Rabu, 25 September 2013

1830. Unsur Islam dalam Peribahasa Sunda.


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ  , الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ , الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ,  مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ , إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ , اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيمَ  , صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ , غَيْرِ المَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ.

Assalamualaikum w.b.t/السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
Meja www.peceq.blogspot.com 
Munafik dan kafir laknatullah sebenarnya pemberontak dan pengganas. 
Islam Agama Ku. 
PARIBASA SUNDA YANG ISLAMI

0003.Wiraatmadja Suba Kusumah,Girang Serat 2
Administrator
Posts: 600

Kokoro manggih mulud, puasa manggih lebaran (I: 36).
Manuk hiber ku jangjangna (I: 38).
Undur kadeuleu punduk, datang kadeuleu tarang (I: 75).
Jauh ka bedug (II: 16).
Leuwi jero beunang diteuleuman, hate jalema deet henteu kakobet (II: 39).
Ngalebur tapak (II: 60).
Rup ku padung rap ku lemah (II: 85).
Babalik pikir (III: 7).
Mun teu ngarah moal ngarih, mun teu ngakal moal ngakeul, mun teu ngopek moal nyapek (III: 54).
Dihin pinasti anyar pinanggih (IV: 16).
Mulih ka jati mulang ka asal (IV: 37).
Kokoro nyoso, malarat rosa, Lebaran teu mencit hayam (V: 25).
Mipit teu amit, ngala teu menta (V: 31).
Dikungkung teu diawur, dicangcang teu diparaban (PB: 9).
Hirup nuhun, paeh rampes (PB: 15).
16. Umur gagaduhan, banda sasampiran (PB: 34).
Kemudian saya mengingat-ingat peribahasa Sunda yang bisa disebut Islami, dan ternyata hanya berhasil mencatat beberapa buah, yaitu:
17. Hirup di dunya darma wawayangan.
18. Rejeki tara pahili, bagja teu paala-ala.
19. Pondok jodo panjang baraya.
Seluruhnya tidak sampai 20 buah, artinya tidak sampai 4% dari seluruh peribahasa yang diteliti! Apakah dengan demikian peribahasa yang konon mencerminkan jiwa atau pandangan hidup orang yang memilikinya, yaitu orang Sunda, dapat disebut Islami, sehingga dapat disimpulkan bahwa Islam itu Sunda dan Sunda itu Islam? Kalau melihat persentasinya yang begitu rendah, niscaya tidak dapat kita menyimpulkan bahwa Islam itu Sunda atau Sunda itu Islam.
C. Arti Peribahasa yang Dicatat
Tadi sudah saya katakan bahwa peribahasa yang saya catat itu bukan semata-mata mencerminkan pandangan hidup yang Islami, juga yang hanya menyebut ciri-ciri lingkungan Islam, seperti: lebaran,mulud, dan bedug. Secara berurut akan saya uraikan arti peribahasa-peribahasa tersebut.
1. Kokoro manggih mulud, puasa manggih lebaran . Terjemahannya: Orang melarat bermuludan, orang puasa berlebaran. Peribahasa tersebut digunakan untuk menyebut yang ajimungpung, serakah dan tidak tahu batas. Nilai ini bersesuaian dengan Islam yang menganjurkan agar orang tahu batas, atau mengambil jalan tengah (bukan yang ekstrim).
2. Manuk hiber ku jangjangna . Terjemahannya: Burung terbang memakai sayapnya, manusia dengan akalnya. Peribahasa ini memiliki arti yang sama dengan nomor 7.
3. Jauh ka bedug . Terjemahannya: Jauh dari mesjid karena mesjidlah yang mempunyai bedug. Artinya orang yang hidup jauh dari kota. Biasanya dipakai mengejek orang kampung, atau orang yang tidak tahu kehidupan kota. Dalam peribahasa ini tak ada nilai yang Islami, karena biasanya hanya dipakai untuk mengejek saja.
4. Lewi jero beunang diteuleuman, hate jelema deet henteu kakobet . Terjemahannya: Lubuk dalam dapat diselami, hati manusia meski dangkal tak dapat diketahui. Peribahasa ini dipakai untuk menggambarkan bahwa kalbu manusia itu merupakan rahasia yang tertutup bagi manusia yang lain. Saya kira peribahasa ini sesuai dengan pandangan Islam.
5. Rup ku padung rap ku lemah . Terjemahannya: Ditutup dengan padung, diurug dengan tanah. Maksudnya menggambarkan manusia yang masuk ke dalam kubur, ditutup dengan kayu padung dan kemudian diurug dengan tanah. Biasanya dipakai untuk menyatakan bahwa sampai mati dan dikuburkan, dia takkan lupa akan kebaikan atau hal yang dilakukan oleh seseorang terhadap dirinya.
6. Babalik pikir . Terjemahannya: Sadar atau insap dari perbuatan yang buruk dan melakukan perbuatan yang baik.
7. Mun teu ngarah moal ngarih, mun teun ngakal moal ngakeul, mun teu ngoprek moal nyapek . Kalau tidak berusaha takkan mungkin mengangi nasi, kalau tidak menggunakan akal nanti takkan menanak nasi; kalau tidak bekerja takkan mungkin bisa makan. Artinya sejalan dengan nomor 2, tetapi sesuai dengan ajaran Islam, lebih menekankan tentang pentingnya ikhtiar.
8. Dihin pinasti anyar pinanggih . Terjemahannya: Nasib sudah dipastikan sejak awal, namun baru sekarang dialami. Kepercayaan akan adanya takdir yang sudah ditetapkan sejak awal baru kemudian dialami.
9. Mulih ka jati mulang ka asal . Terjemahannya: Kembali ke tempat asal. Artinya: Meninggal dunia. Kadang-kadang dipakai istilah mulih ka rahmatullah atau mulih ka kalanggengan, yaitu pulang ke rahmatullah atau pulang ke tempat yang langgeng. Konsep ini sangat Islami karena menurut pandangan Islam manusia setelah meninggal kembali ke tempat asalnya: hadirat Allah Swt., rahmatullah. Innalillah wa inna ilaihi roji’un.
10. Kokoro nyoso, malarat rosa, Lebaran teu meuncit hayam . Terjemahannya: Sangat miskin, sangat melarat, sehingga pada hari Lebaran tak mampu menyembelih ayam. Dalam masyarakat Sunda, pada hari Lebaran orang biasanya mengadakan selamatan dengan memasak makanan yang lebih dari biasa. Paling tidak memotong ayam. Tapi orang yang dimaksud karena melaratnya tak mampu menyembelih ayam sekalipun, sehingga tak dapat mengantarkan kiriman Lebaran kepada orang tua atau tetangganya.
11. Mulih ka jati, mulang ka asal . Terjemahannya: Mengambil barang atau memetik tanaman tanpa meminta izin lebih dahulu kepada yang punya. Nilai ini sangat Islami, karena mengambil sesuatu tanpa seizin yang punya sama saja dengan mencuri.
12. Dikungkung teu diawur, dicangcang teu diparaban . Terjemahannya: Dikurung tak dikasih makanan, diikat tak diberi makan. Biasanya dipakai untuk menyebut isteri yang oleh suaminya tidak dipedulikan lagi, tetapi tidak juga ditalak. Karena ada urusannya dengan pernikahan niscaya ada hubungannya dengan hukum Islam.
13. Hirup nuhun, paeh rampes. Terjemahannya: Hidup syukur, mati pun baik. Orang yang sudah pasrah, menyerahkan hidup ataupun matinya kepada Yang Mahakuasa. Tidak lagi mempunyai keinginan.
14. Ngalebur tapak. Terjemahannya: Menghilangkan jejak lama. Taubat. Sama artinya dengan nomor 6.
15. Umur gagaduhan, banda sasampiran. Terjemahannya: Umur dan harta benda bukanlah milik sendiri. Dipakai untuk menyatakan bahwa hidupnya sendiri bukan miliknya, karena ada Tuhan Yang Mahakuasa. Peribahasa ini sejalan dengan yang berikut.
16. Hirup di dunya wawayangan. Terjemahannya: Hidup di dunia itu seperti wayang (yang digerakkan oleh dalang). Sesuai dengan ajaran Islam yang menganggap manusia tak berdaya-upaya melainkan dengan kehendak Allah. La haula wa laa quwatta, ila billahi aliyul adzim.
17. Rejeki tara pahili, bagja teu paala-ala. Terjemahannya: Rizki atau takdir orang itu sudah ditentukan sejak awal, sehingga takkan tertukar dengan takdir orang lain. Tuhanlah yang menentukannya. Maka orang harus menerima dengan sabar apa pun atau berapa unsur pun rizki yang diperolehnya.
18. Datang katembong tarang, undur katembong punduk. Terjemahannya: Waktu datang memperlihatkan dahi, waktu pulang memperlihatkan bahu (punduk). Etika kalau berkunjung ke rumah orang harus menemui si empunya rumah begitu pula pada waktu pulang harus menemuinya dahulu. Sesuai dengan etika Islam yang mengharuskan orang berlaku sopan dan mengucapkan salam waktu berkunjung ke rumah orang begitu juga sebelum pergi meninggalkannya harus menyampaikan salam pula.
19. Pondok jodo panjang baraya. Terjemahannya: Meskipun jodoh pendek, tetapi persaudaraan haruslah tetap diperlihara. Sesuai dengan ajaran Islam yang menjaga silaturahmi.
D. Peribahasa yang Lain
Bagaimana dengan peribahasa yang lain yang tak mengandung atau tak sesuai dengan ajaran Islam? Seperti telah dikatakan, peribahasa mencerminkan kepribadian bangsa yang memilikinya. Maka beberapa peribahasa ini menunjukkan kepribadian orang Sunda.
Ada peribahasa yang menggambarkan hal-hal yang kurang baik, sehingga maksudnya mengingatkan agar menghindari perbuatan yang dianggap tidak atau kurang baik oleh masyarakat. Di antaranya:
1. Adam lali tapel, artinya orang yang lupa kepada asalnya, tak ingat akan sanak-saudaranya sendiri.
2. Ati mungkir, beungeut nyanghareup, artinya meskipun nampak seperti setia namun tidaklah demikian dalam hatinya. Dikatakan kepada orang yang menjadi bawahan orang lain.
3. Asa aing uyah kidul, artinya angkuh, sombong, merasa paling hebat seperti garam dari lautan selatan dianggap lebih asin daripada garam yang dibuat di lautan lain.
4. Lodong kosong ngelentrung, artinya tong kosong nyaring bunyinya.
5. Marebutkan balung tanpa eusi, sama dengan marebutkeun paisan kosong. Artinya memperebutkan sesuatu yang tak ada gunanya.
6. Moro julang ngaleupaskeun peusing. Artinya untuk memperoleh sesuatu yang belum tentu, melepaskan barang yang sudah di tangan.
7. Nu asih dipulang sengit, nu nyaah dipulang moha. Artinya membahas kebaikan dengan keburukan. Air susu dibalas dengan air tuba.
8. Nu titeuleum disimbeuhan. Artinya meledek atau menertawakan orang yang sedang ditimpa kemalangan.
9. Ngarawu ku siku. Artinya karena serakah ingin mendapatkan sebanyak-banyaknya malah hanya memperoleh sedikit.
10. Sabuni-buni nu ngising. Artinya orang yang berbuat kejahatan atau melakukan perbuatan yang tidak baik, akhirnya nisca akan diketahui juga.
11. Monyet ngagugulung kalapa. Artinya menunjuk kepada orang yang memiliki sesuatu yang berharga tetapi ia sendiri tidak dapat mengambil manfaat daripada miliknya itu.
12. Nyalindung ka gelung, dikatakan kepada laki-laki yang menikah dengan wanita kaya sehingga ia tidak usah mencari nafkah lagi. Biasanya wanitanya lebih tua daripada si laki-laki.
13. Agul ku payung butut. Artinya membangga-banggakan keturunan yang sebenarnya sudah tidak ada artinya lagi.
14. Ngijing sila bengkok sembah. Artinya hampir sama dengan ati mungkir beungeut nyanghareup, dipakai untuk menyebut orang yang tidak setia atau sungguh-sungguh menjalankan perintah majikannya.
15. Gindi pikir belang bayah. Artinya tidak mempunyai hati yang tulus, selalu hendak mencelakakan orang lain.
16. Goong nabeuh maneh. Artinya gemar menceritakan keunggulan dirinya sendiri di depan orang lain. Menyombongkan perbuatan sendiri.
17. Kandel kulit beungeut. Artinya tak tahu malu. Muka badak.
18. Luncat mulang. Artinya perkataannya tak dapat dipegang sebab sering berubah. Lompatannya bolakbalik.
19. Ka bawa ku sakaba-kaba. Artinya ikut melakukan perbuatan jelek karena ikut-ikutan orang lain.
20. Pindah pileumpangan. Artinya berubah adat karena naik kedudukan atau menjadi kaya, yang tadinya ramah terhadap orang kecil, menjadi sombong, dan lain-lain.
21. Elmu ajug. Artinya orang yang gemar memberi keterangan kepada orang lain mengenai sesuatu kebaikan tetapi dia sendiri tidak melakukannya.
22. Cul dogdog tinggal igel. Artinya meninggalkan garapan yang utama karena tergiur oleh yang kurang penting. Didasarkan dari perminan reog atau ogel, yang setiap permainannya membawa dogdog yang dipukulnya sepanjang permainan dan orang menari seirama dengan pukulan dogdog itu. Tapi kadang-kadang karena asyik menari, ada pemain yang menaruh dogdog-nya.
23. Pagirang-girang tampian. Artinya semua orang tidak ada yang mau mengalah, karena ingin mandi atau mencuci di tepian yang paling hulu, dengan demikian ia mendapat air yang bersih, sedangkan orang lain terpaksa memakai air yang sudah digunakan.
24. Cara kuda lepas ti gedogan. Artinya orang yang keluar dari tempatnya lalu melakukan apa saja yang dia kehendaki tanpa memperhatikan aturan lagi.
25. Nyieun pucuk ti girang. Artinya orang yang berbuat sesuatu untuk melakukan pertengkaran dengan yang lain.
Sebenarnya banyak lagi peribahasa yang intinya merupakan peringatan agar jangan melakukan sesuatu yang tidak terpuji atau bisa menimbulkan bahaya. Tapi dengan contoh tersebut kiranya kita cukup mendapat gambaran tentang apa-apa yang menurut pandangan orang Sunda kurang baik jangan dilakukan. Dari contoh tersebut kita mendapat hikmah bahwa orang yang lupa pada asalnya, orang yang berbuat khianat atau tidak setia, orang yang sombong dan merasa dirinya paling hebat, orang yang banyak bicara tanpa isi, orang yang mempertengkarkan sesuatu yang kosong, orang yang mengharapkan sesuatu yang belum tentu sampai melepaskan apa yang sudah didapat, orang tidak tahu membalas budi, orang yang menertawakan orang yang sedang mendapatkan musibah, orang yang serakah, orang yang berbuat kebusukan atau kejahatan, orang yang tak tahu akan manfaat apa yang dimiliknya, laki-laki yang mengandalkan hidupnya kepada isteri, orang yang membangga-banggakan keturunan saja, orang yang tak berhati tulus dan hendak mencelakakan orang lain, orang yang suka membangga-banggakan perbuatannya sendiri, orang tak tahu malu, orang yang perkataannya tak dapat dipegang, orang yang mudah terseret oleh sesuatu yang buruk, orang yang berubah adat karena naik pangkat, orang yang suka memberi nasihat kepada orang lain, tapi dia sendiri tak pernah mengamalkan ilmunya, orang yang meninggalkan garapan utama karena asyik dengan garapan yang kurang penting, orang yang ingin menang sendiri, dan orang yang gemar memulai pertengkaran dengan orang lain, semua itu dianggap kurang baik. Artinya nilai yang dianut oleh Sunda adalah yang sebaliknya, seperti harus istikomah, harus setia, harus jujur, harus rendah hati, harus tahu diri, harus bertanggungjawab, dan lain-lain. Semua nilai-nilai positif itu saya kira juga menjadi dasar ajaran Islam.
Di samping peribahasa yang merupakan cegahan agar orang jangan melakukan sesuatu yang tercela, banyak juga peribahasa yang menganjurkan hal-hal yang harus dilakukan orang, misalnya:
1. Batok bulu eusi madu. Artinya meskipun nampaknya dari luar bodoh atau tak punya isi yang berharga, namun sebaliknya, isinya sesuatu yang berguna.
2. Bobot pangayon timbang taraju. Artinya pertimbangan yang adil, sesuai dengan timbangan hukum (pangayon adalah alat mengukur isi, untuk menakar, sedangkan taraju adalah timbangan untuk mengukur beratnya kapas).
3. Ditiung samemeh hujan. Artinya harus bersiap-siap menghadapi kesulitan yang mungkin datang. Sedia payung sebelum hujan.
4. Sareundeuk saigel, sabobot sapihanean, sabata sarimbagan. Artinya selalu bersama-sama tak pernah bertengkar karena berbeda pendapat, rukun dan saling menghargai.
5. Kujang dua pangadekan. Artinya mempunyai maksud ganda, sehingga dengan sekali jalan mendapat beberapa hasil.
6. Kudu boga saku dua, atau kudu boga pikir kadua leutik. Artinya harus mempunyai pikiran rangkap, agar tidak mudah tertipu atau mudah terjebak. Segala sesuatu dipertimbangkan dengan matang.
8. Pindah cai pindah tampian. Artinya menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru, baik tempat tinggal maupun tempat pekerjaan. Dengan demikian tidak mudah terseret pada pertengkaran, disukai oleh lingkungan baru.
9. Caina herang laukna beunang. Artinya mengusahakan agar mencapai hasil dengan tidak menimbulkan ketegangan dengan orang lain.
10. Jelema pasagi, atau masagi. Artinya orang yang banyak kepandaian atau kemampuan, sehingga dapat melakukan apa saja. Ada juga yang menganggap bahwa di samping itu juga harus mempunyai kekayaan yang cukup.
11. Kuru cileuh kentel peujit. Artinya mengurangi tidur dan makan karena ingin mencapai sesuatu atau karena ingin jadi orang pandai. Tirakat.
12. Landung kandungan, laer aisan. Artinya orang yang banyak pertimbangan, adil, sabar, tak mudah mengambil keputusan yang gegabah.
13. Mangkok emas eusi madu. Artinya wadah dan isi sama-sama berharga, dipakai untuk menyebut orang pandai yang halus budi bahasanya dan santun sikapnya.
14. Malapah gedang. Artinya tidak langsung menanyakan sesuatu kepada intinya, melainkan mulai dengan hal-hal lain yang sedikit demi sedikit menju kepada maksud yang sebenarnya, sehingga yang ditanya atau diajak berbicara tidak merasa tertekan.
15. Nangtung di kariungan, ngadeg di karegeman. Artinya harus sesuai dengan keputusan bersama, sehingga tidak menimbulkan pertengkaran yang tak perlu.
16. Nete taraje nincak hambatan. Artinya melakukan sesuatu harus sesuai dengan urutan yang sudah ditetapkan.
17. Sapapait samamanis, atau sabagja sacilaka. Artinya selalu rukun. Lihat: nomor 4 dan nomor 7.
18. Paheuyeuk-heuyeuk leungeun. Artinya saling tolong dan saling bantu dalam mengerjakan sesuatu.
19. Buruk-buruk papan jati. Artinya meskipun ada perbuatannya yang tercela, tapi karena orang itu masih ada hubungan persaudaraan, maka timbul rasa kasihan.
20. Genteng-genteng ulah potong. Artinya jangan sampai putus, meskipun hanya sekedarnya saja.
21. Kudu bisa ngeureut miceun. Artinya harus hemat dan bijaksana dalam mengatur rizki, sehingga tidak habis dipakai oleh yang berguna.
22. Ngukur ka kujur, nimbang ka awak. Artinya harus tahu diri, jangan melakukan hal yang di luar kemampuan.
23. Sagolek pangkek, sacangred pageul. Artinya kalau berkata harus tepat karena telah dipertimbangkan dengan matang, sehingga tidak berubah lagi.
24. Cikaracak ninggang batu laun-laun jadi legok. Artinya segala sesuatu kalau dikerjakan dengan tekun dan sabar niscaya akan ada hasilnya.
25. Kaciwit kulit kabawa daging. Artinya kalau ada saudara atau keluarga kita yang dapat hukuman karena melakukan kesalahan, maka kita pun akan ikut merasa malu.
Dari peribahasa-peribahasa itu pun kita dapat memahami pandangan hidup orang Sunda yang menganjurkan agar rukun, mendahulukan kebersamaan (karageman), mempunyai pertimbangan yang adil, mempunyai pandangan ke depan sehingga selalu siap kalau pada suatu waktu menghadapi kesukaran, harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, harus bijaksana sehingga dapat mencapai hasil tanpa menimbulkan ketegangan atau kekeruhan, suka tolong-menolong, hemat serta pandai mengatur rizki, tahu diri, tahu aturan, kalau berkata tidak sembarang sehingga tak mudah berubah-ubah, sabar dan tekun dalam mengerjakan sesuatu dan lain-lain. Nilai-nilai itu pun saya kira sesuai dengan ajaran Islam.

Sumber: (http://www.kalangsunda.net/apps/forums/topics/show/3522143) . 

"..KEHIDUPAN DUNIA HANYALAH Kesenangan YANG MEMPERDAYA" [QS. AL 'IMRAN (3):185]. 

Firman Allah S.W.T., yang bermaksud: Wahai orang yang beriman! Janganlah kamu mengambil orang yang bukan daripada kalangan kamu (seperti Yahudi, Nasrani, dan Munafiq) menjadi teman karib (yang dipercayai). Mereka tidak akan berhenti berusaha mendatangkan kesusahan kepada kamu. Mereka sukakan apa yang menyusahkan kamu. Telah pun nyata (tanda) kebencian mereka pada pertuturan mulut mereka, dan apa yang tersembunyi oleh hati mereka lebih besar lagi. Sesungguhnya Kami telah jelaskan kepada kamu ayat ayat (Kami), jika kamu memahaminya (memikirkannya).” - [Al Quran Surah Al Imran ayat 118-120] . 

Baca Juga: 
Firman Allah S.W.T., yang bermaksud: “Perkataan yang baik dan pemberian maaf, lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (Al Baqarah: 263). 
Tiada ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah
Firman Allah S.W.T., yang bermaksud: “Mereka yang berjuang di jalan Kami nescaya Kami tunjukkan jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah berserta orang yang berbuat baik.” (Al Ankabut: 69). 

"Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku." (QS. Yusuf: 86). 


Semasa hidup sederhanakanlah kegembiraan. Supaya wujud keseimbangan jiwa dan roh, bila menerima kesedihan yang pasti ditemui juga. Mengingatkan diri sendiri menjadi keutamaaan sebelum mengingatkan orang lain . In Syaa Allah ''palis'' sekali dari sifat-sifat sombong dan keji. Semuanya kerana Allah S.W.T.. Amin Ya Rob.  (Peceq Admin). 
Perhatian: Pemaparan tajuk-tajuk, gambar-gambar dan segala bagai, adalah pandangan dan pendapat peribadi yang lebih menjurus kepada sikap dan sifat untuk menjadi lebih baik dengan mengamalkan gaya hidup menurut perentah dan larangan Allah S.W.T., antaranya bersikap dengan tiada prasangka, tidak bertujuan untuk kebencian, tidak berkeperluan untuk bersubahat dengan perkara bohong dan tiada kaitan dan berkepentingan dengan mana-mana individu. Jujur., aku hanyalah hamba Allah S.W.T., yang hina dina. BERSANGKA BAIK KERANA ALLAH S.W.T..

Tiada ulasan: