Rabu, 3 April 2019

Jujur kepada diri sendiri. Pembinaan jati diri yang padu. 9319.


Jujur akan Buat Anda Selamat di Dunia dan Akhirat
by larasetia
Di Surga Tak Ada Perempuan Tua
JUJUR adalah sebuah ungkapan yang acap kali kita dengar dan menjadi pembicaraan. Akan tetapi bisa jadi pembicaraan tersebut hanya mencakup sisi luarnya saja dan belum menyentuh pembahasan inti dari makna jujur itu sendiri.
Apalagi perkara kejujuran merupakan perkara yang berkaitan dengan banyak masalah keislaman, baik itu akidah, akhlak ataupun muamalah; di mana yang terakhir ini memiliki banyak cabang, seperti perkara jual-beli, utang-piutang, sumpah, dan sebagainya.
Jujur merupakan sifat yang terpuji. Allah menyanjung orang-orang yang mempunyai sifat jujur dan menjanjikan balasan yang berlimpah untuk mereka. Termasuk dalam jujur adalah jujur kepada Allah, jujur dengan sesama dan jujur kepada diri sendiri.
Jujur bermakna keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada. Jadi, kalau suatu berita sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan benar atau jujur, tetapi kalau tidak, maka dikatakan dusta. Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagaimana seorang yang melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yang ada pada batinnya.
Imam Ibnul Qayyim berkata, Iman asasnya adalah kejujuran (kebenaran) dan nifaq asasnya adalah kedustaan. Maka, tidak akan pernah bertemu antara kedustaan dan keimanan melainkan akan saling bertentangan satu sama lain. Allah mengabarkan bahwa tidak ada yang bermanfaat bagi seorang hamba dan yang mampu menyelamatkannya dari azab, kecuali kejujurannya (kebenarannya).
Allah berfirman,
“Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka.” (QS. al-Maidah: 119)
“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. az-Zumar: 33)
Nabi ﷺ menganjurkan umatnya untuk selalu jujur karena kejujuran merupakan mukadimah akhlak mulia yang akan mengarahkan pemiliknya kepada akhlak tersebut, sebagaimana dijelaskan oleh Nabi ﷺ,
“Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebajikan.”
Sifat jujur merupakan alamat keislaman, timbangan keimanan, dasar agama, dan juga tanda kesempurnaan bagi si pemilik sifat tersebut. Baginya kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba akan mencapai derajat orang-orang yang mulia dan selamat dari segala keburukan.
Kejujuran senantiasa mendatangkan berkah.
Dalam kehidupan sehari-hari kita dapati seorang yang jujur dalam bermuamalah dengan orang lain, rezekinya lancar-lancar saja, orang lain berlomba-lomba datang untuk bermuamalah dengannya, karena merasa tenang bersamanya dan ikut mendapatkan kemulian dan nama yang baik. Dengan begitu sempurnalah baginya kebahagian dunia dan akhirat.
Seorang yang beriman dan jujur, tidak berdusta dan tidak mengucapkan kecuali kebaikan. Berapa banyak ayat dan hadist yang menganjurkan untuk jujur dan benar, sebagaimana firman-firman Allah yang berikut,
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. at-Taubah: 119)
“Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar.” (QS. al-Maidah: 119)
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya).” (QS. al-Ahzab: 23)
“Tetapi jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” (QS. Muhammad: 21)
Nabi bersabda, “Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada yang tidak meragukanmu, sesungguhnya kejujuran, (mendatangkan) ketenangan dan kebohongan, (mendatangkan) keraguan.” []
SUMBER: MUSLIM.OR.ID
Jujur akan Buat Anda Selamat di Dunia dan Akhirat - Islampos

Mutiara Amirul Mukminin ‘Ali bin Abi Tholib
by Rifki M Firdaus
“Wahai Abu Hazim, Mengapa Kita Membenci Kematian?”
ارْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً، وَارْتَحَلَتِ الآخِرَةُ مُقْبِلَةً، وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُونَ، فَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الآخِرَةِ، وَلاَ تَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا، فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلاَ حِسَابَ، وَغَدًا حِسَابٌ وَلاَ عَمَلَ.
“Dunia itu akan ditinggalkan di belakang. Sedangkan akhirat akan berada di hadapan kita. 
BACA JUGA: Jangan Terjebak oleh Silaunya Dunia

Dunia dan akhirat tersebut memiliki anak-anak. Jadilah anak-anak akhirat dan janganlah kalian menjadi anak-anak dunia.
Hari ini (di dunia) adalah hari beramal tanpa ada perhitungan (hisab), sedangkan besok (di akhirat) adalah hari perhitungan (hisab) Tanpa bisa beramal .”
[Diriwayatkan oleh Al Bukhari secara mu’allaq –tanpa sanad-. Atsar ini adalah potongan dari perkataan ‘Ali, ada yang mauquf (sampai pada sahabat) dan marfu’ (sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam). Lihat Fathul Baari, 18/225, Mawqi’ Al Islam Asy Syamilah] []
Akhukum Fillah
Abdullah Sholeh Hadrami
Ingin download video, audio dan tulisan serta info bermanfaat ? Silahkan bergabung di Channel Telegram kami;
http://goo.gl/fxwVGH
Channel YouTube
https://www.islampos.com/mutiara-amirul-mukminin-ali-bin-abi-tholib-141940/?

Menalar [menentukan] Ayat-Ayat Semesta, Membangun Hidup Lebih Baik
by Rifki M Firdaus
Karena Al-Fathihah, Atheis Heather Masuk Islam
SYAIKH Thanthawi, guru besar Al-Azhar Kairo mengulas dalam tafsirnya Al Jawahir, bahwa Al Qur’an memuat lebih dari 800 ayat tentang alam semesta, dan hanya sekitar 150 ayat fikih. Namun, para ulama telah menulis ribuan kitab fikih, tetapi nyaris tidak memperhatikan serta menulis kitab tentang alam raya dan isinya.
Hal ini jelas membuat banyak orang bertanya-tanya tentang korelasi sains dan ayat Al-Qur’an dengan hidup manusia.
Menjawab pertanyaan tersebut pada Kamis (28/03) Pengembangan Sumber Belajar SMART Ekselensia Indonesia mengadakan Diskusi Produktif Pendidikan bersama Dr. Agus Purwanto, Kreator SMA Trensains (SRAGEN & Jombang), dengan pembahasan Nalar Ayat-Ayat Semesta yang diadakan di Aula Al insan Dompet Dhuafa Pendidikan, Bogor, Jawa Barat.
Menurut Agus, umat dan para ulama banyak menghabiskan waktu untuk membahas persoalan fikih, dan sering sekali berseteru serta bertengkar karenanya. Mereka lalai atas fenomena terbitnya matahari, beredarnya bulan, dan kelap-kelipnya bintang.
Mereka abaikan gerak awan di langit, kilat yang menyambar, listrik yang membakar, malam yang gelap gulita, dan mutiara yang gemerlap. Mereka juga tak tertarik pada aneka tumbuhan di sekitar, binatang ternak, maupun binatang buas yang bertebaran di muka bumi, dan aneka fenomena serta keajaiban lainnya.
Padahal di dalam Al-Quran semua sudah dijelaskan secara detail tanpa ada satu unsur pun terlewat di dalamnya.
“Apakah sains tidak relevan dalam Islam? Padahal dalam sejarah keilmuan tercatat bahwa sains modern merupakan sumbangan para ilmuwan muslim terhadap peradaban dunia, terutama ketika Eropa berada dalam dark age,” papar Agus dihadapan 70 peserta.
Selama tiga jam para peserta dikenalkan dan diajak menyelami ayat-ayat semesta di dalam Al Qur’an. Agus menambahkan jika Al-Qur’an dan sains telah melahirkan ilmuan-ilmuan besar seperti Al-Biruni ahli fisika dan kedokteran, Al-Razi ahli kimia, Al-Khawarizmi ahli matematika, Ibnu Haitsam ahli optik, serta nama-nama seperti Ibnu Sina, Ibnu Farabi, Ibnu Khaldun, Al-Kindi, Ibnu Batutah, Ibnu Rusyd, Al-Saghani, dan masih banyak nama besar lainnya.
Dalam penjelasannya Agus menekankan bahwa sesungguhnya Islam dan Al-Quran tidak pernah bertentangan apalagi bermusuhan dengan sains. Dalam buku Ayat- Ayat Semesta yang ia karang, dan lewat diskusi produktif pendidikan ia ingin menunjukkan bagaimana Al-Quran justru menjadi sumber dari sains modern. Sains dikonstruksi berdasarkan inspirasi wahyu Allah Swt. dalam bangunan ilmu pengetahuannya.
Dunia dan akhirat tersebut memiliki anak-anak. Jadilah anak-anak akhirat dan janganlah kalian menjadi anak-anak dunia.


Hari ini (di dunia) adalah hari beramal tanpa ada perhitungan (hisab), sedangkan besok (di akhirat) adalah hari perhitungan (hisab) Tanpa bisa beramal .”
“Al-Qur’an tidak sekedar menjadi basis nilai. Di dalamnya mengandung 800 ayat tentang alam, sains, juga teknologi. Maka, Al-Qur’an bisa menjadi epistemologi dalam ilmu, sumber inspirasi dalam kehidupan. Penting diingat jika kita lupa pada sang pencipta maka hidupnya tak akan seimbang. Karena dalam hidup yang utama adalah Allah, maka penting bagi manusia untuk selalu membangkitkan kesadaran akan kebesaran-Nya dalam setiap aktivitas,” tutupnya. []
https://www.islampos.com/menalar-ayat-ayat-semesta-membangun-hidup-lebih-baik-141938/?

Perempuan dalam Fatamorgana Dunia
by Rifki M Firdaus
6 Manfaat Kenakan Jilbab
Oleh: Humaida Aulia, S.Pd.I 
Guru SD di Bekasi, pemerhati perempuan
“Balance for better” menjadi tema yang diangkat dalam peringatan hari perempuan internasional pada Jum’at, 8 Maret 2019 kemarin. Peringatan ini diadakan serentak di beberapa tempat seperti Rusia, Madrid, Spanyol, termasuk di Indonesia.
Isu kesetaraan gender masih menjadi tema utama. Dalam situs resminya, International Women’s Day mengungkapkan alasan kenapa ‘balance for better’ menjadi tema pada 2019 ini. “Pada 2019 ini ditujukan untuk kesetaraan gender, kesadaran yang lebih besar tentang adanya diskriminasi dan merayakan pencapaian perempuan.
BACA JUGA: Sifat Pendiam, Ini Manfaatnya bagi Muslimah

Hal ini termasuk mengurangi adanya gap pendapatan atau gaji pria dan wanita. Memastikan semuanya adil dan seimbang dalam semua aspek, pemerintahaan, liputan media, dunia kerja, kekayaan dan dunia olahraga,” demikian penjelasan di situs resmi Hari Perempuan Internasional.

New York adalah negara pertama yang memperingati hari perempuan internasional pada tahun 1908. Kalau kita berkaca pada sejarah, bermulanya hari perempuan ini tak luput dari kekerasan dan kesenjangan yang menimpa mereka di barat.

Perempuan-perempuan di barat mendapat banyak diskriminasi dan tindak kekerasan dari laki-laki. Belum lagi banyak hak yang tidak mereka terima seperti tidak boleh mengenyam pendidikan dan berada di ranah umum, gap gaji yang begitu tinggi, kekerasan seksual, dan masih banyak lagi.
Hal ini sangat berbanding terbalik dengan Islam. Perempuan dalam Islam mulia dan dihormati. Islam memandang derajat yang sama antara laki-laki dan perempuan baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, maupun berada di ranah umum.
Tengoklah Khadijah ra, istri tercinta Baginda Nabi saw. Beliaulah salah satu sumber kekuatan Rasulullah ﷺ dalam mengemban risalah Islam dan pendukung setia Rasulullah ﷺ berdakwah dalam suka maupun duka. Beliau juga pengatur rumah tangga, pebisnis yang sukses, wanita yang cerdas dan berpendidikan.
Di masa para shahabat, ada sosok shahabiyah tegas dalam mengadili. Dialah Al Syifa’, seorang qadhi hisbah di masa Khalifah Umar bin Khattab. Dalam bidang pendidikan, kita bisa lihat Fatimah Al Fihri, pendiri universitas tertua di dunia, Al Qawariyyin. Atau Maryam Al Asturlabi, penemu astrolube, yang disejajarkan dengan ponsel pintar kuno, bentuk awal Global Positioning System (GPS).
Tak kalah hebat, ibunda Imam Syafi’i, seorang perempuan cerdas yang mampu mendidik generasi shalih sekelas Imam Syafi’i, mujtahid mutlak. Dan masih banyak lagi kisah shahabiyah memiliki peran besar dalam peradaban Islam.
Namun sejarah ini coba ditutup-tutupi. Barat berusaha menutupi sejarah sistem Islam yang benar dalam mengurus perempuan dan menggantinya dengan informasi dan berita bohong yang menjelekkan ajaran dan sistem Islam. Mereka membuat opini dan tuduhan bahwa Islam mendiskriminasi perempuan, mengekang perempuan dengan menutup aurat, menghalangi perempuan menjadi pemimpin, dan masih banyak lagi.
Opini ini sengaja digaungkan agar para perempuan khususnya muslimah berkiblat pada mereka (baca; barat), terjebak pada fatamorgana dunia yang menyilaukan, menggiurkan, dan menyejukkan. Mereka hidup seperti arahan barat. Perlahan tapi pasti meninggalkan ajaran agama mereka.
Padahal Islam adalah agama yang mulia. Perempuan dalam Islam memiliki derajat yang tinggi sebagai tonggak peradaban dan tiang negara. Dalam Islam perempuan mendapatkan hak-haknya baik di ranah domestik maupun publik, tanpa mencabut hak-haknya. Berbanding terbalik dengan barat yang mencabut fitrah perempuan dan menjadikannya rusak hingga akar-akarnya.
Peran perempuan yang amat penting dalam terwujudnya peradaban dunia yang baik mengharuskan para perempuan untuk kembali pada Islam, agar hanya Islam saja yang menjadi kiblat mereka, bukan barat yang hanya memberi angan-angan palsu yang merusak dan menyiksa. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: redaksi@islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos. 
Perempuan dalam Fatamorgana Dunia - Islampos

Jangan Terjebak oleh Silaunya Dunia
by Saad Saefullah
Ibadah, Jalan Memperluas Rezeki
Oleh: Widya Fauzi 
wwidiaz08@gmail.com

“Dunia… 
Dipenuhi dengan hiasannya, 
Semua dan segala yang ada 
Akan kembali pada-Nya”
(Opick, Bila waktu tlah berakhir)
NAMPAK jelas terlihat fenomena orang yang berlomba mengumpulkan perhiasan dunia. Bahkan rela melakukan segala cara demi memperbanyaknya. Saling sikut, saling injak, saling hujat sudah menjadi santapan biasa. Seakan lupa bahwa dunia ini sementara.
Banyak pula orang yang menggantungkan hidupnya pada ikhtiar, ilmu, tenaga dan kecerdasannya. Padahal, sejatinya Allah-lah Yang Maha Kaya, Maha Pemberi segalanya. Terkadang kejayaan dunia, harta dan tahta menjadi tolak ukur kemuliaan dalam hidup.
Hati kita telah tertutup dengan silaunya dunia, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah al-baqarah: 212, “Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.”
Benar kiranya jika dunia ini ialah penjara bagi orang beriman. Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim no. 2392)
Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarh Shahih Muslim menerangkan, “Orang mukmin terpenjara di dunia karena harus menahan diri dari berbagai syahwat yang diharamkan dan dimakruhkan. Orang mukmin juga diperintah untuk melakukan ketaatan. Ketika ia mati, barulah ia beristirahat dari hal itu. Kemudian ia akan memperoleh apa yang telah Allah janjikan dengan kenikmatan akhirat yang kekal, mendapati peristirahatan yang jauh dari sifat kurang. Adapun orang kafir, dunia yang ia peroleh sedikit atau pun banyak, ketika ia meninggal dunia, ia akan mendapatkan azab (siksa) yang kekal abadi.”
Maka sebagai orang beriman kita harus bersabar dari maksiat dengan menahan diri. Karena dunia ini adalah penjara bagi kita di dunia. Di akhirat kita akan peroleh balasannya.

Cukuplah Allah segala-galanya bagi kita, Ia Maha Tahu yang terbaik bagi kita. Senantiasa mendekatkan diri kepada Allah yang Maha Kasih dan Sayang. Insya Allah, bagaimanapun banyaknya masalah yang dihadapi namun bagi orang yang hatinya sudah mantap kepada Allah, tidak ada gentar ataupun takut.
Allah telah memberikan ketenangan hati padanya dan solusi dari jalan yang tidak disangka-sangka serta dibukakan hikmah dari setiap kejadian. Semoga kita selalu mendekatkan diri kepada-Nya dan menjadi pecinta Allah sejati.
Wallahu’alam bish shawab. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word
Jangan Terjebak oleh Silaunya Dunia - Islampos





Tiada ulasan: