Selasa, 12 Februari 2019

Bila sudah jadi pembangkang. 9144.





Sistem Politik Jahiliyah, Sumber Kerusakan dan Penindasan

Selasa, 12 Februari 2019 21:00 

TITIAN

Foto: Sistem politik Romawi (Ilustrasi)

KIBLAT.NET – Kancah politik di negeri kita hari ini semakin menunjukkan ketidak-warasan. Banyak politikus hanya tak malu lagi untuk berbohong, tak segan untuk memfitnah. Belum lagi yang kerjanya berjanji tanpa realisasi, korupsi sebanyak-banyaknya, bahkan kriminalisasi lawan politiknya. Seolah sudah tidak ada lagi yang mereka takuti, hukum menjadi alat pukul lawan, undang-undang dibuat untuk satu kepentingan.

Fenomena politik semacam ini bukanlah suatu kemajuan, justru ini adalah kemunduran di bidang politik. Peradaban yang seharusnya menunjukkan orang-orang beradab, namun para politikus malah bersikap arogan demi membela koleganya.

Mengenal Landasan Politik Jahiliyah

Tanpa sadar, sistem politik yang semacam ini mengingatkan kita kepada sistem Jahiliyah, sebuah sistem berkekuatan politik yang dahulu pernah musnah tergerus oleh dakwah Islam. Kembalinya sistem Jahiliyah di kehidupan modern bukanlah sesuatu yang mustahil, selama para politikus mencampakkan Islam maka saat itulah sistem Jahiliyah yang sedang mengendalikan negara. Karena Jahiliyah akan selalu ada, tidak terbatas oleh masa, yaitu selama negara atau personalnya menyelisihi sistem yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan :

فالناس قبل مبعث الرسول صلى الله عليه وسلم كانوا في حال جاهلية… وكذلك كل ما يخالف ما جاءت به المرسلون من يهودية ، ونصرانية : فهي جاهلية ، وتلك كانت الجاهلية العامة ، فأما بعد مبعث الرسول صلى الله عليه وسلم قد تكون في مصر دون مصر، وقد تكون في شخص دون شخص

“Manusia sebelum diutusnya Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam mereka dalam kondisi Jahiliyah…. Demikian pula semua yang menyimpang dari ajaran para Rasul, seperti Yahudi, atau Nasrani maka itu Jahiliyah. Itulah jahiliyah umum. Namun setelah diutusnya Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, Jahilliyah terkadang ada di suatu negara dan negara lain tidak, terkadang ada pada diri seseorang dan orang lain tidak.” (Iqtidha’ Shirathal Mustaqim, 1/258).

Maka Jahiliyah itu bisa saja terjadi pada suatu negara sedang negara lain tidak, bisa saja terjadi pada salah seorang sedang yang lain tidak. Selain itu, Jahiliyah yang terjadi pada masa sebelum Islam tidak hanya di Jazirah Arab saja, namun seluruh dunia. Imperium Romawi dan Persia yang saat itu menjadi poros dunia juga termasuk Jahiliyah, walau memiliki peradaban besar, pasukan yang kuat dan bergelimang harta.
Jika Islam meyakini kekuasaan tertinggi berada di tangan Allah, sebaliknya sistem Jahiliyah meyakini bahwa kekuasaan tertinggi berada di tangan makhluk. Sistem politik Persia misalnya, mereka meyakini bahwa kekuasaan tertinggi berada di tangan raja. Sayyid Abul Hasan Ali An-Nadawi mengatakan :

كان العصر الجاهلي مسرحًا للحكم الجائر المستبد، فقد كانت السياسة في هذا العصر ملكية مطلقة، قد تقوم على تقديس البيوتات الخاصة، كما كان في فارس، فقد كان آل ساسان يعتقدون أن حقهم في الملك مستمد من الله

BERITA TERKAIT


BACA JUGA  Asad bin Furat, Ulama Pembebas Kepulauan Sisilia
BACA JUGA  Soal Pernyataan Rudiantara, Kemenkominfo Salahkan ASN


“Masa Jahiliyyah merupakan pentas kekuasaan orang zalim dan penindas. Sistem politik ditegakkan atas dasar monarkhi absolut (kekuasaan mutlak di tangan raja), terkadang atas dasar pemujaan terhadap keluarga tertentu, sebagaimana yang terjadi di Persia. Dinasti Sasanid meyakini bahwa hak mereka atas kerajaan berasal dari Allah.” (Madza Khasiral ‘Alam, hlm. 66)

Dengan segala cara dan kekuatan yang dimiliki, raja akan berusaha menanamkan keyakinan tersebut kepada rakyatnya. Karena hukum berada di tangan raja, kebenaran dan keadilan pun dirampas untuk mempertahankan kekuasaannya.
Demikian yang terjadi di Romawi, mereka menegakkan sistem perpolitikannya atas pemujaan terhadap bangsa dan tanah air. Sayyid Abul Hasan Ali An-Nadawi melanjutkan :

وقد تقوم على تقديس بعض الشعوب والأوطان كما كان فى المملكة الرومية

“Dan (sistem politik Jahiliyah) terkadang ditegakkan atas dasar kecintaan terhadap bangsa dan tanah air sebagaimana yang terjadi di Imperium Romawi.” (Madza Khasiral ‘Alam, hlm. 66)

Sistem politik ini mengundang permusuhan dengan bangsa lain, Romawi misalnya yang selalu memandang rendah bangsa lain. Bangsa lain yang berada di bawah kekuatan politik Romawi hanya akan di injak-injak, direndahkan dan diintimidasi
Sedangkan Islam meyakini bahwa kekuasaan tertinggi ada di tangan Allah. Pemerintahan Islam didasarkan atas ketundukan sepenuhnya kepada Allah. Maka, hukum yang turun dari landasan ini adalah semua perkara diserahkan kepada Allah, bukan nafsu atau pikiran manusia. Allah berfirman :

وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُصِيبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ، أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ

“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. Al-Maidah : 49-50)

Kesengsaraan di bawah Politik Jahiliyah

Sejarah membuktikan bahwa sistem Jahiliyah hanya akan membawa kerusakan peradaban manusia. Peradaban Jahiliyah di barat dan di timur berakhir mengenaskan dan menyisakan trauma yang mendalam. Al-Ustadz Kurdi Ali menceritakan :

حكم الرومان الشام سبعمائة سنة بدأ معهم في البلاد النزاع والشقاق والاستبداد والأنانية وقتل الأنفس، وحكم اليونان الشام ٣٦٩ سنة سادت في عهدهم الحروب الطاحنة والمظالم وظهرت المطامع اليونانية بأعظم مظاهرها وكان حكمهم من أشد الويلات 
وأشأم النكبات على الأمة الشامية
“Romawi memerintah negeri Syam selama tujuh ratus tahun. Selama itu, Syam dilanda pertikaian, perpecahan, penindasan, egoisme, bunuh diri dan sebagainya. Dan Yunani memerintah syam selama 369 tahun, selama itu Syam dilanda peperangan yang mengerikan, kedzaliman, dan ambisi yang sangat besar oleh Yunani. Pemerintahan Yunani benar-benar siksaan yang berat dan bencara yang mengerikan bagi seluruh penduduk Syam.” (Khithatusy Syam,hlm. 103)

Intinya, kekuasaan politik Jahiliyah masa lampau membuat negeri-negeri di bawah kekuasaannya tidak pernah merasa tentram. Keadaan politik dan ekonomi senantiasa goncang, baik di kota-kota besar hingga menyentuh istana. Hal ini tidak lebih disebabkan karena politik bagi mereka adalah alat untuk mencari kemewahan dunia.
Akibatnya, raja-raja dan koleganya hidup dalam gemerlapan dan semerbak wangi-wangian, sementara rakyat merangkak di bawah beban hidup yang berat. Rakyat berjalan sempoyongan memikul beban pajak yang besar dan upeti-upeti. Rakyat harus bekerja namun keuntungannya diserap penguasa. Jika jemu, mereka lari kepada minuman memabukkan dan perzinaan. Walau serba sulit, mereka mencoba meniru gaya hidup orang berduit. Beban hidup mereka makin berat dan dilanda dalam kesengsaraan berkepanjangan.

Kita melihat potret kehidupan Jahiliyah  di atas juga terjadi pada era modern. Para politikus dan para pemegang kekuasaan berpaling dari perintah Allah dan rakyatnya menjadi budak dunia. Lenyaplah risalah kenabian dan nilai-nilai luhur suatu bangsa. Si kaya durhaka dan yang miskin terlantar.

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا 

“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit.” (QS. Thaha : 124)

Ibnu Katsir mengatakan :

ومن أعرض عن ذكري أي : خالف أمري، وما أنزلته على رسولي، أعرض عنه وتناساه وأخذ من غيره هداه فإن له معيشة ضنكا أي : في الدنيا ، فلا طمأنينة له ، ولا انشراح لصدره

“(Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku) : yaitu menyelisihi perintah-Ku dan apa-apa yang Aku turunkan kepada Rasul-ku, dia berpaling dan mengabaikannya, malah mengambil petunjuk dari selain ajarannya (Rasul). (Maka sungguh dia akan menjalani kehidupan yang sempit) : yaitu di dunia, tidak ada ketenangan dan kelapangan di hatinya.” (Tafsir Ibni Katsir, 5/322)

Itu lah rumus dari kehidupan yang sebenarnya, siapa berpaling dari Allah dan Rasul-Nya maka kehidupannya sempit. Politik Jahiliyah harusnya menjadi pelajaran berharga bagi kita untuk diwaspadai. Terlebih, kerasnya kehidupan Jahiliyyah telah banyak menelan korban yang memilukan. Islam telah menghapusnya dan menggantinya dengan politik yang luhur dan bermartabat. Wallahu a’lam bish showab.

Penulis: Zamroni
Editor: Arju

SPR Dikendali Seorang Individu, Boleh Dianggap Tak Hormat Perlembagaan Persekutuan, Hina Agong

12-Feb-2019
EdisiViral : SPR Dikendali Seorang Individu, Boleh Dianggap Tak Hormat Perlembagaan Persekutuan, Hina Agong

KUALA LUMPUR, 12 Feb. – Ahli Majlis Tertinggi UMNO, Tan Sri Noh Omar berkata, setiap tindakan dan keputusan Suruhanjaya Pilihan Raya (SPR) hari ini boleh di anggap tidak menghormati Perlembagaan Persekutuan dan seolah-olah menghina kuasa yang ada pada Yang di-Pertuan Agong (YDPA) dan Majlis Raja-Raja.

Ini kerana jelas beliau, SPR hari ini hanya dikendalikan oleh seorang individu sahaja dan ia ternyata melanggar Perkara 114 (1) Perlembagaan Persekutuan.

Dalam Perlembagaan Persekutuan Perkara 114 (1) ada menyebut bahawa SPR hendaklah dilantik oleh Yang di-Pertuan Agong selepas berunding dengan Majlis Raja-Raja dan hendaklah terdiri daripada seorang Pengerusi, seorang Timbalan Pengerusi dan lima orang anggota lain.
Jadi dibahagian mana yang ada menyebut bahawa SPR boleh dikendalikan oleh seorang individu sahaja? Sekiranya SPR hanya dikendalikan oleh seorang iaitu Pengerusinya Azhar Harun tanpa ahli lain, bagaimana dia boleh menjalankan fungsi SPR dan membuat keputusan?

Kalau anggota suruhanjaya pun tidak cukup, maknanya Azhar Harun boleh membuat keputusan ikut suka hati dia. Kalau inilah keputusan di mahkamah nanti, maknanya selepas ini sesuatu suruhanjaya boleh dipengerusikan seorang diri, bermesyuarat seorang diri dan setiap keputusan pun boleh dibuat seorang diri, ujar beliau melalui status yang dimuat naik di laman sosial facebooknya.

Untuk rekod, banyak pihak mempertikaikan peranan SPR apabila ia hanya dikendalikan oleh seorang individu sahaja iaitu pengerusinya namun Azhar Harun tetap menegaskan bahawa fungsi SPR tidak terjejas daripada segi perundangan walaupun buat masa ini hanya mempunyai pengerusi sahaja.

Menurut beliau, segala tindakan yang dibuat mematuhi peruntukan Perlembagaan Persekutuan dan juga selaras serta mengikut nasihat perundangan daripada Jabatan Peguam Negara (AGC) pada 28 Disember 2018. – MediaUMNO

EdisiViral : SPR Dikendali Seorang Individu, Boleh Dianggap Tak Hormat Perlembagaan Persekutuan, Hina Agong
#BraderRockers

MAY - Sketsa Sebuah Cinta

Saleem Iklim Antara Sutera dan Bulan


Tiada ulasan: