Isnin, 19 November 2018

8674. Bendera Rasulullah ﷺ .


Jangan Salah, Inilah Karakter Bendera Rasulullah ﷺ yang Sebenarnya! 
Senin, 12 November 2018 10:04 
KIBLAT.NET- Bendera Rasul baru-baru ini menjadi perbincangan. Banyak yang mempertanyakan benarkah bendera Rasul adalah sama dengan bendera yang dipakai oleh ormas tertentu? Yuk kita simak! Inilah karakter bendera rasul yang valid dan sesuai dengan dalil syar’i!

Video dapat dilihat dan diunduh di sini.
Editor : Abdullah Muhammad
https://www.kiblat.net/2018/11/12/jangan-salah-inilah-karakter-bendera-rasul-yang-sebenarnya/

Zoom In: Inilah 5 Penemu Muslim yang Terlupakan! 
Senin, 19 November 2018 13:02 
KIBLAT.NET- Yang paling kita sekarang pasti ilmuwan-ilmuwan dan penemu Barat seperti Thomas Alva Edison, Isaac Newton dan lain sebagainya. Padahal, jauh sebelum mereka, penemu dan para ilmuwan muslim banyak menemukan dan turut berperan dalam kemajuan teknologi masa kini.

Inilah 5 ilmuwan muslim paling berpengaruh versi Zoom In yang mungkin kita belum pernah mengenal mereka sebelumnya. Yuk kita simak !

Video dapat dilihat dan diunduh di sini.
Editor: Abdullah Muhammad
https://www.kiblat.net/2018/11/19/zoom-in-inilah-5-penemu-muslim-yang-terlupakan/


Rifa’i Surur, Keluar Masuk Penjara Demi Memperjuangkan Syariat Islam 
Ahad, 28 Oktober 2018 06:45 
Foto: Rifai Surur
KIBLAT.NET Jika ada pertanyaan, siapakah yang pantas disebut sebagai syaikh bagi seluruh jamaah jihad di Mesir. Maka, akan dijawab tanpa pikir panjang  dengan menyebut nama ulama ini.

Jika ada yang ingin tahu, siapakah generasi awal dari munculnya gerakan salafi jihadi. Maka, secara cepat akan dijawab dengan nama orang ini.

Dan jika ada yang mempertanyakan siapa yang menjadi perpanjangan perjuangan dari Sayyid Qutb rahimahullah, maka nama orang inilah jawabannya.

Ya, ulama asli Mesir ini memang telah berjasa besar pada perjuangan umat Islam di negeri Nabi Musa as. Bahkan Syaikh Aiman Adz-Dzawahiri hafidzahullah sangat bersyukur karena dapat mengambil manfaat  ilmu, adab dan tata kramanya yang terpuji.

Ulama senior ini pernah satu penjara dengan suksesor syaikh Usamah bin Ladin rahimahullah. Dan ketika ia wafat, syaikh Aiman secara langsung turut berbela sungkawa lewat video yang disebarluaskan di jejaring internet. Juga prosesi pemakamannya dihadiri para syaikh dan ulama.

Selain berkecimpung di dalam dunia jihad dan harakah islamiyah, tangan dan pikirannya pun ikut menggoreskan karya berupa makalah dan kitab yang bermanfaat untuk umat Islam. Dia adalah syaikh Rifai Surur rahimahullah.

Awal Kehidupan syaikh Rifai Surur

Lahir di Iskandariah, Mesir pada 1366 H/1947 M. Kehidupan masa kecil dan keluarganya tidak begitu banyak diketahui. Namun, ada sebuah kejadian di tahun 1954 yang akan mempengaruhi pola pikir dan kehidupannya secara total. Pada tahun itu, pemerintah Mesir mengadakan penangkapan besar-besaran anggota IM.  Rifai menyaksikan secara langsung pamannya yang ditangkap secara paksa oleh petugas keamanan.

Naluri ingin tahu seorang anak 7 tahun muncul, Rifai bertanya pada ibunya,”Ibu, kenapa mereka menangkap paman Abduh?”

Ibunya menjawab,”Ia ditangkap karena akhlaknya, dia seorang yang mencintai anak-anak kecil dan penuh kasih sayang terhadapnya.”

Merasa kurang puas dengan jawaban ibunya, Rifai kecil bertanya dengan pertanyaan sama pada tetangganya yang bernama Abdu Shomad.

Abdu Shomad pun menjawab,”Wahai anak kecil, mereka menangkap pamanmu karena ia ingin menegakkkan hukum Al-Quran.”

Mendengar jawaban seperti itu membuat dada Rifai membuncah hebat. Dalam hati ia bertanya-tanya mengapa hal itu bisa terjadi, dan peristiwa itu benar-benar membekas dalam dirinya. Maka,ia pun memantapkan hatinya untuk belajar Al-Quran secara khusus, memperjuangkan syariat-Nya dan memegang teguh ketetapan hati ini sepanjang hidupnya.

Masjid Ansharu Sunnah

Pertengahan tahun 1950-an, sebagian besar anggota IM dijebloskan ke penjara oleh Gamal Abdul Nasir. Beberapa anggota yang selamat dari penangkapan mencoba bertahan dengan diam dan tidak berkomunikasi dengan siapapun.

Saat itu, ada sebuah masjid yang memang digunakan untuk basis dan munculnya kembali harakah-harakah Islam di Mesir setelah pelarangan IM. Rifai pun mondar-mandir ke masjid itu untuk ibadah, menuntut ilmu dan melakukan aktivitas-aktivitas akademis. Terutama di Iskandariah, masjid Ansharu Sunnah menjadi pusat kegiatannya. 


Fase di masjid Ansharu Sunnah ini menjadi pondasi awal kehidupan dan pemikiran Rifai. Kesadaran beragama mulai terbentuk dan mulai dapat memilah mana yang benar dan salah atau dengan makna lain mana yang boleh dan tidak boleh dalam syariat Islam. Namun, Rifai mengalami kegelisahan intelektual manakala terjadi beberapa penyelewengan dalam tubuh jamaah seperti permasalahan pengagungan kuburan, kunjungan ke makam Husein, mengirimkan dukungan kepada Gamal Abdul Nasir ketika aktivis IM ditangkapi dan beberapa penyelewengan lainnya.

Rifai yang saat itu baru berumur 18 tahun dengan tegas menyampaikan keberatan pada para pemimpin Ansharu Sunnah. Ia mengajukan kritik dan akhirnya berbuah pada anak-anak muda yang mulai membentuk sel terpisah dari Ansharu Sunnah. Anak-anak muda ini satu pemikiran dengan Rifai serta secara tidak langsung berseberangan pemikiran dengan manhaj Ansharu Sunnah.

Pada 1954, salah seorang pimpinan IM yang juga tetangga Rifai dibebaskan dari penjara rezim. Ia memberikan buku karya Sayyid Qutb “Ma’alim fi Thariq” kepada Rifai. Buku berharga itu pun ia baca hingga khatam dan pada akhirnya menjadi awal pola pikirnya seperti Sayyid Qutb rahimahullah. Rifai pun mengikuti jejak Sayyid dengan menulis sebuah kitab kecil yang berjudul “Askhabul Ukhdud”dimana buku ini diterbitkan di Mesir pada 2015 dan merupakan buku dengan penjualan laris.

Buku kecil ini ditulis Rifai ketika ia mendengar bahwa Sayyid Qutb dieksekusi. Ia menangis sesenggukan di kamarnya dan tangisannya itu didengar oleh ibu dan neneknya. Ada satu pertanyaan yang membuat jarinya tergerak untuk menulis ketika neneknya mengatakan,”Apakah tangisan itu mampu membuat orang mati hidup kembali?”

Mendengar pernyataan ini ia pun segera bangkit dari kesedihan yang berlarut-larut. Rifai menggoreskan tintanya dan lahirlah Askhabul Ukhdud.

Karena karyanya inilah Rifai diajak Yahya Hasyim untuk bergabung dengan sel jihad yang baru terbentuk saat itu bersama Alawi Musthafa, Ismail Tanthawi dan Nabil Al-Bar’i. Mereka semua saat itu berstatus sebagai siswa sekolah tinggi. Dr Aiman Adz-Dzawahiri juga menjadi salah satu anggota dari sel jihad ini. Kelompok baru ini menggunakan siasat gerilya untuk melawan pemerintahan Gamal Abdul Nasir. Jamaah jihad baru ini terbentuk pada tahun 1966 dan Rifai berumur 18 tahun.

Persiapan matang telah dilaksanakan. Sebagian besar anggotanya adalah para mahasiswa di berbagai universitas Mesir yang menunggu perekrutan untuk menjadi tentara cadangan sebelum perang Oktober 1973. Mereka ingin menggunakan momentum ini untuk menyempurnakan persiapan matang yang selama ini direncanakan (kudeta).

Semua anggota inti dengan gigihnya mengadakan kegiatan-kegiatan bersama para mahasiswa di Universitas Kairo dan universitas-universitas lainnya. Sehingga, terkumpullah anggota sejumlah 200 orang. Dari 200 orang yang telah dikumpulkan, mereka tidak saling mengetahui antara satu dengan yang lainnya bahwa mereka sama-sama anggota Jamaah Jihad Mesir. Hal itu dilakukan untuk menjaga kerahasiaan adanya jamaah yang berusaha  melakukan kudeta terhadap pemerintah. BACA JUGA  Polisi Tak Hadir di Praperadilan Sukmawati, HRS Kecewa

Sesuatu hal terjadi pada internal jamaah saat ada seseorang yang bertindak ceroboh membocorkan rahasia organisasi. Terjadi perpecahan yang tidak bisa dihindari karena hilangnya rasa kepercayaan pada diri masing-masing anggota. Ada beberapa anggota lain yang keluar dan bergabung ke Ikhwanul Muslimin dan beberapa jamaah lain yang ada di Mesir.

Kontak senjata sempat terjadi di Pegunungan Assiut pada tahun 1975. Yahya Hashim syahid pada pertempuran ini, jamaah ini kalah dan Rifai meloloskan diri ke Kairo dan menetap di sana. Di sinilah dimulai drama penangkapannya berkali-kali setelah itu.

Penjara

Tepatnya pada tahun 1981, Rifai dijebloskan ke penjara karena kasus terkenal dengan nama kasus organisasi jihad. Terasingnya dirinya dari dunia luar, tidak membuatnya berhenti untuk berjuang. Ia pun menulis buku-buku yang kelak bermanfaat bagi umat Islam. Walau ia tak lagi dapat berjuang lewat tindakan secara fisik, ia dapat menularkan pemikiran dan gagasannya pada khalayak.

Setelah ia dibebaskan dari penjara pun aktivitas menulisnya tetap berjalan. Ia mengevaluasi beberapa aktivitas harakah Islamiyah dan beberapa pengalaman dari peristiwa yang terjadi. Ia menulis beberapa buku yang bertemakan dakwah dan aturan sistematis dalam harakah Islamiyah. Beberapa karyanya adalah

  1. Ath-Thasawwur As-Siyasi Lil Harakah Islamiyah
  2. Qodru Dakwah
  3. ‘Alamat As-Sa’ah
  4. Fi Nafsi Da’wah
  5. Hikmatu Dakwah
  6. Himayatu Din min Tahrif
  7. Dan lainnya
Pada tahun 1426 H/2005 M, Rifai kembali ditangkap oleh rezim dan diasingkan di tempat yang tidak diketahui. Dimungkinkan bapak dari enam anak ini mendapatkan siksaan yang berat dari petugas keamanan.

Rifai dikaruniai enam orang anak dari pernikahannya, dimana anak-anaknya mewarisi difat ayahnya. Yahya Rifai, anak tertua adalah seorang intelektual yang gigih melawan pemahaman sekuler dan liberal. Umar Rifai adalah seorang insinyur yang sekarang menjadi mufti Al-Qaidah. Putrinya, Dr Wala Rifai adalah seorang penulis yang menghasilkan karya yang berjudul “Zaujatu Al-Mu’taqol”.

Wafatnya Rifai Surur

Sebenarnya, saat di penjara selain ia melawan rasa sakit karena siksaan, juga ia melawan dari penyakit yang menggerogotinya. Beberapa penyakit dalam menyerangnya karena faktor usia dan lingkungan penjara yang apa adanya. Namun, dalam keterbatasan itu, ia mampu memanfaatkannya secara maksimal untuk menuliskan beberapa karya yang menakjubkan.

Tepatnya pada 12 Februai 2012 setelah shalat Ashar secara mendadak. Prosesi pemakaman generasi awal jihad ini didatangi beberapa syaikh dan politisi seperti Hazim Shalah Abu Ismail, Muhammad Al-Baltajiy dan Hafidz Salama.

Semoga semangat perjuangan Rifai Surur diwariskan kepada generasi muda umat Islam. Wallahu a’lam bi shawab.

Penulis: Dhani El_Ashim
Editor: Arju

Sumber
https://www.ahlalhdeeth.com
www.arabtimes.com
https://www.albawabhnews.com
https://ar.wikipedia.org

Rifa'i Surur, Keluar Masuk Penjara Demi Memperjuangkan Syariat Islam - Kiblat
https://www.kiblat.net/2018/10/28/rifai-surur-keluar-masuk-penjara-demi-memperjuangkan-syariat-islam/

BERITA TERKAIT

5 Ulama Terkenal yang Dipenjara Era Bin Salman
Sabtu, 11 Agustus 2018 05:27

Kemulian dan Keutamaan Ummul Mukminin Aisyah
Selasa, 31 Juli 2018 04:30

Perjalanan Dakwah Awadh Al-Qarni, Dituduh IM dan Berakhir di Penjara
Ahad, 29 Juli 2018 04:10

Mullah Abdussalam, Mujahid Taliban Pemutus Dominasi AS di Kunduz
Sabtu, 14 Juli 2018 12:34

Ali Banat, Ketika Kanker Menjadi Hadiah Allah
Rabu, 6 Juni 2018 15:04


Serba-Serbi Bendera Rasulullah ﷺ 
Jum'at, 9 November 2018 11:34 
Foto: Bendera Rasulullah  (Ilustrasi)

KIBLAT.NET – Bendera tauhid menjadi perbincangan hangat akhir akhir ini. Semenjak adanya kasus pembakaran bendera, bersahut-sahutan antara beberapa kubu tentang hakikat bendera Rasulullah  ini. Ada yang berpegang teguh bahwa itu adalah bendera Rasulullah , bendera umat Islam dan siapapun boleh menggunakannya. Tapi ada yang ngotot bahwa itu adalah bendera HTI dan menjadikannya dalih pembenaran untuk pembakaran yang mereka lakukan.

Aksi-aksi bela tauhid pun bergema di beberapa kota dan diikuti oleh ribuan umat Islam. Bukti bahwa di hatinya masih ada ghirah untuk memperjuangkan kehormatan kalimat Tauhid. Karena di dalam Sirah Nabawiyah, bendera ini diperjuangkan mati-matian oleh para shahabat di peperangan di masa itu. Dan bendera ini bertuliskan kalimat yang paling mulia serta simbol persatuan umat Islam.

Ini adalah momen yang tepat untuk memberikan penjelasan tentang bendera Rasulullah  yang bernama Al-Liwa dan Ar-Rayya. Apa warnanya, apa bahan yang digunakan untuk membuat bendera ini di masa Rasul, tulisan apa yang termaktub di atasnya serta apa nama bendera Nabi ini berdasarkan dalil.

Mengenal Bendera Rasulullah  

Terkait warna bendera Rasulullah , hadits yang paling masyhur dan sering disebut adalah  hadits yang diriwayatkan sahabat Jabir dan Ibnu Abbas.

عن ابن عباس قال كانت راية رسول الله -صلى الله عليه وسلم- سوداء ولواؤه أبيض

“Dari Ibnu Abbas berkata bahwa Rayyah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam berwarna hitam dan liwa’nya berwarna putih” (HR Tirmidzi)

عن جابر أن النبى -صلى الله عليه وسلم- دخل مكة ولواؤه أبيض

“Dari Jabir bahwasannya Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam memasuki kota Makkah dan liwa’nya berwarna putih.” (HR Tirmidzi)

Dalam redaksi yang lain juga disebutkan dan diriwayatkan An-Nasa’i

عن جابر رضي الله عنه : أن النبي صلى الله عليه و سلم دخل مكة ولواؤه أبيض

“Dari Jabir Radhiallahu ‘anhu bahwasannya Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam memasuki kota Makkah dan liwa’nya berwarna putih.” 

BACA JUGA  Pemulangan Pengungsi Rohingya Diundur?

Hadits shahih lainnya juga diriwayatkan oleh Ummul Mukminin Aisyah, Abdullah bin Umar, Anas bin Malik, Abu Hurairah, Al-Harits bin Hasan dan lainnya. Meskipun redaksinya agak berbeda, kesimpulan yang dapat diambil adalah warna Al-Liwa’ itu berwarna putih dan Ar-Rayyah berwarna hitam.
Ada hadits lainnya yang menyebutkan bahwa rayah Nabi itu berwarna kuning. Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud, Baihaqi dan Ibnu Adi. 

حَدَّثَنَا عُقْبَةُ بْنُ مُكْرَمٍ حَدَّثَنَا سَلْمُ بْنُ قُتَيْبَةَ الشَّعِيرِىُّ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ سِمَاكٍ عَنْ رَجُلٍ مِنْ قَوْمِهِ عَنْ آخَرَ مِنْهُمْ قَالَ رَأَيْتُ رَايَةَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- صَفْرَاءَ.

Dari Uqbah bin Mukram berkata kepada kami Mukram, berkata pada kami Salm Ibn Qutaibah Asy-Syairi dari Syu’bah dari Simak dari sahabat yang tidak diketahui namanya, ia berkata, “Aku melihat bahwasanya bendera Nabi SAW berwarna kuning.” (HR. Abu Daud)

Namun, dalam sanad hadits ini ada perawi yang majhul (Tidak dikenal oleh ulama hadits)  sebagaimana tertulis dalam Al-Badru Al-Munir karya Ibnu Al-Mulaqin.

Syaikh Abdullah bin Muhammad bi Sa’ad Al-Hujaili dalam Al-Alamu Nabawiy as-Syarif wa Tatbiqatihi al-Qadimatu wa al-Ma‘ashiratu menyebutkan bahwa seseorang yang melihat rayah Nabi setelah peperangan akan menyatakan berwarna kuning karena panji tersebut telah berdebu. 

Ada hadits dhaif juga yang menyebutkan bahwa rayah Nabi berwarna merah. Hadits ini riwayat Thabrani didhaifkan oleh Al-Haitsami dan Ibnu Hajar karena ada rawi yang tidak dikenal.

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَقَدَ رَايَةً لِبَنِي سُلَيْمٍ حَمْرَاءَ

“Bahwasannya Nabi Shallahu alaihi wa sallam menetapkan untuk rayah Bani Salim berwarna merah.” (HR. Thabrani dalam kitabnya Al-Mu’jamul Kabir No. 425)


Bentuk dan Bahan Kain Bendera Rasulullah

Al-Hujaili dalam Al-Alamu Nabawiy as-Syarif menyebutkan bahwa bentuk bendera Rasulullah adalah segiempat. Hal ini berdasar pada hadits

حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى الرَّازِيُّ، أَخْبَرَنَا ابْنُ أَبِي زَائِدَةَ، أَخْبَرَنَا أَبُو يَعْقُوبَ الثَّقَفِيُّ، حَدَّثَنِي يُونُسُ بْنُ عُبَيْدٍ مَوْلَى مُحَمَّدِ بْنِ الْقَاسِمِ، قَالَ: بَعَثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْقَاسِمِ إِلَى الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ يَسْأَلُهُ عَنْ رَايَةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَاهِىَ؟ فَقَالَ: كَانَتْ سَوْدَاءَ مُرَبَّعَةً مِنْ نَمِرَةٍ.

“Dari Ibrahim bin Musa ar-Razi, mengabarkan pada kami Ibnu Abi Zaidah, mengabarkan pada kami Abu Ya’kub Ats-Tsaqafi,mengabarkan padaku Yunus bin Ubaid diutus Muhamad bin al-Qasim untuk bertanya kepada Bara bin Azib tentang bendera Nabi SAW, Bara menjawab, “Bendera Nabi SAW berwarna hitam, berbentuk segi empat (bujur sangkar), terbuat dari jubah berwarna hitam.” (HR Abu Daud)

Hadits ini hadits hasan menurut Al-Bukhari, hasan gharib menurut At-Tirmidzi dan di dhaifkan oleh Imam Ahmad bin Hambal dalam musnadnya.

Berdasar hadits di atas pula kita dapat mengetahui bahwa rayah Rasul terbuat dari kain wol. Namun, Al-Hujaili mengatakan bahwa pada masa Nabi Muhammad, material atau bahan untuk membuat bendera tidak dipilih secara khusus. Liwa maupun rayah dapat terbuat dari kain bulu, wool, atau jenis kain yang lain. 

BACA JUGA  Lieberman Mundur, Hamas: Kemenangan Politik Bagi Palestina

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: كَانَ لِوَاءُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْفَتْحِ أَبْيَضَ،وَرَايَتُهُ سَوْدَاءَ
 قِطْعَةَ مِرْطٍ مُرَجَّلٍ
“Dari Aisyah ia berkata, ‘Panji Rasulullah saat memasuki kota Makah berwarna putih, sedang benderanya berwarna hitam berbahan potongan kain wol.” (HR Baihaqi)

Rayah Rasulullah pun mempunyai sebuah nama yaitu Uqab. Hal ini berdasar pada pernyataan Ibnu Ishaq dalam Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam. Juga diperkuat dengan hadits yang diriwayatkan Ibnu Adiy dari sahabat Abu Hurairah.

عن أبي هريرة كانت راية رسول الله صلى الله عليه و سلم سوداء تسمى العقاب

“Dari Abu Hurairah bahwasannya rayah Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam itu hitam bernama al-uqab.” (HR Ibnu Adiy)

Hadits serupa dengan redaksi yang berbeda juga diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, Baihaqi, An-Nawawiy dan lainnya.

Tulisan di Atas Bendera Nabi

Al-Hujaili menyebutkan ada beberapa hadits dari riwayat Thabraniy, Abu Syaikh dari Abu Hurairah dan Ibnu Abbas mengatakan bahwa di atas bendera Nabi bertuliskan kalimat tauhid.

Namun, tidak sedikit ulama yang mendhaifkan riwayat ini seperti Imam Bukhari, An-Nasai dan Ibnu Ma’in.

Dari sekian hadits yang diperselisihkan ada satu hadits yang dikeluarkan oleh Abu Syaikh al-Ashbahaniy dalam Akhlaqun Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dari Ibnu Abbas berstatus shahih.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: كَانَتْ رَايَةُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَوْدَاءَ وَلِوَاءُهُ أَبْيَضَ، مَكْتُوبٌ فِيْهِ: لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ

“Dari Ibnu Abbas, ia berkata, ‘Bendera Rasulullah SAW berwarna hitam, sedang panjinya berwarna putih dan ada tulisan kalimat tauhid.” (HR. Abu asy-Syekh, Akhlaqun Nabi SAW)

Di dalam Al-Alam An-Nabawi Asy-Syarif disebutkan bahwa bahan yang digunakan untuk menulis adalah arang hitam atau jelaga yang dicampur dengan getah pohon. Khot yang dipakai adalah Makkiy dan Madaniy. Al-Hujaili juga menambahkan bahwa rayah tidak terdapat tulisan ataupun gambar di dalamnya. Wallahu a’lam bi shawab.

Penulis: Dhani El_Ashim
Editor: Arju
Sumber : Al-Alamu Nabawiy as-Syarif wa Tatbiqatihi al-Qadimatu wa al-Ma‘ashiratu karya Abdullah bin Muhammad bi Sa’ad Al-Hujaili

Serba-Serbi Bendera Rasulullah ﷺ - Kiblat
https://www.kiblat.net/2018/11/09/serba-sebi-bendera-rasulullah-saw/


Maulana Samiul Haq, The Father Of Taliban


Foto: Maulana Samiul Haq, The Father Of Taliban (The Quint)
KIBLAT.NET – Segala bentuk perjuangan pasti akan menempuh jalan berliku. Terkadang jalan lurus membantang, tak sedikit halangan melintang. Harta dan nyawa pun menjadi taruhannya. 

Bagi seorang mukmin, semua itu bukanlah hambatan. Justru itu menjadi cambuk untuk lebih serius dan totalitas dalam perjuangan. Karena balasan Allah jelas bagi para pejuang dien-Nya, yaitu Jannah yang luasnya langit dan bumi.

Salah seorang ulama yang berjasa besar dalam pembentukan kader-kader mujahid Taliban baru saja mengalami sunnatulah itu. Jumat, 2 November 2018 sekitar pukul 7 malam, ada seseorang yang menyelinap ke rumahnya di kota Bahria, Rawalpindi. Penyelinap ini menusuk tubuh berkali-kali pewaris Madrasah Darul Ulum Haqqania ini sebelum ditembak. 

Pada akhirnya ia syahid walaupun sempat dilarikan ke rumah sakit terdekat, darah yang keluar terlalu banyak sehingga nyawanya tidak tertolong.
Sehari setelahnya, jenazahnya dikebumikan di pemakaman Darul Ulumuddin di Akora Khattak, kota kelahiran sang ulama. 

Ini adalah tragedi yang dapat menimpa siapapun terutama para pengemban dakwah dan mujahid fi sabilillah. Semakin tinggi sepak terjangnya dalam dakwah maka semaki tinggi pula cobaan dan hambatan yang akan diterima. Seperti ulama ini yang wafat di jalan-Nya, Ulama  asli Pakistan ini adalah Maulana Samiul Haq rahimahullah.

Maulana Samiul Haq, Bapak Ideologis Taliban

Kira-kira delapan dasawarsa yang lalu, ia dilahirkan. Tepatnya tanggal 18 Desember di kota Akora Khattak, sebuah provinsi yang berbatasan darat dengan India di sebelah barat laut (sekarang bernama Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan). Ayahnya adalah Maulana Abdul Haq, seorang akademisi lulusan Darul Ulum Deoband di India.

Tahun 1366 H/1946 M Samiul Haq memulai perjalanan pendidikannya di madrasah yang dibangun ayahnya, Darul Ulum Haqqania. Intelektualitas ayahnya menurun pada Samiul Haq, hingga ia mampu fasih berbahasa arab walaupun bahasa yang sering ia gunakan bahasa Urdu dan bahasa Pashto. Selain itu, ia juga menguasai ilmu fiqih, ushul fiqih, ilmu mantiq, nahwu sharaf, tafsir dan hadits.

Perjalanan pendidikan Samiul Haq hanya diketahui sampai di sini. Belum ada informasi terperinci tentang tahapan-tahapan pendidikan yang ia jalani selama hidup. Kelak ia memang akan mewarisi kepemimpinan ayahnya di madrasah Darul Ulum Haqqania.

Awal Kiprah dalam Perjuangan

Rekam jejaknya mulai terlihat ketika ia dipercaya oleh presiden Muhammad Ziaul Haq sebagai salah satu anggota majelis Syura yang dibentuk olehnya. Zia adalah salah satu pemimpin negara yang pernah dipuji oleh syaikh Abdullah Azzam di dalam tarbiyah jihadiyah.

Syaikh mengatakan bahwa kedua matanya tidak pernah melihat seorang pemimpin negara yang lebih utama dari pemimpin satu ini. Syaikh juga mengatakan bahwa dirinya belum pernah melihat seorang sosok pemimpin yang berbicara dengan hatinya atau saat ia menjawab (pertanyaan) dengan tetesan air matanya. Zia juga salah satu pemimpin Islam yang tegak membela mujahidin Afghanistan dan dengan berani mencela Rusia sebagai perusak kedamaian yang ada.

Saat itu memang Zia sedang melakukan islamisasi pemerintahan Pakistan dengan mengganti sistem parlemen dengan sistem majelis syura. Hampir seluruh anggota dewan Syura yang berada di bawah kepemimpinan Zia adalah para intelektual tinggi, cendikiawan, ulama dan jurnalis yang profesional. Majelis Dewan Syura ini bertindak sebagai Penasehat Presiden, yang mana sekitar 284 anggotanya diajukan langsung oleh presiden, sehingga tidak ada tempat lagi untuk menduduki dewan ini. Maulana Samiul Haq adalah salah satu ulama yang terpilih sebagai anggota dewan syura bentukan pemimpin shalih ini dari tahun 1983 hingga 1985. 

BACA JUGA  KH. Said Aqil: Nggak Boleh Ngomong Ganti Presiden

Perannya juga berlanjut sebagai anggota senat Pakistan mewakili wilayahnya periode Februari 1985 sampai Maret 1997. Kemudian Maret 2003 sampai 2009. Senat Pakistan adalah adalah majelis tinggi dari lembaga legislatif Pakistan, dan bersama-sama dengan Majelis Nasional membentuk Parlemen Pakistan. Masing-masin provinsi diwakili oleh empat belas senator dan delapan senator dari suku-suku yang ada.

Sebagaimana yang telah disinggung di atas, Samiul Haq ditunjuk sebagai pengganti ayahnya sebagai pemimpin madrasah Darul Ulum Haqqania. Ia memegang amanah ini akhir hayatnya nanti. Putra Abdul Haq ini menjadi guru bagi sebagian besar para pimpinan Taliban (1996-2001), sebab mereka semua sebagian besar adalah anak didik Samiul Haq antara akhir tahun 1970 hingga tahun 1980-an. Karena itulah ia mempunyai hubungan yang dekat dengan Amirul Mukminin Mullah Muhammad Umar rahimahullah. Saking berpengaruhnya Samiul Haq di dalam Taliban, dirinya pernah ditunjuk sebagai utusan kesepakatan perdamaian antara Taliban dan pasukan NATO yang dipimpin AS ketika invasi ke Afghanistan.

Samiul Haq termasuk tokoh penting dalam kancah pergerakan di Pakistan. Selain pernah menjadi anggota senat, menjadi anggota dewan syura di bawah pimpinan presiden Zia, ia juga pernah menjadi ketua DPC (Difa-e-Pakistan Council). DPC adalah sebuah koalisi yang memayungi lebih dari 40 organisasi politik dan agama yang menganjurkan kebijakan konservatif seperti menutup pasokan bantuan kepada NATO masuk ke Afghanistan dan menolak keputusan pemerintah Pakistan mengabulkan putusan yang dikehendaki India. DPC lahir pada November 2011 dan Samiul Haq mulai menjalankan perannya sebagai ketua pada tahun 2012.

Masih dalam lingkup pemerintahan Zia, Samiul Haq dipercaya menjadi pemimpin JUI-S (Jamiat Ulama el-Islam Sami) yang mendukung presiden terpilih untuk menerapkan syariat Islam di Pakistan. JUI awalnya adalah satu kesatuan, lahir pada tahun 1945 sebagai wadah ideologi politik Sunni di Pakistan. Awalnya tahun 1980-an seluruh anggota JUI mendukung sikap politik Zia yang anti Soviet dan mendukung penuh jihad Afghanistan. 

ahkan Zia mempermudah jalan JUI untuk membangun madrasah-madrasah yang menjadi cikal bakal munculnya kader-kader Taliban.

Pada tahun-tahun itu pula muncul dari dalam JUI, benih benih anti kepemimpinan Zia. Akan selalu ada orang-orang yang tidak suka dengan kepemimpinan yang sejalan dengan perjuangan Islam. Maka terpecahlah JUI menjadi dua yaitu JUI-F pimpinan Fazlurahman yang lebih aktif dalam kegiatan politik dan nasionalis. JUI-S yang dipimpin Maulana Samiul Haq yang tetap mendukung perjuangan Zia memberlakukan syariat Islam di Pakistan. Dan majelis syura yang dibentuk Zia kebanyakan dari anggota JUI-S.

Selama bertahun-tahun JUI-S berkomitmen mempertahankan prinsipnya untuk menegakkan syariah di Pakistan daripada JUI-F. JUI-S dominan ada di daerah Pakhtunkhwa sedangkan JUI-F di daerah Pashtun Balochistan. Kedua fraksi memiliki jaringan besar di madrasah dan masjid-masjid. 

Keduanya pula menjalankan lebih dari 65% madrasah yang tersebar di Pakistan. Sekitar 30.000 anak-anak pengungsi Afghan masuk ke dalam madrasah binaan keduai JUI dan sebagian besar dari mereka-lah yang bergabung dengan gerakan Taliban di Afghanistan.

Maka, sudah tepat jika Maulana Samiul Haq dikatakan sebagai “Father of Taliban” karena lewat madrasah-madrasah JUI-S lah para petinggi-petinggi Taliban dilahirkan. 

BACA JUGA  Kenapa Kasus HRS di Saudi Dinilai Operasi Intelijen? Begini Penjelasan Pengacara

Selain menjadi pimpinan Darul Ulum Haqqania, menjadi anggota senat Pakistan, anggota majelis syura, menjadi pimpinan JUI-S, Maulana Samiul Haq juga menjadi salah satu pendiri MMA (Muttahida Majlis-e-Amal). MMA adalah sebuah aliansi politik yang terdiri dari organisasi konservatif, Islam dan organisasi sayap kanan di Pakistan. Beberapa organisasi yang bergabung dalam aliansi ini adalah
  1. JUP (Jamiat Ulema-e-Pakistan)
  2. JUI-F pimpinan Fazlurahman
  3. JI (Jamaat e Islami) partai Islam dan para pengikut dari Abu A’la Al-Maududi
  4. TJP (Tehrik-e-Jafaria Pakistan) yang dipimpin oleh Allama Syed Sajid Ali Naqvi
  5. JUI-S pimpinan Maulana Samiul Haq
Tetapi Samiul Haq meninggalkan aliansi ini sebelum diadakannya pemilu 2008 dan tetap tidak bergabung walau pada tahun 2018 aliansi ini dibentuk kembali.

Itulah aktivitas Maulana Samiul Haq selama ini. Dengan gigihnya ia memperjuangkan Islam dan tegaknya syariat Islam lewat berbagai jalan pendidikan, dakwah dan pergerakan. Secara terperinci dirinya selalu mendukung apapun yang berkaitan syariat Islam di berbagai sektor seperti pemisahan jenis kelamin di lembaga pendidikan dan perkantoran, identitas hijab bagi muslimah di tempat umum, penghapusan kurikulum yang mengajarkan sekulerisme dan mendukung revolusi Islam untuk penegakan syariat Allah.

Salah satu bentuk dukungan dan loyalitas Maulana Samiul Haq untuk Taliban adalah saat ia didatangi oleh duta besar AS, Richard G Olson pada Juli 2013 untuk membahas situasi daerah.

Samiul Haq mengatakan,”Beri mereka waktu satu tahun saja dan mereka akan membuat seisi Afghanistan bahagia…Seluruh Afghanistan akan menyatu dengan mereka…Setelah orang Amerika pergi, semua itu akan terjadi dalam kurun waktu satu tahun.”

Ia menambahkan,”Selama mereka (Taliban) di sana, Afghan akan memiliki kebebasan untuk memperjuangkan kebebasannya, ini adalah perang untuk kebebasan dan tidak akan berhenti sampai para pendatang angkat kaki dari Afghanistan.”

Syahidnya Maulana Samiul Haq

Sebagaimana cita-cita Zia yang ingin memberlakukan syariat Islam membuat JUI pecah dan Zia meninggal dalam konspirasi kecelakaan pesawat. Samiul Haq pun mendapat perlakuan yang sama dari orang yang tidak suka dengan Islam.

Seperti yang telah ditulis di atas pada hari Jumat, 2 November 2018 sekitar pukul 7 malam, ada seseorang yang menyelinap ke rumahnya di kota Bahria, Rawalpindi.

Penyelinap ini menusuk tubuh berkali-kali pewaris Madrasah Darul Ulum Al-Haqqaniyah ini sebelum ditembak.Pada akhirnya ia wafat walaupun sempat dilarikan ke rumah sakit terdekat, darah yang keluar terlalu banyak sehingga nyawanya tidak tertolong.

Salah satu hikmah yang dapat kita ambil dari perjalanan hidup Maulana Samiul Haq adalah keteguhan prinsipnya dalam berjuang. Kemudian akhir hidup Samiul Haq juga memberikan kita pelajaran bahwa akan senantiasa ada orang-orang yang tidak suka dengan dakwah islamiyah. Mereka akan melakukan berbagai cara untuk menghentikan dakwah hingga sampai taraf menghilangkan nyawa.

Namun, itu bukanlah menjadi momok yang menakutkan bagi para aktivis dakwah dan mujahid. Karena ketika para pencari dunia mereka mengumpulkan harta dengan berbagai cara dan takut mati, para dai, ulama dan mujahid adalah sekumpulan manusia yang tidak akan ragu memberikan nyawanya untuk perjuangan fi sablillah. Wallahu a’lam bi shawab.

Penulis: Dhani El_Ashim
Editor: Arju
Sumber
  1. https://en.wikipedia.org
  2. https://www.pashtovoa.com
  3. https://www.aleqtisady.com
  4. https://ar.wikipedia.org
Maulana Samiul Haq, The Father Of Taliban - Kiblat
https://www.kiblat.net/2018/11/15/maulana-samiul-haq-the-fathers-of-taliban/


Rahasia Nama Bulan-bulan dalam Islam: Refleksi Maulid Nabi Muhammad SAW

Foto: Sistem penanggaan Jawa Islam berlaku hampir di seluruh wilayah Pulau Jawa, saat terjadi proses Islamisasi.


Oleh: Agus Solikin (Dosen Matematika Falak FSH Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya)
Gusti Kanjeng Nabi Lahire Ono Ing Mekkah, Dinane Senen Rolas Maulud Tahun Gajah
Ingkang Romone Asmane Sayid Abdullah, Ingkang Ibune Asmane Siti Aminah
Panutan Kito Gusti Kanjeng Nabi, Allah Pengeran Kang Moho Suci

KIBLAT.NET – Syair lagu di atas, adalah syair-syair yang sering penulis dengar dan lafalkan ketika menunggu datangnya imam sholat jamaah di sebuh mushola ketika penulis masih kecil. Syair  lagu ini masih juga tetap kami dengarkan ketika penulis pulang ke kampung halaman di sebuah desa di kabupaten Nganjuk Syair lagu tersebut, waktu penulis kecil seakan kurang memberikan makna yang terkandung didalamnya, karena syair lagu tersebut jika terjemahkan ke dalam bahasa indonesia kurang lebih “Nabi (Muhammad) Lahirnya Di Makkah, Hari Senin Tangga 12 Maulud Tahun Gajah. Ayah Beliau Bernama Sayid Abdullah, Sedangkan Ibunya Bernama Siti Aminah”

Terkait dengan syair lagu tersbut, baru penulis rasakan memberikan makna yang dalam jika dihubungkan dengan kajian ilmu falak yang diantaranya membahas tentang sistem penanggalan atau kaender. Selaras dengan ini, maka ada dua kata kunci yang ada dalam syair lagu tersbut, yaitu kata maulud dan tahun gajah. Maulud adalah nama bulan yang ada dalam kalender jawa Islam yang menempati urutan ketiga, atau nama bulan ini dalam kalender Islam disebut dengan Rabiul Awal. Penamaan ini tentu berkaitan dengan saat kelahiran (Maulid) Nabi Muhammad SAW. Sedangkan tahun gajah adalah tahun yang tidak bisa dilepaskan dengan peristiwa pasukan Abrahah berkendaraan gajah dan ingin menghancukan Ka’bah.

Berdasarkan dua kata kunci ini, penulis bermaksud untuk mengupas makna tersirat atau rahasia yang tersbimpan dalam syair tersebut. Guna mencapai tujuan tersbut, maka pembahasan dalam tulisan ini akan dimulai dengan sejarah kalender Islam dan kalender  jawa Islam.

Sejarah kalender Islam

Guna memahami tentang sejarah kalender Islam, maka penulis meyakini bahwa seorang Muslim tentunya sangat hafal bahwa Nabi Muhammad SAW lahir pada tanggal 12 Rabiul Awaltahun gajah. Berdasarkan hal ini, dapat diasumsikan bahwa nama bulan sudah ada sebelum Islam itu lahir.

Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Ruswa (tenaga pengajar di UMS) dalam bukunya, yang menjelaskan bahwa nama bulan sudah ada, namun untuk tahun belum. Nama-nama bulan yang ada dalam kebudayaan bangsa Arab sebelum Islam datang yaitu dimulai dengan bulan Muharam, Pada bulan ini disepakati haram melakukan peperangan, Bulan berikutnya dinamai Shafar yang memiliki akar makna kuning, hal ini sangat berhubungan dengan tanda alam di Arab yaitu terjadinya daun menguning,

BACA JUGA  Mendaras (Hari) Pahlawan


Setelah daun menguning, maka daun-daun akan gugur atau jatuh, sehingga nama bulannya yaitu Rabi’, karena terjadi dua kali maka dinamai Rabi’ul Awwal dan Rabi’ul Akhir. Setelah terjadi musim gugur, maka fenomena alam berikutnya yaitu musim dingin atau beku (Jumad), sehingga dinamai Jumadil Awwal dan Jumadil Akhir karena juga terjadi dua bulan. Berikutnya, salju di tanah Arab  mulai mencair sehingga diberi nama Rajab (mencair), Musim semi saat untuk turun ke lembah bercocok tanam terjadi bulan dinamai Sya’ban yang berasal dari kata Syi’b yang artinya lembah.

Bulan berikutnya Matahri terasa mulai membakar kulit dan meningkat. Oleh karena itu dinamai Ramadhan (pembakaran) dan Syawwal (peningkatan). Bulan selanjutnya merupakan puncak musim panas, membuat orang lebih suka duduk di rumah daripada bepergian, dinamai Dzul-Qo’idah (qa’id artinya duduk)., Bulan terakhir masyarakat Arab menunaikan ibadah agama nenek moyang mereka Ibrahim a.s., yaitu  berupa ibadah haji. Bulan ini dinamai Dzul-Hijjah.

Menarik diketahui, bahwa nama bulan yang ada di Arab sebelum Islam datang yaitu dikenal adanya bulan ketiga belas. Munculnya bulan ketiga belas, hal ini terjadi karena
  1. Dalam satu tahun jumlah hari ditetapkan berjumlah 365 atau 366 hari, sebagaimana jumlah dalam kalender Masehi,
  2. Sedangkan pergantian bulan, budaya orang arab mengikuti pergantian bulan yang jumlah harinya dalam satu bulan 29 atau 30 hari,
  3. Dua hal di atas, yang membuat selisih setiap tahunnya 10 hari, selisih ini yang kemudian dikumpulkan, sehingga setelah tiga tahun menjadi 30 hari atau satu bulan. Sisa ini yang ditambahkan sehingga menjadi satu tahun kadang kala 13 bulan.

Paparan di atas ini adalah warisan kebudayaan orang Arab terkait kalender. Ketika ajaran Islam datang nama-nama bulan itu ternyata tidak diganti oleh Rasulullah SAW. Sebaliknya, yang dihapus oleh Rasulullah SAW ialah budaya penanggalan yang dipakai pada zaman jahiliyah. Penanggalan dalam budaya orang jahiliyah, dalam satu tahun terdiri dari 12 bulan atau kadangkala 13 bulan. Budaya penanggalan ini, yang kemudian dirubah oleh Rasulullah dengan penetapan jumlah dalam satu tahun yaitu 12 bulan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS At-taubah ayat 36, “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah 12 bulan, dalam ketetapan Allah.”

BACA JUGA  Sanksi AS Tidak Ditujukan untuk Menjatuhkan Pemerintah Iran


Hikmahnya, ajaran atau budaya yang tidak beetntangan dengan syariat tidak dihapus oleh Rasulullah, sedangkan yang bertentangan dengan ajaran Islam baru mendapat perubahan.

Sejarah kalender Jawa Islam

Dalam budaya Jawa, sebelum datangnya agama Islam yang masuk ke nusantara telah lama dikenal sistem penanggalan Jawa. Penanggalan Jawa sangat lekat dengan unsur agama Hindu dan budaya India yang dikenal dengan penanggalan saka. Berikut ini nama-nama bulan, dan hari dalam penanggalan saka.
  1. Nama bulan: Caitra, Waisaka, Jyestha, Asadha, Srawana, Bhadrawada, Aswina (Asuji), Kartika, Margasira, Posya, Magha, Palguna.
  2. Nama hari Raditya, Soma, Anggara, Budha, Brehaspati, Sukra, Sanaiscara
  3. Nama- nama bulan disesuaikan dengan sifat orang Jawa
Seiring dengan masuknya ajaran Islam ke nusantara, maka budaya penanggalan dalam Islam juga dibawa oleh para ulama dan pedagang yang mengajarkan Islam ke tanah Jawa. Akibatnya, terjadi akulturasi dan penyerapan budaya dalam sistem penanggalan dan kalender Islam Jawa.
  • Muharam sering disebut Sura terkait 10 Muharam sebagai hari Asyura.
  • Rabingulawal dijuluki Mulud sesuai kelahiran Nabi SAW. Rabingulakir dijuluki Ba’da Mulud (Silihmulud).
  • Saban dinamai Ruwah karena dipakai untuk mendoakan arwah keluarga yang telah wafat, untuk menyambut bulan Pasa (Ramadhan, Ramelan).
  • Dulkangidah disebut Hapit atau Sela karena diantara dua hari raya.
  • Dulkijah sering dinamai bulan Haji atau Besar atau Rayagung, saat berlangsungnya Ibadah haji.
  1. Nama hari diganti oleh Sultan Agung menjadi Ahad, Senen, Seloso, Rebo, Kemis, Jumuwah, Saptu.
  2. Konsep Pancawara yang diyakini budaya asli Jawa, bukan dari Saka (India) tetap dilestarikan, yaitu Pahing, Pon, Wage, Kliwon (Kaliwuan), Legi (Umanis).

Cukup luar biasa para pendahulu kita dalam mengajarkan Islam kepada kita, mereka mewariskan nilai untuk menghargai budaya tanpa memaksa.

Rahasia Nama Bulan-bulan dalam Islam: Refleksi Maulid Nabi Muhammad SAW - Kiblat
https://www.kiblat.net/2018/11/19/rahasia-nama-bulan-bulan-dalam-islam-refleksi-maulid-nabi-muhammad-saw/


BERITA TERKAIT





TITIAN





BERITA LAINNYA


Jadi Korban Pembunuhan, Dufi Dikenal Rajin Beribadah
 Senin, 19/11/2018 18:06   0  

Jangan sampai terjadi paradoks, di ruang publik menyuarakan ukhuwah dan gotong royong, tetapi dalam praktik menampilkan sikap menang sendiri
 Senin, 19/11/2018 17:41   0  

Sikap politik PSI itu, kata Anggota Komisi I DPR ini, sebagai bentuk phobia agama yang bisa saja bertendensi memisahkan nilai-nilai agama dalam laku kehidupan berbangsa dan bernegara.
 Senin, 19/11/2018 17:13   0  

Buya Abbas menyebutkan, tindakan seperti ini akan menimbulkan ketegangan di masyarakat. Jika terus dibiarkan, maka akan mengganggu stabilitas negara.
 Senin, 19/11/2018 16:35   0  

Seorang mantan wartawan, Abdullah Fithri Setiawan ditemukan meninggal dunia dan jasadnya ditemukan di dalam sebuah tong di Narogong, Bogor
 Senin, 19/11/2018 16:02   0  

"Rakyat rusak karena penguasa rusak, penguasa rusak karena ulama rusak, ulama rusak karena cinta harta dan kedudukan."
 Senin, 19/11/2018 15:10   0  

Selain terkait ekonomi, Buya Abbas juga berharap ada perbaikan dalam hal pendidikan. Hal itu untuk membentengi akidah orang Islam. 
 Senin, 19/11/2018 13:58   0  

Nomor empat benar-benar terlupakan.
 Senin, 19/11/2018 13:02   0  

Puncak Milad ke-106, Haedar Nasir Serukan Taawun dan Cegah Konspirasi Dosa
 Senin, 19/11/2018 12:36   0  


Nauval Dunggio mengatakan acara ini untuk mengungkapkan hasil investigasi yang dilakukan tim Komite Dakwah Khusus (KDK) selama satu pekan atas dugaan pemurtadan pasca bencana di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
 Senin, 19/11/2018 12:14 


Tiada ulasan: