Sabtu, 15 September 2018

Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam Siri 1. 8201.



Provokasi terhadap Islam.

Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam 

Umat Kristiani Bekasi kembali berulah. Belum rampung kasus penghinaan terhadap Islam oleh Blog Santo Bellarminus. Kembali, provokasi dan tantangan perang dihembuskan umat kristiani di jantung umat Islam Bekasi, masjid Agung Al-Barkah. Di sana, mereka membuat formasi pedang salib dan mahkota paus. Bahkan salah seorang karyawan masjid berusaha untuk dibaptis.

Aksi tersebut terjadi pada saat acara karnaval antinarkoba Bekasi yang digelar dalam  rangka Hari Pendidikan Nadional (Hardiknas) pada Ahad (2/5/2010) kemarin. Sekitar pukul 8.30 pagi, ketika rombongan melewati alun-alun, tepat di masjid Al-Barkah, beberapa peserta karnaval berbuat ulah, padahal di dalam masjid sedang dilantunkan tilawah Al-Qur'an. Lima belas orang peserta karnaval berdandan kristiani memasuki pelataran masjid. Tepat di depan pintu utama masjid, mereka berbaris menghadap kiblat membentuk formasi “Mahkota Paus dan Salib.”

Orang paling depan, seorang laki-laki dari etnis China membawa replika Tiara (mahkota) Paus berwarna ungu. Mahkota paus itu diletakkan di atas talam yang dihiasi dengan kain beludru warna ungu. Orang kedua yang berdiri di belakangnya mengacungkan tongkat ke atas. Di belakangnya lagi, seorang berpakaian ala tentara Romawi, menyilangkan pedang imitasi berwarna putih. Gabungan antara tongkat dan pedang itu membentuk tanda salib.

Perbuatan umat Kristiani tersebut sangat menyakiti hati umat Islam. Sebenarnya cukup penghinaan mereka di dunia maya dijadikan alasan untuk berjihad. Ditambah lagi ini, tempat suci umat muslim dihina kehormatannya dengan dipamerkan aksi membuat simbol salib dan mahkota paus yang seolah-olah mengisyaratkan sebentar lagi tempat suci umat Islam tersebut akan menjadi tempat penyembahan Yesus.

Imam Ahmad bin Hambal pernah ditanya tentang seorang Yahudi ahli dzimmah yang kebetulan melewati seorang muadzin, lantas ia berkata, "bohong kamu." Beliau menjawab, "dia harus dibunuh, oleh karena dia telah mencerca."

Bila dibandingkan, kejadian penghinaan dan penghujatan orang kafir di Bekasi tentunya itu jauh lebih dahsyat daripada apa yang ditanyakan kepada Imam Ahmad di atas.

Tempat suci umat muslim dihina kehormatannya dengan dipamerkan aksi membuat simbol salib dan mahkota paus yang seolah-olah mengisyaratkan sebentar lagi tempat suci umat Islam tersebut akan menjadi tempat penyembahan Yesus.

Toleransi yang Diajarkan Islam

Islam membolehkan, bahkan menganjurkan kepada pemeluknya untuk berbuat baik dan berlaku adil kepada orang kafir, seperti membantu urusan mereka, menyambung tali silaturahim, saling membagi makanan, dan lainnya. Tapi dengan syarat, selama mereka tidak memerangi agama Allah dan tidak mengusir umat Islam dari negeri mereka.

Namun apabila orang kafir sudah berani menghina Allah, Rasul-Nya, dan ajaran Islam; memerangi kaum muslimin karena agama mereka, dan mengusirnya dari negeri mereka, maka umat Islam tidak boleh berbaik-baik dan bermuka manis kepada mereka, sebaliknya harus mengumandangkan permusuhan terhadap mereka. Allah Ta'ala berfirman:

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

"Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim." (QS. Al Mumtahanah: 8-9)

Apabila orang kafir sudah berani menghina Allah, Rasul-Nya, dan ajaran Islam; memerangi kaum muslimin karena agama mereka, dan mengusirnya dari negeri mereka, maka umat Islam tidak boleh berbaik-baik dan bermuka manis kepada mereka, sebaliknya harus mengumandangkan permusuhan terhadap mereka.

Apa yang Harus Dilakukan Umat Islam

Jika orang kafir sudah berani menghina Islam dan syiar-syiar (simbol-simbol)-nya, berarti mereka mengumandangkan perang terhadap kaum muslimin. Karenanya, umat Islam wajib melakukan pembelaan kepada agamanya.

Banyak keterangan dari para ulama Islam terdahulu yang menjelaskan sikap umat Islam terhadap orang-orang yang menghina agamanya. Bahkan sebagiannya menukilkan kesepakat ulama dalam menyikapi orang tersebut, seperti imam al Khathaabi. Beliau mengatakan, "Aku tidak mengetahui seorang pun di antara kaum muslimin yang berselisih pendapat tentang wajibnya membunuh orang yang menghina Allah dan Rasul-Nya."

Diriwayatkan dari Husain, bahwasanya Ibnu Umar berkata, "Barangsiapa mencaci Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, maka dia harus dibunuh." Sampai pada perkataan beliau, "Dengan keharusan inderawi dan penglihatan, kita mengetahui bahwa jika mereka secara terang-terangan menghina Allah Subhanahu wa Ta'ala, atau menghina Rasul shallallahu 'alaihi wasallam, atau menghina sesuatu dari agama Islam, berarti mereka telah merendahkan kita, menghinakan kita dan bahkan menghina agama kita. Dengan demikian, mereka telah merusak perjanjian dan membatalkan dzimmah (jaminan perlindungan) mereka. Jika  mereka membatalkan dzimmah mereka, maka tidak ada keraguan lagi bahwa darah, tawanan, dan harta mereka telah halal."

Imam Ahmad pernah mengatakan, "Barangsiapa mencaci Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan melecehkannya –baik dia seorang muslim atau kafir- maka dia wajib dibunuh. Saya berpandangan bahwa dia langsung dibunuh dan tidak perlu diminta untuk bertaubat lebih dulu."

Beliau juga mengatakan, "setiap orang (kafir dzimmi) yang melanggar perjanjian dan membuat perkara baru di dalam Islam, maka orang seperti ini menurutku wajib dibunuh. Karena bukan untuk hal itu mereka diberi perjanjian dan jaminan perlindungan."

Demikian juga dengan Abu Shafra' yang berkata, "aku bertanya kepada Abu Abdillah (Imam Ahmad bin Hambal) perihal seorang lelaki ahli dzimmah yang mencaci Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, apa yang harus dilakukan terhadapnya? Beliau menjawab, "Jika perbuatannya itu terbukti, maka orang yang mencaci Nabi, baik dia seorang muslim ataupun kafir, dia harus dibunuh." Dan beliau beralasan dengan hadits seorang buta yang membunuh budak wanitanya dengan beralasan, "aku mendengar dia mencaci Nabi shallallahu 'alaihi wasallam."

Imam Ahmad bin Hambal pernah ditanya tentang seorang Yahudi ahli dzimmah yang kebetulan melewati seorang muadzin, lantas ia berkata, "bohong kamu." Beliau menjawab, "dia harus dibunuh, oleh karena dia telah mencerca." (Dinukil dari Fatwa Mati Buat Penghujat, Abdul Mun'im Halimah "Abu Bashir" hal. 52-59)

Oleh: Badrul Tamam
Sumber:

TUHAN-TUHAN MANUSIA - SIRI PERTAMA

TUHAN-TUHAN MANUSIA


Firman Allah : al-Anbia 24

Apakah mereka memilih Tuhan-tuhan yang selain daripada Allah? Katakanlah : Bawalah dalil-dalil kamu. Kitab ini menyebut cerita orang-orang yang semasa denganku di samping menyebut cerita para Rasul sebelumku. Malah  kebanyakan mereka tidak mengetahui Aqidah yang benar, maka kerana itu mereka berpaling daripada-Nya.  

Firman Allah : asy-Syu’arak 70, 71

Tetkala ia berkata kepada bapanya dan kaumnya, “Siapakah yang kamu sembah ?”
Mereka menjawab, “ Kami menyembah berhala-berhala dan kami tekun dan kekal menyembahnya.

SIAPAKAH Tuhan kita, siapakah Tuhan yang berkuasa dan berdaulat ke atas kita, siapakah Tuhan yang mengabdikan kita kepada kuasanya, siapakah Tuhan yang membuat segala peraturan dan undang-undang untuk kita dan siapakah Tuhan yang kita sembah dalam kehidupan kita hari-hari? Inilah persoalan-persoalan yang amat “crucial” dan utama dalam kehidupan kita hari-hari kerana ianya adalah persoalan-persoalan yang menentukan kesempurnaan atau kerosakan pegangan dan amalan kita akan kalimah ﻵﺍﻟﻪﺍﻷﺍﷲ dan kesempurnaan atau kerosakan keimanan kita kepada Allah swt. Inilah persoalan-persoalan yang menentukan samada kita ini sudah bertukar menjadi orang-orang kafir atau kita masih kekal sebagai orang-orang Islam.


Pada hari ini Tuhan kita bukanlah lagi Allah swt, tetapi Tuhan-tuhan kita adalah para PEMIMPIN kita yang BERKUASA, BERDAULAT dan MEMERINTAH ke atas kita, Tuhan-tuhan kita adalah para pemimpin kita yang MENGABDIKAN kita kepada KEKUASAAN mereka, dan Tuhan-tuhan yang kita SEMBAH pada setiap hari adalah para pemimpin kita. Siapakah yang dimaksudkan sebagai para pemimpin kita yang kini menjadi Tuhan-tuhan kita ini? Tuhan-tuhan kita adalah terdiri daripada ahli-ahli Parlimen dan Dun serta Raja-Raja Melayu (Constitutiuonal Monarch) kita kerana mereka kesemuanya ini memiliki KUASA dan DAULAT untuk memerintah ke atas kita, mereka kesemuanya memiliki KUASA dan DAULAT untuk membuat peraturan dan undang-undang untuk dikuat kuasakan ke atas kita, mereka memiliki KUASA dan DAULAT untuk menghamba abdikan kita kepada kekuasaan mereka dan mereka memiliki KUASA  dan DAULAT untuk disembah oleh kita dengan cara kita mentaati dan mematuhi segala peraturan dan undang-undang manusia ini.


Ahli-ahli Parlimen dan Dun serta Raja-Raja Melayu kita ini adalah “arbaban musyarri’ “ , iaitu Tuhan-tuhan Manusia yang berkuasa, berdaulat dan memerintah ke atas kita, dan Tuhan-tuhan yang membuat segala peraturan dan undang-undang; dan  mereka ini adalah juga “alihah musyarri’ “, iaitu Tuhan-tuhan Manusia yang kita sembah. Mereka ini adalah “Syurakaa Musyarriin,” iaitu mereka ini telah melakukan SYIRIK dalam peraturan dan undang-undang yang mengeluarkan mereka ini daripada agama Allah. Kita telah melantik mereka ini kesemuanya sebagai Tuhan-tuhan kita di samping itu kita masih mengaku Allah sebagai Tuhan kita yang Maha Esa. Kita kini sedang mengimani, menganuti dan mengamalkan agama demokrasi yang syirik dan kufur di samping itu kita masih tetap juga mengimani, menganuti dan mengamalkan agama Allah. Kita kini mempunyai ramai Tuhan dan kita sebenarnya sedang mengimani, menganuti dan mengamalkan dua agama yang berlainan pada masa yang sama.  Para pemimpin kita kini adalah orang-orang yang kafir, zalim dan fasik di sisi Allah swt kerana mereka kini telah terlibat dengan Syurakka Musyarriin, iaitu syirik kerana mereka membuat segala peraturan dan undang-undang manusia dan syirik kerana segala peraturtan dan undang-undang yang dibuat oleh mereka itu adalah ditaati dan dipatuhi oleh seluruh umat manusia!


Kerajaan demokrasi Malaysia kita ini adalah kerajaan yang syirik dan kufur kerana ia MELANTIK MANUSIA sebagai TUHAN-TUHAN yang selain daripada Allah dan justeru ia menafikan kalimah  ﻵﺍﻟﻪﺍﻷﺍﷲ. Dalam sistem politik demokrasi Malaysia, fasal 44 Perlembagaan Negara memperuntukkan bahawa segala peraturan dan undang-undang itu adalah dibuat oleh manusia dan dikuatkuasakan ke atas manusia, kemudian peraturan dan undang-undang itu pula ditaati dan dipatuhi manusia. Kesemuanya ini bererti Perlembagaan Negara dan sistem pemerintahan negara kita ini telah MENGIFRADKAN sifat-sifat ULUHIYAH dan RUBUBIYAH kepada manusia, khususnya kepada para pemimpin kita yang dipilih sebagai ahli-ahli PARLIMEN dan DUN serta RAJA-RAJA MELAYU kita yang kesemuanya itu telah dinaikkan pangkat-pangkat mereka masing-masing itu daripada manusia-manusia biasa kepada TUHAN-TUHAN yang BERKUASA dan BERDAULAT ke atas manusia, TUHAN-TUHAN yang membuat peraturan dan undang-undang untuk manusia,  TUHAN-TUHAN yang MENGHAMBA ABDIKAN manusia kepada kekuasaan manusia serta TUHAN-TUHAN yang DISEMBAH oleh manusia.


Peraturan dan undang-undang adalah AGAMA dan sesiapa sahaja yang membuat peraturan dan undang-undang untuk kita, dia adalah Tuhan atau Tuhan-tuhan kita. Allah adalah Tuhan kita kerana Dia membuat peraturan dan undang-undang untuk kita, iaitu Allah adalah Tuhan yang mencipta dan membuat AGAMA untuk kita. Bagi negara Malaysia kita ini, para pemimpin kita yang terdiri daripada ahli-ahli Parlimen dan Dun serta Raja-Raja Melayu kita ini mempunyai hak-hak dan kuasa-kuasa untuk membuat peraturan dan undang-undang untuk kita yang bererti bahawa mereka telah mencipta dan membuat AGAMA untuk kita, iaitu agama manusia yang selain daripada agama Allah, dan itu juga bererti bahawa mereka telah melantik diri mereka sebagai Tuhan-tuhan kita. 


Rububiyah Manusia :


1.   Para pemerintah itu adalah TUHAN-TUHAN MANUSIA kerana mereka itu adalah orang-orang yang BERHAK, BERKUASA, BERDAULAT dan MEMERINTAH ke atas manusia;


2.  Para pemerintah itu adalah TUHAN-TUHAN MANUSIA kerana mereka itu adalah orang-orang yang berhak dan berkuasa untuk MEMBUAT PERATURAN dan UNDANG-UNDANG untuk manusia ;


3.  Para pemerintah itu adalah TUHAN-TUHAN MANUSIA yang berhak, berkuasa dan berdaulat untuk menjalan dan menguat kuasakan peraturan dan undang-undang manusia ke atas umat manusia yang bererti mereka telah MENGABDIKAN MANUSIA kepada KEKUASAAN MANUSIA.


Uluhiyah Manusia  :


1. Para pemerintah itu adalah TUHAN-TUHAN MANUSIA yang DISEMBAH oleh manusia kerana segala peraturan dan undang-undang yang dibuat oleh mereka itu adalah DITAATI dan DIPATUHI manusia.


Kita langsung tidak mengetahui bahawa para pemimpin kita, termasuklah mereka yang beragama Islam sendiri, yang terdiri daripada ahli-ahli Parlimen dan Dun serta Raja-Raja Melayu, adalah disifatkan Allah sebagai TUHAN-TUHAN yang selain daripada Allah kerana mereka itu kesemuanya memiliki sifat-sifat ULUHIYAH dan RUBUBIYAH. Kita langsung tidak mengetahui bahawa para pemimpin kita dan Raja-Raja Melayu kita ini adalah Tuhan-tuhan yang berkuasa dan berdaulat ke atas kita, bahawa mereka ini adalah Tuhan-tuhan yang mengabdikan kita kepada kekuasaan mereka, bahawa mereka ini adalah Tuhan-tuhan yang kita sembah, dan kita juga langsung tidak mengetahui bahawasanya kitalah sebenarnya orang-orang yang melantik mereka ini sebagai Tuhan-tuhan yang berkuasa dan berdaulat ke atas kita serta Tuhan-tuhan yang disembah oleh kita sendiri. Kita langsung tidak menyedari bahawa kita telah dan sedang mengalami kerosakan dalam pegangan dan amalan kita akan kalimah ﻵﺍﻟﻪﺍﻷﺍﷲ kerana kita dengan segala keredhaan hati kita telah melantik mereka itu sebagai Tuhan-tuhan kita yang selain daripada Allah, begitu juga para pemimpin kita dan Raja-Raja Melayu kita ini adalah orang-orang yang mengalami kerosakan pegangan dan amalan kalimah ﻵﺍﻟﻪﺍﻷﺍﷲ kerana mereka telah bersetuju dan redha untuk menjadikan diri mereka ini sebagai Tuhan-tuhan yang selain daripada Allah! Inilah realiti yang benar-benar wujud dan berlaku kepada umat Islam kita di dalam negara Malaysia kita ini malah di kalangan seluruh umat Islam di dunia!


Isu-isu mengenai politik, kerajaan, pemerintahan, negara dan peraturan dan undang-undang adalah isu-isu yang berhubung kait secara langsung dengan TUHAN dan AGAMA. Dalam politik Allah, Tuhan kita adalah Allah dan agama kita adalah Agama Allah, manakala dalam politik demokrasi ini TUHAN-TUHAN kita adalah MANUSIA dan AGAMA kita adalah juga AGAMA MANUSIA, iaitu AGAMA DEMOKRASI yang syirik dan kufur. Hal ini menggambarkan betapa menyeleweng dan rosaknya AQIDAH kita serta betapa jauhnya kita kini sedang berada dalam kesesatan dan kekufuran!


Rububiyah Manusia bererti manusia itu adalah TUHAN-TUHAN kerana mereka itu adalah para pemimpin yang BERKUASA dan BERDAULAT ke atas manusia, para pemimpin yang mempunyai KUASA dan HAK untuk membuat PERATURAN dan UNDANG-UNDANG yang DIKUATKUASAKAN ke atas manusia dan dengan itu juga ianya bererti mereka telah MENGABDIKAN MANUSIA kepada KEKUASAAN MANUSIA. Rububiyah Manusia wujud dan beroperasi dalam sistem politik demokrasi kita ini yang bererti TUHAN-TUHAN MANUSIA ini sememangnya wujud, berkuasa, memerintah dan beroperasi dengan aktif dalam sistem politik demokrasi Malaysia kita ini. Sistem politik demokrasi yang terdiri daripada Uluhiyah dan Rububiyah Manusia berserta dengan Tuhan-Tuhan Manusia ini adalah satu penafian, penolakan, pengingkaran dan penentangan yang aktif dan total terhadap Uluhiyah dan Rububiyah Allah dan kalimah ﻵﺍﻟﻪﺍﻷﺍﷲ yang mengeluarkannya (sistem politik demokrasi) daripada agama Allah.


Al-Quran membicarakan mengenai sifat dan peranan Allah sebagai Raja dan Pemerintah di bumi yang BERKUASA, BERDAULAT dan MEMERINTAH ke atas seluruh umat manusia di bumi :


Firman Allah: al-Imran 26,

Katakanlah (Wahai Muhammad): Wahai Allah yang mempunyai kedaulatan! Engkau memberi kedaulatan kepada sesiapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau mencabut kedaulatan dari sesiapa yang Engkau kehendaki

Firma Allah : al-Mukminun 116

Maha Suci Allah Raja yang sebenar .Tiada Tuhan melainkan Dia yang memiliki Arasy yang mulia.

Firman Allah: al-A’raf 54

Kepunyaan Allahlah segala kejadian, kepunyaan Allahlah segala pemerintahan. 

Allah adalah RAJA dan PEMERINTAH yang BERKUASA, BERDAULAT dan MEMERINTAH ke atas seluruh umat manusia di bumi. Sebaliknya, dalam Aqidah dan Pemikiran Islam,  manusia tidak mempunyai hak dan kuasa untuk memerintah ke atas manusia dan tidak mempunyai hak dan kuasa untuk membuat peraturan dan undang-undang untuk manusia, justeru orang-orang yang memerintah manusia bagi pihak dirinya, golongannya, kaumnya, atau golongan majoriti daripada manusia, dan mereka tidak memerintah bagi pihak Allah, di atas nama Allah dan untuk Allah, mengikut pengertian kalimah ﻵﺍﻟﻪﺍﻷﺍﷲ mereka itu adalah TUHAN-TUHAN MANUSIA. Para pemerintah manusia yang berkuasa, berdaulat dan memerintah manusia dengan menjalankan segala peraturan dan undang-undang manusia, iaitu peraturan dan undang-undang yang dibuat oleh manusia, dan yang tidak dibuat oleh Allah, mereka itu disifatkan Allah sebagai telah mengambil alih kuasa dan hak Allah untuk memerintah manusia, mereka itu disifatkan Allah sebagai  TUHAN-TUHAN yang berkuasa, berdaulat dan memerintah ke atas manusia.


Isu yang paling fundamental dan utama dalam kehidupan kita ialah PERATURAN dan UNDANG-UNDANG kerana ianya adalah AQIDAH – sesiapa sahaja yang berhak dan berkuasa untuk membuat PERATURAN dan UNDANG-UNDANG untuk manusia, dia adalah TUHAN bagi manusia, dan dialah yang memiliki sifat RUBUBIYAH, iaitu dia adalah TUHAN yang BERKUASA dan BERDAULAT ke atas manusia. Dalam kalimah ﻵﺍﻟﻪﺍﻷﺍﷲ Allah adalah Tuhan kita kerana Dialah yang berhak dan berkuasa untuk membuat peraturan dan undang-undang untuk manusia, dan oleh itu Dialah yang memiliki sifat Rububiyah, manakala dalam sistem politik demokrasi kita ini, para pemimpin kita yang terdiri daripada ahli-ahli PARLIMEN dan DUN serta RAJA-RAJA MELAYU kita adalah TUHAN-TUHAN kita kerana merekalah orang-orang yang BERHAK dan BERKUASA untuk membuat PERATURAN dan UNDANG-UNDANG untuk manusia, dan oleh itu merekalah yang memiliki sifat RUBUBIYAH.


Al-Quran membicarakan mengenai TUHAN-TUHAN MANUSIA yang BERKUASA, BERDAULAT dan MEMERINTAH ke atas manusia ini dengan panjang lebar untuk pengamatan dan perhatian kita :


Firman Allah : al-Qasas 38

Dan berkatalah Firauan : Wahai sekelian pembesar! Aku tidak mengetahui bahawa kamu mempunyai Tuhan yang lain daripada aku. Oleh itu wahai Haman! Bakarlah untukku tanah liat kemudian binakan untukku satu bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku fikir dia itu daripada golongan para pendusta.

Firman Allah : an-Naziat 23, 24

Lalu ia mengumpulkan (ahli-ahli sihir) dan berseru.
Lalu berkata : Akulah Tuhan kamu yang maha tinggi.

Firaun mengisytiharkan dirinya sebagai Tuhan yang maha tinggi yang berkuasa dan berdaulat ke atas manusia. Dia mengaku bahawa dia adalah Tuhan, bukan Tuhan yang sebenar yang mencipta beliau dan manusia serta sekelian alam semesta, dan Tuhan yang memberi rezeki kepada segala hidupan, tetapi dia mengaku sebagai Tuhan hanya setakat dia memiliki sifat RUBUBIYAH, iaitu Tuhan yang BERKUASA, BERDAULAT dan MEMERINTAH ke atas umat manusia, Tuhan yang mempunyai HAK dan KUASA untuk membuat PERATURAN dan UNDANG-UNDANG untuk DITAATI dan DIPATUHI manusia, dan Tuhan yang BERHAK dan BERKUASA untuk MENGABDIKAN MANUSIA kepada KUASA beliau. Firaun adalah Tuhan, iaitu beliau adalah rab musyarri’ (Tuhan manusia yang membuat peraturan dan undang-undang ) kerana dia memiliki sifat RUBUBIYAH, begitulah juga para pemimpin di dunia ini yang memiliki sifat RUBUBIYAH, iaitu para pemimpin yang BERKUASA, BERDAULAT dan MEMERINTAH ke atas manusia, yang BERHAK dan BERKUASA untuk membuat PERATURAN dan UNDANG-UNDANG dan yang BERHAK dan BERKUASA untuk MENGABDIKAN MANUSIA kepada KEKUASAAN MANUSIA, mereka itu adalah para pemimpin yang disifatkan Allah sebagai TUHAN-TUHAN MANUSIA  yang membuat peraturan dan undang-undang, iaitu arbaban musyarri’ daripada kalangan manusia yang selain daripada Allah.


Pemimpin-pemimpin di Malaysia kita kini yang terdiri daripada ahli-ahli PARLIMEN dan DUN serta RAJA-RAJA MELAYU kita adalah TUHAN-TUHAN kerana mereka BERHAK, BERKUASA dan BERDAULAT untuk membuat PERATURAN dan UNDANG-UNDANG untuk manusia dan mereka itu adalah TUHAN-TUHAN kerana mereka BERHAK, BERKUASA dan BERDAULAT untuk MENGABDIKAN MANUSIA kepada KUASA mereka. Mereka ini adalah Tuhan-tuhan Manusia, iaitu mereka ini adalah arbaban musyarri’  (Tuhan-tuhan yang membuat peraturan dan undang-undang manusia) yang memiliki sifat RUBUBIYAH, khususnya RUBUBIYAH MANUSIA. Status ketuhanan pemimpin-pemimpin kita ini adalah sama dengan ketuhanan Firaun, kekufuran mereka ini adalah sama dengan kekufuran Firaun, kezaliman mereka ini adalah sama dengan kezaliman Firaun kerana kesemua mereka ini, iaitu pemimpin-pemimpin kita dan Firaun ini, adalah Tuhan-tuhan manusia yang membuat peraturan dan undang-undang manusia, iaitu arbaban musyarri’  yang sama-sama BERKUASA dan BERDAULAT ke atas manusia, Tuhan-tuhan yang sama-sama BERKUASA dan BERDAULAT untuk membuat PERATURAN dan UNDANG-UNDANG, iaitu peraturan dan undang-undang ciptaan manusia, Tuhan-tuhan yang sama-sama BERKUASA dan BERDAULAT untuk MENGABDIKAN MANUSIA kepada KUASA mereka, dan oleh itu mereka itulah yang sama-sama memiliki sifat RUBUBIYAH, iaitu RUBUBIYAH MANUSIA yang syirik dan kufur di sisi kalimah ﻵﺍﻟﻪﺍﻷﺍﷲ.


Firman Allah: al-Maidah 44, 45, 47 


Barang siapa yang tidak menghukum dengan apa yang diturunkan Allah, mereka itu adalah orang-orang kafir ... zalim...dan fasik.


Orang-orang yang tidak menghukum dengan undang-undang Allah yang dimaksudkan dalam ayat di atas ini adalah juga terdiri daripada para pemimpin kita, khususnya ahli-ahli Parlimen dan Dun serta Raja-Raja Melayu kita. Para pemimpin kita ini adalah orang-orang kafir, zalim dan fasik seperti mana yang dimaksudkan oleh ayat-ayat di atas ini kerana mereka itu telah menyerahkan sifat RUBUBIYAH kepada diri mereka sendiri yang menjadikan mereka itu sebagai Tuhan-tuhan yang berkuasa, berdaulat dan memerintah ke atas manusia, yang menjadikan mereka itu sebagai Tuhan-tuhan yang berhak dan berkuasa untuk membuat peraturan dan undang-undang untuk manusia, yang menjadikan mereka itu sebagai Tuhan-tuhan yang berhak dan berkuasa untuk menguat kuasakan peraturan dan undang-undang mereka ke atas manusia yang bererti mereka itu adalah Tuhan-tuhan yang mengabdikan manusia kepada kekuasaan mereka. Justeru ahli-ahli Parlimen dan Dun serta Raja-Raja Melayu kita ini adalah Tuhan-tuhan kita yang disifatkan Allah sebagai kafir, zalim dan fasik kerana mereka membuat peraturan dan undang-undang yang justeru mereka itu memiliki sifat Rububiyah.


Firman Allah: an-Nisa 60

Tidakkah engkau perhatikan bahawa orang-orang yang mendakwakan bahawa mereka beriman kepada yang diturunkan kepada engkau dan yang diturunkan sebelum daripada engkau, mereka hendak meminta hukum kepada taghut, sedangkan mereka disuruh supaya kufurkan terhadap taghut. Syaitan menghendaki supaya ia menyesatkan mereka dengan kesesatan yang jauh.


Ayat di atas ini menghuraikan bahawa umat Islam kita yang ingin dan setuju kepada peraturan dan undang-undang manusia adalah disifatkan Allah sebagai orang-orang yang kafir, iaitu mereka itu adalah para ‘PENDAKWA MUSLIM’ dan bukan Muslim yang sebenar. Mereka itu adalah orang-orang kafir kerana; pertama, mereka ingin dan setuju kepada peraturan dan undang-undang manusia; kedua, mereka ingin dan setuju untuk menyerahkan peraturan dan undang-undang kepada manusia; ketiga, mereka ingin dan setuju untuk melantik manusia sebagai Tuhan-tuhan yang berkuasa dan berdaulat ke atas manusia. Kesemuanya ini tanpa ragu-ragu lagi mengikut pengertian ayat al-Quran seperti di atas ini telah mengakibatkan kekufuran kepada umat Islam di Malaysia dan di seluruh dunia kita ini.


Firman Allah : asy-Syura 21

Patutkah mereka mempunyai sekutu-sekutu yang menentukan – mana-mana bahagian daripada agama mereka – sebarang undang-undang yang tidak diizinkan Allah?


Saiyyid Qutb (Fizilalil Quran) :


“Tiada seorangpun daripada makhluk yang berhak mensyariatkan peraturan-peraturan agama yang berlainan daripada peraturan-peraturan yang telah disyariatkan Allah SWT dan diizinkan oleh-Nya biarpun siapa sahaja. Hanya Allah SWT sahaja yang berhak untuk mensyariatkan peraturan-peraturan agama kepada hamba-hamba-Nya, kerana Dialah Pencipta seluruh alam buana ini dan Dialah yang mentadbirkannya dengan undang-undang agung-Nya yang dipilih untuk alam ini, sedangkan kehidupan manusia hanya merupakan seolah-olah sebiji piring yang kecil diroda alam yang besar. Oleh kerana itu kehidupan manusia pastilah ditadbirkan dengan satu peraturan yang sesuai dengan undang-undang alam yang agung itu, hal ini tidak mungkin terlaksana melainkan apabila peraturan-peraturan itu disyariatkan oleh Allah SWT yang mengetahui selok belok undang-undang yang agung itu. Seluruh mereka yang lain daripada Allah SWT tidak syak lagi mempunyai pengetahuan yang terbatas belaka dan tidak boleh diamanah untuk mengaturkan syariat bagi mentadbirkan kehidupan manusia.” 


Seluruh ayat-ayat al-Quran seperti yang dipetikan di atas ini membicarakan mengenai kewujudan Tuhan-tuhan Manusia yang memiliki sifat RUBUBIYAH dan justeru yang berkuasa dan berdaulat ke atas umat manusia. Para pemimpin di Malaysia kita ini yang terdiri daripada ahli-ahli Parlimen dan Dun serta Raja-Raja Melayu kita, adalah para pemimpin yang berkuasa, berdaulat dan memerintah ke atas manusia, para pemimpin yang berkuasa dan berdaulat untuk membuat peraturan dan undang-undang untuk manusia dan para pemimpin yang berkuasa dan berdaulat untuk mengabdikan manusia kepada kekuasaan manusia – mereka inilah para pemimpin yang memiliki sifat RUBUBIYAH dan mereka ini adalah para pemimpin yang disifatkan Allah sebagai TUHAN-TUHAN MANUSIA, iaitu arbaban musyarri’  (Tuhan-tuhan manusia yang membuat peraturan dan undang-0undang)  yang selain daripada Allah. Di sisi kalimah ﻵﺍﻟﻪﺍﻷﺍﷲ, para pemimpin kita yang yang terdiri daripada ahli-ahli Parlimen dan Dun serta Raja-Raja Melayu kita ini adalah arbaban musyarri’  iaitu Tuhan-tuhan Manusia yang kafir kerana mereka membuat segala peraturan dan undang-undang manusia untuk manusia!


Firman Allah : al-Anbia 24

Apakah mereka memilih Tuhan-tuhan selain Allah? Katakanlah : Bawalah dalil-dalil kamu. Kitab ini menyebut cerita orang-orang yang semasa denganku di samping menyebut cerita para Rasul sebelumku. Malah  kebanyakan mereka tidak mengetahui Aqidah yang benar, maka kerana itu mereka berpaling daripada-Nya.  


Umat Islam di Malaysia kita kini telah memilih dan melantik para pemimpin kita, iaitu ahli-ahli PARLIMEN dan DUN kita serta RAJA-RAJA MELAYU kita, sebagai TUHAN-TUHAN kita kerana kita tidak lagi memahami dan mengetahui dengan jelas dan terang mengenai pengertian kalimah ﻵﺍﻟﻪﺍﻷﺍﷲ yang sebenar sama seperti umat manusia pada zaman Rasulullah saw dan para Rasul yang terdahulu yang memilih dan melantik Tuhan-tuhan yang selain daripada Allah sebagai Tuhan-tuhan mereka.


Firman Allah : al-A’raf 146

“Orang-orang yang berlagak angkuh di bumi tanpa alasan yang benar.”


Saiyyid Qutb (Fizilalil Quran):

Orang-orang yang bernama hamba Allah tidak akan berlagak angkuh dan sombong, kerana sifat kebesaran dan keagungan itu hanya milik Allah sahaja dan Allah tidak akan menerima sifat itu dikongsikan oleh yang lain daripada-Nya. Apabila seorang insan menunjukkan sifat angkuhnya di bumi Allah bererti ia menunjukkan sifat angkuh tanpa sesuatu yang benar. Sifat angkuh yang paling jahat ialah sifat angkuh yang bererti mendakwa mempunyai kuasa Rububiyah di bumi Allah yang berhak menguasai manusia. Dan menggunakan kuasa ini dalam bentuk menggubal undang-undang dan peraturan-peraturan yang lain daripada undang-undang dan peraturan yang diturunkan Allah dan mewajibkan manusia tunduk kepada undang-undang dan peraturan ciptaannya yang tidak sah. Keangkuhan dalam bentuk ini melahirkan berbagai-bagai jenis keangkuhan yang lain. Ia merupakan asas bagi seluruh kejahatan kerana daripadanya tercetus segala kejahatan. Oleh sebab itu ayat yang berikut menjelaskan ciir-ciri selanjutnya :


Firman Allah : al-A’raf 146

Dan jika mereka melihat segala jalan hidayat sekalipun, mereka tidak akan mengambilnya sebagai jalan yang diikuti dan (sebaliknya) jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka akan mengambilnya sebagai jalan yang diikuti. 


Itulah tabiat menyeleweng daripada jalan yang benar apabila dilihat olehnya, dan tabiat cenderung mengikut jalan yang sesat apabila terluang kepadanya. Seolah-olah tabiat itu berjalan dengan kuasa automatik yang tidak pernah mungkir. Inilah sifat yang dilukislkan oleh al-Quran sebagai ciri model insan yang angkuh, iaitu insan yang telah ditetapkan kehendak Allah untuk mengenakan balasan ke atasnya kerana sikapnya yang telah mendustakan ayat-ayat Allah dan tidak menghiraukannya, dan balasan itu adalah dalam bentuk memalingkan mereka daripada ayat-ayat Allah buat selama-lamanya.


Seseorang akan bersua dengan jenis insan yang mempunyai sifat-sifat dan perwatakan ini. Dia akan melihat insan ini seolah-olah sentiasa cenderung menjauhi keimanan dan mengikut kesesatan tanpa berusaha dan tanpa berfikir panjang. Dia tidak nampak jalan keimanan dan sentiasa menjauhkan diri daripadanya. Dia sentiasa senang dengan jalan yang sesat dan mengikutinya dengan selesa. Dan dalam waktu yang sama dia dipalingkan daripada ayat-ayat Allah, iaitu dia tidak pernah memikir dan menelitinya. Hati dan fikirannya tidak pernah menangkap dan menerima saranan-saranan dan nada-nada daripada ayat-ayat itu.


Subhanallah! Daripada coretan-coretan pantas dalam pengungkapan al-Quran yang menarik ini dan gambaran model insan yang angkuh itu tiba-tiba menjelma dengan terang di hadapan mata dan membuat pembaca tiba-tiba menjerit-jerit :Ya, ya saya kenal orang ini.............namanya si anu dialah orang yang disifatkan Allah dengan kata-kata ini!


Firman Allah : al-A’raf 146

“Dan jika mereka melihat segala jalan hidayat sekalipun, mereka tidak akan mengambilnya sebagai jalan yang diikuti mereka  dan (sebaliknya) jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka akan mengambilnya sebagai jalan yang diikuti mereka.”


Saiyyid Qutb (Fizilalil Quran - al-A’raf) :

Orang-orang yang membanggakan diri mereka sebagai orang-orang Islam yang sebenar, sedangkan mereka tunduk kepada undang-undang ciptaan manusia – yakni tunduk kepada Rububiyah yang lain daripada Rububiyah Allah - adalah salah dan meleset jika mereka fikirkan mereka sebagai kaum Muslimin yang tulen! Sebenarnya mereka tidak berada dalam agama Allah yang sebenar, kerana pemerintah mereka bukannya Allah dan undang-undang yang dijunjung mereka bukannya syariat Allah. Malah mereka berada dalam agama pemerintah mereka, malah mereka berada di dalam agama pemerintah itu bukan dalam agama Allah yang benar.


Sifat angkuh dan sombong yang dimaksudkan kepada para pemimpin Muslim dan Raja-Raja Melayu kita di Malaysia kita pada hari ini adalah kerana mereka mengifradkan sifat RUBUBIYAH yang sepatutnya hanya dimiliki Allah sahaja kepada diri mereka sendiri yang justeru mereka mengambil alih peranan Allah untuk berkuasa, berdaulat dan memerintah ke atas manusia, mereka mengambil alih peranan Allah untuk membuat peraturan dan undang-undang untuk manusia dan mereka mengambil alih peranan Allah untuk mengabdikan manusia kepada kekuasaan manusia, justeru para pemimpin kita dan Raja-Raja Melayu kita ini adalah pemimpin-pemimpin yang disifatkan Allah sebagai Tuhan-tuhan yang ANGKUH dan SOMBONG, iaitu ANGKUH dan SOMBONG yang PALING JAHAT sekali di sisi Allah swt kerana mereka menzalimi, menindas, menyesat dan merosakkan umat manusia yang sedang berada dan bernaung di bawah peraturan dan undang-undang manusia ciptaan mereka. Para pemimpin dan Raja-Raja Melayu kita ini adalah disifatkan Allah sebagai ANGKUH, SOMBONG dan JAHAT kerana mereka menghamba abdikan manusia kepada peraturan dan undang-undang yang dibuat oleh mereka yang disifatkan Allah sebagai kezaliman, penindasan, pencerobohan, ancaman, kejahatan dan kerosakan di sisi Allah swt.


Manakala seluruh rakyat Islam kita kini adalah juga tidak terlepas daripada sifat-sifat kufur yang sama, iaitu kita ini adalah juga tergolong sebagai umat manusia yang ANGKUH, SOMBONG dan JAHAT di sisi Allah swt kerana kita telah melantik para pemimpin dan Raja-Raja Melayu kita sebagai Tuhan-tuhan kita serta kita bersetuju dan meredhai mereka. Allah menyifatkan kita sebagai umat yang ANGKUH, SOMBONG dan JAHAT kerana kita bersetuju dan meredhai peraturan dan undang-undang yang syirik dan kufur yang dibuat oleh para pemimpin kita dan oleh yang demikian kita adalah disifatkan Allah sebagai orang-orang yang telah melakukan kezaliman, penindasan, pencerobohan, ancaman, kejahatan dan kerosakan terhadap umat manusia kerana kita telah bersetuju untuk meletakkan seluruh umat manusia di bawah peraturan dan undang-undang manusia, iaitu peraturan dan undang-undang manusia yang disifatkan Allah sebagai kezaliman, penindasan, pencerobohan, ancaman, kejahatan dan kerosakan – ini sekali gus bererti bahawa kita telah melakukan penafian, penolakan, pengingkaran dan penentangan  yang aktif terhadap Allah sebagai Tuhan kita Yang Maha Esa.

Ini adalah kerana umat Islam di Malaysia kita ini berada jauh daripada Islam, kita menjauhkan diri kita daripada al-Quran, kita meremeh-remehkan segala petunjuk al-Quran, kita suka untuk mengambil jalan yang salah dan bengkok kerana kita sangkakannya sebagai jalan yang benar dan lurus, sebaliknya kita tidak suka untuk mengambil jalan yang benar dan lurus kerana kita sangkakannya sebagai jalan yang salah dan bengkok. Kita mempunyai fitrah yang songsang dan sistem penilaian kita yang songsang, hati kita adalah tertutup kepada kebenaran, kita adalah umat Islam yang terdiri daripada pemimpin-pemimpin dan seluruh rakyat yang disifatkan sebagai bodoh, sombong dan buta di sisi Allah swt, dan kita kesemuanya sentiasa berada dalam kesesatan, kerosakan dan kejahatan. Inilah sifat-sifat seluruh umat Islam kita yang terdiri daripada para pemimpin kita, Raja-Raja Melayu kita dan seluruh rakyat jelata sekelian yang sedang berada di dalam negara kita ini yang disifatkan Allah sebagai negara yang kafir, zalim dan fasik! 


Firman Allah : al-Fatihah 5

Akan Dikaulah sahaja yang kami sembah dan akan Dikaulah kami meminta pertolongan .


Inilah ikrar kita, janji kita dan segala komitmen kita kepada Allah, iaitu ikrar, janji dan komitmen kita untuk hanya menyembah Allah sahaja dan sekali-kali tidak akan menyembah Tuhan atau Tuhan-tuhan yang selain daripada-Nya. Namun, kehidupan kita kini di bawah sistem politik demokrasi kita ini dengan gejala ketaatan dan kepatuhan kita kepada kerajaan demokrasi dan kepada segala peraturan dan undang-undang demokrasi kita ciptaan manusia ini merupakan satu kontradiksi yang total terhadap ikrar, janji dan komitmen kita ini yang membatalkan syahadah kita dan yang mengeluarkan kita daripada agama Allah kerana KETAATAN dan KEPATUHAN kita ini mempunyai pengertian MENYEMBAH MANUSIA dan tidak menyembah Allah. Kita telah mencabut sifat Uluhiyah daripada Allah dan kita telah mengifradkan sifat Uluhiyah ini kerpada manusia yang membatalkan segala pegangan, pengakuan dan ikrar kita untuk berpegang teguh kepada kalimah ﻵﺍﻟﻪﺍﻷﺍﷲ .


Uluhiyah Manusia bererti seseorang pemimpin atau pemimpin-pemimpin itu adalah TUHAN-TUHAN MANUSIA yang DISEMBAH oleh manusia kerana segala peraturan dan undang-undang yang dibuat dan diluluskan oleh mereka itu adalah DITAATI DAN DIPATUHI manusia.


Firman Allah: at-Taubah 31

Mereka (Yahudi dan Nasrani) menjadikan pendita-pendita dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain daripada Allah dan (juga mereka memperTuhankan) al-Masih anak Maryam, padahal mereka tidak diperintah melainkan untuk menyembah Tuhan yang Maha Esa; tiada Tuhan yang disembah dengan sebenarnya) melainkan Ia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sekutukan.


Ayat ini dijelaskan di dalam Hadith (Tarmidzi dari ‘Adi bin Hatim):


Pada suatu ketika apabila Rasulullah s.a.w sedang membaca ayat di atas ini, ‘Adi bin Hatim berkata: “Ya Rasulullah, mereka (Yahudi dan Nasrani) tidak menyembah mereka (pendita-pendita dan rahib-rahib).” Rasullullah s.a.w menjawab, “Memang benar mereka berbuat demikian. Mereka (pendita-pendita dan rahib-rahib) membenarkan perkara-perkara yang tidak benar, dan mereka (Yahudi dan Nasrani) mematuhi mereka; dan dengan berbuat demikian mereka sebenarnya telah menyembah mereka (pendita-pendita dan rahib-rahib).”


Ujar al-Alusi di dalam tafsirnya:


“Kebanyakan mufassirin berpendapat : yang dimaksudkan dengan Tuhan-Tuhan yang layak disembah di dalam ayat ini bukannya mereka mempercayai ulama-ulama dan rahib-rahib mereka itu sebagai Tuhan-Tuhan alam ini, malahan maksudnya mereka patuh menjunjung suruhan-suruhan dan larangan-larangan mereka.”


Mentaati dan mematuhi peraturan dan undang-undang demokrasi yang dibuat oleh ahli-ahli Parlimen dan Dun, serta Raja-Raja Melayu kita mengikut hukum al-Quran, bermakna MENYEMBAH ahli-ahli Parlimen dan Dun serta Raja-Raja Melayu kita yang membuat undang-undang itu. Mereka ini adalah alihah musyarri’, iaitu Tuhan-tuhan Manusia yang membuat peraturan dan undang-undang untuk manusia dan segala peraturan dan undang-undang ini adalah ditaati dan dipatuhi manusia.


Saiyyid Qutb (Milestone) menjelaskan:

“Sedangkan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak beriktiqad dan menganggap para pendita dan rahib mereka itu sebagai Tuhan-tuhan yang mereka sembah, juga tidak melakukan ibadat kepada para pendita dan rahib itu, mereka hanya sekadar mengaku bahawa pendita-pendita dan rahib-rahib itu mempunyai hak dan kuasa dalam soal pemerintahan dan kekuasaan negara, dan mereka patuh sahaja menerima apa yang diputuskan oleh para pendita dan rahib itu, walaupun dalam perkara yang tidak diizinkan oleh Allah sama sekali, oleh sebab itulah mereka itu layak disifatkan sebagai syirik dan kufur.” 


“Maka sebagaimana Allah s.w.t. telah menyifatkan orang Yahudi dan Nasrani tadi dengan sifat syirik dan kufur, serta terpesong juga tersasul daripada pengabdian diri kepada Allah, kerana menjadikan paderi-paderi, pendita-pendita dan rahib-rahib mereka, sebagai Tuhan selain daripada Allah, maka demikian jugalah halnya dengan orang-orang yang menamakan diri mereka sebagai orang-orang Islam kepada pengikut-pengikut mereka.”


Umat Islam kita yang bersetuju, mengaku dan mengiktiraf bahawa parlimen kita mempunyai hak dan kuasa untuk membuat peraturan dan undang-undang (artikel 44 Perlembagaan Malaysia) serta mereka taat dan patuh kepada peraturan dan undang-undang itu, mereka itu kesemuanya adalah para penyembah Tuhan-tuhan manusia seperti mana yang dihuraikan oleh Saiyyid Qutb mengenai ayat al-Quran (9:31) dan Hadis (Termizi daripada A’di bin Hatim) yang dibicarakan di sini. Mengikut huraian ini serta disepakati oleh seluruh para pentafsir yang muktabar, ‘MENTAATI’ dan ‘MEMATUHI’ di dalam ayat ini, bererti ‘MENYEMBAH’. Orang-orang yang ‘MENTAATI’ dan MEMATUHI undang-undang yang dibuat oleh para paderi, pendita, dan rahib, bererti ‘MENYEMBAH’ mereka. Justeru, umat Islam yang mengamalkan demokrasi yang merangkumi dan melibatkan perbuatan ‘MENTAATI’ dan ‘MEMATUHI’ kerajaan, kedaulatan dan undang-undang demokrasi ianya bererti mereka ‘MENYEMBAH’ Tuhan-tuhan demokrasi, iaitu mereka ‘MENYEMBAH’ manusia yang mengkufur ingkarkan Allah s.w.t. Mereka menjadikan para pemimpin kita dan Raja-Raja Melayu kita yang disembah oleh mereka ini sebagai Tuhan-tuhan mereka (alihah musyarri’) yang layak disembah.


(BERSAMBUNG)

Posted by Wan Solehah al-Halbani at 10/03/2012 04:44:00 pm
Sumber:
 http://wansolehalbani.blogspot.my/2012/10/tuhan-tuhan-manusia-siri-pertama.html


Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam

Umat Kristiani Bekasi kembali berulah. Belum rampung kasus penghinaan terhadap Islam oleh Blog Santo Bellarminus. Kembali, provokasi dan tantangan perang dihembuskan umat kristiani di jantung umat Islam Bekasi, masjid Agung Al-Barkah. Di sana, mereka membuat formasi pedang salib dan mahkota paus. Bahkan salah seorang karyawan masjid berusaha untuk dibaptis.


Aksi tersebut terjadi pada saat acara karnaval antinarkoba Bekasi yang digelar dalam  rangka Hari Pendidikan Nadional (Hardiknas) pada Ahad (2/5/2010) kemarin. Sekitar pukul 8.30 pagi, ketika rombongan melewati alun-alun, tepat di masjid Al-Barkah, beberapa peserta karnaval berbuat ulah, padahal di dalam masjid sedang dilantunkan tilawah Al-Qur'an. Lima belas orang peserta karnaval berdandan kristiani memasuki pelataran masjid. Tepat di depan pintu utama masjid, mereka berbaris menghadap kiblat membentuk formasi “Mahkota Paus dan Salib.”


Orang paling depan, seorang laki-laki dari etnis China membawa replika Tiara (mahkota) Paus berwarna ungu. Mahkota paus itu diletakkan di atas talam yang dihiasi dengan kain beludru warna ungu. Orang kedua yang berdiri di belakangnya mengacungkan tongkat ke atas. Di belakangnya lagi, seorang berpakaian ala tentara Romawi, menyilangkan pedang imitasi berwarna putih. Gabungan antara tongkat dan pedang itu membentuk tanda salib.


Perbuatan umat Kristiani tersebut sangat menyakiti hati umat Islam. Sebenarnya cukup penghinaan mereka di dunia maya dijadikan alasan untuk berjihad. Ditambah lagi ini, tempat suci umat muslim dihina kehormatannya dengan dipamerkan aksi membuat simbol salib dan mahkota paus yang seolah-olah mengisyaratkan sebentar lagi tempat suci umat Islam tersebut akan menjadi tempat penyembahan Yesus.


Imam Ahmad bin Hambal pernah ditanya tentang seorang Yahudi ahli dzimmah yang kebetulan melewati seorang muadzin, lantas ia berkata, "bohong kamu." Beliau menjawab, "dia harus dibunuh, oleh karena dia telah mencerca."


Bila dibandingkan, kejadian penghinaan dan penghujatan orang kafir di Bekasi tentunya itu jauh lebih dahsyat daripada apa yang ditanyakan kepada Imam Ahmad di atas.


Tempat suci umat muslim dihina kehormatannya dengan dipamerkan aksi membuat simbol salib dan mahkota paus yang seolah-olah mengisyaratkan sebentar lagi tempat suci umat Islam tersebut akan menjadi tempat penyembahan Yesus.


Toleransi yang Diajarkan Islam 


Islam membolehkan, bahkan menganjurkan kepada pemeluknya untuk berbuat baik dan berlaku adil kepada orang kafir, seperti membantu urusan mereka, menyambung tali silaturahim, saling membagi makanan, dan lainnya. Tapi dengan syarat, selama mereka tidak memerangi agama Allah dan tidak mengusir umat Islam dari negeri mereka.


Namun apabila orang kafir sudah berani menghina Allah, Rasul-Nya, dan ajaran Islam; memerangi kaum muslimin karena agama mereka, dan mengusirnya dari negeri mereka, maka umat Islam tidak boleh berbaik-baik dan bermuka manis kepada mereka, sebaliknya harus mengumandangkan permusuhan terhadap mereka. Allah Ta'ala berfirman:


لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

"Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim." (QS. Al Mumtahanah: 8-9)

Apabila orang kafir sudah berani menghina Allah, Rasul-Nya, dan ajaran Islam; memerangi kaum muslimin karena agama mereka, dan mengusirnya dari negeri mereka, maka umat Islam tidak boleh berbaik-baik dan bermuka manis kepada mereka, sebaliknya harus mengumandangkan permusuhan terhadap mereka.

Apa yang Harus Dilakukan Umat Islam


Jika orang kafir sudah berani menghina Islam dan syiar-syiar (simbol-simbol)-nya, berarti mereka mengumandangkan perang terhadap kaum muslimin. Karenanya, umat Islam wajib melakukan pembelaan kepada agamanya.


Banyak keterangan dari para ulama Islam terdahulu yang menjelaskan sikap umat Islam terhadap orang-orang yang menghina agamanya. Bahkan sebagiannya menukilkan kesepakat ulama dalam menyikapi orang tersebut, seperti imam al Khathaabi. Beliau mengatakan, "Aku tidak mengetahui seorang pun di antara kaum muslimin yang berselisih pendapat tentang wajibnya membunuh orang yang menghina Allah dan Rasul-Nya."

Diriwayatkan dari Husain, bahwasanya Ibnu Umar berkata, "Barangsiapa mencaci Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, maka dia harus dibunuh." Sampai pada perkataan beliau, "Dengan keharusan inderawi dan penglihatan, kita mengetahui bahwa jika mereka secara terang-terangan menghina Allah Subhanahu wa Ta'ala, atau menghina Rasul shallallahu 'alaihi wasallam, atau menghina sesuatu dari agama Islam, berarti mereka telah merendahkan kita, menghinakan kita dan bahkan menghina agama kita. Dengan demikian, mereka telah merusak perjanjian dan membatalkan dzimmah (jaminan perlindungan) mereka. Jika  mereka membatalkan dzimmah mereka, maka tidak ada keraguan lagi bahwa darah, tawanan, dan harta mereka telah halal."
Imam Ahmad pernah mengatakan, "Barangsiapa mencaci Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan melecehkannya –baik dia seorang muslim atau kafir- maka dia wajib dibunuh. Saya berpandangan bahwa dia langsung dibunuh dan tidak perlu diminta untuk bertaubat lebih dulu."

Beliau juga mengatakan, "setiap orang (kafir dzimmi) yang melanggar perjanjian dan membuat perkara baru di dalam Islam, maka orang seperti ini menurutku wajib dibunuh. Karena bukan untuk hal itu mereka diberi perjanjian dan jaminan perlindungan."

Demikian juga dengan Abu Shafra' yang berkata, "aku bertanya kepada Abu Abdillah (Imam Ahmad bin Hambal) perihal seorang lelaki ahli dzimmah yang mencaci Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, apa yang harus dilakukan terhadapnya? Beliau menjawab, "Jika perbuatannya itu terbukti, maka orang yang mencaci Nabi, baik dia seorang muslim ataupun kafir, dia harus dibunuh." Dan beliau beralasan dengan hadits seorang buta yang membunuh budak wanitanya dengan beralasan, "aku mendengar dia mencaci Nabi shallallahu 'alaihi wasallam."

Imam Ahmad bin Hambal pernah ditanya tentang seorang Yahudi ahli dzimmah yang kebetulan melewati seorang muadzin, lantas ia berkata, "bohong kamu." Beliau menjawab, "dia harus dibunuh, oleh karena dia telah mencerca." (Dinukil dari Fatwa Mati Buat Penghujat, Abdul Mun'im Halimah "Abu Bashir" hal. 52-59)


Oleh: Badrul Tamam

Sumber:
http://www.voa-islam.com/read/jihad/2010/05/03/5718/jika-orang-kafir-sudah-berani-menghina-islam/




Tiada ulasan: