بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ , الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ , الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ , مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ , إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ , اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيمَ , صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ , غَيْرِ المَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ.
Assalamualaikum w.b.t/السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
Islam Agama Ku.
Sambungan entry: 1853. Siapa sebenarnya yang memusuhi Islam.
Sebahagian ulasan dari http://barrynuqoba.wordpress.com/2007/07/02/wahabi-salafi-musuh-islam-sebenarnya/.
159 Komentar
s3v3n
s3v3n.
Firman Allah S.W.T., yang bermaksud: Wahai orang yang beriman! Janganlah kamu mengambil orang yang bukan daripada kalangan kamu (seperti Yahudi, Nasrani, dan Munafiq) menjadi teman karib (yang dipercayai). Mereka tidak akan berhenti berusaha mendatangkan kesusahan kepada kamu. Mereka sukakan apa yang menyusahkan kamu. Telah pun nyata (tanda) kebencian mereka pada pertuturan mulut mereka, dan apa yang tersembunyi oleh hati mereka lebih besar lagi. Sesungguhnya Kami telah jelaskan kepada kamu ayat ayat (Kami), jika kamu memahaminya (memikirkannya).” - [Al Quran Surah Al Imran ayat 118-120] .
Baca Juga:
"Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku." (QS. Yusuf: 86).
Semasa hidup sederhanakanlah kegembiraan. Supaya wujud keseimbangan jiwa dan roh, bila menerima kesedihan yang pasti ditemui juga. Mengingatkan diri sendiri menjadi keutamaaan sebelum mengingatkan orang lain . In Syaa Allah ''palis'' sekali dari sifat-sifat sombong dan keji. Semuanya kerana Allah S.W.T.. Amin Ya Rob. (Peceq Admin).
rasyid berkata,
arya duta berkata,
erga syjend berkata,
apa anda prnah terlibat langsung d dlmnya bung koq bs tau yg mereka lakukan..
jgn2 anda hanya asal2n nyari2 ksLhn mreka, ato anda memang mau mecah belah Islam,
bukane ane mndukung\nggak tp ane memang dah gak tahan dengan obrolan2 macam ne…??
emange kesesatan tu diliat dr bener gaknya ibadah ya??? bukane ksesatan diliat dr aqidah !! jk aqidah mereka bner, buat pa mmpersalahkan dr cr ibadah,slama da dalil yg jelas dan yg shahih gk mslah tuh…
truz silahkan ane mncela,tp hruz dg alasan yg syar’i dunk?? kLo mnurut ane, anda tu terlalu napsu hnya mmbesar2kan apa yg anda yakini.. jgn2 golongan ente yg justri sdkt mlenceng… hayoooww.. pikirkan lgi !!!!
ALLOHU AKBAR !!!
andi berkata,
dan berkata,
Wahabi Musuh Islam « History-Social-Culture STUDIES berkata,
sideru berkata,
tega sekali anda memecah belah islam..
yang saat ini kita buthkan adalah persatuan umat, bukan tulisan yg mendiskreditkan suatu kelompok semacam ini..!!
saya bukan salafi bukan HT, NU, Muhamadiyah, atau apapun, tapi saya sungguh sedih melihat tulisan anda..
semoga Allah melembutkan hati kita..
abdurrahman alwani berkata,
Dari Tsauban , ia berkata : Rasulullah Shalallahu ‘alihi wasallam bersabda : “ Sesungguhnya Allah swt memperlihatkan bumi kepadaku , lalu aku melihat timur dan baratnya , dan sesungguhnya kerajaan ummatku akan sampai kepada bumi yang ditampakkan kepadaku . aku diberi dua perbendaharaan yaitu merah dan putih . Sesungguh aku mohon kepada tuhanku bagi ummatku agar tidak dihancurkan dengan tahun yang umum, dan tidak dikuasai oleh musuh selain diri mereka sendiri, lalu ia memusnahkan golongan mereka.” “ Sesungguhnya Tuhan berfirman : “ Wahai Muhammad , sesungguhnya apabila Aku menetapkan sesuatu ketetapan itu tidaklah tertolak . Dan sesungguhnya Aku memberi kamu akan ummatmu tidak Aku hancurkan dengan tahun yang umum , dan aku tidak menguasakan musuh atas mereka selain ( oleh ) diri mereka sendiri yang memusnahkan golongan mereka , walaupun berkumpul atas mereka dari seluruh penjuru .” – atau Dia berfirman : “ Dari seluruh penjuru bumi – sehingga sebagian (segolongan) dari mereka menghancurkan sebagian (golongan) yang lain , dan sebagian dari mereka menawan terhadap sebagian yang lain.” (HR.Muslim)
RONA BUDI berkata,
syahid berkata,
Muzaki berkata,
alan berkata,
terus tentang kalimat jangan dengarkan para Imam 4 mazhab atau ulama islam lainnya, siapapun mereka. memfitnah ya !! setau saya dalam kajian mereka pun membandingkan dan mengambil pendapat para imam yang kuat.
Jika kalian melihat apa yang saya katakan dan hal itu bertentangan dengan sunah Nabi saw, maka abaikan apa yang saya katakan, dan ikuti sunah saja”. ini fatwa beliau bung semoga allah merahmati ulama2 salaf. tetapi jika ada pendapt beliau yang sesuai tuntunan maka kita boleh mengambilnya.
jangan menfitnah bung !!!
tohirin.dharma berkata,
khatimah syamsuddin berkata,
khatimah syamsuddin berkata,
ridho saragih berkata,
untung saja kamu komentar .
ridho saragih berkata,
untung saja kamu komentar .
memang bnar 7 hari sampe sterusnya thu gak ada dalilnya .
khatimah syamsuddin berkata,
Abu lebay berkata,
Safry berkata,
alan berkata,
Alhamdulillah ada yang menulis setepat ini. yang dimaksud setepat ini adalh tulisan bung alan. hehehehehe!!!!
reza berkata,
Wah, NU ketakutan niy…
Wallahu a lam
reza berkata,
IMAM As-syafi’i berkata: “Seandainya seseorang menjadi sufi pada pagi hari, maka siang sebelum dhuhur ia menjadi orang yang dungu”. Dia (Imam asSyafi’i) juga pernah berkata: “Tidaklah seseorang menekuni tasawuf selama 40 hari, lalu akalnya (masih bisa) kembali normal selamanya.” [Talbis Iblis, Ibnul Jauzy]
Alpin berkata,
jangan menggunakan akal sebagai dasar pertama pemikiran anda tentang agama islam.saya yakin anda adalah seorang yang paham tentang agama islam. bukan seorang JIL yang mengedepan akal daripada dalil
Maju terus agama ku
Fajri Salim berkata,
Semul berkata,
nurulaeni berkata,
hari berkata,
ahlulbait family berkata,
reyang berkata,
Sampeyan ini kayak orang kesurupan,ngomong ngelantur…Ga sadar tah?…yang menfitnah itu ente…Jangan asbun/asal bunyi saja.Kalau ada orang NU yang salah,ya salahin oknumnya,tapi apa ente tahu kalau kiyai NU hanya mengharap amplop dan tidak mengharap ridho Allah?..Suudzdzon bnget ente…sok jago nantang berdalil…ente tuh masih bau kencur dibanding para ulama dan kiyai-kiyai yang ente buruk sangkakan itu..
Justru beberapa kiyai yg ana temui,sewaktu ana mondok dulu,sangat luar biasa…tawadhu’,alim,tak pernah tinggal sholat berjamaah kecuali jika ada ‘udzur,hafal al qur’an,hampir tiap malam tahajjud,mengajar santri kitab dan Al qur’an tiap saat,selalu membimbing santri agar senantiasa menjalankan sunah Nabi SAW,tidak pernah suudzdzon kepada yang lain,apalagi menfitnah,alim dan sangat rendah hati,mengajar tafsir alqur’an,hadits bukhori,tauhid,fiqh,soal mawarits/faroidh,nahwu shorof,bayan,mantiq,balaghoh dan lain lain.
Saya tanya ente dari yang paling dasar…ente fasih ga baca Al Qur’an?….apalagi kalo ana tanya ente,ngerti gramatika arab ga?belajar tafsir ga?tahu mustholahatul hadits ga?…Ente nih masih keropos..ilmu ante baru kulit,ngaji masih pas2an,mungkin cuma dari dauroh ke dauroh,atau njiplak di website2..atau cuma ikut2an jadi pemecah belat umat islam !!!..
Pake nantang dalil-dalil segala ente…kayak ngajak perang…Al Qur’an dan hadits cuma dibuat alat untuk memecah belah,dalil dipelintir hanya untuk menvonis dan menghakimi orang lain…Kita nih baiknya terus menuntut ilmu,lalu amalkan.dengan harapan agar ilmu berbuah dan kita bisa mulia dan soleh.Karena tujuan kita menuntut ilmu tak lebih karena itu adalah perintah agama,seiring dengan itu kitapun dituntut untuk mengamalkannya agar kita benar2 menjadi hamba Allah yang taat dan mampu menyadari keharusan kita dalam mengaplikasikan hablum minalloh dan hablum minannas.
Masalah 7 hari,40,100 atau 1000 dst…tak ada satupun dari ulama yang mewajibkannya.Makanya tanya para ulama wajib ga hukumnya semua itu?..dalam arti kalau tidak dilakukan 7 hari,100 dst terus orangnya berdosa ?..ga ada tuh yang bilang kayak gitu..Kalau ente bilang kok hal itu selalu ada dan terjadi?..ente keliru jika beranggapan demikian,karena hal tersebut dikampung ana ada yang ngadain dan ada juga yang ga…tap[i semuanya biasa aja tuh,padahal NU semua..
Imam Syafi’i rahimahullah tak ada kaitannya sama sekali dengan soal ritual 7 hari,40,100 atau 1000…Ini sepertinya ente juga kurang faham..
sudahlah…ente termasuk ana juga mesti banyak ngaji lagi..dan hindari perdebatan yang bisa merusak ukhuwah islamiyyah ini…karena kita sadari itu sudah terjadi sejak lama,dan sadarkah kita bahwa hal ini bisa dimanfaatkan orang-kafir dan munafik yang memang sengaja untuk memecah belah umat islam…jangan terjebak dan bahkan ikut menjadi pemecah belah…
rajut dan tetap gandeng tali persaudaraan sesama umat islam….
ozan berkata,
atok berkata,
ridho saragih berkata,
Zulfikar berkata,
v3 berkata,
reyang berkata,
kalau kita mau obyektif diantara orang-orang NU ada yang sefaham dan ada pula yang tidak sefaham dengan orang yang kau tuduhkan sebagai musuh itu.Dan jika engkau anggap para pengikutnya adalah orang-orang bodoh,maka pengklaiman itu pun tidak seutuhnya benar.Karena banyak orang-orang yang kritis juga terhadap orang yang ente tuduh sebagai musuh islam itu.Itu berarti dalam NU tidak bisa dilihat secara organisasinya,tapi lebih cenderung personnya.
Ente yang pinter mestinya kasih contoh yang baik buat mereka yang ente anggap bodoh,bukan malah nyontohin untuk nuduh orang sembarangan.Lisanmu adalah raja dan pedang..jagalah lisan ente wahai zulfikar yang pinter…
Bagaimanapun lebih susah ngomong sama orang pinter kayak ente dari pada mereka yang bodoh.karena ente pinter pasti ente dah nyiapin setumpuk dalil dan tuduhan2 lain yang siap ente luncurkan lagi…
Semoga Allah mengampuni kita semua…amiiiin
reyang berkata,
“LISAANUKA HISHOONUKA,IN SHUNTAHUU SHOONAKA”…Lisanmu adalah penjagamu,jika engkau menjaganya maka ia akan menjagamu”.(Imam Ali Bin Abi Tholib).
Sebuah nasehat dari Ulama :”LIKULLI QOULIN JAWAABUN,WALIKULLI ‘AMALIN HISAABUN,FALAA TAQUULANNA MURRON WALAA TAF’ALANNA SYARRON”…”Tiap-tiap ucapan ada jawaban,dan tiap-tiap amal ada hisab,maka janganlah berkata yang pahit/menyakitkan dan janganlah melakukan keburukan”.(Kitab Aushoffu Ahlil jannah,hal 81 Asysyekh Muhammad Mutawaalli Asysya’roonii.cetakan Almaktabah Al”ashriyyah,beirut,lebanon).
Imam Ali bib Abi Tholib Rodhiyallohu ‘anhu wakarromallohu wajhahu berkata:
“INNAHUU LAA GHINAA A FII KATSROTI ‘ADADIKUM MA’A QILLATIJTIMAA’I QULUUBIKUM”….mayoritasnya kalian tidak akan berarti apa-apa tanpa bersatunya hati kalian”(Imam Ali)
Imam Syafi’i Rohimahullahu ta’aalaa berkata:
“SHUNIINNAFSA WAHMILHAA ‘ALAA MAA YUZAYYINUHAA # TA’ISY SAALIMAN WALQOULU FIIKA JAMIILU”…Jagalah hatimu,berusahalah engkau menghiasinya…Engkau akan hidup selamat dengan sebab keindahan dan kebaikan tutur katamu”.(Imam Syafi’i rohimahullooh)
rizky berkata,
jaulah berkata,
musuh sebenarnya ya syetan
cahyo berkata,
v3 berkata,
purwan berkata,
Yang ada adalah Islam yang sesuai dengan Nabi Muhammad Saw dengan pemahaman para sahabat.
Kenapa masih suka nambah-nambahi dalam Ibadah. Muhamad bin Abdul Wahab adalah ulama yang memerangi Syirik, Bid’ah dan kurofat
adi berkata,
Koko Noca berkata,
Desy Safitri berkata,
bams berkata,
thomas ramadhan berkata,
thomas ramadhan berkata,
abdullah berkata,
abdullah berkata,
eskage berkata,
boytoock berkata,
Alhamdulillah, dari komentar2 diatas, saya masih mendapati bahwa banyak umat Islam yang sekarang semakin “smart” dalam beragama.
Saya sendiri hanyalah seorang “pencari kebenaran”, dan alhamdulillah saya mendapati beberapa point dari kesalahan-kesalahan orang-orang yang menuduh wahabi sebagai aliran sesat :
1. Biasanya berpikiran jumud (kolot), lebih kolot daripada apa yang mereka tuduhkan kepada orang-orang yang mereka anggap wahabi.
2. Biasanya orangnya terlalu taqlid buta terhada kyainya atau golongannya. Yang penting kyai saya begini…ngomong begini…bla…bla…bla…sehingga dari omongannya terlihat bahwa ia takut kalau golongannya kalah.
3. Biasanya orangnya sangat benci terhadap seruan kembali kepada As-Sunnah dan meninggalkan bid’ah.
4. Biasanya orangnya terlalu melampai batas dalam mengagungkan wali.
5. Biasanya orangnya justru paling banyak meninggalkan sunnah, karena terlalu banyak berkutat dalam “kebid’ahan” seperti memelihara jenggot, memotong kuku, makan dengan tangan kanan, dll.
6. Biasanya paling suka memakai hadits-hadits dlaif dalam fadhail a’mal dan meninggalkan hadist-hadits sahih (seperti di kita Sahih Bukhari dan Muslim,dll), padahal hadist hanya bersifat “dzanni” (lihat di kitab2 Musthalahul hadits), dan yang paling bagus adalah beramal dengan hadist yang dzanninya sahih.
7. Biasanya berpahaman bahwa kalau sudah bermadzhab harus fanatik terhadap madzhab, padahal dalam “bermadzahab” tidak ada satu ulama’ khoirpun yang menganggapnya sebagai kewajiban. Sedang yang wajib adalah mengikuti Rasullullah dan hadits-hadits sahih.
Baru inilah yang saya bisa sampaikan, lain kali akan disambung. Semoga apa yang saya tulis dapat menjadi “koreksi buat kita semua”. Walhamdulillah.
Dedi Azqia berkata,
sambora berkata,
sambora berkata,
iwan harun berkata,
hadi berkata,
podo ngoyo
ngoyo temen
tobat kabeh”
sing bener islam”sesuai alquran dan sunnah”…tu liat yahudi & nashoro pada ketawa klo liat kita2 disini pada debat”sperti ini”
tobat semua
yo pasti sing bener bermanhaj ah lussunnah wal jamaah” berpegang teguh pada ulama2 salafiyin
yo pora”……..ora wahabi, NU, muhammadiyah Persis dan lain2 sebagainya pasti ngaku bermanhaj salaf”……lha sing bener sing ndi”
wallahul Mustaan”………………………………………
sing penting Berpegang Teguh pada Hadis2 yg bener2 bagus sanadnya
Ora usah ngaku Wong Islam nek wegah mengikuti Syariat islam Secara Mutlak
“”"”"”"”
hadi berkata,
yo gimana lagi” yo………….aku orang NU yg bingung dengan ulama ku
kemaksiatan di depan mata malah di biarkan lebih baik ngaji lagi yg sesuai dengan pemahaman salafussoleh Ahhhhhhhhhhhhh
Kae tonggo ku mondoknya 20 tahun ning jawatimur dadi kyai
anak nya yg perempuan Pupu ne ketok teros make celana Pokek
priye wis”
aq ora Meh nyalahke Organisasinya tapi Personnya
wong ane di besarkan di Nu
tapi NU moderat.
rokok DjaRUM haram ( Demi Jesus Aku Rela Untuk Mati ) di singkat DJARUM
kae ulama nya podo bingung mengeluarkan Fatwa,
haram yo haram” Meh Debat masalag Agama YO keno
tapi doso
nek jare ulama ku
debat itu ga kan pernag berakhir
yg menang Setan
lebih baik Musyawaroh
PERJUANGKAN ISLAM SECARA BERSAMA -sama
BIAR INDONESIA JADI NEGARA ISLAM
KAYAK ARAB SAUDI KAYA RAYA AMAN”….MAW NYARI APA AJA ADA
Telo, SINKONG, GORI, GEMbili PEROT makanan DAri Seluruh Dunia ada
klo ga pErcaya tanyua Yg PErnah HIdup Nyantri Disana
SElama Bertahun2. NEgara YG menJujung TInggi Syariat ISlam DI jamin Oleh Alloh KEmakmurannya
ga KayaK INDONESIA NEGARA Penuh DengaN PROSTItusi Dan Khamer”Negara yg ABG nya PECANDU PORNO GRAFI
YUK mari KITA BERSAMA -saMA BENAHI NEGERi yg kita CINTAI INI
INgaT pARA PENdiRI NEGARA INI DULU paRA SYUhada “yg mempERJuangkan negaRa INI Untuk Menjadi NEgARA ISLAM
ingat Kyai Hasyim ASyari, Kyai HAJi AHmaD dahlan PANGeran DIponegro, Pangeran ANtasari, TUANKU IMAM BONJOL daN mASIH BANyak laGI, MEreka BERJUANG melaWAN kaFIR2 Belanda DAN SEKUTUNYA DEMI AGAMA INI agam, ISLAM ”
ga kaYak sEKARANG
ANTUM SEMUA BERJuANG DONG MElawaN PROsTITUSI PORNOGRAFI, dan kEMAKSiatan yg laiinnya
SAYANG ILMU AGAMA YG DALAM KALO GA PADA DI AMALKAN
CUMA BUAT BERDEBAT AJA
TU MASIH BANYAK KEMAKSIATAN AJA BELUM PADA BISA BENAHI, UDAH PADA PERANG SENDIRI
Yo DO podo Saling Memaafkan”
YOK BASMI KHAMAR dan PROSTITUsi baRENG2
TU akhwat2 YG belum Nutup AURAT nya di Ceramahi Keluarkan dalil2nya buat ceramah”,…..JANGAN HANYA buaT BERDEbAT yg GA DA HABISNya.
apa alagi Para CALEg pasang Spanduk, BALIHO.
padahal kalo KAinnya Di buat Kerudung Buat Akhwat2yg belum Menutupi Auratnya secara penuh Secara Gratis Buat nutupi Auratnya, PAhala gede Banget………………….”
andri berkata,
Nugroho berkata,
Al-Ikhwan berkata,
Assalamu’alaikum….
Saya tidak mau berpihak sama golongan apapun dalam forum ini, tapi ada sedikit hal yang ingin saya sampaikan. Semoga bermanfaat.
Telah sangat jelas diterangkan dalam Al-Quran akan adanya 73 golongan Islam. Dari 73 golongan ini hanya ada 1 golongan yang selamat diakhirat nanti. Golongan itu adalah umat yang mengikuti ajaran Rasulullah Muhammad SAW yang kemudian diteruskan oleh para sahabat, lalu kepada tabi’in, kemudian tabi’ut tabi’in, lalu diteruskan lagi kepada imam-imam atau para wali yang diturunkan Allah dalam masa 100 tahun sekali dimana para wali itu adalah orang2 yang Allah pilih untuk membantu Rasul dalam membimbing umat selepas peninggalan Beliau. Sangat tidak adil jika Allah membiarkan kita atau menelantarkan kita kedalam kesesatan serta ketidaktahuan.
Kalau dahulu Allah menurunkan para Nabi & Rasul untuk menyelamatkan umat pada zamannya masing2 dimana jumlahnya bukan cuma 25 orang tetapi lebih yang rentang jarak waktunya paling lama 500 tahun pada setiap nabi, hinggalah pada saatnya Nabi Muhammad SAW yang diutus sbg nabi terakhir.
Apakah pada zaman selepas Nabi Muhammad SAW Allah tega membiarkan umat dalam kesesatan selama hampir 1500 tahun?
Jawabannya Tidak!
Allah tetap menjaga keutuhan umat dengan diturunkannya para wali yang datang setiap 100 tahun sekali yang secara gaib dan diluar logika ruh para wali itu dapat bertemu Rasulullah SAW. Para wali inilah yang patut dijadikan guru mursyid sebagai tempat merujuk dan mempelajari Islam, orang yang mampu untuk memahami hati serta membimbing setiap anak muridnya pada kurun tersebut. Wali tersebut memiliki karomah yang tidak dimiliki para guru, ustadz, bahkan kiyai. namun para guru ataupun kiyai tadi jikalau merujuk pada wali yang ditunjuk mereka akan dapat merasakan karomah tsb. Sebagai contoh, wali songo yang ada di Indonesia. Mereka dapat terbang dan berjalan diatas air bukanlah isapan jempol atau dongeng belaka. Mereka memang orang2 yang ditunjuk Allah untuk mempimpin suatu golongan umat pada kurun itu. Mereka memiliki ruh yang bergantung kuat kepada Allah SWT, bahkan lebih kuat dari jasad yang mengukung badan mereka. Seperti burung didalam sangkar yang mampu terbang bebas walaupun dengan membawa sangkarnya! Itulah kekuatan Ruh yang hanya dimiliki oleh orang-orang super soleh seperti para wali.
Kemudian selain daripada itu, Rasulullah SAW belumlah wafat, yang wafat hanya jasadnya. Ruhnya yang agung itu masih terus hidup hingga saat ini, sedih melihat kejahatan dan kezaliman yang dibuat oleh umatnya, saking jahatnya zaman ini bisa disebut sebagai zaman super jahiliyah! manusia tahu akan adanya Tuhan tapi mereka tetap bermaksiat, mereka tahu hidup di bumi Tuhan tapi mereka berbuat jahat di atasnya. Itulah zaman super jahliliyah tempat kita hidup saat saat ini.
Tapi Allah tidak tidur, Dialah yang Maha Tahu atas apa yang akan berlaku di zaman ini. Dia telah menyiapkan sebuah agenda yang akan mencengangkan mata seluruh umat manusia. Dia-pun telah menyiapkan tapak tempat datangnya Imamul Mahdi, pemimpin yang yang paling ditunggu diakhir zaman ini, yaitu keturunan Rasulullah yang ke-33. Kekuatan SUPER ZALIM yang berlaku saat ini hanya bisa dihancurkan oleh kekuatan SUPER SOLEH! Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah, dalam sekejap Aceh pun bisa dihancurkanNya. Karena kekuatan akal tidak akan bisa dikalahkan oleh kekuatan hati/ruh.
Ohya, satu lagi. Islam tidak dapat dipahami hanya dengan LOGIKA ataupun AKAL, tetapi Islam hanya dapat dipahami dengan HATI, guru yang baik adalah para mursyid yang mampu mengajarkan dan memahamkan tentang Islam kepada anak muridnya dengan Transfer Ilmu Melalui Hati, bukan Akal yang banyak dilakukan selama ini. Karena akal manusia sangat terbatas. Akal manusia tak akan mampu menjangkau bagaimana hebatnya pasukan Islam pada perang Badar yang jumlahnya hanya 313 dapat menang melawan kaum kafir yang jumlahnya ribuan (ntah 1000 atau 10.000 atau 100.000). Karena secara akal jumlah tersebut sangat mustahil untuk menang.
Dari uraian di atas kesimpulan yang dapat diambil adalah, pelajarilah Islam yang kaffah melalui seorang guru yang mursyid, dimana hatinya selalu terpaut dengan Allah, dimana beliau sangat memahami tentang hal-hal yang sedang berlaku di zaman itu. Wajib bagi kita untuk mencarinya, karena disetiap kurun Allah datangkan wakilNya, dia bukanlah Nabi apalagi Rasul, tapi dia adalah orang yang ditunjuk sebagai pemimpin umat pada kurun tersebut. Allah itu Maha Adil, tinggal kita apakah mampu adil pada Ruh kita yang pada hakikatnya tunduk dan patuh pada Allah sebelum kita terlahir ke dunia ini? Dengan mengajaknya untuk mengenal Allah bukan hanya sebatas mengetahuinya saja. Kita masih baru tahu adanya Allah tapi belum mengenalnya. Kalau saja kita kenal siapa Allah niscaya kita akan sangat berhati-hati dalam berkata-kata dan bersikap, hakikatnya kita hanyalah hamba yang cuma singgah di dunia tak sampai 1 hari dalam hitungan akhirat yang abadi.
Penting untuk diingat :
Buku atau media apapun yang tidak diketahui asal-usul penulisnya jangan kita percaya begitu saja, karena buku atau media tersebut telah dikuasai kafir yang ingin menghancurkan Islam, pilih dan pilahlah, lebih-lebih temukan guru mursyid itu. InsyaAllah kita diselamatkan dan tergolong pada Islam yang selamat dari 72 golongan lain dimana neraka Wail telah menunggu!
Mohon maaf atas kesalahan, karena saya hanyalah orang yang masih jahat yang belum pandai mensyukuri nikmat-Nya.
Wassalam
atok berkata,
Mas, ikhwan ini nih mau tanya lagi itu wali songo emang ada bener ya? Tapi mas kemaren tuh di TV apa ya saya lupa katanya wali songo itu baru mau di selidiki. Kata ahli sejarah tidak ada peninggalan yang kuat pada wali songo atau katanya wali songo itu diragukan. Karena kata TV itu jaman empu seperti empu tantular dan empu gandring danlain lain justru ada peninggalannya. Saya jadi bingung nih banyak orang pinter jadi bingung nih kumaha ya?
jamali berkata,
BIN BASS berkata,
ajaib berkata,
abu hasan berkata,
Wibi berkata,
Jadi yang lebih bahaya adalah yang mengaku islam tapi syahadad dan qur’annya berbeda dengan islam aswj. bahkan kaum ini merasa yang paling berani melawan amerika dan israel….tapi buktinya waktu gaza digebug sama israel…mereka tenang tenang saja dan orang orang yahudi dalam jumlah yang sangat banyak hidup tentram dan damai bersama mereka….. Bukankah kaum ini jauh lebih berbahaya dari pada wahabi??? bahkan kaum ini mengkafirkan khulafaa’ur rosidien….kecuali ali….
jamz berkata,
ical berkata,
SouL mAtE berkata,
Emang gua pikirin…..
kata Raja saudi as salafy….
Yang penting gua kaya n perut kenyang….ga peduli muslim2 gaza dibantai….
EGP deh….!!!
Sori ye bagi pecinta2nya si raja saudi….
dodol berkata,
kasian deh NU punya wali kayak gini
Abu hilal berkata,
mohamad ahpod berkata,
ical berkata,
jo berkata,
hari van bedjo berkata,
Sholawat dan Salam Buat Nabi Dan Rosul Muhammad SAW keluarga dan Muslimin semuanya baek laki dan perempuan.
Sebenarnya ane ilmu agamanya masih cetek……baru sok tahulah tetapi ane sungguh sangat bersedih…..bila aliran ane tidak sesuai dengan yang lain ane katakan aliran tsb. sesat. begitu sebaliknya. Yang menjadi pertanyaan saya sebenarnya siapa yang sesat…..kalau melihat structural agama islam…untuk level satu….sebagai dasar agama adalah tauhid. jadi buat rekan2 semuanya marilah kita jaga tauhid tsb. masalah amaliyah ya monggo disesuaikan dengan kemampuan dan kesempatan yang dimilikinya.
yang kedua masalah hujjah….adalah Al Quran dan Hadist sebagai dokumen level Pertaman tanpa harus di ganggu gugat. level selanjutnya Sahabat, dan seterusnya sampai ke kita semua. kita selalu meperdebatkan dokument level pertama yaitu Tauhid dan Al Quran dan Hadist. sungguh ane jadi hilang akal untuk urusan Tauhid diperdebatkan begitu serunya padahal….ya tidak perlu…..tinggal jalankan selesai….masalahnya sekarang ini banyak ulama yang mengeluarkan paham tauhid yang berbeda beda. sehingga terjadilah perpecahan di ummat islam sendiri. oleh karena itu saudaraku semuanya SEIMAN DAN SEAGAMA….MARILAH KITA JAGA KEMURNIAN TAUHID DENGAN SEGALA DAYA DA UPAYA KITA BUKAN DIPERDEBATKAN. tetapi marilah kita saling ingat mengingatkan( dasar di Al QuranJelas ) kepada saudara kita semuanya. Terkadang memang kita tidak pernah menyadari bahwa ilmu atau paham yang kita punyai atau pelajari, kita ikuti membawa kita kepada dan atau menaikan guru guru kita. menjadi Copy nabi nabi baru atau ulama’ rujukan ( maaf kalau kurang berkenan) sehingga kita tidak pernah berfikir clear pokoknya kagak sama ama ane SESAT. Sebagai Muslim yang baik sudah selayaknya….kita salaing menjaga kehormatan dan darah saudara kita dengan kemampuan yang kita miliki. bukanya saling hantan ( Aku berlindug kepada Alloh dari perbuatan itu ) mengatakan bahwa kamu salah, kamu keliru dsb. ……
Pertanyaan dari ane : benar atau salah agama kristen/Yahudi itu???
Tolong di jawab dan di beri alasanya.
Terima kasih
Wassalam.
mudah mudahan kita semua diberikan ilmu untuk berbuat baik dan selalu mengagungkan Agama Islam…. Amiin.
Indra Jaelani berkata,
Islam adalah kedamaian……
bagus berkata,
pertanyaan pasti yang harus di jawab pengikut wahaby.
benar atau tidak tulisan artikel di atas poin per poin?????
jika tidak tunjukan yang benar. dalil-dalil amalan yang dilakukan apa ?
jangan berdebat personality. ngak mutu.
tulisan di atas BENAR ATAU TIDAK !!!!!!!!!
jawab !!!!!
sudrun berkata,
Wahabi salafi yang kukenal itu kalau melihat dari cara mereka bermasyarakat, dan berdakwah, sering tidak konsisten, hari ini teriak-teriak nonton TV itu haram walaupun cuma berita, karena banyak tayangannya yang mudharat, tapi yang lebih mudharat dihalalkan, contohnya Internetan, padahal kalau kita mau lihat mudharatnya, Internet itu lebih banyak mudharatnya, sampai tontonan yang paling jorokpun di internet pasti ada, tapi karena internet diperlukan buat dakwah mereka, maka internet jadi halal, saya pernah melihat sendiri, wahabi yang mengharamkan TV ini, malah nonton sepakbola di TV. yang lain, mereka itu kuper alias kurang pergaulan, bagaimana tidak kalau mereka hanya mendengar taklim dari ustadnya sendiri, tidak punya pembanding sama sekali, kecuali wahabi yang agak cerdas, kadang curi-curi mendengar taklim dari ustad lain atau membaca buku non wahabi, ustad selain wahabi salafi itu ustad bodoh, tidak kompeten, ahli bid’ah dsb, jangan ustad non wahabi, Ustad Jafar Umar Thalib saja, pendiri salafi itu sendiri, karena mau kumpul lagi dengan ustad-ustad non wahabi, sudah di katagorikan ustad pengikut hawa nafsu, dan sesat, harus bertobat, saya tidak mengerti apakah para Khulafatur Rasidin itu dulu ngajari umatnya seperti itu, apakah kalau ada umat yang bertanya dan mendengar taklim dari Sayidina Abubakar, lantas beliau harus menegaskan ; kalau kamu belajar sama saya, maka kamu haram untuk taklim lagi kepada Umar atau Usman atau Ali. ada juga prinsip yang tidak tertulis; kuasai masjid, singkirkan bid’ah dan mubtadi’, yang akhirnya jadi ribut, tapi mereka merasa itulah nasihat, asal non wahabi salafi, julukannya banyak, ada ahlul bid’ah, ada penyembah kubur, ulama sesat, ahlul ahwa, dsb. kalau ketemu orang yang jenggotnya dirapihkan, mereka akan komentar; kenapa jenggotnya dipotong, itukan neraka, kalau melihat isbal, kenapa isbal itu kan neraka, kalau ada orang berdo’a mengangkat habis sholat wajib, itu kan bid’ah. menurut saya menghadapi wahabi salafi itu ya sudah nafsi-nafsi saja, diskusi dan debat tidak akan ada manfa’at sama sekali, percuma . . .ma . . ma . . .ma, karena apa, karena hal yang paling mendasar saja TAUHID wahabi slafi dengan non salafi sudah tidak sama, cara memahami Al-Qur’an dan Hadits saja sudah tidak sama, lantas apanya yang amu didiskusikan ? wahabi memahami tauhid hanya tiga, Rububiyah, Uluhiyah dan Asma wasifat, non wahabi memahami Tauhid sifat 20. cara memahami Al-Qur’an dan Hadits, wahabi mengharamkan takwil, non wahabi salafi memahami ayat-ayat tertentu dan Hadits tertentu kadang menggunakan takwil, dan kalau melihat banyak hal, seperti Sholat, bacaan Al-Qur’an, semangat dakwah yang ghuluw, terlalu mudah membid’ahkan non wahabi, mengangggap semua orang Islam non wahabi yang pergi Ibadah haji telah musyrik karena dianggap menyembah kuburan Rasul, sangat memusuhi orang Islam yang tidak sepaham, dalam pandangan saya mereka ini seperti Neo Khawarij.
abu berkata,
Agama islam adalah kepunyaan Allahuta’ala yang diturunkan kepada rasul-Nya, jadi segala macam syariat islam seperti Ibadah, amalan, dll, harus mengacu kepada Al-Quran & As-Sunnah. Kalau ada yang membuat suatu amalan baru yang tidak ada contohnya berarti menganggap syariat islam belum lengkap dan sempurna dan ini bertentang dengan ayat qur’an, “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridloi Islam menjadi agama bagimu”. (QS. Al-Maidah: 3).
Sehingga kalau ada yang mau berhujjah harus menggunakan dalil (quran dan sunnah). Janganlah saling tuding / mencela tanpa ada dalil dan nasehatilah dengan cara yang baik, jangan di mimbar bebas seperti ini.
“ Hai orang – orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purbasangka (kecurigaan), karena sebagian purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”(QS. Al-Hujurot:12)
Ana mohon ampun kepada Allah dan mohon maaf kalau ada kesalahan.
salam.
abdabd berkata,
Berkata Imam Syafii bahwa bid’ah terbagi dua, yaitu bid’ah mahmudah (terpuji) dan bid’ah madzmumah (tercela), maka yg sejalan dg sunnah maka ia terpuji, dan yg tidak selaras dengan sunnah adalah tercela, beliau berdalil dg ucapan Umar bin Khattab ra mengenai shalat tarawih : “inilah sebaik baik bid’ah”. (Tafsir Imam Qurtubiy juz 2 hal 86-87)
2. Al Imam Al Hafidh Muhammad bin Ahmad Al Qurtubiy rahimahullah
“Menanggapi ucapan ini (ucapan Imam Syafii), maka kukatakan (Imam Qurtubi berkata) bahwa makna hadits Nabi saw yg berbunyi : “seburuk buruk permasalahan adalah hal yg baru, dan semua Bid’ah adalah dhalalah” (wa syarrul umuuri muhdatsaatuha wa kullu bid’atin dhalaalah), yg dimaksud adalah hal hal yg tidak sejalan dg Alqur’an dan Sunnah Rasul saw, atau perbuatan Sahabat radhiyallahu ‘anhum, sungguh telah diperjelas mengenai hal ini oleh hadits lainnya : “Barangsiapa membuat buat hal baru yg baik dalam islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yg mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat buat hal baru yg buruk dalam islam, maka baginya dosanya dan dosa orang yg mengikutinya” (Shahih Muslim hadits no.1017) dan hadits ini merupakan inti penjelasan mengenai bid’ah yg baik dan bid’ah yg sesat”. (Tafsir Imam Qurtubiy juz 2 hal 87)
3. Al Muhaddits Al Hafidh Al Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf Annawawiy rahimahullah (Imam Nawawi)
“Penjelasan mengenai hadits : “Barangsiapa membuat buat hal baru yg baik dalam islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yg mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat buat hal baru yg dosanya”, hadits ini merupakan anjuran untuk membuat kebiasaan kebiasaan yg baik, dan ancaman untuk membuat kebiasaan yg buruk, dan pada hadits ini terdapat pengecualian dari sabda beliau saw : “semua yg baru adalah Bid’ah, dan semua yg Bid’ah adalah sesat”, sungguh yg dimaksudkan adalah hal baru yg buruk dan Bid’ah yg tercela”. (Syarh Annawawi ‘ala Shahih Muslim juz 7 hal 104-105)
Dan berkata pula Imam Nawawi bahwa Ulama membagi bid’ah menjadi 5, yaitu Bid’ah yg wajib, Bid’ah yg mandub, bid’ah yg mubah, bid’ah yg makruh dan bid’ah yg haram.
Bid’ah yg wajib contohnya adalah mencantumkan dalil dalil pada ucapan ucapan yg menentang kemungkaran, contoh bid’ah yg mandub (mendapat pahala bila dilakukan dan tak mendapat dosa bila ditinggalkan) adalah membuat buku buku ilmu syariah, membangun majelis taklim dan pesantren, dan Bid;ah yg Mubah adalah bermacam macam dari jenis makanan, dan Bid’ah makruh dan haram sudah jelas diketahui, demikianlah makna pengecualian dan kekhususan dari makna yg umum, sebagaimana ucapan Umar ra atas jamaah tarawih bahwa inilah sebaik2 bid’ah”. (Syarh Imam Nawawi ala shahih Muslim Juz 6 hal 154-155)
Al Hafidh AL Muhaddits Al Imam Jalaluddin Abdurrahman Assuyuthiy rahimahullah
Mengenai hadits “Bid’ah Dhalalah” ini bermakna “Aammun makhsush”, (sesuatu yg umum yg ada pengecualiannya), seperti firman Allah : “… yg Menghancurkan segala sesuatu” (QS Al Ahqaf 25) dan kenyataannya tidak segalanya hancur, (*atau pula ayat : “Sungguh telah kupastikan ketentuanku untuk memenuhi jahannam dengan jin dan manusia keseluruhannya” QS Assajdah-13), dan pada kenyataannya bukan semua manusia masuk neraka, tapi ayat itu bukan bermakna keseluruhan tapi bermakna seluruh musyrikin dan orang dhalim.pen) atau hadits : “aku dan hari kiamat bagaikan kedua jari ini” (dan kenyataannya kiamat masih ribuan tahun setelah wafatnya Rasul saw) (Syarh Assuyuthiy Juz 3 hal 189).
Maka bila muncul pemahaman di akhir zaman yg bertentangan dengan pemahaman para Muhaddits maka mestilah kita berhati hati darimanakah ilmu mereka?, berdasarkan apa pemahaman mereka?, atau seorang yg disebut imam padahal ia tak mencapai derajat hafidh atau muhaddits?, atau hanya ucapan orang yg tak punya sanad, hanya menukil menukil hadits dan mentakwilkan semaunya tanpa memperdulikan fatwa fatwa para Imam?
“numpang mambain komentar”
ony berkata,
yandy berkata,
ibnu hajar al batawie berkata,
Ahmad berkata,
Jakarta, NU Online
Genderang perang mulai ditabuh Nahdlatul Ulama (NU) untuk menghadapi gerakan dari kelompok Islam garis keras yang muncul akhir-akhir ini. Organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia ini siap melayani ‘tantangan’ kelompok Islam radikal yang sudah sangat meresahkan warga nahdliyin (sebutan untuk warga NU) itu.
Pada Sabtu (25/2) lalu, Pimpinan Pusat (PP) Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) mengeluarkan maklumat yang berisi tentang peneguhan kembali terhadap ajaran dan amaliyah Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) yang selama ini dijalankan oleh warga nahdliyin. Sebanyak 8 ketua Pengurus Wilayah LDNU se-Indonesia menandatangani maklumat yang merupakan respon atas tuduhan sesat terhadap ajaran dan amaliyah NU itu.
“…kami menyadari dengan sepenuh hati, bahwa dewasa ini telah tumbuh dan berkembang gejala pemikiran dan gerakan ke-Islam-an (al-harakah al-islamiyyah) melalui praktek-praktek keagamaan yang dapat melunturkan nilai-nilai Ahlussunnah Wal Jamaah ala NU, maka dengan ini kami menyatakan: …Senantiasa menjalankan amaliah ibadah Ahlussunnah wal Jama’ah ala NU, melestarikan praktek-praktek dan tradisi keagamaan salafush shalih; sepert salat-salat sunnat, salat tarawih 20 rakaat; wirid, salawat, qunut, talqin, ziarah qubur, tahlil, manaqib, ratib, maulid Nabi, haul, dan istighotsah; serta toleran terhadap tradisi budaya yang sesuai dengan nilai-nilai Islam sebagai bagian dari dakwah Ahlussunnah wal Jama’ah ala NU,” demikian salah satu poin dalam maklumat tersebut.
Ketua Umum PP LDNU KH Nuril Huda kepada NU Online menyatakan, gerakan kelompok garis keras itu sudah melewati batas toleransi. Karena mereka tidak lagi sebatas mengambilalih masjid-masjid milik warga nahdliyin, melainkan sudah berani menghasut dan menuduh NU adalah sesat.
“Masjid-masjid NU mulai diambilalih. Muncul banyak buku-buku yang menghujat ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah ala NU. Salat tarawih 20 rakaat; wirid, salawat, qunut, talqin, ziarah qubur, tahlil, maulid Nabi, istighotsah dan lain-lain dianggap ajaran sesat. Ini sudah tidak bisa ditoleransi lagi,” terang Kiai Nuril di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Selasa (27/2).
Apalagi, lanjut Kiai Nuril, gerakan mereka sudah sangat luas dan hampir merata di seluruh daerah, tidak hanya daerah yang berbasis nahdliyin. Jika NU tak segera mengambil sikap tegas, maka bukan mustahil tradisi keagamaan yang dijalankan warga nahdliyin selama ini akan hilang.
Tak hanya itu. Hal yang paling dikhawatirkan NU, menurut Kiai Nuril, adalah keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 pun ikut terancam. Pasalnya, kuat disinyalir, kelompok Islam garis keras tersebut berkeinginan menjadi Indonesia sebagai negara Islam.
Karenanya, selain peneguhan kembali terhadap ajaran dan amaliyah Aswaja ala NU, dalam maklumat tersebut juga ditegaskan bahwa NU tetap pada komitmennya untuk setia menjaga keutuhan NKRI. NU tak ingin ada pihak-pihak tertentu yang mencoba mengusik keberadaan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Ditambahkan Kiai Nuril, sebagai tindak lanjut atas maklumat tersebut, setiap PW LDNU se-Indonesia akan menguatkan barisan dalam rangka menghadapi gerakan kelompok Islam garis keras tersebut. “Kita sudah tetapkan ada lima zona konsolidasi NU. Antara lain, zona Sumatera, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat dan Kalimantan. Masing-masing zona ini akan menghimpun dan mengkonsolidasikan seluruh PW LDNU di provinsi yang berada di wilayahnya,” jelasnya.
Keberadaan zona-zona tersebut, kata Kiai Nuril, diharapkan dapat menata dengan rapih gerakan dakwah NU di daerah-daerah. Dengan demikian, masjid-masjid NU serta ajaran dan amaliyah NU dapat terjaga. “Walaupun berbeda prinsip, tapi kita ingin sama-sama saling menghormati dan menghargai keyakinan masing-masing. Tidak ada lagi tuduhan bahwa NU adalah sesat dan sebagainya,” pungkasnya
abugosok berkata,
ujang berkata,
bams berkata,
ain berkata,
Hadits-hadits yang memberitakan akan datangnya Faham Wahabi.
Sungguh Nabi s a w telah memberitakan tentang golongan Khawarij ini dalam beberapa hadits beliau, maka hadits-hadits seperti itu adalah merupakan tanda kenabian beliau s a w, karena termasuk memberitakan sesuatu yang masih ghaib (belum terjadi). Seluruh hadits-hadits ini adalah shahih, sebagaimana terdapat dalam kitab shahih BUKHARI & MUSLIM dan sebagian yang lain terdapat dalam selain kedua kitab tsb. Hadits-hadits itu antara lain:
1. Fitnah itu datangnya dari sini, fitnah itu datangnya dari arah sini, sambil menunjuk ke arah timur (Najed-pen ).
2. Akan muncul segolongan manusia dari arah timur, mereka membaca Al Qur’an tetapi tidak bisa membersihkannya, mereka keluar dari agamanya seperti anak panah yang keluar dari busurnya dan mereka tidak akan kembali ke agama hingga anak panah itu bisa kembali ketempatnya (busurnya), tanda-tanda mereka bercukur kepala (plontos – pen).
3. Akan ada dalam ummatku perselisihan dan perpecahan kaum yang indah perkataannya namun jelek perbuatannya. Mereka membaca Al Qur’an, tetapi keimanan mereka tidak sampai mengobatinya, mereka keluar dari agama seperti keluarnya anak panah dari busurnya, yang tidak akan kembali seperti tidak kembalinya anak panah ketempatnya. Mereka adalah sejelek-jelek makhluk, maka berbahagialah orang yang membunuh mereka atau dibunuh mereka. Mereka menyeru kepada kitab Allah, tetapi sedikitpun ajaran Allah tidak terdapat pada diri mereka. Orang yang membunuh mereka adalah lebih utama menurut Allah. Tanda-tanda mereka adalah bercukur kepala (plontos – pen).
4. Di Akhir zaman nanti akan keluar segolongan kaum yang pandai bicara tetapi bodoh tingkah lakunya, mereka berbicara dengan sabda Rasulullah dan membaca Al Qur’an namun tidak sampai melewati kerongkongan mereka, meraka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya, maka apabila kamu bertemu dengan mereka bunuhlah, karena membunuh mereka adalah mendapat pahala disisi Allah pada hari kiamat.
5. Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca Al Qur’an namun tidak sampai mengobati mereka, mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya, mereka tidak akan bisa kembali seperti anak panah yang tak akan kembali ketempatnya, tanda-tanda mereka ialah bercukur kepala (plontos – pen).
6. Kepala kafir itu seperti (orang yang datang dari) arah timur, sedang kemegahan dan kesombongan (nya) adalah (seperti kemegahan dan kesombongan orang-orang yang) ahli dalam (menunggang) kuda dan onta.
7. Dari arah sini inilah datangnya fitnah, sambil mengisyaratkan ke arah timur (Najed – pen).
8. Hati menjadi kasar, air bah akan muncul disebelah timur dan keimanan di lingkungan penduduk Hijaz (pada saat itu penduduk Hijaz terutama kaum muslimin Makkah dan Madinah adalah orang-orang yang paling gigih melawan Wahabi dari sebelah timur / Najed – pen).
9. (Nabi s a w berdo’a) Ya Allah, berikan kami berkah dalam negeri Syam dan Yaman, para sahabat berkata: Dan dari Najed, wahai Rasulullah, beliau berdo’a: Ya Allah, berikan kami berkah dalam negeri Syam dan Yaman, dan pada yang ketiga kalinya beliau s a w bersabda: Di sana (Najed) akan ada keguncangan fitnah serta disana pula akan muncul tanduk syaitan.
10. Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca Al Qur’an namun tidak sampai membersihkan mereka. Ketika putus dalam satu kurun, maka muncul lagi dalam kurun yang lain, hingga adalah mereka yang terakhir bersama-sama dengan dajjal.
Dalam hadits-hadits tsb dijelaskan, bahwa tanda-tanda mereka adalah bercukur kepala (plontos – pen). Dan ini adalah merupakan nash atau perkataan yang jelas ditujukan kepada kaum khawarijin yang datang dari arah timur, yakni para penganut Ibnu Abdil Wahab, karena dia telah memerintahkan setiap pengikutnya bercukur rambut kepalanya hingga mereka yang mengikut kepadanya tidaklah dibolehkan berpaling dari majelisnya sebelum melakukan perintah tsb (bercukur – plontos). Hal seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya dari aliran-aliran SESAT lainnya. Oleh sebab itu, hadits-hadits tsb jelas ditujukan kepada mereka, sebagaimana apa yang telah dikatakan oleh Sayyid Abdurrahman Al-Ahdal, seorang mufti di Zubaid. Beliau r a berkata: “Tidak usah seseorang menulis suatu buku untuk menolak Ibnu Abdil Wahhab, akan tetapi sudah cukup ditolak oleh hadits-hadits Rasulullah s a w itu sendiri yang telah menegaskan bahwa tanda-tanda mereka adalah bercukur (gundul), karena ahli bid’ah sebelumnya tidaklah pernah berbuat demikian selain mereka.”
Muhammad bin Abdul Wahhab (pendiri Wahabisme – pen) sungguh pernah juga memerintah kaum wanitanya untuk bercukur (gundul – pen). Pada suatu saat ada seorang wanita masuk agamanya dan memperbarui Islamnya sesuai dengan doktrin yang dia masukkan, lalu dia memerintahkan wanita itu bercukur kepala (gundul pacul – pen). Kemudian wanita itu menjawab: “anda memerintahkan kaum lelaki bercukur kepala, seandainya anda memerintahkan mereka bercukur jenggot mereka maka boleh anda memerintahkan kaum wanita mencukur rambut kepalanya, karena rambut kaum wanita adalah kedudukannya sama dengan jenggot kaum lelaki”.Maka dia kebingungan dan tidak bisa berkata apa-apa terhadap wanita itu. Lalu kenapa dia melakukan hal itu, tiada lain adalah untuk membenarkan sabda Nabi s a w atas dirinya dan para pengikutnya, yang dijelaskan bahwa tanda-tanda mereka adalah bercukur (gundul/plontos). Jadi apa yang dia lalukan itu semata-mata membuktikan kalau Nabi s a w itu benar dalam segala apa yang disabdakan.
Adapun mengenai sabda Nabi s a w yang mengisyaratkan bahwa akan ada dari arah timur (Najed – pen) keguncangan dan dua tanduk syaithon, maka sebagian ulama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan dua tanduk syaithon itu tiada lain adalah Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad Ibn Abdil Wahhab.Sebagian ahli sejarah menyebutkan peperangan BANI HANIFAH, mengatakan: Di akhir zaman nanti akan keluar di negeri Musailamah seorang lelaki yang menyerukan agama selain agama Islam.
Ada beberapa hadits yang didalamnya menyebutkan akan timbulnya fitnah, diantaranya adalah:
1. Darinya (negeri Musailamah dan Muhammad bin Abdul Wahhab) fitnah yang besar yang ada dalam ummatku, tidak satupun dari rumah orang Arab yang tertinggal kecuali dimasukinya, peperangan bagaikan dalam api hingga sampai keseluruh Arab, sedang memeranginya dengan lisan adalah lebih sangat (bermanfaat – pen) daripada menjatuhkan pedang.
2. Akan ada fitnah yang menulikan, membisukan dan membutakan, yakni membutakan penglihatan manusia didalamnya sehingga mereka tidak melihat jalan keluar, dan menulikan dari pendengaran perkara hak, barang siapa meminta dimuliakan kepadanya maka akan dimuliakan.
3. Akan lahir syaithon dari Najed, Jazirah Arab akan goncang lantaran fitnahnya.Al-Allamah Sayyid Alwi bin Ahmad bin Hasan bin Al-Quthub As-Sayyid Abdullah Al-Haddad Ba’Alawi didalam kitabnya :”Jalaa’uzh zhalaam fir rarrdil Ladzii adhallal ‘awaam” sebuah kitab yang agung didalam menolak faham wahabi, beliau r a menyebutkan didalam kitabnya sejumlah hadits, diantaranya ialah hadits yang diriwayatkan oleh Abbas bin Abdul Muthalib r a sbb :“Akan keluar di abad kedua belas nanti dilembah BANI HANIFAH seorang lelaki, tingkahnya seperti pemberontak, senantiasa menjilat (kepada penguasa Sa’ud – pen) dan menjatuhkan dalam kesusahan, pada zaman dia hidup banyak kacau balau, menghalalkan harta manusia, diambil untuk berdagang dan menghalalkan darah manusia, dibunuhnya manusia untuk kesombongan, dan ini adalah fitnah, didalamnya orang-orang yang hina dan rendah menjadi mulia (yaitu para petualang & penyamun digurun pasir – pen), hawa nafsu mereka saling berlomba tak ubahnya seperti berlombanya anjing dengan pemiliknya”. Kemudian didalam kitab tersebut Sayyid Alwi menyebutkan bahwa orang yang tertipu ini tiada lain ialah Muhammad bin Abdul Wahhab dari Tamim. Oleh sebab itu hadits tersebut mengandung suatu pengertian bahwa Ibnu Abdul Wahhab adalah orang yang datang dari ujung Tamim, dialah yang diterangkan hadits Nabi s a w yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Abu Sa’id Al-Khudri r a bahwa Nabi s a w bersabda :“Sesungguhnya diujung negeri ini ada kelompok kaum yang membaca Al Qur’an, namun tidak sampai melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya, mereka membunuh pemeluk Islam dan mengundang berhala-berhala (Amerika, Inggeris dan kaum Zionis baik untuk penggalian berhala purbakala atau untuk kepentingan yang lain – pen), seandainya aku menjumpai mereka tentulah aku akan membunuh mereka seperti dibunuhnya kaum ‘Ad.Dan ternyata kaum Khawarij ini telah membunuh kaum muslimin dan mengundang ahli berhala (Amerika, Zionis dan sekutunya – pen). Ketika Imam Ali bin Abi Thalib kw ditebas oleh kaum khawarij, ada seorang lelaki berkata: “Segala Puji bagi Allah yang telah melahirkan mereka dan menghindarkan kita dari mereka”. Kemudian Imam Ali berkata: “Jangan begitu, demi Tuhan yang diriku berada didalam Kekuasaan-Nya, sungguh diantara mereka ada seorang yang dalam tulang rusuknya para lelaki yang tidak dikandung oleh perempuan, dan yang terakhir diantara mereka adalah bersama dajjal”.
Ada hadits yang diriwayatkan oleh Abubakar didalamnya disebutkan BANI HANIFAH, kaum Musailamah Al-Kadzdzab, Beliau s a w berkata: “Sesungguhnya lembah pegunungan mereka senantiasa menjadi lembah fitnah hingga akhir masa dan senantiasa terdapat fitnah dari para pembohong mereka sampai hari kiamat”.Dalam riwayat lain disebutkan: “Celaka-lah Yamamah, celaka karena tidak ada pemisah baginya”
Di dalam kitab Misykatul Mashabih terdapat suatu hadits berbunyi sbb: “Di akhir zaman nanti akan ada suatu kaum yang akan membicarakan kamu tentang apa-apa yang belum pernah kamu mendengarnya, begitu juga (belum pernah) bapak-bapakmu (mendengarnya), maka berhati-hatilah jangan sampai menyesatkan dan memfitnahmu”.Allah SWT telah menurunkan ayat Al Qur’an berkaitan dengan BANI TAMIM sbb:“Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar kamar (mu) kebanyakan mereka tidak mengerti”. (QS. 49 Al-Hujurat: 4).
Juga Allah SWT menurunkan ayat yang khitabnya ditujukan kepada mereka sbb: “Jangan kamu semua mengangkat suaramu diatas suara Nabi”. (QS. 49 Al-Hujurat 2)Sayyid Alwi Al-Haddad mengatakan: “Sebenarnya ayat yang diturunkan dalam kasus BANI HANIFAH dan mencela BANI TAMIM dan WA”IL itu banyak sekali, akan tetapi cukuplah sebagai bukti buat anda bahwa kebanyakan orang-orang Khawarij itu dari mereka, demikian pula Muhammad bin Abdul Wahhab dan tokoh pemecah belah ummat, Abdul Aziz bin Muhammad bin Su’ud (pendiri kerajaan Saudi Arabia – pen) adalah dari mereka”.
Diriwayatkan bahwa Nabi s a w bersabda: “Pada permulaan kerasulanku aku senantiasa menampakkan diriku dihadapan kabilah-kabilah pada setiap musim dan tidak seorangpun yang menjawab dengan jawaban yang lebih buruk dan lebih jelek daripada penolakan BANI HANIFAH”. Sayyid Alwi Al-Haddad mengatakan: “Ketika aku sampai di Tha’if untuk ziarah ke Abdullah Ibnu Abbas r a, aku bertemu dengan Al-Allamah Syeikh Thahir Asy-Syafi’i, dia memberi tahukan kepadaku bahwa dia telah menulis kitab guna menolak faham wahabi ini dengan judul: “AL-INTISHARU LIL AULIYA’IL ABRAR”. Dia berkata kepadaku: “Mudah-mudahan lantaran kitab ini Allah memberi mafa’at terhadap orang-orang yang hatinya belum kemasukan bid’ah yang datang dari Najed (faham Wahabi), adapun orang yang hatinya sudah kemasukan maka tak dapat diharap lagi kebahagiannya, karena ada sebuah hadits riwayat Bukhari: ‘Mereka keluar dari agama dan tak akan kembali’. Sedang yang dinukil sebagian ulama yang isinya mengatakan bahwa dia (Muhammad bin Abdul Wahhab) adalah semata-mata meluruskan perbuatan orang-orang Najed, berupa anjuran terhadap orang-orang Baduy untuk menunaikan sholat jama’ah, meninggalkan perkara-perkara keji dan merampok ditengah jalan, serta menyeru kemurnian tauhid, itu semua adalah tidak benar”.
Memang nampaknya dari luar dia telah meluruskan perbuatan manusia, namun kalau ditengok kekejian-kekejiannya dan kemungkaran-kemungkaran yang dilakukannya berupa:
1. Mengkafirkan ummat muslimin sebelumnya selama 600 tahun lebih (yakni 600 tahun sebelum masa Ibnu Taimiyah dan sampai masa Wahabi, jadi sepanjang 12 abad lebih- pen).
2. Membakar kitab-kitab yang relatif amat banyak (termasuk Ihya’ karya Al-Ghazali)3. Membunuh para ulama, orang-orang tertentu & masyarakat umum.
4. Menghalalkan darah dan harta mereka (karena dianggap kafir – pen)
5. Melahirkan jisim bagi Dzat Allah SWT.
6. Mengurangi keagungan Nabi Muhammad s a w, para Nabi & Rasul a s serta para Wali r a
7. Membongkar makam mereka dan menjadikan sebagai tempat membuang kotoran (toilet).
8. Melarang orang membaca kitab “DALAA’ILUL KHAIRAT”, kitab Ratib dan dzikir-dzikir, kitab-kitab maulid Dziba’.
9. Melarang membaca Shalawat Nabi s a w diatas menara-menara setelah melakukan adzan, bahkan telah membunuh siapa yang telah melakukannya.
10. Menyuap orang-orang bodoh dengan doktrin pengakuan dirinya sebagai nabi dan memberi pengertian kepada mereka tentang kenabian dirinya dengan tutur kata yang manis.
11. Melarang orang-orang berdo’a setelah selesai menunaikan sholat.
12. Membagi zakat menurut kemauan hawa nafsunya sendiri.
13. Dia mempunyai i’tikad bahwa Islam itu sempit.
14. Semua makhluk adalah syirik.
15. Dalam setiap khutbah dia berkata bahwa bertawasul dengan para Nabi, Malaikat dan para Wali adalah kufur.
16. Dia mengkafirkan orang yang mengucapkan lafadz: “maulana atau sayyidina” terhadap seseorang tanpa memperhatikan firman Allah yang berbunyi: “Wasayyidan” dan sabda Nabi s a w kepada kaum Anshar: “Quumuu li sayyidikum”, kata sayyid didalam hadits ini adalah shahabat Sa’ad bin Mu’adz.
17. Dia juga melarang orang ziarah ke makam Nabi s a w dan menganggap Nabi s a w itu seperti orang mati lainnya.
18. Mengingkari ilmu Nahwu, lughat dan fiqih, bahkan melarang orang untuk mempelajarinya karena ilmu-ilmu tsb dianggap bid’ah.
Dari ucapan dan perbuatan-perbuatannya itu jelas bagi kita untuk menyakini bahwa dia telah keluar dari kaidah-kaidah Islamiyah, karena dia telah menghalalkan harta kaum muslimin yang sudah menjadi ijma’ para ulama salafushsholeh tentang keharamannya atas dasar apa yang telah diketahui dari agama, mengurangi keagungan para Nabi dan Rasul, para wali dan orang-orang sholeh, dimana menurut ijma’ ulama’ keempat mazhab Ahlissunnah wal jama’ah / mazhab Salafushsholeh (yang asli – pen) bahwa mengurangi keagungan seperti itu dengan sengaja adalah kufur, demikian kata sayyid Alwi Al-Haddad”.
Dia berusia 95 tahun ketika mati dengan mempunyai beberapa orang anak yaitu Abdullah, Hasan, Husain dan Ali mereka disebut dengan AULADUSY SYEIKH atau PUTRA-PUTRA MAHA GURU AGUNG (menurut terminologi yang mereka punyai ini adalah bentuk pengkultusan-individu, mengurangi kemuliaan para Nabi dan Rasul tapi memuliakan dirinya sendiri – dimana kejujurannya? – pen). Mereka ini mempunyai anak cucu yang banyak dan kesemuanya itu dinamakan AULADUSY SYEIKH sampai sekarang.
Catatan: Kalau melihat 18 point doktrin Wahabi diatas maka jelaslah bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab adalah seorang preman dan petualang akidah serta sama sekali tidak dapat digolongkan bermazhab Ahlissunnah Wal Jama’ah atau mazhab Salafush-Sholeh.
Ada lagi doktrin yang tidak disebutkan oleh penulis diatas yaitu:
1. Melarang penggunaan alat pengeras untuk adzan atau dakwa atau apapun.
2. Melarang penggunaan telpon.
3. Melarang mendengarkan radio dan TV
4. Melarang melagukan adzan.
5. Melarang melagukan / membaca qasidah
6. Melarang melagukan Al Qur’an seperti para qori’ dan qari’ah yakni yang seperti dilagukan oleh para fuqoha
7. Melarang pembacaan Burdah karya imam Busiri rahimahullah
8. Melarang mengaji “sifat 20″ sebagai yang tertulis dalam kitab Kifatayul Awam, Matan Jauharatut Tauhid, Sanusi dan kitab-kitab Tauhid Asy’ari / kitab-kitab Ahlussunnah Wal Jama’ah, karena tauhid kaum Wahabi berkisar Tauhid “Rububiyah & uluhiyah” saja.
9. Imam Masjidil Haram hanya seorang yang ditunjuk oleh institusi kaum Wahabi saja, sedang sebelum Wahabi datang imam masjidil Haram ada 4 yaitu terdiri dari ke 4 madzhab Ahlussunnah yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali. Inilah, apakah benar kaum Wahabi sebagai madzhab Ahlissunnah yang melarang madzhab Ahlussunnah?. Tepatnya, Wahabi adalah: “MADZHAB YANG MENGHARAMKAN MADZHAB”.
10. Melarang perayaan Maulid Nabi pada setiap bulan Rabiul Awal.
11. Melarang perayaan Isra’ Mi’raj yang biasa dilaksanakan setiap malam 27 Rajab, jadi peraktis tidak ada hari-hari besar Islam, jadi agama apa ini kok kering banget?
12. Semua tarekat sufi dilarang tanpa kecuali.
13. Membaca dzikir “La Ilaaha Illallah” bersama-sama setelah shalat dilarang
14. Imam dilarang membaca Bismillah pada permulaan Fatihah dan melarang pembacaan Qunut pada shalat subuh.
Doktrin-doktrin Wahabi ini tidak lain berasal dari gurunya Muhammad bin Abdul Wahhab yakni seorang orientalis Inggris bernama Hempher yang bekerja sebagai mata-mata Inggris di Timur Tengah guna mengadu domba kaum muslimin. Imprealisme / Kolonialisme Inggris memang telah berhasil mendirikan sekte-sekte bahkan agama baru ditengah ummat Islam seperti Ahmadiyah dan Baha’i. Jadi Wahabiisme ini sebenarnya bagian dari program kerja kaum kolonial.
Mungkin pembaca menjadi tercenggang kalau melihat nama-nama putra-putra Muhammad bin Abdul Wahhab yaitu Abdullah, Hasan, Husain dan Ali dimana adalah nama-nama yang tekait dekat dengan nama tokoh-tokoh ahlilbait, hal ini tidak lain putra-putranya itu lahir sewaktu dia belum menjadi rusak karena fahamnya itu dan boleh jadi nama-nama itu diberikan oleh ayah dari Muhammad bin Abdul Wahhab yang adalah seorang sunni yang baik dan sangat menentang putranya setelah putranya rusak fahamnya dan demikian pula saudara kandungnya yang bernama Sulaiman bin Abdul Wahhab sangat menentangnya dan menulis buku tentangan kepadanya yang berjudul :”ASH-SHAWA’IQUL ILAHIYAH FIRRADDI ALA WAHABIYAH”. Nama-nama itu diberikan oleh ayahnya tidak lain untuk bertabaruk kepada para tokoh suci dari para ahlilbait Nabi s a w. Kemudian nama-nama itu tidak muncul lagi dalam nama-nama orang yang sekarang disebut-sebut atau digelari Auladusy Syaikh tsb.
Diantara kekejaman dan kejahilan kaum Wahabi adalah meruntuhkan kubah-kubah diatas makam sahabat-sahabat Nabi s a w yang berada di Mu’ala (Makkah), di Baqi’ & Uhud (Madinah) semuanya diruntuhkan dan diratakan dengan tanah dengan mengunakan dinamit penghancur. Demikian juga kubah diatas tanah dimana Nabi s aw dilahirkan, yaitu di Suq al Leil di ratakan dengan tanah dengan menggunakan dinamit dan dijadikan tempat parkir onta. Saat ini karena gencarnya desakan kaum muslimin international maka kabarnya dibangun perpustakaan. Benar-benar kaum Wahabi itu golongan paling jahil diatas muka bumi ini. Tidak pernah menghargai peninggalan sejarah dan menghormati nilai-nilai luhur Islam Semula Alkubbatul Khadra atau kubah hijau dimana Nabi Muhammad s a w dimakamkan juga akan didinamit dan diratakan dengan tanah tapi karena ancaman international maka orang-orang biadab itu menjadi takut dan mengurungkan niatnya.
Semula seluruh yang menjadi manasik haji itu akan dimodifikasi termasuk maqom Ibrahim akan digeser tapi karena banyak yang menentang termasuk Sayyid Almutawalli Syakrawi dari Mesir maka diurungkannya.
Setelah saya memposting tentang Wahabi ini seorang ikhwan mengirim email ke saya melalui Japri dan mengatakan kepada saya bahwa pengkatagorian Wahabi sebagai kelompok Khawarij itu kurang lengkap, karena Wahabi tidak anti Bani Umaiyah bahkan terhadap Yazid bin Muawiyah pun membelanya. Dia memberi difinisi kepada saya bahwa Wahabi adalah gabungan sekte-sekte yang telah menyesatkan ummat Islam, terdiri dari gabungan Khawarij, Bani Umaiyah, Murji’ah, Mujassimah, Musyabbihah dan Hasyawiyah. Teman itu melanjutkan jika anda bertanya kepada kaum Wahabi mana yang lebih kamu cintai kekhalifahan Bani Umaiyah atau Abbasiyah, mereka pasti akan mengatakan lebih mencintai Bani Umaiyah dengan berbagai macam alasan yang dibuat-buat yang pada intinya meskipun Bani Abbas tidak suka juga pada kaum alawi tapi masih ada ikatan yang lebih dekat dibanding Bani Umaiyah, dan Bani Umaiyah lebih dahsyat kebenciannya kepada kaum alawi, itulah alasannya.
Wahai saudaraku yang budiman, waspadalah terhadap gerakan Wahabiyah ini mereka akan melenyapkan semua mazhab baik Sunni (Ahlussunnah Wal Jama’ah) maupun Syi’ah, mereka akan senantiasa mengadu domba kedua mazhab besar. Sekali lagi waspadalah dan waspadalah gerakan ini benar-benar berbahaya dan jika kalian lengah, kalian akan terjengkang dan terkejut kelak. Gerakan ini dimotori oleh juru dakwa – juru dakwa yang radikal dan ekstrim, yang menebarkan kebencian dan permusuhan dimana-mana yang didukung oleh keuangan yang cukup besar (petro-dollar).
Kesukaan mereka menuduh golongan Islam yang tak sejalan dengan mereka dengan tuduhan kafir, syirik dan ahlil bid’ah, itulah ucapan yang didengung-dengungkan disetiap mimbar dan setiap kesempatan, mereka tak pernah mengakui jasa para ulama Islam manapun kecuali kelompok mereka sendiri.
Di negeri kita ini mereka menaruh dendam dan kebencian mendalam kepada para Wali Songo yang menyebarkan dan meng Islam kan penduduk negeri ini. Diantaranya timbulnya fitnah perang padri yang penuh kekejian dan kebiadaban persis seperti ketika Ibnu Sa’ud dan Ibnu Abdul Wahab beserta kaumnya menyerang haramain.
Mereka mengatakan ajaran para wali itu masih tercampur kemusyrikan Hindu dan Budha, padahal para Wali itu jasanya telah meng Islam kan 90 % penduduk negeri ini. Mampukah wahabi-wahabi itu meng Islam kan yang 10 % sisanya? Mempertahankan yang 90 % dari terkapan orang kafir saja tak bakal mampu, apalagi mau menambah 10 % sisanya. Jika bukan karena Rahmat Allah yang mentakdirkan para Wali Songo untuk berdakwa ke negeri kita ini tentu orang-orang yang asal bunyi dan menjadi corong bicara kaum wahabi itu masih berada dalam kepercayaan animisme, penyembah berhala atau masih kafir lainnya (Naudzu Billah min Dzalik).
Klaim Wahabi bahwa mereka penganut As-Salaf, As-Salafushsholeh dan Ahlussunnah wal Jama’ah serta sangat setia pada keteladanan sahabat dan tabi’in adalah omong kosong dan suatu bentuk penyerobotan HAK PATEN SUATU MAZHAB. Mereka bertanggung jawab terhadap hancurnya peninggalan-pininggalan Islam sejak masa Rasul suci Muhammad s a w, masa para sahabatnya r a dan masa-masa setelah itu. Meraka menghancurkan semua nilai-nilai peninggalan luhur Islam dan mendatangkan arkeolog-arkeolog (ahli-ahli purbakala) dari seluruh dunia dengan biaya ratusan juta dollar untuk menggali peninggalan-peninggalan pra Islam baik yang dari kaum jahiliyah maupun sebelumnya dengan dalih obyek wisata dsb. Mereka dengan bangga setelah itu menunjukkan bahwa zaman pra Islam telah menunjukkan kemajuan yang luar biasa, maka jelaslah penghancuran nilai-nilai luhur peninggalan Islam tidak dapat diragukan lagi merupakan pelenyapan bukti sejarah hingga timbul suatu keraguan dikemudian hari.Oleh karena itu janganlah dipercaya kalau mereka mengaku-ngaku sebagai faham yang hanya berpegang pada Al Qur’an dan As-Sunnah serta keteladanan Salafushsholeh apalagi mengaku sebagai GOLONGAN YANG SELAMAT DSB, itu semua omong kosong dan kedok untuk menjual barang dagangan berupa akidah palsu yang disembunyikan. Sejarah hitam mereka dengan membantai ribuan kaum muslimin di Makkah dan Madinah serta daerah lain di wilayah Hijaz (yang sekarang di namakan Saudi, suatu nama bid’ah karena nama negeri Rasulullah s a w diganti dengan nama satu keluarga kerajaan yaitu As-Sa’ud). Yang terbantai itu terdiri dari para ulama-ulama yang sholeh dan alim, anak-anak yang masih balita bahkan dibantai dihadapan ibunya.
boey randt hermanto berkata,
Adi berkata,
toni berkata,
jawa berkata,
Hanya islam yang merasa dirinya beragama dan yang lain adalah kafir, agama lain tidak ada yang mengkafirkan agama lain.
islam… islam… islam… selalu merasa lebih tinggi dari TUHAN, seolah-olah manusia diciptakan hanya untuk menyembah islam.
Eko Ujianto berkata,
Oleh: Al-Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain
Pertanyaan:
Berkembangnya dakwah Salafiyah dikalangan masyarakat dengan pembinaan yang mengarah kepada perbaikan ummat di bawah tuntunan Rasulullah shollallahu ‘alahi wa alihi wa sallam adalah suatu hal yang sangat disyukuri. Akan tetapi di sisi lain, orang-orang menyimpan dalam benak mereka persepsi yang berbeda-beda tentang pengertian Salafiyah itu sendiri sehingga bisa menimbulkan kebingunan bagi orang-orang yang mengamatinya, maka untuk itu dibutuhkan penjelasan yang jelas tentang hakikat Salafiyah itu. Mohon keterangannya!
Jawab (Cukup mewakili untuk membantah tuduhan bahwa dakwah salaf, salaf adalah muhdats, red):
Salafiyah adalah salah satu penamaan lain dari Ahlussunnah Wal Jama’ah yang menunjukkan ciri dan kriteria mereka.
Salafiyah adalah pensifatan yang diambil dari kata سَلَفٌ (Salaf) yang berarti mengikuti jejak, manhaj dan jalan Salaf. Dikenal juga dengan nama سَلَفِيُّوْنَ (Salafiyyun). Yaitu bentuk jamak dari kata Salafy yang berarti orang yang mengikuti Salaf. Dan juga kadang kita dengar penyebutan para ‘ulama Salaf dengan nama As-Salaf Ash-Sholeh (pendahulu yang sholeh).
Dari keterangan di atas secara global sudah bisa dipahami apa yang dimaksud dengan Salafiyah. Tapi kami akan menjelaskan tentang makna Salaf menurut para ‘ulama dengan harapan bisa mengikis anggapan/penafsiran bahwa dakwah Salafiyah adalah suatu organisasi, kelompok, aliran baru dan sangkaan-sangkaan lain yang salah dan menodai kesucian dakwah yang dibawa oleh Rasulullah shollallahu ‘alahi wa alihi wa sallam ini.
Kata Salaf ini mempunyai dua definisi; dari sisi bahasa dan dari sisi istilah.
Definisi Salaf secara bahasa
Berkata Ibnu Manzhur dalam Lisanul ‘Arab: “Dan As-Salaf juga adalah orang-orang yang mendahului kamu dari ayah-ayahmu dan kerabatmu yang mereka itu di atas kamu dari sisi umur dan keutamaan karena itulah generasi pertama dikalangan tabi’in mereka dinamakan As-Salaf Ash-Sholeh“.
Berkata Al-Manawi dalam At-Ta’arif jilid 2 hal.412: “As-Salaf bermakna At-Taqoddum (yang terdahulu). Jamak dari salaf adalah أََسْلاَفٌ (aslaf)“.
Masih banyak rujukan lain tentang makna salaf dari sisi bahasa yang ini dapat dilihat dalam Mauqif Ibnu Taimiyyah minal ‘asya’irah jilid 1 hal.21.
Jadi arti Salaf secara bahasa adalah yang terdahulu, yang awal dan yang pertama. Mereka dinamakan Salaf karena mereka adalah generasi pertama dari ummat Islam.
Definisi Salaf secara Istilah
Istilah Salaf dikalangan para ‘ulama mempunyai dua makna; secara khusus dan secara umum.
Pertama: Makna Salaf secara khusus adalah generasi permulaan ummat Islam dari kalangan para shahabat, Tabi’in (murid-murid para Shahabat), Tabi’ut Tabi’in (murid-murid para Tabi’in) dalam tiga masa yang mendapatkan kemulian dan keutamaan dalam hadits mutawatir yang diriwayatkan oleh Imam Bukhary, Muslim dan lain-lainnya dimana Rasulullah shollallahu ‘alahi wa alihi wa sallam menyatakan:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
“Sebaik-baik manusia adalah generasiku kemudian generasi setelahnya kemudian generasi setelahnya”.
Makna khusus inilah yang diinginkan oleh banyak ‘ulama ketika menggunakan kalimat Salaf dan saya akan menyebutkan beberapa contoh dari perkataan para ‘ulama yang mendefinisikan Salaf dengan makna khusus ini atau yang menggunakan istilah Salaf dan mereka inginkan dengannya makna Salaf secara khusus.
Berkata Al-Bajury dalam Syarah Jauharut Tauhid hal.111: “Yang dimaksud dengan salaf adalah orang-orang yang terdahulu dari para Nabi dan para shahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka”.
Berkata Al-Qolasyany dalam Tahrirul Maqolah Syarah Ar-Risalah: “As-Salaf Ash-Sholeh yaitu generasi pertama yang mapan di atas ilmu, yang mengikuti petunjuk Nabi shollahu ‘alahi wa alihi wa sallam lagi menjaga sunnah-sunnah beilau. Allah memilih mereka untuk bershahabat dengan Nabi-Nya dan memilih mereka untuk menegakkan agama-Nya dan mereka itulah yang diridhoi oleh para Imam ummat (Islam) dan mereka berjihad di jalan Allah dengan sebenar-benar jihad dan mereka mencurahkan (seluruh kemampuan mereka) dalam menasehati ummat dan memberi manfaat kepada mereka dan mereka menyerahkan diri-diri mereka dalam menggapai keridhoan Allah”.
Dan berkata Al-Ghazaly memberikan pengertian terhadap kata As-Salaf dalam Iljamul ‘Awwam ‘An ‘ilmil Kalam hal.62: “Yang saya maksudkan dengan salaf adalah madzhabnya para shahabat dan Tabi’in“.
Lihat Limadza Ikhtartu Al-Manhaj As-Salafy hal.31 dan Bashoir Dzawisy Syaraf Bimarwiyati Manhaj As-Salaf hal.18-19.
Berkata Abul Hasan Al-Asy’ary dalam Kitab Al-Ibanah Min Ushul Ahlid Diyanah hal.21: “Dan (diantara yang) kami yakini sebagai agama adalah mencintai para ‘ulama salaf yang mereka itu telah dipilih oleh Allah ‘Azza Wa Jalla untuk bershahabat dengan Nabi-Nya dan kami memuji mereka sebagaimana Allah memuji mereka dan kami memberikan loyalitas kepada mereka seluruhnya”.
Berkata Ath-Thohawy dalam Al-‘Aqidah Ath-Thohawiyah: “Dan ulama salaf dari generasi yang terdahulu dan generasi yang setelah mereka dari kalangan Tabi’in (mereka adalah) Ahlul Khair (ahli kebaikan) dan Ahli Atsar (hadits) dan ahli fiqh dan telaah (peneliti), tidaklah mereka disebut melainkan dengan kebaikan dan siapa yang menyebut mereka dengan kejelekan maka dia berada di atas selain jalan (yang benar)”.
Dan Al-Lalika`i dalam Syarah Ushul I’tiqod Ahlis Sunnah Wal Jama‘ah jilid 2 hal.334 ketika beliau membantah orang yang mengatakan bahwa Al-Quro dialah yang berada dilangit, beliau berkata: “Maka dia telah menyelisihi Allah dan Rasul-Nya dan menolak mukjizat Nabi-Nya dan menyelisihi para salaf dari kalangan Shahabat dan tabi’in dan orang-orang setelahnya dari para ‘ulama ummat ini”.
Berkata Al-Baihaqy dalam Syu’abul Iman jilid 2 hal.251 tatkala beliau menyebutkan pembagian ilmu, beliau menyebutkan diantaranya: “Dan mengenal perkataan-perkataan para salaf dari kalangan shahabat, Tabi’in dan orang-orang setelah mereka”.
Dan berkata Asy-Syihristany dalam Al-Milal Wa An-Nihal jilid 1 hal.200: “Kemudian mengetahui letak-letak ijma‘ (kesepakatan) shahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in dari Salafus Sholeh sehingga ijtihadnya tidak menyelisihi ijma‘ (mereka)”.
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Bayan Talbis Al-Jahmiyah jilid 1 hal.22: “Maka tidak ada keraguan bahwasanya kitab-kitab yang terdapat di tangan-tangan manusia menjadi saksi bahwasanya seluruh salaf dari tiga generasi pertama mereka menyelesihinya”.
Dan berkata Al-Mubarakfury dalam Tuhfah Al-Ahwadzy jilid 9 hal.165: “…Dan ini adalah madzhab Salafus Sholeh dari kalangan shahabat dan Tabi’in dan selain mereka dari para ‘ulama -mudah-mudahan Allah meridhoi mereka seluruhnya-”.
Dan hal yang sama dinyatakan oleh Al-’Azhim Abady dalam ‘Aunul Ma’bud jilid 13 hal.7.
Kedua: Makna salaf secara umum adalah tiga generasi terbaik dan orang-orang setelah tiga generasi terbaik ini, sehingga mencakup setiap orang yang berjalan di atas jalan dan manhaj generasi terbaik ini.
Dan berkata Al-’Allamah Muhammad As-Safariny Al-Hambaly dalam Lawami’ Al-Anwar Al-Bahiyyah Wa Sawathi’ Al-Asrar Al-Atsariyyah jilid 1 hal.20: “Yang diinginkan dengan madzhab salaf yaitu apa-apa yang para shahabat yang mulia -mudah-mudahan Allah meridhoi mereka- berada di atasnya dan para Tabi’in yang mengikuti mereka dengan baik dan yang mengikuti mereka dan para Imam agama yang dipersaksikan keimaman mereka dan dikenal perannya yang sangat besar dalam agama dan manusia menerima perkataan-perkataan mereka…”.
Berkata Ibnu Abil ‘Izzi dalam Syarah Al ‘Aqidah Ath-Thohawiyah hal.196 tentang perkataan Ath-Thohawy bahwasanya Al-Qur`an diturunkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala “Yakni merupakan perkataan para shahabat dan yang mengikuti mereka dengan baik dan mereka itu adalah Salafus Sholeh“.
Dan berkata Asy-Syaikh Sholeh Al-Fauzan dalam Nazharat Wa Tu’uqqubat ‘Ala Ma Fi Kitab As-Salafiyah hal.21: “Dan kata Salafiyah digunakan terhadap jama’ah kaum mukminin yang mereka hidup di generasi pertama dari generasi-generasi Islam yang mereka itu komitmen di atas Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam dari kalangan shahabat Muhajirin dan Anshor dan yang mengikuti mereka dengan baik dan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam mensifati mereka dengan sabdanya: “Sebaik-baik manusia adalah zamanku kemudian zaman setelahnya kemudian zaman setelahnya….”.
Dan beliau juga berkata dalam Al-Ajwibah Al-Mufidah ‘An As`ilah Al-Manahij Al-Jadidah hal.103-104: “As-Salafiyah adalah orang-orang yang berjalan di atas Manhaj Salaf dari kalangan Shahabat dan tabi’in dan generasi terbaik, yang mereka mengikutinya dalam hal aqidah, manhaj, dan metode dakwah”.
Dan berkata Syaikh Nashir bin ‘Abdil Karim Al-‘Aql dalam Mujmal Ushul I’tiqod Ahlus Sunnah Wal Jama‘ah hal.5: “As-Salaf, mereka adalah generasi pertama ummat ini dari para shahabat, tabi’in dan imam-imam yang berada di atas petunjuk dalam tiga generasi terbaik pertama. Dan kalimat As-Salaf juga digunakan kepada setiap orang yang berada pada setelah tiga generasi pertama ini yang meniti dan berjalan di atas manhaj mereka”.
Asal Penamaan Salaf dan Penisbahan Diri kepada Manhaj Salaf
Asal penamaan Salaf dan penisbahan diri kepada manhaj Salaf adalah sabda Nabi shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam kepada putrinya Fathimah radihyallahu ‘anha:
فَإِنَّهُ نِعْمَ السَّلَفُ أَنَا لَكِ
“Karena sesungguhnya sebaik-baik salaf bagi kamu adalah saya”. Dikeluarkan oleh Bukhary no.5928 dan Muslim no.2450.
Maka jelaslah bahwa penamaaan salaf dan penisbahan diri kepada manhaj Salaf adalah perkara yang mempunyai landasan (pondasi) yang sangat kuat dan sesuatu yang telah lama dikenal tapi karena kebodohan dan jauhnya kita dari tuntunan syari’at yang dibawa oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam, maka muncullah anggapan bahwa manhaj salaf itu adalah suatu aliran, ajaran, atau pemahaman baru, dan anggapan-anggapan lainnya yang salah.
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu‘ Fatawa jilid 4 hal 149: “Tidak ada celaan bagi orang yang menampakkan madzhab salaf dan menisbahkan diri kepadanya dan merujuk kepadanya, bahkan wajib menerima hal tersebut menurut kesepakatan (para ulama). Karena sesungguhnya madzhab salaf itu adalah tak lain kecuali kebenaran”.
Berikut ini saya akan memberikan beberapa contoh untuk menunjukkan bahwa penggunaan nama salaf sudah lama dikenal.
Berkata Imam Az-Zuhry (wafat 125 H) tentang tulang belulang bangkai seperti bangkai gajah dan lainnya: “Saya telah mendapati sekelompok dari para ulama salaf mereka bersisir dengannya dan mengambil minyak darinya, mereka menganggap (hal tersebut) tidak apa-apa”. Lihat: Shohih Bukhary bersama Fathul Bary jilid 1 hal.342.
Tentunya yang diinginkan dengan ‘ulama salaf oleh Az-Zuhry adalah para shahabat karena Az-Zuhry adalah seorang Tabi’i (generasi setelah shahabat).
Dan Sa’ad bin Rasyid (wafat 213 H) berkata: “Adalah para salaf, lebih menyenangi tunggangan jantan karena lebih cepat larinya dan lebih berani”. Lihat: Shohih Bukhary dengan Fathul Bary jilid 6 hal.66 dan Al-Hafizh menafsirkan kata salaf: “Yaitu dari shahabat dan setelahnya”.
Berkata Imam Bukhary (wafat 256 H) dalam Shohihnya dengan Fathul Bary jilid 9 hal.552: “Bab bagaimana para ‘ulama salaf berhemat di rumah-rumah mereka dan di dalam perjalanan mereka dalam makanan, daging dan lainnya”.
Imam Ibnul Mubarak (wafat 181 H) berkata: “Tinggalkanlah hadits ‘Amr bin Tsabit karena ia mencerca para ‘ulama salaf“. Baca: Muqoddimah Shohih Muslim jilid 1 hal.16.
Tentunya yang diinginkan dengan kata salaf oleh Imam Bukhary dan Ibnul Mubarak tiada lain kecuali para shahabat dan tabi’in.
Dan juga kalau kita membaca buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan nasab, akan didapatkan para ‘ulama yang menyebutkan tentang nisbah Salafy (penisbahan diri kepada jalan para ‘ulama salaf), dan ini lebih memperjelas bahwa nisbah kepada manhaj salaf juga adalah sesuatu yang sudah lama dikenal dikalangan para ‘ulama.
Berkata As-Sam’any dalam Al-Ansab jilid 3 hal.273: “Salafy dengan difathah (huruf sin-nya) adalah nisbah kepada As-Salaf dan mengikuti madzhab mereka”.
Dan berkata As-Suyuthy dalam Lubbul Lubab jilid 2 hal.22: “Salafy dengan difathah (huruf sin dan lam-nya) adalah penyandaran diri kepada madzhab As-Salaf“.
Dan saya akan menyebutkan beberapa contoh para ‘ulama yang dinisbahkan kepada manhaj (jalan) para ‘ulama salaf untuk menunjukkan bahwa mereka berada diatas jalan yang lurus yang bersih dari noda penyimpangan:
1. Berkata Imam Adz-Dzahaby dalam Siyar A’lam An-Nubala` jilid 13 hal.183 setelah menyebutkan hikayat bahwa Ya’qub bin Sufyan Al-Fasawy rahimahullah menghina ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu: “Kisah ini terputus, Wallahu A’lam. Dan saya tidak mengetahui Ya’qub Al-Fasawy kecuali beliau itu adalah seorang Salafy, dan beliau telah mengarang sebuah kitab kecil tentang As-Sunnah“.
2. Dan dalam biografi ‘Utsman bin Jarzad beliau berkata: “Untuk menjadi seorang Muhaddits (ahli hadits) diperlukan lima perkara, kalau satu perkara tidak terpenuhi maka itu adalah suatu kekurangan. Dia memerlukan: Aqal yang baik, agama yang baik, dhobth (hafalan yang kuat), kecerdikan dalam bidang hadits serta dikenal darinya sifat amanah”.
Kemudian Adz-Dzahaby mengomentari perkataan tersebut, beliau berkata: “Amanah merupakan bagian dari agama dan hafalan bisa masuk kepada kecerdikan. Adapun yang dibutuhkan oleh seorang hafizh (penghafal hadits) adalah: Dia harus seorang yang bertaqwa, pintar, ahli nahwu dan bahasa, bersih hatinya, senantiasa bersemangat, seorang salafy, cukup bagi dia menulis dengan tangannya sendiri 200 jilid buku hadits dan memiliki 500 jilid buku yang dijadikan pegangan dan tidak putus semangat dalam menuntut ilmu sampai dia meninggal dengan niat yang ikhlas dan dengan sikap rendah diri. Kalau tidak memenuhi syarat-syarat ini maka janganlah kamu berharap”. Lihat dalam Siyar A’lam An-Nubala` jilid 13 hal.280.
3. Dan Adz-Dzahaby berkata tentang Imam Ad-Daraquthny: “Beliau adalah orang yang tidak akan pernah ikut serta mempelajari ilmu kalam (ilmu mantik) dan tidak pula ilmu jidal (ilmu debat) dan beliau tidak pernah mendalami ilmu tersebut, bahkan beliau adalah seorang salafy“. Baca Siyar A’lam An-Nubala`jilid 16 hal.457.
4. Dan dalam Tadzkirah Al-Huffazh jilid 4 hal.1431 dalam biografi Ibnu Ash-Sholah, berkata Imam Adz-Dzahaby: “Dan beliau adalah seorang Salafy yang baik aqidahnya”. Dan lihat: Thobaqot Al-Huffazh jilid 2 hal.503 dan Siyar A’lam An-Nubala` jilid 23 hal.142.
5. Dalam biografi Imam Abul ‘Abbas Ahmad bin ‘Isa bin ‘Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah Al-Maqdasy, Imam Adz-Dzahaby berkata: “Beliau adalah seorang yang terpercaya, tsabt (kuat hafalannya), pandai, seorang Salafy…”. Baca Siyar A’lam An-Nubala` jilid 23 hal.18.
6. Dan dalam Biografi Abul Muzhoffar Ibnu Hubairah, Imam Adz-Dzahaby berkata: “Dia adalah seorang yang mengetahui madzhab dan bahasa arab dan ilmu ‘arudh, seorang salafy, atsary“. Baca Siyar A’lam An-Nubala` jilid 20 hal.426.
7. Berkata Imam Adz-Dzahaby dalam biografi Imam Az-Zabidy: “Dia adalah seorang Hanafy, Salafy“. Baca Siyar A’lam An-Nubala`jilid 20 hal.316.
8. Dan dalam Biografi Musa bin Ibrahim Al-Ba’labakky, Imam Adz-Dzahaby berkata: “Dan demikian pula beliau seorang perendah hati, seorang Salafy“. Lihat: Mu’jamul Muhadditsin hal.283.
9. Dan dalam biografi Muhammad bin Muhammad Al-Bahrony, Imam Adz-Dzahaby Berkata: “Dia seorang yang beragama, orang yang sangat baik, seorang Salafy“. Lihat: Mu’jam Asy-Syuyukh jilid 2 hal.280 (dinukil dari Al-Ajwibah Al-Mufidah hal.18).
10. Berkata Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolany dalam Lisanul Mizan Jilid 5 hal.348 dalam biografi Muhammad bin Qasim bin Sufyan Abu Ishaq: “Dan Ia adalah Seorang yang bermadzhab Salafy“.
Penamaan-Penamaan Lain Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
Sebelum terjadi fitnah bid’ah perpecahan dan perselisihan dalam ummat ini, ummat Islam tidak dikenal kecuali dengan nama Islam dan kaum muslimin, kemudian setelah terjadinya perpecahan dan munculnya golongan-golongan sesat yang mana setiap golongan menyerukan dan mempropagandakan bid’ah dan kesesatannya dengan menampilkan bid’ah dan kesesatan mereka di atas nama Islam, maka tentunya hal tersebut akan melahirkan kebingungan ditengah-tengah ummat. Akan tetapi Allah Maha Bijaksana dan Maha Menjaga agama-Nya. Dialah Allah yang berfirman:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dikr, dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya”. (Q.S. Al Hijr ayat 9).
Dan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam bersabda:
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ ظَاهِرِيْنَ عَلَى الْحَقِّ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ كَذَلِكَ
“Terus menerus ada sekelompok dari ummatku yang mereka tetap nampak di atas kebenaran, tidak membahayakan mereka orang mencerca mereka sampai datang ketentuan Allah (hari kiamat) dan mereka dalam keadaan seperti itu”.
Maka para ‘ulama salaf waktu itu yang merupakan orang-orang yang berada di atas kebenaran dan yang paling memahami aqidah yang benar dan tuntunan syari’at Islam yang dibawa oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam yang murni yang belum ternodai oleh kotoran bid’ah dan kesesatan, mulailah mereka menampakkan penamaan-penamaan syari’at diambil dari Islam guna membedakan pengikut kebenaran dari golongan-golongan sesat tersebut.
Berkata Imam Muhammad bin Sirin rahimahullah:
لَمْ يَكُوْنُوْا يَسْأَلُوْنَ عَنِ الْإِسْنَادِ فَلَمَّا وَقَعَتِ الْفِتْنَةُ قَالُوْا سَمّوْا لَنَا رِجَالَكُمْ فَيُنْظَرُ إِلَى أَهْلِ السُّنَّةِ فَيُؤْخَذُ حَدِيْثُهُمْ وَيُنْظَرُ إِلَى أَهْلِ الْبِدَعِ فَلاَ يُؤْخَذُ حَدِيْثُهُمْ
“Tidaklah mereka (para ‘ulama) bertanya tentang isnad (silsilah rawi). Tatkala terjadi fitnah mereka pun berkata: “Sebutkanlah kepada kami rawi-rawi kalian maka dilihatlah kepada Ahlus Sunnah lalu diambil hadits mereka dan dilihat kepada Ahlil bid’ah dan tidak diambil hadits mereka””.
Maka Ahlus Sunnah Wal Jama’ah selain dikenal sebagai Salafiyah, mereka juga mempunyai penamaan lain yang menunjukkan ciri dan kriteria mereka.
Berikut ini kami akan mencoba menguraikan penamaan-penamaan tersebut dengan ringkas.
1. AL-FIRQOH AN-NAJIYAH
Al-Firqoh An-Najiyah artinya golongan yang selamat. Penamaan ini diambil dari apa yang dipahami dari hadits perpecahan ummat, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam menyatakan:
افْتَرَقَتِ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَإِنَّ أُمَّتِيْ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلاَثِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً وَهِيَ الْجَمَاعَةُ وَ فِيْ رِوَايَةٍ : مَا أَنَا عَلَيْهِ الْيِوْمَ وَأَصْحَابِيْ.
“Telah terpecah orang-orang Yahudi menjadi tujuh puluh satu firqoh (golongan) dan telah terpecah orang-orang Nashoro menjadi tujuh puluh dua firqoh dan sesungguhnya ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga firqoh semuanya dalam neraka kecuali satu dan ia adalah Al-Jama’ah dalam satu riwayat: “Apa yang aku dan para shahabatku berada di atasnya sekarang ini”. Hadits shohih, dishohihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Dzilalil Jannah dan Syaikh Muqbil dalam Ash-Shohih Al-Musnad Mimma Laisa Fi Ash-Shohihain rahimahumullah.
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Minhaj As-sunnah jilid 3 hal.345: “Maka apabila sifat Al-Firqoh An-Najiyah mengikuti para shahabat di masa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam dan itu adalah syi’ar (ciri, simbol) Ahlus Sunnah maka Al-Firqoh An-Najiyah mereka adalah Ahlus Sunnah”.
Dan beliau juga menyatakan dalam Majmu‘ Al Fatawa jilid 3 hal.345: “Karena itu beliau (Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam) menyifati Al-Firqoh An-Najiyah bahwa ia adalah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dan mereka adalah jumhur yang paling banyak dan As-Sawad Al-A’zhom (kelompok yang paling besar)”.
Berkata Syaikh Hafizh Al-Hakamy: “Telah dikabarkan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam -yang selalu benar dan dibenarkan- bahwa Al-Firqoh An-Najiyah mereka adalah siapa yang di atas seperti apa yang beliau dan para shahabatnya berada di atasnya, dan sifat ini hanyalah cocok bagi orang-orang yang membawa dan menjaga sifat itu, tunduk kepadanya lagi berpegang teguh dengannya. mereka yang saya maksud ini adalah para imam hadits dan para tokoh (pengikut) Sunnah”. Lihat Ma’arijul Qobul jilid 1 hal.19.
Maka nampaklah dari keterangan di atas asal penamaan Al-Firqoh An-Najiyah dari hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam.
Diringkas dari: Mauqif Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Min Ahli Ahwa`i Wal Bid’ah jillid 1 hal.54-59.
Dan Berkata Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wad’iy rahimahullah setelah meyebutkan dua hadits tentang perpecahan ummat: “Dua hadits ini dan hadits-hadits yang semakna dengannya menunjukkan bahwa tidak ada yang selamat kecuali satu golongan dari tujuh puluh tiga golongan, dan adapun golongan-golongan yang lain di Neraka, (sehingga) mengharuskan setiap muslim mencari Al-Firqoh An-Najiyah sehingga teratur menjalaninya dan mengambil agamanya darinya”. Lihat Riyadhul Jannah Fir Roddi ‘Ala A’da`is Sunnah hal.22.
2. ATH-THOIFAH AL MANSHUROH
Ath-Thoifah Al-Manshuroh artinya kelompok yang mendapatkan pertolongan. Penamaan ini berdasarkan hadits Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam:
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ ظَاهِرِيْنَ عَلَى الْحَقِّ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ كَذَلِكَ
“Terus menerus ada sekelompok dari ummatku yang mereka tetap nampak di atas kebenaran, tidak membahayakan mereka orang mencerca mereka sampai datang ketentuan Allah (hari kiamat) dan mereka dalam keadaan seperti itu”. Dikeluarkan oleh Muslim dari hadits Tsauban dan semakna dengannya diriwayatkan oleh Bukhary dan Muslim dari hadits Mughiroh bin Syu’bah dan Mu’awiyah dan diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir bin ‘Abdillah. Dan hadits ini merupakan hadits mutawatir sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Iqtidho` Ash-Shirath Al-Mustaqim 1/69, Imam As-Suyuthy dalam Al-Azhar Al-Mutanatsirah hal.216 dan dalam Tadrib Ar-Rawi, Al Kattany dalam Nazhom Al-Mutanatsirah hal.93 dan Az-Zabidy dalam Laqthul `Ala`i hal.68-71. Lihat : Bashoir Dzawisy Syaraf Bimarwiyati Manhaj As-Salaf.
Berkata Imam Bukhary tentang Ath-Thoifah Al-Manshuroh: “Mereka adalah para ‘ulama”.
Berkata Imam Ahmad: “Kalau mereka bukan Ahli Hadits saya tidak tahu siapa mereka”.
Al-Qodhi Iyadh mengomentari perkataan Imam Ahmad dengan berkata: “Yang diinginkan oleh (Imam Ahmad) adalah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dan siapa yang meyakini madzhab Ahlul Hadits“. Lihat: Mauqif Ahlus Sunnah Wal Jama’ah 1/59-62.
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Muqoddimah Al ‘Aqidah Al Washitiyah: “Amma ba’du; Ini adalah i’tiqod (keyakinan) Al Firqoh An-Najiyah, (Ath-Thoifah) Al-Manshuroh sampai bangkitnya hari kiamat, (mereka) Ahlus Sunnah”.
Dan di akhir Al ‘Aqidah Al Washitiyah ketika memberikan definisi tentang Ahlus Sunnah, beliau berkata: “Dan mereka adalah Ath-Thoifah Al-Manshuroh yang Nabi shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam bersabda tentang mereka: “Terus menerus sekelompok dari ummatku diatas kebenaran manshuroh (tertolong) tidak membahayakan mereka orang yang menyelisihi dan mencerca mereka sampai hari kiamat” mudah-mudahan Allah menjadikan kita bagian dari mereka dan tidak memalingkan hati-hati kita setelah mendapatkan petunjuk”.
Lihat: Bashoir Dzawisy Syaraf Bimarwiyati Manhaj As-Salaf hal. 97-110.
3. AHLUL HADITS
Ahlul Hadits dikenal juga dengan Ashhabul hadits atau Ashhabul Atsar. Ahlul hadits artinya orang yang mengikuti hadits Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam. Dan istilah Ahlul hadits ini juga merupakan salah satu nama dan kriteria Salafiyah atau Ahlus Sunnah Wal Jama’ah atau Ath-Thoifah Al-Manshurah.
Berkata Ibnul Jauzi: “Tidak ada keraguan bahwa Ahlun Naql Wal Atsar (Ahlul Hadits) yang mengikuti jejak-jejak Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam mereka di atas jalan yang belum terjadi bid’ah”.
Berkata Al-Khathib Al-Baghdady dalam Ar-Rihlah Fii Tholabil Hadits hal.223: “Dan sungguh (Allah) Rabbul ‘alamin telah menjadikan Ath-Thoifah Al-Manshurah sebagai penjaga agama dan telah dipalingkan dari mereka makar orang-orang yang keras kepala karena mereka berpegang teguh dengan syari’at (Islam) yang kokoh dan mereka mengikuti jejak para shahabat dan tabi’in“.
Dan telah sepakat perkataan para ‘ulama Ahlus Sunnah Wal Jama’ah bahwa yang dimaksud dengan Ath-Thoifah Al-Manshurah adalah para ‘ulama Salaf Ahlul Hadits. Hal ini ditafsirkan oleh banyak Imam seperti ‘Abdullah bin Mubarak, ‘Ali bin Madiny, Ahmad bin Hambal, Bukhary, Al-Hakim dan lain-lainnya,. Perkataan-perkataan para ‘ulama tersebut diuraikan dengan panjang lebar oleh Syaikh Robi’ bin Hady Al-Madkhaly dan juga Syaikh Al-Albany dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shohihah hadits no.270.
Lihat: Haqiqitul Bid’ah 1/269-272, Mauqif Ibnu Taymiyah 1/32-34, Ahlul Hadits Wa Ath- Thoifah Al-Manshurah An-Najiyah, Limadza Ikhtartu Al-Manhaj As-Salafy, Bashoir Dzawisy Syaraf Bimarwiyati Manhaj As-Salaf dan Al-Intishor Li Ashhabil Hadits karya Muhammad ‘Umar Ba Zamul.
4. Al-Ghuraba`
Al-Ghuraba` artinya orang-orang yang asing. Asal penyifatan ini adalah sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam dalam hadits Abu Hurairah riwayat Muslim No.145:
بَدَأَ الْإِسْلاَمُ غَرِيْبًا وَسَيَعُوْدُ غَرِيْبًا كَمَا بَدَأَ فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam mulai muncul dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana awal munculnya maka beruntunglah orang-orang asing itu”. Dan hadits ini adalah hadits yang mutawatir.
Berkata Imam Al-Ajurry dalam Sifatil Ghuraba` Minal Mu’minin hal.25: “Dan perkataan (Nabi) shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam “Dan akan kembali asing” maknanya Wallahu A’lam sesungguhnya hawa nafsu yang menyesatkan akan menjadi banyak sehingga banyak dari manusia tersesat karenanya dan akan tetap ada Ahlul Haq yang berjalan diatas syari’at islam dalam keadaan asing di mata manusia, tidakkah kalian mendengar perkataan Nabi shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam: “Akan terpecah ummatku menjadi 73 golongan semuanya masuk neraka kecuali satu, maka dikatakan siapa mereka yang tertolong itu? maka kata Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam: “Apa-apa yang saya dan para shahabatku berada di atasnya pada hari ini””.
Berkata Imam Ibnu Rajab dalam Kasyful Kurbah fi washfi hali Ahlil Ghurbah hal 22-27: “Adapun fitnah syubhat (kerancuan-kerancuan) dan pengikut hawa nafsu yang menyesatkan sehingga hal tersebut menyebabkan terpecahnya Ahlul Qiblah (kaum muslimin) dan menjadilah mereka berkelompok-kelompok, sebagian dari mereka mengkafirkan yang lainnya dan mereka menjadi saling bermusuhan, bergolong-golongan dan berpartai-partai setelah mereka dulunya sebagai saudara dan hati-hati mereka diatas hati satu orang (Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam) sehingga tidak akan selamat dari kelompok-kelompok tersebut kecuali satu golongan yang selamat. Mereka inilah yang disebut dalam sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam: “Terus menerus ada diantara ummatku satu kelompok yang menampakkan kebenaran, tidak mencelakakan mereka orang-orang yang menghinakan dan membenci mereka sampai datang ketetapan Allah subhanahu wa ta’ala (hari kiamat) dan mereka tetap dalam keadaan tersebut”. Mereka inilah al-Ghuraba` di akhir zaman yang tersebut dalam hadits-hadits ini…”.
Demikianlah penamaan-penamaan syari’at bagi pengikut Al-Qur`an dan Sunnah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam sesuai dengan pemahaman para ‘ulama salaf, yang apabila dipahami dengan baik akan menambah keyakinan akan wajibnya mengikuti jalan para ‘ulama salaf dan kebenaran jalan mereka serta keberuntungan orang-orang yang mengikuti jalan mereka.
Cukuplah sebagai satu keistimewaan yang para salafiyun berbangga dengannya bahwa penamaan-penamaan ini semuanya dari Islam dan menggambarkan Islam hakiki yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam dan tentunya hal ini sangat membedakan salafiyun dari ahlu bid’ah yang bernama atau dinamakan dengan penamaan-penamaan yang hanya sekedar menampakkan bid’ah, pimpinan atau kelompok mereka seperti Tablighy nisbah kepada Jama’ah Tabligh yang didirikan oleh Muhammad Ilyas, Ikhwany nisbah kepada gerakan Ikhwanul Muslimin yang dipelopori oleh Hasan Al-Banna, Surury nisbah kepada kelompok atau pemikiran Muhammad Surur Zainal ‘Abidin, Jahmy nisbah kepada Jahm bin Sofwan pembawa bendera bid’ah keyakinan bahwa Al-Qur`an adalah makhluk. Mu’tazily nisbah kepada kelompok pimpinan ‘Atho` bin Washil yang menyendiri dari halaqah Hasan Al-Bashry. Asy’ary nisbah kepada pemikiran Abu Hasan Al-Asy’ary yang kemudian beliau bertobat dari pemikiran sesatnya. Syi’iy nisbah kepada kelompok Syi’ah yang mengaku mencintai keluarga Nabi shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam, dan masih ada ratusan penamaan lain, sangat meletihkan untuk menyebutkan dan menguraikan seluruh penamaan tersebut, maka nampaklah dengan jelas bahwa penamaan Salafiyun-Ahlus Sunnah Wal Jama’ah-Ath-Thoifah Al-Manshurah-Al-Firqoh An-Najiyah-Ahlul Hadits adalah sangat berbeda dengan penamaan-penamaan yang dipakai oleh golongan-golongan yang menyimpang dari beberapa sisi:
Satu: Penamaan-penamaan syari’at ini adalah nisbah kepada generasi awal ummat Islam yang berada di atas tuntunan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam, maka penamaan ini akan mencakup seluruh ummat pada setiap zaman yang berjalan sesuai dengan jalan generasi awal tersebut baik dalam mengambil ilmu atau dalam pemahaman atau dalam berdakwah dan lain-lainnya.
Dua: Kandungan dari penamaan-penamaan syari’at ini hanyalah menunjukkan tuntunan Islam yang murni yaitu Al-Qur`an dan sunnah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam tanpa ada penambahan atau pengurangan sedikit pun.
Tiga: Penamaan-penamaan ini mempunyai asal dalil dari sunnah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam.
Empat: Penamaan-penamaan ini hanyalah muncul untuk membedakan antara pengikut kebenaran dari jalan para pengekor hawa nafsu dan golongan-golongan sesat, dan sebagai bantahan terhadap bid’ah dan kesesatan mereka.
Lima: Ikatan wala’ (loyalitas) dan baro’ (kebencian, permusuhan) bagi orang-orang yang bernama dengan penamaan ini, hanyalah ikatan wala’ dan baro’ di atas Islam (Al-Qur`an dan Sunnah) bukan ikatan wala’ dan baro’ karena seorang tokoh, pemimpin, kelompok, organisasi dan lain-lainnya.
Enam: Tidak ada fanatisme bagi orang-orang yang memakai penamaan-penamaan ini kecuali kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam karena pemimpin dan panutan mereka hanyalah satu yaitu Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam, berbeda dengan orang-orang yang menisbahkan dirinya ke penamaan-penamaan bid’ah fanatismenya untuk golongan, kelompok/pemimpin.
Tujuh: Penamaan-penamaan ini sama sekali tidak akan menjerumuskan ke dalam suatu bid’ah, maksiat maupun fanatisme kepada seseorang atau kelompok dan lain-lainnya.
Lihat: Hukmul intima` hal 31-37 dan Mauqif Ahlus Sunnah wal Jama’ah 1/46-47.
Wallahu Ta’ala A’lam.
(Dikutip dari tulisan Al-Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain, judul asli Hakikat Dakwah Salafiyah. URL Sumber http://www.an-nashihah.com/isi_berita.php?id=39)
IHKWAN berkata,
Alung berkata,
Eko Ujianto berkata,
Penulis: Al Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi Al Atsari
Orang-orang yang hidup pada zaman Nabi adalah generasi terbaik dari umat ini. Mereka telah mendapat pujian langsung dari Allah dan Rasul-Nya sebagai sebaik-baik manusia. Mereka adalah orang-orang yang paling paham agama dan paling baik amalannya sehingga kepada merekalah kita harus merujuk.
Manhaj Salaf, bila ditinjau dari sisi kalimat merupakan gabungan dari dua kata; manhaj (مَنْهَجٌ) dan salaf (السَّلَفُ). Manhaj (مَنْهَجٌ) dalam bahasa Arab sama dengan minhaj (مِنْهَاجٌ), yang bermakna: Sebuah jalan yang terang lagi mudah. (Tafsir Ibnu Katsir 2/63, Al Mu’jamul Wasith 2/957).
Sedangkan salaf (السَّلَفُ), menurut etimologi bahasa Arab bermakna: Siapa saja yang telah mendahuluimu dari nenek moyang dan karib kerabat, yang mereka itu di atasmu dalam hal usia dan keutamaan. (Lisanul Arab, karya Ibnu Mandhur 7/234). Dan dalam terminologi syariat bermakna: Para imam terdahulu yang hidup pada tiga abad pertama Islam, dari para shahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, tabi’in (murid-murid shahabat) dan tabi’ut tabi’in (murid-murid tabi’in). (Lihat Manhajul Imam As Syafi’i fii Itsbatil ‘Aqidah, karya Asy Syaikh Dr. Muhammad bin Abdul Wahhab Al ‘Aqil, 1/55).
Berdasarkan definisi di atas, maka manhaj salaf (مَنْهَجُ السَّلَفِ) adalah: Suatu istilah untuk sebuah jalan yang terang lagi mudah, yang telah ditempuh oleh para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, tabi’in dan tabi’ut tabi’in di dalam memahami dienul Islam yang dibawa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Seorang yang mengikuti manhaj salaf ini disebut dengan Salafi atau As Salafi, jamaknya Salafiyyun atau As Salafiyyun. Al Imam Adz Dzahabi berkata: “As Salafi adalah sebutan bagi siapa saja yang berada di atas manhaj salaf.” (Siyar A’lamin Nubala 6/21).
Orang-orang yang mengikuti manhaj salaf (Salafiyyun) biasa disebut dengan Ahlus Sunnah wal Jamaah dikarenakan berpegang teguh dengan Al Quran dan As Sunnah dan bersatu di atasnya. Disebut pula dengan Ahlul Hadits wal Atsar dikarenakan berpegang teguh dengan hadits dan atsar di saat orang-orang banyak mengedepankan akal. Disebut juga Al Firqatun Najiyyah, yaitu golongan yang Allah selamatkan dari neraka (sebagaimana yang akan disebutkan dalam hadits Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash), disebut juga Ath Thaifah Al Manshurah, kelompok yang senantiasa ditolong dan dimenangkan oleh Allah (sebagaimana yang akan disebutkan dalam hadits Tsauban). (Untuk lebih rincinya lihat kitab Ahlul Hadits Humuth Thaifatul Manshurah An Najiyyah, karya Asy Syaikh Dr. Rabi’ bin Hadi Al Madkhali).
Manhaj salaf dan Salafiyyun tidaklah dibatasi (terkungkung) oleh organisasi tertentu, daerah tertentu, pemimpin tertentu, partai tertentu, dan sebagainya. Bahkan manhaj salaf mengajarkan kepada kita bahwa ikatan persaudaraan itu dibangun di atas Al Quran dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan pemahaman Salafush Shalih. Siapa pun yang berpegang teguh dengannya maka ia saudara kita, walaupun berada di belahan bumi yang lain. Suatu ikatan suci yang dihubungkan oleh ikatan manhaj salaf, manhaj yang ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabatnya.
Manhaj salaf merupakan manhaj yang harus diikuti dan dipegang erat-erat oleh setiap muslim di dalam memahami agamanya. Mengapa? Karena demikianlah yang dijelaskan oleh Allah di dalam Al Quran dan demikian pula yang dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di dalam Sunnahnya. Sedang kan Allah telah berwasiat kepada kita:
فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا
“Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya.” (An Nisa’: 59)
Adapun ayat-ayat Al Quran yang menjelaskan agar kita benar-benar mengikuti manhaj salaf adalah sebagai berikut:
1. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (٦) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمْتَ عَلَيْهِمْ… (٧)
“Tunjukilah kami jalan yang lurus. Jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat.” (Al Fatihah: 6-7)
Al Imam Ibnul Qayyim berkata: “Mereka adalah orang-orang yang mengetahui kebenaran dan berusaha untuk mengikutinya…, maka setiap orang yang lebih mengetahui kebenaran serta lebih konsisten dalam mengikutinya, tentu ia lebih berhak untuk berada di atas jalan yang lurus. Dan tidak diragukan lagi bahwa para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, mereka adalah orang-orang yang lebih berhak untuk menyandang sifat (gelar) ini daripada orang-orang Rafidhah (Syi’ah).” (Madaarijus Saalikin, 1/72).
Penjelasan Al Imam Ibnul Qayyim tentang ayat di atas menunjukkan bahwa para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yang mereka itu adalah Salafush Shalih, merupakan orang-orang yang lebih berhak menyandang gelar “orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah” dan “orang-orang yang berada di atas jalan yang lurus”, dikarenakan betapa dalamnya pengetahuan mereka tentang kebenaran dan betapa konsistennya mereka dalam mengikutinya.
Gelar ini menunjukkan bahwa manhaj yang mereka tempuh dalam memahami dienul Islam ini adalah manhaj yang benar dan di atas jalan yang lurus, sehingga orang-orang yang berusaha mengikuti manhaj dan jejak mereka, berarti telah menempuh manhaj yang benar, dan berada di atas jalan yang lurus pula.
2. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
“Dan barangsiapa menentang Rasul setelah jelas baginya kebenaran, dan mengikuti selain jalannya orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa bergelimang dalam kesesatan dan kami masukkan ia ke dalam Jahannam,, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (An Nisa’: 115)
Al Imam Ibnu Abi Jamrah Al Andalusi berkata: “Para ulama telah menjelaskan tentang makna firman Allah (di atas): ‘Sesungguhnya yang dimaksud dengan orang-orang mukmin di sini adalah para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan generasi pertama dari umat ini, karena mereka merupakan orang-orang yang menyambut syariat ini dengan jiwa yang bersih. Mereka telah menanyakan segala apa yang tidak dipahami (darinya) dengan sebaik-baik pertanyaan, dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun telah menjawabnya dengan jawaban terbaik. Beliau terangkan dengan keterangan yang sempurna. Dan mereka pun mendengarkan (jawaban dan keterangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tersebut), memahaminya, mengamalkannya dengan sebaik-baiknya, menghafalkannya, dan menyampaikannya dengan penuh kejujuran. Mereka benar-benar mempunyai keutamaan yang agung atas kita. Yang mana melalui merekalah hubungan kita bisa tersambungkan dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, juga dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.’” (Al Marqat fii Nahjissalaf Sabilun Najah hal. 36-37)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Dan sungguh keduanya (menentang Rasul dan mengikuti selain jalannya orang-orang mukmin –red) adalah saling terkait, maka siapa saja yang menentang Rasul sesudah jelas baginya kebenaran, pasti ia telah mengikuti selain jalan orang-orang mukmin. Dan siapa saja yang mengikuti selain jalan orang-orang mukmin maka ia telah menentang Rasul sesudah jelas baginya kebenaran.” (Majmu’ Fatawa, 7/38).
Setelah kita mengetahui bahwa orang-orang mukmin dalam ayat ini adalah para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam (As Salaf), dan juga keterkaitan yang erat antara menentang Rasul dengan mengikuti selain jalannya orang-orang mukmin, maka dapatlah disimpulkan bahwa mau tidak mau kita harus mengikuti “manhaj salaf”, jalannya para sahabat.
Sebab bila kita menempuh selain jalan mereka di dalam memahami dienul Islam ini, berarti kita telah menentang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan akibatnya sungguh mengerikan… akan dibiarkan leluasa bergelimang dalam kesesatan… dan kesudahannya masuk ke dalam neraka Jahannam, seburuk-buruk tempat kembali… na’udzu billahi min dzaalik.
3. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Dan orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk Islam) dari kalangan Muhajirin dan Anshar, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, mereka kekal abadi di dalamnya. Itulah kesuksesan yang agung.” (At-Taubah: 100).
Dalam ayat ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak mengkhususkan ridha dan jaminan jannah (surga)-Nya untuk para sahabat Muhajirin dan Anshar (As Salaf) semata, akan tetapi orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik pun mendapatkan ridha Allah dan jaminan surga seperti mereka.
Al Hafidh Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengkhabarkan tentang keridhaan-Nya kepada orang-orang yang terdahulu dari kalangan Muhajirin dan Anshar, serta orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan baik, dan ia juga mengkhabarkan tentang ketulusan ridha mereka kepada Allah, serta apa yang telah Ia sediakan untuk mereka dari jannah-jannah (surga-surga) yang penuh dengan kenikmatan, dan kenikmatan yang abadi.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/367).
Ini menunjukkan bahwa mengikuti manhaj salaf akan mengantarkan kepada ridha Allah dan jannah Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Adapun hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah sebagai berikut:
1. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلافًا كَثِيْرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّينَ، عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
“Sesungguhnya barang siapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti maka ia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu wajib bagi kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku, dan sunnah Al Khulafa’ Ar Rasyidin yang terbimbing, berpeganglah erat-erat dengannya dan gigitlah ia dengan gigi-gigi geraham…” (Shahih, HR Abu Dawud, At Tirmidzi, Ad Darimi, Ibnu Majah dan lainnya dari sahabat Al ‘Irbadh bin Sariyah. Lihat Irwa’ul Ghalil, hadits no. 2455).
Dalam hadits ini dengan tegas dinyatakan bahwa kita akan menyaksikan perselisihan yang begitu banyak di dalam memahami dienul Islam, dan jalan satu-satunya yang mengantarkan kepada keselamatan ialah dengan mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan sunnah Al Khulafa’ Ar Rasyidin (Salafush Shalih). Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memerintahkan agar kita senantiasa berpegang teguh dengannya.
Al Imam Asy Syathibi berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam -sebagaimana yang engkau saksikan- telah mengiringkan sunnah Al Khulafa’ Ar Rasyidin dengan sunnah beliau, dan bahwasanya di antara konsekuensi mengikuti sunnah beliau adalah mengikuti sunnah mereka…, yang demikian itu dikarenakan apa yang mereka sunnahkan benar-benar mengikuti sunnah nabi mereka shallallâhu ‘alaihi wa sallam atau mengikuti apa yang mereka pahami dari sunnah beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, baik secara global maupun secara rinci, yang tidak diketahui oleh selain mereka.”(Al I’tisham, 1/118).
2. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
لا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ ظَاهِرِيْنَ عَلَى الْحَقِّ لا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ كَذَلِكَ
“Terus menerus ada sekelompok kecil dari umatku yang senantiasa tampil di atas kebenaran. Tidak akan memudharatkan mereka orang-orang yang menghinakan mereka, sampai datang keputusan Allah dan mereka dalam keadaan seperti itu.” (Shahih, HR Al Bukhari dan Muslim, lafadz hadits ini adalah lafadz Muslim dari sahabat Tsauban, hadits no. 1920).
Al Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata (tentang tafsir hadits di atas): “Kalau bukan Ahlul Hadits, maka aku tidak tahu siapa mereka?!” (Syaraf Ashhabil Hadits, karya Al Khatib Al Baghdadi, hal. 36).
Al Imam Ibnul Mubarak rahimahullah, Al Imam Al Bukhari rahimahullah, Al Imam Ahmad bin Sinan Al Muhaddits rahimahullah, semuanya berkata tentang tafsir hadits ini: “Mereka adalah Ahlul Hadits.” (Syaraf Ashhabil Hadits, hal. 26, 37).
Asy Syaikh Ahmad bin Muhammad Ad Dahlawi Al Madani berkata: “Hadits ini merupakan tanda dari tanda-tanda kenabian (Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam), di dalamnya beliau telah menyebutkan tentang keutamaan sekelompok kecil yang senantiasa tampil di atas kebenaran, dan setiap masa dari jaman ini tidak akan lengang dari mereka. Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mendoakan mereka dan doa itupun terkabul. Maka Allah ‘Azza Wa Jalla menjadikan pada tiap masa dan jaman, sekelompok dari umat ini yang memperjuangkan kebenaran, tampil di atasnya dan menerangkannya kepada umat manusia dengan sebenar-benarnya keterangan. Sekelompok kecil ini secara yakin adalah Ahlul Hadits insya Allah, sebagaimana yang telah disaksikan oleh sejumlah ulama yang tangguh, baik terdahulu ataupun di masa kini.” (Tarikh Ahlil Hadits, hal 131).
Ahlul Hadits adalah nama lain dari orang-orang yang mengikuti manhaj salaf. Atas dasar itulah, siapa saja yang ingin menjadi bagian dari “sekelompok kecil” yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam hadits di atas, maka ia harus mengikuti manhaj salaf.
3. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
سَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلاثَةٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلا مِلَّةً وَاحِدَةً. قِيْلَ: مَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي
“…. Umatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan, semuanya masuk ke dalam neraka, kecuali satu golongan. Beliau ditanya: ‘Siapa dia wahai Rasulullah?’. Beliau menjawab: (golongan) yang berada di atas apa yang aku dan para sahabatku berada.” (Hasan, riwayat At Tirmidzi dalam Sunannya, Kitabul Iman, Bab Iftiraqu Hadzihil Ummah, dari sahabat Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash).
Asy Syaikh Ahmad bin Muhammad Ad Dahlawi Al Madani berkata: “Hadits ini sebagai nash (dalil–red) bagi apa yang diperselisihkan, karena ia dengan tegas menjelaskan tentang tiga perkara:
- Pertama, bahwa umat Islam sepeninggal beliau akan berselisih dan menjadi golongan-golongan yang berbeda pemahaman dan pendapat di dalam memahami agama. Semuanya masuk ke dalam neraka, dikarenakan mereka masih terus berselisih dalam masalah-masalah agama setelah datangnya penjelasan dari Rabb Semesta Alam.
- Kedua, kecuali satu golongan yang Allah selamatkan, dikarenakan mereka berpegang teguh dengan Al Quran dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan mengamalkan keduanya tanpa adanya takwil dan penyimpangan.
- Ketiga, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah menentukan golongan yang selamat dari sekian banyak golongan itu. Ia hanya satu dan mempunyai sifat yang khusus, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sendiri (dalam hadits tersebut) yang tidak lagi membutuhkan takwil dan tafsir. (Tarikh Ahlil Hadits hal 78-79).
Tentunya, golongan yang ditentukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam itu adalah yang mengikuti manhaj salaf, karena mereka di dalam memahami dienul Islam ini menempuh suatu jalan yang Rasulullah dan para sahabatnya berada di atasnya.
Berdasarkan beberapa ayat dan hadits di atas, dapatlah diambil suatu kesimpulan, bahwa manhaj salaf merupakan satu-satunya manhaj yang harus diikuti di dalam memahami dienul Islam ini, karena:
1. Manhaj salaf adalah manhaj yang benar dan berada di atas jalan yang lurus.
2. Mengikuti selain manhaj salaf berarti menentang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yang berakibat akan diberi keleluasaan untuk bergelimang di dalam kesesatan dan tempat kembalinya adalah Jahannam.
3. Orang-orang yang mengikuti manhaj salaf dengan sebaik-baiknya, pasti mendapat ridha dari Allah dan tempat kembalinya adalah surga yang penuh dengan kenikmatan, kekal abadi di dalamnya.
4. Manhaj salaf adalah manhaj yang harus dipegang erat-erat, tatkala bermunculan pemahaman-pemahaman dan pendapat-pendapat di dalam memahami dienul Islam, sebagaimana yang diwasiatkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
5. Orang-orang yang mengikuti manhaj salaf, mereka adalah sekelompok dari umat ini yang senantiasa tampil di atas kebenaran, dan senantiasa mendapatkan pertolongan dan kemenangan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
6. Orang-orang yang mengikuti manhaj salaf, mereka adalah golongan yang selamat dikarenakan mereka berada di atas jalan yang ditempuh oleh Rasulullah dan para sahabatnya.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika:
1. Al Imam Abdurrahman bin ‘Amr Al Auza’i rahimahullah berkata: “Wajib bagimu untuk mengikuti jejak salaf walaupun orang-orang menolakmu, dan hati-hatilah dari pemahaman/pendapat tokoh-tokoh itu walaupun mereka mengemasnya untukmu dengan kata-kata (yang indah).” (Asy Syari’ah, karya Al Imam Al Ajurri, hal. 63).
2. Al Imam Abu Hanifah An Nu’man bin Tsabit rahimahullah berkata: “Wajib bagimu untuk mengikuti atsar dan jalan yang ditempuh oleh salaf, dan hati-hatilah dari segala yang diada-adakan dalam agama, karena ia adalah bid’ah.” (Shaunul Manthiq, karya As Suyuthi, hal. 322, saya nukil melalui kitab Al Marqat fii Nahjis Salaf Sabilun Najah, hal. 54).
3. Al Imam Abul Mudhaffar As Sam’ani rahimahullah berkata: “Syi’ar Ahlus Sunnah adalah mengikuti manhaj salafush shalih dan meninggalkan segala yang diada-adakan (dalam agama).” (Al Intishaar li Ahlil Hadits, karya Muhammad bin Umar Bazmul hal. 88).
4. Al Imam Qawaamus Sunnah Al Ashbahani rahimahullah berkata: “Barangsiapa menyelisihi sahabat dan tabi’in (salaf) maka ia sesat, walaupun banyak ilmunya.” (Al Hujjah fii Bayaanil Mahajjah, 2/437-438, saya nukil melalui kitab Al Intishaar li Ahlil Hadits, hal. 88)
5. Al-Imam As Syathibi rahimahullah berkata: “Segala apa yang menyelisihi manhaj salaf, maka ia adalah kesesatan.” (Al Muwafaqaat, 3/284), saya nukil melalui Al Marqat fii Nahjis Salaf Sabilun Najah, hal. 57).
6. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Tidak tercela bagi siapa saja yang menampakkan manhaj salaf, berintisab dan bersandar kepadanya, bahkan yang demikian itu disepakati wajib diterima, karena manhaj salaf pasti benar.” (Majmu’ Fatawa, 4/149).
Beliau rahimahullah juga berkata: “Bahkan syi’ar Ahlul Bid’ah adalah meninggalkan manhaj salaf.” (Majmu’ Fatawa, 4/155).
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa membimbing kita untuk mengikuti manhaj salaf di dalam memahami dienul Islam ini, mengamalkannya dan berteguh diri di atasnya, sehingga bertemu dengan-Nya dalam keadaan husnul khatimah. Amin yaa Rabbal ‘Alamin. Wallahu a’lamu bish shawaab.
(Sumber: Majalah Syariah, Vol. I/No. 04/Juli 2003/Jumadil Ula 1424H, kategori: Manhaji, hal. 6-10. Dicopy dari http://www.asysyariah.com/print.php?id_online=82)
Eko Ujianto berkata,
Penulis: Al-Muhaddist Al-’Allaamah Muhammad Naashiruddiin Al-Albaaniy rahimahullahu Ta’aala
لماذا نتبع السلف؟؟؟
Kenapa kita harus mengikuti as Salaf???
Jawaban dari pertanyaan ini akan kita dengarkan dari seorang imam ahlil Hadist pada zaman ini yaitu; al Muhaddist al `Allaamah Muhammad Naashiruddiin al Albaaniy rahimahullahu Ta`aala.
Pertanyaan:
Kenapa harus dinamakan dengan as Salafiyyah?? Apakah da`wah ini merupakan da`wah hizbiyyah, atau da`wah thooifiyyah atau da`wah madzhabiyyah, atau dia ini merupakan satu golongan yang baru dalam Islam ini??
Jawaban:
Sesungguhnya kata kata “as Salaf” ma`ruufun (sangat dikenal) dalam bahasa `arab dan di dalam syari`at ini, yang terpenting bagi kita disini adalah pembahasannya dari sisi syari`at.
Sesungguhnya telah shohih dari pada Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam, bahwasanya beliau `Alaihi wa Sallam pernah berkata kepada anaknya Faathimah radhiallahu `anha sebelum beliau `Alaihi wa Sallam wafat:
((فاتقي الله واصبري، فإنه نعم السلف أنا لك……)). رواه مسلم (2450) (98).
Artinya: “Bertaqwalah kamu kepada Allah dan bersabarlah, sesungguhnya sebaik baik “salaf” bagi kamu adalah saya…”[1]
Penggunaan kalimat ‘salaf” sangat ma`ruf dikalangan para `ulama salaf dan sulit sekali untuk dihitung dan diperkirakan, cukup bagi kita satu contoh dari sekian banyak contoh contoh yang digunakan oleh mereka dalam rangka untuk memerangi bid`ah bid`ah.
كل خير في اتباع من سلف وكل شر في ابتداع من خلف
“Setiap kebajikan itu adalah dengan mengikuti orang salaf dan setiap kejelekan tersebut adalah yang diada adakan oleh orang khalaf”.
Ada sebahagian orang yang menda`wakan memiliki `ilmu, mengingkari penisbahan kepada “salaf”, dengan da`waan bahwa nisbah ini tidak ada asalnya. Dia berkata: “Tidak boleh bagi seseorang muslim untuk mengatakan saya seorang “salafiy,” seolah olah dia mengatakan juga: “Tidak boleh bagi seseorang mengatakan saya muslim yang mengikuti para “salafus shoolih” dengan apa apa mereka di atasnya dalam bentuk `aqidah, `ibadat dan akhlaq.” Maka tidak diragukan lagi bahwa pengingkaran seperti ini kalau benar benar dia ingkari, sudah tentu diwajibkan juga bagi dia untuk berlepas diri dari Islam yang benar, yang telah dijalani oleh para “salafus shoolih”, Rasuulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam telah mengisyaratkan dalam hadist hadist yang mutawaatir diantaranya:
((خير أمتي قرني، ثم الذين يلونهم، ثم الذين يلونهم)).
Artinya: “Sebaik baik ummat saya adalah yang hidup sezaman dengan saya (sahabatku), kemudian orang orang yang mengikuti mereka (at Taabi`uun), kemudian orang orang yang mengikuti mereka (at Baaut Taa`bi`iin)….”[2]
Maka tidak boleh bagi seorang muslim untuk berlepas diri dari penisbahan kepada as Salafus Shoolih, sebagaimana kalau seandainya berlepas diri juga dari penisbahan yang lainnya, tidak mungkin bagi seorang ahli `ilmu untuk menisbahkannya kepada kekufuran atau kefasikan.
Orang yang mengingkari penamaan seperti ini (nisbah kepada “salaf”). Apakah kamu tidak menyaksikan, bukankah dia menisbahkan dirinya kepada satu madzhab dari sekian madzhab yang ada?, apakah madzhab ini berhubungan dengan `aqidah atau fiqh. Sesungguhnya dia mungkin Asy`ariy, Maaturiidiy dan mungkin juga dia dari kalangan ahlul hadist atau dia Hanafiy, Syaafi`ii, Maalikiy atau Hanbaliy diantara apa apa yang termasuk kedalam penamaan ahlus Sunnah wal Jamaa`ah, padahal seseorang yang menisbahkan dirinya kepada madzhab asy`Ariy atau kepada madzhab yang empat, sebenar dia telah menisbahkan dirinya kepada pribadi pribadi yang bukan ma`suum tanpa diragukan, walaupun diantara mereka ada juga para `ulama yang benar, alangkah aneh dan sangat mengherankan sekali, kenapa dia tidak mengingkari penisbahan kepada pribadi yang tidak ma`suum ini???
Adapun seorang yang mengintisabkan dirinya kepada “as Salafus Shoolih”, sesungguhnya dia telah menyandarkan dirinya kepada seseorang yang ma`suum secara umum (yang dimaksud Nabi Muhammad Shollallahu `alaihi wa Sallam), Nabi Muhammad Shollallahu `alaihi wa Sallam telah menyebutkan tentang tanda tanda “al Firqatun Naajiyyah” yaitu seseorang yang berpegang teguh dengan apa yang Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam dan para shohabatnya ada di atasnya, maka barang siapa yang berpegang teguh dengan jalan mereka secara yaqin, dia betul betul berada di atas petunjuk Robnya.
Nisbah kepada “as Salaf” ini merupakan nisbah yang akan memuliakan seseorang menisbahkan dirinya kepadanya, kemudian memudahkan baginya untuk mengikuti jalan kelompok orang yang selamat tersebut, tidak sama dengan seseorang yang menisbahkan dirinya kepada nisbah yang lain, karena penisbahan itu tidak akan terlepas dia diantara dua perkara:
Pertama, dia mungkin meng-intisabkan dirinya kepada seseorang yang bukan ma`suum, atau kepada orang orang yang mengikuti manhaj (methode) orang yang bukan ma`suum ini, yang tidak ada sifat suci baginya, berbeda dengan shahabat Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam yang memang diperintahkan kita oleh Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam untuk berpegang teguh dengan sunnah (cara/methode)nya dan sunnah para shahabatnya setelah beliau wafat.
Dan kita akan terus menerus menganjurkan dan menerangkan agar pemahaman kita terhadap al Quraan dan as Sunnah benar benar sesuai dengan pemahaman para shahabatnya Shollallahu `alaihi wa Sallam, supaya kita terjaga daripada berpaling dari kanan dan kekiri, juga terpelihara dari penyelewengan pemahaman yang khusus, sama sekali tidak ada dalil yang menunjukan atas pemahaman itu dari Kitaabullahi Subhaana wa Ta`aalaa dan Sunnah RasulNya Shollallahu `alaihi wa Sallam.
Kemudian, kenapa tidak cukup bagi kita untuk menisbahkan diri kepada al Quraan as Sunnah saja?
Jawabannya kembali kepada dua sebab:
Pertama: Berhubungan dengan nash nash syar`ii.
Kedua: Melihat kepada keadaan firqoh firqoh (golongan golongan) islaamiyah pada sa`at ini.
Ditinjau dari sebab yang pertama: kita menemukan dalil dalil syar`ii memerintahkan untuk menta`ati sesuatu yang lain disandari kepada al Kitab dan as Sunnah, sebagaimana dikatakan oleh Allah Ta`aalaa:
((يأيها الذين آمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأولى الأمر منكم….)) النساء (59).
Artinya: “Hai orang orang yang beriman, tha`atilah Allah dan tha`atilah RasulNya, dan ulil amri diantara kalian.” An Nisaa` (59).
Kalau seandainya ada waliyul amri yang dibai`at dikalangan kaum muslimin maka wajib untuk mentha`atinya sebagaimana kewajiban mentha`ati al Kitab dan as Sunnah, bersamaan dengan demikian kadang kadang dia salam serta orang orang disekitarnya, namun tetap wajib mentha`atinya dalam rangka mencegah kerusakan daripada perbedaan pandangan pandangan yang demikian dengan syarat yang ma`ruuf, demikian disebutkan dalam hadist yang shohih:
((لا طاعة في معصية إنما الطاعة في المعروف)).
Artinya: “Tidak ada ketha`atan di dalam ma`shiat, sesungguhnya ketha`atan itu hanya pada yang ma`ruuf.”[3]
Allah Tabaaraka wa Ta`aalaa berkata:
((ومن يشاقق الرسول من بعد ما تبين له الهدى ويتبع غير سبيل المؤمنين نوله ما تولى ونصله جهنم وساءت مصيرا)). النساء:(115).
Artinya: “Barang siapa menyakiti (menyelisihi) as Rasul Shollallahu `alaihi wa Sallam setelah sampai (jelas) kepadanya hudan (petunjuk), lalu dia mengikuti bukan jalan orang mu`minin (para shahabat), kami akan palingkan dia kemana sekira kira dia berpaling, lalu kami akan masukan dia keneraka jahannam yang merupakan sejelek jelek tempat baginya.” An Nisaa (115).
Sesungguhnya Allah `Azza wa Jalla Maha Tinggi dan Maha Suci Dia dari sifat kesia sia-an, tidak diragukan dan disangsikan lagi bahwasanya penyebutan jalan orang mu`miniin pada ayat ini sudah tentu ada hikmah dan faedah yang sangat tepat, yaitu; bahwasanya ada kewajiban yang penting sekali tentang pengikutan kita kepada Kitaabullahi Subhaana wa Ta`aalaa dan Sunnah RasulNya Shollallahu `alaihi wa Sallam wajib untuk dicocokan dengan apa apa yang telah dijalani oleh orang muslimiin yang pertama dikalangan ummat ini, mereka adalah shahabat Rasul Shollallahu `alaihi wa Sallam; kemudian orang orang yang mengikuti mereka dengan baik, inilah yang selalu diserukan oleh ad Da`watus Salafiyyah, dan apa apa yang telah difokuskan dalam da`wah tentang asas asas dan tarbiyahnya.
Sesungguhnya “ad Da`watus Salafiyyah”-merupakan satu satunya da`wah yang haq untuk menyatukan ummat ini, sementara apapun bentuk da`wah yang lain hanya memecah belah ummat ini; Allah `Azza wa Jalla berkata:
((وكونوا مع الصادقين)). التوبة (119).
Artinya: “Hendaklah kamu bersama orang orang yang benar.” At Taubah (119), dan barangsiapa yang membedakan diantara al Kitaab dan as Sunnah disatu sisi, dan antara “as Salafus Shoolih disisi yang lainnya dia bukan seorang yang jujur selama lamanya.
Ditinjau dari sebab yang kedua: Kelompok kelompok dan golongan golongan pada hari ini sama sekali tidak menghadap secara muthlaq untuk mengikuti jalan orang mu`miniin (jalan para shahabat radhiallahu `anhum) seperti yang disebutkan pada ayat diatas, dan dipertegas lagi dengan sebahagian hadist hadist yang shohih diantaranya: hadist al firaq (mengenai perpecahan) menjadi tujuh puluh tiga gologan, yang keseluruhannya di neraka kecuali satu, Rasuulullahu Shollallahu `alaihi wa Sallam telah menjelaskan tentang sifatnya bahwasanya dia:
“هي التي على مثل ما أنا عليه اليوم وأصحابي.”
Artinya: “Dia (al Firqatun Naajiyyah) itu adalah sesuai dengan apa apa yang saya hari ini dan para shahabat saya.”[4]
Dan hadist ini serupa dengan ayat diatas menyebutkan jalan orang mu`miniin, diantaranya juga hadist al `Irbaadh bin Saariyah radhiallahu `anhu:
“فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين من بعدي”.
Artinya: “Wajib bagi kalian untuk berpegang teguh dengan Sunnah dan Sunnah al Khulafaaur Raasyidiin al Mahdiyiin setelah saya.”[5]
Jadi dihadist ini menunjukan dua Sunnah: Sunnatur Rasuul Shollallahu `alaihi wa Sallam dan Sunnatul Khulafaaur Raasyidiin.
Diwajibkan bagi kita-akhir ummat ini- untuk kembali kepada al Kitaab dan as Sunnah dan jalan orang mu`miniin (as Salafus Shoolih), tidak dibolehkan bagi kita mengatakan: kita akan memahami al Kitab dan as Sunnah secara bebas (merdeka) tanpa meruju` kepada pemahaman “as Salafus Shoolih!!”
Dan wajib adanya penisbahan yang membedakan secara tepat pada zaman ini, maka tidak cukup kita katakan: saya muslim saja!, atau madzhab saya adalah al Islam!, padahal seluruh firqah firqah yang ada mengatakan demikian: ar raafidhiy (as Syii`ah) dan al ibaadhiy (al Khawaarij/Firqatut takfiir) dan al qadiyaaniy (Ahmadiyyah) dan selainnya dari firqah firqah yang ada!!, jadi apa yang membedakan kamu daripada mereka keseluruhannya??
Kalau kamu mengatakan: saya muslim mengikuti al Kitab dan as Sunnah juga belum cukup, karena pengikut pengikut firqah firqah yang sesat juga mengatakan demikian, baik al `Asyaairah dan al Maaturiidiyyah dan kelompok kelompok yang lain- keseluruhan pengikut mereka juga menda`wakan mengikuti yang dua ini (al Kitab dan as Sunnah).
Dan tidak diragukan lagi adanya wujud penisbahan yang jelas lagi terang yang betul betul membedakan secara nyata yaitu kita katakan: “Ana muslim mengikuti al Kitab dan as Sunnah di atas pemahaman “as Salafus Shoolih,” atau kita katakan dengan ringkas: “Ana Salafiy.”
Dan diatas inilah; sesungguhnya kebenaran yang tidak ada penyimpangan padanya bahwasanya tidak cukup bersandarkan kepada al Kitab dan as Sunnah saja tanpa menyandarkan kepada methode pemahaman “as Salaf” sebagai penjelas terhadap keduanya dalam sisi pemahaman dan gambaran, al `ilmu dan al `amal, ad Da`wah serta al Jihad.
Kita mengetahui bahwasanya mereka-radhiallahu `anhum- tidak pernah fanatik kepada madzhab tertentu atau kepada pribadi tertentu, tidak terdapat dikalangan mereka ada mengatakan: “Bakriy (pengikut Abu Bakr), `Umariy (pengikut `Umar), `Utsmaaniy (pengikut `Utsman), `Alawiy (pengikuti `Ali) radhiallahu `anhum ajma`iin, bahkan salah seorang dari kalangan mereka apabila memudahkan baginya untuk bertanya kepada Abu Bakr atau `Umar atau Abu Hurairah dia akan bertanya; yang demikian itu dikarenakan mereka betul betul yaqin bahwasanya tidak dibolehkan meng-ikhlashkan “ittibaa`” (pengikutan) kecuali pada seorang saja, ketahuilah dia adalah Rasulullahi Shollallahu `alaihi wa Sallam; dimana beliau tidak pernah berbicara dengan hawa nafsunya melainkan wahyu yang diwahyukan padanya.
Kalau kita terima bantahan para pengeritik ini bahwasanya kita hanya menamakan diri kita “kami orang muslim”, tanpa menisbahkan kepada “as Salafiyyah”-padahal nisbah itu merupakan nisbah yang mulia dan benar-, apakah mereka (para pengeritik) akan melepaskan dari penamaan dengan golongan golongan mereka, atau madzhab madzhab mereka, atau thoriiqah thoriiqah mereka- yang padahal penisbahan dan penyadaran itu bukan disyari`atkan dan tidak benar?!!
فحسبكم هذا التفاوت بيننا
وكل إناء بما فيه ينضح.
Artinya: “Cukuplah bagi kalian perbedaan ini diantara kita
Dan setiap bejana akan menuangkan apa apa yang ada padanya.
Dan Allah Tabaaraka wa Ta`aalaa yang Menunjuki kita ke jalan yang lurus, dan Dia-Subhaana wa Ta`aalaa- Yang Maha Penolong.
Diterjemahkan oleh Abul Mundzir-Dzul Akmal as Salafiy
Dari Majallah as Ashoolah (no.9/86-90), dengan judul: “Masaail wa Ajwibatuha.”
1997M.
(Sumber URL: http://www.darussalaf.org/stories.php?id=677)
Eko Ujianto berkata,
Tolong Jawab pertanyaan ana..
DIMANAKAH ALLAH???
abdurrahman alwani berkata,
RONA BUDI berkata,
uban berkata,
anak baik berkata,
kalaulah wahabi di dinisbatkan kepada abdul wahhab maka aku bangga dikatakan wahabi
semaki wahabi (salafy)di cela, difitnah, di sesatkan, dituduh pemecah belah ummat maka aku semaki bertambah yakin dengan manhaj yg haq ini, karna aku belum pernah menemukan islam yg segala sesuatunya didasarkan atas ilmu, cuma manhaj salaf yg melakukannay, antum kalo nisa patahkan hujjah mereka dalam beragama, maka saya akan mengikuti antum,
orang awam berkata,
Cah Pengging berkata,
Erlangga Saka berkata,
Ilmu Agama Saya memang masih sangat dangkal, tetapi Insya Allah Hati Nurani atau Qalbu saya tetap terpelihara oleh Allah SWT.
Saya hanya ingin bertanya dan berpesan:
1. Tahukan Saudara2, Siapa SEBENARNYA yg memuat TULISAN di atas..?
Dia bukan NU, bukan Salafi/Wahabi, bukan pula Muhammadiyah atau
yg lainnya, bahkan Dia juga bukan Islam, tetapi Dia Pasti adalah MUSUH
Islam (Yahudi & Nasrani).
2. Mengapa kita sampai terpancing dan ter-adu domba menanggapinya,
sampai saling menyalahkan dan saling memfitnah.
3. Marilah Kita Semua Istighfar, memohon Ampun dan Perlindungan dari
Allah, Kemudian marilah Luruskan dan Rapatkan Barisan serta, bersen-
jatakan Al Quran dan Hadits, selanjutnya marilah Berjihad Fisabilillah…
4. “Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang
beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya hizbullah (pengikut
agama Allah) itulah yang pasti menang.” (al-Maidah: 56)
abdurrahman alwani berkata,
zerotod berkata,
jelas2 dalam alqur’an musuh kita adalah yahudi dan nasrani,, yahudi sudah menyatakan perang dgn islam,, asal anda tau,, lihat lah generasi muda qt sedang di cuci otaknya,, knp kalian masi memperdebatkan tentang aqidah,, smntara musuh qt yang terang2an Allah menyebutkan adalah yahudi dan nasrani sedang mencuci otak generasi muda qt,, liat lah umat nabi muhammad Skrng sungguh menyedihkan,, ayolah kawan,, cri tw lah ttng musuh qt yahudi dan nasrani,, sejarahnya,, jangan cuman cri tw tentang aqidah sesma muslim,, kalian telah di doktirin oleh yahudi, sadarlah,, buka logika kalian,,
abdullah as-salafy berkata,
Ketika aku minta segala hajatku hanya kepada Allah subhaanahu wa ta’ala tidak kepada Nabi & Wali .… Akupun dituduh Wahabi
Ketika aku meyakini Alquran itu kalam Ilahi, bukan makhluq …. Akupun diklaim sebagai Wahabi
Ketika aku takut mengkafirkan dan memberontak penguasa yang dzalim, Akupun dipasangi platform Wahabi
Ketika aku tidak lagi shalat, ngaji serta ngais berkah di makam-makam keramat… Akupun dijuluki Wahabi
Ketika aku putuskan keluar dari tarekat sekte sufi yang berani menjaminku masuk surga… Akupun diembel-embeli Wahabi
Ketika aku katakan tahlilan dilarang oleh Imam Syafi’i
Akupun dihujat sebagai Wahabi
Ketika aku tinggalkan maulidan karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah ajarkan … Akupun dikirimi “berkat” Wahabi
Ketika aku takut mengatakan bahwa Allah subhaanahu wa ta’ala itu dimana-mana sampai ditubuh babipun ada… Akupun dibubuhi stempel Wahabi
Ketika aku mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memanjangkan jenggot, memotong celana diatas dua mata kaki, …,…., Akupun dilontari kecaman Wahabi
Ketika aku tanya apa itu Wahabi…?
Merekapun gelengkan kepala tanda tak ngerti
Ketika ku tanya siapa itu wahabi…?
merekapun tidak tahu dengan apa harus menimpali
Tapi…!
Apabila Wahabi mengajakku beribadah sesuai dengan AlQuran dan Sunnah… Maka aku rela mendapat gelar Wahabi !
Apabila Wahabi mengajakku hanya menyembah dan memohon kepada Allah subhaanahu wa ta’ala … Maka aku Pe–De memakai mahkota Wahabi !
Apabila Wahabi menuntunku menjauhi syirik, khurafat dan bid’ah… Maka aku bangga menyandang baju kebesaran Wahabi !
Apabila Wahabi mengajakku taat kepada Allah subhaanahu wa ta’ala dan RasulNya shallallahu ‘alaihi wa sallam … Maka akulah pahlawan Wahabi !
Ada yang bilang.…. Kalau pengikut setia Ahmad shallallahu ‘alaihi wa sallam digelari Wahabi, maka aku mengaku sebagai Wahabi.
Ada yang bilang….. Jangan sedih wahai “Pejuang Tauhid”, sebenarnya musuhmu sedang memujimu, Pujian dalam hujatan….!
Oleh: Ahmad Zainuddin
atok berkata,
yah namanya jg hidup mas. orang udah bener ajah masih kadang2 di omongin ama temen tetangga dan mertua…
yang penting sabar ikhlas mudah2an dibalas oleh Allah Ta ala… amin
yang jelas mah hidup itu cuma sekali ajah. nanti kalo udah salah memilih ya ahirnya masuk neraka. mudah2an lah mas tetap istiqomah… amin
sulam 'aliya berkata,
komarudin berkata,
Rizky Al Hannan berkata,
aliong berkata,
kalaw mnurut saya ni yaa…tolong lahh diri anda masing2 dulu,bentengi dr anda msing2,,barulah anda mngomentari orang,,mndakwahh orang..mnceramah orang..
smakin bnyak islam sejati maka smkin munduR pula orang2 kafir,,orang yg berskutu dngan syetan…
melihat aura islam sejati saja para dajal dan anak buahnya udah takut..
aliong berkata,
manusia yg hati nya bnar2 bersih,suci bukan dunia lg mainan nya udah kayangan<,,,,,,,,,,,,
kalw pun ada dia lahh yg akan mlawan para dajjal,,orang2 yahudi<,,
1 orang islam sejati saja bisa mnghancurkan1000 orang yahudi,…
jd kalian jngan repot2 urusan perang dunia,,,belum sanggup oM,..
boro2 berjuang jihat di jalan allah.swt..
maaf"diri lO pada aja masih ada yg kotoR,…….
termasuk saya,,,,,,,
Alfakir berkata,
Alfatihah…
didi berkata,
Aristo albertus berkata,
Saya adalah pemula yang baru belajar agama Islam baru kemarin, saya hanya bisa mengelus dada melihat anda selama 4 tahun ( 2007-2011 ) mencari kebenaran dan ingin menjadi benar. Semoga Allah mengampuni segala kekhilafan kita.
1. Tidak ada kebenaran kecuali datangnya dari Allah SWT. Dan tidak ada yang bisa melihat kebenaran itu jika hatinya sudah tertutup dengan keduniawian. Ingat ada kata2 indah ”Apa yang kita anggap benar, belum tentu benar bagi Allah dan apa yang kita anggap salah bisa jadi benar bagi Allah”, karena itulah mari kita banyak-banyak mendekatkan diri kepada Allah, dekat dengan yang memberikan Kebenaran. Berdoalah ”ihdinassirotl mustakim” ( maaf jika salah tulis, pemula ).
2. Allah tidak akan memandang diri kita dari sifat keduniawian, yang dilihat adalah dari hatinya, yaitu keimanan dan ketaqwa’annya. Biarpun dari luar dia ”baju takwa, kopyah putih, surban” tapi kalau hatinya ”abu-abu” apakah patut masuk surga??? karena itulah mari kita banyak-banyak mendekatkan diri kepada Allah, dekat dengan yang memberikan Kehidupan, agar hati kita hidup sehingga tahu mana yang haq dan bathil.
3. Anda semua ingat ada kalimat ”Sholat kita bisa menghindarkan dari perbuatan keji dan munkar”, inilah indikator diri kita. Nah apa yang kita lakukan diatas ”debat olok olok/ ejek dll” apakah banyak manfaat atau mudhorot-nya??? Jika banyak mudhorot-nya apakah itu bukannya munkar / keji??. Jika itu munkar/keji berarti sholat kita belum benar. Karena itulah mari kita sucikan diri ( hati, pikiran, perbuatan ) untuk mendekatkan diri kepada Allah, dekat dengan yang memberikan hidayah kepada kita sehingga kita terhindar dari perbuatan yang keji dan munkar.
4. Anda semua ingat juga kalau diakhir jaman, Islam didunia akan terpecah menjadi beberapa golongan, yang masuk surga adalah ahlu sunnah waljama’ah. Dan kita ketahui ”ahlu sunnah waljama’ah” bukanlah golongan, organisasi ataupun sekte. Manusialah yang mengawali adanya golongan, aliran, organisasi, sekte dll. Jadi kita tidak bisa meng-klaim golongan, aliran, organisasi, sekte dll yang kita anut adalah yang benar dan ”penghuni surga” nantinya. Yang terjadi sekarang adalah manusia membenarkan manusia. ”Ahlu sunnah waljama’ah” adalah ”ajaran” yang dibawa Rosulullah, yang diwariskan ke umatnya yaitu ”Al-Qur’an dan Hadist” yang diteruskan oleh para sahabat dst sampai kita saat ini. Karena itu yang tidak berpegang kepada kedua warisan itulah yang tidak benar.
5. Kita yang hidup dijaman sekarang, kita akui tidak seperti manusia-manusia yang hidup dijaman Rosulullah dan Sahabat. Yang belajar mengaji dengan hati, mungkin kita ini belajarnya hanya dengan pikiran sehingga ”ego” yang muncul dalam perbuatan. Mungkin juga kita akui kita ini mengaji hanya secara teks, redaksional ibaratnya hanya ”kulit” luarnya. Kita belum belajar ”rahasia dibalik rahasia” ( Kata ustadz Ali, islam KTP ) yang tidak kita ketahui dan disembunyikan oleh Allah. Sehingga kita perlu belajar dan mengaji ilmu Al-Qur’an sampai ”qolbu”-nya lagi untuk melihatnya. Karena itu kita jangan mang-klaim suatu ”perbuatan manusia” itu salah, sebelum melihat ”hal” yang disembunyikan Allah dibalik perbuatan itu.
6. Segala perbuatan yang kita lakukan semua ada pertanggungjawabannya, siapakah yang bertanggungjawab??? Diri kita masing-masing, bukan orang lain. Kita melakukan ibadah wajib dan sunnah semuanya adalah ”sangu” kita diakhirat, Dan apakah ”sangu” kita sendiri sudah cukup untuk dibawa mati??? Kita tidak tahu, karena itu janganlah kita turut campur mengurusi ”sangu”nya orang lain, karena ”sangu” yang kita miliki belum tentu menjamin kita masuk surganya Allah.
7. Setahu saya, Ibadah wajib harus kita dahulukan sebelum ibadah sunnah, jadi kita tidak perlu memikirkan ”jenggot” ataupun ”jari berputar”, lha sholat kita 5 waktu dan ibadah wajib lainnya belum tentu ”benar”, diterima dan bisa jadi ”sangu” masuk surga kok sudah mikir yang sunnah ( ingat point 1, 2, 3, 6 diatas). Ibadah wajib dulu dilaksanakan dengan benar baru yang sunnah.
8. Setahu saya juga, ada ayat Al-Qur’an yang intinya menyuruh kita untuk menjaga diri kita, anak, istri dan keluarga kita dari siksa api neraka. Nah apakah ini sudah kita lakukan sebelum kita menyuruh orang lain ”sholat”, sebelum memberikan ”ceramah” ke orang lain, sebelum kita membuat ”golongan” yang benar, sebelum ”melindungi” orang lain dengan golongan kita??? Karena itu marilah kita benahi diri kita, kita sinkronkan mulai dari hati, pikiran dan perbuatan dengan ruh-nya Al-Qur’an untuk membentuk tameng terhadap hal keduniawian dan siksa neraka.
Intinya kita semua adalah Islam, jadikan Islam dalam napas jiwa sukma kita, Islam adalah Benar, Islam adalah Rohmatan lilalamin. Jika ada kesalahan bukanlah dari Islam tetapi dari raga manusia yang penuh dengan kotor, ego, dosa, dikendalikan nafsu.
Mohon maaf jika ada yang salah, harap maklum karena pemula, semoga Allah mengampuni kita semua.
Abu lebaaay berkata,
Sebuah langkah awal yang sangat brilian “bagi kami amal2 kami dan bagimu amal2 mu“ gitu aza ko‘ ribut hehehe…
ali berkata,
abu namira hasna berkata,
saidan effendi berkata,
shofwan berkata,
said berkata,
“Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang bathil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang bathil itu lenyap”. “Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat Nya, dan merekalah yang akan ditanyai”. (QS.AL_ANBIYA’, 18, 23).
“Orang-orang yang munafiq itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati mereka. Katakanlah : ”Teruskanlah ejekan-ejekanmu terhadap Allah dan Rasul Nya. Sesungguhnya Allah akan mengatakan apa yang kamu takuti itu”. (QS.AT_TAUBAH, 64).
Allah akan menampakkan kedengkian hati mereka, “Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka?” (QS.MUHAMMAD, 29), “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al_Quran ataukah hati mereka terkunci?” (QS.MUHAMMAD, 24)
“Di antara manusia ada yang mengatakan : “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian “, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman” (QS.AL_BAQARAH, 8).
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya, dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta”. (QS.AL_BAQARAH, 10).
Membongkar aliran sesat di Indonesia, tidaklah sulit, tidak perlu diskusi, tidak perlu berdebat, tidak perlu saling menyalahkan, tidak perlu saling mengkafirkan dan tidak perlu saling menuduh sesat. Karena masing-masing aliran, golongan, mazhab dan sekte mempunyai argument dan dalil untuk mempertahankan diri, bahkan mereka mempunyai sejarah dan riwayat yang bersumber dari para sahabat Nabi.
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan dari jenis manusia dan dari jenis jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah untuk menipu manusia.”
Islam telah menetapkan Ibadah shalat, sebagai parameter seorang muslim, karena tidak ada seorangpun yang mampu berbohong dan berdusta, apabila dihadapkan dengan dalil ayat-ayat Al_Quran. Dengan ibadah shalat sebagai alat uji, maka tidak ada lagi orang yang saling tuduh dan saling menyalahkan.
“Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-ngolokkan kaum yang lain, karena boleh jadi mereka yang diolok lebih baik dari yang mengolok-olok”. (QS.AL_HUJARAT, 11).
“Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu”. (QS.AL_ISRA’, 14).
Al_Quran melarang untuk menuduh orang lain sesat, karena mungkin orang yang menuduh sesat aliran lain, justru mereka lebih sesat dari yang dituduh. Orang yang sibuk mencari kesalahan orang lain, justru orang itu tidak tahu bahwa dirinya lebih banyak kesalahan dan dosanya dari orang yang dituduh. Mereka yang selalu menuduh itu, tanpa disadari telah mewarisi sifat iblis.
Al_Quran mengajarkan agar setiap individu untuk merenung, siapa sebenarnya dirinya itu, dari unsur apa dia diciptakan, dari mana dia dilahirkan, di bumi siapa dia hidup, siapa yang telah memberikan rezeki, siapa yang mematikan dan siapa yang akan membangkitkan. Jawaban tidak ada yang lain, katakanlah : “Allah”.
“Tidak ada paksaan untuk memasuki islam, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat”. (QS.AL_BAQARAH, 256).
Minimal ada 3 hal yang harus direnungkan oleh setiap individu yang mengaku dirinya muslim, dengan renungan ini maka setiap individu tidak terpengaruh dan terjerumus aliran sesat. Paling tidak mempunyai wawasan, mengetahui dan memahami apa yang dimaksud sesat dalam pandangan ayat Al_Quran.
1. Menilai sendiri Ibadah Shalatnya.
Seorang muslim harus bisa membedakan antara melaksanakan perintah Allah, dengan mengingat Allah. Melaksanakan perintah Allah, adalah pekerjaan syariat yaitu shalat, sedangkan mengingat Allah, adalah pekerjaan Tauhid, yaitu ingat kepada yang memerintah shalat yaitu Allah.
Dengan demikian shalat dilakukan tidak hanya untuk menggugurkan kewajiban. Karena shalat menjadi penentu bagi amal ibadah lainnya, atau shalat sebagai penghisap bagi ibadah lainnya, apabila shalatnya baik maka baik pulalah seluruh amal ibadahnya, apabila shalatnya jahat maka jahat pulalah semua amal ibadahnya, atau amal ibadah yang lain tidak mempunyai nilai dihadapan Allah.
”Dan Allah untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati”. (QS.ALI_IMRAN, 154).
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya”. (QS.AL_ANFAL,27).
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya.” (QS.JAATSIYAH, 23). “Terangkanlah kepada KU tentang orang-orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya”. (QS.AL_FURQAAN, 43).
“Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka”. (QS.AN_NAJM, 23).
Al_Quran secara tegas menjelaskan bahwa keinginan Nafsu manusia selalu hadir dan muncul ketika shalat. Kebenaran ayat ini, diserahkan kepada diri kita sendiri untuk merasakannya. Atau apa yang kita rasakan diwaktu shalat , bisa saja didiskusikan kepada pengikut semua aliran, golongan, mazhab dan sekte lain.
“Dijadikan indah pada pandangan manusia (nafsu) kecintaan kepada apa yang diingini, yaitu : wanita, anak, harta yang banyak, emas, perak, kuda pilihan dan sawah ladang, di sisi Allah lah tempat kembali”. (QS,ALI_IMRAN, 14).
Secara umum, seorang muslim ketika shalat, takbir ingat wanita , baca fatihah anak, ingat teman , I’tidal ingat harta, sujud ingat jam tangan, berdiri ingat cincin, duduk ingat konser music, begitu salam ingat makan, sepeda dsb.
Seorang ulama ketika shalat, takbir ingat arti, baca fatihah ingat makna, ingat ka’bah, I’tidal ingat pembangunan mesjid, sujud ingat sumbangan, berdiri ingat isteri muda, duduk ingat santriwati, begitu salam ingat HP, mobil pemberian pejabat dsb.
Seorang pegawai Bank ketika shalat, takbir ingat kunci kantor, baca fatihah ingat nasabah, ingat setoran, I’tidal ingat pembukuan, sujud ingat makan, berdiri ingat pacar, duduk ingat motor, begitu salam ingat sekretaris, rapat dsb.
Seorang Mahasiswa ketika shalat, takbir ingat tugas, baca fatihah ingat laptop, ingat parkir motor, I’tidal ingat SPP, sujud ingat lapar, berdiri ingat pacar, duduk ingat dompet, begitu salam ingat rumah kos, sepatu dsb.
Seorang petani ketika shalat, takbir ingat sawah, ruku’ ingat kerbau, I’tidal ingat padi, sujud lagi ingat arit, duduk ingat cangkul, sampai dengan salam ingat hutang, ingat makan, ingat hasil panen dsb.
Pada hakikatnya setiap orang berbeda tuhannya sesuai apa yang dicintainya atau sesuai dengan profesinya.
“Sesungguhnya mereka menjadikan syaitan-syaitan pelindung mereka selain Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk. (QS.AL_A’RAF, 30).
“Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah, mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sessungguhnya golongan syaitan itu golongan yang merugi.” (QS.AL_ MUJAADILAH, 19). “Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah, mereka itulah golongan syaitan”. (QS.AL_MUJAADILAH, 58).
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah.” (QS.AL_BAQARAH, 165).
“yang mereka sembah selain Allah itu tidak lain hanyalah berhala, dan dengan menyembah berhala itu tidak lain hanyalah menyembah syaitan yang durhaka.” (QS. AN_NISAA’, 117). ”Katakanlah: “Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui”. Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS.ALI_IMRAN,29).
“Barang siapa yang tidak mau mengingat AKU (Allah) maka sesungguhnya dapat kehidupan yang sulit dan di akhirat akan dikumpulkan sebagai orang yang buta”. (QS.THAHA, 124).
“Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka”. (QS.AN_NAJM, 23).
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati itu akan diminta pertanggung jawaban.”(QS.AL_ISRA’, 36).
“Dan orang-orang yang kafir, amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangkanya air oleh orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun”. (QS.AN_NUUR,39).
“Di antara manusia ada orang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan”. “Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya” (QS.AL_HAJJ,8,74). ”Yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan karena mereka membenci keridhaan-Nya, sebab itu Allah menghapus (pahala) amal-amal mereka. (QS.MUHAMMAD, 28). “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al_Quran ataukah hati mereka terkunci?” (QS.MUHAMMAD, 24).
Al_Quran tidak ada dusta dan kebohongan di dalamnya. Tidak akan bertambah sedikitpun ke Muliaan dan ke Agungan Allah seandainya semua manusia menyembah Nya, dan tidak akan berkurang sedikitpun ke Muliaan dan ke Agungan Allah seandainya semua manusiabermaksiat kepada Nya. Allah tidak membutuhkan makhluq, tetapi makhluq sangat bergantung kepada Nya. Allah Maha Benar, manusia penuh dengan kesalahan. Islam hanya menuntut kejujuran, semoga
”Dan barangsiapa yang buta hatinya di dunia ini, niscaya di akhirat nanti ia akan lebih buta pula dan lebih tersesat dari jalan yang benar.” (QS.AL_ISRA, 72). “Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang di dalam dada. (QS.AL_HAJJ, 46).
“Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat Nya, hukum-hukum Nya supaya kamu memahaminya. (QS.AL_BAQARAH, 242)
2. Menilai sifat dan karakter dirinya
Apakah dengan rajin melaksanakan shalat masih mempunyai sifat seperti iblis, yang keras kepala, mau menang sendiri, tidak mau disalahkan, senang mengkafirkan orang, senang menghujat, senang kalau orang lain susah dan susah kalau orang lain senang. Mereka mengaku bertuhankan kepada Allah, aliran lain itu sesat, mengaku pengikut Ahllusunnah wal jamah, aliran lain bid’ah, mengaku Al_Quran sebagai pedoman, aliran lain pengikut sunni atau syi’ah. Iblis hanya menyuruh untuk merasa paling benar dan paling dekat kepada Allah.
3. Menilai prilaku dirinya
Apakah shalat yang dilakukan telah mencegah perbuatan keji dan munkar, atau ikut melarang perbuatan keji dan munkar yang ada disekitarnya. Mungkin bisa direnungkan apakah selama ini, justru kita melibatkan diri dalam maksiat dan kejahatan, seperti senang membuat onar, senang membuat resah warga, membuat sengsara orang lain, senang korupsi, judi, merampok, zina, selingkuh, memperkosa, menipu, minuman keras, dsb. Atau sudah terlibat konflik Aceh, Poso, Sampit, ikut tawuran antar kampong, antar pelajar, ikut demo, ikut menjarah, mencuri, dan masih banyak perbuatan sesat yang lain.
“Tidaklah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan?”. (QS.AL_BAQARAH, 77).
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat lagi bergelimang dosa”. (QS.AN_NISA’,107).
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah”. (QS.AL_AN’AM, 115).
Kakarot Renndan berkata,
khendy berkata,
sesama islam bentrok,,
ane yakin yg punya blog islam syi’ah ye,,??
dari pada syi’ah mending wahabi atuh,,
ahmadsyahid berkata,
zulkhairuzzaman berkata,
ini aku serius………..jadi ingat cerita paman rasulu4jj…andai dia tidak mengikuti ajaran nenek moyangnya…..maka rasulu4jj takkan bersedih hati ketika abu tholib tak mendapatka hidayah dari 4jj……marilah berfikir jernih…hamba mohon ampun ya4jj astaghfiru4jj……….
mastow berkata,
mastow berkata,
Abdullah berkata,
Herwandi berkata,
ali berkata,
CAMKAN ITU!
ARTIKEL BOBROK TAK BERBOBOT..
TAK ADA MANFAATNYA BACA ARTIKEL DI ATAS,
WAHAI SAUDARAKU TUNTUTLAH ILMU AGAR KITA TAK KELIRU…
Ali jazuli berkata,
anton berkata,
Abu Rajul berkata,
Barakallahufiikum…
Yhanti nur afrianti berkata,
khatimah syamsuddin berkata,
farida riyadi berkata,
Wahai saudaraku apabila engkau mengaku Islam sebagai agama yang diyakini untuk meniti hidup dalam kehidupan ini, berarti kita bersaudara, seharusnya diantara kita tidak saling menyakiti baik dengan lisan maupun tindakan kita.
Pakailah bahasa hati, sebab hati satu2 organ tubuh manusia yang tidak pernah berbohong, apabila hati anda menyatakan itu baik maka kerjakanlah, apabila hati anda menolak maka carilah lagi yang dapat menyebabkan hati anda menerimanya.Jadi jangan saling menyalahkan bahkan saling mencaci atau mengklaim diri anda yang benar. Sekali lagi pakailah bahasa hati untuk menilai segala sesuatunya……………
Semoga Allah memberi rachmad dan perlindunganNya kepada kita sekalian…………amien….ya robbal’alamin.
afandi abdul basit berkata,
….ihewani yang di muliakan alloh.; ketidaktahuan dlm ilmu agama memang sangat beresiko,,bukan hanya dirinya sendiri yg menjadi korban, tp orang lain juga bisa mnjadi korban”” seperti yg ada dlm linkungan kita…….banyak orang yang menempuh jalan pintas mengenal agama islam,sehingga tidak mau bersusah payah dlm menuntut ilmu……….bahkan dia tidak mengetahui ilmunya yang di dapat apakat ada sanadnya sampai rosululloh MUHAMMAD SAW atau berhenti pada orang yg cummengajukan ideologinya sendiri saja.sehingga ayat2/hadis yang di ambil apa yang sesuai dengan nafsunya.
…..ihwaniii ….. bisa kita lihat orang2 di sekeliling kita yg sebenarnya ilmunya masih dangkal tapi sudah pinter ngluarin dalil, padahal hanya cuma belajar dengan terjemahan saja.yang lebih TOP lagihatinya dah membatu……hanya mau mendengarkan apa yg kluar dari gurunya saja…klo dari orang lain atau organisasi lain meskipun HAQ tetap akan di tholak.
….coba mereka yg suka mengsumsi bhwa hadits KULLU BID’ATI DHOLALAH semua bidah itu sesat,lafadz kullu itu disitu maknanya apa?dan berfaidah apa? maaf,,,,di dalam AL QUR’AN tdk semualafadz kullu itu bima’na semua (pahamilah!)
…memang sebaiknya orang itu klo menuntut ilmu yang teliti. kita tidak bagus klo cuma belajar hanya dengan terjemahanya saja…. yaitu akibatnya bisa keliru besar.
……sekarang saya mau tanya……bagi SAMPEAN2 yg secara terbuka menjelekan paraa wali da ulama sholeh,ADAKAH ORANG2 YANG SAMPEAN KAGUMI DARI GURU2 KALIAN YG MEMPUNYAI KAROMAH SETELAH SEPENINGGALNYA? (hati2 antum menjekan ulama bisa2 antum menjelekkan PEWARIS NABI)
wassalaam,
Husin berkata,
Bukan jaman lagi sesama islam saling bermusuhan..
Islam our right way..!!
Salam Damai..!!!
novelia sandra berkata,
nuru berkata,
ikbal Abdullah berkata,
Virus Wahabi .com berkata,
habib abdillah rosyidi al - hadad berkata,
nuru berkata,
Virus Wahabi .com berkata,
nuru berkata,
AW berkata,
SUPAYA ISLAM ITU HANCUR
ENTE BARU BELAJAR LAGUNYA SUDAH KAYA ULAMA TERKENAL
SADARLAH SALAF,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,?????
BapakGuru berkata,
KAMI JASA PEMBUATAN IJAZAH SIAP MEMBANTU ANDA UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN IJAZAH UNTUK BEKERJA ATAU MELANJUTKAN SEKOLAH / KULIAH.
BERIKUT INI MERUPAKAN JASA YANG KAMI SEDIAKAN.
-SMU:4.000.000
-D3:6.000.000
-S1:8.000.000
* AMAN, LEGAL, TERDAFTAR DI UNIVERSITAS / KOPERTIS / DIKTI, BISA UNTUK MASUK(PNS, TNI, POLRI).
JUGA MELAYANI PEMBUATAN SURAT SURAT PENTING SEPERTI:SIM, STNK, KTP, REKENING BANK, SURAT TANAH, AKTE KELAHIRAN.BPKB, N1, SURAT NIKAH, DLL.
SYARAT:KTP/SIM,FOTO BERWARNA DAN HITAM PUTIH,UNIVERSITAS YANG DITUJU,IPK YANG DIMINTA(MAX 3,50),TAHUN KELULUSAN YANG DIMINTA,ALAMAT PENGIRIMAN YANG DIMINTA.KIRIM KE: 085736927001.ku@gmail.com
BERMINAT?
HUB: +6285736927001
(HANYA UNTUK YANG SERIUS SAJA).
Nb:Semua manusia berhak meiliki pekerjaan dan pendidikan yang layak,entah dari kalangan atas,menengah dan bawah.Maka dari itu kami ada untuk anda yang mebutuhkan ijazah atau surat-surat penting lainnya.
Husin berkata,
ibr4 berkata,
intropeksi aqidah kita apakah sudah benar dan jangan saling menyalahkan
tuhtam berkata,
saya kira para wahabi setuju …….
abu ila berkata,
Reza Anggara berkata,
Jemi Ayah Farish berkata,
muhibin berkata,
Jika berdakwah selalu mengatakan mengikuti Quran dan Sunah
dan tidak berdasarkan sayriat Islam,.sedangkan mereka ini yang katanya mengikuti syairat Islam tidak mengerti apa itu arti syariat islam sendiri.
salah satu contoh mereka tidak menggunakan syariat Islam
memberi hukum bid’ah kepada saudara muslim yang lain yang katanya di luar syariat islam (maulid,tahlil,yasinan, dll) dengan mengeluarkan dalil Quran yang di potong,Hadis dan fatwa dari ulam yang mereka kaitkan dengan hawa nafsu mereka tanpa harus mengembalikan kepada syariat dulu langsung memvonis tidak mengikuti syariat, coba aja lihat situs mereka semuanya sama karena hasil copas saja.
Jika kita mengikuti syariat Islam Yang benar Harus di kembalikan dulu ke syariat baru memvonis apakah ini diluar syariat atau tidak
Jika kita ingin membahas suatu permasalahan kita harus kembalikan ke Hukum hukum yang telah di tetapkan Quran dan Sunah yaitu terdiri dari
Wajib,Sunah,Haram,Makruh,Mubah
QS.Al Maaidah 3
Contohnya masalah Bid’ah
Bid’ah adalah sesuatu yang baru yang tidak pernah di contohkan oleh Rasul yang bertentangan dengan Syariat,
Contoh Bid’ah yang di lakukan Abu Bakar dan Sahabat untuk melakukan Pengumpulan Alquran, jadi apa Hukumnya mengumpulkan Alquran yang telah di lakukan Sahabat, apakah ini bid’ah? Ya, tapi disini kita kembalikan ke Hukum Yang 5 tersebut
pertama Mengumpulkan Alquran adalah Hukumnya Mubah
Jika dikerjakan tidak Apa-apa di tinggalkan juga tidak berdosa
Jika di kumpulkan apakah ini bertentangan dengan Syariat?tidak ,karena tidak ada larangan
Apakah ini jika di kumpulkan akan mendapatkan manfaat bagi umat?
Ya, jika tidak di kumpulkan Umat Islam akan kehilangan Syariat yang telah di tentukan,Maka ini menjadi Wajib untuk kita menjaga Alquran,
Agar syariat Islam tetap Ada hingga akhir jaman
Jadi Bid’ah tersebut menjadi Bid’ah Yang terpuji yang dilakukan dengan niat melakukan ibadah untuk mengharpkan Ridha Allah ,hukum Awal Mubah, Menjadi Wajib,
jika menjadi Wajib,maka mendapat pahala jika di tinggalkan oleh sahabat akan mendapat Dosa,
Dalil Bid’ah yang selama ini sering di keluarkan adalah
Bid’ah yang bertentangan dengan Qur’an Dan Sunah yang lepas dari syariat Islam
Seperti Merubah Hukum yang diharamkan Alquran menjadi Halal
atau Sesuatu yang tidak dilarang oleh Alquran dan Sunah jangan dilarang,Sesuatu yang di perintah jangan di tinggalkan
Jadi intinya Hukum Islam Itu ada 5 bukan Bid’ah dan Sunah
Jika Ada yang mengatkan Hukum hanya Bid’ah dan Sunah
Maka inilah yang dikatakan Bid’ah Dalalah yang telah merubah Syariat Islam
Sesuai dengan QS Al Hadiid 27
Jika semuanya bid’ah di niatkan untuk mengharap Ridha dari Allah
untuk manfaat Agama dan Umat maka ini yang terpuji
Jika Niatnya ingin merusak atau memecah Umat dengan hawa nafsu
dan membawa dalil yang bertentangan dengan Quran Dan Sunah
Maka ini Bidah yang tercela
Tidak ada Bid’ah urusan Dunia, jika yang di maksud Bid’ah urusan
Dunia yaitu Bid’ah yang bermanfaat bagi Agama atau yang termasuk menjaga syariat dan tidak bertentangan dengan Quran dan sunah
Contohnya :Bidah dunia, Mendirikan Pesantren, membuat Sound System, televisi,Laptop dll, jika bid’ah Dunia Tersebut Bermanfaat untuk Agama dan Umat dan tidak bertentangan dengan Syariat maka ini bid’ah yang terpuji,
Sebaliknya Jika Bid’ah tersebut untuk kerusakan dan : Seperti membangun pesantren yang isinya ingin menghancurkan Umat islam maka ini yang dinamakan bid’ah tercela
mendirikan majelis zikir tapi isinya membidahkan saudara bahkan mengkafirkan saudara seiman maka ini yang di bilang bid’ah tercela
Jadi Kesimpulannya Bid’ah itu Terpuji Jika bermanfaat oleh Agama dan Umat serta tidak bertentangan dengan Quran dan Sunah,
sebaliknya jika bertentangan dengan Quran dan Sunah maka ini bidah dalalah
Wasalam
nuru berkata,