Rabu, 10 April 2019

Isteri Nabi SAW. 9333.



Peringatan dari Aisyah
by yudi
Peringatan dari Aisyah
KEPERGIAN Rasulullah ﷺ meninggalkan rasa sedih yang mendalam di hati Aisyah dan semua keluarga beliau juga para sahabat. Namun, Aisyah bersyukur dengan kehormatan yang diterimanya dan atas segala nikmat yang diberikan Allah Swt. kepadanya.
“Sebagian dari nikmat Allah kepadaku adalah Rasulullah ﷺ wafat di rumahku dan bersandar di pangkuanku,” kata Aisyah.


Sejak Rasulullah ﷺ wafat, Aisyah tetap tinggal di kamarnya, di samping makam Rasulullah ﷺ Suatu malam, Aisyah bermimpi bertemu dengan Rasulullah ﷺ. Setelah mimpinya itu, Aisyah tidak pernah meninggalkan kamarnya, kecuali untuk melakukan kunjungan yang tidak terlalu jauh.
Sepeninggal Rasulullah ﷺ, Aisyah tidak pernah menikah lagi. Allah Swt. mengharamkan istri-istri Rasulullah ﷺ. untuk menikah lagi setelah beliau wafat. Kemudian, Allah Swt. memerintahkan kepada mereka untuk menjalani sisa hidup dengan mengajar serta memberi pendidikan dan bimbingan kepada seluruh umat Islam. Mereka adalah ibunda kaum Mukminin.

Setelah Rasulullah ﷺ wafat, ayahanda Aisyah, Abu Bakar Ash-Shiddiq dibaiat menjadi khalifah pertama. Saat itu, para istri Rasulullah ﷺ berniat mengutus Utsman kepada Abu Bakar untuk menanyakan hak waris mereka dari Rasulullah Saw. Mendengar niat para istri Rasulullah ﷺ yang lain, Aisyah berusaha mengingatkan mereka tentang sabda beliau. “Ingatlah pada waktu Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Kami tidak meninggalkan harta warisan. Apa yang kami tinggalkan merupakan sedekah,'” ucap Aisyah. Mendengar peringatan Aisyah, para istri Nabi ﷺ pun membatalkan niat mereka. []
Sumber: Aisyah Muslimah yang Cerdas/Dewi Cendika/DAR!/ 2009/Bandung

Peringatan dari Aisyah - Islampos

Rasulullah ﷺ Tidak Pernah Makan Sampai Kenyang
by yudi
Rasulullah Tidak Pernah Makan Sampai Kenyang
“Rasulullah tidak pernah pernah makan siang dan malam dengan daging beserta roti kecuali bila menjamu para tamu.” (HR. at-Tirmidzi).

TIDAK pernah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam makan sampai kenyang kecuali ketika menjamu para tamu. Beliau dapat kenyang bersama para tamu yang harus beliau layani. 

Aisyah menuturkan, “Keluarga Muhammad tidak pernah makan roti gandum sampai kenyang dua hari berturut-turut hingga beliau wafat.” (Diriwayatkan oleh Muslim)

BACA JUGA: Cinta Abu Hurairah kepada Allah dan Rasulullah ﷺ 

Bahkan pernah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tidak mendapatkan sesuatu pun untuk dimakan. Hingga beliau tidur dalam keadaan lapar, taka da sesuap makanan pun yang masuk ke perut beliau.

Keadaan seperti itu bukan karena beliau tak punya atau kekurangan harta. Justru harta melimpah ruah berada di genggaman beliau, harta-harta pilihan pun sering diusung ke hadapan beliau. Akan tetapi Allah memilihkan keadaan yang paling benar dan sempurna bagi Nabi-Nya. 

‘Uqbah bin al-Harits berkata: “Pada suatu hari Rasulullah ﷺ mengimami kami shalat Ashar. Selepas shalat, beliau segera memasuki rumah. Tak lama setelah itu beliau kembali ke dalam rumah. Aku bertanya kepada beliau, atau ada yang bertanya kepada beliau tentang itu. Beliau menjawab, “Aku tadi meninggalkan sebatang emas dari harta sedekah dalam rumah. Aku tidak ingin menahan emas itu berada di tanganku sampai malam nanti. Karena itulah aku segera membagikannya.” (Diriwayatkan oleh Muslim)

Sungguh luar biasa kedermawanan dan pemberian yang tiada bandingannya hanya dapat dijumpai pada diri Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Meskin dengan kedermawanan dan pemberian yang demikian menakjubkan itu, namun cobalah lihat keadaan diri beliau. 

BACA JUGA: Imam As Syafi’i pernah Membacakan Kitab yang Berisi berbagai Pendapatnya kepada Rasulullah ﷺ

Aisyah juga mengisahkan, “Pada suatu hari Rasulullah datang menemuiku. Beliau bertanya, ‘Apakah kamu masih menyimpan makanan?’ Aisyah menjawab, ‘Tidak ada.’ Beliau berkata, ‘Kalau begitu aku berpuasa’.” (Diriwayatkan oleh Muslim). []

Sumber: Abdul Malik bin Muhammad al-Qasim. Yaumun fi Bait ar-Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam, Sehari Di Kediaman Rasulullah. Jakarta: Darul Haq.
Rasulullah Tidak Pernah Makan Sampai Kenyang - Islampos

Kecerdasan Aisyah Hingga Pengetahuan dalam Ilmu Kedokteran
by yudi
Kecerdasan Aisyah
SUATU ketika, sahabat Urwah berkata kepada Aisyah, “Wahai bibiku, saya tidak terlalu takjub dengan kepandaianmu di bidang fiqih karena engkau istri Nabi saw. dan putri Abu Bakar ash-Shiddiq. Saya juga tidak takjub dengan pengetahuanmu tentang syair dan sejarah karna engkau putri Abu Bakar dan ia termasuk orang terpandai di antara kaumnya. Tapi saya takjub dengan pengetahuanmu tentang ilmu kedokteran, dari mana engkau dapatkan ilmu itu? Atau bagaimana bisa?” 

BACA JUGA: Aisyah Ceritakan Kebiasaan Rasulullah di dalam Rumah

Kemudian Aisyah berdiri sambil menepuk bahu Urwah.

Urwah bin Zubair adalah keponakan Aisyah. Aisyah berkata, “Wahai Urwah, Rasulullah saw. menderita sakit pada akhir hayat beliau. Ketika itu banyak berdatangan utusan dari segala penjuru Arab untuk mengobati beliau. Merekalah yang mendiagnosa beliau dan sayalah yang mengobatinya. Karena itu, saya tahu tentang ilmu kedokteran.” 

Keluasan ilmu Aisyah tidak diragukan lagi. Az-Zuhri perah membandingkan keilmuannya, “Seandainya ilmu Aisyah dibandingkan dengan ilmu seluruh wanita, maka ilmu Aisyahlah yang lebih utama.” 

Imam adz-Dzahabi dengan sanadnya dari al-Ahnaf, pernah mengatakan, “Aku pernah mendengar khutbah Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, dan para khalifah setelahnya, namun aku tidak mendengarkan ucapan lisan seseorang pun yang lebih utama, indah, dan baik daripada lisan Aisyah.”

BACA JUGA: Belajar Sedekah dari Sayyidatina Aisyah Ra

Kesaksian lain datang dari Musa bin Thalhah yang berkata, “Aku tidak pernah melihat orang yang lebih fasih daripada Aisyah.” []

Sumber: Perempuan-perempuan di SekitarRasulullah/ Muhammad Ibrahim Saliiim/ Gema Insani/ Jakarta/ 2002
https://www.islampos.com/kecerdasan-aisyah-hingga-pengetahuan-dalam-ilmu-kedokteran-143058/?

Maukah Menjadi Keluarga Allah?
by Rifki M Firdaus
Bolehkah Muslimah yang Haid Membaca Alquran?
Oleh: Lilik Yani

BAGAIMANA perasaan kalian jika ditawari menjadi bagian dari keluarga Gubernur atau Walikota? Wah pasti hati berbunga-bunga karena bangga dan senang ya. Akan mendapat fasilitas dalam segala urusannya, akan mendapat penghormatan dari banyak orang. Wow, jadi penawaran yang tidak perlu banyak pertimbangan lagi.

Kalau penawaran itu ditingkatkan lagi, kalian ditawari jadi keluarga Presiden. Menjadi bagian keluarga orang pertama di suatu negara. Wow, lebih keren ya? Pastinya fasilitas yang diberikan lebih bagus,  lebih lengkap, lebih mewah,  dan yang menghormati kita juga lebih banyak. Jadi diterima juga nich?  Atau masih pikir-pikir dulu?

Saudaraku, untuk penawaran dengan imbalan yang bersifat materi kasat mata, seperti di atas.  Kebanyakan orang tanpa berpikir panjang untuk menberi jawaban. Serentak akan menjawab, setuju dan siap menerima tawaran.

Mungkin hanya sebagian kecil saja yang berpifir panjang. Adakah sisi positip negatifnya dari konsekuensi pilihan itu. Dalam arti halal haram sisi syara tidak banyak yang memikirkan. Karena yang dipikirkan orang di zaman yang serba materialistis ini, adalah keuntungan materi. Jangankan ditawarkan dengan baik, yang tidak ditawarkan saja bisa datang menyerobot atau adu kekuatan untuk mendapatkan keuntungan sesaat itu. 

Penawaran Menjadi Keluarga Allah

Jika penawaran menjadi keluarga Gubernur atau Presiden disambut tanpa berpikir panjang.  Bagaimana kalau Allah yang menawari kalian, akan dijadikan sebagai keluarga Allah. Bagaimana respon dan sikap kalian? Apakah langsung disambut tanpa berpikir panjang,  atau diikuti dengan banyak pertimbangan, alias pikir-pikir dulu? Lho, emang kenapa? Kok bisa begitu ya.

Padahal yang menawari Maha Pengatur segala urusan dan Maha Mencukupi segala kebutuhan kita. Tapi mengapa manusia tidak segera merespon langsung setuju? Harusnya lebih menyenangkan ya. Pastinya fasilitas lebih memuaskan, lebih mendapat penghormatan.  Seluruh penduduk langit maupun bumi, akan menghormati keluarga Allah. 

Sayangnya, tidak semua orang mau menerima tawaran itu. Karena penawaran bagus jika hadiah yang diberikan tidak tampak di mata orang-orang kapitalis, maka baginya tidak menarik.

Pahala berlipat, derajat yang tinggi,  surga yang indah, dan semacamnya dianggap sesuatu yang tidak nyata di depan mata. Maka hanya orang-orang pilihan yang berfikir masa depan sesungguhnya (akherat)  yang merespon penawaran menarik dari Allah tersebut.

Siapa Keluarga Allah?

Saudaraku, tahukah kalian siapa orang-orang yang berpikir cerdas dan mau memilih menjadi keluarga Allah itu? Mereka adalah orang-orang yang hidupnya selalu bermesraan dengan al-Qur’an. Setiap waktunya mereka selalu interaksi dengan al-Quran. Mulai dari membacanya, mentadaburi maknanya, memahami isinya, kemudian mengamalkan dalam kehidupan setiap harinya.

Dari Anas ra.  Ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah itu mempunyai keluarga yang terdiri dari manusia.” Kemudian Anas berkata lagi, kepada Rasulullah saw, “Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?”Baginda Rasulullah saw menjawab, “Yaitu ahli Qur’an (orang yang membaca atau menghafal al-Qur’an dan mengamalkan isinya).”

Ya, merekalah orang-orang istimewa yang dipilih Allah untuk menjadi keluarga Allah. Merekalah yang akan mendapat derajat tinggi di sisi Allah di surga yang penuh keindahan.

Dari Abdullah bin Amr bin Al Ash ra,  Rasulullah saw bersabda, “Di akherat nanti para ahli al-Qur’an diperintahkan, “Bacalah dan naiklah ke surga. Dan bacalah al-Quran dengan tartil seperti engkau membacanya dengan tarti ketika di dunia.  Tempat tinggalmu di surga berdasarkan ayat akhir yang engkau baca.”

Saudaraku, adakah terbersit di hati kalian untuk menerima tawaran Allah menjadi keluarga Allah? Sebagai orang beriman,  tentunya tawaran ini sungguh menarik. Kita tidak berfikir tentang hadiah fasilitas di dunia saja. Kita lebih memikirkan fasilitas untuk hidup sesungguhnya di akherat kelak.

Untuk itulah saudaraku, bukankah tawaran itu sangat pantas untuk kita perjuangkan? Walau sekarang masih tertatih-tatih belajar membaca al-Quran, bukan berarti kita tidak bisa diterima menjadi keluarga Allah.

BACA JUGA: Menuntut Ilmu atau Mengurus Keluarga?

Saudara muslimku, kesempatan masih terbuka lebar. Mari kita berjuang bersama-sama, dan kita ajak semua saudara muslim kita yang lain untuk berlomba-lomba menjadi keluarga Allah. Kita akrabkan diri dengan al-Quran. Setiap hari, setiap saat kita jalin kedekatan dengan al-Qur’an.

Kita prioritaskan untuk membaca al-Qur’an setiap hari. Sesibuk apapun tetap ada jadwal yang kita luangkan untuk membaca dan mempelajari al-Quran. Kita pahami makna dan kandungannya. Kemudian kita aplikasikan dalam setiap aktivitas kita dalam kehidupan sehari-hari.

Karena itulah hakekat sebenarnya al-Quran diturunkan Allah.  Agar kita jadikan panduan dalam setiap langkah perjalanan hidup kita. Bukan sekedar dibaca, tapi diterapkan dalam seluruh sendi kehidupan. Hingga kita selamat dunia akherat dan mendapat surga yang indah seperti yang Allah janjikan. Wallahu a’lam bisshawab. []

Surabaya,  8 April 2019
https://www.islampos.com/maukah-menjadi-keluarga-allah-143141/?

Rasulullah ﷺ Tidak Pernah Makan Sampai Kenyang
by yudi
Rasulullah Tidak Pernah Makan Sampai Kenyang
“Rasulullah ﷺ tidak pernah pernah makan siang dan malam dengan daging beserta roti kecuali bila menjamu para tamu.” (HR. at-Tirmidzi).

TIDAK pernah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam makan sampai kenyang kecuali ketika menjamu para tamu. Beliau dapat kenyang bersama para tamu yang harus beliau layani. 

Aisyah menuturkan, “Keluarga Muhammad tidak pernah makan roti gandum sampai kenyang dua hari berturut-turut hingga beliau wafat.” (Diriwayatkan oleh Muslim)


Bahkan pernah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tidak mendapatkan sesuatu pun untuk dimakan. Hingga beliau tidur dalam keadaan lapar, taka da sesuap makanan pun yang masuk ke perut beliau.

Keadaan seperti itu bukan karena beliau tak punya atau kekurangan harta. Justru harta melimpah ruah berada di genggaman beliau, harta-harta pilihan pun sering diusung ke hadapan beliau. Akan tetapi Allah memilihkan keadaan yang paling benar dan sempurna bagi Nabi-Nya. 

‘Uqbah bin al-Harits berkata:

“Pada suatu hari Rasulullah ﷺ mengimami kami shalat Ashar. Selepas shalat, beliau segera memasuki rumah. Tak lama setelah itu beliau kembali ke dalam rumah. Aku bertanya kepada beliau ﷺ, atau ada yang bertanya kepada beliau ﷺ tentang itu. Beliau ﷺ menjawab, “Aku tadi meninggalkan sebatang emas dari harta sedekah dalam rumah. Aku tidak ingin menahan emas itu berada di tanganku sampai malam nanti. Karena itulah aku segera membagikannya.” (Diriwayatkan oleh Muslim)

Sungguh luar biasa kedermawanan dan pemberian yang tiada bandingannya hanya dapat dijumpai pada diri Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Meskin dengan kedermawanan dan pemberian yang demikian menakjubkan itu, namun cobalah lihat keadaan diri beliau. 


Aisyah juga mengisahkan, “Pada suatu hari Rasulullah datang menemuiku. Beliau bertanya, ‘Apakah kamu masih menyimpan makanan?’ Aisyah menjawab, ‘Tidak ada.’ Beliau berkata, ‘Kalau begitu aku berpuasa’.” (Diriwayatkan oleh Muslim). []

Sumber: Abdul Malik bin Muhammad al-Qasim. Yaumun fi Bait ar-Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam, Sehari Di Kediaman Rasulullah. Jakarta: Darul Haq.


Mutrif, Pengaruh Negatif Pendidikan Barat
by Sodikin
Skors Anak Kelas 1 SD, Sekolah Ini Dituntut Ganti Rugi 27 Ribu USD
ALLAH SWT dan Rasul-Nya mewajibkan umat Muslim untuk mencari ilmu, tanpa mengenal batas tempat dan usia. Sehingga, kemana pun kita mencari ilmu tentu hal tersebut akan memberikan efek yang baik bagi kita. Walau pun sampai ke negeri Cina, ilmu tetap harus dicari sampai dapat.

Salah satu hal terbaik yang kini banyak dilakukan oleh para pelajar Indonesia, khususnya para remaja ialah mencari ilmu ke luar negeri. Salah satunya ke negeri Barat.

Di sana mereka mendapat pendidikan yang berbeda dibandingkan dengan Indonesia. Sehingga, pengetahuan mereka lebih luas. Hanya saja ada satu akibat yang akan diterima oleh mereka, yaitu ‘mutrif.’ Apakah itu?

Mutrif atau sangat mewah adalah orang yang dikenal sebagai pemegang dan penghambur harta rakyat negara. Itulah salah satu pengaruh dari pendidikan Barat. Sedangkan di dalam al-Quran telah diingatkan bahwa kita, sebagai umat Islam harus menjauhi sifat itu.

Hidup mewah itu memang menyenangkan bagi kita. Tapi jangan salah, hidup mewah juga akan merugikan rakyat dan negara. Bukan hanya itu, hidup mewah akan memancing kedengkian orang-orang yang kurang mampu. 

Allah SWT berfirman, “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup di negeri itu (supaya menaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu. Oleh sebab itu, sudah sepantasnya berlaku terhadap perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya,” (QS. Al-Isra’: 16).

Pengaruh negatif pendidikan di Barat ialah membentu rasa diri menjadi ‘super’ meremehkan dan merendahkan pergaulan masyarakat dan bangsanya. Apabila kita yakin dapat menghindari pengaruh tersebut, maka tidak menjadi masalah jika kita ingin melanjutkan pendidikan di sana. Tapi ingat, jangan pernah lupa kepada Allah SWT, dengan selalu mengingat-Nya di setiap hembusan nafas kita.

BACA JUGA: Pentingnya Pendidikan Islam bagi Anak Sejak Dini 

Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang berdosa adalah mereka dahulu menertawakan orang-orang yang beriman. Dan apabila orang-orang yang beriman lewat di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya. Dan apabila orang-orang yang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira. Dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan bahwa sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat,” (QS. Al-Muthaffifiin: 29-32). []

SUMBER: Anda Bertanya Islam Menjawab/Karya: Prof. Dr. M. Mutawalli asy-Sya’rawi/Penerbit: Gema Insani
Mutrif, Pengaruh Negatif Pendidikan Barat - Islampos

Tiada ulasan: