Rabu, 21 November 2018

Beroleh hidayah Allah. Dari kejahatan beralih kepada kebaikan. 8683.


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bismillahirahmanirahim.

Segala puji bagi allah, tuhan yang semesta alam yang telah memberikan anugerah dan karunia kepada orang orang yang di kehendakinya.

Allah telah memberikan petunjuk yaitu al kitab (al Quran) dan hikmah sebagai pelajaran (al Baqarah 231)

Allah telah menganugrahkan al hikmah kepada yang di kehendakiNya, barang siapa yang di beri hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak dan orang orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (al Baqarah 269)

Allah telah memberikan kemudahan kemudahan bagi orang orang beriman untuk beribadah karna Allah yang memiliki kehendak.

kehendak allah apa yang diprasangkakan umatnya , kebenaran ada pada hati dan akalnya masing masing.

Belajar Islam - Google+
https://plus.google.com/communities/103652814515960775895

Perampok ini Berhijrah Hingga Menjadi Ulama
Rabu, 21 November 2018 05:06 
Foto: Hijrah
KIBLAT.NET – Beberapa waktu lalu program Hijrah yang saat ini menjadi tren media dan kawula muda di perkotaan adalah gerakan yang positif. Umumnya mereka yang berhijrah beralasan untuk lebih fokus lagi dalam menjalankan agama, karena sebelumnya mereka dalam kubangan dosa dan kurang serius dalam beragama. Hijrah untuk lebih fokus dalam mempelajari dan mengamalkan agama ini juga terjadi pada generasi ulama terdahulu. Diantaranya adalah ulama ahli hadist yang dikenal dengan nama Fudhail bin Iyadh.

Kisah Pertaubatannya

Kisahnya disebutkan dalam kitab Siyar A’lam An-Nubala, Fudhail bin Iyadh dulunya seorang penyamun yang menghadang orang-orang di daerah antara Abu Warda dan Sirjis. Pekerjaan ini dilakukannya bertahun-tahun lamanya . dan orang-orang takut kepadanya.

Sampai suatu ketika beliau pernah terpikat dengan seorang wanita, maka tatkala beliau tengah memanjat tembok guna melaksanakan hasratnya terhadap wanita tersebut, tiba-tiba saja beliau mendengar seseorang membaca ayat,

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ

“Belumkan datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka guna mengingat Allah serta tunduk kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka) dan janganlah mereka seperti orang–orang yang sebelumnya telah turun Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras, dan mayoritas mereka adalah orang-orang fasiq.” (QS. Al–Hadid : 16)

Maka tatkala mendengarnya, beliau langsung berkata,
Maka beliaupun kembali, dan pada malam itu ketika beliau tengah berlindung di balik reruntuhan bangunan, tiba-tiba saja di sana ada sekelompok orang yang sedang lewat. Sebagian mereka berkata, “Kita jalan terus,” dan sebagian yang lain berkata, “Kita jalan terus sampai pagi, karena biasanya Al-Fudhail menghadang kita di jalan ini.” Maka beliau pun berkata,

ففكرت، وقلت : أنا أسعى بالليل في المعاصي، وقوم من المسلمين هاهنا، يخافوني، وما أرى الله ساقني إليهم إلا لأرتدع، اللهم إني قد تبت إليك، وجعلت توبتي مجاورة البيت الحرام

BACA JUGA  Dubes Arab Saudi Sayangkan Pembakaran Bendera Tauhid


“Kemudian aku merenung dan berkata, ‘Aku menjalani kemaksiatan-kemaksiatan di malam hari dan sebagian dari kaum muslimin di situ ketakutan kepadaku, dan tidaklah Allah menggiringku kepada mereka ini melainkan agar aku berhenti (dari kemaksiatan ini). Ya Allah, sungguh aku telah bertaubat kepada-Mu dan aku jadikan taubatku itu dengan tinggal di Al-Baitul Haram’.” (Siyar A’lam an-Nubala,  8/422)

Sejak saat itu Fudhail bin Iyadh menetapkan niat hijrahnya. Hingga kemudian dirinya terkenal sebagi ahli ibadah yang tidak pernah jauh dari rumah Allah, orang yang wara’ dan bertakwa, dan menjadi ulama ahli hadits di masanya.

Kesungguhan Fudhail dalam Mencari Ilmu dan Beribadah

Setelah bertaubah dan hijrah, beliau benar-benar melakukan hijrah dengan pergi ke Kufah untuk belajar agama lebih serius lagi. Belajar dengan mencatat dan menghafal hadist dari para guru dan ustadz, beliau juga mendatangi para masyayikh ulama-ulama hadist terkenal. Tidak hanya belajar serius, beliau juga banyak begadang di malam hari untuk beribadah. Ibnu Sa’ad berkata:

وَقَدِمَ الكُوْفَةَ وَهُوَ كَبِيْر،ٌ فَسَمِعَ مِنْ مَنْصُوْرٍ وَغَيْرِهِ، ثُمَّ تَعَبَّدَ وانتقل إلى مكة ونزلها إلى أن مات بها في أول سنة سبع وثمانين ومائة في خلافة هارون

“Dia pergi ke Kufah sedang ia sudah tua. Ia belajar dari Manshur dan selainnya. Kemudian ia banyak beribadah. Setelah itu pergi ke Makkah dan tinggal di sana hingga wafat di awal tahun 187 H pada masa kekhalifahan Harun (Ar-Rasyid).” (Siyar A’lam an-Nubala,  8/424)

Tentang kesungguhannya dalam mencari ilmu ini, beliau ceritakan sendiri ketika Muhriz bin ‘Aun mendatanginya di Makkah. Beliau berkata kepada Muhriz:

وَاللهِ لَوْ نَزَلَ حَرْفٌ بِاليَمَنِ، لَقَدْ كَانَ يَنْبَغِي أَنْ نَذْهَبَ حَتَّى نَسْمَعَهُ

“Demi Allah, seandainya ada satu huruf (Al-Qur’an) yang turun di Yaman (saat ini). Niscaya kita dianjurkan untuk pergi (ke sana) sampai kita mendengarnya.” (Siyar A’lam an-Nubala,  8/427)

Selain menuntut ilmu, beliau mengisi hijrah dan taubatnya dengan totalitas menyerahkan diri kepada Allah. Tidak ada yang ia harapkan setelah taubat dan hijrahnya selain ridha Allah. Tentang totalitasnya dalam beribadah kepada Allah diceritakan oleh Ibrahim bin Al-Asy’ats:

مَا رَأَيْتُ أَحَداً كَانَ اللهُ فِي صَدْرِهِ أَعْظَمَ مِنَ الفُضَيْلِ، كَانَ إِذَا ذَكَرَ اللهَ، أَوْ ذُكِرَ عِنْدَهُ أَوْ سَمِعَ القُرْآنَ، ظَهَرَ بِهِ مِنَ الخَوْفِ وَالحُزْنِ، وَفَاضَتْ عَيْنَاهُ، وَبَكَى، حَتَّى يَرْحَمَهُ مَنْ يَحضُرُهُ، وَكَانَ دَائِمَ الحُزْنِ، شَدِيْدَ الفِكرَةِ، مَا رَأَيْتُ رَجُلاً يُرِيْدُ اللهَ بِعِلْمِهِ وَعَمَلِهِ، وَأَخْذِهِ وَعَطَائِهِ، وَمَنْعِهِ وَبَذْلِهِ، وَبُغْضِهِ وَحُبِّهِ، وَخِصَالِهِ كُلِّهَا غَيْرَهُ

“Aku tidak mengetahui orang yang lebih mengagungkan Allah dalam hatinya selain Al-Fudhail. Jika ia menyebut nama Allah, atau mendengar dari orang lain atau mendengar Al-Qur’an, terlihat dirinya sangat takut dan sedih, air matanya menetes dan menangis, sampai-sampai manusia di sekitarnya kasihan melihatnya. Ia selalu sedih (karena Allah), dan tajam pemikirannya. Aku tidak melihat seseorang selain dia yang lebih mengharap Allah dengan ilmu dan amalnya, dengan apa yang dia ambil dan pemberiannya, denga benci dan cintanya, dan segala perangainya.” (Siyar A’lam an-Nubala,  8/426)

Demikianlah orang yang tenggelam dalam taubat dan hijrah untuk memperbaiki diri. Sebelumnya dalam kubangan dosa, menjadi perampok yang ditakuti, kemudian hijrah menjadi seorang ulama dan ahli ibadah. Kisah beliau ini seharusnya menjadi inspirasi kita yang berhijrah untuk meraih ridha-Nya, agar sukses dalam hijrah dan tidak salah jalan. 

Wallahu a’lam bish showab.
Penulis: Zamroni
Editor: Arju
Perampok Ini Berhijrah Hingga Menjadi Ulama - Kiblat
https://www.kiblat.net/2018/11/21/perampok-ini-berhijrah-hingga-menjadi-ulama/

BERITA TERKAIT


TITIAN



Tiada ulasan: