Mempersiapkan Kematian “Husnul Khotimah”
Rifki M Firdaus
https://www.islampos.com/mempersiapkan-kematian-husnul-khotimah-140567/
Tips Mendapatkan Ketenangan Hati
Oleh: Minah, S.Pd.I
Penulis Motivasi
SETIAP manusia pasti menginginkam ketenangan hati. Namun adakalanya tidak tenang, hidup terasa hampa, yang ada malah gelisah. Bahkan ada yang mengatakan jika mereka punya harta berlimpah mampu membuat bahagia.
Tetapi, itu semua tidak menjadikan dia bisa tenang, hidup dengan harta banyak membuat dia semakin gelisah. Ada juga yang hidup berkecukupan tapi dia bisa bahagia dan mendapatkan ketenangan hati.
Karena itu, kita butuh kunci agar mampu mendapatkan ketenangan hati. Bagaimana caranya? Yuk simak ya.
Pertama, Ingat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’aala.
Dengan mengingat Allah hatipun akan tenang. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’aala yang artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d:28”
Oleh karena itu, kita kudu banyak mengingat Allah dengan berzikir, zikir yang sebanyak-banyaknya dan bertasbih kepadaNya.
Kedua, Berpikir Positif.
Berpikir positif atau berbaik sangka akan membawa pada sesuatu yang bermanfaat dan kebaikan.
Ketiga, Jangan mengingat penyesalan di masa lalu.
Berpikirlah ke depan untuk menjadi lebih baik. Bilapun kita mengingat dosa-dosa yang lalu, maka berdoalah kepada Allah, agar Allah Subhanahu wa Ta’aala mengampuni dosa-dosa kita, so bertobat dan tidak melakukan dosa lagi. Dan berupaya untuk menjadikan masa lalu menjadi sebuah pelajaran agar menjadi lebih baik lagi.
Keempat, jangan pernah menyimpan dendam di hati, karena dendam itu merupakan penyakit hati yang harus dihindari.
Dendam diibaratkan sebagai racun dalam hati kita, maka jauhilah.
Kelima, jauhi sifat terburu-buru.
Karena itu, pergunakanlah waktu dengan sebaik mungkin, jangan sampai kita menyia-nyiakannya. Agar tidak terjadi penyesalan.
Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “Manfaatkan 5 perkara sebelum datang 5 perkara: waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, waktu kayamu sebelum datang waktu fakirmu, waktu senggangmu sebelum datang waktu sibukmu, waktu hidupmu sebelum datang waktu matimu.” (HR. Hakim)
Waktu itu adalah amanah. Waktu bukanlah uang ataupun emas. Tetapi nyawa. Karena jika waktu terbuang atau hilang, tidak dapat diganti seperti layaknya nyawa. Manusia yang menyia-nyiakan waktu adalah manusia yang tidak menghargai hidup dan nyawanya.
So, manfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk taat kepada Allah, dengan memperbanyak ibadah dan amal sholeh.
Keenam, Perbanyak Doa, agar Allah memberikan ketenangan hati kita dan istiqomah di jalan yang Allah ridhoi.
Yuk, semakin mendekatkan diri kepada Allah dan memperbanyak doa. Agar segala amalan yang kita lakukan diridhoi dan bernilai pahala dihadapan Allah. Kita berdoa, agar segala apa yang kita inginkan bisa terpenuhi, semua amal sholeh yang kita lakukan, Allah balas dengan memberikan pahala berupa surgaNya. Kita beramal sholeh hanya ingin mendapatkan ridho Allah, sehingga amal yang kita lakukan tidak sia-sia. Karenanya, perbanyaklah doa.
So, dari tips diatas, semoga mampu diterapkan dalam diri kita, agar senantiasa kita bisa mendapatkan ketenangan hati. Berupaya untuk menjadi lebih baik hanya karena Allah subhanahu wa Ta’aala. Wallahua’lam. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: redaksi@islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari RENUNGAN di luar tanggung jawab redaksi Islampos.
Betapa Lezat Manisnya Iman
Oleh: Erna Ummu Azizah
Komunitas Peduli Generasi dan Umat
Komunitas Peduli Generasi dan Umat
IMAN. Mungkin bagi sebagian orang terasa ‘pahit’. Kenapa? Karena iman mengharuskan seseorang lolos dalam ujian kehidupan, harus mengekang hawa nafsu, syahwat, serta istiqomah dalam kesabaran.
Ya, terasa pahit dan berat memang. Namun tidak bagi mereka yang begitu mencintai Allah dan RasulNya. Dalam relung hati mereka ada sejuta prasangka baik di setiap ‘skenario’ yang telah Allah gariskan. Suka duka, susah senang akan dilalui dengan lapang.
Ya, terasa pahit dan berat memang. Namun tidak bagi mereka yang begitu mencintai Allah dan RasulNya. Dalam relung hati mereka ada sejuta prasangka baik di setiap ‘skenario’ yang telah Allah gariskan. Suka duka, susah senang akan dilalui dengan lapang.
Seseorang akan merasakan manisnya iman ketika di dalam hatinya terdapat rasa cinta yang mendalam kepada Allah dan RasulNya. Dan dari rasa cinta itu maka akan lahirlah sikap ridho terhadap Allah sebagai Robb-nya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasulnya.
Dari Al-Abbas bin Abdil Muttalib, bahwasanya ia mendengar Rasulullah SAW. bersabda, “Telah merasakan lezatnya iman seseorang yang ridho Allah sebagai Robb-nya, Islam sebagai dien-nya dan Muhammad sebagai Rasul-nya.” (HR. Muslim)
Lalu, apa yang dirasakan oleh seseorang bila ia telah ridho terhadap Allah, agama dan Rasulnya
Pertama, ia akan merasakan “Istildzadz at-thaa’ah”, lezatnya ketaatan kepada Allah SWT, baik dalam sholatnya, tilawah Qur’annya, shaumnya, pakaian dan pergaulan Islaminya, perkumpulannya dengan orang-orang sholeh dan keterlibatannya dalam barisan dakwah.
Lalu, apa yang dirasakan oleh seseorang bila ia telah ridho terhadap Allah, agama dan Rasulnya
Pertama, ia akan merasakan “Istildzadz at-thaa’ah”, lezatnya ketaatan kepada Allah SWT, baik dalam sholatnya, tilawah Qur’annya, shaumnya, pakaian dan pergaulan Islaminya, perkumpulannya dengan orang-orang sholeh dan keterlibatannya dalam barisan dakwah.
Kedua, ia juga akan merasakan “Istildzadz al-masyaqqah”, lezatnya menghadapi berbagai kesulitan dan kesusahan dalam berdakwah. Kelelahan, keletihan, dan hal-hal yang menyakiti perasaannya akibat celaan orang karena menjalankan syariat Islam, atau bahkan mencederai fisiknya, semua itu semakin membuatnya nikmat dalam berdakwah. Semua inilah yang akan senantiasa melahirkan manisnya iman.
“Istildzadz at-thaa’ah”, lezatnya ketaatan kepada Allah. Seperti halnya yang ditunjukan oleh Abu Ayyub Al-Anshary, ketika mendengar seruan jihad dalam surat At-Taubah : 41
“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui.”
Abu Ayyub berseru kepada anak-anaknya, “Jahhizuuny! Jahhizuuny!” siapkan peralatan perangku!. Anak-anaknya membujuk agar bapaknya tidak perlu berangkat untuk berjihad, karena usianya sudah udzur, cukup di wakilkan saja oleh anak-anaknya. Abu Ayyub menolak bujukan anak-anaknya seraya berkata :
“ketahuilah wahai anak-anakku, yang dimaksud ayat tersebut adalah خِفَافًالَكُمْ وَثِقَالاً لٍي , ringan bagi kalian berat bagiku, beliaupun tetap berangkat dan menemukan syahidnya dalam perjalanan jihad tersebut.
(lihat Tafsir Ibnu Katsir)
Sedangkan lezatnya kesulitan (Istildzadz al-masyaqqah) dalam dakwah dirasakan oleh Rasulullah SAW, ketika beliau menghadapi ketidaksukaan orang-orang kafir terhadap ajaran Islam, sebagaimana yang ditunjukan oleh masyarakat Thaif ketika Rasulullah SAW hijrah ke sana, yaitu pada saat Nabi menyampaikan dakwahnya. Bukan hanya caci maki bahkan fisiknya pun dilukai. Astaghfirullah..
Namun dengan penuh kesabaran dan ketabahan, Rasulullah SAW menerima kenyataan pahit tersebut, beliau tetap berlapang dada. Bahkan, ketika malaikat penjaga gunung Alaihissalaam menawarkan kepada Nabi, bila beliau setuju ia akan mengangkat dua buah bukit yang ada di Thaif lalu ditimpakan kepada mereka. Maka dengan penuh kelembutan dan kasih sayang Rasulullah SAW menanggapinya seraya berkata,
“Tetapi aku berharap semoga Allah mengeluarkan dari tulang rusuk mereka kelak orang-orang (generasi) yang beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun.”
MasyaAllah. Itulah kekuatan iman yang telah menghujam, dan hati yang senantiasa berprasangka baik kepada Allah. Walau sedih dan perih, ia tetap tangguh berdiri. Meski ada luka dan air mata, ia tetap tersenyum bahagia. Karena ia yakin, Allah sedang menatap penuh cinta.
Manisnya iman akan terasa ketika engkau bisa menahan nafsumu karena Allah.
Sami’na wa atho’na.
Saat tanganmu bergetar menahan luka, dan kau tetap tersenyum dan lapang.
Ridho dengan takdirNya.
Saat perjuangan dan pengorbanan telah engkau curahkan habis-habisan. Namun tiba-tiba terhempas, dan kau ikhlas.
Sungguh, Allah tak tidur. Yakinlah, tiap tetes keringat dan air mata di jalanNya, akan Allah balas dengan segala cinta dan kasih sayangNya.
Maka jelaslah arti dari manisnya iman adalah merasakan lezatnya ketaatan dan memiliki daya tahan menghadapi rintangan dalam menggapai ridho Allah SWT.
Semoga kita semua bisa merasakan betapa lezat manisnya iman. InsyaAllah. Aamiin Ya Robbal ‘aalamiin. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: redaksi@islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari RENUNGAN di luar tanggung jawab redaksi Islampos.
“Istildzadz at-thaa’ah”, lezatnya ketaatan kepada Allah. Seperti halnya yang ditunjukan oleh Abu Ayyub Al-Anshary, ketika mendengar seruan jihad dalam surat At-Taubah : 41
انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالًا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui.”
Abu Ayyub berseru kepada anak-anaknya, “Jahhizuuny! Jahhizuuny!” siapkan peralatan perangku!. Anak-anaknya membujuk agar bapaknya tidak perlu berangkat untuk berjihad, karena usianya sudah udzur, cukup di wakilkan saja oleh anak-anaknya. Abu Ayyub menolak bujukan anak-anaknya seraya berkata :
“ketahuilah wahai anak-anakku, yang dimaksud ayat tersebut adalah خِفَافًالَكُمْ وَثِقَالاً لٍي , ringan bagi kalian berat bagiku, beliaupun tetap berangkat dan menemukan syahidnya dalam perjalanan jihad tersebut.
(lihat Tafsir Ibnu Katsir)
Sedangkan lezatnya kesulitan (Istildzadz al-masyaqqah) dalam dakwah dirasakan oleh Rasulullah SAW, ketika beliau menghadapi ketidaksukaan orang-orang kafir terhadap ajaran Islam, sebagaimana yang ditunjukan oleh masyarakat Thaif ketika Rasulullah SAW hijrah ke sana, yaitu pada saat Nabi menyampaikan dakwahnya. Bukan hanya caci maki bahkan fisiknya pun dilukai. Astaghfirullah..
Namun dengan penuh kesabaran dan ketabahan, Rasulullah SAW menerima kenyataan pahit tersebut, beliau tetap berlapang dada. Bahkan, ketika malaikat penjaga gunung Alaihissalaam menawarkan kepada Nabi, bila beliau setuju ia akan mengangkat dua buah bukit yang ada di Thaif lalu ditimpakan kepada mereka. Maka dengan penuh kelembutan dan kasih sayang Rasulullah SAW menanggapinya seraya berkata,
بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِنْ أَصْلَابِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ وَحْدَهُ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا
“Tetapi aku berharap semoga Allah mengeluarkan dari tulang rusuk mereka kelak orang-orang (generasi) yang beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun.”
MasyaAllah. Itulah kekuatan iman yang telah menghujam, dan hati yang senantiasa berprasangka baik kepada Allah. Walau sedih dan perih, ia tetap tangguh berdiri. Meski ada luka dan air mata, ia tetap tersenyum bahagia. Karena ia yakin, Allah sedang menatap penuh cinta.
Manisnya iman akan terasa ketika engkau bisa menahan nafsumu karena Allah.
Sami’na wa atho’na.
Saat tanganmu bergetar menahan luka, dan kau tetap tersenyum dan lapang.
Ridho dengan takdirNya.
Saat perjuangan dan pengorbanan telah engkau curahkan habis-habisan. Namun tiba-tiba terhempas, dan kau ikhlas.
Sungguh, Allah tak tidur. Yakinlah, tiap tetes keringat dan air mata di jalanNya, akan Allah balas dengan segala cinta dan kasih sayangNya.
Maka jelaslah arti dari manisnya iman adalah merasakan lezatnya ketaatan dan memiliki daya tahan menghadapi rintangan dalam menggapai ridho Allah SWT.
Semoga kita semua bisa merasakan betapa lezat manisnya iman. InsyaAllah. Aamiin Ya Robbal ‘aalamiin. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: redaksi@islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari RENUNGAN di luar tanggung jawab redaksi Islampos.
Tips Mendapatkan Ketenangan Hati
Oleh: Minah, S.Pd.I
Penulis Motivasi
SETIAP manusia pasti menginginkam ketenangan hati. Namun adakalanya tidak tenang, hidup terasa hampa, yang ada malah gelisah. Bahkan ada yang mengatakan jika mereka punya harta berlimpah mampu membuat bahagia.
Tetapi, itu semua tidak menjadikan dia bisa tenang, hidup dengan harta banyak membuat dia semakin gelisah. Ada juga yang hidup berkecukupan tapi dia bisa bahagia dan mendapatkan ketenangan hati.
Karena itu, kita butuh kunci agar mampu mendapatkan ketenangan hati. Bagaimana caranya? Yuk simak ya.
BACA JUGA: Sudah Berzikir tapi Hati Tak Kunjung Tenang?
Pertama, Ingat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’aala.
Dengan mengingat Allah hatipun akan tenang. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’aala yang artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d:28”
Oleh karena itu, kita kudu banyak mengingat Allah dengan berzikir, zikir yang sebanyak-banyaknya dan bertasbih kepadaNya.
Kedua, Berpikir Positif.
Berpikir positif atau berbaik sangka akan membawa pada sesuatu yang bermanfaat dan kebaikan.
Ketiga, Jangan mengingat penyesalan di masa lalu.
Berpikirlah ke depan untuk menjadi lebih baik. Bilapun kita mengingat dosa-dosa yang lalu, maka berdoalah kepada Allah, agar Allah Subhanahu wa Ta’aala mengampuni dosa-dosa kita, so bertobat dan tidak melakukan dosa lagi. Dan berupaya untuk menjadikan masa lalu menjadi sebuah pelajaran agar menjadi lebih baik lagi.
Keempat, jangan pernah menyimpan dendam di hati, karena dendam itu merupakan penyakit hati yang harus dihindari.
Dendam diibaratkan sebagai racun dalam hati kita, maka jauhilah.
Kelima, jauhi sifat terburu-buru.
Karena itu, pergunakanlah waktu dengan sebaik mungkin, jangan sampai kita menyia-nyiakannya. Agar tidak terjadi penyesalan.
Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “Manfaatkan 5 perkara sebelum datang 5 perkara: waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, waktu kayamu sebelum datang waktu fakirmu, waktu senggangmu sebelum datang waktu sibukmu, waktu hidupmu sebelum datang waktu matimu.” (HR. Hakim)
Waktu itu adalah amanah. Waktu bukanlah uang ataupun emas. Tetapi nyawa. Karena jika waktu terbuang atau hilang, tidak dapat diganti seperti layaknya nyawa. Manusia yang menyia-nyiakan waktu adalah manusia yang tidak menghargai hidup dan nyawanya.
So, manfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk taat kepada Allah, dengan memperbanyak ibadah dan amal sholeh.
Keenam, Perbanyak Doa, agar Allah memberikan ketenangan hati kita dan istiqomah di jalan yang Allah ridhoi.
BACA JUGA: Hubungan Shalat dengan Ketenangan Otak
Yuk, semakin mendekatkan diri kepada Allah dan memperbanyak doa. Agar segala amalan yang kita lakukan diridhoi dan bernilai pahala dihadapan Allah. Kita berdoa, agar segala apa yang kita inginkan bisa terpenuhi, semua amal sholeh yang kita lakukan, Allah balas dengan memberikan pahala berupa surgaNya. Kita beramal sholeh hanya ingin mendapatkan ridho Allah, sehingga amal yang kita lakukan tidak sia-sia. Karenanya, perbanyaklah doa.
So, dari tips diatas, semoga mampu diterapkan dalam diri kita, agar senantiasa kita bisa mendapatkan ketenangan hati. Berupaya untuk menjadi lebih baik hanya karena Allah subhanahu wa Ta’aala. Wallahua’lam. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: redaksi@islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari RENUNGAN di luar tanggung jawab redaksi Islampos.
Hubungan Shalat dengan Ketenangan Otak
Foto: Aldi/Islampos
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub, mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau menyentuh perempuan, lalu kamu tdak memperoleh air, bertayamumlah dengan tanah yang baik; sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu supaya kamu bersyukur.” (QS Al-Maidah [5]: 6)
SEL tubuh (somatic) manusia adalah unit terkecil biologis. Walaupun kecil, sel ini super lengkap dan “homunculus” dari alam semesta. Artinya, di dalam sebuah sel, semua mekanisme yang berlaku di alam semesta (sunatullah) pun dapat terjadi.
Komunikasi antar sel, pembentukan potensial aksi, dan aspek signalling adalah bukti komprehensifnya fungsi sel. Selama ini, kita hanya mengenal komunikasi yang mengacu pada endokrin, parakrin, dan sitokin. Namun sesungguhnya, ada mekanisme komunikasi lainnya yang berlangsung ditingkat subatomic (quark).
Wudhu dan tayamum menggunakan analogi perpindahan elektron dari sekumpulan awan elektron yang dihasilkan dari proses fisiologis harian. Oleh karena itu, lokasi pembasuhan adalah daerah ujung-ujung anggota tubuh, termasuk pada ekstremitas.
Air dan debu juga memiliki karakter spesifik, yaitu memiliki polaritas sejenis. Maka, selain wudhu dan tayamum, shalat dan ibadah lainnya pun yang menghasilkan sensasi otak yang berupa gelombang ketenangan dan juga antagonisnya yang berupa kecemasan, kesedihan, dan ketakutan dapat diproyeksikan ke seluruh sel tubuh. Tasbih sel-sel bisa terganggu.
Apa yang kita dengar, lihat, pikir dan rasakan akan ditransmisikan ke seluruh sistem tubuh melalui aksi HPA atau HHA (hipotalamus-hipofisis-adrenal) dan juga pola komunikasi antar sel lainnya. Hal itu diterjemahkan melalui pemahaman bacaan shalat dan mengerti maksud gerakannya.
Takbir menggambarkan keseimbangan antar hemisfer kiri dan kanan sehingga jika dilatih terus-menerus akan mendorong terjadinya sinergisasi antara fungsi logika dan fungsi estetika. Korpus kalosum akan menjadi organ penting yang bekerja secara maksimal.
Selain aktivitas di otak, perubahan karakter kejiwaan karena adanya transmisi yang kuat akan diterima setiap sel di seluruh tubuh. Perpetual motion (energy gerakan lanjutan yang dinamis) yang terjadi dapat digambarkan seperti sebuah gerakan melingkar (anguler) yang indah pada saat manusia melakukan ibadah thawaf di Baitullah, Kabah. Di tingkat seluler dan proses ekspresi gen dalam bentuk asam amino dan protein, konsep tasbih ini juga berlaku.
Insya Allah kita masih ingat bagaimana hasil konsepsi yang semula hanya berjumlah satu sel kemudian berkembang menjadi blastokis dan selanjutnya bahkan mampu berdiferensiasi menjadi berbagai jaringan dan organ yang spesifik.
Blastokis adalah stadium perkembangan embrio manusia (mamalia) berupa sel bulat berongga dan berisi cairan yang terletak dibagian atas rahim pada sisi yang sama dengan tempat ovarium melepaskan sel telur.
Perangen-gen homeoboks yang mengendalikan proses diferensiasi dan pengekspresian protein khusus memperlihatkan adanya pola (pathway) rumit yang tercermin konsep aritifical intelligence atau sebuah aktivitas kontrol yang sangat terprogram.
Salah satu elemen yang terlibat langsung dalam proses kontrol signaling adalah Signalling Recognition Particle (SRP) yang terdiri atas 7 SLRNA. Tanpa adanya peran partikel ini, proses sinyal tranduksi akan terhenti dan gen yang bersifan wildtype tidak akan dapat diekspresikan. Dengan demikian, mekanisme seleksi dapat terjadi di sini. Protein mana yang akan diproduksi dan protein mana yang ditahan terlebih dahulu?
Pada dasarnya, setiap gerakan shalat dan semua proses yang terjadi di dalamnya adalah stimulasi untuk mengoptimalkan semua bagian tubuh diberbagai tingkatan. Setiap gerakan pada gilirannya akan memberikan efek harmonis yang mengoptimalkan fungsi kemanusiaan kita. Secara sosial kita akan menjadi pribadi yang bersifat jauh dari kekejian dan kemungkaran. []
GELEGAR OTAK
Ayo cari tahu apa yang tersembunyi dalam otak anda!
By: Tuhid Nur Azhar
Ayo cari tahu apa yang tersembunyi dalam otak anda!
By: Tuhid Nur Azhar
Sudah Berzikir tapi Hati Tak Kunjung Tenang?
Foto: Nyero.id
Berzikir Tapi Tidak Tenang
BANYAK surat dalam al-Quran yang memerintahkan kita untuk berzikir. Allah telah memanggil kita untuk senantiasa zikir kepada-Nya. Sesungguhnya dengan mengingat Allah-lah hati kita akan menjadi tenang dan damai. Ini sesuai dengan firman Allah,
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. (QS. Ar-Raad : 28)
Namun, bagaimana jadinya jika kita telah berzikir tapi tetap tidak tenang? Mari kita renungkan. Sering kali kita berzikir hanya sekadar melafazkan doa-doa tertentu tanpa tahu makna dan tanpa mengaplikasikannya.
Baca Juga: Hidupkan Hati dengan Berzikir
Mengingat Allah bukanlah hanya sekadar membaca doa-doa tertentu kemudian tetap melakukan kemaksiatan demi kemaksiatan. Tapi, mengingat Allah di sini adalah ketika kita yakin dan sadar bahwa Allah begitu dekat dengan kita. Allah mengetahui segala apa yang kita lakukan di dunia ini.
Tetapi, sebagian dari kita menyempitkan pemahaman mengenai zikir ini sendiri. Zikir atau mengingat Allah banyak diartikan dengan membaca doa-doa atau wirid dengan dibatasi jumlah tertentu. Tidak ada yang salah dengan doa-doa pilihan yang dibaca berulang-ulang, namun apalah arti sebuah ucapan yang kita ucapkan berulang-ulang jika tidak berdampak pada ketaatan pada Allah.
Baca Juga: Zikir, Ini Manfaatnya secara Ilmiah
Penyempitan makna dari zikir ini sendirilah yang membuat hati kita tetap terasa resah walau ribuan doa sudah kita lantunkan. Karena ternyata, hanya lisan yang bekerja. Kita tidak melibatkan hati ketika mengingat-Nya. Inilah yang kurang benar. Ketika banyak doa yang terlantun, namun hati kita lalai dari mengingat bahwa Dia dekat dan melihat segala apa yang kita kerjakan. []
Rezeki Barakah Akan Datangkan Kebaikan bagi Pemiliknya
Foto hanya ilustrasi. Sumber: Aldi/islampos
TERKADANG banyaknya kekayaan tidak memberikan apa-apa kepada pemiliknya kecuali keresahan dan kekhawatiran. Harta yang melimpah ternyata tak selamanya membuat bahagia, justru malah sebaliknya. Membuat pemilik harta terpuruk dan menjadi beban tersendiri.
Mengapa bisa demikian? Ternyata, besarnya harta yang dimiliki tidak diimbangi dengan besarnya ridha dan yakin kepada Allah SWT.
Dalam sebuah hadits disebutkan, “Malaikat Jibril membisikkan dalam kalbuku, ‘Jiwa tidak akan mati sampai rezekinya sempurna. Maka bertakwalah kepada Allah dan berbaiklah dalam mencari rezeki. Sesungguhnya tidak akan mendapat apa-apa yang ada di sisi Allah kecuali ketaatan. Sesungguhnya Allah menjadikan rasa tentram dan kesenangan dalam keridhaan dan keyakinan, serta menjadikan keresahan (kekhawatiran) dan kesedihan dalam keraguan dan kemurkaan Allah.”
Apa yang dapat kita simpulkan dan renungkan? Ternyata, tidak akan ada kebaikan dalam kekayaan jika tidak ada keberkahan di dalamnya. Kekayaan yang Allah berikan akan memberikan kebaikan, ketentraman, dan kesenangan yang hakiki apabila kita menjadikan semua kekayaan tersebut berada di jalan-Nya. Setelah kekayaan itu berada di jalan Allah, maka Allah akan turunkan keberkahan kepada pemiliknya.
Ini sesuai dengan apa yang Allah firmankan dalam al-Quran, “Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka barakah dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raaf [7] : 96)
Di bagian lain, Allah juga berfirman, “Dan bahwasanya jika mereka berjalan lurus di atas jalan itu (Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak) untuk Kami berikan cobaan kepada mereka padanya. Barangsiapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam adzab yang amat berat.” (QS. Al-Jin [72]: 16-17)
Rezeki yang barakah akan mendatangkan kebaikan yang berkali lipat pada pemiliknya. Maka berusahalah agar rezeki yang kita dapatkan barakah. Agar hidup kita tenang tentram. []
Sumber: Mencari Ketenangan di Tengah Kesibukan/Karya: Mohammad Fauzil Adhim/Penerbit: Pro-U Media
Sudah Doa dan Ikhtiar tapi Masih Kesulitan Rezeki? Inilah Solusinya
Jadi Ibu dan Istri seperti Ummu SulaimanEneng Susanti
Foto: requestreduce
SEWAKTU Abu Thalhah keluar dari rumah, anaknya yang sedang sakit keras menghembuskan nafas terakhirmya. Akan tetapi istrinya Ummu Sulaiman tidak mengabarinya saat pulang ke rumah dan tidak pula memperhatikan kepadanya penampilan orang yang bersedih. Ia justru melakukan sebaliknya, ia merias dirinya dan mempersiapkan makan malam untuk suaminya. Abu thalhah yang sudah lapar langsung menyantap hidangan makanan malamnya.
Sesudah itu saat melihat istrinya telah bersolek, bangkitlah birahinya dan langsung menggauli istrinya. Setelah semuanya itu berlangsung, barulah Ummu Sulaiman menceritakan kepadanya dengan cara yang bijak lagi cerdas bahwa anaknya telah meninggal dunia.
Pagi harinya Abu Thalhah menemui Rasulullah SAW dan menceritakan kepadanya semua yang terjadi antara dirinya dan istrinya. Rasulullah SAW pun mendo’akan keberkahan bagi keduanya dalam hubungan intim malam itu. Untuk itu, beliau SAW bersabda:
بَارَكَ اللهُ لَيْلَتُكُماَ
“Semoga Allah memberkahi malam hari yang telah kalian berdua jalani.”
Selang beberapa masa kemudian, lahirlah seorang bayi yang diberi nama Abdullah oleh Nabi SAW dan berkat do’a Nabi SAW, setelah anak itu dewasa dan telah menikah. Allah memberikannya Sembilan orang anak yang semuanya hafal Al-Quran. Kisah ini seluruhnya ada dalam Kitab Shahih Bukhari.
Alangkah bahagianya jika mempunyai seorang istri yang memiliki sifat yang sabar dan tabah lagi pintar, seperti istri Abu Thalhah yaitu Ummu Sulaiman, meskipun dia lebih mengetahui dulu bahwa anaknya telah tiada, sebagai seorang wanita sekaligus ibu dari anak tersebut, menanggapinya dengan sabar dan tabah.
Tidak dengan tangisan apalagi hingga menjerit-jerit menangisi kehilangan buah hati yang dicintainya. Karena memang hal itu dilarang oleh Islam menangisi keluarga yang meninggal hingga meronta-ronta, itu bisa diartikan bahwa orang tersebut tidak ikhlas menerima takdir yang telah ditentukan. Ini tidak dilakukan oleh Ummu Sulaiman.
Seorang ibu atau wanita mana yang memiliki sifat dan sikap yang sama dengan Ummu Sulaiman pada zaman sekarang ini. Jika hal itu terjadi yang ada wanita sekarang menangis dengan meronta-ronta seperti hanya dia yang ditimpakan cobaan yang sangat besar, meskipun ada yang seperti Ummu Sulaiman itu merupakan hal yang jarang ditemukan. []
Sumber: Islamic Parenting/Karya: Syaikh Jamal Abdurrahman/Penerbit: Aqwam
Tiada ulasan:
Catat Ulasan