Jumaat, 30 November 2018

Tidur lagi. 8754.


Tidur lagi Usai Shalat Shubuh, Bagaimana?

Sodikin pada Islampos - Sejam yang lalu
Tidur terbagi menjadi tujuh macam The post Tidur lagi Usai Shalat Shubuh, Bagaimana? appeared first on Islampos.

Tidur lagi Usai Shalat Shubuh, Bagaimana?


Ilustrasi. Foto: Islamic Wallpapers, Pictures and Images
TIDUR lagi selepas mengerjakan shalat shubuh termasuk perbuatan yang sia-sia dan terlaknat. Tak ada manfaat di dalamnya selain bisa menghalangi keberkahan dan rezeki.
Sungguh mereka yang tidur lagi setelah shubuh telah terhalangi dari kebaikan yang agung, seperti keutamaan dzikir pagi sore, rezeki, barakah, taklim pagi dan bahkan dengan itu mereka telah menyelesihi petunjuk Nabi SAW dan para shahabatnya.
Rasul dan para shahabatnya biasa duduk-duduk untuk berdzikir atau membaca al-Quran sampai matahari naik setinggi tombak. Sebagaimana hal ini dikabarkan Jabir bin Samurah ra, beliau ditanya oleh Simak bin Harb:
“Mungkin Anda pernah duduk-duduk bersama Rasulullah SAW? Dia menjawab;  ‘ya, dan hal itu pada banyak kesempatan, Beliau SAW tidak pernah beranjak dari tempat shalatnya ketika subuh atau pagi hari hingga matahari terbit, jika matahari terbit, maka beliau beranjak pergi. Para sahabat seringkali bercerita-cerita dan berkisah-kisah semasa jahiliyahnya, lantas mereka pun tertawa, namun beliau hanya tersenyum.” (HR. Muslim)
Beberapa ulama juga melarang tidur lagi setelah shalat subuh.
Berkata al-‘Ijly rahimahullah: Tidur terbagi menjadi tujuh macam; Tidurnya orang lalai, tidurnya orang yang celaka, tidurnya orang yang dilaknat, tidurnya orang yang mendapat hukuman, tidurnya orang yang dalam keadaan lega, tidurnya orang yang mendapatkan rahmat dan tidurnya orang yang mendapatkan penyesalan. Adapun;
1.Tidurnya orang lalai, yaitu tidur ketika berada di majelis dzikir (ilmu),
2.Tidurnya orang yang celaka, yaitu tidur di waktu shalat,
3.Tidurnya orang yang dilaknat, yaitu tidur pada waktu shalat shubuh,
4.Tidurnya orang yang mendapat hukuman, yaitu tidur seusai shalat shubuh,
5.Tidurnya orang yang dalam keadaan lega, yaitu tidur sebelum dzuhur,
6.Tidurnya orang yang mendapatkan rahmat, yaitu tidur setelah shalat isya,
7.Tidurnya orang yang mendapatkan penyesalan, yaitu tidur pada malam hari jumat.
Sesungguhnya Ibnu ‘Abbas pernah melihat salah satu anaknya tidur di pagi hari, maka beliau mengatakan kepadanya: “Bangunlah, apakah engkau tidur di waktu yang mana padanya rizqi (Allah) sedang dibagi-bagikan!”
Seorang muslim yang cerdik adalah dia pandai dalam membagi waktu dan memanfaatkannya, karena waktu dan umur yang Allah berikan kepada kita, semua akan dimintai pertanggung jawabannya. []
SUMBER: ATSAR

Seperti Apa Shirath? Berikut Ciri-cirinya

Sodikin pada Islampos - Sejam yang lalu
Shirath tersebut sangat halus, sehingga sulit untuk meletakkan kaki di atasnya. The post Seperti Apa Shirath? Berikut Ciri-cirinya appeared first on Islampos.

Seperti Apa Shirath? Berikut Ciri-cirinya 

SHIRATH merupakan jembatan yang terbentang di atas neraka menuju ke surge. Semua manusia akan melewatinya sesuai dengan amalan mereka. Ada yang terjatuh ke neraka, ada yang melewatinya dengan cepat dan ada yang melewatinya dengan lambat.
Dalam beberapa hadits disebutkan ciri atau sifat dan bentuk Shirath, yaitu: “licin (lagi) mengelincirkan, di atasnya ada besi-besi pengait dan kawat berduri yang ujungnya bengkok, memiliki cangkok-cangkok besar yang mencangkok siapa yang melewatinya, ia bagaikan pohon berduri di Nejd, dikenal dengan pohon Sa’dan …”
“Dan dibentangkanlah jembatan Jahannam. Akulah orang pertama yang melewatinya. Doa para Rasul pada saat itu: ‘Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah.’ Pada shirath itu, terdapat pencangkok-pencangkok seperti duri pohon Sa’dân. Pernahkah kalian melihatnya?” Para Sahabat menjawab, “Pernah, wahai Rasulullah. Maka ia seperti duri pohon Sa’dan, tiada yang mengetahui ukuran besarnya kecuali Allah. Maka ia mencangkok manusia sesuai dengan amalan mereka.” (HR. al-Bukhari)
Di samping itu, para Ulama menyebutkan pula bahwa shirath tersebut lebih halus daripada rambut, lebih tajam dari pada pedang, dan lebih panas daripada bara api, licin dan mengelincirkan.
Hal ini berdasarkan pada beberapa riwayat, baik yang disandarkan langsung kepada Nabi SAW ataupun kepada para Sahabat tetapi dihukumi marfu. Sebab, para Sahabat tidak mungkin mengatakannya dengan dasar ijtihad pribadi mereka tentang suatu perkara yang ghaib, melainkan hal tersebut telah mereka dengar dari Nabi SAW.
Abu Sa’id ra berkata: “Sampai kepadaku kabar bahwa Shirath itu lebih halus dari rambut dan lebih tajam dari pedang.”
Berdasarkan dalil-dalil yang telah disebutkan, dapat kita ikhtisarkan sifat dan bentuk shirath tersebut sebagaimana berikut:
  1. Shirath tersebut amat licin, sehingga sangat mengkhawatirkan siapa saja yang lewat di mana ia mungkin saja terpeleset dan terperosok jatuh.
  2. Shirath tersebut menggelincirkan. Para Ulama telah menerangkan maksud dari ‘menggelincirkan’ yaitu ia bergerak ke kanan dan ke kiri, sehingga membuat orang yang melewatinya takut akan tergelincir dan tersungkur jatuh.
  3. Shirath tersebut memiliki besi pengait yang besar, penuh dengan duri, ujungnya bengkok. Ini menunjukkan siapa yang terkena besi pengait ini tidak akan lepas dari cengkeramannya.
  4. Terpeleset atau tidak, tergelincir atau tidak, dan tersambar oleh pengait besi atau tidak, semua itu ditentukan oleh amal ibadah dan keimanan masing-masing orang.
  5. Shirath tersebut terbentang membujur di atas neraka Jahannam. Barang siapa terpeleset dan tergelincir atau terkena sambaran besi pengait, maka ia akan terjatuh ke dalam neraka Jahannam.
  6. Shirath tersebut sangat halus, sehingga sulit untuk meletakkan kaki di atasnya.
  7. Shirath tersebut juga tajam yang dapat membelah telapak kaki orang yang melewatinya. Karena sesuatu yang begitu halus, namun tidak bisa putus, maka akan menjadi tajam.
  8. Sekalipun Shirath tersebut halus dan tajam, manusia tetap dapat melewatinya. Karena Allah SWT menjadikan manusia mampu berjalan di atas apapun.
  9. Kesulitan untuk melihat Shirath karena kehalusannya, atau terluka karena ketajamannya, semua itu bergantung kepada kualitas keimanan setiap orang yang melewatinya.
Sebagai seorang Mukmin, kita wajib mempercayai segala hal yang akan terjadi pada hari Kiamat, baik yang disebutkan dalam al-Qur’an maupun yang terdapat dalam Hadits yang shahih.
Kita tidak boleh membeda-bedakan dalam urusan beriman dengan segala peristiwa tersebut, baik itu sesuai dengan logika ataupun tidak.
Segala hal yang akan terjadi di akhirat tidak bisa kita qiyaskan dengan peristiwa di dunia ini. Karena semua peristiwa di akherat adalah peristiwa yang penuh dengan keluarbiasaan dan kedahsyatan. []
SUMBER: USTADZ DR. ALI MUSRI SEMJAN PUTRA/ AL MANHAJ
Seperti Apa Shirath? Berikut Ciri-cirinya - Islampos
https://www.islampos.com/seperti-apa-shirath-berikut-ciri-cirinya-117158/

Fokus Dalam Kelas, Latihan Berterusan Rahsia Damia

Budak Boy pada MYNEWSHUB - 6 jam yang lalu
KUALA TERENGGANU – Fokus dalam kelas dan membuat latihan berterusan antara rahsia kejayaan Damia Alexandria Zakri, 12, meraih keputusan cemerlang...lagi »

Berwudhuklah sebelum sebelum berangkat

Editor pada Ahmad Sanusi Husain.Com - 8 jam yang lalu
Berwudhuklah sebelum sebelum berangkat ke masjid.

3 Cara Mengatasi Kulit Tangan Pecah-pecah

Tedy Ahmad pada SINDOnews | Berita Terkini dan Terpercaya | RSS - 9 jam yang lalu
Ada tiga bahan alami yang bisa diambil di dapur rumah Anda yang bisa mengobati masalah kulit tangan yang pecah-pecah, apa saja?


Tiada ulasan: