Isnin, 15 Oktober 2018

Roh yang malang, kerana perbuatan jasad. 8404.


Kerana perbuatan jasad: 

Hati dibelenggu kemaksiatan dan kemungkaran. Akhirnya menjadi manusia yang kerugian, jika tidak sempat insaf dan bertaubat. [Tentu semua Umat Islam, tidak mahu Allah tutup pintu petunjuk, taufik dan hidayah, sebelum nyawa dicabut.] Nauzubillahminzalik.

Astaghfirullahalazim. Astaghfirullahalazim. Astaghfirullahalazim.

Sebab Kelemahan Umat, Cinta Dunia dan Takut Mati 
Senin, 15 Oktober 2018 10:31
Foto: Cinta dunia
KIBLAT.NET – Umat Islam adalah kandidat umat terbaik. Segala potensi ada di tubuh kaum terpilih ini. Bahkan Allah berfirman

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ…
Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia…” (Ali Imran: 110)

Dalam Zad Al-Masir, Ibnul Jauzi menjelaskan bahwa ayat ini turun ketika ada dua keturunan yahudi bernama Malik bin al-Dayif dan Wahb bin Yahudza berkata sesuatu pada tiga orang sahabat. Tiga sahabat itu adalah Mas’ud, Mu`adz bin Jabal dan Ubay bin Ka’b.

Dua orang yahudi ini berkata,

ديننا خير مما تدعونا إليه ونحن افضل منكم

Artinya, “Agama kami lebih baik dari agama yang kalian dakwahkan, bangsa kami lebih unggul di banding kalian.”

Setelah celotehan dua yahudi ini  terucap,  turunlah surat Ali Imron ayat 110 ini yang menjelaskan bahwa umat  terbaik, setelah diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai rasul, bukanlah Yahudi atau Nashrani, tapi umat Islam.

Al-Quran pun telah mengabarkan berita baik ini bahwa kita-lah umat terbaik. Kalau kita melihat dari sisi dzohir, Allah benar-benar telah mengaruniakan yang terbaik untuk umat-Nya.

Kita lihat dari segi jumlah, umat Islam adalah penghuni kedua terbanyak di bumi ini. Sebuah data pada tahun 2012 menyebutkan bahwa 1,8 milyar manusia memeluk agama Islam dan itu 24,1% dari jumlah keseluruhan penduduk bumi. Dan negara dengan jumlah populasi umat Islam terbanyak adalah Indonesia dengan 200 juta penduduk. Jumlah angka yang fantastis dan kita yakin bahwa jumlah ini terus bertambah seiring dengan berjalannya dakwah islamiyah di seantero dunia.

Dari segi sumber daya alam, negara-negara Islam adalah negara bersumber daya alam yang melimpah. Timur Tengah dengan ladang minyaknya mampu melonjak dari status negara miskin berubah menjadi negara terkaya, seperti Qatar, UEA, Kuwait dan lainnya. Nusantara, siapa yang berani meragukan kekayaan negara kita? Bahkan tongkat, batu dan kayu pun berubah menjadi tanaman jika kita lempar ke tanah. Ini menggambarkan betapa kayanya negara ini. Dan kita tahu kekayaan di dalam negara-negara Islam ini menjadi rebutan negara lain yang notabene negara non muslim.

Dari segi geografis, banyak negara-negara yang iri dengan lokasi geografis negara Islam. Sebut saja Mesir dengan Terusan Sueznya, Indonesia dengan Selat Malaka yang merupakan pelabuhan yang sibuk dengan perdagangan dan lainnya.

Dari segi keilmuan, tidak sedikit sebagian dari umat Islam menjadi kaum intelektual, sastrawan, cendekiawan dan jenius di berbagai bidang. Bisa dibilang sebagian besar adalah orang-orang terpelajar dan berpendidikan.

Beberapa potensi ini adalah fakta. Secara kasat mata kita sebagai umat Islam telah dimanjakan Allah dengan berbagai kelebihan dalam hal duniawi. Bahkan Allah secara langsung menyebut dalam Al-Quran bahwa kita adalah umat terbaik. Tetapi mengapa dengan segala kelebihan duniawi yang ada, bahkan dipertegas dengan legitimasi dari Al-Quran, umat ini tetap lemah dan menjadi terbelakang?

Di balik “wah”-nya yang ada dalam diri umat Islam, ternyata harga darah umat ini sangatlah murah. Berapa kali terjadi intimidasi, ancaman dan pembantaian kaum muslimin di Rohingya, Palestina, Chechnya, Xinjiang, Suriah dan lainnya. Melihat kejadian itu umat Islam seolah tidak berdaya untuk membela saudara-saudaranya. Dan masih banyak lagi bukti kelemahan “umat terbaik” ini. Mengapa hal itu bisa terjadi? Mengapa kita menjadi umat yang terbelakang di tengah potensi yang begitu membuat iri umat lain untuk merebutnya?

Dua Penyebab Kelemahan dan Keterbelakangan

Jumlah yang banyak, potensi sumber daya alam yang melimpah, letak geografis yang strategis dan sumber daya manusia yang berjiwa intelektual ternyata tidak serta merta mendongkrak kejayaan umat Islam sebagai umat pilihan. Ada dua penyebab umat Islam menjadi lemah walau bergelimang kelebihan, sebagaimana sabda Rasulullah

عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا ». فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ « بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزِعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِى قُلُوبِكُمُ الْوَهَنَ ». فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهَنُ قَالَ « حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ ».


Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat, pen) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring”. Kemudian seseorang bertanya,”Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata,”Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya,”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata,”Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Daud no. 4297 dan Ahmad 5: 278) 

Wahn adalah sumber dari bencana keterbelakangan umat Islam. Bisa juga dibahasakan sebagai penyakit yang membuat umat ini menjadi tidak bertaji walau jumlah membludak dan tercabutnya rasa takut musuh.

Rasulullah menyebutkan bahwa wahn adalah cinta dunia dan takut akan kematian. Dua hal yang saling berkaitan. Sebab jika seseorang selalu orientasi dunia yang dikejar, maka ia akan takut pada kematian. Karena kematian akan memutus segala kenikmatan dunia yang ia dambakan.

Cinta Dunia 

Kecintaan pada dunia adalah buah dari pengkhianatan amanah. Allah berfirman

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ,وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar”. (QS. Al-Anfal 27-28)

Ketika seseorang lebih mencintai dunia maka sama saja ia telah berkhianat pada Allah karena telah bermaksiat pada-Nya. Demikian pendapat jumhur ulama di dalam tafsir Ibnu Katsir. Setiap perbuatan dosa besar dan kecil  atau bentuk kemaksiatan pada Allah disebut sebagai pengkhianatan terhadap-Nya.

Orientasi hidup seorang manusia akan berpengaruh  pada setiap tindak tanduknya di dunia. Segala apa yang ia niatkan, rencanakan dan perbuatan hanya akan tertuju pada satu titik orientasi dalam hidupnya. Jadi, bisa dipastikan jika seseorang mencintai dunia dan hanya itu yang ada di dalam benaknya, maka apa yang ia lakukan tidak akan jauh dari itu.

Identitas boleh memperlihatkan keislaman, cara berpakaian bisa meyakinkan bahwa ia seorang muslim, tetapi pola pikirnya yang selalu bertujuan dunia akan menghalanginya untuk berjalan di atas keimanan yang haq. Dimana keimanan yang seharusnya pasrah dan tunduk hanya  pada Allah dan berharap mencari keridhaan-Nya.  Segalanya berubah menjadi berharap pada materi yang kasat mata dan dapat dirasakan di dunia.

Kecintaan pada dunia secara halus akan menyelewengkan niat seorang muslim dalam setiap ibadah yang dilakukan. Bukan semata untuk Allah melainkan untuk mendapat balasan secara cepat di dunia atau bahkan secara terang-terangan beramal akhirat untuk tujuan dunia. Misalnya berjihad untuk mendapatkan ghanimah, berhijrah untuk mendapatkan keuntungan perniagaan dan semisalnya.

Dan kecintaan pada dunia akan menjauhkan manusia pada puncak amalan di dalam Islam, yaitu jihad fi sabilillah. Kakinya tidak akan berpindah pada tanah yang ia pijak untuk bersenang-senang dengan hartanya. Ia tidak sanggup meninggalkan harta yang selama ini ia kumpulkan untuk maju ke medan laga. Janji-janji dari-Nya akan keutamaan berjihad tidak membuat hatinya tergerak untuk segera menghampirinya. Sekali lagi, itu karena kecintaannya pada dunia hingga keindahan dan keabadian hidup di akhirat hanya menjadi bualan bagi mereka.

Kecintaan pada dunia membuat manusia hanya berpikir materi semata. Ilmu pengetahuan yang tidak didasari iman akan menjerumuskan manusia dan bahkan umat Islam pada keyakinan bahwa semua ada karena terjadi dengan sendirinya. Hingga dapat mencuci otak manusia bahwa yang ada hanyalah apa yang bisa dilihat oleh mata saja. Bukan sesuatu yang abstrak dan tidak bisa dirasakan panca indra. 


Bisa kita bayangkan, jika umat Islam yang bertebaran di seantero bumi mempunyai penyakit seperti ini. Apalah arti dari jumlah yang banyak  dan intelektualitas dalam ilmu pengetahuan? Apalah arti dari potensi sumber daya alam yang melimpah dan letak geografis yang strategis? Sedangkan potensi yang ada itu justru membuat mereka terhambat karena saking cintanya padanya, padahal semua yang ada itu harusnya digunakan untuk kejayaan Islam dan kaum muslimin.

Takut Mati

Takut mati di sini bukanlah takut mati yang sifatnya tabiat bagi manusia. Melainkan takut mati yang disebabkan karena terlalu cintanya pada dunia sehingga merasa puas dengan kelezatan dunia dan tidak mau berpisah dengannya.

Takut mati adalah efek dari kecintaan pada dunia. Ketika seseorang telah berhasil di dunia dengan mengumpulkan harta dan hidup bahagia di dalamnya, maka ia akan takut kalau-kalau kenikmatan itu terputus karena kematian. Maka, ia akan menjauh dengan syariat Allah yang berpotensi menghilangkan nyawa, yaitu jihad. Serta ia akan menolak segala syariat yang akan mengurangi harta yang ia punya padahal notabene itu adalah titipan dari Allah Ta’ala.

Padahal para sahabat yang kaya raya semisal Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Abu Bakr Ash-Shiddiq dan lainnya tidak pernah ragu sedikitpun untuk berjihad manakala panggilan itu tiba. Karena kecintaan mereka pada akhirat lebih besar daripada dengan dunia.

Mestinya kematian yang pasti akan tiba itu kita siapkan sebaik-baiknya, bukan dihindari hingga takut mati karena cinta pada dunia. Rasulullah bersabda

أكثروا ذكر هَاذِمِ اللَّذَّاتِ فإنه ما ذكره أحد فى ضيق من العيش إلا وسعه عليه ولا فى سعة إلا ضيقه عليه

“Perbanyaklah banyak mengingat pemutus kelezatan (yaitu kematian) karena jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan merasa lapang dan jika seseorang mengingatnya saat kehiupannya lapang, maka ia tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai akan akhirat).” (HR. Ibnu Hibban dan Al Baihaqi)

Selalu mengingat kematian dan mempersiapkannya dengan bekal ketaqwaan akan membuat kita terlepas dari kenikmatan dunia yang menipu. Ketika kehidupan seseorang terfokus pada meraih ketaqwaan, ia tidak akan pernah memikirkan anugerah dunia yang Allah berikan padanya.

Apapun yang ia dapat saat itu baik kekayaan atau kemiskinan, kelapangan atau kesempitan, kesehatan atau sakit, usia muda atau masa tua akan ia gunakan untuk memaksimalkan ketaqwaan. Tidak ada waktu untuk memikirkan  atau iri dengan orang yang lebih beruntung darinya soal dunia, sebab memang bukan itulah yang ia cari. Yang ia dambakan hanyalah ketaqwaan di setiap kondisi kehidupan.

Ketika umat Islam belum bisa bangkit dari wahn, maka tidak ada gunanya jumlah mereka yang banyak. Justru itu akan menjadi bulan-bulanan musuh karena telah tercabut rasa takut di hati mereka. Kita bandingkan dengan keadaan kaum muslimin ketika di Makkah pada masa awal dakwah Nabi.  Walaupun jumlah mereka sedikit, tetapi membuat hati orang kafir Quraisy ciut akan keteguhan keimanannya. Jikalau mereka mencintai dunia dan berujung pada takut mati tentu setiap siksaan, iming-iming dunia akan membuat iman luntur dan berbalik kepada kekafiran. Tetapi hal itu tidak terjadi.

Jika umat Islam saat ini yang besar jumlahnya, besar potensi sumber daya alamnya mempunyai sifat sama dengan para sahabat dulu dalam mempertahankan keimanannya. Maka, tidak mustahil Islam akan kembali mencengkeram dunia dan disegani lawan-lawannya.

Wallahu a’lam bi shawab.
Penulis : Dhani El_Ashim
Sumber : http://www.ilmway.com/
Sebab Kelemahan Umat, Cinta Dunia dan Takut Mati - Kiblat
https://www.kiblat.net/2018/10/15/sebab-kelemahan-umat-cinta-dunia-dan-takut-mati/

BERITA TERKAIT


Kemiskinan pun satu azab, musibah.... 

Angka Kemiskinan di Iran Meningkat Tajam


Foto: Ilustrasi
KIBLAT.NET, Teheran – Data resmi terbaru menunjukkan angka kemiskinan meningkat tajam di Iran. Sebanyak 34% dari total populasi Iran hidup di bawah garis kemiskinan.
Kepala Kelompok Kerja di Dewan Syura Iran, Ali Ridha Mahbub, mengatakan kepada harian Iran Times pada Ahad (14/10) bahwa terjadi peningkatan signifikan jumlah warga Iran yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Kenaikan ini berasal dari angka pengangguran yang tinggi dan runtuhnya nilai mata uang Iran sejak awal tahun ini, menurut angka-angka dari Bank Sentral dan pasar paralel.
Mata uang Iran jatuh di pasar paralel (hitam), dari 42,2 ribu riyal per-dolar pada awal tahun ini menjadi 138 ribu riyal dalam perdagangan hari ini.
Bulan lalu, bahkan mata uang Iran tercatat berada pada nilai terendah dalam sejarah dengan nilai 192 ribu riyal Iran per-dolar.
Mahbub mencatat bahwa kemiskinan ekstrem di kota-kota dan provinsi Iran meningkat dua kali lipat dibanding tahun 2017 lalu.
Dia menjelaskan bahwa tingkat kemiskinan di Iran mencapai sekitar 17% pada tahun lalu, dan sekitar 15,5% pada 2016, dan mencapai titik terendah di persentase 14% pada akhir tahun 2007.
Salah satu alasan tingginya tingkat kemiskinan ini terkait dengan tingginya harga komoditas di pasar Iran, dan kelangkaan barang karena valuta asing.
Selasa lalu, Dana Moneter Internasional (IMF) mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi Iran akan menyusut menjadi 1,5% selama tahun 2018, dan akan kembali meningkat menjadi 3,5% pada 2019.
Adapun inflasi harga konsumen, Dana Moneter Internasional diprediksi dalam laporan pekan lalu bahwa inflasi akan naik menjadi 29,6 persen dalam ekonomi Iran pada 2018, 34 persen pada 2019.
Kamis lalu, pemimpin Iran Ali Khamenei mengakui adanya krisis ekonomi besar di negaranya. Ia menyerukan kepada pemerintah Iran untuk segera menyelesaikannya.
Khamenei meminta para pejabat untuk segera menemukan solusi untuk mengatasi krisis yang telah memburuk baru-baru ini, seiring dimulainya tahap pertama sanksi ekonomi AS, Agustus lalu.
Sumber: al-ain.com
Redaktur: Sulhi El-Izzi
Angka Kemiskinan di Iran Meningkat Tajam
https://www.kiblat.net/2018/10/15/angka-kemiskinan-di-iran-meningkat-tajam/

TITIAN


Wawancara Eksklusif: Pentingkah Nonton Film G30S PKI Lagi? Bersama Taufiq Ismail

KIBLAT.NET- Tanggal 30 September 1965, merupakan tonggak sejarah Indonesia, dimana terjadinya pemberontakan yang dikenal dengan G30S PKI. Dimana terjadi pembantaian besar-besaran di Indonesia.
Akibat kekejaman PKI inilah, pada akhirnya PKI menjadi partai dan ideologi terlarang di Indonesia. Namun disatu sisi, PKI di Indonesia tidak benar-benar hilang. Bahkan isu kebangkitan PKI di Indonesia, semakin nyata.
Inilah wawancara eksklusif KIBLAT TV bersama sastrawan dan pelaku sejarah, Taufiq Ismail.
Video dapat dilihat dan diunduh di sini.
Video and post by: KIBLAT TV
Wawancara Eksklusif: Pentingkah Nonton Film G30S PKI Lagi? Bersama Taufiq Ismail - Kiblat
https://www.kiblat.net/2018/10/09/wawancara-eksklusif-pentingkah-nonton-film-g30s-pki-lagi-bersama-taufiq-ismail/

Tiada ulasan: