بِسْمِ
اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ , الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
, الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ , مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ , إِيَّاكَ نَعْبُدُ
وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ , اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيمَ , صِرَاطَ
الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ , غَيْرِ المَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ
الضَّالِّينَ.
Assalamualaikum w.b.t/السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
Munafik dan kafir laknatullah sebenarnya pemberontak dan pengganas.
Kisah Tiga Roti dan Tiga Batu Emas
Wahb bin Munnabih adalah salah satu alim besar di zamannya. Lahir di masa pemerintahan Usman bin Affan radhiyallahu anhu. Dengan begitu, ia termasuk generasi tabi’in.
Kelebihannya adalah kemampuannya dalam menganalisis kitab-kitab suci
Ahlul Kitab.
Dia sendiri pernah mengatakan, ‘Aku sudah membaca 30 kitab
yang turun kepada 30 Nabi’. Ia juga terkenal dengan koleksi kisahnya
tentang lika-liku hidup kaum Israil. Selama 40 tahun, Wahb tidak pernah
mencaci angin (karena memang ada larangan dari Rasulullah SAW untuk mencaci
angin).
Selama 20 tahun, ia melakukan shalat Isya dan Shubuh dengan satu
kali wudhu’. Sewaktu melaksanakan haji pada tahun 100 H, ia didatangi
para ahli fiqh terkemuka saat itu, di antaranya adalah Atho’ dan Hasan
al-Bashri.
Begitulah biografi singkat dari Wahb bin Munabbih, sebagaimana yang ditulis oleh Imam adz-Dzahabi dalam kitab Siyar A’lam an-Nubala’.
Nah, kali
ini Wahb bin Munabbih akan bercerita kepada kita tentang kisah Nabi Isa as
dan Batu Emas. Nabi Isa as adalah salah satu Nabi yang berasal dari
kalangan Yahudi dan diutus kepada bangsa Yahudi. (Baca juga tulisan
sebelumnya tentang turunnya Nabi Isa pada akhir zaman).
Suatu hari
Nabi Isa melakukan perjalanan ditemani seorang Yahudi. Nabi Isa membawa
satu roti, sedangkan orang Yahudi membawa dua roti. Sampai pada
suatu tempat, Nabi Isa berkata, ‘Bagaimana kalau sekarang kita makan
bersama?’ Yahudi itu menjawab, ‘Baiklah’. Tapi ketika ia mengetahui
bahwa Nabi Isa hanya punya satu roti, ia menyesal. Dia berpikir bahwa
satu rotinya akan dimakan oleh Nabi Isa. Ia tidak ingin hal itu terjadi.
Sebelum
makan, Nabi Isa mencari tempat untuk berdoa. Di saat itu pula, orang
Yahudi juga mencari tempat untuk makan satu rotinya secara diam-diam.
Tibalah
waktunya makan. Masing-masing mengeluarkan makanannya. Ketika Nabi Isa as
melihat Yahudi hanya mengeluarkan satu roti, Nabi Isa as berkata kepadanya,
‘Di manakah satu roti lagi?’ Yahudi itu menjawab, ‘Saya hanya punya
satu roti ini, kok’
Lalu Nabi Isa as makan satu roti dan orang Yahudi makan satu roti. Kemudian mereka pergi, meneruskan perjalanan.
Di
perjalanan, mereka melewati sebuah pohon. Nabi Isa berkata kepada
Yahudi, ‘Bagaimana kalau kita istirahat di bawah pohon ini, tidur sampai
pagi hari?’ Yahudi itu berkata, ‘Baik, mari kita lakukan’. Mereka
berdua tidur di bawah pohon itu sampai pagi hari.
Pagi hari,
mereka kembali melanjutkan perjalanan. Tak lama kemudian, mereka bertemu
dengan orang buta. Nabi Isa as berkata kepadanya, ‘Bagaimana kalau aku
menyembuhkan matamu, sehingga Allah mengembalikan penglihatanmu, apakah
engkau akan bersyukur kepada Allah?’ Orang buta itu menjawab, ‘Ya, tentu
saja’
Lalu Nabi
Isa as mengusap mata orang buta itu dan berdoa kepada Allah SWT. Setelah itu,
orang buta itu dapat melihat. Kemudian Nabi Isa as berkata kepada orang
Yahudi yang menemaninya, ‘Demi Dia SWT yang telah memperlihatkan kepadamu
bagaimana orang buta ini dapat melihat, apakah engkau punya satu roti
lainnya?’ Yahudi itu menjawab, ‘Demi Tuhan, hanya ada satu roti’. Nabi
Isa as terdiam.
Mereka
meneruskan perjalanan, hingga melewati seekor rusa. Lalu Nabi Isa
as memanggil rusa itu, kemudian menyembelihnya dan memakannya. Sehabis
menikmati daging rusa, Nabi Isa berkata, ‘Wahai rusa, berdirilah dengan
izin Allah’. Maka rusa itu kembali hidup, seperti sedia kala.
Yahudi itu
berkata, ‘Mahasuci Allah’. Nabi Isa as berkata, ‘Demi Dia yang telah
memperlihatkan mukjizat ini kepadamu, siapakah yang memakan roti ketiga
itu?’ Orang Yahudi itu menjawab, ‘Hanya ada satu roti, sebagaimana yang
sudah saya katakan’
Mereka
kembali melanjutkan perjalanan, hingga tiba di sebuah perkampungan. Tak
disangka, di dekat mereka ada tiga batu besar terbuat dari emas. Nabi
Isa as berkata, ‘Satu batu emas untukku, satu untukmu, dan satu lagi untuk
orang yang punya roti ketiga’. Mendengar ucapan Nabi Isa, orang Yahudi
berkata, ‘Akulah yang punya roti ketiga itu. Aku memakannya ketika
engkau sedang berdoa’.
Nabi Isa berkata, ‘Kalau begitu, semua batu ini untukmu’. Lalu Nabi meninggalkan Yahudi itu.
Tinggallah
orang Yahudi itu sendiri. Ia mencoba membawa tiga batu emas itu, namun
ia tidak sanggup membawanya. Tidak lama kemudian, lewatlah tiga orang,
lalu mereka membunuh Yahudi itu dan menguasai batu emasnya.
Tiga batu
emas itu sungguh menggoda. Lalu dua orang di antara mereka berniat buruk
kepada salah satunya. Lalu salah satunya berkata, ‘Pergilah engkau ke
perkampungan terdekat. Belilah makanan untuk kita’. Setelah orang itu
pergi, satu orang berkata, ‘Jika nanti ia datang, kita bunuh saja dan
emas ini kita bagi berdua’. Temannya setuju.
Sementara
temannya yang sedang mencari makanan berkata dalam hati, ‘Nanti setelah
membeli makanan, maka aku akan taburkan racun di dalam makanan itu agar
mereka mati keracunan. Dengan begitu, aku sendiri yang menguasai batu
emas itu’.
Sampailah
orang itu dengan membawa makanan yang telah ditaburi racun. Lalu dua
orang temannya langsung membunuhnya. Kemudian keduanya menikmati makanan
itu. Tak lama kemudian, keduanya mati juga.
Setelah
peristiwa itu, Nabi Isa as melewati batu itu bersama para sahabatnya yang
lain. Ketika ia melihat ada 4 orang mati di samping batu emas itu, ia
berkata kepada para sahabatnya sambil menunjuk batu emas dan orang-orang
yang mati itu, ‘Begitulah dunia memperlakukan penghuninya. Oleh karena
itu, berhati-hatilah kalian’.
Pesan moral
kisah ini sungguh jelas. Pertama, pilihlah teman perjalanan yang baik,
apakah itu istri, suami, atau sahabat. Kedua, jangan berlaku culas
terhadap teman perjalanan. Ketiga, jika hati terlalu terpikat dengan
dunia, maka ia tidak akan sanggup menghadapi godaan dunia. Keempat,
harta berpotensi untuk membuat gelap hidup. Demi harta, orang rela
bunuh-membunuh.
Inilah yang dimaksud Rasulullah SAW ketika beliau SAW bersabda,
‘Sesungguhnya yang aku kuatirkan terhadap kalian sesudahku adalah
terbukanya sebagian kemewahan dan gemerlap dunia’ (Riwayat Bukhari dan
Muslim).
Yang membuat
kita selamat di dunia adalah manakala kita menghiasi hidup kita dengan
zikir (ingat, mawas diri) kepada Allah SWT, menjadikan apapun sebagai sarana
untuk dekat kepada Allah SWT, mendekatkan diri dengan para ulama, dan terus
belajar sepanjang hidup. Begitulah pesan Rasulullah SAW sebagaimana
diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi.
Sumber: (Tiga roti dan tiga batu emas) .
"..KEHIDUPAN DUNIA HANYALAH Kesenangan YANG MEMPERDAYA" [QS. AL 'IMRAN (3):185].
Firman Allah S.W.T., yang bermaksud: Wahai orang yang beriman! Janganlah kamu mengambil orang yang bukan daripada kalangan kamu (seperti Yahudi, Nasrani, dan Munafiq) menjadi teman karib (yang dipercayai). Mereka tidak akan berhenti berusaha mendatangkan kesusahan kepada kamu. Mereka sukakan apa yang menyusahkan kamu. Telah pun nyata (tanda) kebencian mereka pada pertuturan mulut mereka, dan apa yang tersembunyi oleh hati mereka lebih besar lagi. Sesungguhnya Kami telah jelaskan kepada kamu ayat ayat (Kami), jika kamu memahaminya (memikirkannya).” - [Al Quran Surah Al Imran ayat 118-120] .
Baca Juga:
Firman Allah S.W.T., yang
bermaksud: “Perkataan yang baik dan pemberian maaf, lebih baik dari
sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan
penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (Al Baqarah: 263).
Tiada ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.
Firman Allah S.W.T., yang
bermaksud: “Mereka yang berjuang di jalan Kami nescaya Kami tunjukkan
jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah berserta orang yang berbuat baik.”
(Al Ankabut: 69).
"Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku." (QS. Yusuf: 86).
Semasa hidup sederhanakanlah kegembiraan. Supaya wujud keseimbangan jiwa dan roh, bila menerima kesedihan yang pasti ditemui juga. Mengingatkan diri sendiri menjadi keutamaaan sebelum mengingatkan orang lain . In Syaa Allah ''palis'' sekali dari sifat-sifat sombong dan keji. Semuanya kerana Allah S.W.T.. Amin Ya Rob. (Peceq Admin).
"Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku." (QS. Yusuf: 86).
Semasa hidup sederhanakanlah kegembiraan. Supaya wujud keseimbangan jiwa dan roh, bila menerima kesedihan yang pasti ditemui juga. Mengingatkan diri sendiri menjadi keutamaaan sebelum mengingatkan orang lain . In Syaa Allah ''palis'' sekali dari sifat-sifat sombong dan keji. Semuanya kerana Allah S.W.T.. Amin Ya Rob. (Peceq Admin).
Perhatian: Pemaparan
tajuk-tajuk, gambar-gambar dan segala bagai, adalah pandangan dan
pendapat peribadi yang lebih menjurus kepada sikap dan sifat untuk
menjadi lebih baik dengan mengamalkan gaya hidup menurut perentah dan
larangan Allah S.W.T., antaranya bersikap dengan tiada prasangka, tidak
bertujuan untuk kebencian, tidak berkeperluan untuk bersubahat dengan
perkara bohong dan tiada kaitan dan berkepentingan dengan mana-mana
individu. Jujur., aku hanyalah hamba Allah S.W.T., yang hina dina.
BERSANGKA BAIK KERANA ALLAH S.W.T..
Tiada ulasan:
Catat Ulasan