Bismillahirrahmanirrahim.
.
Allah berfirman yang bermaksud: “Wahai orang yang beriman! Janganlah kamu mengambil orang yang bukan daripada kalangan kamu (seperti Yahudi, Nasrani, dan Munafiq) menjadi teman karib (yang dipercayai). Mereka tidak akan berhenti berusaha mendatangkan kesusahan kepada kamu. Mereka sukakan apa yang menyusahkan kamu. Telah pun nyata (tanda) kebencian mereka pada pertuturan mulut mereka, dan apa yang tersembunyi oleh hati mereka lebih besar lagi. Sesungguhnya Kami telah jelaskan kepada kamu ayat ayat (Kami), jika kamu memahaminya (memikirkannya).” - [Al Quran Surah Al Imran ayat 118-120]
.
Allah berfirman yang bermaksud: “Wahai orang yang beriman! Janganlah kamu mengambil orang yang bukan daripada kalangan kamu (seperti Yahudi, Nasrani, dan Munafiq) menjadi teman karib (yang dipercayai). Mereka tidak akan berhenti berusaha mendatangkan kesusahan kepada kamu. Mereka sukakan apa yang menyusahkan kamu. Telah pun nyata (tanda) kebencian mereka pada pertuturan mulut mereka, dan apa yang tersembunyi oleh hati mereka lebih besar lagi. Sesungguhnya Kami telah jelaskan kepada kamu ayat ayat (Kami), jika kamu memahaminya (memikirkannya).” - [Al Quran Surah Al Imran ayat 118-120]
Rempah-rempah Hati
Narrated by Abdullah ibn Umar (RA): Once the Prophet led us in the 'Isha' prayer during the last days of his life and after finishing it (the prayer) (with Taslim) he said: "Do you realize (the importance of) this night?" Nobody present on the surface of the earth tonight will be living after the completion of one hundred years from this night." -- Sahih Bukhari (1.116)
Diriwayatkan oleh Abdullah ibn Umar (RA): Setelah Nabi memimpin kita dalam doa 'Isya' pada hari-hari terakhir hidupnya dan setelah selesai (sholat) (dengan Taslim) dia berkata: "Apakah kamu menyadari (pentingnya) malam ini?" Tiada seorang pun yang hadir di permukaan bumi malam ini akan hidup setelah selesai seratus tahun dari malam ini "- Sahih Bukhari (1.116)
Kisah Nabi Isa Alaihissalam.
Al-Qur’an menerangkan dalam Surat An Nisaa’ 4:157: Bahawa Nabi Isa AS tidaklah dibunuh mahu pun
disalib oleh orang-orang kafir. Sebenarnya yang mereka salib adalah orang yang bentuk dan rupanya diserupakan oleh Allah SWT seperti Nabi Isa AS (sebahagian Ulama berpendapat orang yang diserupakan adalah muridnya yang berkhianat yang bernama Yudas Iskariot)
Firman Allah S.W.T.(An Nisa’ 4:157) :
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Yang bermaksud: “Dan juga (disebabkan) dakwaan mereka dengan mengatakan: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih Isa Ibni Maryam, Rasul Allah" Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak memalangnya (di kayu palang - salib), tetapi diserupakan bagi mereka (orang yang mereka bunuh itu seperti Nabi Isa). Dan Sesungguhnya orang-orang yang telah berselisih faham, mengenai Nabi Isa, sebenarnya mereka berada dalam keadaan syak (ragu-ragu) tentang menentukan (pembunuhannya). Tiada sesuatu pengetahuan pun bagi mereka mengenainya selain daripada mengikut sangkaan semata-mata; dan mereka tidak membunuhnya dengan yakin.” (An Nisa’ 4:157).
Seterusnya Firman Allah S.W.T., dalam Surah An Nisa’ 4:158:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Maksud Firman-Nya: “Bahkan Allah telah mengangkat Nabi Isa kepadaNya; dan adalah Allah Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana.” (An Nisa’ 4:158).
Kisah Nabi Khidir Alaihissalam.
Pada saat Raja Iskandar Dzul Qarnain pada tahun 322 S. M. berjalan di atas bumi menuju ke tepi bumi, Allah SWT mewakilkan Malaikat bernama Rofa’il untuk mendampingi Raja Iskandar Zulkarnain.
Di tengah perjalanan mereka berbincang-bincang, Raja Iskandar Zulkarnain berkata kepada Malaikat Rofa’il: “Wahai Malaikat Rofa’il ceritakan kepadaku tentang ibadah Para Malaikat di langit ”
Di tengah perjalanan mereka berbincang-bincang, Raja Iskandar Zulkarnain berkata kepada Malaikat Rofa’il: “Wahai Malaikat Rofa’il ceritakan kepadaku tentang ibadah Para Malaikat di langit ”
Malaikat Rofa’il berkata, “Ibadah para Malaikat di langit di antaranya ada yang berdiri tidak mengangkat kepalanya selama-lamanya dan ada pula yang rukuk tidak mengangkat kepala selama-lamanya ”
Kemudian Raja berkata, “Alangkah senangnya seandainya aku hidup bertahun-tahun dengan beribadah kepada Allah SWT”
Lalu Malaikat Rofa’il berkata, “Sesungguhnya Allah SWT telah menciptakan sumber air bumi, namanya ‘Ainul Hayat’ yang bererti Sumber Air Hidup. Maka barang siapa yang meminumnya seteguk, maka tidak akan mati sampai hari kiamat atau sehingga ia mohon kepada Allah SWT agar supaya dimatikan ”
Kemudianya Raja bertanya kepada Malaikat Rofa’il, “Apakah kau tahu tempat “Ainun Hayat itu?”
Malaikat Rofa’il menjawab, “Bahawa sesungguhnya ‘Ainun Hayat’ itu berada di bumi yang gelap ”
Setelah Raja mendengar keterangan dari Malaikat Rofa’il tentang ‘Ainul Hayat’ Maka Raja segera mengumpulkan ‘Alim Ulama’ pada zaman itu dan Raja bertanya kepada mereka tentang ‘Ainul Hayat’ itu.
Tetapi mereka menjawab, “Kita tidak tahu khabarnya, namun seoarng yang Alim di antara mereka menjawab, “ Sesungguhnya aku pernah membaca di dalam wasiat Nabi Adam AS, beliau berkata bahawa sesungguhnya Allah SWT meletakkan ‘Ainul Hayat’ di bumi yang gelap ”
“Di manakah tempat bumi gelap itu?” tanya raja. Seorang yang Alim menjawab, “Di tempat keluarnya matahari”
Kemudian Raja bersiap-siap untuk ke tempat itu, lalu Raja bertanya kepada Sahabatnya. “Kuda apa yang sangat tajam penglihatannya di waktu gelap?
”Para Sahabat menjawab, “Kuda betina yang perawan”
Kemudian Raja mengumpulkan 1000 ekor kuda betina yang perawan, lalu Raja memilih-milih di antara tentaranya, sebanyak 6000 orang cendikiawan dan yang ahli mencambuk juga dipilih.
Kemudian Raja bersiap-siap untuk ke tempat itu, lalu Raja bertanya kepada Sahabatnya. “Kuda apa yang sangat tajam penglihatannya di waktu gelap?
”Para Sahabat menjawab, “Kuda betina yang perawan”
Kemudian Raja mengumpulkan 1000 ekor kuda betina yang perawan, lalu Raja memilih-milih di antara tentaranya, sebanyak 6000 orang cendikiawan dan yang ahli mencambuk juga dipilih.
Di antara mereka ialah Nabi Khidir AS, Beliau AS, juga selaku Perdana Menteri. Kemudian berjalanlah mereka dan Nabi Khidir AS, berjalan di bahagian hadapan pasukannya dan dalam perjalanan itu mereka menjumpai petunjuk, bahawa tempat keluarnya matahari itu tepat pada arah Kiblat.
Kemudian mereka tidak berhenti-henti menempuh perjalanan dalam waktu 12 tahun, sehingga sampai di tepi bumi yang gelap itu, ternyata gelapnya itu memancar seperti asap, bukan seperti gelapnya waktu malam. Kemudian seorang yang sangat cendikiawan mencegah Raja masuk ke tempat gelap itu dan tentara-tentaranya, berkata ia kepada Raja. ”Wahai Raja, sesungguhnya Raja-Raja yang terdahulu tidak ada yang masuk tempat yang gelap ini kerana tempat yang gelap ini berbahaya. ”
Lalu Raja berkata: “Kita harus memasukinya, tidak boleh tidak.”
Kemudian ketika Raja hendak masuk, maka meraka semua membiarkannya. Kemudian Raja berkata kepada pasukannya: “Diamlah, tunggulah kalian ditempat ini selama 12 tahun, jika aku kembali kepada kalian dalam masa 12 tahun itu, maka kedatanganku dan menunggu kalian termasuk baik dan jika aku tidak datang sampai 12 tahun, maka pulanglah kembali ke negeri kalian”
Kemudian Raja bertanya kepada Malaikat Rofa’il: “Apabila kita melewati tempat yang gelap ini, apakah kita dapat melihat kawan-kawan kita ?”
“Tidak boleh kelihatan” jawab malaikat Rofa’il, “Akan tetapi aku memberimu sebuah merjan atau mutiara, jika merjan itu di atas bumi, maka mutiara tersebut dapat menjerit dengan suara yang keras, dengan demikian maka kawan- kawan kalian yang tersesat jalan dapat kembali kepadamu.”
Kemudian Raja Iskandar Zulkarnain masuk ke tempat yang gelap itu bersama sekelompok pasukannya, mereka berjalan di tempat yang gelap itu selama 18 hari tidak pernah melihat matahari dan bulan, tidak pernah melihat malam dan siang, tidak pernah melihat burung dan binatang liar, sedangkan Raja berjalan dengan didampingi oleh Nabi Khidlir AS.
Di saat mereka berjalan, maka Allah SWT memberi wahyu keapda Nabi Khidlir AS, “Bahawa sesungguhnya ‘Ainul Hayat’ itu berada di sebelah kanan jurang dan ‘Ainul Hayat’ ini Aku khususkan untuk kamu ”
Setelah Nabi Khidlir AS, menerima wahyu tersebut, Beliau AS, berkata kepada sahabat-sahabatnya: “Berhentilah kalian di tempat kalian masing-masing dan janganlah kalian meninggalkan tempat kalian sehingga aku datang kepada kalian.”
Kemudian Beliau AS, berjalan menuju ke sebelah kanan jurang, maka didapatilah oleh beliau ‘Ainul Hayat’ yang dicarinya itu. Kemudian Nabi Khidlir AS, turun dari kudanya dan Beliau AS, langsung melepas pakaiannya dan turun ke ‘Ainul Hayat’ (Sumber Air Kehidupan) tersebut dan Beliau AS, terus mandi dan minum sumber air kehidupan tersebut, maka dirasakan oleh Beliau AS, airnya lebih manis daripada madu. Setelah beliau mandi dan minum ‘Ainul Hayat’ tersebut, kemudian beliau keluar dari tempat ‘Ainul Hayat’ itu terus menemui Raja Iskandar Zulkarnain, Raja langsung tidak mengetahui apa-apa yang terjadi kepada Nabi Khidir AS, yang telah melihat ‘Ainul Hayat’ dan telah meminumnya serta telah pun mandi.
(Menurut riwayat yang diceritakan oleh Wahab bin Munabbah) dia berkata, bahawa Nabi Khidlir AS adalah anak dari ibu saudara Raja Iskandar Zulkarnain. Kemudian Raja Iskandar Zulkarnain berkeliling di dalam tempat yang gelap itu selama 40 hari, tiba-tiba nampak oleh Raja sinar seperti kilat, maka terlihat oleh Raja, bumi yang berpasir merah dan terdengar oleh Raja suara gemercik di bawah kaki kuda, kemudian Raja bertanya kepada Malaikat Rofa’il: “Gemercik ini adalah suara benda apabila seseorang mengambilnya, niescaya ia akan menyesal dan apabila tidak mengambilnya, nescaya ia akan menyesal juga.”
Kemudian di antara pasukan ada yang membawanya namun sedikit, setelah mereka keluar dari tempat yang gelap itu, ternyata bahawa benda tersebut adalah yakut yang berwarna merah dan jambrut yang berwarna hijau, maka menyesallah pasukan yang mengambil itu karena mengambilnya hanya sedikit, demikianlah pula pasukan yang tidak mengambilnya, bahkan lebih menyesal. Diriwayatkan oleh Ats-tsa’Labi dari: Iman Ali Rodliayllohu ‘ anhu.
1. Cerita ini dikutip dari kitab “ Baidai’iz karangan Syeikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas halaman 166 – 168. Penerbit: Usaha Keluarga Semarang.
2. Cerita dari Kitab Nuzhatul Majlis Karangan Syeikh Abdul Rohman Ash-Shafuri.
Penerbit Darul Fikri Bairut Halaman 257 – 258. (Salafy Tobat).
Malaikat menjawab: “Ya, aku telah mencabut beberapa nyawa manusia dan sesungguhnya nyawa manusia itu adalah bagaikan hidangan makanan, sebagaimana kamu menghadapi sesuap makanan saja”
Malaikat berkata: “Aku tidak boleh memasuki Syurga tanpa ada izin Allah SWT”
Lalu Allah SWT berfirman: “Hai Malaikat pergilah engkau bersama Idris ke Syurga” Maka keduanya pun pergilah ke Syurga dan berhenti di depan pintu Syurga, maka Nabi Idris AS dapat melihat segala kenikmatan yang ada di dalam Syurga, melihat kerajaan yang banyak, melihat anugerah yang banyak dan melihat pepohonan dan buah-buahan yang beraneka macamnya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan