Sabtu, 12 Januari 2019

Islam dilabel dengan pelbagai jenama, mengapa?. 9031.



Orang kafir labelkan Islam macam-macam. Tidak sedarnya bila orang Islam berpolitik mereka turut menggunakan label tertentu kepada orang Islam lain yang tidak sealiran atau sependapat dengan mereka dalam berpolitik. 

Tujuan pelabelan ini hanyalah untuk memastikan Umat Islam supaya jangan bersatu padu. Bila Islam bersatu padu maka golongan kafir ini akan rasa terancam dengan bayangan diri mereka sendiri. Mereka bertepuk tangan bila orang sesama Islam melabelkan pihak tidak sefahaman politik dengan label yang telah yahudi laknatullah persiapkan. 

Yang diucapkan oleh kepala serta barang tentu diikuti para pendukungnya dan apabila bertentangan, maka dianggap berpecah-belah. Ungkapan Revolusi Mental yang tidak boleh memasukkan politik kedalam agama. “Tiba-tiba dikatakan agama tidak boleh dimasukkan dalam politik, lupa bahwa Negara ini dibentuk dibangun dengan teriakan-teriakan Takbir.” 

Di saat gerakan orang-orang Islam menuntut ketidakadilan, mereka langsung dianggap radikal“Padahal itu kalau di dalam demokrasi disebut civil Islam, civil and political liberty.” Kerap menyuarakan revolusi mental tetapi banyak sekali terjadi Islamophobia. “Dan itu (islamophobia.red) hanya terjadi di zaman revolusi mental.” 

Pemerintahan cara Islam. 

Pemerintahan Khalifah Islam ternyata lebih baik dari sebarang fahaman politik yang digembalai oleh yahudi laknatullah. Demokrasi hanya dakyah. Bila bertembung dengan Agama Islam terhapus nilai demokrasi yang kononnya adil sangat, rupa-rupanya adil senget. Seperti demokrasi, komunis juga adalah dakyah yahudi laknatullah untuk memecah belahkan masyarakat dunia. Fahaman tersebut hanyalah dakyah untuk mengenepikan Amalan Pemerintahan Islam yang tersebar luas sebelumnya iaitu Pemerintahan Khalifah, melalui penjajahan negara barat terhadap Asia Tenggara dan penyebaran Kristian selain dari memberi ruang Buddha dan Hindu menguasai sesebuah negara dengan tipu helah dan matlamat utama mereka ialah mengenepikan Islam. Nauzubillahminzalik.  

India Akan Akui Kewarganeraan Imigran Tertindas Kecuali Muslim 
Sabtu, 12 Januari 2019 10:18
Foto: Bendera India.

KIBLAT.NET, New Delhi – Pemerintah India sedang mempersiapkan undang-undang yang memberikan kewarganegaraan kepada imigran minoritas yang teraniaya di negara-negara Muslim, tetapi kewarganegaraan tersebut tidak termasuk bagi imigran Muslim. Banyak pengamat menilai ini merupakan sikap terang-terangan anti-Muslim dan upaya partai penguasa memperkuat basis Hindu sebagai pendekatan pemilu.

Departemen Dalam Negeri India, Selasa lalu (08/01), mengatakan bahwa negaranya ingin memberikan kewarganegaraan kepada imigran dari agama minoritas yang telah dianiaya di negara-negara Muslim tetangga termasuk Pakistan.

Para pengamat mengkritik Rancangan Undang-undang (RUU) tersebut, yang termasuk bagian dari amandemen UU kewarganegaraan tahun 2019. RUU tersebut menggambarkannya sebagai anti-Muslim dan upaya Partai Bharatiya Janata, partai Perdana Menteri Narendra Modi, untuk memperkuat konstituensi Hindu menjelang pemilihan umum Mei.

RUU itu akan memberikan kewarganegaraan kepada pengikut Hindu, Sikh, Jain, Budha, Kristen, dan Persia dari Afghanistan, Pakistan, dan Bangladesh, yang bermigrasi ke India sebelum 31 Desember 2014, mengecualikan Muslim.

“Mereka tidak memiliki tempat lain selain India. Mereka bisa tinggal di negara bagian manapun,”kata Menteri Dalam Negeri, Raj Nath Singh, kepada parlemen.

Tetapi ada oposisi yang cukup besar terhadap proposal tersebut, terutama di negara bagian Assam di timur laut, di mana penduduk telah mengeluh selama bertahun-tahun bahwa imigran Bangladesh telah membebani sumber daya.

Singh mencoba meyakinkan orang Assam bahwa negara tidak akan menanggung beban sendirian.


“Beban migran tertindas akan ditanggung bersama oleh seluruh Negara, bukan hanya pemerintah Assa,” pungkas Singh.

Sumber: France24
Redaktur: Sulhi El-Izzi
India Akan Akui Kewarganeraan Imigran Tertindas Kecuali Muslim


BERITA TERKAIT


Chusnul Mar’iyah Tolak Muslim yang Menuntut Keadilan Disebut Radikal 
Sabtu, 12 Januari 2019 15:18
Foto: Pengamat politik UI Chusnul Mar'iyah, Ph.D

KIBLAT.NET, Jakarta – Pengamat Politik, Chusnul Mar’iyah menilai bahwa di era Jokowi muncul destorsi wacana kebangsaan.

Ia menjelaskan, salah satu Destorsi yang muncul yaitu ungkapan “Saya Pancasila” yang diucapkan oleh Presiden dan para pendukungnya dan apabila bertentangan, maka dianggap berpecah-belah.

“Tau-tau dari mulai presiden sampai pendukung-pendukungnya mengucapkan ‘saya pancasila’, kalau presiden bicara seperti itu, trus kalau saya mengkritik, saya bicara apa namanya? Tidak pancasila?,” ungkap Chusnul di Jalan Daksa nomor 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (11/01/2019).

Chusnul juga mengkritik ungkapan Revolusi mental yang tidak boleh memasukkan politik kedalam agama. “Tiba-tiba dikatakan tidak boleh agama dimasukkan dalam politik, lupa bahwa Negara ini dibentuk dibangun dengan teriakan-teriakan Takbir,” ucapnya.

Chusnul menegaskan bahwa Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk muslimnya terbesar didunia, tetapi pada saat gerakan orang-orang Islam berada menuntut ketidakadilan, mereka langsung dianggap radikal.

“Padahal itu kalau di dalam demokrasi disebut civil islam, civil and political liberty,” tuturnya

Ia juga menyayangkan pemerintah kerap menyuarakan revolusi mental tapi justru banyak sekali terjadi Islamophobia. “Dan itu (islamophobia.red) hanya terjadi di zaman revolusi mental ini,” pungkasnya.

Reporter: Alif
Editor: Izhar Zulfikar
Chusnul Mar'iyah Tolak Muslim yang Menuntut Keadilan Disebut Radikal - Kiblat


TITIAN


BERITA TERKAIT


BERITA LAINNYA


ini karena Malaysia memiliki kebijakan luar negeri yang jelas terhadap Israel.
Sabtu, 12/01/2019 10:59

"Mereka tidak memiliki tempat lain selain India. Mereka bisa tinggal di negara bagian manapun,"kata Menteri Dalam Negeri, Raj Nath Singh, kepada parlemen.
Sabtu, 12/01/2019 10:18

"Kami belum menarik pasukan sejauh ini," kata pejabat yang menolak disebutkan namanya itu.
Sabtu, 12/01/2019 08:07

KIBLAT.NET- Biasanya, tatkala kita melihat orang yang mempunyai sifat malu mungkin kita akan merendahkan orang...
Jum'at, 11/01/2019 17:41

Di sebuah video, Ustaz Abdul Somad (UAS) menceritakan sebuah kisah yang menyentuh ketika menyampaikan ceramah di Aceh
Jum'at, 11/01/2019 15:26

Pengguna Facebook berusia 65 tahun ke atas lebih cenderung berbagi berita palsu daripada yang berusia lebih muda.
Jum'at, 11/01/2019 15:00

Ryabkov mengaku sulit untuk percaya bahwa AS akan menarik diri dari Suriah sepenuhnya dalam keadaan saat ini.
Jum'at, 11/01/2019 14:30

Kesepakatan ini dinilai memperkuat dominasi HTS di wilayah Idlib dan sekitarnya.
Jum'at, 11/01/2019 13:46

Sementara yang kurang dari usia 15 tahun tidak boleh sama sekali menikah.
Jum'at, 11/01/2019 10:08 

Kunjungan penasehat keamanan nasional AS, John Bolton, ke Turki akhir pekan lalu sebagai utusan Presiden Trump dianggap gagal.
Jum'at, 11/01/2019 09:54
Muslim Uighur Bantu Korban Tsunami Selat Sunda Rp700 Juta Lebih
Jum'at, 11 Januari 2019 11:26
Foto: Muslim Uighur melalui Ketua Majelis Nasional Turkistan Timur menyerahkan bantuan kemanusiaan untuk korban Tsunami Selat Sunda melalui AQL Peduli
KIBLAT.NET, Jakarta – Indonesia mendapat kunjungan sejumlah ulama dan aktivis muslim Uighur (Turkistan Timur) pekan ini. Ketua Majelis Nasional Turkistan Timur yang berkedudukan di Istanbul, Turki, Seyit Tumturk menjelaskan kedatangannya di Indonesia dalam acara ‘Kesaksian Muslim Uighur’ di AQL Islamic Center, Tebet, Jakarta, Kamis (9/1/2019) malam.
Dia datang bersama Gulbakhar Cililova, seorang ibu berusia 54 tahun berpaspor Kazakhstan yang pernah mengalami siksaan dalam tahanan kamp konsentrasi rezim komunis Cina selama kurang lebih setahun. Tumturk mengungkapkan pentingnya kunjungan pihaknya ke Indonesia karena sangat terharu dan ingin mengucapkan terima kasih atas serangkaian ‘Aksi Bela Muslim Uighur’ yang dilakukan oleh umat Islam di negeri ini.
“Kami sangat bersyukur, alhamdulillah, umat Islam di Indonesia begitu antusiasnya sebagai sesama saudara Muslim untuk memprotes kezaliman dan penindasan yang kami alami. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih,” ucapnya dalam bahasa Turki yang diterjemahkan ke Indonesia di hadapan jamaah tadabbur AQL Islamic Center pimpinan Ustaz Bachtiar Nasir di Tebet, Jakarta, Kamis (10/01/2019) malam.
Pada kesempatan itu Seyit Tumturk, sebagaimana dilansir sindikasi berita bentukan Jurnalis Islam Bersatu (JITU) INA News Agency (INA), juga menyampaikan amanah dari 35 juta warga Muslim Uighur yang saat ini menyebar di berbagai negara seperti Turki, Kazakhstan, Tajikistan, Kyrgyzstan, Turkmenistan, Afghanistan, Pakistan, Jerman, Prancis, Finlandia, Australia, dan lainnya. Amanah itu berupa bantuan untuk para korban tsunami Selat Sunda sebesar USD 50.000 (lebih dari Rp 700 juta).
“Saya atas nama warga Muslim Uighur menyampaikan amanah bantuan untuk para korban tsunami di Indonesia,” ungkap Tumturk, yang secara simbolis diterima oleh Ustadz Bachtiar Nasir mewakili lembaga bantuan kemanusiaan Indonesia yang akan mendistribusikannya untuk korban tsunami Selat Sunda.
“Maasyaa Allah, Muslim Uighur, meski jutaan di antara mereka ditindas Cina dan mengalami siksaan di tahanan Kamp Konsentrasi Cina, tapi masih ingat dengan saudara-saudaranya di Indonesia yang juga tengah mendapatkan musibah tsunami,” kata seorang peserta yang hadir di acara ‘Kesaksian Muslim Uighur’.
Sementara Gulbakhar Cililova memberikan kesaksian terkait penyiksaan yang dia alami selama kurang lebih setahun. Ibu berusia 54 tahun ini bebas setelah setelah pemerintah negara asalnya Kazakhstan, berhasil membantu membebaskannya dari Kamp Konsentrasi Cina itu.
Rencananya, Seyit Tumturk dan rombongan juga akan mengunjungi para korban tsunami di Pandeglang, Banten. Selain itu, dalam kunjungan kurang lebih sepekan di Indonesia, Tumturk dan rombongannya akan menyampaikan kesaksian terkait penindasan dan siksaan yang dialami Muslim Uighur di tahanan Kamp Konsentrasi Cina.
Testimoni itu rencananya akan disampaikan melalui audiensi, di antaranya ke Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Muhammadiyah, DPR RI, dan juga dijadwalkan menyapa warga Bandung serta bersilaturahim dengan tokoh-tokoh Islam di Kota Paris Van Java itu.
Seyit Tumturk dan Gulbakhar Cililova dijadwalkan pula menjadi narasumber dalam acara diskusi publik bertajuk ‘Kesaksian dari Balik Tembok Penjara Uighur’ di Jakarta pekan ini. Akan hadir sebagai pembicara para tokoh serta aktivis HAM internasional dan Indonesia.
Di samping itu, mereka akan diterima media nasional dan asing di Jakarta serta organisasi Jurnalis Islam.
Sementara, pekan ini pula, rombongan Ulama Uighur/Turkistan Timur disertai aktivis lainnya mengunjungi Indonesia. Para Ulama dan aktivis Muslim Uighur yang akan melakukan serangkaian silaturahim itu adalah:
1. Dr Ataullah Shahyar (Presiden Persatuan Ulama Turkistan Timur/Uighur, Dosen Universitas Marmara, Istanbul, Turki).
2. Dr Abdussalam Alim (Ketua Persatuan Ulama Turkistan Timur/Uighur di Australia)
3. Syaikh Sirajudden Azizi (Wakil Presiden Persatuan Ulama Turkistan Timur/Uighur dan President Uyghur Research Foundation).
4. Abdulahad Ucat (Sekjen Persatuan Ulama Turkistan Timur/Uighur).
5. Hidayet Oguzhan (President of East Turkistan Maarif Association, Ketua Persatuan LSM Turkistan Timur)
Selain melakukan kunjungan ke sejumlah tokoh, ormas/lembaga-lembaga Islam di Indonesia dan DPR RI, rombongan Ulama dan aktivis Uighur ini juga akan bersilaturahim dengan organisasi Jurnalis Islam.
Reporter: MUS/INA
Editor: Imam S.
Muslim Uighur Bantu Korban Tsunami Selat Sunda Rp700 Juta Lebih - Kiblat

Kisah Anak Kecil yang Hafal Ceramah Ustaz Abdul Somad

Foto: Ustaz Abdul Somad
KIBLAT.NET – Di sebuah video, Ustaz Abdul Somad (UAS) menceritakan sebuah kisah ketika menyampaikan ceramah di Aceh
“Saya menyampaikan taushiyah di Aceh, ada seorang bapak, dia tunjukkan video, ‘Anak saya menang musabaqah tazkirah (perlombaan ceramah).'” UAS memulai kisahnya.
“Ustaz Somad, anak saya baru menang musabaqah tazkirah,” kata si bapak.
“Boleh saya tengok videonya?” tanya UAS.
UAS menonton video itu dari awal hingga akhir dan merasa seolah-olah ia sedang melihat dirinya sendiri sedang bertaushiyah.
“Dia hafal tazkirah saya dari Youtube, lalu disampaikan,” jelas UAS.
UAS melanjutkan,“Kalau kata ustaz yang diingat, begitulah senangnya saya, begitulah senangnya saya melihat budak kecil yang hafal kata-kata saya,” UAS melanjutkan,“Bagaimana agaknya Allah melihat kita menghafal kata-kata Allah?”
“Bagaimana ridhanya Allah?”
“Bagaimana senangnya Allah menengok hambaku yang lain sibuk dengan dunianya, hambaku yang lain sibuk dengan bisnisnya, hambaku yang lain sibuk mengejar harta benda, tapi yang ini dia menghafal kata-kata-Ku.” 
Tak terbayangkan…
UAS pun menjelaskan balasan bagi hamba-hamba yang saleh sebuah hadits
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ اللَّهُ أَعْدَدْتُ لِعِبَادِى الصَّالِحِينَ مَا لاَ عَيْنَ رَأَتْ ، وَلاَ أُذُنَ سَمِعَتْ ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ ، فَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ فَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِىَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ
“Allah berfirman: Aku sediakan bagi hamba-hamba-Ku yang sholeh surga yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terbetik dalam hati manusia.” Bacalah firman Allah Ta’ala, “Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (QS. As Sajdah: 17) (HR. Bukhari no. 3244 dan Muslim no. 2824)
Redaktur : Dhani El_Ashim
Sumber :
  1. Tafaqquh Video
  2. Fanspage Ustadz Abdul Somad عبد الصمد
Kisah Anak Kecil yang Hafal Ceramah Ustaz Abdul Somad - Kiblat

BERITA TERKAIT


TITIAN


Kesaksian Muslimah Kazakhstan 16 Bulan Disiksa di Kamp Konsentrasi Cina

KIBLAT.NET, Jakarta – Muslimah asal Kazakhstan, Gul Bahar Jaliloa menceritakan kezaliman yang dialaminya selama 16 bulan di kamp konsentrasi milik Pemerintah Cina. Hingga akhirnya ia terbebas lantaran mendapatkan pertolongan dari pemerintah di negeri asalnya Kazakhstan.
“Apa salah saya ketika ditangkap oleh pemerintah Cina, padahal saya warga Kazakhstan dan memiliki paspor. Saya biasa berniaga di wilayah Xinjiang. Tetapi mereka memenjarakan saya lantaran saya dituduh sebagai teroris,” katanya dalam kunjungannya di AQL Islamic Center, Jakarta, Kamis (10/01/2019).
Ia mengungkapkan ketika ditangkap dirinya ditempatkan bersama tahanan wanita lainnya yang berusia 14-80 tahun. Dalam satu ruangan penjara berisi 40 orang. Ruangan tersebut tidak ada ventilasi dan jendela, dengan satu kamera yang memantau tahanan dan satu televisi.
“Tahanan dipermalukan dengan tidak diberikan fasilitas WC yang layak. Ketika tahanan buang hajat, dipaksa untuk disaksikan oleh tahanan lainnya,” ungkapnya sembari terisak menangis mengingat masa sulit itu.
Bahkan Gul Bahar mengatakan bahwa para tahanan tidak diperbolehkan bergerak. Jika diketahui bergerak menoleh ke kanan dan ke kiri akan dikira sedang melakukan ibadah shalat. Akibatnya mereka dipaksa untuk keluar dan mendapatkan perlakuan zalim.
Mereka akan dibawa ke sebuah ruangan yang sangat gelap dan di dalamnya banyak tikus. Begitupun bagi tahanan perempuan yang hamil dan melahirkan di sana, anaknya akan diambil dan sang ibu tidak dapat mengasuhnya.
“Ketika saya tanya alasan para tahanan ini dipenjara rata-rata jawabannya adalah di rumahnya didapati memiliki Al-Quran dan memiliki pisau lebih dari satu. Peraturan di sana satu rumah hanya diperbolehkan memiliki satu pisau saja,” ujarnya.
Gul Bahar kemudian mengungkapkan siksaan lainnya. Yakni kaki tahanan diborgol dengan berat 5 kg selama 24 jam setiap harinya di penjara. Setiap sepekan sekalinya tahanan disiksa untuk melepas seluruh busananya.
Begitupun apabila diketahui ada gerakan dari wudhu dengan mengusap salah satu anggota badan maka akan disiksa. Akhirnya banyak tahanan yang mengalami gatal-gatal, rambut yang berkutu dan sakit lainnya.
Ketika rambut tahanan sudah terlihat memutih maka akan diwarnai. Selain itu setiap harinya tahanan diberikan krim agar terlihat segar wajahnya.
“Tahanan juga dipaksa memakan obat yang tidak diketahui obat apa itu. Hingga menyebabkan tahanan-tahanan wanita di sana tidak mengalami datang bulan. Setelah meminum obat itu, seakan tubuh ini tidak merasakan apapun baik lapar atau haus,” tuturnya.
Banyak yang meninggal, tetapi naas tidak ada yang mengetahui siapakah dia. Sanak keluarga di luar pun tak mengetahuinya.
“Demi Allah saya bersumpah bahwa siksaan ini saya rasakan di kamp pelatihan pemerintah komunis Cina. Saya tidak takut menyampaikan kebenaran ini agar seluruh dunia tahu atas kejahatan ini,” tukasnya.
Reporter: Hafidz Syarif
Editor: M. Rudy

 

BERITA TERKAIT


Kesaksian Muslimah Kazakhstan 16 Bulan Disiksa di Kamp Konsentrasi Cina - Kiblat

Mantan Tahanan Kamp ‘Reedukasi’ China Dapat Amanah Sampaikan Kabar Uighur ke Dunia

Foto: Gulbakhar Cililova, Mantan Tahanan Kamp 'Reedukasi' Cina
KIBLAT.NET, Jakarta – Gulbakhar Cililova, Mantan Tahanan Kamp ‘Reedukasi’ mengaku mendapat amanah dari masyarakat Uighur, khususnya yang ditahan di kamp ‘reedukasi’ di China untuk menyampaikan penindasan yang dialami muslim Uighur kepada Dunia.
“Mereka (masyarakat Uighur) berkata kepada saya, bahwa kita disini tidak bisa bagaimana keluar. Ketika kamu keluar, saya amanahkan kamu agar dunia tahu apa yang sebenarnya terjadi,” ujar Gulbakhar dalam acara diskusi “Kesaksian dari Balik Penjara Uighur”, di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (12/01/2019).
Dalam diskusi yang dinisiasi Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap dan Jurnalis Islam Bersatu (JITU) itu, Gulbakhar juga menceritakan penderitaan yang dialami oleh Muslim Uyghur.
“Pernah satu hari saya dibawa ke rumah sakit di kamp tersebut, dan saya melihat seseorang dibawa oleh penjara, para sipir mengatakan tahanan itu akan dibebaskan, namun sejatinya mereka ternyata dihukum mati,” ujar ibu dari tiga anak ini.
Gulbakhar menceritakan ketika ada warga yang ditahan pingsan, ketika itu ada seorang ibu-ibu pingsan, dan ada tahanan lain yang ingin menolong, maka tahanan itu langsung disiksa.
Ia juga bercerita, ada seorang wanita yang melahirkan di dalam Kamp. Ketika baru melahirkan di ruangan tempat muslim Uighur ditahan, pihak pemerintah China langsung merebut bayi tersebut, dan tidak membiarkan wanita tersebut menyusuinya.
“Saya baru diintrogasi ketika sudah masuk bulan ketiga masa ditahan. Saya diperiksa selama 24 jam tanpa diberi makan dan minum. Bahkan saya diancam ditahan selama sepuluh tahun. Di kamp tersebut, sudah ada muslim yang ditahan selama tigapuluh tahun lebih,” tukasnya.
Diskusi ini juga menghadirkan Senior Vice President ACT, Syuhelmaidi Syukur, Muzammil Yusuf, Anggota DPR RI, Seyit Tumturk, Ketua Majelis Nasional Turkistan Timur (Uighur), Haeril Ilham, Tim Komunikasi & Advokasi Amnesty International Indonesia, dan Muhammad Pizaro, Ketua Umum JITU.
Reporter: Muhammad Jundii
Editor: Izhar Zulfikar
Mantan Tahanan Kamp 'Reedukasi' China Dapat Amanah Sampaikan Kabar Uighur ke Dunia - Kiblat

BERITA TERKAIT




Tiada ulasan: