بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ , الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ , الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ , مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ , إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ , اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيمَ , صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ , غَيْرِ المَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ.
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
•
استغفر الله لا إله إلا هو الذي الحي القيوم واتوب إليه
استغفر الله لا إله إلا هو الذي الحي القيوم واتوب إليه
استغفر الله لا إله إلا هو الذي الحي القيوم واتوب إليه
•
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ , الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ , الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ , مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ , إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ , اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيمَ , صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ , غَيْرِ المَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ
•
الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على أشرف المرسلين، وعلى آله وصحبه أجمعين
•
سبحان الله وبحمده سبحان الله العظيم
•
آمين...آمين... آمين... ياالله يَآرَبْ آلٌعَآلَمِِيِن
•
ﺑِﺴْــــــــــــــــﻢِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴْـــﻢ
•
↪KARBALA↩
-Tulisan berikut ini diterjemahkan dari tulisan dan sebagian ceramah Syaikh Utsman al-Khomis, seorang ulama yang terkenal sebagai pakar dalam pembahasan Syiah.
Pembahasan tentang terbunuhnya cucu Rasulullalllah, asy-syahid Husein bin Ali ‘alaihissalam telah banyak ditulis, namun beberapa orang ikhwan meminta agar menulis sebuah kisah shahih yang benar-benar bersumber dari para ahli sejarah. Maka penulisan ringkasan kisah tersebut sebagai berikut – Sebelumnya Syaikh telah menulis secara rinci tentang kisah terbunuhnya Husein di buku beliau Huqbah min at-Tarikh.
Pada tahun 60 H, ketika Muawiyah bin Abu Sufyan wafat, penduduk Irak mendengar kabar bahawa Husein bin Ali belum berbaiat kepada Yazid bin Muawiyah, maka orang-orang Irak mengirimkan utusan kepada Husein yang membawakan baiat mereka secara tertulis kepadanya.
Penduduk Irak tidak ingin kalau Yazid bin Muawiyah yang menjadi khalifah, bahkan mereka tidak menginginkan Muawiyah, Utsman, Umar, dan Abu Bakar menjadi Khalifah, yang mereka inginkan adalah Ali dan anak keturunannya menjadi pemimpin umat Islam. Melalui utusan tersebut sampailah 500 pucuk surat lebih yang menyatakan akan membaiat Husein sebagai Khalifah.
Penduduk Irak tidak ingin kalau Yazid bin Muawiyah yang menjadi khalifah, bahkan mereka tidak menginginkan Muawiyah, Utsman, Umar, dan Abu Bakar menjadi Khalifah, yang mereka inginkan adalah Ali dan anak keturunannya menjadi pemimpin umat Islam. Melalui utusan tersebut sampailah 500 pucuk surat lebih yang menyatakan akan membaiat Husein sebagai Khalifah.
Setelah surat itu sampai di Mekah, Husein tidak tergesa-gesa membenarkan isi surat itu. Ia mengirimkan sepupunya, Muslim bin Aqil, untuk meneliti kebenaran kabar baiat ini. Sesampainya Muslim di Kufah, ia menyaksikan ramai orang yang sangat menginginkan Husein menjadi Khalifah. Lalu mereka membaiat Husein melalui perantara Muslim bin Aqil. Baiat itu terjadi di kediaman Hani’ bin Urwah.
Kabar ini akhirnya sampai ke telinga Yazid bin Muawiyah di Ibu Kota keKhalifahan... Syam, lalu ia mengutus Ubaidullah bin Ziyad menuju Kufah untuk mencegah Husein masuk ke Irak dan meredam pemberontakan penduduk Kufah terhadap Autoritas Kekhalifahan.
Saat Ubaidullah bin Ziyad tiba di Kufah, masalah ini sudah sangat memanas. Ia terus menanyakan perihal ini hingga akhirnya ia mengetahui bahawa kediaman Hani’ bin Urwah adalah sebagai tempat berlangsungnya pembaiatan dan di situ juga Muslim bin Aqil tinggal.
Saat Ubaidullah bin Ziyad tiba di Kufah, masalah ini sudah sangat memanas. Ia terus menanyakan perihal ini hingga akhirnya ia mengetahui bahawa kediaman Hani’ bin Urwah adalah sebagai tempat berlangsungnya pembaiatan dan di situ juga Muslim bin Aqil tinggal.
Ubaidullah menemui Hani’ bin Urwah dan menanyakannya tentang gejolak di Kufah. Ubaidullah ingin mendengar sendiri penjelasan langsung dari Hani’ bin Urwah walaupun sebenarnya ia sudah tahu tentang segala kabar yang beredar.
Dengan berani dan penuh tanggung jawab terhadap keluarga Nabi (Muslim bin Aqil adalah keponakan Nabi) Hani’ bin Urwah mengatakan, “Demi Allah, sekiranya (Muslim bin Aqil) bersembunyi di kedua telapak kakiku ini, aku tidak akan memberitahukannya kepadamu!” Ubaidullah lantas memukulnya dan memerintahkan agar ia ditahan.
Dengan berani dan penuh tanggung jawab terhadap keluarga Nabi (Muslim bin Aqil adalah keponakan Nabi) Hani’ bin Urwah mengatakan, “Demi Allah, sekiranya (Muslim bin Aqil) bersembunyi di kedua telapak kakiku ini, aku tidak akan memberitahukannya kepadamu!” Ubaidullah lantas memukulnya dan memerintahkan agar ia ditahan.
Mendengar kabar bahwa Ubaidullah memenjarakan Hani’ bin Urwah, Muslim bin Aqil bersama 4000 orang yang membaiatnya mengepung istana Ubaidullah bin Ziyad. Pengepungan itu terjadi di siang hari.
Ubaidullah bin Ziayd merespon ancaman Muslim dengan mengatakan akan mendatangkan sejumlah pasukan dari Syam. Ternyata gertakan Ubaidullah membuat takut Syiah (pembela) Husein ini. Mereka pun berkhianat dan berlari meninggalkan Muslim bin Aqil hingga tersisa 30 orang sahaja yang bersama Muslim bin Aqil dan belumlah matahari terbenam hanya tersisa Muslim bin Aqil seorang diri.
Muslim pun ditangkap dan Ubaidullah memerintahkan agar ia dibunuh. Sebelum dieksekusi, Muslim meminta izin untuk mengirim surat kepada Husein, keinginan terakhirnya dikabulkan oleh Ubaidullah bin Ziyad. Isi surat Muslim kepada Husein adalah “Pergilah, pulanglah kepada keluargamu! Jangan engkau tertipu oleh penduduk Kufah. Sesungguhnya penduduk Kufah telah berkhianat kepadamu dan juga kepadaku. Orang-orang pendusta itu tidak memiliki pandangan (untuk mempertimbangkan masalah)” Muslim bin Aqil pun dibunuh, padahal saat itu adalah Hari Arafah.
Husein berangkat dari Mekah menuju Kufah di Hari Tarwiyah. Banyak para sahabat Nabi menasihatinya agar tidak pergi ke Kufah. Di antara yang menasihatinya adalah Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Zubair, Abu Said al-Khudri, Abdullah bin Amr, saudara tiri Husein, Muhammad al-Hanafiyah dll.
Abu Said al-Khudri radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Sesungguhnya aku adalah seorang penasihat untukmu, dan aku sangat menyayangimu. Telah sampai berita bahawa orang-orang yang mengaku sebagai Syiahmu (pembelamu) di Kufah menulis surat kepadamu. Mereka mengajakmu untuk bergabung bersama mereka, janganlah engkau pergi bergabung bersama mereka kerana aku mendengar ayahmu –Ali bin Abi Thalib- mengatakan tentang penduduk Kufah, ‘Demi Allah, aku bosan dan benci kepada mereka, demikian juga mereka bosan dan benci kepadaku. Mereka tidak memiliki sikap memenuhi janji sedikit pun. Niat dan kesungguhan mereka tidak ada dalam suatu permasalahan (mudah berubah.) Mereka juga bukan orang-orang yang sabar ketika menghadapi pedang (penakut.)”
Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Aku hendak menyampaikan kepadamu beberapa kalimat. Sesungguhnya Jibril datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Kemudian memberikan dua pilihan kepada beliau antara dunia dan akhirat, maka beliau memilih akhirat dan tidak mengiginkan dunia. Engkau adalah darah dagingnya, demi Allah tidaklah Allah memberikan atau menghindarkan kalian (ahlul bait) dari suatu hal, kecuali hal itu adalah yang terbaik untuk kalian” Husein tetap enggan membatalkan keberangkatannya. Abdullah bin Umar pun menangis, lalu mengatakan, “Aku titipkan engkau kepada Allah dari pembunuhan”.
Setelah meneruskan keberangkatannya, datanglah kabar kepada Husein tentang tewasnya Muslim bin Aqil. Husein pun sedar bahawa keputusannya ke Irak keliru dan ia hendak pulang menuju Mekah atau Madinah, namun anak-anak Muslim mengatakan, “Janganlah engkau pulang, sampai kita menuntut hukum atas terbunuhnya ayah kami” Kerana menghormati Muslim dan berempati terhadap anak-anaknya, Husein akhirnya tetap berangkat menuju Kufah dengan tujuan menuntut hukuman bagi pembunuh Muslim.
Bersamaan dengan itu Ubaidullah bin Ziyad telah mengutus al-Hurru bin Yazid at-Tamimi dengan membawa 1000 pasukan untuk menghadang Husein agar tidak memasuki Kufah. Bertemulah al-Hurru dengan Husein di Qadisiyah, ia mencuba menghalangi Husein supaya tidak masuk ke Kufah. Husein mengatakan, “Celakalah ibumu, menjauhlah dariku” Al-Hurru menjawab, “Demi Allah, kalau sahaja yang mengatakan itu adalah orang selainmu akan aku balas dengan menghinanya dan menghina ibunya, tapi apa yang akan aku katakan kepadamu, ibumu adalah wanita yang paling mulia, radhiallahu ‘anha”
Saat Husein menginjakkan kakinya di daerah Karbala, tibalah 4000 pasukan lainnya yang dikirim oleh Ubaidullah bin Ziyad dengan pimpinan pasukan Umar bin Saad. Husein mengatakan, “Apa nama tempat ini?” Orang-orang menjawab, “Ini adalah daerah Karbala.” Kemudian Husein menanggapi, “Karbun (musibah) dan balaa’ (bencana).”
Melihat pasukan dalam jumlah yang sangat besar, Husein radhiallahu ‘anhu menyedari tidak ada peluang baginya. Lalu ia mengatakan, “Aku ada dua alternatif pilihan, (1) kalian mengawal (menjamin keamananku) pulang atau (2) kalian biarkan aku pergi menghadap Yazid di Syam.
Engkau pergi menghadap Yazid, tapi sebelumnya aku akan menghadap Ubaidullah bin Ziyad terlebih dahulu kata Umar bin Saad. Ternyata Ubaidullah menolak jika Husein pergi menghadap Yazid, ia menginginkan agar Husein ditawan menghadapnya. Mendengar hal itu Husein menolak untuk menjadi tawanan.
Perang Saudara
Terjadilah peperangan yang sangat tidak imbang antara 73 orang di pihak Husein berhadapan dengan 5000 pasukan Irak. Kemudian 30 orang pasukan Irak dipimpin oleh al-Hurru bin Yazid at-Tamimi membelot dan bergabung dengan Husein.
Peperangan yang tidak imbang itu menewaskan semua orang yang mendukung Husein, hingga tersisa Husein seorang diri. Orang-orang Kufah merasa takut dan segan untuk membunuhnya, masih tersisa sedikit rasa hormat mereka kepada darah keluarga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Namun ada seorang laki-laki yang bernama Amr bin Dzi al-Jausyan –semoga Allah menghinakannya- melemparkan panah lalu mengenai Husein, Husein pun terjatuh lalu orang-orang mengeroyoknya, Husein akhirnya syahid, semoga Allah meredhainya.
Ada yang mengatakan Amr bin Dzi al-Jausyan-lah yang memotong kepala Husein. Sedangkan dalam riwayat lain, orang yang menggorok kepala Husein adalah Sinan bin Anas, Allahu a’lam. Yang perlu pembaca ketauhi Ubaidullah bin Ziyad, Amr bin Dzi al-Jausyan, dan Sinan bin Anas adalah pembela Ali (Syiah nya Ali) di Perang Shiffin.
Peperangan yang tidak imbang itu menewaskan semua orang yang mendukung Husein, hingga tersisa Husein seorang diri. Orang-orang Kufah merasa takut dan segan untuk membunuhnya, masih tersisa sedikit rasa hormat mereka kepada darah keluarga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Namun ada seorang laki-laki yang bernama Amr bin Dzi al-Jausyan –semoga Allah menghinakannya- melemparkan panah lalu mengenai Husein, Husein pun terjatuh lalu orang-orang mengeroyoknya, Husein akhirnya syahid, semoga Allah meredhainya.
Ada yang mengatakan Amr bin Dzi al-Jausyan-lah yang memotong kepala Husein. Sedangkan dalam riwayat lain, orang yang menggorok kepala Husein adalah Sinan bin Anas, Allahu a’lam. Yang perlu pembaca ketauhi Ubaidullah bin Ziyad, Amr bin Dzi al-Jausyan, dan Sinan bin Anas adalah pembela Ali (Syiah nya Ali) di Perang Shiffin.
Ini adalah sebuah kisah pilu yang sangat menyedihkan, celaka dan terhinalah orang-orang yang turut serta dalam pembunuhan Husein dan ahlul bait yang bersamanya. Bagi mereka kemurkaan dari Allah. Semoga Allah merahmati dan meredhai Husein dan orang-orang yang tewas bersamanya.
Di antara ahlul bait yang terbunuh bersama Husein adalah:
Di antara ahlul bait yang terbunuh bersama Husein adalah:
– Anak-anak Ali bin Abi Thalib: Abu Bakar, Muhammad, Utsman, Ja’far dan Abbas.
– Anak-anak Husein bin Ali: Ali al-Akbar dan Abdullah.
– Anak-anak Hasan bin Ali: Abu Bakar, Abdullah, Qosim.
– Anak-anak Aqil bin Abi Thalib: Ja’far, Abdullah, Abdurrahman, dan Abdullah bin Muslim bin Aqil.
– Anak-anak dari Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib: ‘Aun dan Muhammad.
Dari Ummu Salamah bahawasanya Jibril datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
“…Jibril mengatakan, “Apakah engkau mencintai Husein wahai Muhammad?” Nabi menjawab, “Tentu” Jibril melanjutkan, “Sesungguhnya umatmu akan membunuhnya. Kalau engkau mahu, akan aku tunjukkan tempat di mana ia akan terbunuh.” Kemudian Nabi diperlihatkan tempat tersebut, sebuah tempat yang dinamakan Karbala. (HR. Ahmad dalam Fadhailu ash-Shahabah, ia mengatakan hadis ini shahih)
Adapun berita-berita bahawa langit menurunkan hujan darah, dinding-dinding berdarah, batu yang diangkat lalu di bawahnya terdapat darah dll. Kerana sedih dengan tewasnya Husein, berita-berita ini tidak bersumber dari rujukan yang shahih.
“…Jibril mengatakan, “Apakah engkau mencintai Husein wahai Muhammad?” Nabi menjawab, “Tentu” Jibril melanjutkan, “Sesungguhnya umatmu akan membunuhnya. Kalau engkau mahu, akan aku tunjukkan tempat di mana ia akan terbunuh.” Kemudian Nabi diperlihatkan tempat tersebut, sebuah tempat yang dinamakan Karbala. (HR. Ahmad dalam Fadhailu ash-Shahabah, ia mengatakan hadis ini shahih)
Adapun berita-berita bahawa langit menurunkan hujan darah, dinding-dinding berdarah, batu yang diangkat lalu di bawahnya terdapat darah dll. Kerana sedih dengan tewasnya Husein, berita-berita ini tidak bersumber dari rujukan yang shahih.
Benarkah Sikap Husein ‘alaihissalam Pergi ke Irak?
Tidak ada kemaslahatan dalam hal dunia mahupun akhirat dari sikap Husein ‘alaihissalam yang keluar menuju Irak. Oleh kerana itu, ramai sahabat Nabi yang berusaha mencegahnya dan melarangnya berangkat ke Irak.
Husein pun menyedari hal itu dan ia sempat hendak pulang, namun anak-anak Muslim bin Aqil memintanya mengambil sikap atas terbunuhnya ayah mereka. Husein dengan penuh tanggung jawab tidak lari dari permasalahan ini. Dari peristiwa ini tampaklah kezaliman dan kesombongan orang-orang Kufah (Syiah-nya Husein) terhadap ahlul bait Nabi ‘alaihumu ash-shalatu wa salam.
Husein pun menyedari hal itu dan ia sempat hendak pulang, namun anak-anak Muslim bin Aqil memintanya mengambil sikap atas terbunuhnya ayah mereka. Husein dengan penuh tanggung jawab tidak lari dari permasalahan ini. Dari peristiwa ini tampaklah kezaliman dan kesombongan orang-orang Kufah (Syiah-nya Husein) terhadap ahlul bait Nabi ‘alaihumu ash-shalatu wa salam.
Sekiranya Husein ‘alaihissalam menuruti nasihat para sahabat tentu tidak terjadi peristiwa ini. Akan tetapi Allah telah menetapkan takdirnya. Terbunuhnya Husein ini tentu sahaja tidak sebesar peristiwa terbunuhnya para Nabi, semisal dipenggalnya kepala Nabi Yahya oleh seorang raja, kerana bakal isteri raja tersebut meminta kepala Nabi Yahya bin Zakariya sebagai mahar pernikahan.
Demikian juga dibunuhnya Nabi Zakariya oleh Bani Israil dan Nabi-Nabi lainnya. Demikian juga dengan dibunuhnya Umar dan Utsman. Semua kejadian itu lebih besar dibanding dengan peristiwa dibunuhnya Husein ‘alaihissalam.
Demikian juga dibunuhnya Nabi Zakariya oleh Bani Israil dan Nabi-Nabi lainnya. Demikian juga dengan dibunuhnya Umar dan Utsman. Semua kejadian itu lebih besar dibanding dengan peristiwa dibunuhnya Husein ‘alaihissalam.
Bagaimana Sikap Kita Terhadap Peristiwa Karbala?
Tidak diperbolehkan bagi umat Islam, apabila disebutkan tentang kematian Husein, maka ia meratap dengan memukul-mukul pipi atau merobek-robek pakaian atau bentuk ratapan yang semisalnya. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Bukan termasuk golongan kami, orang-orang yang menampar-nampar pipi dan merobek saku bajunya.” (HR. Bukhari).
Seorang Muslim yang baik, apabila mendengar musibah ini hendaknya ia mengatakan sebuah kalimat yang Allah tuntunkan dalam firman-Nya,
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعونَ
“Orang-orang yang apabila mereka ditimpa musibah, mereka mengtakan sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya lah kami akan kembali.” (QS. Al-Baqarah: 155)
Tidak pernah diriwayatkan bahwa Ali bin Husein atau putranya Muhammad atau Ja’far ash-Shadiq atau Musa bin Ja’far radhiallahu ‘anhum, para imam dari kalangan ahlul bait mahupun selain mereka pernah memukul-mukul pipi mereka atau merobek-robek pakaian atau berteriak-teriak, dalam rangka meratapi kematian Husein. Tirulah mereka kalau engkau tidak boleh serupa dengan mereka, kerana meniru orang-orang yang mulia itu adalah kemuliaan.
Tidak seperti orang-orang yang mengaku Syiah (pembela) Husein, Syiahnya ahlul bait Nabi pada hari ini, mereka merusak anggota tubuh, memukul kepala dan tubuh dengan pedang dan rantai, mereka katakan kami bangga mengucurkan darah bersama Husein. Demi Allah, sekiranya mereka berada pada hari di mana Husein terbunuh mereka akan turut serta dalam kelompok pembunuh Husein kerana mereka adalah orang-orang yang selalu berhianat.
Kedudukan Yazid Dalam Peristiwa Ini
Dalam permasalahan ini, Yazid sama sekali tidak turut campur. Aku mengakatakan hal ini bukan untuk membela Yazid tetapi hanya untuk mendudukan permasalahan yang sebenarnya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Yazid bin Muawiyah tidak memerintahkan untuk membunuh Husein. Ini adalah kesepatakan para ahli sejarah. Yazid hanya memerintahkan Ubaidullah bin Ziyad agar mencegah Husein untuk memasuki wilayah Irak. Ketika Yazid mendengar tewasnya Husein, Yazid pun terkejut dan menangis. Setelah itu Yazid memuliakan keluarga Husein dan mengamankan anggota keluarga yang tersisa sampai ke daerah mereka. Adapun riwayat yang menyatakan bahawa Yazid merendahkan perempuan-perempuan ahlul bait lalu membawa mereka ke Syam, ini adalah riwayat yang batil. Bani Umayyah (keluarga Yazid) selalu memuliakan Bani Hasyim (keluarga Rasulullah).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Yazid bin Muawiyah tidak memerintahkan untuk membunuh Husein. Ini adalah kesepatakan para ahli sejarah. Yazid hanya memerintahkan Ubaidullah bin Ziyad agar mencegah Husein untuk memasuki wilayah Irak. Ketika Yazid mendengar tewasnya Husein, Yazid pun terkejut dan menangis. Setelah itu Yazid memuliakan keluarga Husein dan mengamankan anggota keluarga yang tersisa sampai ke daerah mereka. Adapun riwayat yang menyatakan bahawa Yazid merendahkan perempuan-perempuan ahlul bait lalu membawa mereka ke Syam, ini adalah riwayat yang batil. Bani Umayyah (keluarga Yazid) selalu memuliakan Bani Hasyim (keluarga Rasulullah).
Sebelumnya Yazid telah mengirim surat kepada Husein ketika di Mekah, ternyata saat surat itu tiba Husein telah berangkat menuju Irak. Surat itu berisikan syair dari Yazid untuk melunakkan hati Husein agar tidak berangkat ke Irak dan Yazid juga menyatakan kedekatan kekerabatan mereka. Bibi Yazid, Ummu Habibah adalah isteri Rasulullah dan kakek Yazid dan Husein adalah saudara kembar.
Kepala Husein
Tidak ada riwayat yang shahih yang menyatakan bahawa kepala Husein dikirim kepada Yazid di Syam. Husein tewas di Karbala dan kepalanya didatangkan kepada Ubaidullah bin Ziyad. Tidak diketahui di mana makamnya dan makam kepalanya.
Wallahu Ta’ala a’la wa a’lam, wa shallallahu ‘ala nabiyyina muhammad wa ‘ala aalihi wa shohbihi ajma’in.
Sumber: almanhaj.net
Pencerahan diperlukan kepada insan yang lebih arif:
Versi lain:
Syaidina hussein yang rupanya mirip rupa Yazid bin Muawiyah sebelum ini dibesarkan oleh Muawiyah bin Abu Suffian di istananya di Damsyik manakala Yazid bin Muawiyah telah dibesarkan oleh syaidina Ali ibni Talib (ra) sesudah kewafatan nabi Muhammad (saw).
Mereka berdua telah ditukar kembali ketika perang Siffin.
Kemudiannya syaidina Hussein telah menggoda isteri syaidina Hassan (ra) dan kemudian mereka telah berzina.
Syaidina Hussein kemudiannya telah menyuruh isteri syaidina Hassan (ra) itu untuk meracuni syaidina Hassan (ra).
Setelah kematian Muawiyah bin Abu Suffian maka Yazid bin Muawiyah telah dilantik menjadi Khalifah.
Oleh kerana Syaidina Hussein hendak merampas kuasa pemerintahan maka dia bersama pengikutnya telah cuba berlepas ke kota Baghdad namun rombongannya telah dapat dipintas berhampiran bandar Karbala oleh penguasa kota Mekah ketika itu iaitu Hajjaj bin Yusuf Al-Thaqafi diatas perintah Yazid bin Muawiyah.
Oleh kerana mendapati yang Syaidina Hassan (ra) tidak ikut bersama rombongan itu maka para penduduk bandar Karbala ketika itu tidak mahu membantu rombongan Syaidina Hussein itu yang sudah diketahui kejahatannya iaitu kaki betina dan kaki arak.
Ketika serangan itu dilakukan maka hanya Syaidina Hussein sahaja merupakan lelaki rombongan itu yang masih hidup.
Ketika itu juga Syaidina Hassan hampir menemui ajalnya namun Syaidina Hassan masih sempat berkata dengan kuatnya untuk Syaidina Hussein dibunuh.
Hajjaj bin Yusuf Al-Thaqafi yang mendengar akan seruan itu seraya merasakan yang itu adalah suara Yazid bin Muawiyah kemudiannya telah mengarahkan tentera pimpinannya menyerbu secara beramai-ramai ke arah Syaidina Hussein yang sedang menayang-nayangkan kemahiran dan kepandaiannya bermain pedangnya dan justeru itu mereka telah dapat membunuh Syaidina Hussein.
Hajjaj bin Yusuf Al-Thaqafi kemudiannya telah memancung kepala Syaidina Hussein dan diletakkan di dalam sebuah dulang untuk dipersembahkan kepada Khalifah Yazid.
Melihatkan itu maka Khalifah Yazid yang terkejut dan naik berang telah memancung kepala Hajjaj bin Yusuf Al-Thaqafi sebagai balasannya kerana melanggar perintahnya untuk menangkap Syaidina Hussein hidup-hidup.
by: Mat Jaini Hashim
.
Versi lain:
Syaidina hussein yang rupanya mirip rupa Yazid bin Muawiyah sebelum ini dibesarkan oleh Muawiyah bin Abu Suffian di istananya di Damsyik manakala Yazid bin Muawiyah telah dibesarkan oleh syaidina Ali ibni Talib (ra) sesudah kewafatan nabi Muhammad (saw).
Mereka berdua telah ditukar kembali ketika perang Siffin.
Kemudiannya syaidina Hussein telah menggoda isteri syaidina Hassan (ra) dan kemudian mereka telah berzina.
Syaidina Hussein kemudiannya telah menyuruh isteri syaidina Hassan (ra) itu untuk meracuni syaidina Hassan (ra).
Setelah kematian Muawiyah bin Abu Suffian maka Yazid bin Muawiyah telah dilantik menjadi Khalifah.
Oleh kerana Syaidina Hussein hendak merampas kuasa pemerintahan maka dia bersama pengikutnya telah cuba berlepas ke kota Baghdad namun rombongannya telah dapat dipintas berhampiran bandar Karbala oleh penguasa kota Mekah ketika itu iaitu Hajjaj bin Yusuf Al-Thaqafi diatas perintah Yazid bin Muawiyah.
Oleh kerana mendapati yang Syaidina Hassan (ra) tidak ikut bersama rombongan itu maka para penduduk bandar Karbala ketika itu tidak mahu membantu rombongan Syaidina Hussein itu yang sudah diketahui kejahatannya iaitu kaki betina dan kaki arak.
Ketika serangan itu dilakukan maka hanya Syaidina Hussein sahaja merupakan lelaki rombongan itu yang masih hidup.
Ketika itu juga Syaidina Hassan hampir menemui ajalnya namun Syaidina Hassan masih sempat berkata dengan kuatnya untuk Syaidina Hussein dibunuh.
Hajjaj bin Yusuf Al-Thaqafi yang mendengar akan seruan itu seraya merasakan yang itu adalah suara Yazid bin Muawiyah kemudiannya telah mengarahkan tentera pimpinannya menyerbu secara beramai-ramai ke arah Syaidina Hussein yang sedang menayang-nayangkan kemahiran dan kepandaiannya bermain pedangnya dan justeru itu mereka telah dapat membunuh Syaidina Hussein.
Hajjaj bin Yusuf Al-Thaqafi kemudiannya telah memancung kepala Syaidina Hussein dan diletakkan di dalam sebuah dulang untuk dipersembahkan kepada Khalifah Yazid.
Melihatkan itu maka Khalifah Yazid yang terkejut dan naik berang telah memancung kepala Hajjaj bin Yusuf Al-Thaqafi sebagai balasannya kerana melanggar perintahnya untuk menangkap Syaidina Hussein hidup-hidup.
by: Mat Jaini Hashim
.
وَعَلَيْكُمْ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسۡـــــــــمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡـمَـٰنِ ٱلرَّحِـــــــيمٍِ
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
سُبحَانَ اللَّهِ وَالحَمدُاللَّهِ وَلَااِلَهَ اِلَّااوَاللَُّاَكبَر
وَلَاحَولَ وَلَاقُوَّةَاِلَّابِ اللَّهِ العَلِيِ العَظِيماَ
للَّهُمَّ صَلّ عَلَى سَيّدِنَامُحَمَّدَ وَعَلَى آل سَيّدِنَامُحَمَّدََ
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
A ﷻllah masih sayangkan kita dipinjam hari ini untuk memperbaiki diri, bertaubat, bermunajab dan memohon keampunan dosa2 kita yang lalu dan sekarang dan dikurniakan pahala yang berlipat ganda.
إِنْ شَاءَ اللَّهََ
شُكْرًا جَزِيْلً
جَزَاكَ الله خَيْرًا كَثِيْرً
تَقَبَّلَ اللّهُ مِنَّ وَ مِنْكُمُْ
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ َََ
وَصَلَّى الله ُعَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلََّ
وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنََ
آمِيّنْ اللَّهُمَّ آمِيّنْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن...
بسم الله الرحمن الرحيم
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
Allahuma sholi 'ala sayidina Muhammad nabiyil umiyi wa'alihi wa shobihi wa salim.
اللَّهُــــــــمّ صَــــــلے و سَلّـــــم علَےَ سيدنا مُحمَّــــــــدْ وعلــــــــى الـــــــه وصـحبه و سَلّـــــم
امين يارب العالمين
evo
Tiada ulasan:
Catat Ulasan