Keluarnya Dajjal karena Kemarahannya
Saad Saefullah
KITA tahu bahwa di akhir zaman kelak, kita akan bertemu dengan tamu baru. Dia akan menunjukkan jalan kepada kita menuju surga. Tapi, ternyata jalan yang ditempuh itu adalah jalan menuju neraka. Naudzubillah. Orang inilah yang kita kenal sebagai Dajjal.
Orang bermata satu ini menjadi ancaman terbesar di akhir zaman. Ia akan terus berusaha menggoyahkan keimanan seorang Muslim, hingga orang tersebut murtad dari kebenaran. Banyak orang akan mudah tertipu dengan tipu dayanya. Jika kita tak memiliki kekuatan iman yang kuat, maka tak dapat dipungkiri kia pun akan termakan oleh hasutannya.
Berbicara tentang Dajjal, mungkin kita akan merasa bingung darimana ia datang. Mengapa ia bisa sampai ke negeri ini dan merusak tatanan masyarakat Muslim?
Dalam hadis Tamim Ad-Dari’ RA yang menuturkan kisah Dajjal dan Al-Jassasah sudah diungkapkan bahwa Dajjal masih dikurung di sebuah pulau di tengah lautan lepas hingga kini. Dajjal sudah hidup pada masa Rasulullah SAW. Ia memiliki postur tubuh yang tinggi besar.
BACA JUGA: Apakah Dajjal Keturunan Nabi Adam?
Tamim Ad-Dari’ beserta ketigapuluh orang rekannya telah melihat Dajjal dalam keadaan terbelenggu oleh rantai, dan terjadilah dialog di antara mereka. Dajjal menyampaikan kepada mereka identitas dirinya dan ia akan keluar ketika kemarahannya meledak. Sehingga, rantai yang membelenggunya putus dan ia pun keluar dari kurungannya. []
Referensi: Kiamat Sudah Dekat?/Karya: Dr. Muhammad Al-‘Areifi/Penerbit: Qisthi Press
Adanya al-Malhamah berupa jatuhnya meteor ke bumi, menyebabkan ledakan yang dahsyat sehingga debu-debu berterbangan membentuk kabut/ asap atau dukhan.
Budak Abu Lahab yang Menyayangi Nabi
Budak Abu Lahab yang Menyayangi Nabi - Islampos
Niat Kebaikan dan Keburukan
Saad Saefullah
Saudaraku, Ringankanlah Hidupmu dengan Ikhlas
Saad Saefullah
Saudaraku, Ringankanlah Hidupmu dengan Ikhlas - Islampos
Sosok Zaid bin Tsabit
yudi
Mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syetan-syetan pada masa kerajaan Sulaiman
Barang siapa yang mengikuti perbuatan orang-orang kafir dengan niatan meniru mereka, maka berarti dia telah melakukan perbuatan tasyabbuh.
Tapi Ia mencabut ilmu melalui kematian ulama
Pada peta itu, terlihat hampir semua wilayah di berbagai belahan Bumi berwarna merah.
Orang-orang yang kuat akan memangsa yang lemah, hukum rimba akan berlaku dalam kehidupan manusia.
Apakah Ada Hubungannya antara Maksiat dengan Bencana Alam?
Rifki M Firdaus
Menu Istimewa di Pagi Hari: Shalat Subuh
Apakah Ada Hubungannya antara Maksiat dengan Bencana Alam?
Rifki M Firdaus
AKHIR-akhir ini kita begitu banyak mendengar kabar-kabar mengenai bencana alam. Hampir setiap harinya kita dengar bencana alam terjadi di negeri kita. Mulai dari bencana banjir sampai tanah longsor.Tapi, tahukah Anda ternyata salah satu penyebab terjadinya bencana alam itu adalah karena kemaksiatan anak Adam?
Maksiat dapat menyebabkan munculnya peristiwa-peristiwa seperti gempa bumi, longsor, dan hilangnya berkah.
BACA JUGA: Akibat Maksiat dan Dosa
Rasulullah SAW melarang kaumnya untuk melewati bekas pemukiman kaum Tsamud, kecuali dengan tangisan, melarang meminum air mereka, melarang mereka melakukan pengairan terhadap sumur-sumur mereka, dan melarang mencampur makanan hewan dengan air mereka agar tidak terkena pengaruh buruk maksiat yang mereka lakukan.
Dosa akan mempengaruhi produktivitas buah-buahan atau menimbulkan penyakit yang ada pada tumbuhan lainnya.
Imam Ahmad pernah menemukan sekarung gandum dengan sebesar biji-biji kurma di gudang Bani Umaiyah tertulis, “Biji-bijian ini ditanam di suatu zaman saat keadilan ditegakkan.”
BACA JUGA: Dzikir Penajam Takwa Penolak Maksiat
Kebanyakan penyakit-penyakit yang timbul pada tumbuhan, diturunkan oleh Allah karena perbuatan maksiat manusia. Orang-orang tua penghuni padang pasir menceritakan kepada kami bahwa biji-bijian hasil bercocok tanam bentuknya lebih besar. []
Sumber: Obat Penyakit Hati | Karya: Ibnul Qayyim Al-Jauziyah | Penerbit: Jabal
Apakah Ada Hubungannya antara Maksiat dengan Bencana Alam? - IslamposMenu Istimewa di Pagi Hari: Shalat Subuh
Selain itu, tiada menu penutup yang paling bagus bagi Allah SWT untuk mengakhiri aktivitas selain beribadah kepada-Nya.
Israel membalas dengan serangan udara terhadap Suriah dan Lebanon
Jangan lewatkan untuk berkunjung
Yakni dengan mengetahui
Mengapa bukan tahun kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjadi acuan?
Jika Allah menghendaki niscaya Allah akan mengazab
Budak Abu Lahab yang Menyayangi Nabi
NABI tidak melupakan Tsuwaibah, budak paman beliau, Abu Lahab. Tsuwaibah telah menyusui beliau beberapa hari sebelum Halimah. Selama di Makkah, beliau selalu mencarinya dan selalu menjalin hubungan kekeluargaan dengannya.
BACA JUGA: Bagaimana Abu Lahab Mati?
Tak henti-hentinya Nabi menjalin hubungan silaturahim dengan Tsuwaibah. Dikirimnya pula sebagian kebutuhan, seperti makanan dan juga pakaian, hingga sampai kepada wafatnya pada tahun kembalinya beliau dari Khaibar.
Tsuwaibah telah menyusui Nabi dan mengurusnya dengan penuh kasih sayang. Orang-orang memberi tahu, “Semua keluarganya telah meninggal sebelum dia. Sekarang ia tak punya siapa-siapa.”
BACA JUGA: Binasalah Tangan Abu Lahab
Khadijah juga sangat menghormati memuliakannya. Berkali-kali Khadijah minta membeli Tsuwaibah kepada Abu Lahab agar dibebaskan dari perbudakan, tetapi keinginan Khadijah selalu ditolak Abu Lahab. Baru setelah Nabi hijrah ke Madinah, ia dibebaskan oleh Abu Lahab. []
Sumber: Dr. Nizar Abazhah, Bilik-Bilik Cinta Muhammad, Kisah Sehari-Hari Rumah Tangga Nabi, hal 256, 257.Budak Abu Lahab yang Menyayangi Nabi - Islampos
Niat Kebaikan dan Keburukan
Saad Saefullah
ADA dua orang melakukan shalat, orang yang pertama meraih keridhaan Allah Azza wa Jalla sehingga dosa-dosanya gugur, sedangkan orang yang kedua mendapatkan kecelakaan dan kemurkaan Allah Azza wa Jalla karena nifak dan riyâ’nya.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan keutamaan shalat yang menggugurkan dosa-dosa karena dilakukan dengan ikhlas dan sempurna. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak ada seorang muslim yang kedatangan (waktu) shalat wajib, lalu dia melakukan shalat wajib itu dengan menyempurnakan wudhu’nya, khusyu’nya dan ruku’nya, kecuali shalat itu merupakan penghapus dosa-dosa sebelumnya, selama dia tidak melakukan dosa besar. Dan itu untuk seluruh waktu.” [HR. Muslim]
Sebaliknya, beliau juga memperingatkan umat dari melakukan shalat karena riya’, karena hal ini akan menggugurkan amal, sebagaimana hadits berikut ini:
BACA JUGA: Malafadzkan Niat
Dari Abu Sa’îd, dia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi kami ketika kami sedang membicarakan Al-Masîhud Dajjâl. Kemudian beliau bersabda: “Maukah aku beritahukan kepada kamu sesuatu yang menurutku lebih aku takutkan terhadap kamu daripada terhadap Al-Masîhud Dajjâl?” Maka kami menjawab: “Ya, wahai Rasulullah”. Maka beliau bersabda: “Syirik yang tersembunyi. Yaitu seseorang melakukan shalat, lalu dia membaguskan shalatnya karena dia melihat pandangan orang lain.” [Hadits Hasan Riwayat Ibnu Mâjah]
Ini merupakan contoh nyata tentang pentingnya niat dan mengikhlaskan niat di dalam seluruh amalan. Oleh karena itu banyak sekali Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan hal ini di dalam hadits-hadits beliau. Antara lain, sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya semua amalan itu terjadi dengan niat, dan setiap orang mendapatkan apa yang dia niatkan.” [HR. Bukhâri]
Sesungguhnya suatu perbuatan akan diterima oleh Allah jika memenuhi dua syarat, yaitu niat ikhlas dan mengikuti Sunnah. Oleh karena itu Allah akan melihat hati manusia, apakah ia ikhlas; dan melihat amalnya, apakah sesuai dengan tuntunan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk kamu dan harta kamu, tetapi Dia melihat hati kamu dan amal kamu. [HR. Muslim]
Oleh karena itulah mengikhlaskan niat merupakan perintah Allah kepada seluruh manusia, sebagaimana firman-Nya: “Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” [Al-Bayyinah:5]
Di antara rahmat dan anugerah Allah adalah bahwa Dia menulis kebaikan hamba-Nya hanya karena keinginan untuk berbuat kebaikan, sedangkan keinginan berbuat keburukan belum ditulis. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan hal ini di dalam hadits sebagai berikut:
“Sesungguhnya Allah menulis semua kebaikan dan keburukan. Barangsiapa berkeinginan berbuat kebaikan, lalu dia tidak melakukannya, Allah menulis di sisi-Nya pahala satu kebaikan sempurna untuknya. Jika dia berkeinginan berbuat kebaikan, lalu dia melakukannya, Allah menulis pahala sepuluh kebaikan sampai 700 kali, sampai berkali lipat banyaknya. Barangsiapa berkeinginan berbuat keburukan, lalu dia tidak melakukannya, Allah menulis di sisi-Nya pahala satu kebaikan sempurna untuknya. Jika dia berkeinginan berbuat keburukan, lalu dia melakukannya, Allah menulis satu keburukan saja.” [HR. Bukhâri dan Muslim]
Sementara itu, keinginan yang melintas di dalam hati untuk berbuat keburukan belum ditulis dosa oleh Allah. Namun, jika keinginan itu sudah menjadi tekad dan niat, apalagi sudah diusahakan, walaupun tidak terjadi, maka pelakunya sudah mendapatkan balasan karenanya.
Dari Abu Bakrah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika dua orang muslim bertemu dengan pedang masing-masing (berkelahi), maka pembunuh dan orang yang terbunuh di dalam neraka. Aku (Abu Bakrah) bertanya: ”Wahai Rasulullah, si pembunuh kami memahaminya, namun bagaimana dengan orang yang terbunuh. Beliau menjawab: “Sesungguhnya dia juga sangat ingin membunuh kawannya itu.” [HR. Bukhâri dan Muslim]
Dalam hadits yang lain, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan bahaya niat buruk di dalam hubungan antar hamba. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Siapa saja berhutang dengan niat tidak akan membayar hutang kepada pemiliknya, dia akan bertemu Allah sebagai pencuri.” [HR. Ibnu Mâjah]. []
Sumber : E-Book Kultum Ramadhan/ ZonaKeren.com
Niat Kebaikan dan Keburukan - IslamposSaudaraku, Ringankanlah Hidupmu dengan Ikhlas
Saad Saefullah
NABI bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian,” (HR. Muslim, Ibnu Majah, Ahmad, Baihaqi).
Saudaraku,
Hidup ini akan terasa berat jikalau hati tidak ikhlas dalam beramal. Meski amal yang dilakukan adalah amal yang ringan, namun jika tidak ikhlas maka akan terasa sangat menyusahkan.
Orang yang ikhlas akan ringan saja menjalani hidup ini karena besar atau kecil amal yang ia lakukan, ia akan senantiasa menikmatinya karena yakin Allah Maha Mengetahui dan Maha Menepati Janji.
BACA JUGA: Muslimah, Sudah kah Ikhlas?
Sedangkan orang yang tidak ikhlas, meski hanya memindahkan bungkus permen yang tercecer ke dalam tong sampah, akan terasa berat jikalau tidak ada orang yang melihatnya.
Sungguh rumit hidup orang yang tidak ikhlas, kemana-mana yang dicari adalah penilaian makhluk. Melakukan apapun ia selalu berharap-harap dipuji orang lain, berharap-harap diberi balas jasa oleh orang lain, berharap dihargai, disanjung oleh orang lain.
Jika ia sudah beramal namun tidak mendapatkan hal tersebut, betapa nelangsa hatinya. Sehingga ia tidak mendapatkan apapun dari amalnya kecuali lelah belaka.
Inilah orang yang riya’, yang berharap-harap amalnya dilihat dan dipuji orang lain. Sangat rugi orang yang riya’, karena amalnya akan hangus begitu saja.
BACA JUGA: Cara Niat yang Ikhlas dalam Beramal
Abu Sa’id Al Khudri menyampaikan sebuah riwayat bahwa suatu ketika Rasulullah SAW pernah mengingatkan akan bahaya Dajjal. Lantas beliau bersabda, “Maukah kukabarkan pada kalian apa yang lebih aku takutkan bagi kalian menurutku dibanding dari fitnah Al Masih Ad Dajjal?” Para sahabat berkata, “Tentu ya Rasulullah.” Kemudian beliau bersabda, “Syirik khofi (syirik yang samar) di mana seseorang sholat lalu ia perbagus sholatnya agar dilihat orang lain,”(HR. Ibnu Majah).[]Saudaraku, Ringankanlah Hidupmu dengan Ikhlas - Islampos
Sosok Zaid bin Tsabit
yudi
ZAID bin Tsabit an-Najjari adalah salah satu sahabat Rasulullah. Saat berusia 11 tahun, Zaid bin Tsabit telah menghafal 11 surah al-Qur’an. Daya ingat yang kuat pada diri Zaid, membuat Rasulullah memercayainya untuk menuliskan wahyu yang datang kepada Rasulullah.
Pada masa kekhalifahan Abu Bakar dan ‘Umar, Zaid bin Tsabit diamanahkan untuk mengumpulkan dan menuliskan kembali al-Qur’an daIam satu mushaf.
Zaid bin Tsabit telah meriwayatkan sembilan puluh dua hadits, yang lima di antaranya disepakati oleh Bukhari dan Muslim, empat hadits oleh Bukhari saja, dan satu hadits oleh Muslim saja.
Zaid bin Tsabit diangkat menjadi bendahara pada masa Khalifah Abu Bakar dan Umar. Pada masa Khalifah ‘Utsman, Zaid bin Tsabit diangkat menjadi pengurus Baitul Mal. ‘Umar dan Utsman juga memercayakan Zaid bin Tsabit menggantikan dirinya sebagai khalifah sementara ketika mereka menunaikan haji.
BACA JUGA: Sahabat yang Ditolong Singa
Zaid bin Tsabit meninggal tahun 15 Hijriah. Putranya, Kharijah bin Zaid, menjadi seorang tabi’in besar dan’ salah satu di antara tujuh ulama fiqih Madinah pada masanya.
Sumber: The Golden Story of Umar bin Khaththab/ penulis: DR. Ahmad Hatta, MA/ Penerbit: Maghfirah Pustaka/ April 2014
Sosok Zaid bin Tsabit - IslamposPenunjuk Jalan yang Benar bagi Abu Bakar
Oleh karena itu apabila ada orang yang belum mengenalnya bertanya, “Siapa engkau?” Abu Bakar akan menjawab, “Aku adalah orang yang...
Budak Abu Lahab yang Menyayangi Nabi
Dikirimnya pula sebagian kebutuhan, seperti makanan dan juga pakaian, hingga sampai kepada wafatnya pada tahun kembalinya beliau dari Khaibar.
Tsabit ibn Qais Sungguh Khawatir Amalannya Terhapus
Tsabit duduk terdiam dan menangis di rumahnya, sampai-sampai Rasulullah mencari dan bertanya mengenai keberadaannya kepada para sahabat.
Harta yang Paling Dicintai Abu Thalhah
Kemudian turunlah ayat yang berbunyi, “Sekali-kali kamu tidak akan sampai pada kebaikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang...
Abu Ruhm Tak Sengaja Menabrak Betis Rasulullah
Beliau berkata, “Abu Ruhm, kakimu telah melukai kakiku, aku pun memukulmu dengan cambuk, maka ambillah kambing ini sebagai balasan atas...
Cara Sahabat Perlakukan Tawanan Perang
Abu Aziz kemudian bercerita, “Saudaraku, Mush’ab ibn Umair, lewat di hadapanku bersama dengan seorang Anshar yang menawanku.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan