Sabtu, 16 November 2013

2394. Itu adalah Bayangan Para Malaikat.


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ  , الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ , الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ,  مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ , إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ , اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيمَ  , صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ , غَيْرِ المَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ.

Assalamualaikum w.b.t/السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
Meja www.peceq.blogspot.com 
Islam Agama Ku.
Munafik dan kafir laknatullah adalah pemberontak dan pengganas sebenar.
Wanita Perkasa Di Medan Perang


Hari itu Nasibah tengah berada di dapur. Suaminya, Said tengah beristirahat di kamar tidur. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh bagaikan gunung-gunung batu yang runtuh. Nasibah menebak, itu pasti tentara musuh. Memang, beberapa hari ini ketegangan memuncak di sekitar Gunung Uhud. 

Dengan bergegas, Nasibah meninggalkan apa yang tengah dikerjakannya dan masuk ke kamar. Suaminya yang tengah tertidur dengan halus dan lembut dibangunkannya. “Suamiku tersayang,” Nasibah berkata, “aku mendengar suara aneh menuju Uhud. Barang kali orang-orang kafir telah menyerang.” 

Said yang masih belum sadar sepenuhnya, tersentak. Ia menyesal mengapa bukan ia yang mendengar suara itu. Malah istrinya. Segera saja ia bangkit dan mengenakan pakaian perangnya. Sewaktu ia menyiapkan kuda, Nasibah menghampiri. Ia menyodorkan sebilah pedang kepada Said. 

“Suamiku, bawalah pedang ini. Jangan pulang sebelum menang….”

Said memandang wajah isterinya. Setelah mendengar perkataannya seperti itu, tak pernah ada keraguan baginya untuk pergi ke medan perang. Dengan sigap dinaikinya kuda itu, lalu terdengarlah derap suara langkah kuda menuju utara. Said langsung terjun ke tengah medan pertempuran yang sedang berkecamuk. 

Di satu sudut yang lain, Rasulullah SAW melihatnya dan tersenyum kepadanya. Senyum yang tulus itu makin mengobarkan keberanian Said saja. 


Di rumah, Nasibah duduk dengan gelisah. Kedua anaknya, Amar yang baru berusia 15 tahun dan Saad yang dua tahun lebih muda, memperhatikan ibunya dengan pandangan cemas. Ketika itulah tiba-tiba muncul seorang pengendara kuda yang nampaknya sangat gugup. 

“Ibu, salam dari Rasulullah SAW,” berkata si penunggang kuda, “Suami Ibu, Said baru saja gugur di medan perang. Beliau syahid…” 

Nasibah tertunduk sebentar, “*Inna lillah*…..” gumamnya, “Suamiku telah menang perang. Terima kasih, ya Allah.” 

Setelah pemberi kabar itu meninggalkan tempat itu, Nasibah memanggil Amar. Ia tersenyum kepadanya di tengah tangis yang tertahan, “Amar, kau lihat Ibu menangis? Ini bukan air mata sedih mendengar ayahmu telah syahid. Aku sedih kerana tidak punya apa-apa lagi untuk diberikan pagi para pejuang Nabi SAW. Mahukah engkau melihat ibumu bahagia?” 

Amar mengangguk. Hatinya berdebar-debar. “Ambilah kuda di kandang dan bawalah tombak. Bertempurlah bersama Nabi SAW hingga kaum kafir terbasmi.” Mata amar bersinar-sinar. “Terima kasih, Ibu. Inilah yang aku tunggu sejak dari tadi. Aku was-was seandainya Ibu tidak memberi kesempatan kepadaku untuk membela agama Allah.” 

Putra Nasibah yang berbadan kurus itu pun segera menderapkan kudanya mengikut jejak sang ayah. Tidak tampak ketakutan sedikit pun dalam wajahnya. Di depan Rasulullah SAW, ia memperkenalkan diri. “Ya Rasulullah SAW, aku Amar bin Said. Aku datang untuk menggantikan ayah yang telah gugur.” 

Rasulullah SAW dengan terharu memeluk anak muda itu. “Engkau adalah pemuda Islam yang sejati, Amar. Allah memberkatimu….” 

Hari itu pertempuran berlalu cepat. Pertumpahan darah berlangsung sampai petang. Pagi-pagi seorang utusan pasukan Islam berangkat dari perkhemahan mereka meunuju ke rumah Nasibah. Setibanya di sana, perempuan yang tabah itu sedang termangu-mangu menunggu berita, “Ada kabar apakah gerangan kiranya?” serunya gemetar ketika sang utusan belum lagi membuka suaranya, “apakah anakku gugur?” 

Utusan itu menunduk sedih, “Betul….” “*Inna lillah*….” Nasibah bergumam kecil. Ia menangis. “Kau berduka, ya Ummu Amar?” Nasibah menggeleng kecil. “Tidak, aku gembira. Hanya aku sedih, siapa lagi yang akan ku berangkatan? Saad masih kanak-kanak.” 

Mendegar itu, Saad yang tengah berada tepat di samping ibunya, menyela, “Ibu, jangan remehkan aku. Jika engkau izinkan, akan aku tunjukkan bahwa Saad adalah putra seorang ayah yang gagah berani.” Nasibah terperanjat. Ia memandangi putranya. “Kau tidak takut, nak?” 

Saad yang sudah meloncat ke atas kudanya menggeleng yakin. Sebuah senyum terhias di wajahnya. Ketika Nasibah dengan besar hati melambaikan tangannya, Saad hilang bersama utusan itu. 

Di arena pertempuran, Saad betul-betul menunjukkan kemampuannya. Pemuda berusia 13 tahun itu telah banyak menghempaskan banyak nyawa orang kafir. Hingga akhirnya tibalah saat itu, yakni ketika sebilah anak panah menancap di dadanya. Saad tersungkur mencium bumi dan menyerukan, “Allahu Akbar!” 

Kembali Rasulullah SAW memberangkatkan utusan ke rumah Nasibah. Mendengar berita kematian itu, Nasibah meremang bulu kuduknya. “Hai utusan,” ujarnya, “Kau saksikan sendiri aku sudah tidak punya apa-apa lagi. Hanya masih tersisa diri yang tua ini. Untuk itu izinkanlah aku ikut bersamamu ke medan perang.” 

Sang utusan mengerutkan keningnya. “Tapi engkau perempuan, ya Ibu….” Nasibah tersinggung, “Engkau meremehkan aku kerana aku perempuan? Apakah perempuan tidak ingin juga masuk syurga melalui jihad?” 

Nasibah tidak menunggu jawaban dari utusan tersebut. Ia bergegas saja menghadap Rasulullah SAW dengan kuda yang ada. Tiba di sana, Rasulullah SAW mendengarkan semua perkataan Nasibah. Setelah itu, Rasulullah  SAW pun berkata dengan senyum. “Nasibah yang dimuliakan Allah. Belum waktunya perempuan mengangkat senjata. Untuk sementara engkau kumpulkan saja ubat-ubatan dan rawatlah tentera yang luka-luka. Pahalanya sama dengan yang bertempur.” 

Mendengar penjelasan Nabi SAW demikian, Nasibah pun segera menantang tas ubat-ubatan dan berangkatlah ke tengah pasukan yang sedang bertempur. Dirawatnya mereka yang luka-luka dengan cermat. Pada suatu saat, ketika ia sedang menunduk memberi minum seorang prajurit muda yang luka-luka, tiba-tiba terciprat (terpercik) darah di rambutnya. Ia menegok. Kepala seorang tentara Islam menggelinding (mengelitik) terbabat (terkena) senjata orang kafir.

Timbul kemarahan Nasibah menyaksikan kekejaman ini. Apa lagi waktu dilihatnya Nabi SAW terjatuh dari kudanya akibat keningnya terserempet (tergesel) anak panah musuh, Nasibah tidak bisa menahan diri lagi. Ia bangkit dengan gagah berani. Diambilnya pedang prajurit yang rebah itu. Dinaiki kudanya. Lantas bagai singa betina, ia mengamuk. Musuh banyak yang terbirit-birit menghindarinya. Puluhan jiwa orang kafir pun tumbang. Hingga pada suatu waktu seorang kafir mengendap dari belakang dan membabat putus lengan kirinya. Ia terjatuh terinjak-injak kuda.

Peperangan terus saja berjalan. Medan pertempuran makin menjauh, sehingga Nasibah teronggok sendirian. Tiba-tiba Ibnu Mas’ud mengendari kudanya, mengawasi kalau-kalau ada korban yang bisa ditolongnya. Sahabat itu, begitu melihat seonggok tubuh bergerak-gerak dengan payah, segera mendekatinya. Dipercikannya air ke muka tubuh itu. Akhirnya Ibnu Mas’ud mengenalinya, “Isteri Said-kah engkau?”

Nasibah samar-sama memperhatikan penolongnya. Lalu bertanya, “bagaimana dengan Rasulullah SAW? Selamatkah beliau?” “Beliau tidak kurang suatu apapun…” “Engkau Ibnu Mas’ud, bukan? Pinjamkan kuda dan senjatamu kepadaku….”

“Engkau masih luka parah, Nasibah….” “Engkau mau menghalangi aku membela Rasulullah SAW?”

Terpaksa Ibnu Mas’ud menyerahkan kuda dan senjatanya. Dengan susah payah, Nasibah menaiki kuda itu, lalu menderapkannya menuju ke pertempuran. Banyak musuh yang dijungkir balikannya. Namun, kerana tangannya sudah buntung, akhirnya tak urung juga lehernya terbabat putus. Rubuhlah perempuan itu ke atas pasir. Darahnya membasahi tanah yang dicintainya.

Tiba-tiba langit berubah hitam mendung. Padahal tadinya cerah terang benderang. Pertempuran terhenti sejenak. Rasulullah SAW kemudian berkata kepada para sahabatnya, “Kalian lihat langit tiba-tiba menghitam bukan? Itu adalah Bayangan Para Malaikat yang beribu-ribu jumlahnya. Mereka berduyun-duyun menyambut kedatangan Allahyarhamah Nasibah, wanita yang perkasa.”


·         Pengajaran Dari Perang Uhud
·         Binatang Aneh Islamkan Manusia
·         Kisah Kuda(2)
·         Himpunan Hadis Akhir Zaman


Baca juga:
Penyakit Hasad Dengki.


FIRMAN ALLAH S.W.T., YANG BERMAKSUD:  "..KEHIDUPAN DUNIA HANYALAH KESENANGAN YANG MEMPERDAYA" [QS. AL 'IMRAN (3):185]

FIRMAN ALLAH S.W.T., YANG BERMAKSUD: Wahai orang yang beriman! Janganlah kamu mengambil orang yang bukan daripada kalangan kamu (seperti Yahudi, Nasrani, dan Munafiq) menjadi teman karib (yang dipercayai). Mereka tidak akan berhenti berusaha mendatangkan kesusahan kepada kamu. Mereka sukakan apa yang menyusahkan kamu. Telah pun nyata (tanda) kebencian mereka pada pertuturan mulut mereka, dan apa yang tersembunyi oleh hati mereka lebih besar lagi. Sesungguhnya Kami telah jelaskan kepada kamu ayat ayat (Kami), jika kamu memahaminya (memikirkannya).” - [Al Quran Surah Al Imran ayat 118-120]
Semasa hidup sederhanakanlah kegembiraan. Supaya wujud keseimbangan jiwa dan roh, bila menerima kesedihan yang pasti ditemui juga. Mengingatkan diri sendiri menjadi keutamaaan sebelum mengingatkan orang lain . In Syaa Allah ''palis'' sekali dari sifat-sifat sombong dan keji. Semuanya kerana Allah S.W.T.. Amin Ya Rob. (pCq). 

Perhatian: Pemaparan tajuk-tajuk, gambar-gambar dan segala bagai, adalah pandangan dan pendapat peribadi yang lebih menjurus kepada sikap dan sifat untuk menjadi lebih baik dengan mengamalkan gaya hidup menurut perentah dan larangan Allah S.W.T., antaranya bersikap dengan tiada prasangka, tidak bertujuan untuk kebencian, tidak berkeperluan untuk bersubahat dengan perkara bohong dan tiada kaitan dan berkepentingan dengan mana-mana individu. Jujur., aku hanyalah hamba Allah S.W.T., yang hina dina. BERSANGKA BAIK KERANA ALLAH S.W.T.. 

KLIK UNTUK KE MENU UTAMA. eaho™. 

fgrt9.

Tiada ulasan: