Jumaat, 30 November 2018

Menteri-Menteri pun lega kerana jika dicalonkan semula oleh parti, kemenangan terjamin walaupun menidakkan hak bersuara rakyat. 8752.



Halimah Yacob, presiden Melayu pertama Singapura dalam 47 tahun, dipilih 'tak demokratis'

13 September 2017
halimah yacobHak atas fotoEPA
Image captionHalimah Yacob akan menjadi presiden perempuan pertama Singapura.
Halimah Yacob yang akan menjadi presiden Melayu pertama Singapura dalam 47 tahun menimbulkan silang pendapat, bukan karena alasan ras, namun karena ia dipilih secara tidak demokratis, ia adalah calon tunggal.
Halimah -yang juga akan menjadi presiden perempuan pertama Singapura- akan dilantik pada Rabu (13/09) setelah calon-calon lain tak memenuhi kriteria yang ditetapkan.
Melalui media sosial, warga Singapura mengungkapkan kemarahan terkait ditetapkannya Halimah sebagai presiden dengan menggunakan tagar bukan presiden saya, #NotMyPresident, tagar yang juga digunakan setelah Donald Trump terpilih sebagai presiden Amerika Serikat tahun lalu.
Singapura menetapkan sistem kepresidenan untuk meningkatkan inklusif multibudaya dalam hierarki kepemerintahan dengan menetapkan calon dari komunitas Melayu saja yang boleh mencalonkan diri tahun ini. Dari tiga calon Melayu, hanya Halimah yang layak, menurut badan pemilihan umum.
Warga Melayu terakhir yang memegang jabatan presiden adalah Yusof Ishak, yang gambarnya tercantum di uang kertas Singapura.
Yusof menjadi presiden dari 1965-1970, tahun-tahun pertama kemerdekaan Singapura namun kekuatan eksekutif tetap berada di tangan Lee Kuang Yew, perdana menteri pertama negara itu.
Tak lama setelah Halimah ditetapkan oleh komite pemilihan Singapura sebagai calon satu-satunya presiden Singapura Senin (11/09), tagar #NotMyPresiden langsung populer dengan banyak warga yang mengungkapkan kekesalannya.

'Suara saya dirampok'

halimah yacobHak atas fotoREUTERS
Image captionHalimah di kantor pemilihan presiden Singapura yang menetapkannya sebagai calon satu-satunya yang layak Senin (11/09).
"Saya warga Singapura. Saya perempuan. Saya Melayu. Namun suara saya bukan untuk pengangkatannya," tulis Nadia Nasser melalui Facebook.
"Demokrasi di atas ras, bila ia terlibat pemilihan presiden dengan cara yang lebih adil, ia pasti menang dengan suara saya bersama yang lainnya dalam komunitas Muslim. Namun bukan itu yang terjadi. Jadi dia bukan presiden saya, dia hanya pemimpin yang diajukan negara," tambahnya.
Pengguna lain, Xue Ming, menulis, "Dengan kondisi politik sekarang, penunjukkannya memiliki peranan besar terutama dengan ancaman teroris Islamis dan fakta bahwa Singapura dikelilingi negara-negara Muslim seperti Indonesia dan Malaysia."
"Hari gelap bagi Singapura," tulis pengguna lain David Kam.
Melalui Twitter, Kyle Malinda menulis, "Saya sangat marah. Marah karena suara saya dirampok. Suara saya dibatalkan,"
Pemerintah Singapura menetapkan sistem pemilihan presiden - dengan menetapkan ras Melayu yang boleh ikut serta kali ini- untuk menjamin perwakilan tiga ras di negara itu, Cina, India dan Melayu.
Dari 5,7 juta penduduk Singapura, 74% terdiri dari Cina, 13% Melayu, 9% India dan selebihnya kategori "lainya."
"Ini menunjukkan kami tak hanya bicara tentang multi ras, namun kami bicara dalam konteks meritokrasi (demokrasi berdasarkan merit) atau peluang untuk siapa pun dan kami menjalankannya," kata Halimah kepada surat kabar The Straits Times.
Ketetapan lain dalam peraturan baru untuk calon presiden termasuk kepemilikan dalam perusahaan. Mereka yang berasal dari sektor swasta, misalnya, harus menjadi pemimpin eksekutif satu perusahaan, dengan paling tidak kepemilikan saham sebesar US$370 juta.
Dua calon Melayu lain, pengusaha Salleh Marican dan Farid Khan tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan komite pemilihan presiden.
Singapura sedianya akan melakukan pemilihan presiden pada tanggal 23 September bila terdapat lebih dari satu calon.

'Mengalami kemiskinan'

halimah yacobHak atas fotoREUTERS
Image captionHalimah saat masih menjadi ketua parlemen dan mengunjungi Kamboja 7 Mei 2015.
Sejumlah pengkritik mengatakan peraturan baru itu merupakan cara pemerintah untuk mengatur pemilihan dan mencegah oposisi mencalonkan diri.
Wartawan dan aktivis Singapura, Kirsten Han, mengatakan perdebatan yang muncul banyak dikaitkan elemen tak dipilihnya Halimah secara demokratis.
"Sebagian besar yang diperbincangkan adalah elemen yang tidak demokratis. Kami diberitahu bahwa calon yang dipilih tak tergantung ras, agama namun yang dapat bekerja terbaik, dan orang menganggap yang dilakukan justru kontradiktif," kata Kirsten kepada BBC Indonesia.
"Banyak yang skeptis bahwa ini bukan perwakilan rasial dan orang curiga ini memblok calon tertentu dan calon favorit PAP (People's Action Party), jadi orang tak percaya ini terkait rasial," tambahnya.
Halimah baru-baru ini mundur dari PAP, partai yang berkuasa di Singapura sejak 1959, sebelum mencalonkan diri sebagai presiden.
Halimah yang berusia 62 tahun, memiliki pengalaman selama 40 tahun dalam layanan publik, termasuk dalam Serikat Buruh Nasional. Sebelum menjadi ketua parlemen pada 2013, ia menjadi Menteri Negara Pengembangan Komunitas.
Melalui blognya dengan tema "Do Good, Do Together" (Lakukan yang baik, Lakukan bersama), Halimah menceritakan latar belakangnya yang harus berjuang di tengah kemiskinan membuatnya bertekad maju.
"Saya mengalami kemiskinan dan tahu bahwa betapa sulitnya untuk berjuang mencari makan dan menghadapi ketidakpastian masa depan. Kondisi ini membatasi pilihan namun juga menghambat tekad untuk berhasil. Prioritas saya adalah menyelesaikan sekolah, mendapat kerja dan membantu ibu saya," tulis Halimah.
Ia mengatakan mulai bekerja pada usia 10 tahun membantu ibunya yang bekerja di warung makanan, setelah ayahnya meninggal.

Berita terkait


https://www.bbc.com/indonesia/trensosial-41237605

Singapura, negara yang maju dengan 'memaksa' warganya

Sarah Keating BBC Future 14 Maret 2018

Singapore skyline
Hak atas foto GETTY IMAGES
Singapura berkembang dengan pesat dari hampir tidak ada apa-apa dalam 50 tahun. Dan warga negara ini dibangun, sebagian, karena dorongan.

"Kopi lah," kata seorang pria tua Singapura, sambil bersandar di meja kafe.

Pekerja di kios itu menyerahkan kantong berisi kopi tebal dan lembut yang dipermanis dengan susu kental.

"Apakah ada orang yang pernah meminta pilihan yang lebih sehat?" Saya bertanya kepada wanita di belakang meja kasir. Dia tertawa. "Lebih baik," katanya, menyiratkan bahwa orang adalah makhluk yang memiliki kebiasaan.

Saat saya berkeliling pasar, udara penuh dengan bau mie kuah, babi panggang dan sate manis, saya memperhatikan ada stiker bundar merah di berbagai kios. "Pilihan lebih sehat tersedia di sini", tulis di satu stiker. "Kami menggunakan minyak yang lebih sehat", tulis stiker lain.

Itu adalah bagian dari Program Makanan Sehat yang dicanangkan Badan Promosi Kesehatan dengan memberikan pendanaan kepada penyedia makanan dan minuman jika mereka memberikan opsi yang lebih sehat kepada konsumen.

Itu adalah sebuah indikasi yang sederhana, meski tidak signifikan, dari 'paksaan' pemerintah terhadap warganya untuk membuat pilihan yang lebih baik.

Apakah Singapura benar-benar merupakan kota termahal di dunia?

Soal kemampuan membaca, anak-anak Singapura dan Rusia teratas

Bus mini tanpa sopir akan beroperasi di Singapura tahun 2022

Sejak negara di ujung selatan Semenanjung Melayu itu melewati usia 50 tahun, pemerintahnya sangat semangat melihat ke luar, untuk belajar dan berkolaborasi dengan negara lain untuk membentuk masa depannya.

Salah satu strateginya adalah berkolaborasi dengan Tim Wawasan Perilaku (Behavioral Insights Team) dari pemerintah Inggris, yang dijuluki "Unit Dorong" yang menggunakan "teori dorongan".

Konsep 'dorongan' didasarkan pada gagasan bahwa orang dapat membuat pilihan yang lebih baik setelah didorong dengan kebijakan sederhana sambil tetap mempertahankan kebebasan memilih mereka.

Teori dorong banyak digunakan pemangku kebijakan di seluruh dunia saat ini, namun Singapura sebenarnya telah menggunakan strategi serupa jauh sebelum itu menjadi populer.

Dan untuk mengerti mengapa, Anda harus melihat kembali ke sejarah negara tersebut.

Singapura dikenal sebagai lambang keteraturan dan efisiensi dan, yang lebih penting, tempat permen karet dilarang.

Saat ini, negara itu menjadi salah satu pusat keuangan dunia tapi predikat tersebut diraih dengan susah payah. Setelah diusir dari Federasi Malaysia dan menyusul kemerdekaannya pada tahun 1965, Singapura ditinggalkan dengan banyak masalah sosial ekonomi.

Seiring dengan pengangguran, kurangnya pendidikan dan perumahan sub-standar, Singapura juga negara yang kekurangan sumber daya alam dan tanah.

Pria yang mengemban tugas berat ini adalah mendiang Perdana Menteri Lee Kuan Yew. Dia menyadari bahwa Singapura harus berubah agar bisa berkembang.

"Kami tahu bahwa jika kami sama seperti tetangga kami, kami akan mati. Karena kami tidak dapat menawarkan apa yang mereka tawarkan, jadi kami harus menghasilkan sesuatu yang berbeda dan lebih baik dari pada yang mereka miliki. Itu berarti tidak korupsi. Itu berarti efisien, itu berarti meritokratis, itu berhasil," katanya kepada New York Times..
hawker centre
Hak atas foto GETTY IMAGES
Image caption Di pusat jajanan Singapura, pilihan yang lebih sehat lebih murah daripada sekedar makanan enak.

Dan untuk membuatnya berhasil, pemerintah harus mengambil kendali untuk mengembangkan masyarakat dengan memenuhi kebutuhan material masyarakat.

Mereka membangun perumahan sosial bertingkat yang disebut HDB, industrialisasi, dan masuknya investasi asing yang menciptakan lapangan kerja. Perlahan, bangsa ini mulai terbentuk.

Sejumlah kampanye publik diciptakan untuk meletakkan fondasi sekaligus menciptakan rasa identitas sosial pada masyarakat yang beragam dan multikultural.

Kampanye awal adalah tentang memperbaiki kebersihan dan higienitas lingkungan. "Keep Singapore Clean" (Jaga Kebersihan Singapura) dan "Plant Trees" (Tanamlah Pohon) adalah slogan umum yang mempelopori kampanye-kampanye tersebut.

Kampanye lain fokus pada keluarga berencana yang mendesak orang untuk "Stop at 2" (Dua anak cukup).

Seiring semakin makmurnya Singapura, Kampanye Kesopanan Nasional dilaksanakan sekaligus mendorong orang berbicara bahasa Mandarin untuk menciptakan masyarakat yang lebih kohesif, tenggang hati dan beradab.

Pada tahun 1986, Lee Kuan Yew mengatakan, "Saya sering dituduh mencampuri kehidupan pribadi warga negara. Ya, jika saya tidak melakukannya, jika saya tidak pernah melakukannya, kami tidak akan berada di sini hari ini..."

"Kami tidak akan mengalami kemajuan ekonomi, jika kami tidak melakukan intervensi atas hal-hal yang sangat pribadi - siapa tetangga Anda, bagaimana Anda hidup, kebisingan yang Anda buat, bagaimana Anda meludah, atau bahasa apa yang Anda gunakan. Kami memutuskan apa yang benar."

Strategi ini berhasil dalam kurun waktu 50 tahun, dan ekonomi Singapura telah menjadi salah satu yang paling inovatif dan ramah terhadap bisnis di dunia. Tapi meski Singapura masih menyukai kampanye publik, negara ini beralih ke pendekatan yang lebih tidak menyolok yang mempengaruhi perilaku penghuninya.

Memaksa penduduk bukan uniklah ke orang Singapura saja; lebih dari 150 pemerintahan di seluruh dunia telah mencoba pemaksaan sebagai pilihan yang lebih baik

Sebuah pusat medis di Qatar, misalnya, berhasil meningkatkan pengambilan skrining diabetes dengan menawarkan untuk menguji orang selama bulan Ramadan.

Karena orang sedang berpuasa, kerumitan karena harus tidak makan sebelum pengujian telah dihapus. Itu nyaman dan tepat waktu, dua komponen kunci untuk sebuah dorongan yang sukses.

Kota-kota di Islandia, India dan Cina telah mencoba 'zebra cross terapung' - ilusi optik tiga dimensi yang membuat penyeberangan terlihat seperti mengambang di atas tanah yang dirancang untuk mendesak pengemudi melambat.

Kemudian, untuk membuat orang membayar pajak di Inggris, orang-orang dikirimi sepucuk surat yang mengatakan bahwa mayoritas pembayar pajak membayar pajak mereka tepat waktu yang hasilnya sangat positif. Menggunakan norma sosial membuat orang ingin menyesuaikan diri.

Di Singapura beberapa dorongan yang Anda temukan sangat sederhana. Sampah sampah ditempatkan jauh dari halte bus untuk memisahkan perokok dari pengguna bus lainnya. Tagihan listrik dan air menampilkan perbandingan konsumsi energi Anda dengan tetangga Anda.

Gym luar ruangan dibangun di dekat pintu masuk dan keluar dari kompleks HDB sehingga mudah digunakan, tersedia dan cukup menonjol untuk secara konsisten mengingatkan Anda.

Stasiun kereta api memiliki panah hijau dan merah di peron yang menunjukkan di mana Anda harus berdiri untuk mempercepat proses naik-turun ke kereta. Jika Anda memilih untuk melakukan perjalanan di luar waktu puncak (sebelum 07.00), tarif Anda dikurangi.
Tantangan Langkah Nasional Singapura
Hak atas foto GETTY IMAGES
Image caption Tantangan Langkah Nasional Singapura menjadi sangat sukses.

Dan dengan enam dari 10 orang Singapura makan di pujasera empat kali atau lebih dalam seminggu, membuat orang makan lebih sehat juga menjadi prioritas.

Selain Program Makanan Sehat, beberapa tempat menjual makanan sehat lebih murah. Jika Anda memutuskan untuk memakan bihun goreng di Rumah Sakit Khoo Teck Puat, misalnya, Anda harus membayar lebih untuk itu.

Tantangan Langkah Nasional (National Steps Challenge), yang mendorong peserta untuk berolahraga dengan menggunakan loket 'langkah bebas' dengan imbalan uang tunai dan hadiah, sangat sukses sehingga nama programnya telah menjadi merek dagang.

Bentuk program yang dijadikan permainan ini adalah salah satu cara yang lebih berhasil dalam melibatkan pengguna dalam mencapai tujuan. Antrean panjang untuk mengumpulkan pelacak kebugaran gratis menunjukkan popularitas program.

Dan bukan hanya dengan cara nyata saja dorongan ke warga ini diberikan. Warga negara membayar program tabungan wajib yang disebut Central Provident Fund dengan tingkat pengembalian yang tinggi.

Ini dapat diakses untuk perawatan kesehatan, perumahan dan pensiun sebagai cara membuat orang menabung dalam jangka panjang karena bukti telah menunjukkan bahwa orang berpikir terlalu pendek dalam hal pembiayaan masa depan mereka.

Penelitian dari Eropa dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat menyetujuinya asalkan sesuai dengan nilai dan kepentingan mereka
Dan ketika pemerintah bertujuan untuk meningkatkan populasi sebanyak 30% pada tahun 2030, Skema Bonus Bayi diciptakan demi mendorong orang tua memiliki lebih banyak anak dengan menawarkan insentif tunai.

Diperkenalkan pada tahun 2001, skema ini berarti bahwa semua warga Singapura yang memiliki bayi mendapat hadiah uang tunai dan juga uang yang dimasukkan ke Akun Perkembangan Anak (Child Development Account, CDA) yang dapat digunakan untuk membayar perawatan anak dan perawatan kesehatan.

Semakin banyak anak yang Anda miliki, semakin banyak uang yang Anda dapatkan. Ssejak Maret 2016 Anda mendapatkan hadiah uang tunai sebesar SG$8.000 (Rp80 juta) untuk anak pertama Anda dan hingga SG$10.000 (Rp100 juta) untuk anak ketiga dan berikutnya, serta uang ke CDA Anda.

Jadi apakah orang suka didorong? Adakah perbedaan budaya dalam cara orang bereaksi karena diarahkan terhadap pilihan atau perilaku yang 'lebih baik'?

Mengingat luasnya penggunaan wawasan perilaku internasional, hanya ada sedikit penelitian yang dilakukan mengenai apakah orang senang dengan hal itu.

Penelitian yang tersedia dari Eropa dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat menyetujuinya asalkan sesuai dengan nilai dan kepentingan mereka. Misalnya, ketika membuat konten kalori lebih mudah tersedia di restoran cepat saji atau ditanya apakah Anda ingin menjadi donor organ saat mendapatkan SIM, orang sangat mendukung.
Singapura
Hak atas foto GETTY IMAGES
Image caption Di negara-negara dengan kepercayaan yang tinggi kepada pemerintah seperti Singapura - respons terhadap dorongan ke warga biasanya positif.

Dalam sebuah penelitian yang melihat bagaimana orang-orang di Australia, Brasil, Kanada, Cina, Jepang, Rusia, Afrika Selatan, dan Korea Selatan bereaksi, hasilnya sebagian besar berkorelasi dengan hasil di Eropa dan Amerika Serikat dengan beberapa pengecualian.

Cina dan Korea Selatan menunjukkan "tingkat persetujuan yang tinggi secara spektakuler" sementara Jepang menunjukkan "persetujuan yang jauh lebih rendah" sesuai dengan hasil dari Denmark dan Hungaria dalam sebuah studi di Eropa.

Meskipun tidak ada penelitian yang pasti mengenai mengapa hal ini terjadi, hal ini menyiratkan bahwa dukungan untuk dorongan ke warga lebih tinggi di negara-negara di mana isu yang ditangani menjadi perhatian langsung warga negara - polusi udara di Cina misalnya.

Selain itu korelasi potensial juga ditarik antara dukungan untuk dorongan ke warga dan tingkat kepercayaan pada pemerintah.

Hungaria, yang memiliki tingkat dukungan terendah untuk dorongan ke warga, juga memiliki tingkat kepercayaan yang rendah kepada pemerintahannya - hanya 28% menurut OECD. Cina, di sisi lain, memiliki sikap positif terhadap dorongan ke warga dan juga tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap pemerintah.

Cara kita terlibat dengan dunia menjadi lebih cepat, lebih berteknologi tinggi dan bisa dibilang lebih banyak tercabut dari dunia nyata
Meskipun Singapura tidak termasuk dalam studi di seluruh dunia, tingkat kepercayaan pada pemerintah tinggi dan mungkin mengindikasikan bahwa dukungan untuk dorongan ke warga juga tinggi.

Lantas apa masa depan untuk dorongan ke warga di Singapura? Menurut Innovation Lab - tim multi-disiplin dalam Divisi Layanan Publik yang merancang kebijakan dan layanan publik dari sudut pandang warga dan pemangku kepentingan - masa depan bersifat digital.

Seorang juru bicara mengatakan bahwa warga mengharapkan layanan publik mengejar atau bahkan lebih baik dari sektor swasta terkait layanan digital. Orang sudah menggunakan perangkat seperti chat bots dan realitas virtual di sektor swasta. Mereka ingin sektor publik mengikutinya.
Singapura
Hak atas foto GETTY IMAGES
Image caption Singapura harus cepat membangun blok perumahan rakyat (HDB)( setelah merdeka.
Sepertinya layanan publik mengacu pada pengalaman orang-orang di sektor komersial.

Cara kita terlibat dengan dunia menjadi lebih cepat, lebih berteknologi tinggi dan bisa dibilang lebih banyak tercabut dari dunia nyata. Anda hanya perlu melihat popularitas game Pokemon Go untuk melihat kehebohan di seputar realitas virtual. Maka pemerintah Singapura pun tidak mau ketinggalan.

Ketika saya kembali ke kota metropolis yang mengkilap yang dikelilingi oleh logam berkilau dan kaca setinggi 30 lantai, mudah untuk melupakan bahwa lebih dari 50 tahun yang lalu, semua ini tidak akan ada di sini, bahkan tidak akan ada tanah di beberapa daerah.

Dan meskipun tidak semua orang menyukai kontrak sosial yang intim antara negara dan warga negara, tidak dapat disangkal bahwa Singapura telah menguasai takdirnya. Melalui dorongan ke warga dan 'pilihan arsitektur' yang hati-hati, 'Little Red Dot' (julukan Singapura) ini telah membuat jalannya sendiri.

Anda bisa membaca artikel aslinyaThe nation that thrived by 'nudging' its population atau artikel lainnya dalam BBC Future


Singapura, negara yang maju dengan 'memaksa' warganya - BBC News Indonesia
https://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-43340922

Kenangan pengalaman pahit 72 jam di Laut China Selatan

13 APRIL 2012
KUALA LUMPUR -- Bekas anggota tentera laut, Ismail Abdul Aziz, 54, mahu membukukan pengalaman getir 72 jam yang dilalui oleh mereka yang terselamat apabila kapal KD Sri Perak tenggelam di Laut China Selatan 28 tahun yang lepas.

"Saya memang suka menulis. Sekarang saya coretkan catatan pengalaman hidup-mati di laut dalam blog saya dan saya harap dapat membukukannya satu hari nanti," kata bekas anggota tentera Tentera Laut Diraja Malaysia (TLDM)  itu.   

Buku yang mahu dinukil oleh Ismail menyingkap kembali sejarah hitam membabitkan kapal peronda KD Sri Perak, yang tenggelam berdekatan Pulau Natuna dan mengorbankan tiga anak kapal.

Bekas Laskar Kelas 1 itu membuka bicara bersama penulis dengan berkata pengalaman yang bermula pada tanggal 8 Jan, 1984 adalah sesuatu yang tidak akan dilupakan sampai ke akhir hayat.

Walaupun meninggalkan dunia ketenteraan pada 1990, namun Ismail atau lebih mesra menggelarkan dirinya Pak Mail, setiap detik cemas semasa tenggelamnya kapal itu dan pengalaman 72 jam atas pelampung menanti bantuan  tiba masih segar dalam ingatan Ismail bagaikan baru saja berlaku.

Sesekali dahinya berkerut apabila menceritakan saat-saat berhadapan dengan maut di tengah-tengah laut yang luas. 

Pelayaran KD Sri Perak bermula pada 6 Jan, 1984 daripada Pangkalan TLDM di Lumut dengan kapal itu belayar secara konvoi bersama-sama KD Sri Terengganu dan KD Hang Tuah ke Labuan. 

Ismail adalah antara 29 anggota, pegawai dan pegawai kadet di atas kapal malang itu dan beliau bertugas sebagai pengawal radio. 

Separuh daripada anak kapal KD Sri Perak adalah muka baru termasuk Ismail yang baru melaporkan diri pada akhir 1983. Malah Pegawai Memerintah (PM) Kapal, Lt Chandran dan Pegawai Laksana Lt Madya Fuad Ithnin juga baru  ditugaskan atas kapal itu.

KD Sri Perak berada dalam keadaan baik untuk memulakan perjalanan selepas baru menjalani penyenggaraan di limbungan Kuala Terengganu. 

Pada 7 Jan, konvoi kapal singgah di Tambatan Pangkalan Malaysia di Woodland Singapura untuk bermalam sebelum belayar ke Labuan pada keesokkannya bagi siri latihan untuk pegawai-pegawai kadet baru TLDM. 

Namun ketika berada di Laut China Selatan, antara Semenanjung dan Sabah, Sarawak, KD Terengganu yang berada di belakang KD Hang Tuah menghadapi masalah teknikal menyebabkan konvoi berpecah dua.

KD Sri Perak, yang berada paling belakang di arah menuju ke Labuan sendirian sementara KD Hang Tuah terpaksa mengiringi KD Terengganu untuk mendapatkan bantuan. 

"Ketika itu ombak kuat menghempas kapal, hingga anak-anak kapal susah untuk beristirehat atau tidur serta jarak pemandangan amat terhad.    

"Akibat hempasan yang kuat itulah dipercayai 'hatch' atau penutup keselamatan atas geladak di hadapan kapal renggang menyebabkan air laut memasuki kapal sedikit demi sedikit," katanya.    
       
Ketika itu tiada siapapun yang menyedari air laut telah memasuki kapal dan sekitar pukul 4.30 petang Ismail yang berada di bahagian buritan kapal dikejutkan dengan teriakan berkali-kali dari atas geladak yang menyuruh semua naik.

Kapal berukuran kira-kira 30 metre (100 kaki) panjang itu sudah mula tenggelam. 

Walaupun sukar mempercayainya, namun beliau tetap naik ke atas untuk mengetahui apa yang berlaku dengan laskar kelas 2, yang dikenali sebagai Ibrahim, memberitahu bahawa air telah masuk ke dalam kapal dari bahagian hadapan. 

"Saya pergi ke bahagian hadapan dan mendapati air telah naik sehingga paras betis. Saya kembali ke stesen saya dan terus menghubungi Stesen Radio Markas Panglima Armada, namun tidak berhasil," katanya. 

Pelbagai usaha dilakukan untuk memaklumkan apa yang berlaku dan Ismail turut mencuba membuat panggilan MAYDAY namun tetap tidak berhasil. 

"Dengan dibantu Ibrahim, saya tetap cuba untuk berhubung menggunakan radio tetapi tiba-tiba radio GSB 900 kami senyap, kerdipan lampu pada radio terpadam dan radio itu tidak lagi berfungsi," katanya. 

Memandangkan haluan kapal semakin tenggelam dan keadaan bertambah cemas, pemerintah kapal mengarahkan semua anak kapal berkumpul di geladak buritan dan pelbagai perasaan bermain dalam fikiran Ismail pada masa itu.  Memandangkan haluan kapal semakin tenggelam dan keadaan bertambah cemas, pemerintah kapal mengarahkan semua anak kapal berkumpul di geladak buritan dan pelbagai perasaan bermain dalam fikiran Ismail pada masa itu. 

Menyedari kapal tidak lagi boleh diselamatkan, anak kapal dan pegawai bersiap sedia menerima arahan selanjutnya daripada pemerintah kapal.    

Ismail masih ingat dalam suasana kelam kabut itu, ada yang sempat memakai jaket keselamatan dan ada yang tidak memakainya termasuk Ismail.    

Juga masih segar dalam ingatan Ismail wajah masing-masing ketika itu, dalam keadaan ketakutan tambahan pegawai pemerintah memaklumkan satu daripada dua pelampung penyelamat di bahagian haluan telah hilang dipukul  ombak. 

Atas inisiatif laskar kanan Bakar Satiman dan Laskar Kelas 2, yang dikenali sebagai Mokhtar, mereka memotong tali yang diikat pada pendakap dan mencampakkan pelampung keselamatan ke laut.

Haluan kapal ketika itu tenggelam 45 darjah hingga menyebabkan ada di kalangan anak kapal menggelongsor dan terpaksa berpaut pada mana-mana besi untuk menyelamatkan diri dan ada juga yang terjatuh ke laut. 

"Ia berlaku terlalu pantas dan kami terpaksa terjun ke laut menyelamatkan diri. Pelampung penyelamat yang dicampakkan ke laut terbuka dengan baik dan kami terus berenang menuju ke pelampung," katanya yang sempat melihat  kapal itu tenggelam sepenuhnya di tengah lautan pada kira-kira pukul 5 petang. 

Ismail berkata ketika berada dalam pelampung mereka melihat tiga daripada rakan dalam air dan langsung tidak bergerak.    

Mereka ialah Pegawai Laksana Mohd Fuad, Laskar Kanan Kelas 2 Shaharuddin Sharani, 22 dan Mokhtar Amir Nawi, 20. 

"Ketiga-tiga mereka memakai jaket keselamatan. Tidak tahu kenapa, mungkin terlalu panik, atau tidak yakin menyebabkan mereka tidak berenang ke pelampung penyelamat walaupun jarak ketika itu hanya dalam 30 meter sahaja. 

"Keadaan ombak yang kuat dan tinggi, menolak pelampung dengan kuat mengikut arah angin sehingga dalam beberapa minit sahaja, ketiga-tiga orang itu hilang daripada pandangan," katanya.

"Waktu itu, jam di tangan menunjukkan pukul 5.05 petang. Walaupun sedih dan sesal kerana tidak mampu membantu tiga rakan itu, namun tidak ada apa yang mampu dilakukan melainkan berdoa agar bantuan cepat sampai. 

"Bersyukur kerana kejadian itu berlaku pada petang, kerana masih siang. Jika malam, mungkin lebih ramai lagi yang menjadi korban," katanya. 

Tetapi pelampung penyelamat yang hanya boleh menampung 15 orang, kini menampung 26 orang dalam keadaan berhimpit-himpit dengan masing-masing berada dalam posisi yang sama sepanjang masa. 

Peralatan survival yang terdapat dalam pelampung penyelamat itu, seperti air tin, biskut, alat memancingdan beberapa bahan lagi dikongsi bersama-sama. 

"Ketika itu air menjadi keperluan yang amat penting. Dengan jumlah yang ramai bekalan tak cukup, jadi kami banyak bergantung kepada air hujan untuk diminum sepanjang 4 hari tiga malam di tengah lautan," katanya.

Semasa terapung di laut tanpa arah, masa berlalu amat perlahan, katanya. Berada di tengah lautan luas terbentang, dengan hanya berbumbungkan langit, berhimpit serta tidak diketahui nasib seterusnya membuatkan masing-masing melayan perasaan sendiri. 

Kebanyakan anak kapal masih bujang, termasuk Ismail yang ketika itu berusia 26 tahun. 

"Hanya tujuh atau lapan orang sahaja yang telah berumahtangga ketika itu. Mungkin perasaan mereka berbeza dengan saya kerana tanggungjawab berat yang dipikul sebagai suami dan bapa. 

"Saat itu, kami membantu menaikkan semangat antara satu sama lain, malah ketika itu langsung tidak terlintas di fikiran saya tentang takdir yang menunggu kami," katanya. 

Kegelapan malam, diikuti dengan hujan serta ombak kuat membawa mereka entah ke mana dengan hujan turun pada dua malam. 

"Pada malam pertama itu, kami melihat satu cahaya terang jauh di ufuk iaitu sebuah kapal dagang yang bergerak seakan menghampiri kami. Saya mengambil pistol kecemasan 'flare' untuk dinyalakan bagi menarik perhatian kapal,  selain beberapa rakan menjerit-jerit minta tolong. 

"Tapi sebab alunan ombak kuat, ditambah kegelapan malam, sukar bagi kapal tu melihat kami yang kecil di lautan yang luas dan kami hanya mampu melihat dengan kecewa kapal itu berlalu," katanya. 

Ismail juga tidak melupakan kenangan bersama sekumpulan ikan lumba-lumba yang mengiringi dan menghampiri pelampung mereka pada waktu siangnya. 

Masuk hari ke dua dan ketiga di tengah lautan, kekuatan hati mula tercabar dan masing-masing mula merasa bimbang akan nasib yang bakal menimpa sekiranya bantuan tidak juga datang.

Dengan kaki yang kejang, kerana tidak boleh bergerak atau berlunjur dalam keadaan berhimpit-himpit itu, serta tidur yang hanya sekadar melepaskan pedih di mata, cukup mencabar emosi dan fikiran ketika itu.

"Bekalan makanan yang ada di pelampung juga semakin kehabisan. Masing-masing sudah mula bersuara meluahkan kebimbangan. Ada yang merintih meluahkan rasa sedih sekiranya ajal datang, terutama yang telah ada keluarga.  Semua itu sukar untuk diungkapkan ketika itu," luahnya. 
  
Pada hari keempat, 11 Jan mereka berdepan dengan masalah baru. Pelampung itu semakin kekurangan angin membuatkan perasaan bertambah bimbang. 

Menjelang tengah hari, hujan sederhana lebat turun dan dengan air itu ditadah untuk diminum. 

Selepas hujan berhenti, tiba-tiba, mereka mendengar deruan enjin yang kuat di udara dan melihat sebuah pesawat jenis AP-3C ORION milik Tentera Udara Australia terbang rendah.

Pesawat itu adalah daripada pasukan penyelamat yang terlibat dalam operasi mencari dan menyelamat. 

Ismail berkata, beliau dan semua di atas pelampung melambai-lambaikan tangan ke arah kapal terbang itu dan ketika itu kegembiraan jelas terpampang pada raut wajah masing-masing, malah ada yang menangis menjerit kesyukuran  termasuk dirinya. 

"Kapal terbang itu membuat satu pusingan dan kembali semula sambil melepaskan tembakan 'flare' di empat penjuru pelampung kami untuk menandakan lokasi.

"Kemudian juru terbang membuat pusingan sekali lagi dan menjatuhkan bungkusan plastik berisi makanan dan minuman sebelum berlalu," katanya. 

Lebih kurang satu jam kemudian, pada lebih kurang pukul 5 petang, sebuah kapal dagang MV Thunderhead yang berada tidak jauh tiba untuk mengambil kesemua yang terselamat.

Beliau berkata, ada antara anak kapal yang terpaksa dipapah naik ke atas kapal kerana lemah dan kejang di kaki. 

Kesemua mereka kemudiannya diberi layanan dan makan minum di atas kapal itu sebelum mereka diambil pula oleh kapal KD Mahawangsa untuk diberikan bantuan sewajarnya.

Keesokkan harinya, 12 Jan, dua buah helikopter Nuri membawa mereka ke Kuching sebelum menaiki pesawat Hercules 130 milik Tentera Udara Diraja Malaysia (TUDM) yang terbang ke Ipoh. Mereka disambut oleh Panglima Tentera  Laut ketika itu, Laksamana Madya Datuk Mohd Zain Mohd Salleh dan pegawai-pegawai kanan lain.

Usaha mencari dan menyelamat tiga orang yang hilang di lautan terus dijalankan namun mereka gagal ditemui.

Beliau berkata setelah 28 tahun berlalu, tidak ada seorangpun di kalangan mereka yang sama-sama terlibat dalam tragedi itu membicarakan dan berkongsi pengalaman pahit.

Semuanya bagai tertutup rapi dalam kenangan masing-masing. "Saya harap hasrat untuk membukukan pengalaman itu akan terlaksana. Ini sebagai satu tanda kenangan peribadi saya untuk anak dan cucu nanti," katanya yang telah  berumahtangga dan mempunyai tiga orang anak berumur antara 17 dan 23 tahun.

Ismail yang kini bekerja sendiri, sedang berusaha mengesan rakan-rakan yang terlibat untuk berkongsi pengalaman dan perasaan mereka untuk dibukukan. 

"Hanya yang melalui dan merasainya tahu bagaimana keadaan ketika itu dan saya adalah antara yang terpilih untuk melaluinya dan bersyukur masih hidup dan dapat berkongsi pengalaman itu," katanya mengakhiri perbualan.  Bernama

Kenangan pengalaman pahit 72 jam di Laut China Selatan - Rencana - Sinar Harian
http://www.sinarharian.com.my/rencana/kenangan-pengalaman-pahit-72-jam-di-laut-china-selatan-1.39739

Tan Malaka
Ahli falsafah
Hasil carian imej untuk Tan Malaka
Buku
Madilog
From jail to jail

Tan Malaka atau Sutan Ibrahim yang digelar Datuk Tan Malaka lahir pada 2 Jun 1896 di Nagari Pandan Gadang, Suliki, Sumatera Barat, dan meninggal pada 19 Februari 1949 di Kediri, Jawa Timur. Tan Malaka merupakan seorang ahli Komunis Nasionalis Indonesia. Wikipedia
Meninggal dunia21 Februari 1949, Selopanggung

Chedet

KAUM MELAYU SINGAPURA

25 Jan 2011 | Uncategorized

1. Tan Malaka yang namanya amat terkenal di zaman Sukarno mendakwa Melayu Singapura lebih disiplin (daripada Melayu Malaysia). Ini memang benar. Bahkan rakyat Singapura tanpa mengira bangsa juga amat disiplin.

2. Sebagai contoh mereka tidak akan buang sampah di jalan. Dengan itu jalan-jalan di Singapura amat bersih.

3. Tetapi apabila mereka menyeberang ke tanah besar Malaysia mereka akan buang sampah dari kereta mereka dalam perjalanan.

4. Ada pelawak yang memanggil Singapura “a fine city”. Sebabnya kerana bagi tiap kesalahan kecil rakyatnya akan dikenakan denda iaitu “fine”.

5. Rakyat Malaysia pun bila ke Singapura akan berjaga-jaga supaya tidak dikenakan fine.

6. Di Malaysia buang sampah selori di tepi jalan pun tidak diambil apa-apa tindakan. Sudah tentu rakyat Malaysia di Malaysia tidak disiplin dalam soal kebersihan dan lain-lain.

7. Mungkin ini kerana kita demokratik. Parti-parti politik takut rakyat tidak akan sokong mereka jika mereka bertindak terlalu keras supaya rakyat berdisiplin.

8. Parti pemerintah Singapura tidak takut kepada rakyat. Jika rakyat pilih bukan calon PAP, dia akan diheret ke mahkamah, didenda dan dijadikan bankrap. Selepas itu dia tidak dapat ke Parlimen untuk membantah perlakuan pemerintah.

9. Jika dia dibenar mengambil tempat di Parlimen, dia tidak akan berani berkata apa-apa.

10. Mungkin Tan Malaka lebih senang jika amalan di Singapura didapati di Malaysia.

11. Jika “demokrasi” ala Singapura diamal disini saya yakin bukan sahaja Melayu Malaysia akan disiplin tetapi semua kaum akan disiplin.

12. Sesungguhnya keadaan di Singapura amat mengagumkan sesetengah daripada kita di Malaysia. Apa tidak. Masalah Kampung Baru dapat diselesaikan dengan mudah. Pindahkan sahaja penduduk Kampung Baru, dan bangunkan rumah pangsa yang akan diduduki oleh sesiapa sahaja. Seperti hilangnya Geylang dan Pasir Panjang akan hilanglah Kampung Baru.

13. Menteri-Menteri pun lega kerana jika dicalonkan semula oleh parti, kemenangan terjamin walaupun menidakkan hak bersuara rakyat.

169 thoughts on “KAUM MELAYU SINGAPURA
KAUM MELAYU SINGAPURA ← Chedet
http://chedet.cc/?p=500

Tiada ulasan: