Selasa, 16 April 2019

Kain Kafan. 9346.


Kain Kafan

Wanita yang Selalu Menyimpan Kain Kafannya
by yudi
Wanita yang Menyimpan Kain Kafan
MENGINGAT mati tidak pernah lepas dari diri wanita ini. Dia mengetahui secara pasti bahwa dunia adalah masa yang terhitung saja. Ketika hilang satu hari maka hilanglah sebagian dari dunia. Oleh karena itu, dia senantiasa bersiap untuk mati setiap saat. 

BACA JUGA: Kain Kafan dalam Tahap Rajutan, Masihkah Ingin Berselfi? (1) 

Sedemikian rupa persiapannya sampai diceritakan bahwa dia selalu menyimpan kain kafan untuknya, yang berupa sebagian dari pakaiannya. Apabila dia menunaikan haji atau berihram maka dia selalu memakai pakaian yang dia siapkan untuk kain kafannya itu.

Ketika tiba sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, dia memakainya lagi untuk beribadah. Wanita itu adalah Hafshah binti Sirin, seorang ahli hadits yang zuhud. 

Dia menghabiskan masa mudanya untuk beribadah dan bertakwa. Dia berkata, “Wahai sekalian pemuda, ambillah kebaikan untuk diri kalian ketika kalian masih muda. Sesungguhnya aku melihat amalan itu ada di waktu muda.” (Shifah ash-Shafwah, 1/404)

Dia mengkaji Al-Quran AI-Karim dan merenungkan maknanya ketika dia masih berusia 12 tahun. Saudaranya, Muhammad bin Sirin, apabila menemui kesulitan dalam mengkaji Al-Quran Al-Karim, dia berkata, “Pergilah kalian kepada Hafshah. Bertanyalah kepadanya, ‘Bagaimana dia mengkajinya?'” Hafshah terkenal dengan kezuhudan dan kesabarannya yang indah dalam taat kepada Allah. Dia banyak melakukan puasa sunah dan menghabiskan waktu yang lama untuk shalat malam. Dia masuk ke tempat shalatnya lantas dia mengerjakan shalat di sana. Dia beribadah dengan membaca Al-Quran, dan tidak keluar dari rumahnya kecuali untuk keperluan yang mendesak atau untuk menyambut tamu yang datang ke rumahnya untuk meminta fatwa kepadanya, dan belajar ilmu darinya. 

BACA JUGA: Kain Kafan dalam Tahap Rajutan, Masihkah Ingin Berselfi? (2-Habis) 

Dia adalah seorang wanita ahli hadits dan ia tumbuh di rumah ilmu. Dia memiliki enam orang saudara kandung, semuanya hafal Al-Quran, dan menghabiskan waktunya untuk memelajari hadits. Hafshah sangat mencintai ilmu, siap mengorbankan segala kemuliaan dan harta yang mahal untuk mendapatkannya. Mengapa? Karena dia mengetahui bahwa ulama adalah pewaris para nabi, Sebagaimana dia juga dikenal sebagai wanita yang berpegang teguh pada ajaran Islam yang benar, komitmen pada ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya. []

Sumber: Keistimewaan 62 Muslimah Pilihan/ Penulis: Ali bin Nasyif asy-syuhud/ Penerbit: Ar-Rijal Publishing/ April, 2013
https://www.islampos.com/wanita-yang-selalu-menyimpan-kain-kafannya-144110/?

Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahirabbilalaamiin.

*Lukman Al Hakim*

Satu-satunya manusia yang bukan Nabi, bukan pula Rasul, tapi kisah hidupnya diabadikan dalam Qur'an adalah Lukman Al Hakim. Kenapa? kerana hidupnya penuh hikmah. Suatu hari ia pernah menasihati anaknya tentang hakikat hidup.

"Anakku, jika makanan telah memenuhi perutmu, maka akan matilah fikiran dan kebijaksanaanmu. Semua anggota badanmu akan malas untuk melakukan ibadah, dan hilang pulalah ketulusan dan kebersihan hati. Padahal hanya dengan hati bersih manusia boleh menikmati lazatnya berzikir."

"Anakku, kalau sejak kecil engkau rajin belajar dan menuntut ilmu. Dewasa kelak engkau akan memetik buahnya dan menikmatinya."

"Anakku, ikutlah orang-orang yang sedang menyusung jenazah, jangan kau ikut orang-orang yang hendak pergi ke pesta pernikahan. Kerena jenazah akan mengingatkan engkau pada kehidupan yang akan datang. Sedangkan pesta pernikahan akan membangkitkan nafsu duniamu."

"Anakku, aku sudah pernah memikul batu-batu besar, aku juga sudah mengangkat besi-besi berat. Tapi tidak pernah kurasakan sesuatu yang lebih berat daripada tangan yang buruk perangainya."

"Anakku, aku sudah merasakan semua benda yang pahit. Tapi tidak pernah kurasakan yang lebih pahit dari kemiskinan dan kehinaan."

"Anakku, aku sudah mengalami penderitaan dan bermacam kesusahan. Tetapi aku belum pernah merasakan penderitaan yang lebih susah daripada menanggung hutang."

"Anakku, sepanjang hidupku aku berpegang pada 8 wasiat para nabi. Kalimat itu adalah:

1. Jika kau beribadah pada Allah, jagalah fikiranmu baik-baik.

2. Jika kau berada di rumah orang lain, maka jagalah pandanganmu.

3. Jika kau berada di tengah-tengah majlis, jagalah lidahmu.

4. Jika kau hadir dalam jamuan makan, jagalah perangaimu.

5. Ingatlah Allah selalu.

6. Ingatlah maut yang akan menjemputmu

7. Lupakan budi baik yang kau lakuan pada orang lain.

8. Lupakan semua kesalahan orang lain terhadapmu

Wassalam
Sumber: fm wsp
— di Kangar. dua tahun lalu 16 April 2017. 
Imej mungkin mengandungi: luaran



Tiada ulasan: