Khamis, 9 November 2017

6323. Muslim Dikala Musibah Melanda.

Bismillahi Walhamdulillah.

Sikap Seorang Muslim Dikala Musibah Melanda (Ust. Fadlan Fahamsyah, Lc, M.H.I)


Apa yang harus diperbuat oleh seorang muslim jika musibah melanda, duka berkepanjangan, nestapa telah tiba, rasa sakit telah datang kepada kita apa yang harus kita perbuat?
Wahai saudaraku yang sedang dilanda duka, ingatlah dunia adalah negeri ujian, tidak ada seorang pun kecuali ia pasti akan diuji, baik dengan kesehatan dan kelapangan untuk mengetahui sejauh mana ia akan mensyukurinya dan manusia pula diuji dengan musibah serta rasa sakit dan kesempitan untuk mengetahui pula sejauh mana ia akan bersabar menghadapi ujian tersebut.
Tidak ada orang yang lepas dari ujian, tidak ada ujian yang lepas dari musibah karena sesungguhnya Allah mencipatakan kematian dan kehidupan untuk memang untuk menguji manusia. Semua orang akan terkena musibah karena itulah tabiat kehidupan dunia. Allah berfirman:
وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).” (QS. al-A’rof: 168)
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Sungguh menakjubkan perkara kaum mukmin, sesungguhnya semua perkaranya adalah kebaikan, dan itu tidak akan terjadi kecuali bagi orang yang beriman. Jika ia dianugerahi nikmat ia bersyukur maka itu baik baginya dan jika ia tertimpa musibah ia bersabar maka itu baik pula baginya. (HR Muslim: 2999)
Imam Ibnul Qayyum Al Jauziyah mengatakan, “Seandainya manusia mengetahui bahwa nikmat Allah yang ada dalam musibah itu tidak lain seperti halnya nikmat Allah yang ada dalam kesenangan niscaya hati dan lisannya akan sibuk untuk selalu menyukurinya” (Syifa ul ‘Alil: 525)
Kita tidak tahu, terkadang kita membenci penyakit tapi bias jadi penyakit itu baik untuk kita, terkadang kita membenci suatu penyakit namun sengaja Allah kirimkan kepada kita karena Allah menginginkan kebaikan bagi kita.
وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah Maha Mengetahui sedang kamu tidak mengetahui (QS Al Baqarah: 216)
Hendaklah seorang hamba yang sedang ditimpa penyakit ataupun musibah, janganlah merasa cemas, jangan takut, dan jangan selalu dirundung duka, akan tetapi jadikanlah musibah itu sebagai sarana mendekatkan diri dengan surga, dan jadikanlah musibah itu sebagai sarana menjauhkan diri anda dari neraka.
Berapa banyak yang Allah berikan kenikmatan dan kebahagiaan namun justru membatnya melupakan Allah dan membuatnya jatuh dalam neraka, berapa banyak yang diuji dengan musibah oleh Allah tapi justru musibah itu mendekatkannya dengan Allah, dan mendekatkan dirinya menuju surga.
Jangan pernah anda merasa sendirian, karena Allah akan menyayangi hamba-hambanya yang bersabar, ketauhilah rasa sakit yang datang adalah kasih sayang Allah, sengaja Allah kirimkan rasa sakit itu untuk menghapuskan dosa kita, untuk mengangkat derajat kita, untuk mengantarkan diri kita ke surge dan menjauhkan kita dari neraka.
Jangan pernah bersedih bergembiralah, berdoalah, pintu Allah tidak pernah tertutup bagi orang yang mau mendatanginya. Detik-detik yang dialami oleh orang yang dilalui oleh orang yang terkena musibah diterpa nestapa adalah ibadah, pemberat timbangan amal ibadahnya di akhirat.
Musibah yang datang jangan membuat kita jauh dari Allah, musibah yang datang adalah bentuk kasih sayang Allah, karena Allah ingin menghapuskan dosa kita, mengantarkan  kita ke surga, dan menjauhkan kita dari neraka.
Ada seorang hamba, yang ia mendapatkan jatah tempat di surga namun amalnya tidak mampu mengantarkan dirinya ke surge, puasa sunnahnya tidak mampu, shalat malamnya tidak mampu, maka Allah uji dia dengan musibah agar musibah itu mengantarkan dia ke surga. Maka jangan pernah kita berprasangka buruk ketika musibah datang melanda, karena penyakit musibah gundah gulana kepayahan keletihan yang kita alami di alam dunia ini, detik-detiknya jika kita ikhlas dan sabar  akan bernilai pahala di sisi Allah Ta’ala.
Ternyata di balik musibah banyak kasih sayang Allah, di balik musibah banyak kebaikan-kebaikan, di balik penyakit yang menimpa kita banyak hikmah yang mahal harganya yang terkadang tidak kita rasakan sebelum ditimpa musibah tersebut.

Mengapa Allah menurunkan musibah dan rasa sakit.


Menghapuskan dosa dan menyucikan jiwa. Allah Ta’ala berfirman

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ (30)
dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu) (QS Asy Syuro: 30)
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: " مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ، وَلَا وَصَبٍ، وَلَا هَمٍّ، وَلَا حُزْنٍ، وَلَا أَذًى، وَلَا غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
Dari Abu Hurairah bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah keletihan, kepayahan, kesedihan, gundah gulana, bahaya, menimpa seorang mukmin, sampai duri sekalipun yang menusuk seorang muslim, kecuali Allah akan mengampuni kesalahan-kesalahannnya dengan musibah tersebut.” (HR Muslim)
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah berkunjung ke rumah Ummu Saib kemudian beliau berkata
جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- دَخَلَ عَلَى أُمِّ السَّائِبِ أَوْ أُمِّ الْمُسَيَّبِ فَقَالَ « مَا لَكِ يَا أُمَّ السَّائِبِ أَوْ يَا أُمَّ الْمُسَيَّبِ تُزَفْزِفِينَ ». قَالَتِ الْحُمَّى لاَ بَارَكَ اللَّهُ فِيهَا. فَقَالَ « لاَ تَسُبِّى الْحُمَّى فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِى آدَمَ كَمَا يُذْهِبُ الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ »
Ada apa denganmu wahai Ummu Saaib, engkau menggigil, dia menjawaba, “Aku sekarang tertimpa demam, semoga Allah tidak memberkahi penyakit demam.” Rasulullah berkata, “Janganlah engkau mencela penyakit demam, karena sesungguhnya penyakit demam itu menghapus dosa anak adam sebagaimana bara api menghilangkan karatan besi.” (HR Muslim: 6735)
Jadi hikmah pertama datangnya musibah, penyakit dan nestapa adalah dihapusnya kesalahan-kesalahan.

Hikmah kedua adalah mendapatkan pahala tak terhingga di akhirat.

Orang yang tertimpa penyakit di dunia akan mendapatkan pahala yang tak terhingga yang tidak mampu dimiliki oleh orang orang yang sehat.
عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« يَوَدُّ أَهْلُ الْعَافِيَةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَّ جُلُودَهُمْ قُرِضَتْ بِالْمَقَارِيضِ مِمَّا يَرَوْنَ مِنْ ثَوَابِ أَهْلِ الْبَلاَءِ ».
Dari sahabat Jabir radhiyallahu’anhu ia berkata, bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Orang-orang yang dianugerahi kesehatan ketika di dunia pada hari kiamat menginginkan agar kulit-kulit mereka dipotong-potong ketika di dunia dahulu, karena mereka melihat betapa besar pahala orang-orang yang tertimpa cobaan di dunia.” (HR Baihaqi, Ash-Shohihah 2206)

Allah dekat dengan orang yang sakit

Dalam hadis Qudsi Allah berfirman
قَالَ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ عَبْدِى فُلاَنًا مَرِضَ فَلَمْ تَعُدْهُ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ عُدْتَهُ لَوَجَدْتَنِى عِنْدَهُ
Wahai anak Adam, tidakkah engkau tahu bahwa hambaku sedang sakit sedang engkau tidak menjenguknya, tidakkah engkau tahu jika engkau menjenguknya niscaya engkau dapati Aku dekat dengannya. (HR Muslim 6721)

Musibah adalah ukuran kesabaran seorang hamba

Dunia adalah negeri ujian dan cobaan, Allah ingin melihat keimanan dan keteguhan hati seorang hamba, maka Allah kirimkan kepada mereka musibah dan bencana, akankah mereka sabar dan kembali menuju Allah ataukah justru menjauhkan dirinya dari Allah.
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
Allah Dzat yang menjadikan kematian dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS Al Mulk: 2)
النبي صلى الله عليه و سلم قال إن عظم الجزاء مع عظم البلاء وإن الله إذا أحب قوما ابتلاهم فمن رضي فله الرضا ومن سخط فله السخط
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya besarnya pahala tergantung pada beratnya cobaan, sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum maka Allah akan mengujinya mendatangkan kepadanya musibah dan bencana, barangsiapa yang ridho dengan cobaan tersebut maka Allah pun ridho kepadanya, dan barangsiapa yang murka dan berkeluh kesah maka ia akan mendapatkan murka Allah.” (HR. Tirmidzi dan dishohihkan al-Albani dalam Shohih Sunan Tirmidzi: 2396)
Maka apabila anda ditimpa musibah, maka berdoalah dengan doanya nabi Yunus ‘Alaihis Salaam.
لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ
Tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan hanya Engkau, Maha Suci Engkau dan sesungguhnya diriku adalah termasuk golongan orang yang zalim

Musibah itu Menjadikan Seseorang Lebih Menjernihkan Tauhidnya dan Menautkan Hatinya kepada Allah

Banyak orang sebelum diuji penyakit, dia melupakan Allah namun ketika Allah mengujinya dia mulai mengenal Allah ia mau shalat, ini berarti penyakitnya mengantarkan dirinya mendekat kepada Allah.
Wahab bin Munabbih berkata, “Alloh menurunkan cobaan supaya hamba memanjatkan doa dengan sebab bala’ itu.” Dalam surat Fushshilat, ayat 51, Alloh berfirman:
٥١. وَإِذَا أَنْعَمْنَا عَلَى الْإِنسَانِ أَعْرَضَ وَنَأى بِجَانِبِهِ وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ فَذُو دُعَاء عَرِيضٍ
Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdoa.” (QS. Fushshilat: 51)
Musibah dapat menyebabkan seorang hamba berdoa dengan sungguh-sungguh, tawakkal dan ikhlas dalam memohon. Dengan kembali kepada Alloh (inabah) seorang hamba akan merasakanmanisnya iman, yang mana hal itu lebih nikmat dari lenyapnya penyakit yang diderita.

Memunculkan berbagai macam ibadah yang menyertainya.

Di antara ibadah yang muncul adalah ibadah hati berupa khosyyah (rasa takut) kepada Alloh. Berapa banyak musibah yang menyebabkan seorang hamba menjadi istiqomah dalam agamanya, berlari mendekat kepada Alloh, menjauhkan diri dari kesesatan. Amat banyak hamba yang setelah ditimpa sakit, ia mau memulai bertanya persoalan agamanya, mulai mengerjakan sholat, dan berbuat kebaikan, yang kesemua itu tak pernah ia lakukan sebelum menderita sakit. Maka sakit yang dapat memunculkan ketaatan-ketaatan pada hakekatnya merupakan kenikmatan baginya.
Maha Benar Alloh dalam firmannya:
٢١٦. … وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئاً وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Alloh mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. al-Baqoroh: 216)
Simak penjelasan lengkapnya pada kajian berikut!!.
Pada kajian kali ini Ust. Fadlan Fahamsyah, Lc, M.H.I  حفظه الله menjelaskan kepada tentang Sikap Manusia dikala Musibah Datang Melanda Kajian ini disampaikan di Radio Aliman Surabaya.
Radio Suara Al-Iman Surabayaradio dakwah dan syiar IslamAhlus Sunnah wal Jama’ah, mengudara pada frekuensi radio AM 846 kHz yang dapat dijangkau oleh radio di Jawa Timur dan Madura (sebagian besar Jatim, pada khususnya), hingga beberapa kota di Jawa Tengah (Rembang, Blora, dll). Radio Suara Al-Iman Surabaya juga dapat dinikmati melalui radio streaming dan Flexi radio. Gabung juga di Facebook dan Twitter Radio Suara Al-Iman, untuk berlangganan info kajian di Jawa Timur.



Sumber:
http://www.suaraaliman.com/baca/sikap-seorang-muslim-dikala-musibah-melanda-ust-fadlan-fahamsyah-lc-mhi-203502

http://www.suaraaliman.com











.

Tiada ulasan: