Selasa, 2 April 2019

Setiap peristiwa Islam punya hikmah tersendiri. Begitu juga istimewanya ibadah dalam Islam. 9317.



Bolgar: Kota Kuno Muslim di Rusia, Rumah bagi Al-Quran Terbesar di Dunia
by Sodikin
Bolgar: Kota Kuno Muslim di Rusia, Rumah bagi Al-Quran Terbesar di Dunia
BULGARIA terkenal dengan keindahan pantainya, bunga mawar, dan resor skinya. Namun tahukah Anda jika Negara di Balkan Eropa ini ternyata juga berada di tengah-tengah Rusia?
Faktanya, bangsa Bulgaria memiliki saudara yang kurang terkenal, yang tersembunyi di pedalaman Republik Tatarstan, Rusia, yaitu Bolgar.
Menurut sejarah, pada tahun 922, Penguasa Bolgar Aydai Khan memeluk Islam dan membangun sejumlah madrasah dan masjid. Sementara itu, negaranya menjadi perantara utama di sepanjang Jalur Sutra. Dengan sekejap, Bolgar menjadi pusat peradaban Islam di Eropa Timur.
Ketika bangsa Mongol — dan kemudian Rusia — menguasai seluruh negeri, Bolgar tetap menjadi situs yang penting. Terletak di pinggir Sungai Volga yang tenang, sisa-sisa kota kuno ini, termasuk benteng, masjid, dan makam, membuktikan keterampilan masyarakat Bulgaria Volga dalam memahat batu.
Sisa-sisa Bulgaria Volga ini dilihat sebagai asal muasal komunitas muslim yang menetap di sepanjang Sungai Volga saat ini, khususnya orang-orang Tartar dan Bashkir.

Setiap setahun sekali, mereka mengunjungi Bolgar dalam ziarah keagamaan yang dikenal sebagai “Haji Kecil.” Hingga kini, banyak orang Tartar yang menganggap diri mereka sebagai pewaris dan pelindung situs-situs peninggalan orang-orang Bulgar.

Bolgar bukan hanya sekadar monumen regional, melainkan sebuah Situs Warisan Dunia UNESCO yang diakui sebagai bagian tak terpisahkan dari seluruh sejarah bangsa Rusia. Bolgar bahkan merupakan situs warisan pertama yang dilindungi di seluruh Rusia.
Sebelum dibangunnya Istana Musim Dingin, Kremlin, atau Novgorod, Bolgar merupakan rumah bagi peradaban misterius yang pernah mendominasi Eropa Timur.
Sebagian besar reruntuhan yang tersisa di Bolgar berasal dari periode ketika kota itu berfungsi sebagai ibu kota Gerombolan Emas (kekhanan Mongol-Turki pada abad pertengahan yang wilayahnya terbentang dari Eropa Timur hingga Siberia Barat).
Mausoleum, istana, masjid, dan gereja-gereja Ortodoks memberi warna tersendiri di daerah itu. Bagi Anda yang berkunjung ke Bolgar, pastikan berkunjung ke Masjid Agung, Kamar Hitam, dan Mausoleum Timur, bangunan makam bangsawan Bolgar yang berusia 700 tahun.
Pastikan pula untuk memeriksa reruntuhan istana khan yang luas dan sumur Gabdrakhman yang tersembunyi, yang airnya dipercaya memiliki efek penyembuhan.
Bangunan baru Bolgar pun tak kalah mengesankan. Penanda Kenangan, sebuah bangunan suci yang menandai kepemelukan Islam, menjadi rumah bagi Alquran terbesar di dunia — beratnya mencapai 500 kilogram! — Sementara, Masjid Putih yang besar adalah bangunan yang menggantikan pendahulunya yang dihancurkan pada abad ke-15. Kompleks itu betul-betul merupakan permata arsitektur Tartar yang sesungguhnya.
Jika Anda lapar, jangan khawatir. Di sana terdapat sejumlah restoran, seperti Zuleika dan Genghis Khan dan McDonald’s Tartar: Tubetey. Di dekatnya pun terdapat beberapa hotel. []
SUMBER: RBTH 
https://www.islampos.com/bolgar-kota-kuno-muslim-di-rusia-rumah-bagi-al-quran-terbesar-di-dunia-141804/?

Inilah Kalimat yang Diajarkan Nabi Ibrahim kepada Nabi Muhammad ﷺ ketika Isra Mi’raj
by Eneng Susanti
Inilah Kalimat yang Diajarkan Nabi Ibrahim kepada Nabi Muhammad ketika Isra Mi’raj
ADA sebuah kalimat yang diajarkan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam pada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallampada malam Isra Mi’raj.
Kalimat apakah itu?
Abu Ayyub Al-Anshari ra. berkata:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لَيْلَةَ أُسْرِىَ بِهِ مَرَّ عَلَى إِبْرَاهِيمَ فَقَالَ مَنْ مَعَكَ يَا جِبْرِيلُ قَالَ هَذَا مُحَمَّدٌ.فَقَالَ لَهُ إِبْرَاهِيمُ مُرْ أُمَّتَكَ فَلْيُكْثِرُوا مِنْ غِرَاسِ الْجَنَّةِ فَإِنَّ تُرْبَتَهَا طَيِّبَةٌ وَأَرْضَهَا وَاسِعَةٌ. قَالَ « وَمَا غِرَاسُ الْجَنَّةِ ». قَالَ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada malam Isra’, pernah melewati Nabi Ibrahim ‘alaihis salam.
Nabi Ibrahim ketika itu bertanya pada malaikat Jibril, “Siapa yang bersamamu wahai Jibril?”
Ia menjawab, “Muhammad.”
Ibrahim pun mengatakan pada Muhammad, “Perintahkanlah pada umatmu untuk membiasakan memperbanyak (bacaan dzikir) yang nantinya akan menjadi tanaman surga, tanahnya begitu subur, juga lahannya begitu luas.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa itu ghirosul jannah (tanaman surga)?”
Ia menjawab, “Laa hawla wa laa quwwata illa billah (tidak ada daya dalam menjauhi maksiat dan tidak ada upaya menjalankan ketaatan melainkan dengan pertolongan Allah, pen.).” (HR. Ahmad, 5: 418)

Hadits ini secara sanad memang dha’if. Namun kata Syaikh Al-Albani isi atau matan hadits itu shahih karena punya berbagai macam penguat. (Al-Isra’ wa Al-Mi’raj karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, hlm. 107-108)
Makna kalimat “laa hawla wa laa quwwata illa billah” yang diajarkan Nabi Ibrahim itu menunjukkan sifat pasrah dan tawakkal dalam hal menjauhi maksiat dan melakukan ketaatan, semuanya dimudahkan hanya dengan pertolongan Allah.
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,
لاَ حَوْلَ عَنْ مَعْصِيَةِ اللهِ إِلاَّ بِعِصْمَتِهِ، وَلاَ قُوَّةَ عَلَى طَاعَتِهِ إِلاَّ بِمَعُوْنَتِهِ
“Tidak ada daya untuk menghindarkan diri dari maksiat selain dengan perlindungan dari Allah. Tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan Allah.”
Imam Nawawi menyebutkan berbagai tafsiran di atas dalam Syarh Shahih Muslim dan beliau katakan, “Semua tafsiran tersebut hampir sama maknanya.” (Syarh Shahih Muslim, 17: 26-27)
Namun, perlu diingat, kalimat “Laa hawla wa laa quwwata illa billah” bukan ritual khusus pada malam Isra’ Mi’raj. Ini juga bukan dalil bagi kaum muslimin untuk merayakan Isra’ Mi’raj. Karena, kendati malam Isra Mi’raj dianggap terjadi pada 27 Rajab, namun, kapan pastinya peristiwa besar itu terjadi tidak diberitahukan secara jelas dalam riwayat yang shahih. 
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,
”Tidak dikenal dari seorang dari ulama kaum muslimin yang menjadikan malam Isra’ memiliki keutamaan dari malam lainnya, lebih-lebih dari malam Lailatul Qadr. Begitu pula para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik tidak pernah mengkhususkan malam Isra’ untuk perayaan-perayaan tertentu dan mereka pun tidak menyebutkannya. Oleh karena itu, tidak diketahui tanggal pasti dari malam Isra’ tersebut.” (Zaad Al-Ma’ad, 1: 57). []
SUMBER: RUMAYSHO
https://www.islampos.com/inilah-kalimat-yang-diajarkan-nabi-ibrahim-kepada-nabi-muhammad-ketika-isra-miraj-141831/?

Apa sih Isra Mi’raj Itu?
by Eneng Susanti
7 Gejala Depresi yang Umum Dialami
ISRA Mi’raj, setiap muslim pasti tahu tentang istilah ini. Isra Mi’raj merupakan sebuah peristiwa besar yang terjadi dalam hidup nabi Muhammad Saw dan berdampak pula bagi umatnya.
Untuk lebih memahami tentang Isra Mi’raj, yuk, kita telusuri maknanya terlebih dahulu.
Isra secara bahasa berasal dari kata Araa-yusrii yang artinya berjalan di waktu malam atau membawa berjalan di waktu malam. Makna ini diungkapkan Alquran dalam beberapa ayat, salah satunya QS Ad Dukhan ayat 23 dan QS Hud ayat 81.

Bagaimana dengan makna isra secara istilah?

Makna Isra’ secara istilah merujuk pada perjalanan pribadi Nabi Muhammad ﷺ pada suatu malam, dari masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha di Palestina, menjelang mi’raj. Ini ditegaskan Allah dalam QS Al Isra ayat 1.

edangkan Mi’raj, berasal dari kata ‘araja-ya’ruju yang berarti naik ke atas tangga. Mi’raj sendiri berarti tangga atau semacam alat yang digunakan untuk naik dari bawah ke atas. Ini disebutkan dalam QS Al Ma’arij ayat 3.
Dalam hadis tentang mi’raj juga disebutkan bahwa Nabi mengatakan, “tsuma urija bii” (kemudian aku dinaikan).
Dalam istilah populer Mi’raj berarti perjalanan pribadi Nabi Muhamamd Saw dari masjidil Aqsha, naik dari bumi ke ‘arsy Allah melalui tujuh lapis langit hingga ke Baitul Makmur dan Sidrathul Muntaha. Di sana lah Nabi menerima wahyu langsung dari Allah, salah satunya tentang perintah shalat lima waktu.
Peristiwa Mi’raj memang tidak disebutkan secara eksplisit dalam Alquran. Namun, para ulama meyakini bahwa QS 17/60 ayat 1-18 surat An Najm merupakan Hujjah bagi peristiwa Mi’raj.
Selebihnya, peristiwa Isra’ Mi’raj ini banyak diungkap oleh hadis. Hadis yang dipandang paling shahih tentang ini antara lain:
Hadis Imam Bukhari dalamkitab Ash Shalah yang juga diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahih dalam Kitab al Iman dengan isnad Harmalah bin Yahya at Tajiby dari Ibnu Wahbin dari Yunus dari Ibnu Syihab dari Anas bin Malik dari Abu Dzar Al Ghiffary.
Al Bukhari dalam shahihnya, bab al Mi’raj yang juga ditulis dalam Shahih Muslim Kitab al Iman. Isnadnya dari Muhammad bin al Mutsanna dari Ibnu ‘Ady dari Said dari Qatadah dari Anas bin Malik dari Malik bin Sha’Sha’ah. Juga diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal dalam musnad serta Nasa’i dalam Sunan.
Riwayat Imam muslim dalam Shahih dalam kitab al iman, juga musnad Ahmad dengan sanad Hasan bin Musa dari Hammad bin Salamah dari Tsabit al Bunaany dari Anas bin Malik.
Memang masih terdapat perbedaan antar hadis-hadis tersebut mengenai detail perstiwa atau kronologi Isra Mi’raj. Namun, semuanya jelas menunjukkan bahwa Isra Mi’raj itu terjadi hanya pada satu malam, dan waktunya relatif singkat.


Inilah yang kerap dinilai orang sebagai peristiwa ajaib. Orang kafir Quraisy di jaman Nabi kala itu bahkan menyebut ini mustahil. Hanya orang beriman lah yang mempercayai peristiwa ini dengan penuh keyakinan.
Memang demikian lah, persoalan Isra Mi’araj, baik tentang detai maupun keajaibannya, bukan lah ranah perdebatan. Jadi tak perlu berselisih hanya tentang perbedaan ‘sepele’ tentang hal ini. Sebab, yang terpenting bagi seorang muslim adalah keimanannya, bahwa dia meyakini dnegan benar bahwa Nabi pernah melakukan Isra Mi’raj. []
Sumber: Di Balik 7 Hari Besar Islam/Karya: KH Muhammad Sholikhin/Penerbit: Garudhawaca/Tahun: 2012
Apa sih Isra Mi'raj Itu? - Islampos




Perlu Diingat, Ini Hikmah Isra Mi’raj Nabi Muhammad ﷺ
by Ari Cahya Pujianto
percaya ramalan
UMAT Islam tentu sudah tidak asing lagi dengan peristiwa Isra Miraj. Peristiwa yang diperingati setiap tahun ini tentu menjadi peristiwa yang penting bagi umat Islam. Mengingat terdapat banyak hikmah dari adanya Isra Miraj yang dilakukan oleh Rasulullah. Berikut ini hadits terkait peristiwa Isra Mirajnya Nabi Muhammad.

Dari Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada malam Isra’, pernah melewati Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Nabi Ibrahim ketika itu bertanya pada malaikat Jibril, “Siapa yang bersamamu wahai Jibril?” Ia menjawab, “Muhammad.” Ibrahim pun mengatakan pada Muhammad, “Perintahkanlah pada umatmu untuk membiasakan memperbanyak (bacaan dzikir) yang nantinya akan menjadi tanaman surga, tanahnya begitu subur, juga lahannya begitu luas.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa itu ghirosul jannah (tanaman surga)?” Ia menjawab, “Laa hawla wa laa quwwata illa billah (tidak ada daya dalam menjauhi maksiat dan tidak ada upaya menjalankan ketaatan melainkan dengan pertolongan Allah, pen.),” (HR. Ahmad, 5: 418. Hadits ini secara sanad itu dha’if. Namun kata Syaikh Al-Albani isi atau matan hadits itu shahih karena punya berbagai macam penguat. Lihat Al-Isra’ wa Al-Mi’raj karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, hlm. 107-108).
Dikutip dari Rumaysho.com, ada beberapa hikmah yang bisa dipetik dari hadits di atas:
1. Peristiwa Isra’ Mi’raj benar adanya.
2. Ketika melakukan isra’, Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertemu para nabi di antaranya Nabi Ibrahim ‘alaihis salam.
3. Nabi Muhammad ketika melakukan Isra’ Mi’raj ditemani oleh malaikat Jibril.
4. Umat Nabi Muhammad diajarkan oleh Nabi Ibrahim suatu kalimat yang menjadi tanaman di surga, menjadikan tanahnya di surga subur dan luas, yaitu kalimat Laa hawla wa laa quwwata illa billah (tidak ada daya dalam menjauhi maksiat dan tidak ada upaya menjalankan ketaatan melainkan dengan pertolongan Allah, pen.).
5. Makna kalimat laa hawla wa laa quwwata illa billah menunjukkan sifat pasrah dan tawakkal dalam hal menjauhi maksiat dan melakukan ketaatan, semuanya dimudahkan hanya dengan pertolongan Allah.
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Tidak ada daya untuk menghindarkan diri dari maksiat selain dengan perlindungan dari Allah. Tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan Allah.”
Imam Nawawi menyebutkan berbagai tafsiran di atas dalam Syarh Shahih Muslim dan beliau katakan, “Semua tafsiran tersebut hampir sama maknanya,” (Syarh Shahih Muslim, 17: 26-27). []
Perlu Diingat, Ini Hikmah Isra Mi'raj Nabi Muhammad - Islampos

Ini Kata Pakar Fisika tentang Isra Mi’raj dari Sisi Sains
by Eneng Susanti
Ini Kata Pakar Fisika tentang Isra Mi’raj dari Sisi Sains
BOGOR—Isra Mi’raj adalah sebuah kejadian luar biasa yang terjadi atas kuasa Allah SWT. Setiap muslim mempercai kebenaran peristiwa itu. Kebenaran dari fenomena perjalanan yang menakjubkan itu tak hanya terkait soal keimanan, namun juga bisa dibuktikan secara ilmiah.
Hal ini disampaikan Dosen Fisika Institut Pertanian Bogor (IPB) Husin Alatas, Jumat (13/4/2018). Peraih penghargaan dari Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia ini menegaskan mekanisme atau cara Isra tidak bisa dipastikan. Tapi, Isra bisa ditelaah kemungkinannya dengan sains saat ini.
“Kita tidak bisa tahu mekanisme atau cara pastinya perjalanan Isra Mi’raj tersebut seperti apa, kita hanya bisa membahasnya mungkin atau tidak, dan itu sangat mungkin,” kata pakar biofisik, optik dan fisika teori ini.
Prof Husin mengatakan Isra yang merupakan perjalanan dari Makkah ke Palestina bisa dijelaskan dengan teknologi yang ada saat ini. Seseorang bisa melakukan perjalanan dari satu posisi ke posisi lain di muka bumi dalam waktu singkat.
“Sekarang ada pesawat yang memungkinkannya terjadi, dahulu memang tidak terpikirkan, saudagar perlu berbulan-bulan perjalanan,” katanya.
Teknologi modern kini mengenal pesawat sebagai sarana perjalanan singkat dalam satu malam itu. Dalam riwayat, Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan ini dengan buraq.
“Saya tidak punya penjelasan ilmiah tentang buraq, tapi ia analog dengan pesawat, sebagai wahana atau sarana,” kata Prof Husin.
Sedangkan soal Mi’raj yang merupakan perjalanan Rasulullah SAW untuk menemui Allah SWT di Sidratul Muntaha, Prof Husin mengatakan banyak spekulasi yang bisa menjelaskan fenomena ini. Mulai dari spekulasi apakah perjalanan tersebut beserta jasad Rasulullah atau hanya bersifat perjalanan ruhiyah atau imateril.
“Baik dengan jasad atau tidak, dua-duanya memungkinkan,” kata dia.
Soal kemungkinannya, maka ada banyak spekulasi atau teori yang bisa dijelaskan. Mulai dari kemungkinan Nabi Muhammad SAW melakukan Mi’raj dengan jasad, maka ada teori relativitas dan fisika partikel yang bisa disodorkan.
“Ada prinsip kesetaraan energi dan materi, bahwa secara prinsip materi bisa berubah jadi energi dan sebaliknya, kalau berubah jadi energi dia punya kecepatan cahaya,” katanya.
Selain itu ada teori yang sedang berkembang saat ini tentang dimensi ekstra. Misal, jarak titik A ke titik B sangat jauh. Tapi ada jalan tikus yang memungkinkan waktu perjalanannya sangat singkat. Jalan tikus inilah yang disebut dimensi ekstra, yang menyebabkan perjalanan menjadi lebih cepat.
“Ada beberapa fenomena alam yang menunjukkan indikasi dimensi ekstra itu ada, artinya fenomena alam ini hanya bisa dijelaskan kalau ada dimensi ekstra tadi,” kata dia. []
SUMBER: REPUBLIKA
Ini Kata Pakar Fisika tentang Isra Mi'raj dari Sisi Sains - Islampos

Muslim, Bersegeralah Membayar Qadha Puasa Ramadhan yang Tertinggal
by Sodikin
Ini Bedanya Puasa Ramadhan dengan Puasa Yahudi dan Nasrani
PUASA di bulan Ramadhan hukumnya wajib bagi setiap Muslim yang memenuhi syarat. Namun dalam praktiknya, tak jarang orang mengalami kendala seperti sakit, safar, atau datang bulan bagi perempuan. Solusinya adalah mengqadha sebanyak hari yang ditinggalkan di bulan Ramadhan.
Siapa saja yang membatalkan puasa Ramadhan karena safar, sakit dan lainnya bersegeralah untuk menggantinya. Tidak boleh menundanya hingga Ramadhan berikutnya tanpa adanya udzur.
Hukum mengqadha puasa dengan sebab yang dibolehkan, seperti udzur-udzur syar’i yang membolehkan seseorang untuk membatalkan puasa, atau yang diharamkan, seperti orang yang membatalkan puasanya dengan jima’, maka ia wajib melakukan qadha. Berdasarkan firman Allah SWT yang artinya:
“Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.” (QS. Al-Baqarah: 184)
Disunnahkan bagi mereka untuk segera membayar qadha’nya agar segera terbebas dari tanggungan.

Qadha disunnahkan untuk dilakukan dengan cara berturut-turut karena qadha mengikuti ada’ (ibadah tepat pada waktunya) menurut ijma'(kesepakatan para ulama’). Jika tidak menggadha dengan segera, ia wajib betekad untuk itu, dan boleh baginya mengundurkannya karena waktunya panjang.
Setiap kewajiban yang waktunya panjang, diperbolehkan mengundurkannya dengan tekad mengerjakannya, diperbolehkan untuk melakukannya secara terpisah-pisah tanpa berurutan.
Akan tetapi jika bulan Sya’ban tersisa sejumlah puasa yang harus digadha, ia wajib melakukan qadha dengan cara berurutan. Demikian menurut ijma’. Hal itu karena sempitnya waktu.
Tidak boleh menundanya hingga Ramadhan berikutnya tanpa adanya udzur. Berdasarkan ucapan Aisyah ra:
“Suatu ketika aku memiliki hutang puasa Ramadhan dan aku tidak bisa mengqadha puasa Ramadhan, melainkan pada bulan Sya’ban karena kesibukan melayani Rasulullah SAW,” (Muttafaqun `alaih).
Hadits ini menunjukkan bahwa waktu meng-qadha itu luas hingga bulan Sya’ban tidak tersisa selain sejumlah puasa yang ditinggalkan, maka wajib baginya berpuasa sejumlah hari itu sebelum Ramadhan berikutnya.
Jika mengakhirkan mengqadha puasa hingga tiba Ramadhan yang berikutnya, maka ia melakukan puasa Ramadhan yang tiba itu dan melakukan qadha hutang puasanya setelahnya. Kemudian, jika meninggalkannya karena adanya udzur sehingga la tidak bias meng-qadha di waktu yang ada itu, maka tiada lain wajib baginya kecuali qadha.
Jika meninggalkannya karena tanpa udzur, maka di samping meng-qadha ia wajib memberikan makanan setiap hari meng-qadha itu sebanyak setengah sha’ berupa makanan pokok di daerah tempat tinggalnya.
Orang yang meninggal dengan kewajiban qadha padanya sebelum tibanya bulan Ramadhan yang akan datang, maka tidak ada kewajiban atasnya karena ia menundanya dalam waktu yang diperbolehkan.
Jika meninggal setelah Ramadhan yang berikutnya dan menunda qadha karena adanya udzur, seperti, sakit atau dalam perjalanan hingga disusul dengan tibanya bulan Ramadhan berikutnya, maka ia tidak menanggung beban apa-apa juga.
Jika ia menundanya tanpa udzur apa pun, maka ia wajib membayar kafarat dengan cara mengeluarkan atas namanya makanan_untuk orang-orang miskin sejumlah hari puasa yang la tinggalkan
Barangsiapa meninggal dan masih menanggung puasa kafarat, seperti, puasa untuk kafarat dzihar atau puasa wajib sebagai dam haji tamattu’, maka harus memberi makanan atas namanya setiap hari satu orang miskin dan tidak perlu diqadha puasanya.
Pemberian makanan itu diambilkan dari harta peninggalannya karena puasanya adalah puasa yang sama sekali tidak bisa diwakilkan kepada orang yang masih hidup. Demikianlah pendapat mayoritas ahli ilmu. []
SUMBER: QURANDANSUNNAH
Muslim, Bersegeralah Membayar Qadha Puasa Ramadhan yang Tertinggal - Islampos

Sengaja Tinggalkan Puasa Ramadhan, Wajib Mengqadha setelah Taubat?
by yudi
sengaja tinggalkan puasa ramadhan
SEORANG yang meninggalkan puasa Ramadhan secara sengaja, atau berbuka di bulan Ramadhan secara sengaja tanpa ada alasan yang dibenarkan syari’at dalam kondisi dia mengingkari kewajibannya, maka dia kafir dengan ijma’ kaum muslimin.
Adapun seorang yang tidak berpuasa atau sengaja membatalkan puasanya tanpa ada sebab yang dibenarkan oleh syari’at, dalam kondisi dia masih meyakini akan kewajibannya, maka dia fasiq. Namun, jika dia bertaubat, apakah wajib baginya untuk mengqodho’ (mengganti) puasanya, atau cukup dengan taubat kepada Alloh saja?
Jumhur ulama’ (mayoritas ulama’) berpendapat, bahwa orang yang seperti ini wajib untuk bertaubat yang kemudian mengganti sejumlah puasa yang pernah dia tinggalkan atau pernah dia batalkan. Dan ini merupakan pendapat yang rajih (kuat).

Hal ini berdasarkan hadits Abu Huroiroh –radhiallohu ‘anhu- pada kisah seorang yang menjimaki istrinya di siang hari bulan Ramadhan. Dalam riwayat ini terdapat tambahan lafadz:

وَصُمْ يَوْمًا مَكَانَهُ

“Dan berpuasalah sehari sebagai gantinya.” [ HR. Ibnu Majah : 1671 dan dishohihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani –rahimahullah- ].

Dalam lafadz Abu Dawud masih dari Abu Huroiroh –radhiallohu ‘anhu- dengan kalimat:

“Makanlah (sedekah kurma ini) dan juga keluargamu, lalu puasalah sehari, serta minta ampun kamu kepada Alloh.” [HR. Abu Dawud : 2393 dan dishohihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah-].
Hadits di atas telah dishohihkan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar –rahimahullah-. Dalam hadits di atas, Nabi –shollallahu ‘alaihi wa sallam- memerintahkan seorang yang sengaja berbuka di siang hari bulan Ramadhan dengan menjimaki istrinya untuk mengqodho’ (mengganti)nya. Dan menjimaki istri, bukan termasuk udzur (alasan) yang dibolehkan oleh syari’at untuk membatalkan puasa. Maka orang ini dianggap tidak memiliki alasan untuk membatalkan puasanya dengan sengaja.
Hal ini menunjukkan, bahwa seorang yang sengaja tidak berpuasa atau sengaja membatalkan puasanya tanpa ada halangan yang dibenarkan syari’at, -dalam kondisi telah sampai ilmu kepadanya akan wajibnya puasa-, maka wajib untuk mengqodho’ sejumlah puasa yang telah ditinggalkan setelah taubat kepada Alloh.
Bahkan sebagian ulama’ telah menukil ijma’ (konsensus ulama’) dalam masalah ini. Diantaranya, apa yang dinyatakan oleh Al-Imam Ibnu Abdil Barr –rahimahullah- beliau berkata:
وأجمعت الأمة ونقلت الكافة فيمن لم يصم رمضان عامدا وهو مؤمن بفرضه وإنما تركه أشرا وبطرا تعمد ذلك ثم تاب عنه – أن عليه قضاءه
“Ulama’ umat telah bersepakat dan telah dinukil oleh seluruh ulama’, pada masalah seorang yang tidak berpuasa Ramadhan secara sengaja dalam keadaan dia beriman dengan kewajibannya. Dan dia meninggalkannya hanya karena keburukannya dan kesombongannya secara sengaja kemudian dia bertaubat dari hal itu, sesungguhnya wajib baginya untuk mengqodho’(menggantinya).” [Al-Istidzkar : 1/77].
Al-Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi –rahimahullah- berkata:
لا نعلم في ذلك خلافا لأن الصوم كان ثابتا في الذمة فلا تبرأ منه إلا بأدائه
“Kami tidak mengetahui adanya khilaf (perselisihan) ulama’ dalam hal itu (dalam perkara wajibnya mengqodho’ puasa Ramadhan bagi yang meninggalkannya dengan sengaja). Karena puasa merupakan perkara yang tetap (wajib) di dalam tanggungannya. Maka tidak akan lepas darinya kecuali dengan melakukannya…”[ Al-Mughni : 4/365 ].
Kewajiban mengqodho’ ini meliputi seorang yang secara asal tidak puasa –dalam kondisi telah sampai ilmu kepadanya akan wajibnya puasa Ramadhan, namun dia tidak mengingkarinya – ataupun seorang yang sudah masuk dalam ibadah puasa, lalu dia membatalkannya tanpa adanya udzur (alasan) yang dibolehkan oleh syari’at. []
Facebook: Abdullah Al Jirani
Sengaja Tinggalkan Puasa Ramadhan, Wajib Mengqadha setelah Taubat? - Islampos

Puasa Mutih, Adakah dalam Islam?
by Sodikin
Tidak Mampu Bayar Puasa, Bolehkah Diganti dengan Sedekah atau Fidyah?
TERDAPAT beberapa jenis ibadah puasa dalam Islam. Mulai dari puasa wajib di bulan Ramadhan, puasa nadzar, puasa sunah Senin-Kamis, puasa Daud, puasa hari Arafah, puasa 6 hari di bulan Syawal, puasa tiga hari di pertengahan bulan, dan sebagainya. Puasa-puasa tersebut jelas dalilnya dan ada tuntunannya dalam Islam.
Namun, di masyarakat kerap muncul jenis-jenis puasa lain yang tak jelas asal-usulnya dalam Islam, salah satunya adalah puasa mutih.
Puasa mutih, yaitu puasa untuk tidak makan dan minum pada siang hari. Dan saat berbuka, harus makan makanan yang tidak berasa, baik manis, asam, asin atau makanan yang bernyawa dan hanya minum air putih saja.
Puasa mutih juga berarti puasa atau berpantang makan dan minum apa saja kecuali nasi putih dan air putih. Biasanya puasa ini dikenal di lingkungan penganut kejawen dan praktisi supranatural dengan tujuan tertentu seperti mendapatkan Ilmu Gaib, keberhasilan, pengasihan, dikabul hajatnya dan lain-lain.
Puasa ini tidak ada tuntunannya dalam Islam karena hakikat puasa adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk mendapatkan ilmu gaib atau pengasihan. Belum lagi puasa seperti ini jelas menyulitkan dan menyiksa orang yang melakukannya karena ia bisa saja kekurangan nutrisi dan melemahkan tubuhnya.
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada tuntunannya dari kami maka tertolak. ” (HR. Muslim).
Maka dari itu, daripada melaksanakan puasa mutih yang tak jelas asal-usulnya lebih baik melaksanakan puasa sunnah yang sudah pasti dapat memberikan manfaat dan bernilai ibadah. Wallahualam. []
Puasa Mutih, Adakah dalam Islam? - Islampos

Peneliti Universitas California Buktikan Puasa Cegah Penuaan
by Sodikin

PARA peneliti di University of California – Irvine Campus (UCI), telah menemukan fakta bahwa puasa bermanfaat bagi jam sirkadian jantung dan otot rangka. Sehingga mengarah pada perlindungan terhadap penuaan, Science Daily melaporkan .

“Kami telah menemukan bahwa puasa memengaruhi jam sirkadian dan respons seluler berbasis puasa, yang bersama-sama bekerja untuk mencegah penuaan,” kata Paolo Sassone-Corsi dan Donald Bren, Profesor Biologi Kimia di Fakultas Kedokteran UCI.
“Otot rangka, misalnya, tampak dua kali lebih responsif terhadap puasa seperti jantung,” kata Corsi.
Studi yang dipublikasikan baru-baru ini tentang ‘Laporan Sel’ sangat penting tentang bagaimana nutrisi bisa memengaruhi jam di jaringan saraf tepi. Tidak jelas bagaimana puasa bisa mempengaruhi fungsi jam dan pada akhirnya mempengaruhi tubuh.
Jam sirkadian beroperasi di dalam tubuh dan organ-organnya sebagai mesin pengatur waktu intrinsik untuk menjaga keharmonisan atau homeostasis sebagai respons terhadap perubahan lingkungan.
Bagaimana Pengaruhnya?
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tikus yang puasa 24 jam. Saat berpuasa, para peneliti mencatat bahwa tikus menunjukkan pengurangan konsumsi oksigen (VO2 ), rasio pertukaran pernapasan (RER), dan pengeluaran energi.
Tim menemukan bahwa semua proses biologis ini benar-benar dihapuskan saat tikus kembali makan setelah berpuasa. Temuan ini sama dengan hasil yang diamati pada manusia.
“Puasa pada dasarnya mampu memprogram ulang berbagai respons seluler. Oleh karena itu, puasa optimal dalam waktu yang tepat akan strategis untuk secara positif mempengaruhi fungsi seluler dan pada akhirnya bermanfaat bagi kesehatan dan perlindungan terhadap penyakit yang terkait dengan penuaan, ” ungkap Sassone-Corsi.
Berpuasa adalah menahan diri dari makanan, minum, jima dari fajar hingga matahari terbenam. Puasa diwajibkan pada bulan Ramadhan selama 29 atau 30 hari dan merupakan rukun Islam yang keempat. Selain Ramadhan, umat Islam juga berpuasa pada kesempatan lain seperti puasa Sunnah pada hari-hari khusus seperti Ashura dan puasa sunah Senin dan Kamis, serta puasa nazar. []
SUMBER: ABOUTISLAM
Peneliti Universitas California Buktikan Puasa Cegah Penuaan - Islampos

Ini Kenapa Sebaiknya Kita Puasa Senin-Kamis
by Rifki M Firdaus
RASULULLAH Muhammad SAW senantiasa menghidupkan puasa sunnah pada hari Senin dan Kamis. Tahukah Anda, ternyata puasa senin-kamis mempunyai bermacam keutamaan dan keberkahan?
Inilah beberapa keutamaan dan keberkahan berpuasa pada hari Senin dan Kamis:
1. Pintu-pintu surga di buka pada dua hari tersebut, yaitu Senin dan Kamis. Pada saat inilah orang-orang Mukmin diampuni, kecuali dua orang Mukmin yang sedang bermusuhan.
Dalil yang menguatkan hal ini adalah hadits yang termaktub dalam shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Pintu-pintu Surga di buka pada hari Senin dan Kamis. Maka semua  hamba yang tidak menyekutukan Alloh dengan sesuatu apapun akan diampuni dosa-dosanya, kecuali seseorang yang antara dia dan saudaranya terjadi permusuhan. Lalu dikatakan, ‘Tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai, tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai, tundalah pengampunan terhadap orang ini sampai keduanya berdamai.” (HR. Muslim)

Keutamaan dan keberkahan berikutnya, bahwa amal-amal manusia diperiksa di hadapan Allah pada kedua hari ini. Sebagaimana yang terdapat dalam shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. Beliau bersabda:
“Amal-amal manusia diperiksa di hadapan Alloh dalam setiap pekan (Jumu’ah) dua kali, yaitu pada hari Senin dan Kamis. Maka semua hamba yang beriman terampuni dosanya, kecuali seorang hambayang di antaradia dan saudaranyaterjadi permusuhan…” (HR. Muslim)
Karena itu, selayaknya bagi seorang Muslim untuk menjauhkan diri dari memusuhi saudaranya sesama Muslim. Tidak memutuskan hubungan dengannya, ataupun tidak memperdulikannya dan sifat-sifat tercela lainnya. Sehingga kebaikan yang besar dari Allah Ta’ala ini tidak luput darinya.
2. Keutamaan hari Senin dan Kamis yang lainnya, bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam sangat antusias berpuasa pada kedua hari ini.
Dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, ia mengatakan,
“Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam sangat antusias dan bersungguh-sungguh dalam melakukan puasa pada hari Senin danKamis”. (HR. Tirmidzi, an-Nasa-i, Ibnu Majah, Imam Ahmad)
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menyampaikan alasan puasanya pada kedua hari ini dengan sabdanya,
“Amal-amal manusia diperiksa pada setiap hari senin dan Kamis, makaaku menyukai amal perbuatanku diperiksa sedangkanaku dalam keadaan berpuasa.”(HR. At Tirmidzi dan lainnya)
Dalam shahih Muslim dari hadits Abu Qatadah radhiallahu ‘anhu bahwaRasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam pernah ditanya tentang puasa hari Senin, beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam menjawab,
“Hari tersebut merupakan hari aku dilahirkan, dan hari aku diutus atau diturunkannya Al-Qur’an kepadaku pada hari tersebut.” (HR.Muslim)
Ash-Shan’ani rahimahullah berkata, “Tidak ada kontradiksi antara dua alasan tersebut.” (Lihat Subulus Salam)
Berdasarkan hadits-hadits di atas maka di sunnahkan bagi seorang Muslim untuk berpuasa pada dua hari ini, sebagai puasa tathawwu’ (sunnah).
3. Keutamaan lain yang dimiliki hari Kamis, bahwa kebanyakan perjalanan (safar) Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam terjadi pada hari Kamis ini.
Beliau menyukai keluar untuk bepergian pada hari Kamis. Sebagaimana tercantum dalam Shahih Bukhari bahwa Ka’ab bin Malik radhiallahu ‘anhu mengatakan:
“Sangat jarang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam keluar (untuk melakukan perjalanan) kecuali pada hari Kamis.”
Dalam riwayat lain juga dari Ka’ab bin Malik radhiallahu ‘anhu:
“Bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam keluar pada hari Kamis di peperangan Tabuk,dan (menang) beliau suka keluar (untuk melakukan perjalanan) pada hari Kamis,” (HR.Bukhari). []
Ini Kenapa Sebaiknya Kita Puasa Senin-Kamis - Islampos

Ini Puasa-puasa Sunah yang Diwasiatkan Rasulullah ﷺ, tapi Terlupakan
by uhyaaha
Anjuran Puasa di Bulan Muharram
BANYAK sekali sunnah Rasulullah yang ditinggalkan orang muslim saat ini. Salah satunya yaitu amalan sunnah ayyamul bidh. Amalan yang bahkan Rasul pun mewasiatkannya.
Sebagai seorang muslim sudah sepatutnya kita mencontoh kepada Rasulullah dalam melakukan berbagai amalan juga dalam menjalankan sunnah yang ada. Dan, yang utama adalah melakukan puasa pada ayyamul bidh atau yang sering dikenal dengan puasa pertengahan bulan (13, 14, 15 hijriyah).
Selain itu banyak dalil yang menjelaskan tentang puasa Ayyamul bidh. Diantaranya adalah:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:


أَوْصَانِى خَلِيلِى بِثَلاَثٍ لاَ أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَصَلاَةِ الضُّحَى ، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ
“Kekasihku (yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) mewasiatkan padaku tiga nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati: [1] berpuasa tiga hari setiap bulannya, [2] mengerjakan shalat Dhuha, [3] mengerjakan shalat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari no. 1178)
Mu’adzah bertanya pada ‘Aisyah:
أَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ قَالَتْ نَعَمْ. قُلْتُ مِنْ أَيِّهِ كَانَ يَصُومُ قَالَتْ كَانَ لاَ يُبَالِى مِنْ أَيِّهِ صَامَ. قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
“Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa tiga hari setiap bulannya?” ‘Aisyah menjawab, “Iya.” Mu’adzah lalu bertanya, “Pada hari apa beliau melakukan puasa tersebut?” ‘Aisyah menjawab, “Beliau tidak peduli pada hari apa beliau puasa (artinya semau beliau).” (HR. Tirmidzi no. 763 dan Ibnu Majah no. 1709. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.)
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُفْطِرُ أَيَّامَ الْبِيضِ فِي حَضَرٍ وَلَا سَفَرٍ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada ayyamul biidh ketika tidak bepergian maupun ketika bersafar.” (HR. An Nasai no. 2345. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. Lihat Ash Shohihah no. 580.)
Dari Abu Dzar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padanya:
يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا صُمْتَ مِنَ الشَّهْرِ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ فَصُمْ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ
“Jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriyah).” (HR. Tirmidzi no. 761 dan An Nasai no. 2424. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
صَوْمُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ صَوْمُ الدَّهْرِ كُلِّهِ
“Puasa pada tiga hari setiap bulannya adalah seperti puasa sepanjang tahun.” (HR. Bukhari no. 1979)
Ada pelajaran yang harus kita ketahui mengenai puasa ayyamul bidh, yakni:
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin menjelaskan, “Puasa tiga hari setiap bulannya boleh dilakukan pada sepuluh hari pertama, pertengahan bulan atau sepuluh hari terakhir dari bulan Hijriyah, atau pula pada setiap sepuluh hari tadi masing-masing satu hari. Puasa tersebut bisa pula dilakukan setiap pekan satu hari puasa. Ini semuanya boleh dan melakukan puasa tiga hari setiap bulannya ada keluasan melakukannya di hari mana saja. Oleh karena itu, ‘Aisyah mengatakan, “Beliau tidak peduli pada hari apa beliau puasa (artinya semau beliau di awal, pertengahan atau akhir bulan hijriyah).”  (Syarh Riyadhus Sholihin, 3/470)
Hari yang utama untuk berpuasa adalah pada hari ke-13, 14, dan 15 dari bulan Hijriyah yang dikenal dengan ayyamul biid. Ada pula yang mengatakan bahwa ayyamul biid adalah hari ke-12, 13 dan 14. Namun pendapat pertama tadi lebih kuat.
Hari ini disebut dengan ayyamul biid (biid = putih, ayyamul = hari) karena pada malam ke-13, 14, dan 15 malam itu bersinar putih dikarenakan bulan purnama yang muncul pada saat itu.
Selain itu juga banyak faedah yang didapat apabila kita menjalankan puasa sunnah ayyamul bidh. Diantaranya adalah:
Pertama, menghidupkan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnah dari sunnah-sunnahku, kemudian diamalkan oleh manusia, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-orang yang mengamalkannya, dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikit pun.“ (HR Ibnu Majah (no. 209), pada sanadnya ada kelemahan, akan tetapi hadits ini dikuatkan dengan riwayat-riwayat lain yang semakna, oleh karena itu syaikh al-Albani menshahihkannya dalam kitab “Shahih sunan Ibnu Majah” (no. 173).
Kedua, melakukan puasa tiga hari setiap bulannya seperti melakukan puasa sepanjang tahun karena pahala satu kebaikan adalah sepuluh kebaikan semisal. Berarti puasa tiga hari setiap bulan sama dengan puasa sebanyak tiga puluh hari setiap bulan. Jadi seolah-olah ia berpuasa sepanjang tahun. (Lihat penjelasan Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin di Syarh Riyadhus Sholihin, 3/469.)
Ketiga, memberi istirahat pada anggota badan setiap bulannya. Karena setiap hari organ tubuh kita bekerja tanpa henti, terlebih khusus pada organ pencernaan kita. Sudah seharusnya kita memberikan jeda, agar tubuh kita selalu sehat.
Seorang muslim yang mengaku cinta kepada Rasulullah sudah semestinya selalu berusaha menjalankan dan menghidupkan sunnah beliau. Karena konsekuensi utama seorang yang mengaku mencintai beliau  adalah selalu berusaha mengikuti semua petunjuk dan perbuatan beliau. []
SUMBER: RUMAYSHO
Ini Puasa-puasa Sunah yang Diwasiatkan Rasulullah ﷺ, tapi Terlupakan - Islampos

Peneliti Sebut Puasa Senin-Kamis Picu Proses Protektif di Otak
by Rifki M Firdaus
Tidak Mampu Bayar Puasa, Bolehkah Diganti dengan Sedekah atau Fidyah?
BERPUASA boleh dibilang sudah lama diketahui sangat baik untuk kesehatan. Tapi, sekarang manfaat berpuasa untuk kesehatan makin terbukti secara ilmiah. Bahkan para peneliti menyarankan bahwa ada baiknya mulai kembali berpuasa, karena terbukti puasa dua hari dalam satu pekan sangat bermanfaat untuk kesehatan hormon dan perubahan metabolisme.

Saat ini ada bukti kuat bahwa berpuasa dua hari sangat baik. Puasa yang dimaksud di sini adalah mengonsumsi makanan hanya sekitar 500-800 kalori. Bandingkan dengan asupan harian sekitar 2.000 kalori untuk perempuan dan 2.500 kalori untuk pria.

Asupan itu bisa menurunkan tingkat pertumbuhan hormon yang terkait dengan kanker dan diabetes. Tak ketinggalan juga, mengurangi kolesterol buruk LDL dan lemak dalam darah. Sedangkan radikal bebas juga menurun. Dari hasil penelitian ini juga terbukti bahwa tingkat peradangan dapat berkurang. Bahkan, disebutkan pula berpuasa dapat melindungi otak. Maka, risiko penyakit degeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson pun bisa dikurangi.
“Menurunkan secara drastis asupan makanan memicu proses protektif di otak,” ujar Profesor Mark Mattson, kepala bagian saraf di US National Institute on Ageing. ”Ini sama dengan mendapatkan efek tambahan ketika olahraga,” ujarnya.
Kesimpulan itu diperoleh dari hasil penelitian terhadap sekelompok perempuan yang mengalami obesitas dan kelebihan berat badan yang menjalani diet 1.500 kalori sedangkan kelompok lain hanya 500 kalori selama dua hari.
Ternyata, hasilnya menggembirakan. Kedua kelompok memang mengalami penurunan berat badan. Namun, kelompok yang berpuasa (asupan 500 kalori) ternyata mengalami kemajuan yang lebih pesat. Menurut peneliti, mereka mengalami peningkatan sensitivitas insulin. Ini berarti mereka punya kendali tingkat gula darah yang lebih baik.
Jadi, tunggu apalagi? Ayo, puasa Senin-Kamis. []
Peneliti Sebut Puasa Senin-Kamis Picu Proses Protektif di Otak - Islampos

April 01, 2019 18:19 MYT
S$1,000 (RM3,013)
Mau Mengqadha Puasa? Ini Aturannya
by Eneng Susanti
Tunda Puasa Qadha Bertahun-tahun, Ini Konsekuensinya
DATANGNYA Ramadhan 1440 hijriah tinggal menghitung hari. Sudahkah anda membayar qadha puasa tahun lalu?
Jika belum, manfaatkanlah bulan Rajab ini untuk segera melunasi hutang puasa tersebut. Apalagi, bulan Rajab sudah hampir tiba di penghujung.
Nah, bagi yang ingin segera mengqadha puasa, ada beberapa aturan yang perlu diketahui. Apa saja?
Berikut ini aturan dalam mengqadha puasayang perlu diketahui:
Pertama, sebagaimana puasa Ramadhan, qadha juga tidak boleh dibatalkan kecuali ada uzur tertentu yang membolehkan.
Kedua, qadha boleh dibayar secara terpisah. Maksudnya, tidak diwajibkan puasa qadha secara berturut-turut. Ini didasarkan pada perintah yang tercantum dalam QS Al Baqarah: 184-185).
“Hendaklah mengqadha (mengganti puasa) di hari lainnya.” (QS Al Baqarah: 184-185)
Ketiga, menjalani puasa qadha juga wajib dengan niat sebagaimana diwajibkan dalam puasa Ramadhan. Dalam hadis disebutkan:

“Barang siapa yang tidak berniat di malam hari sebelum fajar, maka tidak ada puasa untuknya.” (HR An Nasa’i no 2331, dari Hafshoh binti Umar)
Kelima, Jika ada yang melakukan qadha lalu berhubungan intim di siang hari, maka tidak ada kewajiban kafarat, yang ada adalah qadha disertai taubat. Sebab, kafarat hanya berlaku jika hal itu terjadi saat menjalankan puasa Ramadhan saja.
Kelima, qadha hanya dilakukan sebanyak jumlah hari puasa Ramadhan yang batal. Bukan dua kali lipatnya seperti anggapan orang. []
Sumber: Bulan Rajab antara Sunnah dan Bid’ah/Karya: Muhammad Abduh Tuasikal/Penerbit: Rumaysho
https://www.islampos.com/mau-mengqadha-puasa-ini-aturannya-141916/?

Tunda Puasa Qadha Bertahun-tahun, Ini Konsekuensinya
by Eneng Susanti

QADHA, merupakan puasa yang wajib dilakukan oleh semua muslim yang punya utang puasa Ramadhan. Puasa Qadha harus dituntaskan sebelum Ramadhan berikutnya datang.
Nah, bagaimana jika qadha itu ditunda hingga tahun depan atau tahun depannya lagi?
Dalam hal ini ulama 4 mazhab punya beberapa pandangan berbeda. Bukan hanya soal hukumnya,melainkan juga soal konsekuensi yang harus ditanggung oleh si penunda puasa qadha tersebut.
Berikut ini penjelasannya:

1Hukumnya

Jika sebelum bulan Ramadhan masih ada sisa hari yang cukup untuk meg-qadha puasa tahun lalu, qadha itu wajib ditunaikan secepatnya. Ini lah pandangan ulama dari mazhab Maliki, Syafi’i dan Hanbali. Sedangkan menurut mazhab Hanafi, hal tersebut tidak wajib, hanya disunahkan saja.

2Konsekuensi menunda qadha hingga lebih dari satu tahun

Siapayang menunda qadha puasa hingga melebihi tahun kedua, maka di samping wajib qadha, dia wajib membayar fidyah. Yaitu, memberi makan kepada satu orang miskin, sekali sehari (sesuai jumlah hari yang wajib qadha). Demikian pandangan mazhab Maliki, Syafi’i dan Hanbali.
Sedangkan, jika dia bisa melakukan qadha sebelum datang bulan Ramadhan tahun depan, tetapi dia sengaja tidak melakukannya. Maka, dia wajib membayar fidyah. Demikian pendapat keempat mazhab.
Nah, jika ingin melakukan qadha beberapa tahun selanjutnya, selain wajib qadha dia juga harus membayar fidyah (sesuai jumlah hari yang wajib diqadha-nya). Ini menurut mazhab Hanafi, Maliki dan Hanbali.
Sedangkan menurut mazhan Syafi’i, dia wajib qadha dan membayar fidyah sebanyakjumlah hari yang wajib diqadha-nya, dikalikan jumlah tahun yang sudah terlewati olehnya. Contoh: si A punya tanggungan qadha 10 hari, dan baru akan melaksanakan qadha 5 setelah lewat 5 tahun, maka, diawajib membayar fidyah sebanyak 50 hari (5×10). []
Sumber: Rahasia Puasa Menurut 4 Mazhab/Karya: DR. Thâriq Muhammad Suwaidân/Penerbit: Maghfirah Pustaka/Tahun: 2013
Tunda Puasa Qadha Bertahun-tahun, Ini Konsekuensinya - Islampos

Sudah Bayar Fidyah, Haruskah Mengqadha Juga?
by Saad Saefullah
Sudah Bayar Fidyah, Haruskah Mengqadha Juga?
TANYA: Apakah setelah membayar fidyah masih harus melakukan qadha?

Jawab: Berkenaan dengan membayar fidyah atau qadha, keduanya dilakukan secara terpisah. Artinya ketika membayar fidyah, hanya fidyah saja.
Dan begitu sebaliknya, jika melakukan qadha berarti hanya melakukan qadha saja. Tidak diwajibkan untuk membayar qadha jika sudah dilaksanakannya fidyah. Wallahu a’lam. []
Sudah Bayar Fidyah, Haruskah Mengqadha Juga? - Islampos

Apa Hikmah Tidak Makan dan Minum saat Puasa?
by Sodikin
Studi: Berpuasa Bikin Awet Muda
TANYA
Kenapa dalam berpuasa kita tidak boleh makan dan minum? Apakah maksud dan tujuan dari berpuasa ini adakah pengaruhnya bagi kesehatan tubuh manusia?
JAWAB
Jika kita pelajari lebih dalam semua perintah dalam Islam maka pasti mempunyai tujuan kesehatan. Telah kita ketahui bahwa kandungan air dalam tubuh manusia mencapai 71 persen berat badan orang dewasa. Jumlah ini dapat dibagi menjadi dua:
-Bagian di dalam sel-sel
-Bagian di luar sel-sel (di dalam jaringan otot, pembuluh darah, getah lambung, dan sebagainya)
Di antara kedua bagian tersebut terdapat keseimbangan yang sangat teliti. Terkadang perubahan terjadi pada proses penempatan cairan, khususnya sodium, yang selalu berada pada cairan luar sel, dan selalu merangsang terjadinya dua proses dalam tubuh yakni:
-Proses pengeluaran hormon-hormon penghambat kelancaran air seni
-Proses rasa haus
Kedua proses itulah yang membantu menjaga stabilitas jumlah air dalam tubuh khususnya dalam kondisi mendesak. Itu terjadi dengan merangsang hormon-hormon penghambat air seni untuk menambah reaksi dan pengosongan pipa-pipa serta saluran yang tersambung dengan ginjal, sehingga akan membantu penyerapan air dan mengurangi pengeluarannya. Dalam waktu bersamaan, keduanya membantu konsentrasi sodium di luar sel-sel sehingga semakin sodium dari ginjal secara khusus akan berkurang pada siang hari.

Sedangkan mengonsumsi air pada saat pemberhentian asupan makanan ke dalam tubuh, akan menyebabkan menurunnya fungsi eksosmosis pada cairan di luar sel-sel. Hal ini yang nantinya akan menekan pegeluaran hormon penghambat air seni/ sehingga cairan dalam bentuk air seni akan keluar dari tubuh dalam jumlah yang lebih yang lebih banyak bersamaan dengan apa-apa yang menyertainya, seperti cairan sodium dan berbagai cairan lainnya. Dalam kondisi ini, kesehatan manusia akan terancam jika cairan-cairan yang telah keluar tidak segera tergantikan.
Unsur sodium adalah zat penting dalam dalam membangun voltase (energi listrik) melalui dinding-dinding sel saraf dan sel-sel lainnya. Sodium juga memiliki peran biologis dalam merangsang dan mengencangkan otot. Kekurangan sodium akan menyebabkan kelemahan diseluruh tubuh.
Di sini kita dapat menemukan hikmah pelarangan minum air pada saat berpuasa. Karena larangan tersebut dapat melindungi tubuh dari terbentuknya batu ginjal akibat kelebihan sodium. Kelebihan ini akan menghalangi proses pelarutan cairan urine yang dapat mengakibatkan membantunya saluran kencing.
Secara ilmiah juga telah dibuktikan, bahwa puasa dapat melindungi tubuh dan menyelamatkannya dari bahaya penumpukan racun dalam sel dan jaringan otot akibat polusi lingkungan, konsumsi obat-obatan, dan menghirup udara yang tercemar racun.
Puasa juga terbukti dapat memperkuat pertahan tubuh. Di mana indikator kinerja sel-sel lymphoid akan membaik sepuluh kali lipat. Rangsangan seks juga akan semakin berkurang, khususnya bagi mereka yang belum menikah.
Gejala ini kian mempertegas muatan mukjizat yang terkandung pada sabda Rasulullah SAW: “Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian mampu menikah, maka menikahlah (segera). Karena menikah dapat lebih menutup pandanganmu dan lebih menjaga kemaluanmu. Dan barangsiapa belum mampu, maka hendaknya ia berpuasa. Karena itu akan lebih menjaganya.”
Puasa secara alami kan mengatur dan meredakan gairah. Hal itu juga akan dapat memperkuat pertahanan agama dan kesehatannya. Selain itu, ditemukan pula adanya relasi antara rasa haus dan glycogenolysis. Rasa haus akan menyebabkan keluarnya zat-zat adaptasi dan kekuatan rasa haus merupakan efek dari hormone “ angiotnesin” dan vasproressin” (Hormon penekan pembuluh darah).
Kedua hormon tersebut akan mengakibatkan glycogenolsis dalam salah satu fase pelarutannya pada sel-sel. Setiap kali haus bertambah, maka bertambah pula produksi kedua hormon tersebut dalam jumlah besar, dan yang akan memberi suplai tenaga untuk tubuh, terlebih pada saat penghabisan hari puasa.
Puasa a la Islam pernah dicoba pada binatang. Hasilnya membuktikan, puasa akan berpengaruh pada perbaikan cara belajar dan kekuatan memori. Ia juga dapat membantu memeperlancar aktivitas ginjal.
Kemudian, menghentikan minum air pada saat puasa akan membantu kinerja pembuluh darah dan sel-sel darah merah. Terkadang puasa juga berperan  penting dalam mengobati berbagai kasus kemandulan atau rutinitas haid, membantu pengaturan kehamilan, merangsang berbagai hormon di dalam tubuh, dan menambah respon kelenjar di bawah otak.
Pada umumnya, puasa juga berpengaruh terhadap kinerja beberapa hormon dalam mempengaruhi  pelepasan asam lemak yang bebas. Selain menjaga tubuh dari ancaman maag, puasa juga akan mempermudah proses kelahiran.
Fakta lain tentang ke-Maha Besar-an Sang Pencipta, bahwa tubuh manusia elah diciptakan oleh Allah dengan dibekali kemampuan untuk memproduksi air. Hal itu terjadi melalui berbagai perubahan dan proses-proses kimia yang terjadi di seluruh jaringan tubuh, dan juga melalui proses-proses penyerapan gizi. Ia pun melahirkan energi pada hati, ginjal, otak, dan darah.
Karenanya, hampir seluruh sel di dalam tubuh mengandung komponen-komponen air yang oleh para ilmuwan diperkirakan mencapai angka antara 3,5 liter air. Cairan ini disebut netral.
Allah SWT juga telah menciptakan air bagi manusia dan makanan di dalam tubuh. Saat masing masing asam lactic dan asam pyruvate yang dihasilkan oleh okside lukos mulai berubah dan kembali menjadi glukosa pada saat sisa-sisa makanan dan kotoran mulai menuju hati, maka air akan digunakan sebagai alat untuk memproduksi ulang glukosa. Para ilmuwan memperkirakannya setiap glukosa baru dapat terproduksi hingga 36 gram.
Dapat dengan jelas kita lihat mukjizat dalam ungkapan Rasulullah SAW pada hadits-haditsnya, khususnya pada saat beliau menganjurkan agar tidak memaksa orang sakit untuk makan dan minum. Beliau bersabda “ Janganlah kamu sekalian memaksa orang-orang sakit untuk makan dan minum. Sesungguhnya Allah SWT memberi makan dan minum.“ (HR. Ibnu Majah dan Al-Hakim).
Sungguh benar Rasulullah SAW, di dalam puasa terdapat indikasi penyembuhan batin dan fisik sekaligus. Penyembuhan secara batin dapat terlihat pada anjuran untuk bersedekah, taat kepada Allah SWT menghindari kesombongan dan mendidik kesabaran
Sedangkan penyembuhan fisik, sebagian ulama mengatakan, “Sesungguhnya kenyang itu adalah sungai di dalam tubuh yang diinginkan oleh setan. Sementara, haus dan lapar adalah sungai di dalam jiwa dan diinginkan oleh para malaikat. Setan akan terkalahkan oleh seorang yang sedang lapar, haus, dan tidur, lebih-lebih jika ia sedang tidur?”
Dzu Nun Al Mishri mengatakan, “Tidak pernah aku  makan sampai kenyang atau minum sampai kenyang, kecuali kau telah atau hendak melakukan maksiat.
Luqman mengatakan kepada putranya, “Wahai anakku, jika perut telah penuh, pikiran pun akan tertidur, dan seluruh anggota tubuh akan terlepas dari ibadah.” []
Apa Hikmah Tidak Makan dan Minum saat Puasa? - Islampos

Apakah Penderita Stroke tetap Wajib Puasa?
by Sodikin
Apakah Puasa 6 Hari Syawal Harus Berurutan?
TANYA:
Ada seorang wanita terkena penyakit stroke (penyumbatan pembuluh darah) dan dokter melarangnya untuk berpuasa, apakah tetap wajib puasa?
Jawab:
ALLAH SWT berfirman, “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur,” (QS Al-Baqarah [2]: 185).
Jika seseorang ditimpa penyakit yang sulit disembuhkan, maka dia boleh menggantinya dengan memberi makan setiap hari seorang miskin. Bagaimana cara memberinya; yaitu dengan membagikan beras kepada mereka dan lebih baik jika diikuti dengan lauk pauknya sekalian, atau mengundang orang-orang miskin untuk makan siang atau makan malam.
Begitulah cara orang sakit yang sulit disembuhkan mengganti puasanya. Sedangkan wanita yang ditimpa penyakit stroke seperti yang disebutkan penanya, harus memberikan makanan setiap hari seorang miskin. []
Apakah Penderita Stroke tetap Wajib Puasa? - Islampos

Mekkah dan Madinah Terlindung dari Dajjal di Akhir Zaman
by Saad Saefullah
Gurung, Masuk Islam Setelah Berpuasa di Bulan Ramadhan
DAJJAL berkeinginan memasuki kota Madinah namun ia tidak bisa karena Allah melindungi kota Mekkah dan Madinah dari Dajjal dan penyakit tha’un (wabah).

Allah menugaskan penjagaan Mekkah dan Madinah kepada para malaikat. Dalam Shahih al-Bukhari diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda, “Di setiap pojok Madinah ada malaikat, sehingga wabah penyakit dan Dajjal tak dapat memasukinya.”

Bukhari juga meriwayatkan hadis dari Anas ibn Malik bahwa Nabi SAW bersabda, “Almasih (Dajjal) tak dapat memasuki Madinah. Pada saat itu Madinah memiliki tujuh pintu, dan setiap pintunya ada dua malaikat.”


Dalam Sunan at-Tirmidzi dan Musnad Ahmad diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda, “Almasih datang dari arah timur, dan ia ingin menuju Madinah. Setiap celah kota Madinah dijaga oleh para malaikat. Dajjal singgah di tanah kosong yang tandus, lalu mengguncang Madinah tiga kali sehingga setiap orang kafir dan munafik keluar menghadapnya.”
Dalam Sunan Ibn Majah, Shahih Ibn Khuzaimah, dan Mustadrak al-Hakim diriwayatkan dari Abu Umamah bahwa Nabi SAW bersabda, “Tak ada tempat di muka bumi yang tidak diinjak dan di duduki Dajjal, kecuali Mekkah dan Madinah. Ia mendatangi setiap celah kedua kota itu, namun malaikat selalu menemuinya dengan pedang.

“Akhirnya ia singgah di Dharib Ahmar, di persimpangan tanah kosong yang tandus. Lalu Madinah diguncang tiga kali sehingga semua orang munafik, baik laki-laki maupun perempuan, keluar menuju Dajjal.
“Dengan demikian, yang jelek keluar dari Madinah sebagaimana kipas tungku api membersihkan kotoran besi. Hari itu disebut pembersihan.” Ada yang bertanya, “Dimana orang Arab saat itu?” Jawab beliau, “Pada saat itu mereka sedikit…” []
Sumber: Ensiklopedia Kiamat/ Karya: Dr. Umar Sulayman al-Asykar/Penerbit: Serambi
Saad Saefullah, Author at Islampos
https://www.islampos.com/mekkah-dan-madinah-terlindung-dari-dajjal-di-akhir-zaman-2-137566/?

Dukhan, Ditakuti Dajjal, Kenapa?
by Saad Saefullah
Merokok, Membatalkan Wudhu?
MENJELANG berakhirnya zaman ini, akan datang sesosok manusia yang membawa malapetaka. Dialah Dajjal, orang yang menunjukkan pada kebenaran padahal sejatinya itu jalan yang salah. Hanya orang-orang yang tak mampu menguatkan keimanannya saja yang mampu tergoda olehnya.

Layaknya manusia biasa, Dajjal pun memiliki suatu hal yang disenangi dan ditakuti. Jika kita berbicara tentang kesenangannya, mungkin itu sudah biasa, yakni ia sangat senang jika banyak orang yang mengikuti jejaknya. Lalu, apa ya yang ditakuti olehnya?

Adanya al-Malhamah berupa jatuhnya meteor ke bumi, menyebabkan ledakan yang dahsyat sehingga debu-debu berterbangan membentuk kabut/ asap atau dukhan. Hal inilah yang menyebabkan Dajjal menjadi cacat dan pasukannya hancur lebur di medan Armageddon. Inilah janji nubuat yang paling ditakuti Dajjal. Oleh karena itu, ketika Rasulullah ﷺ mendatangi Ibnu Shayyad untuk menguji apakah dia Dajjal atau bukan, maka Rasulullah menanyakan tentang perkara dukhan (kabut).
Imam Ahmad dalam musnadnya meriwayatkan bahwa Abu Dzar RA berkata, “Kemudian Rasulullah bertanya kepadanya (Ibnu Shayyad), ‘Sesungguhnya saya menyembunyikan sesuatu kepadamu.’ Dia (Ibnu Shayyad) berkata, ‘Engkau menyembunyikan bagian depan hidung dan mulut kambing serta ad-dukh (asab) kepadaku’.” Kata Abu Dzar, “Ia hendak mengucapkan ad-dukhaan (asap/kabut) tetapi tidak dapat, lalu ia mengucapkan ad-dukh, ad-dukh.”
Yang dimaksud dengan ad-dukhan di sini adalah firman Allah SWT dalam Al-Quran surah ad-Dukhan ayat 10-12, “Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut (dukhan) yang nyata. Yang meliputi seluruh manusia. Inilah azab yang pedih.”
Teks hadis di atas menunjukkan bahwa Rasulullah mengetahui tentang hakekat Dajjal. Rasulullah sangat memahami bagaimana menguji seseorang itu Dajjal atau bukan, yaitu dengan menanyakannya tentang dukhan . Terlepas bahwa Ibnu Shayyad itu Dajjal atau bukan, bahwa perkara yang paling ditakuti Dajjal adalah munculnya dukhan. Dengan munculnya dukhan inilah, maka Dajjal menjadi ‘terhapus’ (cacat), yaitu buta sebelah, terdapat tulisan kafir di dahinya. Oleh karena itu, Dajjal dinamakan Almasih ‘terhapus’ karena Dajjal terhapus, yaitu terhapus fisiknya dari normal menjadi cacat.
Begitu juga seluruh orang kafir serta orang Yahudi yang berada di Khurasan. Tubuh mereka dari kepala sampai kaki mengalami pembengkakan. Sebagaimana disebutkan dlam hadis riwayat Ahmad bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Dajjal akan keluar di bumi bagian timur yang disebut Khurasan. Ia takuti oleh beberapa oleh beberapa kaum yang wajah mereka seperti perisai yang dipukuli.”
Dalam hadis tersebut disebutkan bahwa Dajjal akan muncul dari Khurasan dengan diikuti oleh beberapa kaum yang wajahnya seperti perisai yang dipukuli. Maksud dari kalimat wajahnya seperti perisai yang dipukuli adalah menggambarkan bahwa wajah mereka bengkak-bengkak akibat al-Malhamah dan dukhan. Bekas bengkak-bengkak di seluruh tubuhnya itulah yang ketika sembuh menyebabkan wajah mereka bengap, seperti habis dipukuli, benjol-benjol.
Kemunculan Dajjal dalam keadaan cacat yang disebabkan dukhan dari al-Malhamah tersebut sesuai dengan hadis riwayat Muslim dan Ahmad dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya Dajjal akan kaluar karena suatu kemarahan.” Artinya, Dajjal akan keluar karena adanya kemarahan. Yang dimaksud kemarahan di sini adalah al-Malhamah (huru hara besar sebelum kiamat/ kemarahan besar). []
Referensi: Armageddon Peperangan Akhir Zaman Menurut Al-Quran, Hadis, Taurat dan Injil/Karya: IR. Wisnu Sasongko, M.T/Penerbit: Gema Insani
Dukhan, Ditakuti Dajjal, Kenapa? - Islampos

Hari yang Panjang di Masa Dajjal
by Saad Saefullah
Hari yang Panjang di Masa Dajjal
DARI beberapa hadis dapat di jelaskan bahwa dalam masa kehidupan dajjal nantinya ada tiga hari yang panjang seperti hadis berikut ini.
“Kami bertanya kepada Rasulullah: ‘Wahai Rasulullah, berapa lama ia hidup dan tinggal di muka bumi?’. Beliau bersabda: ‘Selama empat puluh hari. Sehari seperti satu tahun, sehari seperti laksana satu bulan, sehari seperti satu pekan, lalu seluruh hari harinya seperti hari hari kalian’. Kami  kemudian bertanya kepada Rasulullah: ‘Wahai Rasulullah, sehari yang seperti satu tahun itu, apakah kita cukup shalat sehari saja?’. Jawab Rasul: ‘Tidak, tapi ukurlah seperti hari hari biasa’,” (HR Muslim).
Hadis tersebut sudah sedemikian jelasnya, hanya saja sebagian mereka mereka menolak hadis tersebut dikarenakan dianggap tidak masuk akal. Dalam masa hidup dajjal yang hanya 40 hari, ada tiga hari yang panjang, ada satu hari yang panjang seperti satu tahun, ada yang seperti satu bulan dan ada yang seperti satu minggu. Panjang di sini tentu panjang yang hakiki, dan bukan panjang secara kiasan, apalagi mengingkari hadis tersebut.
Jika seandainya bukan secara lahiriah yang harus dipahami, maka artinya apa pertayaan sahabat tersebut? Bahwasanya pertayaan itu lahir atas keyakinan sahabat terhadap apa yang Rasulullah katakan. Dan jawaban beliau membuktikan bahwa memang secara lahiriahlah yang Allah maksudkan. Jika bukan, tentunya beliau tidak akan menjawab seperti itu, dan pastinya akan menjelaskan kepada mereka bahwa pemahaman mereka salah.
Lantas, bagaimana satu contoh hari yang panjang seperti satu tahun? Mengenai hal ini ada dua kemungkinan. Pertama, bumi berjalan lambat sehingga untuk mencapai titik yang sama diperlukan waktu satu tahun. Kedua, bumi berhenti berputar mengelilingi matahari hingga berputar kembali setelah masa yang dijelaskan Rasulullah. Jika kita lihat hadis-hadis  shahih, maka sepertinya kita tak akan menjumpainya. Sedangkan jika dilihat dari hadis hadis yang dhaif, maka matahari berhenti berputar. Terlepas dari semua itu, yang jelas Rasulullah memerintahkan kita agar shalat disesuaikan.
Begitu juga terlepas dari itu semua, apakah bumi berhenti berputar atau bumi berjalan lambat, yang jelas itu semua jauh lebih mengerikan daripada sekadar matahari terbit dari barat. Oleh karena itulah ada beberapa hadis shahih yang menjelaskan bahwa yang pertama kali terjadi dari sepuluh tanda kiamat besar adalah terbitnya matahari dari barat. Oleh karena itu pula Rasulullah menjelaskan bahwa ada tiga hal yang apabila hal itu terjadi, maka tidak akan diterima orang yang baru beriman dan yang belum sempat mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Wallahu a’lam. []
SUMBER: AKHIR ZAMAN
Hari yang Panjang di Masa Dajjal - Islampos

Mah Kenapa Jasad Kakek Tidak Hancur?
by Saad Saefullah
Buah Iman dan Ihtisab
USAI melaksanakan pengajian bahtsul masail di kantor MWCNU Dawuan, Subang, Jawa Barat yang digelar tiap Sabtu, Ketua MWCNU setempat, Ajengan Toto Ubaidillah Haz mengutip sebuah keterangan yang menyatakan bahwa di liang kubur jasad seorang hafidh (penghafal) Al-Qur’an akan tetap utuh.
Mengenai hal ini, pria yang akrab disapa Kang Toto itu mengisahkan pertemuannya dengan Bu Supaedah. Ia adalah anak seorang hafidh Al-Qur’an yang saat ini berprofesi menjadi bidan di sebuah klinik. Pertemuan itu terjadi beberapa waktu lalu saat Kang Toto mengantar anaknya berobat. Dalam pertemuan itu keduanya berdialog cukup serius.
“Pak Ustadz, kira-kira kemana kalau mau mesantrenin anak ya?” tanya bidan Supaedah
Pria yang akrab disapa Kang Toto itu menjawabnya dengan pertanyaan, “Memangnya ibu maunya di pesantren daerah mana?”

Bidan Supaedah menjawab bahwa ia asli Cirebon dan menginginkan anak-anaknya bisa masuk pesantren yang ada di daerah Cirebon supaya bisa dekat dengan keluarga besarnya. Selain itu, ia pun menegaskan bahwa pesantren yang diinginkannya adalah pesantren tahfidh Al-Qur’an.

“Kalau pesantren Al-Qur’an ada di Kaliwadas Cirebon, Pesantrennya Uwa saya almarhum KH Nashir, nama pesantrennya An-Nashr. Ada juga di Ambit, Kecamatan Waled pesantrenya KH Abdul Basith, pesantren itu dikelola anak-anak dari Pesantren Rawamerta, Karawang,” jawab Kang Toto yang saat ini menjabat Ketua Lembaga Dakwah NU Subang.
Namun benak Kang Toto sedikit termenung, karena biasanya para orang tua menginginkan anaknya mengikuti dan melanjutkan jejak orang tuanya, tapi bu bidan yang satu ini malah menginginkan anaknya masuk ke pesantren Al-Qur’an, bukan ke sekolah kesehatan.
“Kenapa ibu mau masukin anak ke pesantren? Enggak dimasukin ke kedokteran atau yang sesuai dengan profesi ibu?”
Bidan Supaedah kemudian menjawabnya dengan sebuah kisah nyata yang dialami keluarganya. Suatu hari, dengan alasan tertentu makam ayah Bidan Supaedah yang telah wafat 32 tahun yang lalu hendak dipindahkan, proses pemindahannya disaksikan oleh seluruh keluarga. Saat makam dibongkar, semua orang terkejut menyaksikan jasad penghuni makam itu masih utuh sempurna dan tidak hancur.

“Anak-anak saya bertanya, Mah, kenapa jasad kakek tidak hancur? Kok masih utuh? Kan kakek sudah meninggal puluhan tahun yang lalu?” ungkap Supaedah menirukan pertanyaan anak-anaknya.
Dengan berlinang air mata, Supaedah kemudian menjawabnya dengan sejarah sosok sang kakek yang belum diketahui oleh cucu-cucunya itu.
“Jasad kakek kalian tidak hancur dan masih utuh karena kakek kalian semasa hidupnya adalah seorang hafidh Al-Qur’an, kakek kalian kiai pengamal Al-Qur’an, Nak…”
Sejak saat itu, anak-anak Bidan Supaedah ingin menjadi penghafal Al-Qur’an dan minta dimasukan ke pesantren supaya bisa seperti kakeknya di kemudian hari. “Menurut informasi, sekarang anak-anaknya bu bidan itu sudah masuk pesantren Al-Qur’an”pungkas Kang Toto. []
Sumber: http://www.nu.or.id/post/read/70097/32-tahun-dikubur-jasad-si-penghafal-al-quran-utuh
https://www.islampos.com/mah-kenapa-jasad-kakek-tidak-hancur-2-141813/?

Jangan Asal Sembuh
by Saad Saefullah
Jangan Asal Sembuh
HAL yang menyebabkan banyak orang terjebak pada praktik pengobatan yang sesat, yakni ketika memandang bahwa cara apapun adalah ikhtiar yang diperbolehkan, yang penting berusaha sedangkan Allah yang menentukan. Sekilas alasan ini nampak benar, namun keabsahan cara adalah perkara pokok yang pertama harus dijaga. Karena Nabi mewanti-wanti kepada umatnya : “Berobatlah kalian, namun jangan kalian berobat dengan yang haram,” (HR Abu Dawud)
Sikap serba boleh demi sehat ini menyebabkan banyak orang terjebak ke dalam dosa dan tidak selektif memilih alternatif penyembuhan. Ada yang pergi ke dukun dan paranormal yang menyebabkan shalatnya tidak diterima selama 40 malam seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim.
Bisa jadi seseorang melakukan semedi, puasa ngebleng atau puasa mutih lalu tercapailah apa yang diinginkan. Baik dengan munculnya kekuatan tertentu, teraihnya ambisi atau terhindarnya seseorang dari musibah yang menimpanya. Akan tetapi hal ini sama sekali bukanlah merupakan indikasi benarnya perbuatan tersebut atau diridhainya oleh Allah. Betapa banyak seorang hamba berdo’a kepada Allah dengan do’a yang tidak baik lalu dikabulkan permohonannya hingga hal itu menjadi sebab kehancurannya di dunia dan akhirat.
Bisa jadi seseorang berdo’a kepada Allah dengan cara yang diharamkan Allah, lalu Allah mengabulkannya. Bukan karena Allah ridha kepadanya, namun bisa jadi karena istidraj. Allah berfirman :
“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar,” (QS Al-Mukminun 55-56).
Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, “Jika Allah memberikan kenikmatan kepada seorang hamba padahal dia tetap dengan maksiat yang dikerjakannya, maka sesungguhnya itu adalah istidraj,” (dibinasakan secara berangsur-angsur/dilulujawa).
Kemudian Nabi membaca firman Allah (yang artinya), firman-Nya pula : “maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, kamipun membuka semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS Al-An’am 44).
Dus, tercapainya tujuan dengan cara tertentu bukanlah bukti akan benarnya cara yang telah ditempuh tersebut. Akan tetapi kebenaran adalah apa yang sesuai dengan syare’at, dan kesesatan adalah apa saja yang menyelisihi syari’at.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengisahkan di dalam kitabnya “Iqtadha’us Shirathil Mustaqim” suatu kisah yang amat berharga untuk kita ambil pelajaran.
Suatu ketika orang-orang kafir dari golongan Nasrani berhasil mengepung kota kaum muslimin namun mereka kehabisan persediaan air minum. Lalu mereka melobi kepada kaum muslimin agar mau memberikan air kepada mereka dengan jaminan mereka akan meninggalkan kota kaum muslimin. Maka bermusyawarahlah para pemimpin kaum muslimin. Mereka berkata, “Biarlah mereka kehausan dan lemah kekuatan mereka lalu kita serang mereka.” Kemudian orang-orang Nasrani berdo’a kepada Allah agar menurunkan hujan atas mereka dan tiba-tiba hujan pun turun.
Maka menjadi bingunglah orang-orang awam dari kaum muslimin melihat fenomena tersebut, yang mana do’a orang kafir dikabulkan oleh Allah. Maka berkatalah amir kepada seorang yang alim, ‘Berilah pengertian kepada manusia.’ Lalu disiapkanlah mimbar untuk beliau berkhutbah: “Ya Allah, sesungguhnya kami mengetahui bahwa orang-orang kafir tersebut adalah termasuk yang rizkinya menjadi tanggungan-Mu sebagaimana Engkau firmankan dalam kitab-Mu, “Dan tiada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang member rizkinya..” (QS Hud 6) Mereka berdo’a kepada-Mu dalam keadaan terjepit, sedangkan Engkau mengabulkan do’a orang-orang yang dalam keadaan terjepit jika mereka memohon kepada-Mu, karena itulah Engkau menurunkan hujan bagi mereka karena semata-mata Engkaulah yang menanggung rizki mereka dan karena mereka berdo’a kepada-Mu dalam keadaan terjepit. Bukan karena Engkau mencintai mereka, bukan pula karena Engkau mencintai agama mereka. Sekarang kami berharap agar Engkau menunjukkan kepada kami tanda-tanda kekuasaan-Mu sehingga menjadi teguhlah keimanan hamba-hamba-Mu yang beriman..” Maka sebentar kemudian Allah mengirimkan badai atas orang-orang kafir dan binasalah mereka.
Begitu juga dengan Iblis yang dikabulkan do’anya oleh Allah, bukanlah berarti Allah meridhai sikap Iblis. Tatkala Iblis meminta tangguh kepada Allah agar dapat hidup hingga datangnya kiamat, Allah mengabulkan permintaannya sebagaimana firman-Nya, “Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.” (QS Al-A’raaf 15).
Sungguh kasihan manusia yang bertauhid di kala sehatnya, namun musyrik di kala sakitnya. Apalagi sakit itulah yang akhirnya menjadi sebab tercabutnya nyawa. Kematian manakah yang lebih tragis dari kematian dalam keadaan musyrik, sedangkan Nabi memastikan ia dengan neraka, “Barangsiapa yang mati dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu, pasti masuk neraka.” (HR Muslim).
Diasuh oleh Oleh: Yudhistira Adi Maulana, Penggagas rumah sehat Bekam Ruqyah Centre Purwakarta yang berasaskan pengobatan Thibbunnabawi. Alamat: Jl. Veteran No. 106, Kebon Kolot Purwakarta, Jawa Barat, Telf. 0264-205794. Untuk pertanyaan bisa melalui SMS 0817 920 7630 atau PIN BB  26A D4A 15.

Jangan Asal Sembuh - Islampos

Tiada ulasan: