Xiao Ping, dan mereka istiqomah membela kepentingan umat Islam di Cina.

Jalan satu-satunya untuk mengenal peradaban Islam di Damaskus, Baghdad dan Yerusalem adalah dengan menelaah kitab-kitab kuning seperti: Tarikh at-Thabari, Tarikh al-Baladzuri, Tarikh Ibnu Khaldun, Tarikh Ibn Katsir, atau Thabaqat Ibn Saad yang bagi kebanyakan orang sangat sulit dan tida mudah di dapat di pesantren-pesantren.

“Memang ada beberapa informasi di website, tetapi itu oun terputus-putus dan tidak jaranf hasi karya ilmiah Barat yang seringkali sudah terdistorsi. Mengingat begitu luas dan besarnya cakupan peradaban Islam ini, saya mengkategorikannya berdasarkan kota pusat-pusat peradaban yang tidak mengikuti rentang kronologis waktu,” kata Syafii Antonio.

Untuk tahap awal, ada 10 kota yang dibahas, yaitu: Makkah, Madinah, Yerusalem, Damaskus, Baghdad, Kairo, Istanbul, Persia, Anadalusia, dan Cina Muslim.  Dengan bukti-bukti sejarah ini, tak dapat dipungkiri, bahwa peradaban Islam adalah salah satu peradaban yang paling unik, terlahir paling muda, menyebar paling cepat, mencakup wilayah yang paling luas, dianut oleh sangat banyak jenis suku bangsa dan ras, muncul dalam berbagai aspek yang sangat beragam, baik dalam bidang sastra, kaligrafi, arsitektu, busana dan berbagai disiplin keilmuan.

Lebih dahsyat lagi, semangat yang dikandung Al Qur’an yang bersifat universal dan penuh nilai-nilai, bertemu dengan budaya asal penganut Islam, seperti di Turki, Bosnia, Afrika, Maroko dan Indonesia. Peradaban Islam kemudian terwujud dalam bentuk akulturasi yang sangat unik dan menawan.

“Kita bisa menjadikannya sebagai motivasi dan bekal untuk mengejar berbagai ketinggalan dan kembali memimpin peradaban dunia,” ungkap Syafii Antonio. Desastian
https://bukharawrite.wordpress.com/2016/10/01/dr-syafii-antonio-kelak-islam-kembali-memimpin-peradaban-dunia/


Sejarah Kitab Suci Barnabas

Date: April 2, 2014
Author: Sutihat rahayu suadh
December 20, 2013 at 10:03am


Oleh Sultan
Kitab suci Barnabas diterima sebagai Kitab suci Konikal di Gereja Alexandria sejak 325 C.E. Iranaeus (130-200) menulis tentang dukungannya kepada monotheisme murni dan menolak Paul yang telah memasukkan ajaran kristenitas kepada Agama Pagan Romawi dan Filsafat Plato. Dia telah mengutip secara intensif Kitab suci barnabas untuk mendukung pandangannya. Ini menunjukkan bahwa Kitab suci Barnabas adalah sirkulasi pada abad pertama dan kedua Kristen. 
Dalam 325 C.E Dewan Nicene telah berpatokan, diperintahkan bahwa semua kitab suci asli dalam tulisan Ibrani harus dimusnahkan. Satu edisi yang diterbitkan oleh siapa saja memelihara kitab suci ini akan dihukum mati. 
Ditahun 383 C.E Bapa mengamankan satu salinan kitab suci Barnabas dan menyimpannya di perpustakaan tersendiri. 
Dalam tahun keempat Kekaisaran Zeno (478 C.E), sisa-sisa Barnabas ditemukan dan disana didapati pada dadanya satu salinan tulisan tangannya sendiri. (Acia Sanctorum Boland Junii Tom II, halaman 422 dan 450. Antwerp 1698). Bible terbuka yang bersahabat muncul berdasarkan kitab suci ini. 
Romo Sixtus (1585-90) punya seorang teman, Fra Marino namanya. Ia menemukan Kitab suci Barnabas dalam Perpustakaan tersendiri Romo. Fra Marino tertarik karena ia telah membaca tulisan Iranaeus yang telah mengutip langsung kitab suci Barnabas. Manuskrip Italia lewat melalui berbagai tangan hingga sampai pada “seorang yang mempunyai nama besar dan berkuasa” di Amsterdam, “yang diantara hidupnya sering menempatkan nilai tinggi atas potongan ini. Setelah kematiannya itu telah menjadi posesi dari J.E Cramer, seorang konsilor raja Prussia . Pada tahun 1713 Cramer mempersembahkan Manuskrip ini pada sekawan connosier kitab-kitab, Pangeran Eugine dari Savoy . Di tahun 1738 selama dalam perpustakaan, Pangeran menemukan tempatnya di Hofbibliothek di Vienna . Disana ia sekarang bersemayam. 
Toland, dalam “Beraneka kerjanya” (diterbitkan berkala di tahun 1747), dalam vol. I, halaman 380, menyebutkan bahwa kitab suci Barnabas masih ada. Dalam bab XV ia merujuk kepada Dekrit Glasia di tahun 496 C.E yang menempatkan “Evangelium Barnabe” sebagai termasuk dari kitab-kitab yang terlarang. Di prioritaskan pada kitab yang telah bapak suci larang pada tahun 465 C.E dan dekrit gereja-gereja barat tahun 382 C.E 
Barnabas juga disebut di Stichometry Nicephorus Serial No. 3, Surat Barnabas . . . . Baris 1, 300. 
Dan lagi di daftar enam puluh kitab
Serial No. 17 Perjalanan dan Pengajaran surat-surat. 
Serial No. 18 Surat Barnabas 
Serial No. 24 Kitab suci menurut Barnabas. 
Versi yunani dari kitab suci Barnabas juga ditemukan pada potongan tersembunyi sisa dari yang telah dibakar. 
Teks latin telah diterjemah kedalam bahasa Inggris oleh tuan dan nyonya Ragg dan telah dicetak di Clarendon Press, Oxford . Diterbitkan oleh Oxford University Press di tahun 1907. Terjemahan bahasa inggris ini secara misterius menghilang di pasar. Dua salinan dari terjemahan ini diketahui masih ada, satu di British Museum dan satu lagi di perpustakaan Congress, Washington , DC . 
Sekarang jika Kitab suci Barnabas di tulis orang Islam (seperti keyakinan orang Kristen), lantas mengapa ia menulis sesuatu yang kontra (dan kadang menghina) terhadap keimanan Islam sendiri. 
dia kadang merujuk pada Tuhan sebagai “bapak kita” yang ditolak kitab suci Qur’an. Dia merujuk kedua-duanya antara “kristus”,”Messiah” dengan “Rasul Tuhan” (a.s) sebagai tuhan yang sepenuhnya dilarang oleh Islam. 
Dia menghubungkan tiga kecendrungan gaib turun melakukan penyembahan pada Yesus (Bab 7:7), Perawan Maryam, dan murid-murid dengan menjatuhkan muka ketanah bagi malaikat (Bab 221:13), yang juga tidak diterima orang Islam manapun. 
Penulis kitab suci Barnabas telah menganggap setan sebagai malaikat, yang bertentang dengan al Qur’an yang menyatakan bahwa setan adalah hantu, sesosok Jin. 
Ia mengatakan bahwa Iblis telah melakukan hukuman untuk orang-orang berdosa di neraka, bertentangan dengan al Quran yang menyatakan bahwa ini adalah tugas malaikat yang bernama malik (a.s). 
Ia tidak menyebutkan mu’jizat yang menjadi lambang al masih dalam al Qur’an, seperti membuat burung dari tanah liat kemudian dengan kehendak Tuhan dirubah menjadi burung-burung yang hidup. 
Bahwa Yesus (Isa a.s) berbicara benar ketika ia lahir. 
Dia mengurangi daftar mu’jizat yang turun dari langit, mengatakan bahwa itu hanya keberkahan seujung kecil makanan kepuasan seorang banyak keagungan.
Firman Yesus (Isa a.s) berbeda dari yang dikenal Islam, sebagai misal Ia mengizinkan minum wine (khamer), yang dilarang total dalam Islam. Orang Islam tidak dapat menerima bahwa ada nabi yang memboleh minum wine. 
Hukuman mencuri dan berzina adalah hukuman mati, tidak demikian dalam Islam; tetapi mungkin memang demikian wahyu yang diturunkan pada al Masih a.s. 
Demikianlah, sesuatu yang saya temukan di net 
Dan bukan, Ia bukan Injil. Kitab suci biografi. Jadi mengapa orang-orang Kristen jadi berpikir ini adalah biografi Yesus sama dengan Injil (Injil adalah wahyu yang diturunkan pada Yesus (Isa a.s) dari tuhan utusan bagi yahudi/bani isra’il)?
Sekarang apa tentang kitab suci Thomas?
Terakhir ditulis oleh Sultan : 06-05-2002 jam 02:56 . pagi. (dikutip diterjemahkan oleh Sobirin nur dari forum diskusi www.ummah.com)

https://bukharawrite.wordpress.com/2014/04/02/sejarah-kitab-suci-barnabas/


Kisah Dorothy Eady Reinkarnasi Biarawati Zaman Mesir Kuno

Date: April 3, 2016
Author: Sutihat rahayu suadh
http://anehdidunia.blogspot.com
Banyak orang mendengar cerita soal reinkarnasi. Yaitu kembalinya jiwa dan roh dari masa lalu ke tubuh seseorang di masa kini. Persoalan yang sulit dibuktikan, namun benarkah perihal reinkarnasi ini bisa terjadi?

Adalah Dorothy Eady, seorang wanita Inggris yang mengalami fenomena reinkarnasi yang sangat menggemparkan Inggris dan Mesir. 

Sahabat anehdidunia.blogspot.com Dorothy satu-satunya manusia yang dilaporkan mengalami reinkarnasi seorang tokoh “biarawati” pelayan kuil Osiris di zaman Firaun Seti I Mesir Kuno dari masa 1320–1200 sebelum Masehi. Ia kemudian dikenali sebagai Omm Sety.

Kisah spektakuler yang kontroversial tentang Dorothy Eady dimulai dari sebuah tempat di London, Inggris, saat ia berusia 3 tahun. Dalam sebuah insiden, Dorothy kecil terjatuh dari lantai atas rumahnya. Ia mengalami koma dan akhirnya tim dokter yang merawatnya menjatuhkan vonis meninggal dunia pada balita kelahiran 16 Januari 1904 itu. Saat itu tanda-tanda kehidupan dan seluruh organ vital Dorothy memang berhenti beraktivitas.

Transformasi Astral?

Tiada yang tahu bagaimana terjadinya, namun sekian saat setelah tubuh Dorothy akan disemayamkan, ternyata anak perempuan kecil itu tiba-tiba bangkit kembali dari kematian dalam kondisi segar bugar. Seluruh keluarga terperanjat. Namun, tak ada yang tahu bahwa sebuah pintu dimensi dari masa lalu telah terbuka dan sebuah jiwa dari masa Mesir Kuno merangsek masuk ke tubuh Dorothy kecil yang hampir kaku.

Namun sejak vonis kematiannya, Dorothy Eady yang hidup kembali itu memiliki kepribadian yang berbeda sama sekali dengan Dorothy Eady yang dikenal ayah ibunya. Bocah tiga tahun ini memiliki kepribadian yang jauh lebih dewasa dan senantiasa bermimpi tentang kuil-kuil Mesir kuno. 
http://anehdidunia.blogspot.com 

\Ia selalu berkisah tentang Mesir Kuno, dinasti Firaun Seti I dan mampu mendeskripsikan kehidupan di sekitar kuil Mesir Kuno seribuan tahun sebelum masehi. Dorothy Eady juga kerap menuntut ayah ibunya untuk memulangkannya ke tempat tinggalnya. Ayah dan ibunya yang keturuan Irlandia itu sama sekali tak mengerti maksud putri mereka tentang “pulang ke tempat tinggalnya” 

Museum

Sejalan bertambahan usia, Dorothy Eady semakin berminat dan tertarik pada literatur dan semua hal yang berbau Mesir. Maka suatu ketika ia diajak berkunjung ke British Museum di London, Dorothy Eady begitu tergila-gila dengan ruang pamer benda-benda peninggalan Mesir Kuno. Ia merasa bahwa semua peninggalan Mesir Kuno itu adalah bagian dari kehidupannya. Ia menciumi patung-patung Dewa Mesir, memeluk peti-peti mummy dan bertingkah aneh dengan suaranya tiba-tiba lebih berat dan sarat kerinduan ketika berkata “ini adalah bagian dari keluarga dan rumahku!”

Ia kemudian menyewa tempat tinggal di dekat British Museum dan bergaul dengan Ernest A Wallis Budge seorang kurator dan pakar Mesir di museum tersebut. Ia memperdalam kajian hiroglif dan sejarah Mesir Kuno.

Para pakar di British Museum dan ahli Mesir Kuno terperanjat akan pengetahuan dan kemahiran Dorothy dalam menuliskan dan menerjemah hiroglif Mesir Kuno dan kedalaman pengetahuannya tentang detail kuil-kuil Mesir Kuno dari zaman Firaun Seti I. Padahal Dorothy sama sekali tidak pernah belajar dan dibimbing dalam hal tersebut, namun kemampuan itu muncul begitu saja dengan sangat mengagumkan.

Dorothy sendiri mengaku dirinya adalah titisan dari seorang biarawati pelayan kuil Osiris di Abydos yang pernah hidup di masa antara 1320–1200 sebelum Masehi. Ia merasa telah bereinkarnasi dalam tubuh Dorothy Eady. Setelah menikah dengan seorang pemuda Mesir (1933) ia pun mencapai tujuan yang sejak kecil menghantuinya: kembali ke kuil Osiris dan menjejak kaki kembali di tanah Mesir!

Keahlian Dorothy yang luar biasa tentang Mesir Kuno melebihi pengetahuan para sarjana tentang Mesir. Hal ini kemudian menuntunnya pada perjalanan ke Mesir. Ia kemudian mendapat pekerjaan sebagai asiten arkeolog dalam penggalian di situs Giza di Kairo, dan sering dipekerjakan oleh para ahli yang memperdalam kebudayaan tentang Mesir Kuno. Ia melakukan itu selama dua puluh tahun lebih.

Dorothy Eady pernah ikut sebagai pembantu utama dalam proyek penelitian Dr Selim Hassan yang kemudian mempublikasikan Penggalian Situs Giza. Ia pernah juga bekerja pada Dr Ahmed Fakhry sebagai konsultan dan asisten pada penelitian piramid di Dahshur. Dalam dua studi dan penggalian situs Mesir kuno ini perannya sangat menonjol dan sungguh mengagumkan kedua pakar Mesir kuno itu. 

Dorothy sangat memahami budaya dan arsitektur serta sistem pemujaan dewa-dewa di zaman Mesir Kuno. Ia memberikan gambaran yang detail, menerjemahkan hiroglif degan mudah, dan memberi saran-saran ilmiah yang ternyata sejalan dengan fakta sejarah yang kemudian ditemukan para ahli Mesir.

Dari berbagai pengalaman kerja dengan para pakar kelas dunia ini ia pun semakin populer di kalangan peneliti budaya Mesir Kuno. Bahkan kisah hidup Dorothy Eady yang berganti nama menjadi Omm Sety (yang artinya ibunda Seti) menarik perhatian dunia. Kisahnya sudah dibukukan dan difilmkan sebagai fenomena sebuah reinkarnasi!

Dorothy memang menghabiskan masa tuanya di kuil Osiris di Abydos, dan menjadi penjaga kuil kuno tersebut, karena kemampuan dan keahliannya tentang Mesir Kuno yang amat spektakuler. Apakah Dorothy memang reinkarnasi dari seorang wanita yang pernah hidup ribuan tahun lalu di sebuah kuil di Mesir?*

Sejak bangkit kembali dari “kematian”, Dorothy Eady kemudian menjadi sorotan publik. Menjadi satu bukti tentang teori reinkarnasi

Sahabat anehdidunia.blogspot.com keterkejutan dunia karena Dorothy di bawah usia 3 tahun dan Dorothy di atas 3 tahun ternyata adalah dua pribadi yang berbeda dalam satu tubuh. Dihubungkan oleh sebuah insiden yang membuka pintu dimensi dunia astral dan dunia nyata.

Walau sebagian orang tak yakin akan teori reinkarnasi, setidaknya masih menyisakan tanya dari mana semua pengetahuan Dorothy Eady tentang detail Mesir Kuno? Ia sangat mahir menerjemahkan hiroglif Mesir Kuno tanpa pernah belajar. Bisa memberikan gambaran tepat tentang beberapa detail kuil Osiris di Abydos yang dibangun pada dinasti Firauan Seti I.

Sejak lama Dorothy Eady telah sering memimpikan sebuah kuil di wilayah Abydos, Mesir dekat Sungai Nil. Ia mengaku telah melakukan perjalanan astral lewat dunia mimpi ke berbagai sudut kuil tersebut. Anehnya, walau belum pernah berkunjung ke sana, Dorothy bisa memberikan beberapa detail kuil Osiris dan Firaun Seti di Abydos dengan sempurna.

Keinginan “kembali” ke Mesir, mendorong sosok reinkarnasi di tubuh Dorothy Eady mencari jalan untuk meuwujudkan semua keinginannya. Belakangan setelah cukup dewasa, ia pun pasca Perang Dunia Pertama di tahun 1933, ia menikah dengan seorang pemuda Mesir dan mendapat seorang anak tunggal yang diberi nama Seti. Sejak itu ia merubah namanya menjadi Omm Sety (Um Seti). Setelah menikah ia tinggal di Mesir dan bekerja pada bidang arkeologi dan sejarah. Selama 19 tahun tinggal di Kairo, Mesir, ia belum sempat berkunjung ke Abydos.

Pada kurun tahun 1953, di usia akhir 49 tahun, ia pun untuk pertama kali melakukan kunjungan ziarah ke kuil Firaun Seti di Abydos yang juga tempat makam dewa Osiris Mesir kuno. Beberapa tahun kemudian, ia dipindahtugaskan ke Departemen Purbakala Mesir sebagai asisten khusus. Saat itulah ia mendirikan rumah yan tak jauh dari situs Abydos.

Keinginan yang kuat setelah mengabdi dan mendedikasikan semua pengetahuannya akan Mesir kuno terutama tentang kuil Firaun Seti I dan Osiris di Abydos, selama lebih dari 20 tahun,Dorothy Eady yang bersalin nama menjadi Omm Sety pun kembali ke Abydos di tahun 1956.

Sejak saat itu, ia setiap hari selalu berada di lokasi situs Abydos, terutama di kuil Firaun Seti I (Pharaoh Sety I) dan Kuil Osiris. Ia menghabiskan masa tua sampai akhir hayatnya di kuil bangunan Mesir kuno itu. Mengabdikan diri pada pelestarian adat budaya zaman Mesir kuno, ia menjadi perawat tetap kuil tersebut, dan melakukan ritual yang bahkan sudah tidak diketahui oleh orang-orang Mesir kini. http://anehdidunia.blogspot.com

Menurut sejumlah pakar dan ahli sejarah Mesir kuno, sebagai titisan biarawati pemuja Osiris ia adalah satu-satunya bukti hidup yang masih mempraktikkan ritual kuno yang hanya ditemukan lewat hiroglif kuno usia ribuan tahun. Dorothy Eady mempraktikkan ritus agama Mesir kuno tersebut yang membuat ahli kagum sekaligus mengakui detail penguasaannya akan kebudayaan Mesir kuno.

Tahun 1973, Dorothy yang berusia 69 tahun meninggalkan wasiat penting pada pejabat berkompeten atas kuil Abydos. 

Ia memohon pemerintah dan para pegawai di situs purbakala itu bersedia memakamkan jasadnya kelak di dekat kompleks situs kuil Firaun Seti dan Kuil Osiris, Abydos, agar kematian keduanya tenang.

Delapan tahun kemudian di usia 77 tahun (1981), Dorothy Eady alias Omm Sety wafat dalam damai. 

Sesuai wasiatnya, pemerintah setempat memakamkannya di belakang situs kuil Firaun Seti I di Abydos. Sebuah penghargaan tertinggi pemerintah dianugerahkan kepadanya sebagai pakar ahli Mesir Kuno zaman Dinasti kesembilanbelas Firaun Seti.

Bukan yang Pertama

Laporan tentang reinkarnasi memang bukan semata terjadi pada Dorothy Eady. Banyak juga orang yang sering merasa bahwa ia adalah titisan dari orang yang pernah hidup di masa lalu. Namun ia memang menjadi fenomena reinkarnasi yang spektakuler dan kontroversial.

Atau mungkin Anda atau kerabat Anda sendiri pernah mengalamai perasaan seolah-olah sudah pernah berkunjung ke suatu tempat, namun tak bisa menjelaskan kapan dan bagaimana. Atau bisa mengetahui suatu tempat yang sama sekali belum pernah Anda kunjungi, atau merasa pernah mengalami suatu pengalaman di masa ratusan tahun lalu? Ada ahli yang menyebutnya “Deja vu” atau sebagaian lagi menyebutnya “delusi atau waham”, bahkan ada yang mengatakan mengalami proyeksi astral di bawah sadar. Semua itu adalah bagian dari misteri semesta.

Kejadian lain yang mungkin menarik perhatian dunia, selain kasus Dorothy Eady yang sangat berjasa pada penelitian tentang Mesir, adalah catatan tentang gadis Inggris dari keluarga Ockenden. Ia pernah dirawat seorang dokter ahli terapi hipnotis Arnall Bloxham.

Selama dua jam dihipnotis, Ockenden menuturkan bahwa ia adalah titisan seorang lelaki yang hidup di masa purba. Anggota masyarakat kuno yang masih menganut ritual merajah tubuh dan menyakiti diri sendiri. Serta menunjukkan status dengan hiasan geligi binatang liar yang buas. Ia bisa memberikan gambaran budaya kuno itu.

Sementara itu, pasien lain di bawah pengaruh hipnotis berkisah bahwa ia adalah reinkarnasi anak Raja Charles I (1600-1649) dan Ratu Henrietta Maria (1609-1669). Walau latar belakang si pasien tidak pernah belajar bahkan mengenal sejarah Inggris, ia bisa menuturkan beberapa detail kastil Raja Charles I yang jarang diketahui umum. Ia juga bahkan menjabarkan soal kisah hidup Charles II.

Peristiwa reinkarnasi lainnya ada dalam catatan dokter psikiater dan penulis novel Arthur Guirdham. Seorang pasiennya bernama Ny Smith mengaku sejak usia 10 tahun kerap dihantui mimpi bahwa ia pernah hidup sebagai istri pendeta kaum Chatar di abad ke-13.

Saat dalam perawatan, ia bisa menceritakan detail pembantaian massal terhadap kaum Cathar di Eropa karena diangap sebagai aliran sesat dari agama Kristen. Ny Smith menyebutkan bahwa banyak pendeta Cathar yang dibunuh dan dibakar. Ia sendiri mengaku diikat massa dan dibakar hidup-hidup di tumpukan kayu bakar. Ia juga menggambarkan detail pakaian, struktur bangunan, dan peradaban di masa itu.

Sang dokter melakukan penelitian detail dan melakukan kroscek terhadap pengakuan si pasien. Ia terkejut ketika menemukan sebuah fakta sejarah yang sejalan dengan penuturan Ny Smith yang sama sekali tidak paham sejarah kaum Cathar.

Dari manakah para pasien ini mendapatkan informasi detail yang bahkan hanya tertulis di literatur yang nyaris tak pernah dipublikasikan untuk awam? Apakah mereka benar-benar mengalamai peristiwa itu di masa lalu dan bereinkarnasi ke jasad hidup manusia masa kini? Ataukah pengetahuan itu bisa muncul begitu saja? Sejumlah ahli dan peneliti masih mencoba mengurai misteri besar ini! http://anehdidunia.blogspot.com, di link (http://www.anehdidunia.com/2012/08/kisah-dorothy-eady-reinkarnasi.html)

Silahkan Share dengan teman anda melalui tombol share di samping kanan blog ini dan Dapatkan Update Terbaru dari Kami Gratis atau Mau Berkomentar? Silahkan Follow Twitter Blog ini @blackberrism atau Klik di sini, Untuk Facebook like Di sini. Komentar, Mention dan Retweet anda akan Otomatis Tampil  Di Halaman Depan Blog ini. Mari Berteman dengan Pengunjung yang lain. Terimakasih


https://bukharawrite.wordpress.com/2016/04/03/kisah-dorothy-eady-reinkarnasi-biarawati-zaman-mesir-kuno/



SUMBANGAN ISLAM TERHADAP PERKEMBANGAN RENAISSANCE DI EROPA
Oleh : Abu Bakar

A. Pendahuluan

Kemegahan peradaban Islam, antara pertengahan abad 8 hingga permulaan abad 12 Masehi, telah mencapai puncak kejayaannya. Pada masa itu ilmu pengetahuan dan kebudayaan berkembang sangat pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan perdaban ini dipelopori oleh kedua Daulah Islam; Daulah Islam di Timur (Abbasyiyah) yang berpusat di Baghdat maupun Daulah Islam di Barat (Umayyah) yang berpusat di Cordoba. Philip K. Hitti melukiskan keduanya sebagai “Mutiara Dunia”. Pada masa itu peradaban Islam sangat unggul dan berpengaruh terhadap peradaban-peradaban negara lain. Sehingga tidak mengherankan kemajuan yang dicapai umat Islam kala itu menjadi barometer dan ukuran kemoderenan bagi bangsa-bangsa terutama di Eropa.
Untuk tidak bermaksud bernostalgia, bahwa pada zaman keemasan (golden age) dan kemegahannya, umat Islam pernah berperan sebagai bangsa kreator, invetor dan inovator besar yang handal, dimana jasa dan keunggulannya dipakai sebagai dasar-dasar kemajuan yang terjadi di Barat. Kenyataan sejarah yang tidak dapat dibantah bahwa Barat berutang budi pada perdaban Islam. Kemajuan Barat yang spektakuler saat sekarang ini tidak terlepas dari tranformasi peradaban Islam oleh Barat pasca-abad pertengahan.
Dalam makalah ini penulis mencoba menjelaskan berapa besar peranan yang dimainkan umat Islam dalam menghantarkan kebudayaan Islam kedunia Eropa yang menjadikan mereka ketingkat peradaban yang maju.

B. Keunggulan Sarjana Islam

Semangat agama yang sangat menghargai ilmu pengetahuan, terekspresi pada masa kekuasaan Bani Abbasiyah, khususnya pada waktu khalifah al-Ma’mun (berkuasa sejak 813-833 M). Penerjemahan buku-buku non-Arab ke dalam bahasaArab terjadi secara besar-besaran dari awal abad kedua hingga akhir abad keempat hijriyah.[1] Perpustakaan besar Bait al-hikmah didirikan oleh khalifah al-Ma’mun di Baghdad yang kemudian menjadi pusat penerjemahan dan intelektual.[2] Sebuah perpustakaan yang sangat bagus sekali yang tidak didapatkan contohnya di dalam kebudayaan Eropa Barat.[3] Para penerjemah yang pada umumnya adalah kamu Nasrani dan Yahudi bahkan penyembah bintang digaji dengan harga yang sangat tinggi.
Kebangunan intelektual dan kebangkitan kultural Islam ditandai terlebih dahulu dengan kerja besar yang serius, yaitu dengan menerjemahkan buku-buku klasik. Buku-buku yang ditejemahkan terdiri dari berbagai bahasa, mulai dari bahasa Yunani, Suryani, Persia, Ibrani, India, Qibti, Nibti dan Latin.[4] Sangat menarik untuk dikaji bahwa dalam menerjemhakan itu para penerjemah memasukan buah pikirannya dan unsur-unsur baru yang disesuaikan dengan nafas ke Islaman sehingga terjelmalah kebudayaan baru yang berbentuk dan bercorak khas kebudayaan Islam.
Melalui Lembaga penerjemahan Bait al-Hikmah yang mencapai puncak kegiatannya dibawah patronase khalifah al-Ma’mun sangat mengagumkan.[5] Ilmu-ilmu yang tercakup dalam gerakan penerjemahan ini adalah kedokteran, matematika, fisika, mekanika, botanika, optika, astronomi, dan filsafat serta logika. Di antara buku-buku yang diterjemahkan tersebut adalah karangan-karangan dari Galinus, Hipokritus, Ptolomeus, Euclidus, Plato, Aristoteles, dan lain-lain. Buku-buku tersebut kemudian dipelajari oleh ulama-ulama Islam. Meskipun karya-karya tersebut umumnya diterjemahkan secara literal, tetapi tampaknya dalam pengkajian, karya-karya yang mengandung komentar lebih disukai, karena lebih mudah dipahami.[6]
Ilmuwan dan ulama Islam zaman silam bukan hanya menguasai ilmu dan filsafat yang mereka peroleh dari peradaban Yunani kuno, tapi mereka juga mengembangkan dan menambah serta mengkritisi karya-karya tersebut ke dalam hasil penyelidikan dan penelitian mereka sendiri dalam lapangan ilmu pengetahuan dan hasil pemikiran mereka dalam bidang filsafat dan logika. Dengan demikian, lahirlah para ilmuwan di samping ulama yang ahli agama juga ahli ilmu pengetahuan. Untuk pengembangan ilmu-ilmu itu didirikan universitas-universitas yang terkemuka, di antaranya adalah Universitas Cordoba di Spanyol, al-Azhar di Kairo, dan Universitas an-Nidzamiyyah di Baghdad. Universitas Cordoba ikut menyertakan orang-orang non-muslim dari negara-negara Eropa lainnya dalam penerjemahan itu.[7]
Ilmu yang pertama menarik perhatian Khalifah dan ulama waktu itu adalah kedokteran. ‘Ali bin Rabbar al-Thabari, pengarang buku Firdaus al-Hikmah, adalah dokter pertama yang terkenal dalam Islam, Abu Bakar Ar-Razi (865-925 M) yang terkenal dengan nama Rhazes pernah menjadi pimpinan rumah sakit terkenal di Baghdad. Kedua magnum opusnya dalam bidang kedokteran, kitab Athibb al-Manshuri dan alHawi diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Ada juga filosof Islam yang juga dikenal dalam bidang kedokteran, yaitu Ibn Sina dan Ibn Rusyd. Al-Qanun fi at-Thibb-nya Ibn Sina dan al-Kulliyyat fi at-Thibb-nya Ibn Rusyd juga diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan dipergunakan selama ratusan tahun sebagai ‘buku wajib’ di Eropa.[8]
Di samping itu, juga muncul ilmuwan Islam dalam bidang astronomi dan aljabar, sebut saja Alfaraganus (Abu Abbas Al-Farghani) dan Albattegnius (Muhammad bin Jabir Al-Battani), dimana buku al-Farghani tentang Ringkasan Astronomi diterjemahkan oleh Gerard of Cremona.[9] Ada juga Umar Khayyam, yang menurut Hitti, kalender hasil karyanya lebih tepat dibanding kalender Gregorius. Teori Heliosentris ternyata juga sudah lama dikemukakan oleh Al-Biruni jauh sebelum Copernicus dan Galileo. Dalam matematika, nama Muhammad Ibn Musa Al-Khawarizmi sangat masyhur.
Dalam optika dikenal nama Abu Ali Hasan bin Al-Haytsam dengan magnum opusnya Al-Manazibyang di dalamnya ia menentang Teori Euclid. Ia berpendapat bahwa bendalah yang mengirim cahaya ke mata dan bukan sebaliknya. Dari proses pengiriman cahaya itulah timbul gambaran benda dalam mata. Dalam bidang geografi ada Al-Mas’udi, pengarang buku Muruj al-Dzahab dan Ma’adin al-Jawhar, konon ia juga pernah singgah di kepulauan Indonesia disaat menjelajah dunia. Disamping Al-Mas’udi ada Ibnu Batutah dengan buku Rihlah Ibn Batutah.
Dalam ilmu pengetahuan alam, ulama-ulama Islam mewariskan berbagai macam buku dari ilmu hewan, tumbuh-tumbuhan, hingga geologi. Bahkan, menurut Hitti, Al-Jahiz dalam buku Kitab Al-Hayawan berbicara tentang Evolusi dan Antropologi.
Dalam lapangan falasafat, nama-nama seperti al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd sangat terkenal. al-Farabi mengarang buku-buku dalam falsafah, logika, jiwa, kenegaraan, etika dan interpretasi tentang falsafah Aristoteles. Sebagian karya-karyanya itu diterjemhakan kedalam bahasa Latin dan masih dipakai di Eropa di abad 17. Ibnu Sina juga banyak mengarang dan yang termashur adalah al-Syifa’, enslikopedi fisika, metafisika dan matematika yang terdiri dari 18 jilid. Bagi Eropa Ibnu Sina dengan tafsiran yang dikarangnya tentang falsafat Aristoteles lebih mashur daripada al-Farabi. Tetapi di antara semuanya, Ibnu Rusyd yang banyak berpengaruh di Eropa dalam bidang falsafat, sehingga disana terdapat aliran Averroisme.[10] Dan masih berderet nama-nama serta penemuan yang telah dihasilkan oleh sarjana Islam terdahulu.
Dengan semangat penalaran yang kuat, sarjana-sarjana Islam menjadi manusia penyelidik yang cerdik, menjadi penganalisa yang cerdas, mereka berhasil mengolah dan mengembangkan ilmu pengetahuan itu dengan metode berpikit ijtihad, riset, eksprimen sehingga terciptalah kebudayaan Islam yang mengagumkan.
Gelombang kebudayaan pra-Islam tidaklah dapat dipisahkan dari perkembangan peradaban Islam klasik yang banyak disebut oleh sejarahwan muslim sebagai masa-masa kejayaan Islam atau golden age. Proses penerjemahan buku-buku berbahasa Yunani, Persia dan India hanya salah satu pintu dialog antar peradaban, sementara tanpa proses reproduksi, penerjemahan hanya menjadi tumpukan karya yang sudah dialihbahasakan belaka. Karenanya, dukungan penguasa saat itu dan dengan gairah keilmuan umat Islam yang luar biasa menjadikan gelombang kebudayaan ini tidak sia-sia. Segala upaya, baik materil maupun semangat juang yang telah ditorehkan dalam bentuk maha karya telah menjadi pilar-pilar peradaban Islam yang sangat menentukan.

C. Sumbangan Islam

Jika diteliti secara seksama, peranan, jasa dan sumbangan Islam pada bangsa Eropa dapat dibagi menjadi dua segi.
Pertama, umat Islam menyelamatkan warisan kebudayaan klasik Yunani yang terancam akan kehilangan dan kemusnahannya sehingga penyelidikan-penyelidikan ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh Aristoteles, Galenus, Ptolemious dan lainnya tidak hilang.[11] Tugas penyelamatan, pengembangan dan penyelidikan yang dilakukan sarjana-sarjana Islam terhadap kebudayaan klasik Yunani itu tidak lebih kecil dari tugas mencipta yang asli. Sebab kalau ilmu pengetahuan yang asli itu hilang maka seperti yang dikatakan Hitti sarjana Barat asal Libanon itu, dunia akan tinggal miskin seolah-olah ilmu pengetahuan itu tidak pernah ada.[12]
Kedua, umat Islam berjasa dalam mengolah dan mengembangkan kebudayaan klasik Yunani dengan penambahan unsur-unsur baru; ia kemudian menjadi sumbangan besar bagi Eropa sehingga benua ini memasuki babak baru dengan munculnya renaissance.[13] Penyelamatan inilah yang kemudian menjadi dasar bagi perkembangan kegiatan ilmiah dalam peradaban Islam.
Tidak dapat dipungkiri memang banyak sekali sumbangan dan jasa umat Islam bagi kebangkitan dan kebangunan kebudayaan Barat, baik dilapangan Kedokteran, filsafat, ilmu pasti, kimia astronomi, seni sastra dan sebagainya. Jasa dan sumbangan Islam inilah yang menjadi dasar bagi munculnya masa renaissance., di Eropa pada abad 16, sehingga Eropa terbangun dari kegelapan dan kelelapan tidurnya. Karena begitu banyaknya sumbangan Islam kepada kebudayaan Eropa, maka banyaklah istilah-istilah yang berasal dari kebudayaan Islam yang sekaligus sebagai bukti nyata peninggalan dan jasa umat Islam kepada dunia Barat. Seperti nama-nama binatang dalam bahasa Latin-Eropa berpangkal dari bahasa Arab seperti acrab (aqrab – lipan), al-tair (al-ta’ir -rajawali), dheneb (dhanab-ekor).
D. Renaissance di Eropa
Ketika peradaban Islam mulai mundur, diikuti dengan cara pandang umatnya yang sempit, dunia Barat (Eropa) mulai bangun dan beramai-ramai menerjemahkan karya-karya ilmuwan Islam ke dalam bahasa Latin dan mengkajinya. Suatu hal yang ironis, padahal penyebab kebangkitan dunia Barat itu berkat mengkaji kebudayaan muslim. Dunia Barat yang menyadari keterbelakangan kebudayaanya datang belajar ke Timur. Buku-buku yang ditulis dalam bahasa Arab (bahasa Al-quran) disalin kedalam bahasa Latin (bahasa standar Injil) melalui masa penterjemahan.
Bersamaan dengan itu, di Eropa berkembang pemikiran-pemikiran filosof Islam terutama Ibnu Rusyd, yang menyatakan bahwa agama sama sekali tidak bertentangan dengan filsafat, ajaran agama dan inti filsafat sejalan. Berkembanglah kemudian di Eropa, Averroisme dalam sejarah pemikirannya, meskipun Barat salah dalam memahami Ibn Rusyd. Pemikiran Ibn Rusyd membawa balancing antara agama dan filsafat. Di Eropa, Averroisme membawa kepada double truth (kebenaran ganda). Kebenaran yang dibawa oleh agama adalah benar, demikian juga kebenaran ilmiah dan filsafat).[14]
Tonggak awal kebangkitan Eropa yang dinamakan dengan Renaissance, sedikit banyak lahir atas pengaruh Averroisme (Ar-Rusydiyyah) dan atas pengaruh penerjemahan karya-karya ilmiah ilmuwan Islam ke dalam bahasa Latin.[15] Pemindahan ilmu pengetahuan yang berkembang dalam Islam ke Eropa pada abad 12 M dan seterusnya paling tidak melalui beberapa jalur.
Pertama, jalur Andalus dengan Universitas-Universitas handal yang dikunjungi oleh kaum terpelajar Eropa. Sejarah telah mencatat bahwa pada abad 9 misalnya, khlaifah Abdurrahman III (912-961 M) telah mendirikan dan menempatkan Universitas Cordoba. Di dalam universitas Cordoba tersebut banyak mahasiswa dan sarjana Islam maupun Eropa-Kristen untuk menggali dan menimba ilmu-ilmu Islam. Pada waktu itu universitas Cordoba telah menyelenggrakan deferensiasi ilmu pengetahuan kedalam fakultas-fakultas; hukum, kedokteran, ilmu ukur dan astronomi. Pada waktu itu belum ada universitas di dunia Eropa-Kristen. Eropa baru mengenal dan mendirikan universitas pada tahun 1000 (universiats Salerno). Menyusul setelah itu dibangun universiats Bologna (1150), dan universitas Oxford (1168), yang pada waktu itu banyak mencontoh kurikulum dan pola universiats Islam.[16]
Walaupun Islam akhirnya terusir dari Andalusia dengan cara yang sangat kejam, tetapi telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah; kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik (renessaince) pada abad ke-14 M yang bermuladi Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M, gerakan rasionalisme abad ke-17 M, dan pencerahan (aufklaerung) pada abad ke-18 M.[17]
Kedua, Sisilia, yang pernah dikuasai umat Islam dari tahun 831 hingga 1091. Di pulau ini ilmu pengetahuan serta penemuan ilmiah para ilmuwan Islam meningkat dengan pesat.[18] Bahkan setelah jatuhnya Sisilia ditangan kaum Norman yang dipimpin oleh Roger, pengaruh peradaban Islam masih sangat terasa disana. Mereka dikelilingi oleh para filosof dan ilmuwan muslim. Kepada mereka diperkenankan menjalankan ibadah agamanya dengan leluasa. Lebih dari seabad sesudah masa ini, masih tetap merupakan satu kerajaan Kristen yang unik dimana beberapa jabatan tinggi dipegang oleh orang Islam.[19]
Dari Sisilia, ilmu pengetahuan Islam meluas kedataran Italia, apalagi semenjak didirikannya universitas Napels pada tahun 1224 M. dianatara siswa universiats Napels ini adalah Thomas Aquinas, pemimpin Keristen Katolik. Di sini Federick II menghimpun naskah-naskah Arab. Buku-buku Aristoteles dan Averoes diterjemahkan dan dipergunakan sebagai buku pelajaran. Terjemahan tersebut juga di kirim ke universitas-universitas Paris dan Bologna.[20]
Pengaruh pemikiran rasional ilmu pengetahuan dalam perkembangan Barat diakui oleh ilmuwan Barat sendiri seperti Gustav Le Bon, Henry Trece, Anthony Nutting, C. Rsiler, Alferd Guillame, Rom Landau, dan yang lainnya. Di samping pengakuan penulis-penulis Barat yang objektif terhadap pengaruh peradaban Islam terhadap lahirnya Renaissance dan peradaban Barat modern, beberapa penulis Barat juga mengakui pengaruh pemakaian akal dalam Islam terhadap kebebasan berpikir di Eropa dari belenggu agama (baca : Kristen).
Nama-nama yang cukup terkenal dalam karya penterjemahan ini antara lain:
1. Gerard dari Cremona (Italia, w. 1187), ketua dewan penterjemah di Toledo. Ia menerjemahkan 87 buku tentang filsafat, kedokteran, matematika dan ilmu Falak. Dianatara terjemhannua itu adalah al-Qanun fi Tibb (Canon) tulisan Ibn Sina yang telah menjadi buku pegangan pokok mahasiswa kedokteran Barat selama berabad-abad.
2. Adelard dari Bath menterjemahkan buku-buku Musa al-Khawarizmi dalam bidang matematika dan astronomi.
3. Robert dari Chester (abad 12) yang belajar di Andalusia selama 12 tahun, menerjemahkan al-Jabar wal muqabalah. Robert de Chester ini bersama-sma Hermanus Dalmata pada tahun 1141 menerjemahkan Al-quran ke dalam bahasa Latin.
4. Michael Scott (w. 1235) yang juga belajar di Toledo, menterjemhkan komentar-komentar Ibn Rusyd terhadap Aristoteles.[21]
Dengan diterjemahkannya buku-buku itu termasuk Al-quran, yang telah menyebabkan lahirnya era renaisansi di dunia Barat. Isi era resaisansi ini adalah terjadinya revolusi-revolusi. Revolusi pertama di bidang ketatanegaraan. Lahirlah negara-negara yang membebaskan diri dari kristendom. Kedua, negara revolusi ilmu pengetahuan seperti yang telah disebutkan dimuka. Ketiga revolusi agama dengan lahirnya gerakan-gerakan pemurni dan gerakan-gerakan protes terhadap kehidupan geraja, khususnya kekuasaan Paus. Gerakan pemurnian ialah sekte Jezuit sedang gerakan protes dapat dikemukakan nama-nama Ximanse de Cisneros (Spanyol, wafat 1517); Girolamo Savanarola (Italy, wafat 1496); Martin Luther (Jerman, wafat 1546); Ulrich Zwingli (Swiss, wafat 1531); John Calvin (Prancis, wafat 1564) dan di Inggris lahir gereja Anglica yang pemimpin pertamanya adalah ratu Elizabeth I. Berangkat dari revolusi ilmu pengetahuan pula maka abad 11/17 lahir revolusi yang dimulai di Inggris yang berakibat lahirnya revolusi social abad 12/18.
Sebagaimana pernah terjadi di dunia Muslim dengan kelahiran Mu’tazilah yang mngedepankan ratio, pada abad 2 H/8 M di dunia Barat lahir gerakan Aufklarung/Englightenment pada abad 11H/17M. Mu’tazilah menolak adanya sifat-sifat Tuhan. Aufklarungpun menolak trinitas sebagai sifat Tuhan. Isac Newton (wafat 1721) dalam bukunya Two Notable Coruptions of Scripture dan Observation of the Prophesiss of Daniel and the Apocalypse of St. John, menolak doktrn trinitas karena tidak sesuai dengan akal.
D. Penutup
Bila peradaban Islam klasik banyak ditopang oleh kebudayaan sebelumnya, hal yang sama juga dialami oleh bangsa Barat pada beberapa abad. Semangat kelahiran kembali (renaissans) yang dikobarkan oleh masyarakat Eropa Barat tidak bisa dilepaskan dari peran ilmuwan muslim yang telah menularkan semangat pengetahuan pada masayarakat Eropa saat itu. Khusus dalam bidang filsafat, Jamil Shaliba pernah memberikan catatannya atas pengaruh pemikir Islam di dunia Barat (Eropa). Menurutnya pengaruh peradaban Islam klasik bagi peradaban Barat Modern masih lebih besar dibandingkan dengan pengaruh peradaban Yunani bagi peradaban Islam klasik. Pada saat ini, setelah terjadi kebangkitan di dunia Islam, umat kembali harus banyak belajar dari para pemikir Barat yang sudah jauh meninggalkan dunia Islam.

[1] Jamil Shaliba, Al-Falsafah Al-‘Arabiyah (Beirut: Dar al-Kitab al-Lubnani, 1973) hal. 96
[2] Harun Nasution, Islam Rasional (Bandung: Mizan, 1955) hal. 303
[3] Frederick Meyer, A History of Ancient and Medieval Philosophy (American Book Company, 1950) hal. 391
[4] Harun Nasution Op. Cit., , hal. 68,
[5] R. Walzer, Greek Into Arabic: Essays on Islamic Philosophy ( Cambridge: Harvard University Press, 1962)
[6] Franz Rosenthal, The Classical Heritage in Islam, terj. Emily dan Jenny Marmorstein (London: Routledge, 1975), hal. 10
[7] Seperti Hunain ibn Ishaq al-Abadi yang merupakan seorang Kristen Nestorian (194-260 H/ 810-873 M)
[8] Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Bebabagi Aspeknya (Jakarta: UI Press, 1985) hal. 72-74
[9] Ibid., hal. 71
[10] Ibid., hal. 73
[11] Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis dabn Refleksi Historis(Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996) hal. 154
[12] Philip K. Hitti, The Arabs: A Short History (Chicago: Gaterway Edition, 1985) hal. 116
[13] Faisal Ismail, Op. Cit, hal. 155
[14] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II (Jakarta: Rajawali Press, 1993) hal 109
[15] Muhammad Iqbal, Averroisme: Pemberontakan Kaum Liberal Barat Terhadap Agama, dalam Hasan Asari, (ed)., Studi Islam dari Pemikiran Yunani ke Pengalaman Indonesia Kontemporer(Bandung: Citapustaka Media, 2006), hal. 22-41. Lihat juga K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 1986) hal. 32
[16] Mehdi Nakosteen, History of Islamic Origins of Westren Education A.D. 800-1350 With an Introduction to Medieval Muslim Education (Boulder: University of Colorado Press, 1964), hal. 189.
[17] S.I. Poeradisastra, Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Peradaban Modern (Jakarta: P3M, 1986) hal. 67
[18] William Montgomery Watt, The Influence of Islam on Medieval Europe (Endinburgh: Endinburgh University Press, 1972), hal. 60.
[19] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam (Jakarta: Kencana, 2003) hal. 236
[20] Ibid., hal. 237
[21] Nouruzzaman Shiddiq,Tamaddun Muslim: Bunga Rampai Kebudayaan Muslim (Jakarta: Bulan Bintang, 1986) hal. 15
SUMBANGAN ISLAM TERHADAP PERKEMBANGAN RENAISSANCE DI EROPA | Abu Bakar Khazali
https://bakarkhazali.wordpress.com/makalah/sumbangan-islam-terhadap-perkembangan-renaissance-di-eropa/#_ftn14




















Tiada ulasan: