Khamis, 6 Disember 2018

Bertikam lidah menenggelami sifat toleransi dan menjauh diri dari Allah. Nauzubillahminzalik. 8821.


Bertikam lidah. Tak akan boleh menembus hati mahu pun telinga yang terlanjur bebal.

Arah Perjuangan Umat Islam. 

Ketika umat berbicara kekuasaan selalu diarahkan pada hegemoni dalam urusan politik. Ketika berbicara kekuasaan, langsung meloncat kepada permasalahan politik. 

Politik kita ditentukan oleh dakwah kita. 

Kewajarannya politik kita tidak ditentukan oleh sebesar apa suara parti-parti Islam. Tetapi ditentukan dengan murni dan jayanya kekuatan dakwah Islam. Sepanjang dakwah tidak berhenti, Islam akan tetap jaya.

Penguasa politik bila berpegang kepada Al Quran dan Hadis pegangan Umat Islam. In Syaa Allah diskriminasi, perkauman, menggunakan Islam sebagai alat berpolitik, politik kebencian, salah guna kuasa, korupsi dan kleptokrasi tidak akan timbul dan merosakan Islam, bangsa dan tanah air. 

Munafik yang Pandai Bersilat Lidah 
Rabu, 5 Desember 2018 19:16
Foto: Topeng Munafik

KIBLAT.NET – Argumentasinya bernas, lengkap dengan kutipan dari literatur, mengutip perkataan ulama, alur penyampaiannya teratur dan logikanya terstruktur, namun sayang semua itu dia gunakan untuk mendukung kemaksiatan dan kesesatan.

Di zaman ini, potret di atas sering kita dapati pada beberapa orang yang biasa disebut cendekiawan muslim. Ada yang membela LGBT, ada yang menetang syariat Allah da nada pula yang menistakan syariat Allah.
Potret-potret semacam itu mengingatkan kita tentang sabda Nabi Muhammad –Shallallahu alaihi wasallam– perihal para munafik aliimul liisan. Munafik yang pandai bersilat lidah.  Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sangat mengkhawatirkan keberadaan orang-orang munafik ini, para pembual yang pandai mengolah kata dan pandai berbicara. 

Beliau ﷺ bersabda :


إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي كُلُّ مُنَافِقٍ عَلِيمِ اللِّسَانِ

“Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takuti menimpa umatku, adalah setiap munafik yang pandai bicara (bersilat lidah).” (HR. Ahmad no. 143)

Senada dengan itu, suatu ketika Umar bin al-Khattab radhiyallahu ‘anhu naik mimbar kemudian berpidato :

 إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى هَذِهِ الْأُمَّةِ الْمُنَافِقُ الْعَلِيمُ ، قِيلَ : وَكَيْفَ يَكُونُ الْمُنَافِقُ عَلِيمٌ ؟ قَالَ : عَالِمُ اللِّسَانِ، جَاهِلُ الْقَلْبِ وَالْعَمَلِ

“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan terhadap umat ini adalah orang pintar yang munafik. Para sahabat bertanya: Bagaimana bisa seseorang itu menjadi munafik yang pintar? Umar radhiyallahu ‘anhu menjawab: “Yaitu orang yang pandai berbicara (bak seorang alim), tapi hati dan perilakunya jahil”. (Ihya Ulumuddin, hlm. 1/59)

Adapun maksud dari ‘Alimul Lisan (pandai bicara) adalah mereka mempergunakan kepandaian agamanya mempengaruhi manusia, menggunakan dalil-dalil tapi tidak mengamalkannya, banyak berkata-kata sesuai pesanan yang membayarnya dan memperindah perkataannya untuk menarik masa sebanyak-banyaknya. 

Al-Imam Muhammad Al-Munawi rahimahullah menjelaskannya untuk menerangkan hadist di atas:

(عليم اللسان) أي عالم للعلم منطلق اللسان به، لكنه جاهل القلب فاسد العقيدة، يغر الناس بشقشقة لسانه، فيقع بسبب تباعه خلق كثير في الزلل

“Yang dimaksud dengan “’alim lisannya” yaitu dia ‘alim terhadap ilmu dan lisannya lugas menyampaikan ilmu, akan tetapi jahil (bodoh) hatinya lagi rusak akidahnya, dia menipu manusia dengan kefasihan lidahnya, sehingga banyak orang tersesat karena mengikutinya.” (Faidhul Qadir, 1/221)

Contoh Munafik ‘Aliimul Lisan disebutkan oleh Al-Munawi di dalam Faidhul Qadir adalah Dzul Khuwaishirah at-Tamim an-Najdi. Dia adalah orang yang menampakkan kesholehan di hadapan orang banyak, terlihat tanda-tanda atau bekas ibadah sunnahnya namun berakhlak buruk, seperti suka mencela, merasa paling benar, buruk sangka kepada kaum muslim dan keras kepada kaum muslim namun lemah lembut kepada orang kafir. Orang seperti ini sangat hina, mereka berbusana Islam tapi bertujuan untuk menyobek-nyobek busana tersebut, merusak citra Islam.

Kisah Dzul Khuwaisirah ini diceritakan dalam riwayat al-Bukhari dalam Shahih-nya:


بَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْسِمُ، جَاءَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ ذِي الْخُوَيْصِرَةِ التَّمِيمِيُّ، فَقَالَ: ” اعْدِلْ يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَقَالَ: وَيْلَكَ وَمَنْ يَعْدِلُ إِذَا لَمْ أَعْدِلْ، قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ: دَعْنِي أَضْرِبْ عُنُقَهُ

Ketika Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam sedang membagi (harta rampasan), tiba-tiba ‘Abdullah bin Dzil-Khuwaishirah At-Tamiimiy datang, lalu berkata : “Berbuat adillah wahai Muhammad !”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Celaka engkau. Siapakah yang akan berbuat adil jika aku tak berbuat adil ?”. Mendengar itu ‘Umar bin Al-Khaththaab berkata : “Ijinkanlah aku untuk memenggal lehernya !”.  (HR. Al-Bukhari no. 6933)

Kisah tersebut menceritakan bahwa Dzul Khuwaishirah meminta Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam untuk berbuat adil. Dia menggunakan kata adil, bukan untuk menuntut keadilan, namun dia meggunakan kata tersebut untuk menyerang pribadi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, tujuannya agar para sahabat menganggap beliau membagi ghanimah secara tidak adil.

Pola seperti ini juga yang dilakukan hari ini, mereka mengesankan dirinya membela kebenaran dengan berbagai argumentasi yang seolah-olah syar’i, namun pada hakikatnya mereka sedang menyerang Islam, membela kemungkaran dan menggerogoti sendi-sendi Islam secara perlahan.

Mewaspadai Munafik yang Pandai Bicara

Di era keterbukaan informasi, orang munafik justru menampakan diri secara terang-terangan. Mereka menggunakan atribut-atribut keislaman, didapuk sebagai representasi ormas Islam, namun pemikiran jauh dari Islam, bahkan mendekati kekafiran. Mereka tidak hanya dari kalangan miskin ilmu, bahkan mereka intelektual dan cendekiawan Muslim, namun mereka mencampurkan yang haq dengan yang bathil, memelintir dalil-dalil, dan mengolah kata-katanya sehingga tampak benar.

Orang-orang munafik ini pun mengaku dirinya yang paling Islam, padahal tidak, tujuannya adalah menipu umat Islam. Ketika umat Islam sudah terbius dengan penampilan mereka, mereka mulai menampakan pemikiran-pemikiran aneh dan menyimpang kepada masyarakat. Jurus andalan mereka adalah kepandaian mereka dalam berbicara, berdebat dan berargumen.

Kepada orang-orang munafik ini, hendaknya kita menjauhi mereka dan tidak peduli dengan apa yang mereka katakan. Sebagaimana firman Allah ta’ala :


وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

“Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).” (QS. Al-An’am : 68)

Demikianlah yang dilakukan oleh para ulama terdahulu, orang-orang munafik yang pandai bersilat lidah ini hendaknya ditinggalkan. Sebagaimana yang dilakukan Ibnu Sirin rahimahullah dalam Sunan Ad-Darimi dari Asma’ bin Ubaid:


دخل رجلان من أصحاب الأهواء على ابن سيرين فقالا : يا أبا بكر، نحدثك بحديث؟ قال : لا، قالا : فنقرأ عليك آية من كتاب الله؟ قال : لا، لتقومان عني أو لأقومن. قال : فخرجا، فقال بعض القوم : يا أبا بكر، وما كان عليك أن يقرآ عليك آية من كتاب الله تعالى؟ قال : إني خشيت أن يقرآ علي آية فيحرفانها فيقر ذلك في قلبك

“Dua orang ahli Bid’ah menemui Ibnu Sirin, kemudian berkata : Wahai Abu Bakar, mau kah kamu mengecek hafalan hadist kami? Ibnu Sirin menjawab : tidak. Lantas keduanya berkata : “Kami ingin kamu mengecek pemahaman kami terhadap kitabullah? Ibnu Sirin menjawab : tidak, hendaknya kalian pergi atau aku yang pergi. Maka Asma’ bin Ubaid meneruskan, mereka berdua pergi kemudian seseorang bertanya : “Wahai Abu Bakar, mengapa kamu menolak mereka yang ingin mengecek pemahamannya tentang ayat-ayat al-Qur’an kepadamu? Ibnu Sirin menjawab : “Saya khawatir mereka berdua akan membacakan beberapa ayat di hadapanku kemudian memelintir maknanya, dan (kesesatan yang mereka sampaikan) membekas di hatimu.” (Sunan ad-Darimi no. 400)

Keberadaan orang munafik sangat membahayakan, potensinya akan membawa umat kepada penyimpangan dan hancurnya Islam dari dalam. Dalam kehidupan, mereka tampak seperti saudara namun dalam pemikirannya mereka memusuhi Islam dan mengkhianati Islam. Apapun yang mereka ucapkan tidak lain karena motivasi duniawi atau pesanan dari pemilik kekuasaan. wallahu ‘alam bish showab..

Munafik yang Pandai Bersilat Lidah - Kiblat
https://www.kiblat.net/2018/12/05/munafik-yang-pandai-bersilat-lidah/

Mustajabnya Doa ketika Sujud
Menjadi Hitam Itu Tidak Masalah
Gejala Serangan Jantung pada Wanita
Anda Bukan Mahram? Perhatikan...

Pengalaman Toleransi dr. Gamal Albinsaid
Oleh: dr. Gamal Albinsaid
Penulis Muda Mendunia
Bismillahirrahmanirrahim…
Dua hari lalu, sebelum saya menerima penghargaan Empowering people Award dari Siemens di Jerman, salah seorang panitia mendatangi saya untuk menanyakan cara bersalaman diatas panggung karena pimpinan mereka adalah seorang wanita. Mereka menghormati ketika tahu saya tidak bersalaman dengan wanita karena tidak ingin bersentuhan dengan yang bukan muhrim saya. Saya cukup menempelkan kedua tangan saya, lalu menyapa mereka tanpa menyentuh tangannya. Mereka mengatur itu diatas panggung agar saya merasakan kenyamanan. Itulah toleransi.
Di perjalanan ke Inggris untuk kunjungan ke 15 perusahaan, pernah saya menaiki pesawat yang tidak menyediakan makanan halal. Setelah saya sampaikan kepada mereka saya hanya bisa makan makanan halal, mereka mencari sebuah mie instan yang memiliki label halal untuk saya. Itulah toleransi.
Ketika saya harus presentasi di California University yang bersamaan saat shalat Jumat, saya minta panitia menggeser jam presentasi kami, karena saya ingin melaksanakan Salat Jum’at disana. Mereka mengijinkan menggeser waktu presentasi saya. Itulah toleransi.
Ketika makan malam dengan pangeran Charles di Istana Buckingham, mereka mengatur supaya saya mendapatkan makanan untuk vegetarian agar saya merasa nyaman. Itulah toleransi.
Di berbagai pengalaman itu, saya merasakan dan menyimpulkan bahwa bentuk toleransi adalah hormat. Bagi saya “The highest result of tolerance is respect and social relations”, toleransi itu adalah bentuk penghormatan kita pada perbedaan yang ada. Mulai dari hal yang kecil seperti makanan, cara berpakaian, cara beraktivitas, sampai hal yang besar soal agama, kitab suci, dan prinsip Ketuhanan.
UNESCO dalam publikasinya “Tolerance : The Threshold of Peace” menyatakan social relations adalah salah satu indikator dari suksesnya toleransi di sebuah masyarakat. Oleh karenanya hasil dari toleransi adalah kenyamanan individu dan keharmonisan sosial.
Mau tidak mau, pemimpin berperan besar dalam menjaga, membangun, dan menciptakan toleransi yang baik. Tidak boleh pemimpin itu masuk atau memberikan komentar terhadap agama, kitab suci, prinsip Ketuhanan, dan cara beribadah sebuah agama.
Peran pemimpin itu penting sekali dalam toleransi yang kita bangun. Kita rindu pemimpin yang mampu menyejukkan perbedaan kita dalam kesantunan, menciptakan keharmonisan di antara perbedaan dengan sikap saling menghormati dalam cinta kasih. Bukan pemimpin yang tidak mempedulikan perbedaan yang ada, menciptakan ketegangan dengan menghina agama, melecehkan kitab, membatasi cara beribadah. Seorang pemimpin harus menghormati agama yang berbeda dengan tidak menilai atau mengomentari agama, tidak mengomentari kitab suci, dan tidak mengomentari cara beribadah. Lalu bagaimana keharmonisan bisa hadir jika pernyataan mengarah pada pelecehan atau penghinaan pada kitab suci dan isi kitab suci?
Teruntuk Pak Ahok, Before you say something, stop and think how you’d feel if someone said it to you. Sungguh menyakitkan jika anda merasakan bagaimana yang kami rasakan sebagai umat Islam, kitab yang kami baca tiap hari, kami jadikan pegangan hidup, kami hafalkan, kami baca saat banyak orang tidur, kami pelajari bertahun-tahun, lalu dengan mudahnya anda sebut sebagai alat melakukan kebohongan. Apakah Pak Ahok pernah menempuh jurusan tafsir hingga merasa berhak menafsirkan Alquran seenaknya? Pak Ahok, jangan hina kitab suci saya hanya untuk kepentingan politik anda! Tidak ada sedikitpun kebohongan dalam Alquran! Hormati Alquran kami!
“Don’t get so tolerant that you tolerate intolerance”(Bill Maher). Kita tidak boleh mentoleransi sebuah keintoleransian. Jangan salah mengartikan toleransi, “Tolerance does not mean tolerating intolerance”. Saya sebenarnya tidak suka menuliskan atau memberikan tanggapan soal permasalahan politik, tapi nasehat Ayaan Hirsi Ali bahwa “Tolerance of intolerance is cowardice (mentoleransi sebuah intoleransi adalah sikap pengecut)” cukup memantapkan hati saya untuk tidak diam. Gagasan toleransi Ayaah Hirsi Ali itu sama dengan apa yang dikatakan Haji Abdul malik Karim Amrullah atau yang biasa kita kenal dengan Buya Hamka, “Jika agamamu, nabimu, kitabmu dihina dan engkau diam saja, jelaslah ghiroh telah hilang darimu…. Jika ghiroh telah hilang dari hati, gantinya hanya satu, yaitu kain kafan. Sebab kehilangan ghiroh sama dengan mati…..”, ya Jika diam saat agamamu dihina, gantilah bajumu dengan kain kafan. Itu jika diam, lalu bagaimana “jika membela orang yang menghina agamamu?” Guntur Romli dan Nusron Wahid mungkin bisa membantu saya menjawabnya.
Saat ini Amerika sedang digegerkan akibat pernyataan Donald Trump yang dengan vulgar melecehkan wanita. Tapi, Donald Trump menyadari kesalahannya dan mengatakan “Saya telah mengatakan dan melakukan sesuatu yang saya sesali,”. Bagaimana dengan anda Pak Ahok? 
[]Sumber: FP dr Gamal Albinsaid
Pengalaman Toleransi dr. Gamal Albinsaid - Islampos
https://www.islampos.com/pengalaman-toleransi-dr-gamal-albinsaid-118240/

Di Tengah Kepungan Israel, Anak-anak Abzig Berjuang untuk Tetap Sekolah


DI sepanjang jalan yang sulit dan di lereng pegunungan yang curam, para siswa Abzig, sebelah timur kota Tubas di Lembah Yordan utara, berjuang untuk mendapatkan hak mereka atas pendidikan.
Mereka berjuang di kala Israel telah memobilisasi semua upaya mereka untuk melarang anak-anak untuk bersekolah, dalam upaya untuk menghancurkan masa depan mereka.
Untuk itu, warga membangun fasilitas pendidikan di Lembah Yordan yang dulunya adalah rumah almarhum Marwan Majali.
Rumah ini diberikan oleh keluarganya untuk digunakan sebagai sekolah, sebuah bangunan tua yang memiliki arti sejarah bagi keluarga.


Bangunan itu menjadi salah satu “Sekolah Tantangan” dan kehidupan, harapan, dan tawa telah menyebar lagi di sekolah.
Murid Abeer Haroub tidak dapat menyembunyikan senyumnya saat dia membawa tasnya dan naik ke kendaraan yang disediakan oleh Departemen Pendidikan untuk mengangkut para siswa dari rumah mereka ke sekolah.
Abdullah Sawafta, salah satu penduduk setempat, mengatakan kepada PIC bahwa pendidikan tetap merupakan hal yang paling berharga bagi rakyat Palestina.
Pendidikan berfungsi sebagai senjata mereka dalam menghadapi pendudukan. Mereka menekankan bahwa Sekolah Tantangan 10 di rumah Majali, adalah ekspresi yang paling terlihat dari situasi ini dan suar ketabahan orang-orang di wilayah itu dalam menghadapi pendudukan. []
SUMBER: PALINFO
Di Tengah Kepungan Israel, Anak-anak Abzig Berjuang untuk Tetap Sekolah - Islampos
https://www.islampos.com/di-tengah-kepungan-israel-anak-anak-abzig-berjuang-untuk-tetap-sekolah-118298/

Jangan Lupa Baca Doa Ini ketika Kita Jenguk Orang Sakit


MENJENGUK orang sakit merupakan hal yang dianjurkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Bahkan, menjenguk orang sakit dapat dikategorikan sebagai perbuatan yang mulia. Hukum menjenguk orang sakit adalah sunnah muakkad, atau sebagian ulama mengkategorikan sebagai fardhu kifayah.
Sebagai umat Islam, kita harus punya adab saat menjenguk orang sakit. Jangan sampai tujuan kita menjenguk orang sakit itu berubah menjadi malapetaka bagi penderitanya. Maksudnya, dengan kedatangan kita justru memperparah kondisinya. Lalu, apa saja adab yang harus dilakukan?
Adab yang harus dilakukan di antaranya mengucap salam, memberi pengertian untuk sabar menerima musibah, mempersingkat kunjungan, menghibur dan menunjukkan rasa empati, serta memberikan doa.
Nah, yang menjadi masalah dalam praktik sehari-hari adalah doa. Saat kita menjenguk orang sakit, kita sering melewatkan poin penting ini -yakni mendoakannya. Atau sebenarnya ingat, tapi tidak tahu lafal doanya.
Memang betul doa bisa diucapkan dalam bahasa apa saja. Akan tetapi, alangkah baiknya kita mendoakan orang sakit sesuai dengan tuntunan yang pernah dicontohkan Rasulullah SAW. Seperti apa doanya?
“Ya Allah, Rabb seluruh manusia, sirnakanlah rasa sakit ini, sembuhkanlah. Engkaulah yang Maha Penyembuh, tiada kesembuhan yang datang dari-Mu, kesembuhan yang tiada menyisakan penyakit.”
اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ مُذْهِبَ الْبَاسِ اشْفِ أَنْتَ الشَّافِى لاَ شَافِىَ إِلاَّ أَنْتَ ، شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا
Allahumma rabban naas mudzhibal ba’si isyfi antasy-syaafii laa syafiya illaa anta syifaa’an laa yughaadiru saqoman.
Artinya: “Ya Allah Wahai Tuhan segala manusia, hilangkanlah penyakitnya, sembukanlah ia. (Hanya) Engkaulah yang dapat menyembuhkannya, tidak ada kesembuhan melainkan kesembuhan dariMu, kesembuhan yang tidak kambuh lagi.” (HR. Bukhari, no. 5742; Muslim, no. 2191)
Seyogyanya, saat kita menjenguk orang sakit, sebisa mungkin bacalah doa tersebut, baik ketika datang maupun hendak pamit pulang. Dengan harapan, lewat doa tersebut, Allah menghilangkan penyakit yang diderita dan menggantinya dengan kenikmatan yang lain. []
Sumber: Tau Gak Sih Islam Itu Sehat? | Karya: Dr. Faza Khilwan Amna, MMR dan Dr. Hendri Okarisman | Penerbit: Aqwamedika
Jangan Lupa Baca Doa Ini ketika Kita Jenguk Orang Sakit - Islampos
https://www.islampos.com/jangan-lupa-baca-doa-ini-ketika-kita-jenguk-orang-sakit-118088/

Berjihad dengan Toleransi
Oleh: Ahmad Fahrur Rozi
Mahasiswa penerima beasiswa PBSB Kemenag RI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
SERING kali kita dihadapkan dengan dua kalimat yang saling kontradiktif dalam sebuah pemaknaan yang sempit yaitu, kalimat jihad dan toleransi. Kedua kalimat sering pula dipahami dengan perspektif makna kata yang berlawanan satu sama lain sehingga unsur substansial yang terkandung dalam dua kalimat tersebut seakan hilang dari kontruksi pola pikir masyarakat luas.
Publik sosial sering mengaitkan dua kalimat tersebut ketika terjadi benturan konlfik antara religius dengan sosial ataupun sering mengaitkannya pula dengan isu-isu radikalisme, terorisme, ataupun isu-isu yang lain yang dapat mengganggu kesejahteraan dianamika kehidupan sosial.
Fakta realitas yang ada ialah menjadikan dua kalimat tersebut sebagai kata kunci dari adanya wujud patologi sosial, yakni dimana ketika berhembus suatu kabar yang berkaitan dengan jihad kemungkinan besar pula dalam hal tersebut muncul kalimat toleransi sebagai “penyangga” ataupun “penyangkal” dalam isu tersebut, khususnya dalam dimensi agama dan sosial. Padahal menurut hemat penulis dua kalimat tersebut merupakan dua kalimat yang saling sinergis satu sama lain dalam wujud manifestasi yang diharapakan dari kedua unsur kalimat tersebut.
Secara artian luas manifestasi dari kalimat jihad itu sendiri ialah respon dari kontekstualisasi sikap toleransi dan begitu pula sebaliknya, dimana jika seseorang berbesar hati menerima sebuah perbedaan yang merupakan sunnatullah dengan wujud dari sikap toleransi tersebut, pada hakikatnya ia telah mengimplementasikan konsepsi makna jihad itu sendiri. Karena dia bisa menahan amarah egoisme dirinya untuk kepentingan sosial dengan sikap menerima, menghargai, mengagngap perbedaan tersebut, serta menghilangkan sikap apologisme (truth claim) yang ada pada diri setiap insan.


Perspektif ini menurut hemat penulis selaras dengan hadist Nabi Muhammad yang artinya “Jihad yang paling utama adalah seseorang berjuang (berjihad) melawan dirinya dan hawa nafsunya” (HR Ibn Najjar dari Abu Dzar Radiyallahu anhu). Dalam hadist yang lain dikatakakan, “Seorang Mujahid adalah yang berjuang melawan hawa nafsunya” (HR Ibn Hibban dari Fadhalah bin Ubaid)
Hadist tersebut mengandung tentang makna jihad yang sering termarginalisasikan makna luasnya yakni, berjihad melawan egoisme atau hawa nafsu merupakan salah satu wajud jihad yang terbesar dan mulia, yang dapat direpresentasikan dengan wujud sikap toleransi dalam dinamika kehidupan sosial.
Yusuf Qardlawi menjelaskan konsep jihad yang cocok dalam era kontemporer sekarang ialah jihad sebagai masayarkat madani yang terbagi dalam enam elemen pokok konsep jihad itu sendiri yaitu jihad di bidang ilmu, sosial, ekonomi, pendidikan (tarbawi), kesehatan, dan lingkungan. Menurut Ibnul Qayyim pelbagai konsep jihad diatas ialah sebuah konsep yang didasarkan atas dalil-dalil syar’i yaitu, Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan didasarkan pula pada tujuan-tujuan syariah.
Pelbagai variasi konsep jihad tersebut dapat terealisasikan dengan wujud rasa saling menghormati dan mengahrgai antar individu ataupun kelompok. Serta unsur penting yang ada dalam makna luas jihad ialah menghilangkan sikap fanatisme (ta’asshub) antar golongan, sehingga kontekstualisasi dari sikap toleransi dapat terwujudkan dalam usaha menjaga stabilitas, integrisitas, dan egeliterisme kehidupan sosial yang multikultural.
Adanya sikap toleransi dengan sesama secara tidak langsung dapat menjaga akhlak etika dalam relasi manusia sebagai mahluk sosial, kedamaian akan tercipta, dan konfilk akan terputus dengan adanya sikap tersebut. Jika setiap individu mengaplikasikan hal tersebut maka dia secara tidak langsung telah melakukan sebuah perjuangan (berjihad) baik dengan dirinya dan juga dengan individu-individu yang lain.
Dekontruksi tentang interpretasi dua kalimat ini sangatlah diperlukan, dengan harapan ketika mendengar dua kalimat tersebut kita tidak langsung menjastifikasinya dengan sebuah perkara yang radikal, ekstremis, ataupun hal-hal yang membuat keresahan bagi dinamika sosial. Akan tetapi dua kalimat tersebut merupakan dua komponen kata yang saling sinergis dan relevan dalam sebuah dimensi kebaikan, hususnya dalam dimensi teologis dan sosial. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos. 
Pengalaman Toleransi dr. Gamal Albinsaid - Islampos
https://www.islampos.com/pengalaman-toleransi-dr-gamal-albinsaid-118240/

Belajar Toleransi dari Andalusia
Oleh : Vivin Indriani
Member Komunitas Revowriter
TOLERANSI. Sebuah kata yang hari ini banyak dipakai oleh beragam kepentingan untuk menghadang siapapun pihak yang berseberangan. Toleransi kini bahkan mengemuka untuk menyebut seorang muslim dengan atribut keagamaannya. Bahkan jika kita berselancar di internet menggunakan kata ‘toleransi’, maka postingan cerita yang memuat kata tersebut hampir sebagian besar selalu berkaitan dengan Islam dan kaum muslim. Tentu dengan konotasi yang negatif.
Menurut makna Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) makna toleransi adalah bersikap atau bersifat toleran yaitu menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Makna ini sangat ambigu sebetulnya. Sebab masyarakat hidup dalam komunitas yang berbeda bahkan kadang terdapat yang berseberangan. Sementara mereka hidup di dalam satu lingkungan yang mustahil menjalankan sikap dan sifat tertentu dari kepercayaan yang dianutnya tanpa menyinggung kepercayaan yang lain. Tentu harus ada aturan yang baku untuk mengatur semua keberagaman di masyarakat dimana aturan tersebut bisa menguntungkan semua orang tanpa terkecuali.
Islam telah berbicara toleransi selama berabad-abad lamanya. Dan kemajuan demi kemajuan yang diperoleh Islam sebagai peradaban besar telah menunjukkan pencapaian yang besar dan positif tentang toleransi hidup bernegara. Berapa banyak negeri-negeri yang justru menuai kejayaan setelah ditaklukkan Islam. Ketinggian peradaban justru dicapai negeri-negeri muslim ketika toleransi mengikuti standar Islam yang mewujud dalam aturan kenegaraan.
Dalam Al Quran Allah Ta’ala berfirman, “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al Mumtahanah: 8-9)
Inilah pokok prinsip toleransi dalam Islam. Islam menganjurkan berbuat baik kepada siapa saja dalam berbagai aspek kecuali dalam urusan agama. Allah telah dengan jelas melarangnya dalam QS. Al-Kafirun yakni ‘lakum diinukum waliyadin’
(bagimu agamamu dan bagiku agamaku). Jadi selama tidak berkaitan dengan persoalan akidah maka tolong menolong dan toleransi diperkenankan.

Toleransi Andalusia

Andalusia adalah jembatan utama peradaban Islam dan pintu penting proses transfer peradaban Islam ke Eropa. Selama delapan abad (92-897 H/711-1492 M) Andalusia telah memberikan pencerahan bagi peradaban kelam bangsa Eropa kala itu. Andalusia sebagai bagian dari kekuasaan peradaban Islam telah melakukan banyak sekali loncatan besar dalam kondisi Daulah Islam yang sedikit melemah secara politik. Hal itu mencakup bidang ilmu pengetahuan, sastra, ilmiah, pemikiran, sosial, seni dan ekonomi.
Gustave Le Bon mengatakan dalam bukunya The Arab Civilization halaman 273, ” Begitu orang-orang Arab berhasil menaklukkan Spanyol (Andalusia), mereka mulai menegakkan risalah peradaban di sana. Maka dalam waktu kurang dari satu abad mereka mampu menghidupkan tanah mati, membangun kota-kota yang runtuh, mendirikan bangunan-bangunan megah, dan menjalin hubungan perdagangan yang kuat dengan negara-negara lain. Kemudian mereka memberikan perhatian yang besar untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan sastra, menerjemahkan buku-buku Yunani dan Latin, dan mendirikan universitas-universitas yang menjadi satu-satunya sumber ilmu pengetahuan dan peradaban di Eropa dalam waktu yang lama.”
Politik Islam yang toleran berpengaruh besar terhadap kejiwaan ahli dzimmah(non muslim yang berada di bawah kekuasaan negara Islam) dari kelompok Yahudi dan Nashrani. Hal itu karena orang-orang Spanyol mempelajari bahasa Arab dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan mereka mengutamakannya daripada bahasa Latin. Banyak orang-orang Yahudi yang belajar pada guru-guru berbangsa Arab. Orang-orang Eropa justru belajar bahwa Islam sebagai agama dengan toleransi tinggi, telah menyediakan bagi mereka kemajuan peradaban dan pengetahuan yang tidak mereka dapatkan dalam kekuasaan saat Islam belum datang.
Masyarakat Eropa pada umumnya dan Andalusia khususnya telah menikmati kebebasan mereguk gemilangnya peradaban Islam meski mereka masih non muslim. Peradaban Islam telah menyajikan teknologi dan kemajuan yang bisa dirasakan semua pihak tanpa membedakan mereka muslim atau bukan. Bahkan negara memberikan jaminan keamanan yang sama pada harta dan jiwa mereka yang tinggal di wilayah Islam tanpa ada pembedaan dengan warga negara muslim. Dari sini bisa terlihat betapa adil dan makmurnya dunia dibawah kekuasaan Islam.
Sarton mengatakan sebagaimana dikutip dalam kitab Hakadza Kanu Yauma Kunna karya Hassan Syamsi Basya, “Kaum muslimin, para pionir Timur, berhasil mewujudkan keberhasilan-keberhasilan besar pada masa abad pertengahan. Mereka membuat karya yang paling agung, lebih orisinil dan lebih kental dengan bahasa Arab. Dari pertengahan abad delapan hingga akhir abad sebelas bahasa Arab menjadi bahasa ilmu di dunia. Hingga siapa saja yang ingin menguasai ilmu pada masanya dan penemuan-penemuan terbaru harus mempelajari bahasa Arab. Sungguh banyak orang non Arab yang menempuh jalan itu. Dan saya yakin bahwa kita tidak butuh untuk menjelaskan keberhasilan-keberhasilan kaum muslimin di bidang ilmu pengetahuan fisika, matematika, astronomi, kimia, biologi, kedokteran dan geografi.”
Pemikir Leopold Weiss, seorang Yahudi berkebangsaan Austria yang bertugas sebagai wartawan surat kabar di kawasan Arab dan negeri-negeri Islam mengukuhkan peran Cordoba dalam pembuatan jalan menuju masa kebangkitan. Penulis yang belakangan kemudian masuk Islam dan mengganti namanya menjadi Muhammad Asad ini menuliskan dalam bukunya Al-Islam Ala Muftaraq Ath Thuruq, “Kita tidak berlebihan ketika kita mengatakan bahwa zaman ilmiah modern yang sekarang kita hidup di dalamnya jalan pertama kalinya tidak dibuka di kota-kota Eropa. Akan tetapi, dibuka di kantong-kantong Islam, di Damaskus, Baghdad, Kairo dan Cordoba.”
Tuduhan Atas Nama Islam
Jadi jika hari ini ummat Islam seringkali menjadi tertuduh setiap kali isu toleransi mengemuka, maka ini sungguh tuduhan keji pada sejarah gemilang Islam di abad silam. Dunia buta atau pura-pura buta bahwa kesejahteraan dunia pernah dipersembahkan Islam melalui tangan-tangan peradabannya. Bahkan sesungguhnya, isu toleransi ini kerap kali digunakan sebagai alat untuk melemahkan Islam dan kaum muslimin. Melalui tuduhan agama intoleransi, radikal, barbar bahkan terorisme.
Jauh sebelum peradaban Barat yang rusak berbicara tentang toleransi, sesungguhnya Islam telah lebih maju berabad-abad lamanya mempersembahkan contoh toleransi yang hakiki pada umat manusia dari berbagai agama di dunia. Bahkan tidak sekedar toleransi, Islam justru telah mewujudkan perdamaian dunia, penjagaan atas hak-hak manusia beradab serta perlindungan penuh bagi semua warga negara muslim maupun non muslim. Dan hal itu terjadi ketika kekuasaan berada di tangan Islam.
Sebagaimana disampaikan Asma’ binti Abi Bakr radhiyallahu ‘anhuma yang berkata, “Ibuku pernah mendatangiku di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan membenci Islam. Aku pun bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk tetap jalin hubungan baik dengannya. Beliau menjawab, “Iya, boleh.” Ibnu ‘Uyainah mengatakan bahwa tatkala itu turunlah ayat, “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu ….” (QS. Al Mumtahanah: 8) (HR. Bukhari no. 5978). []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.
Pengalaman Toleransi dr. Gamal Albinsaid - Islampos
https://www.islampos.com/pengalaman-toleransi-dr-gamal-albinsaid-118240/

Ketika Firaun Hibur Dahnil
Foto: Ketua PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak (foto: Istimewa/akun Facebook pribadi Dahnil Anzar Simanjuntak)

KIBLAT.NET – Hendak dikesankan sebagai koruptor senilai Rp. 2 miliar. Memang menyakitkan, sampai istrimu pun turun berkomentar. Banyak orang (termasuk kau sendiri) yakin, dirimu sedang “dikerjai.”

Sabar, ya Bung! Dulu Muhammad SAW dituduh tukang sihir pemecah-belah bangsa. Bukan sekadar dituduh koruptor. Nuh, Hud, Musa dan para pengemban risalah lainnya pun mendapatkan nasib yang sama.

Oh, no! Memang terlalu jauh untuk menyamakan dirimu (apalagi diriku) dengan para Nabi dan Rasul. Ini cuma menyambung tali sejarah, bahwa ada risiko yang harus dihadapi ketika berseberangan dengan pemilik besi dan api.

Kau lebih beruntung. Mereka, para Nabi dan Rasul itu tidak memiliki follower yang jumlahnya ribuan bahkan jutaan. Adapun kamu, Bung, di seberang mereka yang mencemoohmu, masih banyak yang membelamu.

Mungkin sebentar lagi Drone Emprit mas IsmailFahmi mengudara, khusus untuk memantau lalu-lalang ”percakapan gaib”; lebih banyak yang pengin kamu tamat, atau banyak yang bilang kamu tokoh korban yang bakal melejit hebat.

Meski kamu jubir Prabowo, aku tidak sedang mengelu-elukan salah satu capres. Meski kamu komandan baret merah, aku bukan anggotamu yang bisa bilang, “Darah kami Muhammadiyah, Jendral!”

Tak harus ada kesamaan aliran politik atau organisasi untuk mengutuk sebuah tindak kezaliman. Cukup jadi manusia normal. Apalagi sebagai seorang Muslim.

Bagaimana tidak dianggap zalim. Tuduhan korupsi diarahkan kepada orang yang ditawari menjalankan program resmi pemerintah. Laporan penggunaan sudah dibuat.

Yang ditawari bukan hanya kau. Tapi pihak lain yang menerima uang lebih banyak, sama sekali tidak disentuh. Apakah karena kau Muhammadiyah yang sebentar lagi hendak bermuktamar, Dahnil?

Namun sepertinya kita tak perlu memenuhi langit negeri yang sudah sesak oleh sumpah serapah maupun rintihan ini. Tak akan bisa menembus hati maupun telinga yang terlanjur bebal.

Sudahlah, kalau kau sabar dan istiqomah, Bung. Jarak antara dirimu dan kemenangan hanyalah sebuah kesabaran. Meski hari ini masih sayup-sayup, kebenaran akan datang dan kemenangan hadir di pelupuk matamu.

Yang perlu dikhawatirkan sebenarnya bukan kamu, Dahnil. Sebagai seorang Muslim, kamu pasti punya keyakinan. Doa orang yang terzalimi pasti didengar oleh Yang Maha Kuasa.

Justru perlu kita resahkan adalah nasib orang-orang Islam yang berada di sekitar singgasana besi itu. Seperti para pemegang cemeti dan pengipas api. Yang turut merapalkan mantra-mantra licik dan dengki.

Sejarah tak pernah lalai saat mencatat nasib akhir yang tragis para lakon zalim. Entah para pengikut, apalagi si rajanya. Mau dibikin liberal kayak apapun, rekaman Al-Quran tentang Firaun dan bala tentaranya akan tetap dikenang sepanjang masa.

Firaun ditentang Musa karena kezalimannya terhadap penduduk Mesir. Seharusnya, sekarang ini dia hadir untuk menghiburmu. Bercerita tentang akhir tragis sebuah kezaliman.

Penulis: Tony Syarqi
Ketika Firaun Hibur Dahnil - Kiblat
https://www.kiblat.net/2018/11/25/ketika-firaun-hibur-dahnil/

4 Tahun Pimpin Pemuda Muhammadiyah, Dahnil: Nahi Munkar Paling Berat
Foto: Dahnil Anzar Simanjuntak

KIBLAT.NET, Yogyakarta – Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak mengakui ada tantangan tersendiri saat menjadi ketua umum Pemuda Muhammadiyah. Menurutnya, tantangan yang paling berat adalah efek dari sikapnya yang melawan kemungkaran.

“Tentu empat tahun ini saya memimpin Pemuda Muhammadiyah yang paling berat itu adalah tentu efek yang saya terima dari komitmen melakukan dakwah amar ma’ruf nahi munkar,” kata Dahnil kepada Kiblat di arena Muktamar Pemuda Muhammadiyah, Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Rabu (28/11/2018).

Dia lantas menyontohkan langkah Pemuda Muhammadiyah yang melakukan pembelaan terhadap terduga teroris Siyono. Dalam kasus itu, Koalisi Masyarakat Sipil bersama Komnas HAM berhasil mengungkap pelanggaran yang dilakukan aparat kepolisian. Selain itu, Dahnil juga menyebut pembelaan terhadap Novel Baswedan.

“Memang dakwah amar ma’ruf nahi munkar itu (berat), terutama nahimunkar itu tidak mudah. Karena pasti mendapat perlawanan balik dari mereka-mereka yang merasa terganggu,” sambungnya.

Dahnil menegaskan amar ma’ruf nahi munkar adalah tugas pemuda. Menurutnya, setiap pemuda harus mempunyai keberanian untuk melawan kezaliman. Anak muda harus merawat sikap berani itu.

“Keberanian itu adalah kemewahan yang harus dijaga, terutama idiealisme,” tuturnya.

Salah satu agenda utama Muktamar Pemuda Muhammadiyah XVII adalah pemilihan ketua umum. Setelah muktamar yang dimulai sejak 25 November 2018 akan ada kepengurusan baru yang menggantikan pengurus lama yang dipimpin Dahnil Anzar Simanjuntak.

Reporter: Taufiq Ishaq
Editor: Imam S.
4 Tahun Pimpin Pemuda Muhammadiyah, Dahnil: Nahi Munkar Paling Berat - Kiblat
https://www.kiblat.net/2018/11/28/4-tahun-pimpin-pemuda-muhammadiyah-dahnil-nahi-munkar-paling-berat/

Umat Islam Kerap Salah Pahami Kekuasaan Sebatas Masalah Politik 
Ahad, 2 Desember 2018 01:04
Foto: Tabligh Akbar MIUMI di Masjid Al-Azhar Jakarta Selatan, Sabtu, (01/12).

KIBLAT.NET, Jakarta – Sejarawan Tiar Anwar Bachtiar menegaskan banyak umat Islam yang salah paham dalam mengartikan kekuasaan. 

Ketika umat berbicara kekuasaan selalu diarahkan pada hegemoni dalam urusan politik. “Ketika berbicara kekuasaan, langsung meloncat pada masalah politik. 

Dahulu, ketika Masyumi dibubarkan pemerintah Soekarno, Buya Muhammad Natsir berkata, politik kita ditentukan oleh dakwah kita,” ujar anggota Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) dalam tabligh akbar bertajuk Arah Perjuangan Umat di Masjid Raya Al-Azhar Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Sabtu, (01/12).

Maka dari itu, politik kita tidak ditentukan oleh sebesar apa suara partai-partai Islam, tapi kekuatan dakwah Islam. Sepanjang dakwah tidak berhenti, Islam akan tetap jaya.

Pembina komunitas Jejak Islam untuk Bangsa (JIB) ini menambahkan, pada masa kemerdekaan yang menumpahkan darah dan memunculkan identitas Indonesia adalah umat Islam.

“Setelah para ulama dan santri menggerakkan perlawanan melawan, maka kita punya definisi tentang apa itu Indonesia. Sebab, sebelumnya kita dinamai oleh orang Belanda sebagai Inlander,” tambahnya.

Kemudian, pada Abad ke-20 peran umat Islam dalam identitas kebangsaan di Indonesia semakin mengental. Saat itulah munculnya gerakan-gerakan islam semisal Syarikat Islam, Muhammadiyah, NU, Persis, Al-Irsyad.

“Oleh karena itu, jika bicara nasionalisme di Indonesia tanpa keislaman hal itu adalah nonsense,” pungkasnya.

Reporter: Bunyanun Marsus
Editor: Fajar Shadiq
Umat Islam Kerap Salah Pahami Kekuasaan Sebatas Masalah Politik - Kiblat
https://www.kiblat.net/2018/12/02/umat-islam-kerap-salah-pahami-kekuasaan-sebatas-masalah-politik/

Perang Hunain dan Debat Media Tentang Jumlah Peserta 212 
Kamis, 6 Desember 2018 06:22
Foto: Reuni 212 di Monumen Nasional (Monas), Ahad (02/12/2108)
KIBLAT.NET – Reuni 212 pada hari Ahad (02/12/2018) disebut-sebut pesertanya lebih banyak daripada Aksi Bela Islam 212 dua tahun lalu. Beberapa media bahkan memberitakan tentang asumsi berapa jumlah peserta aksi sebenarnya. Metode penghitungannya pun beragam, seperti menghitung dengan teori Herbert Jacobs atau melakukan estimasi penghitungan sederhana lewat situs www.mapdevelopers.com.

Saling klaim asumsi yang benar tentang jumlah peserta lazim dilakukan berbagai media arus utama, yang sedang digambarkan melakukan bunuh diri massal lantaran banyaknya pemilik media mainstream menjadi pendukung paslon petahana yang jelas merasa tersudut karena memahami reuni 212 sebagai bagian unjuk gigi paslon pesaing yang juga hadir didalam acara reuni tersebut.

Entah benar atau tidak cara menghitungnya, setidaknya media menyuguhkan perasaan lega terhadap dirinya dan pihak yang didukung, bahwa jumlah kehadiran peserta reuni 212 tak sebanyak yang digembar-gemborkan.

Jangan Berbangga terhadap jumlah

Salah jika seorang muslim yang meniatkan diri untuk mencari keridhaan Allah dengan ikut dalam kafilah Aksi Bela Tauhid bertajuk Reuni 212 kemudian turun moral setelah mengetahui jumlah peserta yang melebihi pemberitaan media mainstream. Justru kita perlu mengingat kembali kejadian yang menimpa para sahabat dalam perang Hunain setelah Fathu Makkah.

Jumlah pasukan muslimin saat itu 12 ribu personel, jumlah yang spektakuler. Melihat jumlah pasukan yang banyak saat itu, ada seseoranng yang berkomentar, “Kita tidak akan kalah hari ini karena kekurangan pasukan.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sadar dengan kenyataan tersebut, maka beliau pun segera bermunajat kepada Allâh Azza wa Jalla selepas shalat Shubuh dan berdoa:

“Ya Allah Azza wa Jalla, dengan (kekuatan)-Mu aku berjuang, dengan (kekuasaan)-Mu aku melawan, dan dengan (pertolongan)-Mu aku berperang.”

Sahabat Suhaib ar-Rumi radhiyallahuanhu bertanya, “Wahai Rasulullah, baru saja kami melihatmu melakukan sesuatu yang belum pernah kau lakukan sebelumnya. Apakah gerangan yang kau baca?”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Sesungguhnya ada seorang nabi dari umat sebelum kalian yang merasa kagum dengan banyaknya jumlah umatnya. Nabi tadi sempat berkata, ‘Tidak ada seorang pun yang dapat melawan mereka,’ maka Allâh mewahyukan kepadanya, ‘Bahwasanya kebaikan umatmu terletak pada salah satu dari tiga hal, yaitu ketika Kami menguasakan mereka kepada musuh dari selain mereka, lalu musuh tersebut membantai mereka, atau Kami jadikan mereka kelaparan, atau Kami utus kematian kepada mereka.’ Setelah mendapat wahyu tersebut, sang nabi bermusyawarah dengan kaumnya, lalu kata mereka, ‘Kalau menghadapi musuh, maka kita tidak punya kekuatan. Sedangkan menghadapi kelaparan kita pun tak cukup sabar. Jadi, biarlah kita mati saja.’ Akhirnya Allâh mengirim kematian yang menewaskan 70 ribu orang dari mereka dalam tiga hari. Itulah sebabnya mengapa aku mengucapkan doa tersebut hari ini,” (HR Ad-Darimi).

Dalam perang Hunain, diriwayatkan pasukan musuh yang dipimpin oleh Malik bin ‘Auf jumlahnya dua kali lipat atau lebih dari jumlah pasukan Islam. Ia juga melakukan serangkaian persiapan baik mental maupun material guna menaikkan semangat tempur pasukannya. Salah satunya ialah dengan berpidato dan mengatakan: “Muhammad belum pernah menghadapi pertempuran yang sesungguhnya sebelum kali ini. Selama ini ia hanya menghadapi orang-orang yang tak berpengalaman sehingga menang melawan mereka”.

Menjelang terbit fajar, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memompa semangat perang kaum Muslimin dan membagi-bagikan panji serta komando. Kaum Muslimin pun mulai bergerak menuruni lembah, tapi tiba-tiba mereka dikejutkan oleh hujan panah kaum musyrikin dari kanan-kiri lembah. Mereka kaget dengan serangan serempak pihak musuh, hingga pasukan kaum Muslimin lari tercerai-berai meninggalkan lembah.
Namun Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyisihkan dirinya bersama sejumlah kaum Muhajirin dan Anshar ke arah kanan sambil berseru, “Wahai pasukan, kemarilah. Aku Rasûlullâh ! Aku Muhammad bin Abdillah!”

Menurut riwayat yang paling shahih, saat itu yang bersama Nabi hanya sekitar 80 orang. Di antara yang tetap bersama beliau adalah: Abu Bakar, Umar, Ali bin Abi Thalib, Abbas bin Abdil-Muththalib dan al- Fadhl puteranya, Abu Sufyan ibnul-Harits dan Ja’far puteranya, Rabi’ah ibnul-Harits, Usamah bin Zaid, dan Aiman bin ‘Ubaid.
Ketika itulah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperlihatkan keberaniannya dengan segera memacu bighal-nya ke depan seraya berseru, “Aku Adalah Nabi yang tidak berdusta, akulah putera Abdul-Muththalib!”

Lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh ‘Abbas bin Abdil-Muththalib yang bersuara lantang agar memanggil para sahabat yang berbaiat di bawah pohon (ahli Hudaibiyah), ‘Abbas pun berseru sekuat tenaga, “Dimanakah mereka yang berbaiat di bawah pohon Samurah?”

Mendengar seruan itu, mereka seakan tergerak seperti induk sapi yang mendengar teriakan anaknya. Mereka sontak menjawab: “Yaa Labbaika… yaa labbaika!”
“Lawanlah orang-orang kafir itu!” seru ‘Abbas.

Demikian pula dengan kaum Anshar yang juga dipanggil agar kembali: “Yaa aa’syaral-Anshaar!”, wahai sekalian kaum Anshar.

Lalu ‘Abbas mengkhususkan panggilan tersebut kepada Bani Harits ibnul-Khazraj dari suku Anshar. Sedangkan Rasulullah tetap duduk tegap di atas bighal-nya. Sambil menyaksikan mereka berperang, beliau berkata, “Inilah saatnya peperangan memanas!”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas memungut beberapa butir kerikil, lalu melemparkannya ke arah orang-orang kafir sembari berkata, “Kalahlah kalian, demi Rabb-nya Muhammad”.

Tak lama setelah beliau melemparkan kerikil-kerikil tadi, nampaklah satu persatu dari pasukan musuh mulai kecapaian dan kalah.

Kemenangan tidak pada jumlah

Belajar dari peristiwa Hunain di atas, hendaknya kaum muslimin mengingat 2 ayat berikut:

“Sesungguhnya Allah telah menolongmu di tempat tempat yang banyak dan di hari perang Hunain. Ingatlah di saat itu kalian merasa ujub dengan jumlah yang banyak, padahal jumlah yang banyak itu tidak bermanfaat sedikitpun untuk kalian dan menjadi sempitlah bumi yang luas itu bagi kalian dan kalianpun lari ke belakang” (Surah At Taubah ayat 25).

“…Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar”. (Surah Al Baqarah ayat 249)

Inti dari Reuni 212

Banyaknya kaum muslimin hadir di Reuni 212 adalah indikator kaum muslimin mulai sadar tentang identitas, bahwa kaum muslimin mulai sadar mereka dirusak secara sistemik, dan kaum muslimin mulai sadar perlu untuk bersatu dalam menghadapinya.
Penulis: Akhi Reza (Graphic Designer AQWAM)

Perang Hunain dan Debat Media Tentang Jumlah Peserta 212 - Kiblat
https://www.kiblat.net/2018/12/06/perang-hunain-dan-debat-media-tentang-jumlah-peserta-212/

Ugut bunuh Menteri Pertanian dan Industri Asas Tani... 
06 December 2018
Menteri Pertanian dan Industri Asas Tani, Datuk Salahuddin Ayub mendapat ugutan bunuh dua hari lepas dengan cara meletakkan bangkai lembu dan nota ugutan bunuh di hadapan rumah yang dijadikan pusat khidmatnya.

Berikutan itu seorang saspek telah ditahan polis dan hari ini mahkamah telah membenarkan beliau disambung tahanan remannya.

Salahuddin ketika dihubungi mengesahkan perkara ini dan ia sedang disiasat oleh pihak polis.

“Saya diberitahu dua hari lepas tentang seekor bangkai lembu telah diletakkan di depan rumah saya di DUN Simpang Jeram, Johor.

“Padanya terdapat nota mengugut bunuh terhadap saya dan laporan polis telah dibuat.

“Pada awalnya saya lihat ia perkara kecil sahaja tetapi nampaknya polis memandang serius perkara ini kerana ia ugutan ke atas eeorang menteri,” kata Salahuddin kepada Malaysia Dateline.

Menurut Salahuddin, hari ini ada lagi pegawai polis datang ke pejabat beliau di Kementerian Pertanian, Putrajaya untuk mengambil kenyataan.

“Sehingga ini saya tidak tahu lagi apa motifnya.

“Kita serahkan perkara ini kepada pihak polis untuk membuat siasatan,” kata beliau lagi. - malaysiadateline

Jom pakat2 bantu Nik Amar...

Bunyi khabar Mohd Amar Nik Abdullah tidak akan hadir ke himpunan kesyukuran atas penolalakan bagi meraktifikasi ICERD pada 8 Disember ini kerana beliau hendak ke Makkah mengerjakan umrah. Beliau dijangka akan ke Makkah 7 Disember.


Walaupun pemergiannya ke Makkah untuk mengerjakan ibadat, tetapi menghadiri himpunan ICERD itu juga ibadat. Apakah beliau telah menempah tikit awal maka kalau ditunda ia akan kerugian?

Tidak jadi masalah kalau beliau melewatkan sehari untuk ke Makkah. Kerugian tikit kerana gagal terbang pada 7 Disember itu boleh diganti. Rasanya dalam hal ini, ramai yang sudi membantunya. Mungkin Husam Musa bekas kawannya dalam Pas juga sedia untuk memberi ganti rugi kepada Nik Amar dan membeli tikit ganti demi melihat Nik Amar ada dalam himpunan itu.

Image may contain: 2 people, people smiling, text
Nik Amar boleh berlepas keesokan harinya, 9 Disember. Saya akan cuba menghubungi Husam untuk mendapat pertimbangan hal ini agar membantu Nik Amar.

Kehadiran Nik Amar di himpunan itu penting bukan sahaja setakat memberi semangat kepada peserta lain tetapi mencatat sejarah orang Melayu berada di atas satu pentas sekiranya Dr Mahathir juga sudi untuk singgah di himpunan itu. Himpunan itu tentu bersejarah apabila ada Dr Mahathir, Anwar Ibrahim, Abdul Hadi Awang, Zahid Hamidi, Husam Musa dan lain-lain.

Senator Husam Musa telah pun membuat tawaran untuk menyelamatkan air muka Mohd Amar Nik Abdullah daripada ditejel kerana tidak akan hadir himpunan ICERD kerana tergesa-gesa untuk ke Makkah. Apa lagi Nik Amar sambutlah.

Dengar cerita pulok Kelantan istihar cuti 9hb Dis untuk bersama Najib pada himpunan 8hb..

Nak tergelak saya bila perhati aksi politik Melayu Malaysia. - MSO


Yang masih blur,tengok ni utk mudah faham.. 


Related image
Can Umno go without MCA?...
MCA has decided to "initiate the process of dissolving BN" and not "quit BN".

Umno leaders have urged MCA to make up its mind and act fast, hinting that they no longer need MCA, so it should stop making noise and just get lost.

MCA has lost three consecutive general elections, in 2008, 2013 and 2018, and by right it should be end of game for the party. But, politics is not just about electoral battles but rather the strategy adopted.

If you don't get the right partner, your future is doomed. This is what happens to BN today. Luck is not on its side, and it is made up of a bunch of equally rotten partners.

What about the partnership between MCA and Umno? For MCA, things cannot get any worse. If it happens to lose again, it loses the most one additional seat. Not a big deal after all!
Image result for umno and mca
So, it doesn't really matter now whether MCA can go without Umno. Similarly, there is no necessity for the party to have a clean and quick cut from Umno because no one knows what will become of Umno in five years' time, or even one year down the road.

Indeed, Umno has deviated off course under the stewardship of Ahmad Zahid. The party is tilting more to the right and towards radicalism, as it seeks to team up with PAS and play up the racial and religious game. This, unfortunately, will not take Umno any further.

We are not living in the year of 1969, and are not as penniless as in those turbulent years besides the fact people have grown tremendously in the awareness of democracy and rule of law.

Today, political power is no longer confined to a handful of privileged individuals. Zahid cannot do as he pleases. Meanwhile, PAS has its own agenda and may not dance to his tune.

He is currently fighting his court cases and as such must mess things up for his own salvation. But doing so will not take Umno back to the political mainstream, nor win the next general election and recapture Putrajaya.
Image result for umno and mca
The Malaysian society has a multicultural fabric and this country will not be controlled by any single race within the foreseeable future. Of all the 222 parliamentary seats, those held by PAS and Umno do not even make up a third.

Even though there are 120 Malay-majority seats or over half of the total, non-Malays could be the kingmakers in many of them. Umno and PAS may not win all!

In the absence of non-Malay support, Umno will lose its allies in East Malaysia. The party will need to face the reality come GE15. It must modify its strategy and seek non-Malay partners.

The pluralistic nature of the Malaysian society will make political alliances the only option for parties to remain relevant. As secretary-general Annuar Musa has said, Umno can even work with DAP, which is not impossible theoretically although highly impractical in reality.

Save for a major shift in the country's political ecosystem, Umno will still need MCA. Period. While this combination may not assure an electoral victory, it is at least the only viable option we can visualize today. - Sin Chew Daily
M'sia into Suzuki Cup final after nailbiting draw 2-2 
Malaysia wins...
Penalti dari Adisak Kraisorn mengecewakan Thailand,dari hero menjadi zero apabila gagal membawa Thailand ke final...
No automatic alt text available.
Sapa2 yang pinjam tu bayaq baliklah...
Image may contain: 4 people, people smiling, text

Image may contain: text

Image may contain: 11 people, people smiling, people sitting and indoor
Ni cerita apa pula...
Image may contain: 2 people, people smiling, text
cheers. 
https://alditta.blogspot.com/2018/12/ugut-bunuh-menteri-pertanian-dan.html




Tiada ulasan: