Khamis, 1 Februari 2018

7066. Di 2018 Akan Ada 2 Gerhana Bulan Dan 3 Gerhana Matahari.

ﺑِﺴْــــــــــــــــﻢِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴْـــﻢ

ماشاءالله

سبحان الله

الله اکبر

    سُبْحَانَ اللَّهِ اَللَّهُمَّ صَلِّي عَلَى سَيّدنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلۓِ سَيّدنَا مُحَمَّدٍ الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على أشرف المرسلين، وعلى آله وصحبه أجمعين

اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى ءَالِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْن

Allah berfirman yang bermaksud; “Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS: Al Imran 3:185) 


أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّـيْطٰنِ الرَّجِيْمِ

بسم الله الرحمن الرحيم
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على أشرف المرسلين، 

وعلى آله وصحبه أجمعين
NASIONAL
BMKG: Di 2018 Akan Ada 2 Gerhana Bulan Dan 3 Gerhana Matahari. 
By Sodikin  Last updated Jan 28, 2018
Ilustrasi gerhana bulan. Foto: Csmonitor
JAKARTA—Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengumumkan bahwa akan terjadi dua kali gerhana bulan dan tiga gerhana matahari pada tahun 2018. Karenanya, gerhana bulan pada 31 Januari nanti bukan yang satu-satunya di sepanjang 2018.

Selain pada 31 Januari nanti, gerhana bulan juga diperkirakan akan terjadi pada 28 Juli. Sementara gerhana matahari akan terjadi 15 Februari, 13 Juli, dan pada 11 Agustus.

Melansir Suara pada Ahad (28/1/2018) dua gerhana bulan yang akan terjadi pada 31 Januari dan 28 Juli, bisa disaksikan dari Tanah Air. Kedua gerhana ini merupakan gerhana bulan total, yakni ketika bulan yang tadinya purnama benar-benar lenyap dari langit.

Sementara tiga gerhana matahari, yang merupakan gerhana sebagian, tak akan bisa disaksikan dari Indonesia.

Adapun gerhana bulan total pada 31 Januari nanti disebut ‘istimewa’ karena menggabungkan tiga fenomena alam sekaligus.  Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin menyebutnya “Super-blue-blood-moon.”

Disebut Supermoon, karena bulan masih berada di titik terdekatnya dengan bumi. Akibatnya bulan akan terlihat lebih besar dan bercahaya dari sebelum-sebelumnya.

Disebut blue moon, karena ini merupakan bulan purnama kedua pada Januari. Bulan purnama pada bulan ini juga terjadi pada 1 Januari malam.

Gerhana bulan total juga sering disebut Blood Moon karena saat gerhana total bulan tampak merah darah, karena cahayanya ditapis sedemikian rupa oleh atmosfer Bumi.

Proses gerhana pada 31 Januari malam akan dimulai pukul 18:48 WIB dan puncaknya gerhana bulan total pada pukul 19.52 – 21:08 WIB. Gerhana bulan itu akan berakhir pada sekitar pukul 22.11 WIB.

SUMBER: 

SUARA
INSPIRASI
*Gerhana Bulan, 3 Pengajaran Yang Dapat Dipetik/Diperolehi Oleh Umat Islam.* 
By Ari Cahya Pujianto  Last updated Feb 1, 2018
Foto: Abu Umar/Islampos
Alhamdulillah kita jalankan ini semua dalam rangka menghidupkan satu di antara sunnah Rasul kita Baginda Nabi Besar Muhammad SAW untuk kemudian mendapatkan keridhaan dan ganjaran pahala yang sebesarnya dari Allah SWT. Rasulullah SAW telah bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Kitab Shahihnya; 

“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat, dan bersedekahlah” [HR Bukhari No.1044]

USTADZ Insan fauzi, S.Pd., menyatakan bahawa momentum gerhana bulan ini mengandungi beberapa pengajaran untuk umat Islam. Hal ini diungkapkan dalam nasihatnya saat pelaksanaan shalat khusuf di Masjid al-Amin, Sindang Kasih, Purwakarta, Jawa Barat, Rabu (31/01/2017).

*Pertama,* menurut Ustadz Insan, pengajaran dari gerhana bulan, umat Islam diperlihatkan keutamaan pergi ke masjid. “Lihatlah bahwa sekarang begitu banyak jamaah yang memenuhi masjid. Ke masjid itu mudah dan semoga kita senantiasa ditautkan hati untuk selalu ke masjid.”

Masjid, menurut Insan, kemudian menjadi tempat persatuan yang utama untuk umat Islam.

*“Kedua,* gerhana bulan ini adalah salah satu tahapan kecil kiamat. Ini sudah diungkapkan dalam Al-Quran,” papar Insan. “Pelajarannya adalah bahawa kita semua diingatkan oleh Allah SWT akan Hari Akhir.”


*Ketiga,* pengajaran dari gerhana bulan adalah salah satu cara Allah SWT untuk memantapkan/menyentil ketaatan seorang hamba. Iaitu dengan perintah untuk mengagungkan Allah SWT. []

Sumber: 

edit by 3v0
DUNIA
Dengan Azan, Nabil Coba Bangunkan Sang Ayah Dari Koma. 
By Sodikin  Last updated Jan 31, 2018
Raden Nabil Zakiyudin R Zakariya, bocah berusia 11 tahun di Malaysia setiap hari melantunkan azan di dekat sang ayah. Ia berharap suara azan yang dikumandangkannya bisa membangunkan ayah dari koma sejak 3 tahun terakhir. Foto: The Malay Onine
MALAYSIA—Raden Nabil Zakiyudin R Zakariya, bocah berusia 11 tahun asal Malaysia mengundang haru warganet lantaran upayanya untuk menyadarkan sang ayah.

Melansir laporan The Malay Mail Online, Senin (29/1/2018), Nabil selalu melantunkan azan di dekat sang ayah setiap pulang dari sekolah.

Ia berharap, suara azan yang dikumandangkannya bisa membuat sang ayah siuman dari koma setelah terluka akibat ditabrak kereta.

“Saya tidak akan berhenti mengumandangkan azan dan membaca ayat-ayat Alquran untuk menyembuhkan ayah,” kata anak bungsu dari empat bersaudara ini.

Sang ayah, Raden Zakariya R Abdul Hamid, 51, sudah tiga tahun terakhir koma karena kerusakan saraf akibat tertabrak kereta pada tahun 2015.

Nabil sendiri merupakan murid Sekolah Dasar Islam Ilmi, Taman Rasmi Jaya. Ia merupakan juara lomba azan.

Aksi Nabil melantunkan azan di dekat ayahnya yang koma terekam dalam video amatir dan viral di media-media sosial.

“Saya mau ayah cepat sembuh dan menemai saya salat di masjid setiap hari seperti seblum kecelakaan. Saya rindu salat berjemaah dengan ayah,” tutur Nabil sambil memohon khalayak turut mendoakan kesembuhan ayahnya. []

SUMBER: 

SUARA
Khutbah Shalat Gerhana Bulan
Dr. Ali Akhmadi Al-Hafizh  31/01/18 | 13:13 Dakwah  

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Dilihat dri Tenerife. (Desiree Martin / AFP / Getty Images)
 dakwatuna.com – Ma’asyiral mslimin wal musllimat, Jamaah shalat gerhana yang dirahmati Allah SWT.
Pada malam hari yang penuh berkah ini, marilah kita panjatkan segala puja dan puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Pencipta Alam Semesta. Sang Maha Pencipta yang telah menciptakan matahari, bulan, bumi, dan bintang-bintang di seluruh alam semesta, termasuk kita manusia yang juga merupakan ciptaan-Nya.

Tuhan Yang Menciptakan alam jagat raya dengan kesempurnaan dan keseimbangan. Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Kuasa yang merupakan satu-satunya Sesembahan umat manusia.

Shalawat dan Salam teriring terpanjatkan untuk manusia pilihan, Nabi Akhir zaman, penghulu para Nabi dan Rasul, Baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya. Semoga kita termasuk sebagai umatnya yang mendapatkan syafaat nya kelak di hari kiamat. Aamiin Allahumma aamiin.

Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah,

Kita bersyukur pada Allah swt pada hari ini atas segala nikmat dan karunia-Nya yang tak terhingga yang kita terima sebagai anugerah Ilahi bagi kita, dengan cara menjaga, memelihara, dan meningkatkan iman kita kepada-Nya, dengan senantiasa beribadah kepada Allah SWT dalam menjalani kehidupan ini sebagaimana firman Allah Taala:

Katakanlah: sesungguhnya shalatkuku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Al-An’am:162)

Alhamdulilahi Rabbil ‘alamin, di tempat yang berkah ini, kita umat Islam berkumpul untuk beribadah kepada Allah SWT pada saat yang bersamaan dengan peristiwa Gerhana Bulan yang terjadi pada malam ini Rabu 31 januari 2018 yang dimulai sejak pukul 19.48 WIB. 

Kita jalankan ini semua dalam rangka menghidupkan satu di antara sunnah Rasul kita Baginda Nabi Besar Muhammad SAW untuk kemudian mendapatkan keridhaan dan ganjaran pahala yang sebesarnya dari Allah SWT. Rasulullah SAW telah bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Kitab Shahihnya,

“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat, dan bersedekahlah” [HR Bukhari No.1044]

Matahari dan bulan adalah bagian dari makhluk yang diciptakan-Nya. Keduanya merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT yang harus didudukkan posisinya dengan benar yakni sebagai makhluk bukan sebagai Khaliq Yang Disembah.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Dia-lah yang kamu hendak sembah” (Fushilat:37)

Begitu besar dan bayaknya tanda-tanda kekuasaan Allah SWT yang terhampar di alam semesta ini. Kaum Muslimin harus menjadi umat yang tanggap akan hal ini. Mereka tidak boleh abai apalagi lalai terhadap seluruh fenomena di alam raya ini. Mereka harus menjadi umat yang mampu mengambil ibrah dari keberadaan berbagai benda langit yang ada di dalamnya dan peristiwa-peristiwa yang menyertainya.

“Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya” (Yusuf:105)

Alam semesta merupakan bagian dari ayat-ayat Allah swt yang memang diciptakan-Nya untuk mendapat perhatian umat manusia dan agar mereka melihat korelasinya dengan Al-Quran yang merupakan kalam-Nya. Hal ini telah dipertegas dalam firman Nya yang haq:

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Alquran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (Fushilat:53)

Jamaah shalat gerhana yang dirahmati dan dimuliakan Allah,

Ada beberapa hal yang bisa kita ambil sebagai ibrah atau pelajaran berharga dari peristiwa alam berupa gerhana bulan ini, di antaranya adalah

Pertama, semua benda-benda langit di alam semesta ini adalah ciptaan Allah. Mereka semua merupakan makhluk. Sebagai makhluk-Nya, mereka semua tunduk dengan perintah Allah untuk beribadah kepadanya. Mereka semua taat pada Allah Taala dengan menjalankan perintahnya untuk beredar pada garis orbitnya masing-masing. Tidak ada satupun benda-benda langit yang menentang perintah Allah semisal bergerak meninggalkan orbitnya untuk memasuki orbit lainnya. Ketundukan dan ketaatan seluruh benda-benda langit kepada Allah bersifat mutlak tanpa ada satupun di antara mereka yang pernah membangkang.

Sejak awal diciptakan, langit dan bumi tidak pernah melakukan pembangkangan kepada Allah SWT. Mereka diciptakan lalu diperintahkan untuk datang menghadap Allah dengan pilihan suka hati atau terpaksa. Mereka serempak menjawab memilih taat dengan suka hati

“Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati” (Fushilat:11)

Bagi manusia yang tidak mengenal dan tidak beriman kepada Allah, mereka menyimpulkan itu sebagai hukum alam yang terjadi begitu saja. Berbeda tentunya dengan orang-orang yang beriman yang menyimpulkan bahwa seluruhnya terjadi atas ketentuan taqdir dan hukum Allah SWT. Di dalam surat Yasin, Allah berfirman

“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya”. (Yasin:40)

Kedua, Manusia sebagai makhluk sudah seharusnya membersamai sikap langit dan bumi dalam hal ketaatannya kepada Allah Taala. Lebih dari itu, manusia lah yang sejak awal diposisikan penciptaannya sebagai wakil Allah atau khalifatullah fil ardh. Simaklah iradah Allah tentang hal ini yang termaktub dalam surat Al-Baqarah,

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (Al-Baqoroh:30)

Tugas amanah mengelola alam semesta ini diberikan kepada manusia karena memang perannya adalah sebagai khalifah yakni pemimpin. Karenanya, manusia diberi perangkat yang cukup untuk itu, baik ruh, akal, dan jasad yang sempurna.

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (Ath-Thin:4)

Seluruh tugas yang diberikan Allah SWT pada manusia pada dasarnya merupakan perintah untuk melakukan penghambaan kepada-Nya. Tidaklah Jin dan Manusia diciptakan kecuali untuk beribadah kepada Allah, begitu firman Allah SWT yang ada di surat Adz-Dzariyat ayat ke-56. Penghambaan ataupun Ibadah adalah tugas suci mulia yang membawa manusia pada keselamatan dunia dan akhirat.

Kesiapan manusia bukan hanya merupakan ketentuan Allah Taala dalam penciptaan manusia sejak awal, tapi hal ini juga merupakan amanah yang sudah siap diterima oleh manusia ketika langit dan bumi tidak sanggup untuk mengangkat beban tersebut.

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan amat bodoh. (Al-Ahzab:72)

Tidak ada alasan lagi bagi manusia untuk meninggalkan dan mengabaikan amanat ini. Manusia diciptakan dengan keunggulan komparatif dan kompetitif jauh melebihi langit dan bumi. Manusia pun sudah siap untuk itu semua. Amanah sudah diterima. Saatnya untuk ditunaikan.

Namun sayangnya, fakta-fakta di depan mata kita menggambarkan situasi yang berbeda. Berapa banyak dari umat manusia yang kemudian mengabaikan tugas mulia sebagai khalifah di muka bumi. Berapa banyak dari mereka yang tidak beriman kepada Allah SWT. Sekian banyak dari mereka yang dengan mudahnya meninggalkan perintah dan melanggar larangan-larangannya.

Bukannya taat, malah maksiat. Bukannya beribadah kepada Allah, malah menyembah thagut dan berhala-berhala lainnya. Inilah potret kejahatan besar manusia terhadap Allah SWT. Padahal, barangsiapa berbuat baik, maka kebaikan itu akan kembali pada nya. Begitu pula bila melakukan keburukan, maka hal yang serupa akan terjadi pada mereka. Karena itu, umat Islam pada malam ini harus dapat mengambil ibrah dari peristiwa gerhana bulan ini dengan membacanya dalam perspektif tersebut.

Manusia adalah sentral utama di alam semesta. Semua alam ditundukan Allah untuk menjadi pelayan bagi manusia, untuk tunduk kepada manusia. Kebaikan dan kerusakan alam semesta yang sudah diciptakan dengan sempurna oleh Allah Ta’ala ini diserahkan kepada manusia. Bila manusia merusaknya, maka ia akan rusak. Bila manusia menjaga dan memeliharanya, maka keseimbangan dan keindahan alam akan menjadi pemandangan yang begitu mengagumkan. Tapi itulah manusia, mereka seperti Allah katakan sebagai makhluk yang zhalim lagi bodoh, zhaluuman jahuula

Lihatlah kerusakan di berbagai tempat baik daratan maupun lautan, sungai dan tempat lainnya oleh ulah tangan jahil manusia. Empat belas abad yang lalu, manusia sudah diingatkan oleh Allah SWT sebagaimana tercantum dalam Alquran,

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (Ar-Ruum:41)

Ketiga, peristiwa-peristiwa alam ini pada dasarnya merupakan sebuah fenomena yang kemudian harus ditelaah oleh manusia dengan pendekatan ilmiah berbasis ilmu pengetahuan. Pada gilirannya, mereka kemudian akan sampai pada satu kesimpulan bahwa ini semua adalah bagian dari ke-Maha-Besaran Allah SWT dan ke-Maha-Agungan Allahu Rabbul alamin. Islam adalah agama ilmu karena Islam bersumber dari Dzat Yang Maha Berilmu Allah Azza Wa Jalla.

Dalam sejarah peradaban Islam, Kaum muslimin telah menunjukkan prestasi yang luar biasa dalam hal pembangunan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Para ulama dan cendekiawan muslim hadir di berbagai zaman dan tempat sebagai para ahli di berbagai bidang disiplin ilmu. Kita mengenal Ulama-ulama kaliber sekelas Imam Syafii, Imam Malik, Imam Ahmad bin Hambal, Imam Abu Hanifah yang merupakan para ahli fiqih sekaligus mujtahid. Pada zaman lainnya di tempat yang berbeda kita mengenal Ibnu Rusy, Ibnu Sina, Al-Jabbar, Al-Khawarizmi dan lain-lain sebagai para saintis atau ilmuwan baik di bidang sosial maupun exact.

Sejarah peradaban umat Islam sepanjang masa telah menggambarkan bagaimana mereka generasi terdahulu dari umat ini adalah kelompok umat yang memberikan perhatian besar dalam ilmu pengetahuan termasuk kajian ilmu tentang alam semesta ini. Keilmuan yang mereka miliki dan kembangkan membuat generasi terdahulu semakin menguat keimanannya kepada Allah swt. Hal ini lah yang seharusnya berulang pada generasi umat di era millennium ketiga atau di abad ke15Hijriah atau abad ke-21.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. (Ali Imran:190-191)

Memang untuk urusan ini, kaum muslimin memiliki PR yang cukup besar. Praktis, dari kondisi faktual yang ada ilmu pengetahuan khususnya kajian ilmu-ilmu exact relatif berkembang dengan begitu pesat di negeri-negeri di mana umat Islam bukan penghuni mayoritasnya. Negara-negara di Barat, Amerika Serikat, Russia, Jepang, Korea, dan China telah jauh meninggalkan negeri-negeri Islam seperti Indonesia, Mesir, Saudi Arabia, Pakistan dan lainnya dalam hal pengembangan sains.

Negeri-negeri kaum muslimin membutuhkan kepemimpinan baru dari umat yang memiliki visi yang comprehensif atau terpadu antara visi akherat dengan dunia, visi agama dengan ilmu pengetahuan, visi syariah dan peradaban. Dengan cara demikian, maka prestasi umat Islam di masa lalu secara perlahan akan kembali ke tangan mereka. Umat akan memiliki izzah dan wibawanya kembali dalam berbagai percaturan dunia, baik pada bidang politik, ekonomi, sosial dan iptek. Peristiwa gerhana bulan ini seharusnya menyentak kesadaran umat Islam akan perlunya kehadiran pemimpin yang kuat yang memiliki visi terpadu tersebut untuk mengembangkan negeri-negeri Islam.

Ma’asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah,

Akhirnya, pada penghujung khutbah ini, marilah kita tundukan sejenak hati dan perasaan kita seraya berdoa kepada Allah SWT pada malam gerhana bulan ini. Pada malam dimana kita menghidupkan satu di antara sunnah Rasulullah SAW. Mudah-mudahan, Allah SWT berkenan mendengar dan mengabulkan doa dan munajat kita. Aamiin yaa Rabbal ‘alamin. (ali/dakwatuna.com)

Sumber: 
https://www.dakwatuna.com/2018/01/31/90547/khutbah-shalat-gerhana-bulan/#ixzz55mEcZwZU 

Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

ISLAM 4 BEGINNER
Kapan Sebaiknya Shalat Gerhana Dilakukan?
By Eva F Hasan  Last updated Jan 31, 2018

WAKTU pelaksanaan shalat gerhana adalah mulai ketika gerhana muncul sampai gerhana tersebut hilang.

Dari Al Mughiroh bin Syu’bah, Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,


إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا حَتَّى يَنْجَلِىَ

”Matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Kedua gerhana tersebut tidak terjadi karena kematian atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat keduanya, berdo’alah pada Allah, lalu shalatlah hingga gerhana tersebut hilang (berakhir),” (HR. Bukhari no. 1060 dan Muslim no. 904).
Ilustrasi Gerhana Bulan. Foto: kalastro.id
Shalat gerhana juga boleh dilakukan pada waktu terlarang untuk shalat. Jadi, jika gerhana muncul setelah Ashar, padahal waktu tersebut adalah waktu terlarang untuk shalat, maka shalat gerhana tetap boleh dilaksanakan.

Dalilnya adalah:


فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَافْزَعُوا إِلَى الصَّلاَةِ

”Jika kalian melihat kedua gerhana matahari dan bulan, bersegeralah menunaikan shalat,” (HR. Bukhari: 1047).

Dalam hadits ini tidak dibatasi waktunya. Kapan saja melihat gerhana termasuk waktu terlarang untuk shalat, maka shalat gerhana tersebut tetap dilaksanakan. []

Sumber: 

Rumaysho
Kapan Sebaiknya Shalat Gerhana Dilakukan? - Islampos



رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ

رَبَّنَا ءَاتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى الله ُعَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ


وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمين
Daftar Isi Al-Quran dan Terjemahan - Silakan Klik untuk membacanya:
  1. Surat Al Fatihah (Pembukaan)
  2. Surat Al Baqarah (Sapi Betina)
  3. Surat Ali 'Imran (Keluarga 'Imran)
  4. Surat An Nisa' (Wanita)
  5. Surat Al Ma'idah (Hidangan)
  6. Surat Al An'am (Binatang Ternak)
  7. Surat Al A'raf  (Tempat Tertinggi)
  8. Surat Al Anfal (Rampasan Perang)
  9. Surat At Taubah (Pengampunan)
  10. Surat Yunus (Nabi Yunus A.S.)
  11. Surat Hud (Nabi Huud A.S.)
  12. Surat Yusuf (Nabi Yusuf A.S.)
  13. Surat Ar Ra'd (Guruh)
  14. Surat Ibrahim (Nabi Ibrahim A.S.)
  15. Surat Al Hijr (Daerah Pegunungan)
  16. Surat An Nahl (Lebah)
  17. Surat Al Israa' (Memperjalankan Di Malam Hari)
  18. Surat Al Kahfi (Gua)
  19. Surat Maryam (Maryam)
  20. Surat Thaha (Thaahaa)
  21. Surat Al Anbiya' (Kisah Para Nabi)
  22. Surat Al Hajj (Ibadah Haji)
  23. Surat Al Mu'minun (Orang Mukmin)
  24. Surat An Nur (Cahaya)
  25. Surat Al Furqaan (Pembeda)
  26. Surat Asy Syu'ara' (Penyair)
  27. Surat An Naml (Semut)
  28. Surat Al Qashash (Cerita)
  29. Surat Al 'Ankabuut (Laba-Laba)
  30. Surat Ar Ruum (Bangsa Rumawi)
  31. Surat Luqman (Luqman)
  32. Surat As Sajdah ((Sujud)
  33. Surat Al Ahzab (Golongan Yang Bersekutu)
  34. Surat Saba' (Kaum Saba')
  35. Surat Fathir (Pencipta)
  36. Surat Yaasiin
  37. Surat Ash Shaffat (Yang Bershaf-Shaf)
  38. Surat Shaad
  39. Surat Az Zumar (Rombongan-Rombongan)
  40. Surat Al Mu'min (Orang Yang Beriman)
  41. Surat Fushshilat (Yang Dijelaskan)
  42. Surat Asy Syuura (Musyawarah)
  43. Surat Az Zukhruf (Perhiasan)
  44. Surat Ad Dukhaan (Kabut)
  45. Surat Al Jaatsiyah (Yang Berlutut)
  46. Surat Al Ahqaaf (Bukit Pasir)
  47. Surat Muhammad (Nabi Muhammad SAW)
  48. Surat Al Fath (Kemenangan)
  49. Surat Al Hujuraat (Kamar-Kamar)
  50. Surat Qaaf
  51. Surat Adz Dzaariyaat (Angin Yang Menerbangkan)
  52. Surat Ath Thuur (Bukit)
  53. Surat An Najm (Bintang)
  54. Surat Al Qamar (Bulan)
  55. Surat Ar Rahmaan (Yang Maha Pemurah)
  56. Surat Al Waaqi'ah (Hari Kiamat)
  57. Surat Al Hadid (Besi)
  58. Surat Al Mujadilah (Wanita Yang Mengajukan Gugatan)
  59. Surat Al Hasyr (Pengusiran)
  60. Surat Al Mumtahanah (Wanita Yang Diuji)
  61. Surat Ash Shaff (Barisan)
  62. Surat Al Jumu'ah (Hari Jum'at)
  63. Surat Al-Munafiqun (Orang-Orang Munafik)
  64. Surat At Taghabun (Hari Ditampakkan Kesalahan-Kesalahan)
  65. Surat Ath Thalaaq (Talak)
  66. Surat At Tahrim (Mengharamkan)
  67. Surat Al Mulk (Kerajaan)
  68. Surat Al Qalam (Pena)
  69. Surat Al Haqqah (Kiamat)
  70. Surat Al Ma'arij (Tempat-Tempat Naik)
  71. Surat Nuh (Nabi Nuh A.S)
  72. Surat Al Jin (Jin)
  73. Surat Al Muzzammil (Orang Yang Berselimut)
  74. Surat Al Muddatstsir (Orang Yang Berselimut)
  75. Surat Al Qiyamah (Hari Kiamat)
  76. Surat Al Insaan (Manusia)
  77. Surat Al Mursalat (Malaikat-Malaikat Yang Diutus)
  78. Surat An Naba´ (Berita Besar)
  79. Surat An Naazi´ (Malaikat-Malaikat Yang Mencabut)
  80. Surat 'Abasa (Bermuka Masam)
  81. Surat At Takwir (Menggulung)
  82. Surat Al Infithar (Terbelah)
  83. Surat Al Muthaffifiin (Orang-Orang Yang Curang)
  84. Surat Al Insyiqaaq (Terbelah)
  85. Surat Al Buruuj (Gugusan Bintang)
  86. Surat Ath Thaariq (Yang Datang Di Malam Hari)
  87. Surat Al A´Laa (Yang Paling Tinggi)
  88. Surat Al Ghaasyiyah (Hari Kiamat)
  89. Surat Al Fajr (Fajar)
  90. Surat Al Balad (Negeri)
  91. Surat Asy Syams (Matahari)
  92. Surat Al Lail (Malam)
  93. Surat Adh Dhuhaa (Waktu Dhuha)
  94. Surat Alam Nasyrah /Al Insyirah (Bukankah Kami Telah Melapangkan)
  95. Surat At Tiin (Buah Tin)
  96. Surat Al 'Alaq (Segumpal Darah)
  97. Surat Al Qadr (Kemuliaan)
  98. Surat Al Bayyinah (Bukti Yang Nyata)
  99. Surat Al Zalzalah (Goncangan)
  100. Surat Al 'Adiyat (Kuda Perang Yang Berlari Kencang)
  101. Surat Al Qari'ah (Hari Kiamat)
  102. Surat At Takatsur (Bermegah-Megahan)
  103. Surat Al 'Ashr (Masa)
  104. Surat Al Humazah (Pengumpat)
  105. Surat Al Fiil (Gajah)
  106. Surat Quraisy (Suku Quraisy)
  107. Surat Al Ma'un (Barang-Barang Yang Berguna)
  108. Surat Al Kautsar (Nikmat Yang Banyak)
  109. Surat Al Kafirun (Orang-Orang Kafir)
  110. Surat An Nashr (Pertolongan)
  111. Surat Al Lahab (Gejolak Api)
  112. Surat Al Ikhlas (Memurnikan Keesaan Allah)
  113. Surat Al Falaq (Waktu Subuh)
  114. Surat An Naas (Manusia)
....................................

Tiada ulasan: