Khamis, 18 Oktober 2018

Hidup adalah kado luar biasa. 8453.


Pesan Berharga Ketua MUI Sulteng Pasca Bencana Melanda: Ber-istighfar lah!Ahad, 14 Oktober 2018 13:25

Khutbah Jumat: Kewajiban Menolong Sesama Muslim

Kamis, 18 Oktober 2018 09:53
Foto: Khutbah Jumat
Khutbah Pertama
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ ,أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
 اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.

Jamaah Jumat rahimakumullah 

Ibarat satu tubuh, bila ada bagian anggotanya yang sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan dampaknya. Selalu memiliki rasa yang sama. Begitulah persatuan umat Islam yang diibaratkan oleh Nabi saw. Ketika ada saudaranya tertimpa musibah atau terzalimi, maka pada hakikatnya seluruh umat Islam juga ikut merasakan sakit.

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

“Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” (HR. Muslim) 

Jamaah Jumat rahimakumullah 

Hari ini, kita sedang diuji oleh Allah Ta’ala tentang seberapa kuatkah ikatan iman yang ada dalam jiwa kita saat saudara-saudara kita di belahan nusantara ditimpa musibah. Seberapa sakitkah rasa yang kita alami ketika saudara-saudara kita mengalami kesulitan hidup di tenda-tenda pengungsian? Bukankah mereka juga bagian dari tubuh kita? Lalu apa yang telah kita lakukan untuk mereka? 

Jamaah Jumat rahimakumullah 

Menolong saudara mukmin yang sedang tertimpa musibah memiliki pahala yang cukup besar dalam Islam. Ia menjadi salah satu amalan yang dicintai oleh Allah. Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah SAW menyampaikan:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ, أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً, أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا, أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا

BACA JUGA  BW Tantang KPK Periksa Kapolri Tito Karnavian Atas Dugaan Suap dari Basuki Harima 

“Amalan yang paling dicintai Allah ta’ala adalah engkau menyenangkan seorang muslim, atau engkau mengatasi kesulitannya, atau engkau menghilangkan laparnya, atau engkau membayarkan hutangnya.” (HR. Thabrani)

Bahkan dalam riwayat lain, Allah Ta’ala menjadikan rasa kasih sayang yang diberikan seseorang terhadap saudaranya, menjadi ukuran turunnya kasih sayang dari-Nya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَإِنَّـمَـا يَرْحَمُ اللهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ

“Sesungguhnya hanya Allah menyayangi hamba-hamba-Nya yang penyayang,”(HR. Bukhari-Muslim)

Jamaah Jumat rahimakumullah

Selain itu, melalu lisan Rasulullah SAW, Allah Ta’ala juga menjanjikan bahwa pertolongan-Nya akan senantiasa menyertai orang mukmin yang meolong saudaranya. Tidak hanya di dunia, bahkan di hari kiamat kelak, ketika semua manusia terhimpit dengan kesusahan yang begitu dahsyat, Allah Ta’ala akan datang menolongnya. Sebagaimana sabda Nabi SAW:

مَنْ نَـفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُـرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا ، نَـفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُـرْبَةً مِنْ كُـرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَـى مُـعْسِرٍ ، يَسَّـرَ اللهُ عَلَيْهِ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ،

“Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allâh melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan, maka Allah Azza wa Jalla memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat.” (HR Muslim)

Ibnu Rajab al-Hambali dalam Jami’ul Ulum wal Hikam menjelaskan maksud dari al-Kurbah atau kesempitan ialah beban berat yang mengakibatkan seseorang sangat menderita dan sedih. Sedangkan maksud meringankan di sini adalah usaha untuk meringankan beban tersebut dari penderita. Sedangkan at-tafriij adalah usaha untuk menghilangkan beban penderitaan dari penderita sehingga kesedihan dan kesusahannya sirna. Balasan bagi yang meringankan beban orang lain ialah Allah akan meringankan kesulitannya. Dan balasan menghilangkan kesulitan adalah Allah akan menghilangkan kesulitannya.

Dan dari hadis ini para ulama menuliskan sebuah kaidah yaitu, al-jaza’ min jinsil ‘amal, maknanya; balasan itu sesuai dengan jenis amal yang dilakukan. Namun perlu dipahami juga bahwa kesamaan di sini adalah dari sisi jenisnya saja, bukan dari kadar jumlahnya. Karena dari sisi kadar, kesulitan di dunia tentu tidak ada apa-apanya bila dibandingkan kesulitan akhirat.

Jamaah Jumat rahimakumullah

Karena itu, seorang Muslim hendaknya berupaya untuk membantu meringankan atau menghilangkan kesulitan muslim lainnya. Banyak jenis kesulitan yang dialami manusia, maka banyak pula cara untuk menolongnya. Jika saudara kita mengalami kesulitan untuk memenuhi hajat hidupnya, seperti makan, minum dan pakaian maka cara menghilangkan kesusahannya adalah dengan memenuhi kebutuhan mereka.

Sebab sejatinya, ketika kita menolong mereka, sesungguhnya kita sedang menolong diri kita sendiri. Di akhirat, alangkah butuhnya kita akan pertolongan Allah agar terlepas dari kehausan, kelaparan maupun panasnya terik yang menyengat badan. Bukankah tak ada lagi harta dunia kita yang bisa dibawa untuk memenuhi kebutuhan di akhirat, selain harta yang telah kita sedekahkan? Kemana lagi kita akan mencari makan, mendapatkan minuman, menikmati buah-buahan, pakaian dan tempat tinggal? Tak ada lagi yang bisa memberi pinjaman atau mengirimkan bantuan selain Allah. Pertolongan Allah itu akan datang jika di dunia kita sudi membantu saudara kita yang kesulitan. 

Rasulullah bersabda:

وَاللهُ فِـي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ

“Dan Allah senantiasa menolong hamban-Nya selagi hamba itu sudi menolong saudaranya.” (HR Muslim) 

Karena itu, marilah kita terus berupaya agar senantiasa berada dalam pertolongan Allah dengan menolong saudara kita.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua:

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
 اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.
 اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.
 رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

BACA JUGA  Kebohongan dalam Pusaran Politik
Khutbah Jumat: Kewajiban Menolong Sesama Muslim - Kiblat
https://www.kiblat.net/2018/10/18/khutbah-jumat-kewajiban-menolong-sesama-muslim/

Pesan Berharga Ketua MUI Sulteng Pasca Bencana Melanda: Ber-istighfar lah!

 Ahad, 14 Oktober 2018 13:25
Foto: Ketua MUI Sulteng Habib Ali bin Abdurrahaman Aljufri. 
KIBLAT.NET, Palu – Bencana alam sebagai sebuah ujian dan peringatan bagi seorang mukmin. Dari sini, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Tengah, Habib Ali bin Abdurrahman Aljufri mengimbau kepada seluruh elemen masyarakat untuk meminta ampunan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

“Ber-istighfar lah kepada Tuhanmu karena Dia Maha Pengampun,” ujarnya beberapa waktu lalu.

Habib Ali pun menjelaskan bahwa bencana itu dapat muncul karena ulah manusia. Secara saintifik bisa terjadi, tapi secara waktu bisa saja belum. “Kita sendiri yang mempercepat, mungkin belum waktunya datang,” ungkapnya.

Lebih jauh, Habib Ali juga meminta agar masyarakat tenang dan bersabar ketika bencana terjadi. Karena Allah bersama orang-orang yang bersabar.

“Bagi orang yang beriman (bencana) ini adalah peringatan, dan bagi yang tidak beriman (bencana) ini adalah ganjaran,” kata Ketua PB Alkhairaat ini.

Terkait hal ini, Habib Ali mengacu pada sejumlah ritual adat yang dilakukan sebelum bencana gempa bumi diikuti tsunami terjadi. Dia mengatakan berbagai teguran telah diupayakan agar ritual itu tidak dilakukan.

“Memang yang melakukan itu tidak semua, tetapi jika diibaratkan dengan kecelakaan, yang terkena imbasnya bukan hanya pelaku. Segelintir yang melakukan, tapi bala’ itu umum. Tidak pilih ini salah, ini benar,” ujarnya.

Ritual yang dimaksud adalah mengorbankan makhluk hidup (hewan) dengan cara ditombak, kemudian ditaruh di laut. “Di dalam laut, siapa yang mau dikasih makan? Manusia itu kasih makan di darat, banyak yang tidak merasakan daging, banyak yang harus disantuni,” ujarnya.

BACA JUGA  Rizal Ramli: Krisis 1998 karena Indonesia Mengundang IMF


Pesan Berharga Ketua MUI Sulteng Pasca Bencana Melanda: Ber-istighfar lah! - Kiblat
https://www.kiblat.net/2018/10/14/pesan-berharga-ketua-mui-sulteng-pasca-bencana-melanda-ber-istighfar-lah/





















TITIAN

 



*TANDA AWAL SAKIT JANTUNG*
🔵Kerap Terasa Cemas secara tiba-tiba atau disebabka-n oleh suara atau bunyi yang terlalu kuat
🔵Sering terkejut walaupun ia cuma perkara biasa yang normal
🔵Sering mengalami ketegangan dan ketakutan walaupun hanya untuk hal-hal yang kecil.
🔵Berasa letih dan lesu sentiasa
🔵Terasa seperti tekanan dan sakit di dada
🔵Sakit kepala ketika terkena cahaya
🔵Sakit gigi dan rahang kepala
🔵Kerap berpeluh walaupun tidak melakukan apa-apa
🔵Denyut jantung tidak teratur
🔵Terasa mual dan tidak lalu makan
🔵Pembengkakan berlaku dibahagian kaki dan mulut
🔵Kerap buang air kecil
🔵Batuk dan kahak secara tiba-tiba dan kerap
🔵Lidah dan gusi menjadi bengkak dan sakit
🔵Sakit dada di ulu hati sebelah kiri dan seakan-akan dihempap benda berat
Sekiranya anda mengalami tanda-tanda awal seperti di atas, anda boleh membuat rawatan untuk melihat tahap kesihatan jantung anda supaya dapat dirawat lebih awal justeru mengelakkan masalah jantung untuk berlaku lebih teruk lagi.

Foto Abu Uqail.
Kisah nabi Al Laha Mawasaya (Musa) A'layaha Al Salama (bahagian 7). 
Maka di bawanyalah anak isterinya keluar dari benua Mesir mengiringkan nabi Allaha Musa pergi ke benua Sham maka berjalanlah mereka itu datang ke tepi laut Qalzum. Hataya berapa lamanya berjalan itu maka sampailah mereka itu kepada bumi Tayaha namanya suatu padang enam persangga bumi luasnya sama tengah padang itu sebuah telaga. Apabila datang orang yang musafir berhenti pada telaga itu perbuat orang dahulu kala akan perhentian orang sana sini di ambilnya air telaga itu maka akan telaga itupun kering tiada berair. Maka segala bani Israil pun amat dahaga mencari air tiada di perolehnya maka sekelian mereka itu pun datang mengadap nabi Allaha Musa pun minta doa ke hadrat Allaha Taa’laya. Maka firmannya “Ya Musa, ada batu berapa biji di dalam Tabut Sakinah itu maka di hantarkan ke tengah padang Tayaha itu. Maka keluar mata air seperti sungai terlalu jernih lagi amat hening”.

Maka segala bani Israil pun terlalu amat sukacita maka sekelian mereka itu mandi dan minum air melainkan nabi Allaha Musa juga tiada mandi dan tiada minum dan tiada membukakan tubuhnya. Maka kata segala bani Israil sama sendirinya oleh tubuh nabi Allaha Musa itu bercela maka tiada pernah kita melihat tubuhnya dan tiada pernah ia membuka bajunya di hadapan kita sekelian. Maka segala yang berkata itu di tutupkan Allaha mulutnya sebab ia mengatakan nabi Allaha bercela itu. Maka pada suatu nabi Allaha Musa dan segala bani Israil berjalan-jalan mandi pada air yang mengalir itu maka di hantarkannya kain bajunya di atas batu itu. Maka nabi Allaha Musa pun mandilah pada air mengalir itu maka di lihat segala bani Israil terbuka suatu pun tiada bercela bercahaya-cahaya gilang gemilang bersinar-sinar rupanya di pandang segala bani Israil tubuh nabi Allaha Musa itu. Maka Allaha Sabahanaha Wa Taa’laya berfirman pada umat Mahamada Sholaya Allaha A’layaha Wa Salama “Hai mukmin umat Mahamada, jangan kamu mengikut umat Musa mencelakan nabinya”.

Laqowalaha Taa’laya Yaayahaa Alazayana Amanawaa Laa Takawanawaa Ka Alazayana Azawaa Mawasaya Fabaraaha Allaha Mamaa Qoalawaa Wa Kaana A’nada Allaha Wajayahaa ertinya tatkala nabi Allaha Musa mengeluarkan batu dari dalam Tabut Sakinah itu di hantarkannya di tengah padang bumi Tayaha itu. Laqowalaha Taa’laya Wa Aza Asatasaqoya Mawasaya Laqowamaha Faqolanaa Adhoraba Baa’shoaka Al Hajara Faana Fajarata Manaha Atsanataa A’sharata A’yanaa Qoda A’lama Kala Anaasa Masharaba Hama maka firman Allaha “Ya Musa, palukan tongkat itu pada batu bahawa ada hikmat kami pada batu dan pada tongkatmu itu” maka tatkala kami suruh palukan tongkat itu pada laut itu jadi belorong dua belas lorong. Maka di palukan nabi Allaha Musa tongkatnya ke atas batu itu maka mengalirlah dua belas mata air menjadi dua belas sungai di padang Tayaha itu. Airnya pun memancur-mancur dirinya air itu menjadi dua belas sungai yang tersebut di dalam Qoraana dengan qudrat Allaha Taa’laya. Maka dua belas kaum bani Israil itu masing-masing pada kaumnya minum air dan mandi pada sungai. Maka firman “Ya Musa, inilah anugerahku akan kamu sekelian”.

Maka berapa lamanya di dalam makmur di rasainya maka kaum itupun berkata “Ya nabi Allaha,makanan kami hampirlah akan habis” maka kata nabi Allaha “Carilah oleh kamu” maka tujuh orang daripada kaum bani Israil naik kuda pergi mencari makanan ke Sahara Sataana Zarawama. Maka tatkala hampirlah ke benua Sahara Sataana Zarawama maka keluarlah seorang laki-laki isi negeri Sahara Sataana Zarawama kerana mengambil kayu api. Maka di lihatnya kaum itu yang datang daripada pihak bumi Tayaha datangnya maka di bawanya masuk ke negeri Sahara Sataana Zarawama kaum nabi Allaha itu. Maka hairanlah tercengang mereka itu melihat kaum bani Israil itu pendek bahawa akan orang negeri itu delapan puluh kaza dan tinggi kaum bani Israil itu hanya empat puluh kaza. Maka kaum bani Israil tujuh orang itu di bawa orang berkeliling negeri dan di serukan maka kata orang “Inilah kaum yang amat keras yang membinasakan Firaun maka kaum ini hendak datang ke negeri kita pula”.

Maka lalu di bawanya kepada rajanya maka di ceritakan keras kaum maka raja Sahara Sataana Zarawama pun pergi mendapatkan seorang wali bernama Balaa’ama Baaa’wara. Adapun akan Balaa’ama Baaa’wara itu maha keras pertapaannya maka beroleh martabat di anugerahkan Allaha Taa’laya. Jika ia memandang ke langit di lihatnya datang ke bawah Arash Allaha Taa’laya ia menilik ke bawah di lihatnya datang kepada tujuh petala bumi datang kepada belakang ikan yang menanggung bumi ini bahawa barang doa di perkenankan Allaha Taa’laya. Setelah datang raja itu padanya katanya “Tahukah tuan hamba bahawa nabi Allaha Musa akan datang ke negeri inilah sekarang tuan hamba minta doa kepada Allaha Taa’laya supaya jangan datang ke negeri supaya terpeliharalah kita daripada kaum bani Israil itu. Biarlah ia duduk di padang Tayaha itu”.

Maka kata Balaa’ma Baaa’wara “Ketahui olehmu bahawa akan nabi Allaha Musa itu tiada dapat hamba pinta doa akan dia. Doa hamba tiada akan di kabulkan Allaha menahan nabi Allaha Musa Kalayama Allaha itu datang ke mari kerana ia nabi Allaha lagi Awalawa Al A’zama lagi pun takut hamba akan dia. Hamba pun mengucap akan dia dan takut hamba kena gari akan dia hamba menjadi a’shi pada Allaha”. Maka kata raja itu “Barang dosa tuan hamba di atas hambalah menanggung dia minta doa juga tuan hamba bukan usahanya sekadar ia jangan datang ke mari juga”. Maka Balaa’ama Baaa’wara “Itupun hamba tiada mahu takut hamba akan nabi Allaha itu. Ia Kalaama Allaha lagi kekasih Allaha tiada sesiapa lebih daripadanya pada zaman ini”. Maka berapa kata raja itu memujuk ia tiada juga ia mahu meminta doa dan beberapa hadiah raja itu suatu pun tiada di ambilnya.

Maka raja Sahara Sataana Zarawama pun kembali ke istananya maka di penuhinya suatu tabak emas dan pelbagai manikam dan intan maka di serahnya bawa kepada Balaa’ama Baaa’wara pertapa itu supaya ia minta doa maka kata orang penyuruh raja itu “Tuan hamba minta doalah akan nabi Allaha Musa supaya jangan ia datang ke mari dan jangan kejahatan itu sampai ke negeri ini”. Maka beberapa raja itu minta kasih kepada Balaa’ama Baaa’wara tiada juga ia mahu minta doa katanya “Takut aku akan nabi Allaha itu” maka akan emas dan manikam itupun tiadalah di ambilnya dan di pandangnya pun tiada juga. Maka kembalilah orang itu kepada raja akan segala kata Balaa’ama Baaa’wara itu semuanya di katakannya kepada rajanya. Maka raja itupun mesyuarat dengan segala menteri maka emas dan manikam dan intan itupun di suruhnya bawa perlahan-lahan kepada isterinya Balaa’ama Baaa’wara minta ia suruh suaminya minta doa supaya akan hal nabi Allaha Musa.

Apabila sampai perempuan yang di suruh raja itu maka tabak manikam itupun di berinya di katakannya titah raja itu. Maka itupun bidaah itupun halobalah hatinya akan manikam itu katanya pada suaminya “Hai Balaa’ama Baaa’wara jika tuan hamba kasih akan hamba minta doalah tuan hamba akan nabi Allaha Musa jangan datang ke negeri itu”. Maka kata Balaa’ama Baaa’wara “Hai kekasihku tiada bagi kita minta doa akan yang demikian itu akan nabi Allaha Musa Kalayama Allaha Awalawa Al A’zama lagi Kalaama Allaha tiada akan di perkenankan Allaha doaku itu”. Maka perempuan bidaah di gagahinya juga dan beberapa kata di katakannya bahawa akan isterinya Balaa’ama Baaa’wara itu terlalu elok rupanya. Maka katanya “Hai Balaa’ama Baaa’wara jika tuan hamba tiada mahu minta doa akan nabi Allaha Musa itu supaya jangan ia datang ke mari. Bahawa aku cerailah dengan tuan hamba”.

Bahawa akan Balaa’ama Baaa’wara itu terlalu amat kasih akan isterinya maka datanglah kebinasaannya kerana menurut kata Firaun. Maka Balaa’ama Baaa’wara di bawanya isterinya keldai maka pergilah keduanya “Marilah kita sembahyang kepada tempat kita minta doa ini”. Maka pergilah keduanya lalu naik ke atas bukit setelah sampai ke atas bukit maka datang seorang malaikat tepi keldai itu berjalan maka di pakainya kain bertampal-tampal dan suatu pundi-pundi di gantungkan pada lehernya. Maka jua dia shahdan katanya “Ya tuhanku, bahawa akan Kalammu nabi Allaha Musa itu jangan kiranya kau sampaikan ke negeri ini pelihara akan isi negeri daripada nabi Musa membinasakan dia” maka doanya itu di perkenankan Allaha Taa’laya.

Maka segala kaum bani Israil pun terpenjaralah pada padang itu tiap-tiap hari mereka itu berjalan dari pagi-pagi datang petang kembali kepada tempatnya bermalam itu juga. Maka kata mereka itu “Ya nabi Allaha, apalah hal kami demikian itu tiadalah kami ketahui halnya. Baik rasul Allaha mengadap ke hadrat Allaha Taa’laya”. Maka pergilah nabi Allaha Musa naik ke bukit Thursina munajat ke hadrat Allaha Taa’laya dengan merendahkan dirinya terlalu sangat. Laqowalaha Taa’laya Qoala Raba Anaya Laa Amalaka Alaa Nafasaya Wa Akhoya Faafaraqo Bayananaa Wa Bayana Al Qowama Al Faasaqoyana ertinya sembah Musa “Ya tuhanku, engkau jua yang terlebih tahu akan hambamu dan peliharakan segala kaum bani Israil ini dan menyampaikan barang kehendaknya. Ya tuhanku, peliharakan hambamu sekelian daripada bencana segala fasik itu engkau jua amat kuasa menolakkan dia”. Maka datang suatu suara di dengar nabi Allaha Musa “Jangan engkau takut akan bencana kafir itu Laqowalaha Taa’laya Falaa Taasa A’laya Al Qowama Al Faasaqoyana ertinya sembah Musa “Ya tuhanku, akan kaum hambamu tersebut fasik”.

Datang cerita pada malam Maa’raaja nabi Mahamada Sholaya Allaha A’layaha Wa Salama Laqowalaha Taa’laya Al Salaama A’layaka Yaayahaa Al Nabaya Wa Rahamata Allaha Wa Barakaataha Al Salaama A’layanaa Wa A’laya A’baada Al Shoalahayana ertinya bahawa salam tuhanmu atasmu ya Mahamada dan rahmat Allaha dan kebajikannya tuhanmu kepadamu. Maka menyahut rasul Allaha Sholaya Allaha A’layaha Wa Salama “Bahawa engkau jua tuhan yang menganugerahkan rahmat Allaha dan berkat atas hambamu dan atas segala yang berbuat baik daripada umatku datang kepada hari kiamat”. Laqowalaha Taa’laya Wa Laqoda Katabanaa Faya Al Zabawara Mana Baa’da Al Zakara Ana Al Aradho Yaratsahaa A’baadaya Al Shoalahawana ertinya demikian firmannya sungguhnya dan sebenarnya kami sebutkan di dalam kitab Zabur maka kami turunkan Taurat kepadamu bahawa kami anugerahi segala isi bumi balas segala perbuatan hamba yang sholeh. Adapun daripada kehendak itulah tatkala nabi Mahamada Mashothofaya malam Maa’raaja minta kabulkan daripada kaum yang sholeh kiranya.

Bermula akan kaum nabi Allaha Musa maka tersebut fasik bahawa Allaha Taa’laya menghidupkan mereka itu di dalam bumi Tayaha empat puluh tahun lamanya seorang pun tiada mati. Laqowalaha Taa’laya Faanahaa Maharamata A’laya Hama Arabaa’yana Sanata Yatayahawana Faya Al Aradho Falaa Taasa A’laya Al Qowama Al Faasaqoyana ertinya maka firman Allaha Taa’laya “Ya Mahamada bacakan kisah Balaa’ama Baaa’wara kepada umatmu sebab nama kami maha besar di sebutnya kami anugerah akan dia barang kala di bacanya nama kami itu. Maka kami kabulkan barang yang di pintanya kemudian dari kami keluarkan ia daripada kemuliaan yang kami anugerahi akan dia itu dengan sebab doa nabi kami jadikan rupa tubuhnya seperti bulu babi dan kulitnya seperti kulit ular akan perangai mengikut perangai Iblis. Derhakalah ia sebab mengikut kehendaknya dan menurut hawa nafsu maka jadilah ia seperti anjing. Akan dahulunya tatkala terbit matahari maka sujud ia kepada Allaha Taa’laya yang maha besar itu. Kemudian dari itu maka jadi kafirlah ia pada Allaha Taa’laya dan luputlah ia daripada Allaha Taa’laya yang maha tinggi maka Balaa’ama Baaa’wara isi neraka itu”.

Akan bani Israil tujuh orang itu maka di berinya seseorang setangkai anggur yang amat lebat buahnya dan seorang sebuah delima besarnya seperti buyung lagi merkah maka di suruhnya bawa pulang kepada kaumnya maka mereka itu pun kembalilah kepada nabi Allaha Musa. Laqowalaha Taa’laya Qoalawaa Yaa Mawasaya Ana Fayahaa Qowamaa Jabaarayana ertinya maka kata orang tujuh itu “Bahawa orang Sahara Sataana itu terlalu amat besar panjang delapan puluh kaza panjangnya. Bahawa akan kami hanya empat puluh kaza juga panjang kami”. Maka sahut nabi Allaha Musa “Hai segala kaumku, sungguhnyalah mereka itu besar panjang dan keras tulangnya tetapi tiada dapat ia melawan tuhan yang maha tinggi. Bahawa tuhan alam juga yang amat menolong kita. Kepada Allaha Taa’laya kita serahkan supaya kita kaum segala mukmin. Laqowalaha Taa’laya Wa A’laya Allaha Fatawakalawaa Ana Kana Tama Mawamanayana ertinya apabila nabi Allaha Musa dan Harun mengatakan kata ini maka kata segala kaumnya bani Israil itu. Laqowalaha Taa’laya Faazahaba Anata Wa Rabaka Faqoatalaa Anaa Haahanaa Qoaa’dawana ertinya maka kata kaum Bani Israil itu “Ya rasul Allaha, pergilah nabi Allaha dua bersaudara perang dengan orang itu kami diamlah di sini kerana akan kami tiada beroleh pergi dari sini”.

Apabila di dengar nabi Musa kata kaum itu maka kata nabi Allaha “Ketahuilah oleh kamu bahawa Allaha Taa’laya menjadikan kamu terpenjara di dalam bumi. Maka kata mereka itu “Ya Kalayama Allaha, bahawa kami di dalam padang itu sangatlah kami merasai kepanasan” maka Allaha Taa’laya menjadikan awan datang menaungi mereka itu empat puluh tahun lamanya. Maka kata mereka itu “Kami senantiasa di dalam gelap juga pada malam” maka Allaha Taa’laya menitahkan bintang amat banyak turun ke bumi Tayaha itu menerang tempat mereka itu beratus berhantaran di padang itu. Maka kata mereka itu “Kain kami habis berlumur dengan tanah” maka di jadikan Allaha Taa’laya api akan membasuhkan kain mereka itu maka firman tuhan alam “Kain yang berlumur dengan tanah buangkan ke dalam api maka segala daki kain itu habis di makan api”. Maka sucilah kain mereka itu sehelai rambut pun tiada di makan api dengan demikian itu kudrat Allaha Taa’laya.

Maka kata kaum bani Israil “Apa akan makanan kami jika habis makanan kami ini” maka firman Allaha Taa’laya turun kepada nabi Musa “Bahawa aku menitahkan Al Mana Wa Al Salawaya dan kami tolong atas mereka itu dengan awan”. Laqowalaha Taa’laya Wa Zholalanaa A’laya Kama Al Ghomaama Wa Anazalanaa A’laya Kama Al Mana Wa Al Salawaya ertinya bahawa kami turunkan atas mereka itu Mana dan Salawaya yakni Salawaya itu kami anugerah daging burung emas yang sudah terendang akan makanan mereka itu di dalam seratus air madu berhana rasanya pada lazim mereka itu pada tiap-tiap hari daripada pagi-pagi. Maka melihat mereka itu keudara maka datang mega menudung mereka itu apa bila bertiup angin maka datanglah burung emas itu berkawan-kawan bunyinya terlalu merdu. Apabila datang panas matahari maka terendanglah burung itu maka burung yang sudah terendang itupun terletaklah masing-masing ke hadapan pada seorang mereka itu tiga ekor burung emas yang sudah terendang. Kalawaa Mana Thoyabaata Maa Razaqonaa Kama Wa Maa Zholamawanaa Wa Lakana Kaanawaa Anafasa Hama Yazholamawana ertinya maka datang firman kepada mereka itu “Makanlah oleh kamu rezeki yang amat suci kuanugerahi akan kamu maka puji oleh kamu bagi Allaha Taa’laya jua yang kamu sembah”.

Adapun hampir akan datang empat puluh tahun lamanya maka suka kaum itu sesuku lagi tinggal pada tempat itu dan yang tiga suku itu datang kepada nabi Allaha Musa A’layaha Al Salama. Maka akan kata mereka itu “Ya nabi Allaha, tiada terpada oleh kami dengan makanan ini dan tiadalah tersabarkan oleh kami duduk di tengah padang ini”. Laqowalaha Taa’laya Wa Aza Qolatama Yaa Mawasaya Lana Nashobara A’laya Thoa’ama Waahada Faadaa’ Lanaa Rabaka Yakhoraja Lanaa Mamaa Tanabata Al Aradho Mana Baqolahaa Wa Qotsahaa Wa Fawamahaa Wa A’dasahaa Wa Basholahaa ertinya maka kata mereka itu “Ya nabi Allaha, pohonkanlah akan kami daripada tuhan yang menjadikan kami supaya kami tumbuh-tumbuhan bumi seperti gandum dan sayur dan timun dan bawang putih dan bawang merah dan a’das supaya kami permasak burung emas dengan berbagai-bagai rasanya kami makan”. Maka sahut nabi Allaha Musa “Banyaklah aku berdatang sembah ke hadrat Allaha tuhanku yang maha tinggi iaitu tuhan segala alam”.

Laqowalaha Taa’laya Qoala Atasatabadalawana Alazaya Hawa Adanaya Ba Alazaya Hawa Khoyara Ahabathowaa Mashoraa Faana Lakama Maa Saalatama Wa Dhorabata A’laya Hama Al Zalata Wa Al Masakanata ertinya maka di pohonkan nabi Allaha Musa sembahnya “Ya tuhanku, anugerahkan barang yang beroleh segala hambamu yang fakir miskin ini anugerahkan kiranya dan kau turunkanlah nikmatmu segala barang yang di pintanya itu”. Maka datang firman kepada nabi Musa “Kata pada mereka itu barang kamu kehendak pun pergilah ke benua Mesir” maka mereka itupun berlengkaplah akan pergi ke benua Mesir. Maka kata nabi Allaha Musa kepada mereka itu “Marilah kamu berdiri maka datanglah mereka itu berdiri mengadap nabi Allaha.

Laqowalaha Taa’laya Wa Aza Qolanaa Adakholawaa Hazaha Al Qorayata Fakalawaa Manahaa Hayatsa Shatama Raghodaa Wa Adakholawaa Al Baaba Sajadaa Wa Qowalawaa Hathota Naghofara Lakama Khothoyaa Kama Wa Sanazayada Al Mahasanayana ertinya maka kata nabi Allaha Musa A’layaha Al Salama “Hai segala kaumku, barangkala kamu masuk ke benua Mesir hendaklah dengan kebaktian kamu ke hadrat Allaha tuhan alam. Jangan kamu lali akan tuhan kamu supaya di ampun Allaha A’za Wa Jala dosa kamu”. Maka segala kaum bani Israil setengah itupun pergilah ke benua Mesir setelah ia masuk ke dalam negeri Mesir itu barang yang di pesan nabi Allaha Musa itu suatu pun tiada di turutnya semuanya di laluinya. Laqowalaha Taa’laya Fabadala Alazayana Zholamawaa Qowalaa Ghoyara Alazaya Qoyala Lahama Faanazalanaa A’laya Alazayana Zholamawaa Rajazaa Mana Al Samaa Bamaa Kaanawaa Yafasaqowana ertinya daripada celaka kaum bani Israil pergi ke benua Mesir itu di anugerahkan tuhan burung emas yang sudah terendang di tinggalkan.

Adapun nabi Musa dan nabi Harun dan setengah daripada kaum bani Israil tinggal pula bumi Tayaha itu. Barangkala akan pergi munajat nabi Allaha Musa kepada tuhannya ke bukit Thursina maka kembali daripada munajat itu di perbuatnya oleh nabi Allaha suatu mihrab mimbarnya. Maka tiga ribu tujuh ratus anak muda-muda yang hampir kepada nabi Allaha Musa duduk mengadap nabi Allaha Musa A’layaha Al Salama. Maka nabi Allaha Musa pun menceritakan hukum Taurat dengan di ertikannya demikian firmannya tuhan dan demikian sabdanya. Maka kata segala mereka itu “Ya nabi Allaha, Jibril mengapa maka tiada tersebut” maka kata nabi Allaha Musa “Melainkan aku dengan tuhanku tiada lagi berantara sebab pesuruh”. Maka pada sehari-hari nabi Allaha Musa duduk pada majlis mihrabnya di adap orang banyak maka ketika itu sukacitalah hati nabi Allaha Musa. Maka seorang pendita berkata kepada nabi Allaha “Ya nabi Allaha, adakah orang yang lebih tahu daripada Kalama Allaha” maka sahut nabi Allaha “Qoala Laa Aa’lama”.

Pada ketika hati nabi Allaha Musa “Siapa ketahui yang lebih tahu daripada aku” maka kata nabi Allaha Musa itu tiada di berkenan kepada Allaha Taa’laya sebab serupa Musa A’layaha Al Salama dengan takbur. Maka datang suara firman Allaha Taa’laya “Hai Musa, sebagaimana maka engkau mengatakan dirimu terlebih tahu bahawa ada seorang hambaku anugerahi akan dia ilmu laduni yang tiada engkau ketahui”. Maka sembah Musa “Siapa orang itu ya tuhanku” maka Jibril pun datang dengan firman tuhan menceritakan tempat Khodhora (Khidir) itu. Maka kata Musa kepada muridnya yang bernama Yawasaa’ anak Nun lagi anak saudaranya Laqowalaha Taa’laya Laa Abaraha Hataya Abalagho Majamaa’ Al Baharayana “Marilah kita berjalan ya Yawasaa’ mencahari Khidir itu. Jangan kita berhenti hingga sampailah kepada pertemuan dua laut Zarawama dan laut Parsi”. Awa Amashoya Haqobaa “Atau lalukan setahun jika tiadaku dapat ia selama-lamanya ku cahari juga”. Kata anak A’baasa akan makna Haqobaa itu delapan puluh tahun atau tujuh puluh tahun.

Adapun pada suatu qaul nabi Allaha mulanya pada suatu hari nabi Allaha Musa membaca khutbah di atas mimbarnya peninggal kaum bani Israil ke benua Mesir yang binasa. Apabila sudah ia membaca khutbah itu maka tanyai orang akan dia “Ya nabi Allaha, siapa jua yang lebih tahu pada ilmu Allaha” maka pada hati nabi Allaha Musa “Bahawa tiada akan siapa yang lebih tahu daripada aku”. Maka turun wahaya kepada Musa demikian bunyinya “Bahawa ada hambaku bernama Khidir tempatnya di Majamaa’ Al Baharayana ialah yang terlebih tahu daripadamu”. Maka sembah Musa “Ya tuhanku, bahawa hambamu hendaklah bertemu dengan Khidir itu betapa peri hamba berdapat dengan dia kerana hamba hendak berguru kepadanya”. Maka firman Allaha Taa’laya “Jika engkau hendak bertemu dengan dia ambillah olehmu dayang yang kering maka masukkan ke dalam bakul. Maka pergilah engkau Majamaa’ Al Baharayana bawa ikan kering itu sertamu ke tepi laut itu apabila melompatlah ikan itu daripadamu maka di sanalah engkau bertemu dengan Khidir itu.

Kelakian maka Musa dan Yawasaa’ pun keduanya berjalan di tepi laut siang malam tiada berhenti. Laqowalaha Taa’laya Falamaa Balaghoa Majamaa’ Bayana Hamaa Nasayaa Hawata Hamaa ertinya maka tatkala sampailah keduanya pada sebuah batu di Majamaa’ Al Baharayana maka pada ketika itu nabi Allaha Musa hendak qodha hajat maka kata nabi Allaha Musa kepada Yawasaa’ “Berdirilah engkau sesaat di balik batu itu nantikan aku bersuci”. Adapun adat nabi Allaha Musa jauh daripada orang banyak kerana sunat akan segala nabi demikian itu. Setelah berhentilah keduanya di sana maka di sandarkannya kedua kepalanya di sana kepada batu itu.

Maka tertidurlah keduanya maka ikan dayang itupun hiduplah lalu ia melompat keluar dari dalam bakul itu ke dalam laut maka terjagalah keduanya akan ikan dayang itu. Laqowalaha Taa’laya Faatakhoza Sabayalaha Faya Al Bahara Sarabaa lepaslah ikan itu lalu ke dalam laut. Pada suatu riwayat nabi Allaha Musa lagi tidur Yawasaa’ dahulu jaga maka mengambil air sembahyang maka titik air sembahyangnya setitik ke dalam bakul ikan itu sampai kepada dayang itu maka hiduplah ikan dayang itu di hidupkan Allaha Taa’laya maka ikan dayang itupun melompatlah ke laut.

Maka Musa dan Yawasaa’ pun berjalanlah keduanya maka Yawasaa’ pun lupalah ia menceritakan hal ikan itu kepada nabi Allaha Musa. Laqowalaha Taa’laya Falamaa Jaawazaa Qoala Lafataaha Atanaa Ghodaanaa ertinya tatkala lepaslah keduanya daripada batu Majamaa’ Al Baharayana itu maka dari pagi-pagi kata nabi Allaha Musa akan Yawasaa’ “Bawa mari makanan kita itu kita makan”. Laqoda Laqoyanaa Mana Safaranaa Hazaa Nashobaa ertinya bahawasanya kita peroleh daripada kecelaannya kita sangatlah lelah dan lapar akan seperti maksud kita itu belum lagi kita peroleh dan tiada kita bertemu. Laqowalaha Taa’laya Qoala Araayata Aza Awayanaa Alaya Al Shokhorata Faanaya Nasayata Al Hawata ertinya kata Yawasaa’ akan Musa “Ketahui ya nabi Allaha, tatkala sampailah kita kepada batu itu telah lupalah hamba bercerita kepada nabi Allaha mengatakan yang kita bawa itu telah lenyaplah ia daripada bakul”. Laqowalaha Taa’laya Wa Maa Anasaanayaha Alaa Al Shayathoana Ana Azakaraha “Tiada yang melupakan hamba bagi menceritakan ehwalnya ikan itu kepada nabi Allaha melainkan syaitan”.

Laqowalaha Taa’laya Wa Atakhoza Sabayalaha Faya Al Bahara A’jabaa tatkala berjalanlah Musa dan Yawasaa’ kepada tempat berhenti dahulu itu mencarikan ikan kering yang melompat ke dalam air itu dan sangatlah ia hairan dan ajaib akan ikan kering itu melompat ke dalam laut itu maka berjalanlah keduanya mendapatkan batu itu. Laqowalaha Taa’laya Qoala Zalaka Maa Kanaa Nabagho Faaratadaa A’laya Atsaara Hamaa Qoshoshoa ertinya kata Musa tatkala lenyaplah ikan dayang itu maka itulah kita kehendaki dan kita cahari di mana ketahu tempatnya. Kelakian maka kembalilah keduanya pada jalan yang dahulu itu maka sampailah keduanya pada batu tempat ia tidur itu maka berjalanlah keduanya berkeliling-keliling batu itu. Laqowalaha Taa’laya Fawajadaa A’badaa Mana A’baadanaa maka di dapat keduanya seorang laki-laki berkelembung kain Rom sembahyang ia di atas batu.

Firman tuhan alam “Iaitulah Khidir hamba kami yang kami pilih daripada segala hamba kami yang lain nama Balayaa anak Malakaana. Kerana Khidir abana Malakaana sebab di namai Khidir itu adalah pada suatu hari duduk ia di atas timbunan rumput yang kering menyerahlah lakunya maka menjadi hijau rumput itu pada kelilingnya itu”. Laqowalaha Taa’laya Atayanaaha Rahamata Mana A’nadanaa Wa A’lamanaaha Mana Ladanaa A’lamaa bahawa kami anugerah baginya nikmat dan nubuat dan kami anugerahi baginya mengetahui segala yang ghaib-ghaib”. Maka memberi salam nabi Allaha Musa kepadanya maka di sahut oleh Khidir salamnya itu maka kata Khidir “Siapa engkau memberi salam kepada aku ini”. Maka kata Musa “Bahawa hambalah yang bernama Musa anak A’maraana” maka ujar Khidir “Engkaukah Musa nabi segala bani Israil” maka kata Musa “Bahawasanya seperti kata tuan hamba itu barang di ajarkan tuan hamba kiranya akan hamba ilmu yang di anugerahkan tuhan alam akan tuan hamba supaya bilangan muridlah hamba ke bawah qadam tuan hamba”.

Laqowalaha Taa’laya Qoala Laha Mawasaya Hala Atabaa’ka A’laya Ana Taa’lamana Mamaa A’lamata Rashadaa ertinya bahawa kata Musa akan Khidir “Dapatkah hamba tuan mengikut tuan hamba supaya di ajarkan tuan hamba akan hamba ilmu yang di anugerahi Allaha Taa’laya akan tuan hamba itu yang memberi kebajikan akan hamba dan menjadikan kepada jalan yang manafaat”. Maka ujar Khidir akan nabi Allaha Musa “Telah sempurnalah bagi tuan hamba ilmu di dalam kitab Taurat itu di anugerahkan Allaha Taa’laya maka di titahkan Allaha Taa’laya maqodama segala bani Israil lagi pun nama tuan hamba tersebut Kalaama Allaha apa lagi kehendakmu”. Maka sahut nabi Allaha Musa “Bahawa Allaha Taa’laya menitahkan menyuruh hamba mendapatkan tuan hamba. Inilah hamba hendak mengiringkan tuan hamba”.

Laqowalaha Taa’laya Qoala Anaka Lana Tasatathoyaa’ Maa’ya Shobaraa ertinya maka kata Khidir “Tiadalah dapat tuan hamba sabar serta hamba kerana hamba di anugerahkan Allaha Taa’laya ilmu yang ghaib yang tiada di ketahui adanya apabila tuan hamba lihat segala pekerjaan yang hamba kerjakan itu”. Laqowalaha Taa’laya Wa Kayafa Tashobara A’laya Maa Lama Tahatho Baha Khobaraa ertinya “Betapa perimu dapat sabar melihat pekerjaan yang tiada di ketahui batinnya itu”. 

Laqowalaha Taa’laya Qoala Satajadanaya Ana Shaa Allaha Shoabaraa Wa Laa Aa’shoya Laka Amaraa maka kata Musa “Nescaya kuperoleh sabar Ana Shaa Allaha Taa’laya melihat pekerjaanmu dan tiada akan aku lalui segala barang yang kau suruhkan bahawa tiadalah engkau mengerjakan dia”. Laqowalaha Taa’laya Qoala Faana Atabaa’tanaya Falaa Tasaalanaya A’na Shaya ertinya maka kata Khidir “Jika engkau hendak mengikut aku dan bersama-sama dengan aku maka jangan kau tanyai aku daripada segala pekerjaanku. Bahawa jangan bantahi aku barang yang kau lihat daripada aku”. Laqowalaha Taa’laya Hataya Ahadatsa Laka Manaha Zakaraa “Bahawa hingga kubukakan segala pekerjaan yang kukerjakan itu”.

Laqowalaha Taa’laya Faana Tholaqoaa kelakian maka berjalanlah keduanya di tepi laut maka di lihat keduanya sebuah kapal maka ujar mereka itu akan orang yang empunya kapal itu “Bawa oleh kamu akan kami naik kapal ini”. Maka di kenal oleh segala isi kapal itu Khidir A’layaha Al Salama maka di bawa oleh mereka itulah akan Khidir dan Musa dan Yawasaa’ dan tiada di ambilnya tambang daripadanya itu. Laqowalaha Taa’laya Hataya Azaa Rakabaa Faya Al Safayanaha ertinya hingga naiklah mereka itu ke atas kapal itu maka tatkala sudahlah ketikanya naik ke atas kapal itu. Laqowalaha Taa’laya Khoraqohaa maka di belah oleh Khidir kapal itu dengan beliung maka jadi belahlah papan kapal itu.

Setelah di lihat oleh nabi Allaha Musa akan ehwal pekerjaan nabi Khidir itu. Laqowalaha Taa’laya Qoala Akhoraqota Haa Lataghoraqo Ahala Haa kata Musa akan Khidir “Kau belahkanlah kapal ini maksudmu akan mengaramkan isinyakah. Bahawasanya kerana banyak kebajikan mereka itu serta tiada di ambilnya tambang daripada kita”. Laqowalaha Taa’laya Laqoda Jaata Shayaa Amaraa “Bahawasanya kau kerjakan ini besar salahnya” tetapi sesungguh pun di belah oleh nabi Khidir kapal itu tiada di masuk air akan nabi Allaha Musa tiada tahu akan hal demikian itu.

Laqowalaha Taa’laya Qoala Alama Aqola Anaka Lana Tasatathoyaa’ Maa’ya Shobaraa ertinya maka kata nabi Khidir “Tiadakah kukatakan dikau hai Musa tiadalah dapat sabar engkau sertaku nescaya kukerjakan juga pekerjaanku ini”. Laqowalaha Taa’laya Qoala Laa Tawaakhozanaya Bamaa Nasata ertinya maka kata Musa “Jangan tuan hamba halusi daripada pekerjaanku yang telah lupa daripada janjiku dengan tuan hamba sabar sertamu itu melainkan maafmu juga kepada hamba”. Wa Laa Tarahaqonaya Mana Amaraya A’saraa “Dan jangan kau picakkan jalan bersama dengan dikau tetapi mudahkan kiranya aku bertaulan dengan dikau sabarlah tuan hamba akan pekerjaan tuan hamba itu. Bahawa redhalah hamba segera lagi pekerjaan tuan hamba itu yang tuan hamba kerjakan di hadapan hamba itu”.

Laqowalaha Taa’laya Faanatholaqoa Hataya Azaa Laqoyaa Gholaamaa Faqotalaha ertinya maka naiklah mereka itu dari atas kapal itu ke daratan. Lalu berjalan ketiganya hingga bertemu mereka itu dengan seorang kanak-kanak bermain-main terlalu baik rupanya dan terlalu amat bersih warna mukanya dan belum baligh umurnya. Maka di tangkap nabi Allaha Khidir serta di baringkannya maka di sembelih dengan sakannya dan kata setengah di cucuk Khidir tongkatnya dan kepalanya di sentapkannya daripada tubuhnya maka matilah ia. Kata setengah di pukulnya kepala budak itu dengan batu dan kata setengah di hempaskannya kepalanya kepada kota negeri itu. Laqowalaha Taa’laya Qoala Aqotalata Nafasaa Zakayata Baghoyara Nafasa maka kata Musa “Engkau bunuhkah nafas yang suci yang tiada ia membunuh seorang dan suci ia daripada dosanya dengan tiada lagi ia baligh dan tiada harus baginya di bunuh kerana lagi kanak-kanak”. Laqoda Jaata Shayaa Nakaraa “Bahawasanya engkau kerjakan ini pekerjaan yang amat besar salahnya pada Allaha Taa’laya”.

Qoala Alama Aqola Laka Anaka Lana Tasatathoyaa’ Maa’ya Shobaraa ertinya maka ujar Khidir akan Musa “Tiadakah sudah kutegahkan kukatakan kepadamu engkau tiada sabar sertaku”. Maka ujar Yawasaa’ akan Musa “Teguhkan janjimu sabar serta Khidir ini. Jangan kau tegur barang pekerjaannya yang di kerjakannya itu supaya dapat engkau berbetulan dengan dia dan supaya jadi murid dan sahabatnya”. Laqoda Taa’laya Qoala Ana Saalataka A’na Shaya Baa’da Haa Falaa Tashoahabaya ertinya maka ujar Musa “Ya Khidir, jikalau lagi aku tegur segala pekerjaan yang kau kerjakan ini kemudian daripada ini maka janganlah aku engkau ambil akan taulanmu dan tiadalah dapat aku sertamu”. Laqowalaha Taa’laya Qoda Balaghota Mana Ladanaya A’zaraa “Bahawasanya telah sukar bagimu bertaulan dengan aku tatkala tiada dapat aku sabar sertamu melihat segala pekerjaanku itu”.

Laqowalaha Taa’laya Faanatholaqoa Hataya Azaa Atayaa Ahala Qorayata ertinya maka berjalanlah ketiganya kepada suatu dusun yang bernama Anathokayaha (Anathokih) kata setengah namanya Rawamayaha. Laqowalaha Taa’laya Asatathoa’maa Ahala Haa Faabawaa Ana Yadhoyafawa Hamaa ertinya minta makanan keduanya kepada segala isi dusun itu maka tiada mahu mereka itu bahawa berjamu keduanya. Maka di keliling keduanya dusun itu seorang pun mahu berjamu keduanya maka oleh seorang perempuan isi dusun itu di perjamunya ketiga mereka itu. Maka minta doalah nabi Khidir akan perempuan atas dusun dan memberi laknat akan segala laki-laki yang dalam dusun itu.

Laqowalaha Taa’laya Fawajadaa Faya Haa Jadaaraa Yarayada Ana Yanaqodho ertinya maka lihat keduanya suatu pagar itu sudah lama. Laqowalaha Taa’laya Faaqoamaha maka didirikan oleh Khidir pagar itu dengan di perbaikinya oleh Khidir pagar itu kata setengah di sapu oleh Khidir berbaiki pagar itu. Laqowalaha Taa’laya Qoala Lawashaata Laa Takhozata A’layaha Ajaraa ertinya maka kata Musa akan Khidir “Jikalau engkau hendak berbaiki sesuatu pekerjaan tiadakah baik mengambil upahnya akan makanan kita kerana orang ini tiada berjamu kita baik kita bekerjaan mengambil upah”.

Qoala Hazaa Faraaqo Bayanaya Wa Bayanaka ertinya maka kata Khidir “Inilah ketika perceraian antara hamba. Telah datanglah seperti kata hamba dahulu itu bahawa tuan hamba tiada dapat sabar melihat segala pekerjaan yang hamba kerjakan. Betapa peri nabi Allaha bertaulan dengan hamba”. Laqowalaha Taa’laya Saanabaka Bataawayala Maa Lama Tasatathoa’ A’layaha Shobaraa “Nescaya lagi akan hamba ceritakan akan tuan hamba kenyataan segala yang hamba kerjakan yang tiada dapat sabar tuan hamba melihat dia itu”. Laqowalaha Taa’laya Amaa Al Safayanata Fakaanata Lamasaakayana Yaa’malawana Faya Al Bahara ertinya adapun perahu yang hamba belah itu bahawa adalah yang empunyanya perahu itu sepuluh miskin bersaudara dan lima orang baik yang baik lima orang baik itulah yang membawa kapal itu berlayar.

Adapun sebab di namai Khidir mereka itu miskin jika ada sekalipun hartanya tiada akan pada akan di biayanya maka tiada keluar daripada nama miskin maka akan kehidupan mereka itu kapal itulah yang ada kepadanya. Laqowalaha Taa’laya Faaradata Ana Aa’yabahaa Wa Kaana Waraa Hama Malaka Yaakhoza Kala Safayanata Ghoshobaa ertinya “Bahawasanya kukehendak mencela kapal itu akan negeri yang di dapatku kepada itu rajanya sangat zalim Jalanada namanya. Segala perahu dan beberapa kapal orang yang baik habis di ambilnya daripada mereka itu sebab di lihatnya bercela itu tiada di ambil. Maka sungguhpun demikian cela kapal itu tiada mengapa sejahtera juga barang ke mana perginya dengan tiada di masuk air. Maka oleh manafaat mereka itu sebab bercela kapal itu”.

Laqowalaha Taa’laya Wa Amaa Al Gholaama Fakaana Abawaaha Mawamanayana Fakhoshayanaa Ana Yarahaqo Hamaa Thoghoyaanaa Wa Kafaraa ertinya “Akan kanak yang ku bunuh itu maka ada ibubapanya keduanya mukmin. Maka bahawasanya kutilik dengan ilmuku kedua ini pada akhirnya ia menyakiti hati ibubapanya dengan derhakanya dan kafirnya. Bahawa dari kerana itulah ia aku bunuh”. Laqowalaha Taa’laya Faaradanaa Ana Yabadala Hamaa Raba Hamaa Khoyaraa Manaha Zakaata Wa Aqoraba Rahamaa ertinya maka kehendakku membunuh di bahawa supaya di gantikan Allaha Taa’laya akan ibubapanya anak yang sholeh dan yang suci daripada segala dosanya dan terlalu syafaat akan ibubapanya terlalu bakti keduanya itu”. Kata Qotaadaha bahawa Aqoraba Rahamaa itu anak senantiasa berhubung dengan segala keluarganya dan sangat berbuat bakti akan ibubapanya. Kata Kalabaya bahawa di anugerah Allaha Taa’laya ibubapanya akan di tukarnya seorang anak perempuan. Maka oleh seorang nabi di ambilnya anaknya itu akan isterinya maka jadi daripadanya ia akan di tunjuki Allaha Taa’laya dengan dia beberapa kaum pada jalan yang sebenarnya. Bahawa kata Jaa’fara anak Mahamada bahawa di ganti Allaha Taa’laya akan ibubapanya anak perempuan maka jadi daripadanya tujuh orang nabi.

Laqowalaha Taa’laya Wa Amaa Al Jadaara Fakaana Laa’laamayana Yatayamayana Faya Al Madayanata ertinya “Pagar yang kuperbaiki itu ada empunya pagar itu dua orang kanak-kanak yatim di dalam negeri itu. Seorang namanya Ashobarama”. Laqowalaha Taa’laya Wa Kaana Tahataha Kanaza Lahamaa Wa Kaana Abawa Hamaa Shoalahaa “Dan bawah pagar itu perbendaharaan daripada emas dan perak peninggalan bapanya akan kanak-kanak kedua itu. Jikalau roboh pagar itu nescaya di ambil oranglah harta kanak-kanak itu dan ada keduanya laki-laki yang sholeh namanya Kaasaha ada ia daripada orang Nataya. Bahawa bersalahan segala a’lama akan perbendaharaan yang di tinggalkannya akan anaknya kedua itu. kata Abaya Zara radhoya Allaha a’naha “Bahawa kudengar sabda nabi rasul Allaha Sholaya Allaha A’layaha Wa Salama akan perbendaharaan itu emas dan perak dan bagai-bagai yang thofaha dan tiada berbagai". Kata A’karamaha akan perbendaharaan itu daripada jenis yang banyak baginya. Kata Abawa Zabayara akan perbendaharaan itu banyak surat yang bergulung-gulung di dalamnya dengan berbagai-bagai perkataan yang di turunkan Allaha Taa’laya.

Kata anak A’baasa radhoya Allaha a’nahamaa bahawa di dalam perbendaharaan itu ada suatu luh emas tersurat di dalamnya beberapa kalimah yang indah-indah. Pertama kalimah itu A’jabata Lamana Yawamana Ba Al Qodara Kayafa Yahazana ertinya mencengangkan daku bagi orang yang mengatakan dirinya percaya akan untung baik dan jahat daripada Allaha Taa’laya maka mengapa pula ia bercinta. Kedua kalimah A’jabata Lamana Yawamana Ba Al Razaqo Kayafa Yataa’ba ertinya tercenganglah aku bagi orang yang percaya akan rezekinya daripada Allaha Taa’laya maka betapa ia berlebih menuntut dia. Ketiga kalimah A’jabata Lamana Yawamana Ba Al Mawata Kayafa Yafaraha tercenganglah aku akan orang yang percaya akan dirinya mati maka betapa ia sukacita.

Keempat kalimah A’jabata Lamana Yawamana Ba Al Hayaata Kayafa Yaghofala tercenganglah aku akan orang yang telah di ketahui dirinya akan karam ia pada hari kiamat maka betapa ia lalui akan dirinya. Kelima kalimah A’jabata Lamana Yaa’rafa Al Danayaa Ba Al Zawaala Taqobalahaa Kayafa Yathomana bahawa tercengang aku akan orang yang mengetahui dunia akan hilang jua sudahnya dan berganti memakai dia maka betapa tetap hatinya bagi menuntut dia. Laa Alaha Alaa Allaha Mahamada Rasawala Allaha Bahawa amat tercengang aku melihat pekerjaan mereka itu sesungguhnya tiada tuhan lain hanya Allaha nabi Mahamada pesuruh Allaha.

Maka kata Khidir “Bahawasanya aku berbaik pagar itu supaya terpelihara hartanya itu dan perbendaharaan keduanya itu” dan Qowalaha Taa’laya Faaraada Rabaka Ana Yabalaghoa Ashada Hamaa Wa Yasatakhorajaa Kanaza Hamaa Rahamata Mana Rabaka Wa Maa Faa’lataha A’na Amaraya Zalaka Taawayala Maa Lama Tasathoa’ A’layaha Shobaraa ertinya “Bahawasanya kehendak tuhanmu ya Musa menitahkan aku berbaik pagar perbendaharaan itu supaya terpelihara hartanya hingga sampailah keduanya kanak-kanak kepada baligh dan berakallah ia kira-kira umurnya delapan belas tahun maka di ambilnya hartanya itu. Adapun segala yang kau lihat kukerjakan itu tiada dengan budi bicara aku sendiri betapa yang kukerjakan itu semuanya dengan titah tuhan alam daripada ilhamnya di anugerahkannya akan dia inilah kenyataannya segala barang pekerjaanku yang kau lihat itu yang tiada engkau sabar melihat dia.

Itupun akan faedah kisah ini bahawa jangan sekali manusia ajaib akan ilmunya dan harus syukur menyangkal sesuatu pekerjaan yang terbicara olehnya. Mudah-mudahan dalamnya di jadikan Allaha Taa’laya suatu rahsia yang tiada di ketahui dan baginya ia senantiasa berajar ilmu dan menghinakan dirinya di hadapan gurunya itu. Bahawasanya di ketahuinya hormat yang mengajar daripada yang di ajar dan maafkan segala barang yang pekerjaan pada penglihatan dan menceritakan bagai-bagai hingga tertentu salahnya. Maka haruslah ia menjauh dia jangan dengan bersegera pada segala pekerjaan bagi menyungguhkan dia”.

Maka kata Khidir “Ya Musa, pada antara kita kedua akan bercerai juga adapun dengarkan pesanku ya Musa anak A’maraana berkatalah engkau dengan manis muka dan jangan engkau berkata dengan masam mukamu dan jangan engkau berjalan dengan tiada kehendakmu dengan tiada suatu pekerjaanmu”. Kata Khidir “Hai Musa, jadikan dirimu sedia kala bermulut manis dan jangan kau jadikan dirimu sedia kala menggerentang segala manusia dan jangan akan dirimu memberi mudharat akan segala manusia dan jangan tuan hamba tertawa dengan ajabmu dan jangan kau cerca tiada dengan dosanya dan hendaklah tuan hamba sedia menangis atas dosamu hai nabi Allaha Musa anak A’maraana”.

Setelah sudah Khidir berkata demikian akan dia itu marahlah nabi Musa akan dirinya di dalam hati nabi Musa “adapun yang tiada daripada aku”. Maka kata Khidir A’layaha Al Salama “Ya nabi Allaha Musa Kalayama Allaha sudahlah pesan hamba pada tuan hamba maka bercerailah nabi Allaha Musa A’layaha Al Salama dengan Khidir A’layaha Al Salama.

Abu Uqail - Kisah nabi Al Laha Mawasaya (Musa) A'layaha Al Salama...
https://www.facebook.com/ude.jb.5/posts/2274848145889949

'Hidup adalah kado luar biasa'
'Kehidupan adalah hadiah yang luar biasa':

Tiada ulasan: