بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ , الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ , الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ , مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ , إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ , اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيمَ , صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ , غَيْرِ المَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ.
Assalamualaikum w.b.t/السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
Munafik dan kafir laknatullah sebenarnya pemberontak dan pengganas.
Khawarij dan Sifat-sifatnya
Rubrik: Aqidah | Oleh: Tim dakwatuna - 27/10/08 | 07:54 | 26 Shawwal 1429 H
dakwatuna.com
- Surat-surat yang
pertama turun adalah yang berkaitan dengan masalah Aqidah. Oleh karena itu
untuk memahami bagaimana Rasulullah saw. memahami Aqidah, kita harus
benar-benar memahami ayat-ayat atau surat-surat Makiyah tersebut. Manhaj aqidah
secara umum dibagi dua:
Manhaj yang benar lagi menyeluruh (المنهاج الصحيح الشامل) dan
Manhaj yang parsial (المنهاج الجزئ).
Disebutkan dalam atsar
yang diriwayatkan Abdullah bin Umar oleh Al‑Hakim bahwa generasi umat dibagi
jadi dua: (1)‑ umat yang diberi keimanan terlebih dahulu, kemudian baru diberi
Al Qur’an (2)‑ umat yang mengambil pelajaran Al‑Qur’an lebih dahulu sebelum didapatkan
keimanan. Kemudian Atsar itu menyebutkan perilaku dari kedua kelompok generasi
itu, dimana kelompok yang pertama terdiri dari para Salafushshaleh dan pembesar‑pembesar
sahabat yang mengetahui yang diwajibkan dari yang dilarang dan alasannya; sementara
kelompok yang kedua cuma pandai membaca Al‑Qur’an dengan lancar dan
mengkhatamkannya dengan cepat tanpa tahu mana yang diperintahkan dan mana yang
dilarang serta batasan‑batasannya. Pada akhirnya kedua kelompok ini melahirkan
manhaj yang berbeda, dan dari kelompok yang kedualah munculnya Al‑Firaq Al‑Bathilah
(aliran‑aliran yang sesat), di antaranya Al‑Khawarij.
Tujuan pembahasan Firaq
Bathilah ini agar pada kita tidak terjadi Firaq ini, sebagaimana yang pernah
ditanyakan oleh Hudzaifah bin Al‑Yaman dalam sebuah haditsnya yang panjang.
كان الناس يسألون رسول الله (ص) عن الخير وكنت اسأله عن الشر مخافة أن يدركني
“Orang-orang
biasanya bertanya kepada Rasulullah perihal kebaikan, tapi saya bertanya
kepadanya perihal keburukan karena takut hal itu menimpa diriku.”
Di samping itu
pengetahuan tentang Firaq ini menjadi kebutuhan kita untuk memberi hujjah
kepada orang-orang yang mungkin memiliki sikap‑sikap yang juz’i dan menyimpang
dari Islam.
AL-KHAWARIJ
(الخوارج)
Secara bahasa kata
khawarij berarti orang-orang yang telah keluar. Kata ini dipergunakan oleh
kalangan Islam untuk menyebut sekelompok orang yang keluar dari barisan Ali ibn
Abi Thalib r.a. karena kekecewaan mereka terhadap sikapnya yang telah menerima
tawaran tahkim (arbitrase) dari kelompok Mu’awiyyah yang dikomandoi oleh Amr
ibn Ash dalam Perang Shiffin (37H/657).
Jadi, nama khawarij bukanlah berasal
dari kelompok ini. Mereka sendiri lebih suka menamakan diri dengan Syurah atau
para penjual, yaitu orang-orang yang menjual (mengorbankan) jiwa raga mereka
demi keridhaan Allah, sesuai dengan firman Allah QS. Al-Baqarah (2):207.
Selain
itu, ada juga istilah lain yang dipredikatkan kepada mereka, seperti Haruriah, yang dinisbatkan pada nama desa di Kufah,
yaitu Harura, dan Muhakkimah, karena seringnya kelompok
ini mendasarkan diri pada kalimat “la hukma illa lillah” (tidak ada hukum
selain hukum Allah), atau “la hakama illa Allah” (tidak ada pengantara selain
Allah).
Secara historis Khawarij
adalah Firqah Bathil yang pertama muncul dalam Islarn sebagaimana yang
disebutkan oleh Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Al‑Fatawa,
إبن تيمية: أول بدعة ظهورا في الإسلام بدعة الخوارج
“Bid’ah
yang pertama muncul dalam Islam adalah bid’ah Khawarij.”
Kemudian hadits‑hadits
yang berkaitan dengan firaq dan sanadnya benar adalah hadits‑hadits yang
berkaitan dengan Khawarij sedang yang berkaitan dengan Mu’tazilah dan Syi’ah
atau yang lainnya hanya terdapat dalam Atsar Sahabat atau hadits lemah, ini
menunjukkan begitu besarnya tingkat bahaya Khawarij dan fenomenanya yang sudah
ada pada masa Rasulullah saw.
Di samping itu Khawarij masih ada sampai sekarang
baik secara nama maupun sebutan (laqob), secara nama masih terdapat di daerah
Oman dan Afrika Utara sedangkan secara laqob berada di mana‑mana.
Hal seperti
inilah yang membuat pembahasan tcntang firqah Khawarij begitu sangat pentingnya
apalagi buku‑buku yang membahas masalah ini masih sangat sedikit, apalagi
Rasulullah saw. menyuruh kita agar berhati‑hati terhadap firqah ini.
Fakta munculnya Khawarij
bukanlah pada masa Ali r.a. sebagaimana sebagian para ahli sejarah menyebutkan,
tapi sudah muncul pada masa Utsman r.a. baik secara ajaran maupun dalam bentuk
aksi nyata.
Buku sejarah banyak menyebutkan ini seperti buku sejarahnya Imam At‑Thabari
dan Ibnu Katsir. Dalam buku tersebut orang yang memberontak kepada Utsman r.a.
disebut Khawarij.
Hal ini dikuatkan oleh fakta sejarah berikutnya dimana mereka
berhasil membunuh Utsman r.a. Kemudian umat Islam membai’at Ali r.a. termasuk
sebagian besar orang‑orang yang telah membunuh Utsman r.a.
Sementara itu Zubair
bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Aisyah, dan sahabat yang lain keluar dan
menuntut pembelaan terhadap Utsman r.a. Ali r.a. berkata, “Saya setuju dengan
pendapat Anda, tapi mereka sangat banyak dan bercampur dalam pasukan kami.” Ali
r.a. menghendak masalah Khalifah diselesaikan dahulu baru menyelesaikan orang‑orang
yang membunuh Utsman.
Kemudian antara pihak Ali r.a. dan Aisyah r.a. sudah
terjadi kesepakatan bahwa mereka tidak akan berperang kecuali untuk menuntut
pembunuh Utsman, tapi orang‑orang yang membunuh Utsman membuat fitnah lagi
dalam Perang Jamal.
Mereka memisahkan diri jadi dua, sebagian bersama Ali dan
sebagian bersama Aisyah; dan mereka berdua saling melempar lembing, dan satu
sama lain mengatakan bahwa Ali telah berkhianat dan Aisyah telah berkhianat,
maka terjadilah apa yang terjadi dalam Perang Jamal.
Pada waktu terjadi
peperangan antara Ali r.a. dengan Muawiyah r.a., mereka juga bersama Ali dalam
suatu peperangan yang terkenal dalam sejarah disebut Perang Shiffin.
Dalam buku‑buku
tarikh Syi’ah juga ditulis dalam buku‑buku tarikh Sunnah, disebutkan ada pihak
ketiga yang netral di antaranya Abdullah bin Umar, Abu Musa Al‑Asyari, Zaid bin
Tsabit, dan yang lainnya yang mencoba mengadakan ishlah pada keduanya dan
mempertemukan keduanya.
Terjadilah suatu dialog antara utusan Ali r.a. dengan
Muawiyah bin Abi Sofyan.
“Apakah Anda memerangi
Ali karena Anda ingin menjadi khalifah?” Muawiyah berkata, “Saya tahu diri
saya. Saya tahu diri saya jauh di bawah Ali, dan tidak ada dalam benak saya keinginan
untuk menjadi khalifah.
Saya keluar berperang untuk menuntut darah Utsman.”
“Apa betul Anda tidak ingin menjadi khalifah?” Berkata Muawiyah, “Andaikata Ali
menyerahkan siapa pembunuh Utsman niscaya saya orang yang pertama berbai’at.”
Akantetapi suasana dikacaukan oleh orang‑orang tadi yang akhirnya terjadi
Perang Shifiin.
Ketika pihak Muawiyah
hampir kalah, atas usulan Amru bin Al‑Ash untuk meletakkan mushaf di pucuk
pedang sebagai tanda ingin berunding. Ali r.a. tahu bahwa ini tipu daya tetapi
orang‑orang Khawarij meminta Ali untuk menerimanya bahkan memaksa dan
mengancam:
لئن أتيت لنفعلنّ بك كما فعلنا بعثمان لنقتلنك كما قتلنا عثمان
“Jika
engkau menolak, kami akan memperlakukan Anda sebagaimana kami memperlakukan
Utsman dan kami akan membunuh Anda sebagaimana kami telah membunuh Utsman.”
Akhirnya Ali r.a.
menerima dengan terpaksa, kemudian menyuruh panglima perangnya Asytar An‑Nakha’i
untuk menerima tahkim. Tapi Asytar juga keberatan atas perintah itu karena ia
tahu benar unsur tipuannya sangat besar.
Namun, lagi‑lagi orang‑orang Khawarij
memaksa Asytar dan mengatakan apa yang dikatakan kepada Ali r.a., maka Asytar
pun menerima tahkim itu.
Ketika Ali r.a. tahu
bahwa pihak Muawiyah mengutus Amru bin Al‑Ash, seorang yang diketahui ahli
diplomasi, maka Ali r.a. mengutus Abdullah bin Al‑Abbas. Tapi lagi‑lagi orang
Khawarij membuat ulah dan berkata, “Kalau Anda mengutus Ibnu Abbas apa bedanya
Anda dengan Utsman.
Kami memerangi Utsman karena dia selalu mengangkat
keluarganya sendiri. Sekarang Anda mengutus Ibnu Abbas, keponakan anda
sendiri.” Mereka meminta yang menjadi utusan dari pihak Ali adalah Abu Musa Al‑Asy’ari,
tokoh netral.
Tapi Ali tahu kalau Abu Musa bukanlah orang yang cocok pada
masalah ini, dia terlalu lugu (ikhlash). Mereka bersikap keras dan mengancam Ali
r.a., sampai dalam hal ini Ali berkata,
كنت بالأمس أميرا وكنت اليوم مأمورا
“Dulu
saya bisa memimpin tapi saya sekarang jadi dipimpin.”
Kemudian setelah acara
tahkim usai dengan hasil yang sangat merugikan Ali r.a., permasalahan ternyata
belum selesai.
Orang Khawarij membuat ulah lagi dengan mengkafrkan Ali r.a.
dengan berkata,
كفرت لأنك حكمت رجالا في حكم الله, إن الحكم إلا لله
“Anda
telah kafir karena Anda telah menyerahkan urusan tahkim kepada orang dalam
hukum Allah. Tiada yang berhak menghukum melainkan Allah.”
Dan mereka keluar dari
pasukan Ali –jumlah mereka sebanyak 12.000 orang, maka terpaksa Ali menghadapi
mereka dan menyuruh Ibnu Abbas untuk berdiskusi dengan mereka.
Fenomena sikap Khawarij
banyak terjadi sekarang dan biasa disebut Neokhawarijisme bahkan bisa jadi
dekat dengan kita, apalagi hal itu telah diprediksi oleh Rasulullah saw.
Ibnu
Abbas ketika mengadakan dialog dengan mereka menyebutkan beberapa ciri‑ciri di antaranya:
Mereka sangat wara’, pakaiannya sangat sederhana, muka mereka pucat karena
jarang tidur malam, jidatnya hitam, telapak tangan dan kakinya kapalan, dan
meraka disebut qura’ yaitu orang yang bagus bacaannya dan lama bila membaca
Al-Qur’an.
Untuk melihat sifat‑sifat
mereka lebih jauh, kita lihat hadits‑hadits Rasul saw. yang membicarakan hal
ini, diantaranya:
عن أبي سعيد الخذري قال:
بينما نحن عند رسول الله (ص) وهو يقسم قسما أتاه ذوالقويصرة وهو رجل من بني تميم
فقال: يا رسول الله اعدل. قال رسول الله (ص) ويلك ومن يعدل إن لم اعدل؟ قد خبتُ
وخسرتُ إن لم اعدل. فقال عمر بن خطاب (ض) يا رسول الله ائذن لي فيه اضرب عنقه. قال
رسول الله (ص) دعه فإن له أصحابا يحقر أحدكم صلاته مع صلاتهم وصيامه مع صيامهم
يقرئون القران لا يجاوز تراقيهم ويمرقون من الإسلام كما يمرق السهم من الرمية
Dari
Abi Said Al‑Khudry berkata, Tatkala kami bersama Rasulullah saw. dan beliau
sedang membagikan ghanimah, datang Dzul Khuwaishirah salah seorang dari Bani
Tamim dan berkata, “Wahai Rasulullah berbuat adillah!” Berkata Rasulullah saw.,
“Celaka! Siapa yang akan berbuat adil jika saya tidak berbuat adil? Niscaya
saya celaka dan binasa jika saya tidak adil.” Berkata Umar bin Khattab, “Wahai
Rasulullah! Ijinkan saya memenggal lehernya.” Berkata Rasulullah saw.,
“Biarkanlah dia. Sesunggulinya dia mempunyai banyak teman, dirnana dianggap
remeh shalat di antara kalian dibanding shalat mereka, puasa kalian dibanding
puasa mereka, mereka membaca Al‑Qur’an tidak sampai kecuali pada tenggorokan
mereka. Mereka keluar dari Islam sebagaimana lepasnya anak panah dari
busur.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Pada
hari Hunain Rasulullah saw. mengutamakan sebagian manusia dalam pembagian
ghanimah. Beliau memberi Al‑Aqra bin Habis Al‑Handhaly 100 unta, memberi
Uyainah bin Badrul Fijary dengan jumlah yang serupa dan memberi para pembesar
Arab, beliau mengutamakan mereka dalam pembagian. Maka berkata salah seorang,
“Demi Allah, pembagian ini tidak adil dan tidak bertujuan untuk mencari ridha
Allah!” (HR. Muslim)
وفي رواية: إن من ضئضئ
هذا قوما يقرئون القرآن لا يجاوز حناجرهم يقتلون أهل الإسلام ويدعون أهل الأوثان
يمرقون الإسلام كما يمرق السهم من الرمية لئن أدركتهم لأقتلنهم قتل عاد
Dalam
riwayat yang lain: “Sesungguhnya dari keturunan ini ada kaum yang membaca
Al-Qur’an yang tidak sampai kecuali pada kerongkongan, mereka membunuh orang
Islam dan membiarkan penyembah berhala, mereka keluar dari Islam sebagaimana
lepasnya anak panah dari busurnya, jika saya menjumpai mereka pasti akan saya
bunuh mereka seperti membunuh kaum Aad.” (HR. Bukhari dan Muslim)
سيخرج في آخر الزمان قوم أحدث الأسنان سفهاء الأحلام
“Akan
keluar di akhir zaman suatu kaum yang usia mereka masih muda, dan bodoh, mereka
mengatakan sebaik‑baiknya perkataan manusia, membaca Al‑Qur’an tidak sampai
kecuali pada kerongkongan mereka. Mereka keluar dari din (agama Islam)
sebagaimana anak panah keluar dan busurnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
يخرج قوم من أمتي يقرئون القرآن يحسبون لهم وهو عليهم لاتجاوز صلاتهم تراقيهم
“Suatu
kaum dari umatku akan keluar membaca Al‑Qur’an, mereka mengira bacaan Al-Qur’an
itu menolong dirinya padahal justru membahayakan dirinya. Shalat mereka tidak
sampai kecuali pada kerongkongan mereka.” (HR. Muslim)
يحسنون القيل ويسيئون الفعل يدعون إلى كتاب الله وليسوا منه في شيء
“Mereka
baik dalam berkata tapi jelek dalam berbuat, mengajak untuk mengamalkan kitab
Allah padahal mereka tidak menjalankannya sedikitpun.” (HR. Al-Hakim)
لايزالون يخرجون حتى يخرج آخرهم مع المسيح الدجال
“Mereka
akan senantiasa keluar sampai pada yang terakhir bersama Al-Masih Ad-Dajjal.
Jika kalian bertemu mereka, maka bunuhlah; merekalah sejelek-jelek penciptaan
dan sejelek-jelek makhluk.” (HR. An-Nasa’i dan Al-Hakim)
الخوارج كلاب أهل النار
“Al-Khawarij
adalah anjingnya ahli neraka.”
Dari hadits-hadits di atas dapat disimpulkan sifat-sifat, nilai, fenomena, dan kedudukan mereka.
Sifat‑sifat Khawarij
I.
Mencela dan Menyesatkan (الطعن
والتضليل)
Orang‑orang Khawarij
sangat mudah mencela dan menganggap sesat Muslim lain, bahkan Rasul saw.
sendiri dianggap tidak adil dalam pembagian ghanimah.
Kalau terhadap Rasul sebagai pemimpin umat berani berkata sekasar itu, apalagi terhadap Muslim yang lainnya, tentu dengan mudahnya mereka menganggap kafir.
Mereka mengkafirkan Ali, Muawiyah, dan sahabat yang lain.
Fenomena ini sekarang banyak bermunculan. Efek dari mudahnya mereka saling mengkafirkan adalah kelompok mereka mudah pecah disebabkan kesalahan kecil yang mereka perbuat.
Kalau terhadap Rasul sebagai pemimpin umat berani berkata sekasar itu, apalagi terhadap Muslim yang lainnya, tentu dengan mudahnya mereka menganggap kafir.
Mereka mengkafirkan Ali, Muawiyah, dan sahabat yang lain.
Fenomena ini sekarang banyak bermunculan. Efek dari mudahnya mereka saling mengkafirkan adalah kelompok mereka mudah pecah disebabkan kesalahan kecil yang mereka perbuat.
2. Buruk Sangka (سوء الظن)
Fenomena sejarah
membuktikan bahwa orang‑orang Khawarij adalah kaum yang paling mudah berburuk
sangka.
Mereka berburuk sangka kepada Rasulullah saw. bahwa beliau tidak adil dalam pembagian ghanimah, bahkan menuduh Rasulullah saw. tidak mencari ridha Allah.
Mereka tidak cukup sabar menanyakan cara dan tujuan Rasulullah saw. melebihkan pembesar‑pembesar dibanding yang lainnya.
Padahal itu dilakukan Rasulullah saw. dalam rangka dakwah dan ta’liful qulub. Mereka juga menuduh Utsman sebagai nepotis dan menuduh Ali tidak mempunyai visi kepemimpinan yang jelas.
Mereka berburuk sangka kepada Rasulullah saw. bahwa beliau tidak adil dalam pembagian ghanimah, bahkan menuduh Rasulullah saw. tidak mencari ridha Allah.
Mereka tidak cukup sabar menanyakan cara dan tujuan Rasulullah saw. melebihkan pembesar‑pembesar dibanding yang lainnya.
Padahal itu dilakukan Rasulullah saw. dalam rangka dakwah dan ta’liful qulub. Mereka juga menuduh Utsman sebagai nepotis dan menuduh Ali tidak mempunyai visi kepemimpinan yang jelas.
3.
Berlebih‑lebihan dalam ibadah (المبالغة في العبادة)
Ini dibuktikan oleh kesaksian Ibnu Abbas. Mereka adalah orang yang sangat sederhana, pakaian mereka sampai terlihat serat‑seratnya karena cuma satu dan sering dicuci, muka mereka pucat karena jarang tidur malam, jidat mereka hitam karena lama dalam sujud, tangan dan kaki mereka ‘kapalan’.
Mereka disebut quro’ karena bacaan Al-Qur’annya bagus dan lama. Bahkan Rasulullah saw. sendiri membandingkan ibadah orang‑orang Khawarij dengan sahabat yang lainnya, termasuk Umar bin Khattab, masih tidak ada apa‑apanya, apalagi kalau dibandingkan dengan kita. Ini menunjukkan betapa sangat berlebih‑lebihannya ibadah mereka.
4.
Keras terhadap sesama Muslim dan memudahkan yang lainnya (التشدد على المسلمين والترخص على غيرهم)
Hadits Rasulullah saw.
menyebutkan bahwa mereka mudah membunuh orang Islam, tetapi membiarkan
penyembali berhala.
Ibnu Abdil Bar meriwayatkan, “Ketika Abdullah bin Habbab bin Al‑Art berjalan dengan isterinya bertemu dengan orang Khawarij dan mereka meminta kepada Abdullah untuk menyampaikan hadits‑hadits yang didengar dari Rasulullah saw., kemudian Abdullah menyampaikan hadits tentang terjadinya fitnah,
Ibnu Abdil Bar meriwayatkan, “Ketika Abdullah bin Habbab bin Al‑Art berjalan dengan isterinya bertemu dengan orang Khawarij dan mereka meminta kepada Abdullah untuk menyampaikan hadits‑hadits yang didengar dari Rasulullah saw., kemudian Abdullah menyampaikan hadits tentang terjadinya fitnah,
القاعد فيها خير من القائم والقائم فيها خير من الماشي
“Yang
duduk pada waktu itu lebih baik dari yang berdiri, yang berdiri lebih baik dari
yang berjalan….”
Mereka bertanya, “Apakah
Anda mendengar ini dari Rasulullah?” “Ya,” jawab Abdullah.
Maka serta-merta mereka langsung memenggal Abdullah. Dan isterinya dibunuh dengan mengeluarkan janin dari perutnya.
Maka serta-merta mereka langsung memenggal Abdullah. Dan isterinya dibunuh dengan mengeluarkan janin dari perutnya.
Di sisi lain tatkala
mereka di kebun kurma dan ada satu biji kurma yang jatuh kemudian salah seorang
dari mereka memakannya, tetapi setelah yang lain mengingatkan bahwa kurma itu
bukan miliknya, langsung saja orang itu memuntahkan kurma yang dimakannya.
Dan ketika mereka di Kuffah melihat babi langsung mereka bunuh, tapi setelah diingatkan bahwa babi itu milik orang kafir ahli dzimmah, langsung saja yang membunuh babi tadi mencari orang yang mempunyai babi tersebut, meminta maaf dan membayar tebusan.
Dan ketika mereka di Kuffah melihat babi langsung mereka bunuh, tapi setelah diingatkan bahwa babi itu milik orang kafir ahli dzimmah, langsung saja yang membunuh babi tadi mencari orang yang mempunyai babi tersebut, meminta maaf dan membayar tebusan.
5.
Sedikit pengalamannya (قلة
التجربة)
Hal ini digambarkan
dalam hadits bahwa orang‑orang Khawarij umurnya masih muda‑muda yang hanya
mempunyai bekal semangat.
6.
Sedikit pemahamannya (قلة
الفقه)
Disebutkan dalam hadits
dengan sebutan Sufahaa-ul ahlaam (orang bodoh), berdakwah pada manusia untuk
mengamalkan Al‑Qur’an dan kembali padanya, tetapi mereka sendiri tidak
mengamalkannya dan tidak memahaminya.
Merasa bahwa Al‑Qur’an akan menolongnya di akhirat, padahal sebaliknya akan membahayakannya.
Merasa bahwa Al‑Qur’an akan menolongnya di akhirat, padahal sebaliknya akan membahayakannya.
7. Nilai Khawarij
Orang‑orang Khawarij
keluar dari Islam sebagaimana yang disebutkan Rasulullah saw., “Mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah keluar dari
busurnya.”
8. Fenomena Khawarij
Mereka akan senantiasa
ada sampai hari kiamat. “Mereka akan senantiasa keluar
sampai yang terakhir keluar bersama Al‑Masih Ad‑Dajjal”
9. Kedudukan Khawarij
Kedudukan mereka sangat
rendah. Di dunia disebut sebagai seburuk-buruk makhluk dan di akhirat disebut
sebagai anjing neraka.
10. Sikap terhadap Khawarij
Rasulullah saw. menyuruh
kita untuk membunuh jika menjumpai mereka. “Jika engkau bertemu dengan
mereka, maka bunuhlah mereka.”
Ibroh (Pelajaran) yang kita dapat
1. Berhati‑hati supaya tidak terjatuh pada Khawarijisme (التخذير من الوقوع)
Secara sosial politik
Khawarij bisa muncul kapan saja.
Kemunculan pertama Khawarij dimulai dari ketidakpercayaan (‘adamuts tsiqah) sebagian mereka kepada pemimpin kaum Muslimin, yaitu Utsman bin Affan yang mereka anggap tidak adil, nepotisme, dan mengangkat orang‑orang dekatnya.
Ditambah ada sosok lain yang tidak suka dengan Islam, yaitu Abdullah bin Saba, yang sangat besar pengaruhnya dalam memecah belah umat Islam. Melihat sejarah awal munculnya Khawarij, sekarang ini fenomena itu tampaknya ada.
Kemunculan pertama Khawarij dimulai dari ketidakpercayaan (‘adamuts tsiqah) sebagian mereka kepada pemimpin kaum Muslimin, yaitu Utsman bin Affan yang mereka anggap tidak adil, nepotisme, dan mengangkat orang‑orang dekatnya.
Ditambah ada sosok lain yang tidak suka dengan Islam, yaitu Abdullah bin Saba, yang sangat besar pengaruhnya dalam memecah belah umat Islam. Melihat sejarah awal munculnya Khawarij, sekarang ini fenomena itu tampaknya ada.
2.
Bertaubat jika sudah terjatuh (الإنقاذ إن وَقَعَ)
Sejarah pun telah
membuktikan banyak umat Islam yang sudah terjatuh pada fitnah Khawarijisme.
Di Mesir pada tahun 60‑an banyak kelompok yang keluar dari jama’ah yang benar dan menuduh pemimpinnya lemah, bahkan menuduh sesama muslim sebagai kafir.
Untuk menghadapi orang‑orang yang sudah terjatuh pada Khawarij minimal dibutuhkan tiga cara:
(1) memilih orang yang cocok untuk menghadapi mereka,
(2) cara yang benar,
(3) memeranginya jika diperlukan.
Di Mesir pada tahun 60‑an banyak kelompok yang keluar dari jama’ah yang benar dan menuduh pemimpinnya lemah, bahkan menuduh sesama muslim sebagai kafir.
Untuk menghadapi orang‑orang yang sudah terjatuh pada Khawarij minimal dibutuhkan tiga cara:
(1) memilih orang yang cocok untuk menghadapi mereka,
(2) cara yang benar,
(3) memeranginya jika diperlukan.
Ali, Ibnu Abbas, dan
Umar bin Abdul Aziz dianggap orang yang cocok untuk menghadapi Khawarij
disamping mereka bertiga memiliki ilmu yang dalam dan bijaksana serta pandai
memilih cara yang tepat untuk menghadapi mereka.
Pada saat Ali r.a.
menghadapi mereka, beliau bertanya, “Apa yang Anda rasa berat dari saya?”
Mereka menjawab, “Karena Anda menyerahkan hak menghukum kepada manusia, padahal tidak ada yang berhak rnenghukum kecuali Allah.”
Jawab Ali, “Apakah jika saya mendatangkan dengan dalil Al‑Qur’an kepada Anda, Anda akan kembali?”
Mereka menjawab, “Kenapa tidak?”
Maka Ali mengambil dalil dari Al‑Qur’an surat An‑Nisa ayat 35 yang artinya, “Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakim dari keluarga laki‑laki dan seorang hakim dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakim itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami istri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
“Kalau pada masalah pernikahan saja Allah membolehkan mengambil hakim dari manusia apalagi masalah Khilafah!” Maka sebanyak 4.000 orang dari Khawarij bertaubat.
Mereka menjawab, “Karena Anda menyerahkan hak menghukum kepada manusia, padahal tidak ada yang berhak rnenghukum kecuali Allah.”
Jawab Ali, “Apakah jika saya mendatangkan dengan dalil Al‑Qur’an kepada Anda, Anda akan kembali?”
Mereka menjawab, “Kenapa tidak?”
Maka Ali mengambil dalil dari Al‑Qur’an surat An‑Nisa ayat 35 yang artinya, “Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakim dari keluarga laki‑laki dan seorang hakim dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakim itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami istri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
“Kalau pada masalah pernikahan saja Allah membolehkan mengambil hakim dari manusia apalagi masalah Khilafah!” Maka sebanyak 4.000 orang dari Khawarij bertaubat.
Begitu juga Ibnu Abbas
sebagai sosok yang mampu menghadapi orang‑orang Khawarij.
Suatu saat Ali mengutusnya untuk menghadapi Khawarij, maka Ibnu Abbas bertanya pada mereka, “Hal apakah yang membuat Anda dendam kepada Ali?”
Mereka menjawab, “Ada tiga, pertama, dalam hal agama Allah, Ali bertahkim pada manusia; kedua, ia berperang tapi tidak menawan pihak musuh dan tidak mengambil harta rampasan; ketiga, waktu bertahkim ia rela meninggalkan keamirannya.”
Maka jawab lbnu Abbas, “Mengenai bertahkim pada manusia apa salahnya, kemudian beliau membacakan ayat 95 dari surat AI‑Maidah. Tentang ucapan Anda, ia berperang tidak melakukan penawanan, apakah Anda menghendaki agar Aisyah, istri Rasul saw., jadi tawanan?. Adapun Ali menanggalkan kekhalifahannya, Ali mencontoh Rasulullah saw. pada saat perjaniian Hudaibiyah.”
Demikianlah setelah Ibnu Abbas menyelesaikan dialognya dengan sangat bijaksana, sekitar 20,000 orang Khawarij bertaubat.
Suatu saat Ali mengutusnya untuk menghadapi Khawarij, maka Ibnu Abbas bertanya pada mereka, “Hal apakah yang membuat Anda dendam kepada Ali?”
Mereka menjawab, “Ada tiga, pertama, dalam hal agama Allah, Ali bertahkim pada manusia; kedua, ia berperang tapi tidak menawan pihak musuh dan tidak mengambil harta rampasan; ketiga, waktu bertahkim ia rela meninggalkan keamirannya.”
Maka jawab lbnu Abbas, “Mengenai bertahkim pada manusia apa salahnya, kemudian beliau membacakan ayat 95 dari surat AI‑Maidah. Tentang ucapan Anda, ia berperang tidak melakukan penawanan, apakah Anda menghendaki agar Aisyah, istri Rasul saw., jadi tawanan?. Adapun Ali menanggalkan kekhalifahannya, Ali mencontoh Rasulullah saw. pada saat perjaniian Hudaibiyah.”
Demikianlah setelah Ibnu Abbas menyelesaikan dialognya dengan sangat bijaksana, sekitar 20,000 orang Khawarij bertaubat.
Begitu juga Umar bin
Abdul Aziz melakukan yang serupa dimana pada masa daulah Bani Umayyah yang
paling membahayakan adalah orang‑orang Khawarij.
Bahkan daulah punya pasukan khusus untuk menghadapi mereka yang dipimpin oleh Al‑Muhalab bin Abi Shufroh.
Suatu saat Umar berdialog dengan salah seorang dari mereka yang bernama Al‑Bistom dan berkata, “Kami siap kembali kepada Anda dengan syarat Anda bertaubat dan melaknati Bani Umayyah.”
Umar berkata, “Baiklah, apakah hal ini ada sanad tarikhnya bahwa orang yang bertaubat harus melaknati leluhurnya?”
Umar melanjutkan, “Apakah Anda pernah melaknati iblis dan Fir’aun? Mengapa Anda menyuruh saya untuk melaknati orang yang kemungkinan lslamnya masih besar?”
Bahkan daulah punya pasukan khusus untuk menghadapi mereka yang dipimpin oleh Al‑Muhalab bin Abi Shufroh.
Suatu saat Umar berdialog dengan salah seorang dari mereka yang bernama Al‑Bistom dan berkata, “Kami siap kembali kepada Anda dengan syarat Anda bertaubat dan melaknati Bani Umayyah.”
Umar berkata, “Baiklah, apakah hal ini ada sanad tarikhnya bahwa orang yang bertaubat harus melaknati leluhurnya?”
Umar melanjutkan, “Apakah Anda pernah melaknati iblis dan Fir’aun? Mengapa Anda menyuruh saya untuk melaknati orang yang kemungkinan lslamnya masih besar?”
Bukti dari ini semua
menunjukkan bahwa Ali, Ibnu Abbas, dan Umar adalah figur yang cocok untuk
menghadapi Khawarij berkat ilmunya yang sangat dalam dan kebijaksanaannya.
Mereka juga memiliki metodologi yang baik dalam menghadapi mereka. Kebaikan cara dan kebijaksanaan Ali terbukti ketika ditanya, “Apakah Khawarij itu kafir?” Jawab Ali, “Mereka adalah orang yang berusaha lari dari kekafiran.”
“Apakah mereka munafik?” Jawab Ali, “Orang munafik tidak menyebut Allah kecuali sedikit, padahal mereka orang yang banyak menyebut nama Allah.”
Mereka juga memiliki metodologi yang baik dalam menghadapi mereka. Kebaikan cara dan kebijaksanaan Ali terbukti ketika ditanya, “Apakah Khawarij itu kafir?” Jawab Ali, “Mereka adalah orang yang berusaha lari dari kekafiran.”
“Apakah mereka munafik?” Jawab Ali, “Orang munafik tidak menyebut Allah kecuali sedikit, padahal mereka orang yang banyak menyebut nama Allah.”
Kelompok Khawarij ini
sangat unik. Hal ini terlihat pada kasus ketika mereka mengadakan kesepakatan
untuk membunuh Ali, Muawiyah, dan Amru bin Al‑Ash.
Salah seorang yang ditugaskan untuk membunuh Ali adalah Abdurrahman bin Muljam. Abdurrahman sebenarnya enggan diberi tugas untuk membunuh Ali, tapi ketika lewat pada perkampungan Khawarij dia mendapatkan orang yang tercantik di kampung itu dan bapak serta kakaknya sudah tewas terbunuh oleh Ali dalam peristiwa Harura.
Perempuan itu bernama Qutom dan sangat dendam pada Ali. Ibnu Muljam berkata pada perempuan itu, “Saya ingin mengawini Anda!”
“Boleh, tapi mahar apa yang akan engkau berikan pada saya?” jawab Qutom.
“Apa saja yang engkau minta niscaya aku kabulkan,” balas Ibnu Muljam.
Maka Qutom mengatakan, “Saya minta 30,000 hamba sahaya, budak yang bisa menyanyi, dan membunuh Ali.”
“Kalau yang tiga pertama dapat saya kabulkan, tapi yang terakhir engkau jangan berharap.”
Qutom kemudian berkata, “Jika Anda bisa melakukannya, saya akan sembuh dari sakit hati, Anda bisa menikahi saya. Tapi kalau tidak, maka akhirat lebih baik bagi Anda dari dunia dan segala isinya.”
Maka terjadilah apa yang sudah terjadi. Dari kasus ini menunjukkan ada kasus yang terselubung dan tidak murni dalam pembunuhan Ali oleh Ibnu Muljam.
Salah seorang yang ditugaskan untuk membunuh Ali adalah Abdurrahman bin Muljam. Abdurrahman sebenarnya enggan diberi tugas untuk membunuh Ali, tapi ketika lewat pada perkampungan Khawarij dia mendapatkan orang yang tercantik di kampung itu dan bapak serta kakaknya sudah tewas terbunuh oleh Ali dalam peristiwa Harura.
Perempuan itu bernama Qutom dan sangat dendam pada Ali. Ibnu Muljam berkata pada perempuan itu, “Saya ingin mengawini Anda!”
“Boleh, tapi mahar apa yang akan engkau berikan pada saya?” jawab Qutom.
“Apa saja yang engkau minta niscaya aku kabulkan,” balas Ibnu Muljam.
Maka Qutom mengatakan, “Saya minta 30,000 hamba sahaya, budak yang bisa menyanyi, dan membunuh Ali.”
“Kalau yang tiga pertama dapat saya kabulkan, tapi yang terakhir engkau jangan berharap.”
Qutom kemudian berkata, “Jika Anda bisa melakukannya, saya akan sembuh dari sakit hati, Anda bisa menikahi saya. Tapi kalau tidak, maka akhirat lebih baik bagi Anda dari dunia dan segala isinya.”
Maka terjadilah apa yang sudah terjadi. Dari kasus ini menunjukkan ada kasus yang terselubung dan tidak murni dalam pembunuhan Ali oleh Ibnu Muljam.
Bentuk keunikan lain,
mereka adalah kelompok yang mudah dibodohi. Maka, untuk menghadapi mereka
diperlukan cara khusus.
Hal ini pernah terjadi pada Amru bin Ubaid, salah seorang tokoh Mu’tazilah. Suatu saat ia lewat perkampungan Khawarij dengan ternan‑temannya dan dihadang oleh mereka seraya berkata, “Mana kawan‑kawan Anda, tadi kelihatan banyak?” Jawab Amru dengan menyitir ayat 6 surat At‑Taubah, “Kami orang yang musyrik yang meminta perlindungan agar dapat mendengar firman Allah.”
“Boleh, kami melindungi Anda sekalian. Pergilah, Anda mendapat perlindungan.” Tapi Amru merasa belum aman karena perkampungan Khawarij masih panjang, maka dia berkata, “Tidak begitu. Hantarkanlah ia ke tempat yang aman.”
Maka orang‑orang Khawarij tadi mengantarkannya. Peristiwa ini menunjukkan pemikiran orang-orang Khawarij yang sangat sederhana yang mengakibatkan mudah diperdaya dengan logika yang sangat sederhana.
Sehingga untuk menghadapi mereka, dibutuhkan cara yang tepat dan tidak perlu logika yang berat‑berat.
Hal ini pernah terjadi pada Amru bin Ubaid, salah seorang tokoh Mu’tazilah. Suatu saat ia lewat perkampungan Khawarij dengan ternan‑temannya dan dihadang oleh mereka seraya berkata, “Mana kawan‑kawan Anda, tadi kelihatan banyak?” Jawab Amru dengan menyitir ayat 6 surat At‑Taubah, “Kami orang yang musyrik yang meminta perlindungan agar dapat mendengar firman Allah.”
“Boleh, kami melindungi Anda sekalian. Pergilah, Anda mendapat perlindungan.” Tapi Amru merasa belum aman karena perkampungan Khawarij masih panjang, maka dia berkata, “Tidak begitu. Hantarkanlah ia ke tempat yang aman.”
Maka orang‑orang Khawarij tadi mengantarkannya. Peristiwa ini menunjukkan pemikiran orang-orang Khawarij yang sangat sederhana yang mengakibatkan mudah diperdaya dengan logika yang sangat sederhana.
Sehingga untuk menghadapi mereka, dibutuhkan cara yang tepat dan tidak perlu logika yang berat‑berat.
Cara yang ketiga,
memeranginya jika dianggap perlu. Hal ini terbukti ampuh dan juga pernah
dilakukan Ali r.a.
Pada masa Daulah Abbasiyah kekuatan mereka secara politis sudah bisa dilumpuhkan, kalaupun masih ada hanya bekas‑bekas atau pengaruh pemikiran mereka dan dalam bentuk nilai seperti menyesatkan dan menganggap kafir orang muslim.
Pada masa Daulah Abbasiyah kekuatan mereka secara politis sudah bisa dilumpuhkan, kalaupun masih ada hanya bekas‑bekas atau pengaruh pemikiran mereka dan dalam bentuk nilai seperti menyesatkan dan menganggap kafir orang muslim.
3.
Mensyukuri pemahaman yang benar (الشكر على الفهم الصحيح)
Kalau kita melihat betapa orang yang ibadahnya sangat rajin, pandai bahasa Arab, masih bisa salah dalam memahami Islam bahkan dicap oleh Rasul sebagai anjingnya ahli neraka, ini menunjukkan betapa besarnya nikmat pemahaman yang benar yang diberikan Allah SWT., pada kita.
Salah seorang ulama
salaf berkata:
لا أدري بآية إحدى النعمتين أشكر أبالفهم الصحيح أوالتجنيب من البدع
“Saya
tidak tahu bagaimana saya harus bersyukur dengan nikmat memahami Islam dengan
benar atau mampu menjauhi dari bid’ah.”
Tokoh-tokoh Khawarij
1. Abdullah ibn Wahhab Al-Rasyibi pemimpin sekte Al-Muhakkimat. Beliau adalah tokoh utama dari
12,000 orang yang keluar dari barisan Ali r.a. dan menjadikan Haruriah sebagai
basis pergerakan.
Di desa itu, Abdullah bersama kroninya mendirikan “khilafah baru” dengan pemimpinnya Abdulllah sendiri.
Di desa itu, Abdullah bersama kroninya mendirikan “khilafah baru” dengan pemimpinnya Abdulllah sendiri.
2. Nafi’ ibn al-Azraq merupakan salah seorang pengikut sekte Muhakkimah yang
tersisa dalam peprangan di Nahrawan. Bersama kroni-kroninya, ia kembali
menyebarkan paham khawarij dengan berganti baju Al-Azariqah.
3. Najdah ibn Amir al-Hanafi, pemimpin sekte al-Najd, merupakan koalisi dari beberapa tokoh
Khawarij –seperti Abu Fudaik, Rasyid Al-Tawil, Atiah Al-Hanafi, dan Najdah
sendiri– akibat kekecewaan terhadap kepemimpinan Nafi’ Al-Azraq.
Ide-ide
Pemikiran aliran Khawarij
1. Menganggap kafir orang-orang yang berseberangan
dengan mereka, terutama yang terlibat dalam Perang Shiffin.
Karenanya, tidak ada istilah damai untuk penentang Khawarij, mengingat yang dimaksud ishlah dalam QS. Al-Hujurat: 9 adalah sesama orang Islam, tidak dengan orang kafir.
Karenanya, tidak ada istilah damai untuk penentang Khawarij, mengingat yang dimaksud ishlah dalam QS. Al-Hujurat: 9 adalah sesama orang Islam, tidak dengan orang kafir.
2.
Orang Islam yang berbuat dosa besar, seperti berzina dan pembunuh adalah kafir dan selamanya masuk neraka.
Orang Islam yang berbuat dosa besar, seperti berzina dan pembunuh adalah kafir dan selamanya masuk neraka.
3. Hak khilafah tidak harus dari kerabat nabi atau
suku Quraisy khususnya, dan orang Arab umumnya. Seorang khalifah harus dipilih
oleh kaum Muslimin melalui pemilihan yang bebas. Khalifah yang taat kepada
Tuhan wajib ditaati.
Sebaliknya, khalifah yang mengingkari Tuhan dan umat yang durhaka kepada khilafah yang wajib ditaati, boleh diperangi dan dibunuh.
Sebaliknya, khalifah yang mengingkari Tuhan dan umat yang durhaka kepada khilafah yang wajib ditaati, boleh diperangi dan dibunuh.
4. Orang musyrik adalah yang melakukan dosa besar,
tidak sepaham dengan mereka, atau orang yang sepaham tetapi tidak ikut hijrah
dan berperang bersama mereka. Orang musyrik itu halal darahnya. Nasib mereka
bersama anak-anaknya akan kekal di neraka.
5. Mereka menganggap bahwa hanya daerahnya yang
disebut dar al-Islam, dan daerah orang yang melawan mereka adalah dar al-harb.
Karenanya, orang yang tinggal dalam wilayah dar al-harb, baik anak-anak maupun
wanita, boleh dibunuh.
6. Ajaran agama yang harus diketahui hanya ada dua,
yakni mengetahui Allah dan rasul-Nya. Selain dua hal itu tidak wajib diketahui.
7. Melakukan taqiyyah (menyembungikan keyakinan
demi keselamatan diri), baik secara lisan maupun perbuatan adalah dibolehkan
bila keselamatan diri mereka terancam.
8. Dosa kecil yang dilakukan secara terus menerus
akan berubah menjadi dosa besar dan pelakunya menjadi musyrik.
9. Imam dan khilafah bukanlah suatu keniscayaan.
Tanpa imam dan khilafah, kaum muslimin bisa hidup dalam kebenaran dengan cara
saling menasihati dalam hal kebenaran.
Kemunculan gerakan
Khawarij sangat kental dengan nuansa politiknya. Persoalan teologi hanya
dijadikan komoditi politik untuk melegitimasi gerakan mereka. Allahu
a’lam
"..KEHIDUPAN DUNIA HANYALAH Kesenangan YANG MEMPERDAYA" [QS. AL 'IMRAN (3):185].
Firman Allah S.W.T., yang bermaksud: Wahai orang yang beriman! Janganlah kamu mengambil orang yang bukan daripada kalangan kamu (seperti Yahudi, Nasrani, dan Munafiq) menjadi teman karib (yang dipercayai). Mereka tidak akan berhenti berusaha mendatangkan kesusahan kepada kamu. Mereka sukakan apa yang menyusahkan kamu. Telah pun nyata (tanda) kebencian mereka pada pertuturan mulut mereka, dan apa yang tersembunyi oleh hati mereka lebih besar lagi. Sesungguhnya Kami telah jelaskan kepada kamu ayat ayat (Kami), jika kamu memahaminya (memikirkannya).” - [Al Quran Surah Al Imran ayat 118-120] .
Baca Juga:
Firman Allah S.W.T., yang bermaksud: “Perkataan yang baik dan pemberian maaf, lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (Al Baqarah: 263).
Tiada ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.
Firman Allah S.W.T., yang bermaksud: “Mereka yang berjuang di jalan Kami nescaya Kami tunjukkan jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah berserta orang yang berbuat baik.” (Al Ankabut: 69).
"Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku." (QS. Yusuf: 86).
Semasa hidup sederhanakanlah kegembiraan. Supaya wujud keseimbangan jiwa dan roh, bila menerima kesedihan yang pasti ditemui juga. Mengingatkan diri sendiri menjadi keutamaaan sebelum mengingatkan orang lain . In Syaa Allah ''palis'' sekali dari sifat-sifat sombong dan keji. Semuanya kerana Allah S.W.T.. Amin Ya Rob. (Peceq Admin).
"Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku." (QS. Yusuf: 86).
Semasa hidup sederhanakanlah kegembiraan. Supaya wujud keseimbangan jiwa dan roh, bila menerima kesedihan yang pasti ditemui juga. Mengingatkan diri sendiri menjadi keutamaaan sebelum mengingatkan orang lain . In Syaa Allah ''palis'' sekali dari sifat-sifat sombong dan keji. Semuanya kerana Allah S.W.T.. Amin Ya Rob. (Peceq Admin).
Perhatian: Pemaparan tajuk-tajuk, gambar-gambar dan segala bagai, adalah pandangan dan pendapat peribadi yang lebih menjurus kepada sikap dan sifat untuk menjadi lebih baik dengan mengamalkan gaya hidup menurut perentah dan larangan Allah S.W.T., antaranya bersikap dengan tiada prasangka, tidak bertujuan untuk kebencian, tidak berkeperluan untuk bersubahat dengan perkara bohong dan tiada kaitan dan berkepentingan dengan mana-mana individu. Jujur., aku hanyalah hamba Allah S.W.T., yang hina dina. BERSANGKA BAIK KERANA ALLAH S.W.T..
KLIK UNTUK KE MENU UTAMA. eaho™.
>>> ... ENTRY SETERUSNYA <<< . eaho™. ('_') Google Translate ('_') .
Tiada ulasan:
Catat Ulasan