Ahad, 13 Januari 2019

Islam diupayakan untuk dihapuskan. 9035.


Nusantara tinggal nama. Burma ditukar kepada Myanmar supaya lebih nampak kafir laknatullah. Begitu juga dengan Siam menjadi Thailand. Tanah Melayu kepada Malaysia. Laos, Kemboja dan Vietnam menjadi medan menguji senjata penceroboh dan penjahat serta pengganas dunia. Nusantara juga dipecahkan kepada Negara Indonesia, Brunai dan Filipina. Semua negara dijajah termasuk dijajah tanpa disedari. Nusantara asalnya Wilayah Islam yang ditunjangi oleh Suku kaum yahudi yang hilang di timur. Sebab itulah ziones berusaha mengirim badut-badut mereka penjajah barat menguasai dan menghancurkan serta mengecilkan Wilayah besar Islam yang dinamai NUSANTARA. Siam dijajah dalam senyap oleh asalnya suku kaum menoriti tanpa disedari oleh penguasa Islam dengan cara antaranya berpura-pura menganut Islam dan akhirnya bila berjaya menjadi penguasa maka lahirlah Negara Baru yang dikuasai Buddha bernama Thailand. Begitulah tipu muslihat yahudi melalui bangsa suruhan mereka orang-orang barat.

BERITA TERKAIT


Amnesty Internasional Minta Cina Beri Jalur Independen Selidiki Diskriminasi Muslim Uighur

Foto: Muslim Uighur.
KIBLAT.NET, Jakarta – Haeril Halim, Juru Bicara Amnesty International Indonesia meminta pemerintah Cina membuka jalur independen untuk melakukan investigasi terhadap Muslim Uighur. Menurutnya, kunjungan yang difasilitasi Cina, diragukan kebenaran informasinya.
“Kita lakukan (wawancara di luar Cina) karena belum ada akses ke sana. Pemerintah Cina mengorganisir kunjungan diplomat ke sana, mungkin itu kunjungan yang sudah diatur. Tapi untuk menguak apa yang sebenarnya terjadi di sana, harus ada jalur independen dari pihak luar. Jadi bukan akses yang diatur pihak Cina,” ujar Haeril dalam diskusi “Kesaksian dari Balik Penjara Uighur”, di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (12/01/2019).
Dalam diskusi yang diinisasi Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) bekerjasama dengan Jurnalis Islam Bersatu (JITU) itu, Haeril meminta Pemerintah Indonesia untuk lebih proaktif terhadap kondisi Muslim Uighur.
“Indonesia sudah ada pertemuan dengan Menlu Cina, kami berharap ada langkah lebih proaktif dari Indonesia untuk mendapatkan informasi yang independen. Apa yang terjadi di Uighur,” ujarnya.
Haeril menjelaskan bahwa karena akses yang ada dari Cina saat ini tidak bisa dipercaya, Amnesti Internasional mewawancarai 100 orang yang memiliki informasi tentang Penindasan terhadap Muslim Uighur.
“Kami mewawancarai 100 orang, bukan hanya keluarga, tapi ada jg yang berhasil keluar dari kamp, ada dari keluarga, anggota keluarga yang hilang, dan juga ada yang mantan tahanan. Kita lakukan karena belum ada akses ke sana,” ujarnya.
Dalam wawancara itu, keluarga Muslim Uighur yang di luar Cina mengaku tidak mendapat informasi tentang keluarganya, dan mereka sudah berfikir hal yang paling buruk telah menimpa keluarga mereka di Cina, karena penindasan yang dilakukan pemerintah Komunis Cina.
“Kami menamai ini sebagai Zona tanpa HAM. Pemerintah Cina menamai ini sebagai kamp-kamp konsentrasi,” ujarnya.
Reporter: Muhammad Jundi
Editor: Izhar Zulfikar
Amnesty Internasional Minta Cina Beri Jalur Independen Selidiki Diskriminasi Muslim Uighur - Kiblat

Majelis Nasional Turkistan Timur: 3,5 Juta Muslim Uighur di Kamp Penyiksaan Cina

Foto: Ketua Majelis Nasional Turkistan Timur di Istanbul, Seyit Tumturk (oleh: Jundi)
KIBLAT.NET, Jakarta – Ketua Majelis Nasional Turkistan Timur di Istanbul, Seyit Tumturk berterimakasih kepada seluruh masyarakat Indonésia, Ormas Islam, dan lembaga-lembaga atas solidaritasnya kepada muslim Uighur. Ia mewakili 35 juta masyarakat Uighur, menyampaikan salam keselamatan kepada Indonésia.
Dalam diskusi bertajuk “Kesaksian dari Balik Penjara Uighur”, yang dinisiasi Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap dan Jurnalis Islam Bersatu (JITU), Seyit Tumturk menjelaskan bahwa sudah sejak lama Turkistan Timur ditindas oleh Pemerintah Komunis China. Atas alasan itu, ia dan beberapa perwakilan masyarakat Uighur datang ke Indonesia.
“Dalam hitungan PBB, angka masyarakat Uighur ditahan dalam Kamp Reedukasi China sebanyak satu juta orang. Akan tetapi, menurut data yang kami kumpulkan ada sekitar 3,5 juta orang. Mereka mendapat siksaan lebih dari yang dilakukan oleh Nazi,” ujar Seyit dengan bahasa Turki di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (12/01/2018).
Seyit menjelaskan kamp penindasan terhadap muslim Uighur disebut oleh pemerintah Komunis Cina sebagai proyek Persaudaraan Keluarga, padahal sejatinya itu adalah sebuah kamp genosida terhadap muslim Uighur. Muslim Uighur yang ditahan di sana pun karena dituduh sebagai teroris, radikalis.
“Amat kita sayangkan, 35 juta muslim di Uighur dizalimi, tapi dunia buta dan tuli terhadap apa yang terjadi di sana. Dan atas semua penindasan itu, Alhamdulillah masyarakat muslim Indonesia turun kej alan menyuarakan pembebasan berislam Uighur,” ujarnya.
Sikap Muslim Indonesia tersebutlah yang menyebabkan perwakilan Uighur datang ke Indonesia, karena Muslim Indonesia menentukan sikap untuk menyuarakan kebebasan Uighur.
“Setelah aksi itu dilakukan, efeknya kedutaan Cina langsung memohon Ormas Islam untuk mendatangi Uighur, supaya kabar penindasan itu terkesan tidak benar” ujarnya.
Seyit mengungkapkan, dua tahun lalu, Cina juga mengingkari penindasan yang dilakukanya. Namun, tiga bulan terakhir ini, Perserikatan Bangsa-bangsa dan Parlemen Eropa melakukan penelitian, dari angkasa terungkap fakta yang membenarkan adanya kamp penindasan itu.
Setelah parlemen Eropa dan PBB mendesak Cina untuk mengatakan itu, China mengatakan benar adanya kamp tersebut, tapi tidak mengakui penindasan yang dilakukannya.
“Setelah dikeluarkan angka satu juta muslim Uighur ditahan, Cina tetap berusaha mengelak. Setelah seperti Gulbakhar yang baru keluar dan mengalami penindasan, kita bawa kehadapan media, pemerintah Cina tetap saja mengelak, Cina berdalih kamp penindasan itu adalah kamp konsentrasi dan pelatihan kerja untuk warga,” jelasnya.
Reporter: Muhammad Jundii
Editor: Izhar Zulfikar
Majelis Nasional Turkistan Timur: 3,5 Juta Muslim Uighur di Kamp Penyiksaan Cina - Kiblat

BERITA TERKAIT


BERITA TERKAIT


Amnesty International: Pelanggaran HAM kepada Muslim Uighur Terjadi Secara Sistematis

Foto: Juru bicara Amnesty International Indonesia, Haeril Halim (jundi/kiblat)
KIBLAT.NET, Jakarta – Juru bicara Amnesty International Indonesia, Haeril Halim mengungkapkan apa yang terjadi di Xinjiang terhadap bangsa Uighur adalah persoalan hak asasi manusia (HAM). Maka, apapun agamanya harus dibela. Haeril memuji langkah yang telah dilakukan bangsa Indonesia. Menurutnya, aksi solidaritas untuk membela bangsa Uighur sudah tepat.
Amnesty International telah merilis laporan lengkap atas pelanggaran HAM terhadap bangsa Uighur di Xinjiang. Laporan sepanjang 20 halaman itu merekam testimoni sekitar 100 orang Uighur yang kehilangan anggota keluarganya, atau mereka yang telah keluar dari kamp konsentrasi. Laporan itu telah dipublikasikan sejak bulan September 2018 lalu.
“Kita perlu melihat poin besar yang ada di Xinjiang/Turkistan timur. Ada sejarah panjang kekerasan yang dialami oleh bangsa Uighur. Pada tahun 2009 ada letupan kekerasan yang mengakibatkan kematian ratusan orang,” terang Haeril.
Ia menambahkan, Partai Komunis Cina mengambil kesempatan tersebut untuk melakukan aksi perlawanan yang disebutnya sebagai perang terhadap terorisme dan ekstrimisme.
“Implementasi kebijakan tersebut seharusnya tidak boleh melanggar HAM. Namun implementasi yang ada justru brutal,” tambahnya.
Amnesty International menyebut bangsa Uighur yang tidak terkait terorisme pun banyak yang ditangkap dan dijebloskan ke dalam kamp konsentrasi. Implementasi kebijakan pemerintah Cina jadi tidak proporsional.
“Interview yang kami lakukan banyak mereka yg tidak terkait jadi sasaran,” tambah laporan Amnesty.
Ada lima hak privat yang dilanggar oleh pemerintah Cina terhadap Muslim Uighur. Diantaranya ialah hak untuk berkeyakinan, Hak untuk berpikir dan kebebasan berekspresi, kebebasan bekumpul, kebebasan berorganisasi dan Hak untuk bergerak.
“Banyak mereka yang melakukan perjalanan ke Negara-negara Islam juga ditangkap,” pungkas dia.
Sementara itu, Ketua Majelis Nasional Turkistan Timur, Seyit Tumturk menegaskan bahwa ada perbedaan makna teroris yang diyakini masyarakat dunia dan Pemerintah Cina. Bagi Partai Komunis Cina semua Muslim adalah teroris.
“Semua bentuk ibadah dilarang. Kaum Ughur juga dilarang shalat, memiliki janggut dan semacamnya. Bahkan, 90% masjid di Xinjiang sudah dihancurkan,” kata Seyit.
Reporter: Fajar Sadiq
Editor: Izhar Zulfikar
Amnesty International: Pelanggaran HAM kepada Muslim Uighur Terjadi Secara Sistematis - Kiblat




Tiada ulasan: