Kawin Paksa Ala ‘Siti Nurbaya’ dalam Perspektif Hukum Fiqih (1)
yudi
“SITI NURBAYA: KASIH TAK SAMPAI”, sering disingkat “SITI NURBAYA”, atau dalam ejaan lama ditulis dengan “SITTI NOERBAJA”, merupakan novel Indonesia karangan Marah Rusli. Novel ini diterbitkan oleh Balai Pustaka, penerbit nasional Hindia Belanda pada tahun 1922.
Penulisnya dipengaruhi oleh perselisihan antara kebudayaan Minangkabau dari Sumatra Barat dan penjajah Belanda yang menguasai Indonesia sejak abad ke -17. Pengaruh lainnya, barangkali pengalaman buruk Rusli dengan keluarganya. Setelah memilih perempuan Sunda untuk menjadi istrinya, keluarganya menyuruh Rusli kembali ke Padang dan menikah dengan perempuan Minang yang dipilihkan.
Novel ini menceritakan tentang kisah dua orang remaja yang bernama Samsulbahri dan Siti Nurbaya yang saling mencintai, akan tetapi terpisah. Karena Samsulbahri harus pergi ke Batavia untuk melanjutkan pendidikan. Belum lama kemudian, Siti Nurbaya dipaksa oleh orang tuanya untuk menikah dengan Datuk Maringgih (seorang yang kaya raya akan tetapi kasar) sebagai cara untuk melunasi hutangnya. Karena orang tua Siti terlilit hutang kepada Datuk Maringgih dan tidak mampu untuk melunasinya. Apa boleh buat, Siti Nurbaya akhirnya tidak mampu menolak keinginan orang tuanya…demikian sepenggal kisah dari Novel tersebut di atas.
BACA JUGA: Solusi Agar Tak Kawin LariPada akhirnya, kata Siti Nurbaya digunakan untuk mengungkapkan berbagai praktek kawin paksa pada masa-masa setelahnya, bahkan sampai zaman kita sekarang ini. Misalnya “jangan ada lagi Siti Nurbaya”, atau “cukup Siti Nurbaya yang mengalami hal itu”, dst. Slogan-slogan seperti ini, seolah mengisyaratkan bahwa kawin paksa yang menimpa Siti Nurbaya adalah suatu kejadikan yang dzolim dan jelek. Benarkah asumsi seperti ini ? simak penjelasannya dari sudut pandang fiqh berikut ini.
Penetapan bolehnya seorang wali untuk melakukan Al-Ijbar (Pemaksaan) nikah wanita yang ada di bawah perwaliannya ada tiga keadaan :
1]. Seorang wanita yang tidak memiliki atau kurang memiliki keahlian dalam mempertimbangkan kemashlahatan dan kemudharatan.
Seperti anak kecil, orang gila,dungu dan yang sejenis dengannya. Maka boleh bagi walinya untuk memaksa mereka dalam suatu pernikahan, tanpa mengajak musyarawah, atau meminta pertimbangan, atau meminta ijin kepada mereka. Dan ini merupakan pendapat Jumhur ulama’ (mayoritas ulama’) kecuali Al-Hanafiyyah. Bahkan sebagian ulama’ menukil adanya ijma’.
تَزَوَّجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَائِشَةَ وَهِيَ بِنْتُ سِتِّ سِنِينَ، وَبَنَى بِهَا وَهِيَ بِنْتُ تِسْعٍ، وَمَكَثَتْ عِنْدَهُ تِسْعًا
“Nabi –shollallahu ‘alaihi wa sallam- menikahi Aisyah pada saat dia (Aisyah) umur enam tahun. Kemudian beliau mengumpulinya saat usianya sembilan tahun. Beliau tinggal di sisinya selama tujuh hari.” [ HR. Al-Bukhari : 5158 ].
Musyawarah atau permohonan ijin terhadap mereka, tidak bermanfaat. Karena jenis wanita seperti ini, tidak mengerti apa itu menikah, lebih-lebih mempertimbangkan manfaat atau mafsadatnya. Sehingga pernikahan yang terjadi dalam kondisi seperti ini adalah sah. Karena Nabi-shollallahu ‘alaihi wa sallam- melakukannya.
2]. Seorang janda yang telah baligh dan berakal.
Jenis kedua ini, tidak boleh bagi walinya untuk menikahkannya secara paksa. Akan tetapi hendaknya didiajak untuk bermusyawarah (dimintai pendapatnya) serta meminta ijin kepadanya. Demikian menurut pendapat jumhur ulama’ (mayoritas ulama’). Bahkan sebagian ulama’ sampai menukil ijma’ dalam masalah ini.
Jenis kedua ini, tidak boleh bagi walinya untuk menikahkannya secara paksa. Akan tetapi hendaknya didiajak untuk bermusyawarah (dimintai pendapatnya) serta meminta ijin kepadanya. Demikian menurut pendapat jumhur ulama’ (mayoritas ulama’). Bahkan sebagian ulama’ sampai menukil ijma’ dalam masalah ini.
Dalilnya sebuah hadits dari sahabat Abu Hurairah –radhiallohu ‘anhu- beliau berkata,Rosulullah –shollallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda :
«لاَ تُنْكَحُ الأَيِّمُ حَتَّى تُسْتَأْمَرَ، وَلاَ تُنْكَحُ البِكْرُ حَتَّى تُسْتَأْذَنَ» قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَكَيْفَ إِذْنُهَا؟ قَالَ: «أَنْ تَسْكُتَ»
“Seorang janda tidak dinikahkan sampai dimintai ijin dan diajak musyawarah. Seorang perawan tidak dinikahkan sampai dimintai ijin.” Para sahabat bertanya : “Wahai Rosulullah ! Bagaimana ijinnya ?”Beliau menjawab : “Diamnya.” [ HR. Al-Bukhari : 5136 dan Muslim : 1491 ].
3]. Wanita perawan yang telah baligh dan berakal.
BACA JUGA: Bekerja Dapat Menjadi Mas Kawin?
Pada jenis ketiga ini telah terjadi silang pendapat di kalangan para ulama’. Pendapat jumhur ulama’ (mayoritas ulama’), diantara mereka Malik bin Anas, Asy-Syafi’i, salah satu riwayat yang masyhur dari Ahmad bin Hambal, Ishaq bin Rahawaih, dan selain mereka, bahwa seorang wali punya hak untuk memaksanya untuk dinikahkan lelaki yang menjadi pilihannya. Tanpa harus minta ijin, atau musyawarah, atau persetujuan. Adapun Hanafiyyah, berpendapat tidak bolehnya hal tersebut.
Dalil mereka (jumhur), sebuah riwayat dari Ibnu Abbas –radhiallohu ‘anhu- beliau berkata, sesungguhnya Nabi –shollallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda :
الثَّيِّبُ أَحَقُّ بِنَفْسِهَا مِنْ وَلِيِّهَا، وَالْبِكْرُ تُسْتَأْمَرُ، وَإِذْنُهَا سُكُوتُهَا
“Seorang janda lebih berhak terhadap dirinya dari walinya. Seorang perawan, dimintai ijin dan diajak musyawarah. Dan ijinnya adalah diamnya.” [HR. Muslim : 1421 dan selainnya]. [Bersambung]
Facebook: Abdullah Al-Jiranihttps://www.islampos.com/kawin-paksa-ala-siti-nurbaya-dalam-perspektif-hukum-fiqih-1-141907/?
Menyogok Masuk Kerja, Apa Hukumnya? Ini Jawaban Logis Ustadz Abdul Somad
Saad Saefullah
SUAP-menyuap atau sogok-menyogok pekerjaan, bolehkah dalam Islam? Ini jawaban logis Ustadz Abdul Somad, Lc., MA. UAS menjawab soal menyogok yang dibolehkan.
Seseorang bertanya tentang kasusnya saat melamar pekerjaan karena persaingan ketat maka dia mengeluarkan uang agar bisa lolos dalam pekerjaan tersebut.
BACA JUGA: MasyaAllah, Inilah Suara Merdu Ustadz Abdul Somad saat Menjadi Imam Shalat Shubuh
Yuk simak ceramah UAD mengenai kasus tersebut. Video diambil dari Guru NgeVlog di YouTube.
https://www.youtube.com/watch?v=OUQK1SVSD9A
https://www.islampos.com/menyogok-masuk-kerja-apa-hukumnya-ini-jawaban-logis-ustadz-abdul-somad-141977/?Jualan di Halaman Masjid Hukumnya Haram?
yudi
SAYA ditanya tentang hukum berjualan di halaman masjid. Katanya, ada seorang ustadz yang berfatwa bahwa berjualan di situ dilarang, karena masuk tanah wakaf masjid. Dan telah ada sebuah hadits yang melarang jualan di masjid.
Bagi saya, pertanyaan ini sangat aneh. Karena, selama hampir 25 tahun saya berdakwah yang notabene saya banyak mengajar fiqh, belum pernah ditanya tentang hukum jualan di halaman masjid. Yang biasa ditanyakan: Hukum berjualan di masjid, atau minimal hukum berjualan di teras masjid.
BACA JUGA: Ketika Wanita Berdagang
Setahu saya, tidak ada satupun dalil, baik dari Al Quran dan hadits nabi yang melarang berjualan di tanah wakaf. Yang ada hanya hadits yang melarang jualan di masjid. Sebagaimana Nabi -shollallahu alaihi wa sallam- bersabda:
إِذَا رَأَيْتُمْ مَنْ يَبِيعُ أَوْ يَبْتَاعُ فِي الْمَسْجِدِ فَقُولُوا لَا أَرْبَحَ اللَّهُ تِجَارَتَكَ
“Jika kalian melihat seorang yang menjual atau membeli di masjid, maka katakanlah kepadanya : “semoga Alloh tidak memberi keuntungan terhadap perniagaanmu.” [ HR. At Tirmidzi : 1242 ].
Kalau ada seorang mewakafkan tanahnya untuk masjid, bukan berarti di atas tanah itu hanya akan dibangung masjid. Karena masjid membutuhkan perlengkapan lain. Seperti: Kamar mandi/WC, halaman masjid untuk tempat parkir, tempat wudhu, ruang sekretariat dan yang lainnya.
Yang namanya masjid, ya bangunan masjid itu saja. Adapun perlengkapan yang saya sebutkan di atas, tidak ada seorangpun yang menyebut sebagai masjid. Semua perlengkapan tersebut memang dibangun di atas tanah wakaf, tapi tidak termasuk masjid. Karena jika dihukumi sebagai masjid, maka segala aktifitas dalam rangka memanfaatkan perlengkapan tersebut juga dilarang.
Misal: Kita kencing atau buang air besar di WC masjid, berarti kita dihukumi sedang mengencingi dan buang kotoran di masjid. Kalau kita jualan di halaman masjid, berarti kita dihukumi jualan di masjid. Hanya karena dibangun di atas tanah wakaf untuk masjid. Apakah pendapat ini dibenarkan? Tentu tidak. Dan saya kira tidak ada seorangpun ulama yang berpendapat demikian. []
Rahasia Dahsyat Shalat Shubuh, Rezeki Datang Meledak-ledak – Ustadz Adi Hidayat
Saad Saefullah
SHALAT subuh menjadi gerbang pembuka pintu langit yang akan menjadikan hari yang kita jalani lebih berkah. Sebab, kita mengawalinya dengan penuh makna dan cahaya hidayah.
Oleh karena itu, selain menunaikan salat berjamaah di masjid, Rasulullah SAW senantiasa membaca do’a ketika waktu subuh datang menjelang.
BACA JUGA: Nasihat dari Ustadz Adi Hidayat bagi yang Ingin Menikah
“Kami telah mendapatkan subuh dan jadilah segala kekuasaan itu milik Allah, demikian juga kebesaran dan keagungan, penciptaan makhluk, segala urusan, malam dan siang, dan segala yang terjadi pada keduanya. Semuanya kepunyaan Allah Ta’ala. Ya Allah, jadikanlah permulaan hari ini suatu kebaikan, pertengahannya suatu kemenangan, dan penghabisannya suatu kejayaan, wahai Tuhan yang paling penyayang dari segala penyayang. Ya Allah sesungguhnya hamba mohon kepada-Mu ilmu yang berguna, rezeki yang baik, serta amal yang diterima.” (HR. Ibnu Majah)
Dalam video ini, Ustadz Adi Hidayat, Lc., MA., memaparkan bagaimana shalat Shubuh menjadi salah satu pembuka rezeki. Video diambil dari akun Audio Dakwah di YouTube
https://youtu.be/HBmFQEgwxFc
Rahasia Dahsyat Shalat Shubuh, Rezeki Datang Meledak-ledak - Ustadz Adi Hidayat - IslamposBaca Quran tanpa Gairah, Tanda Apa?
Saad Saefullah
AL-Quran merupakan petunjuk bagi umat Muslim. Membaca bernilai ibadah dan mendapat pahala. Menjadi suatu keharusan bagi umat Muslim untuk senantiasa membaca, memahami dan mengamalkan isi kandungan dari al-Quran.
Hanya saja, karena banyak orang yang merasa membaca Quran adalah sebuah tuntutan, dalam membacanya pun penuh dengan kemalasan dan tidak bergairah. Nah, bagaimana tuh?
BACA JUGA: Baca Quran di HP, Haruskah Wudhu Dulu?
Jika Anda sedang berada dalam keadaan yang seperti itu, lebih Anda tidak usah membaca al-Quran. Mengapa? Karena mengaji bukanlah sebuah paksaan atau pun beban. Jadi, Anda tak perlu memaksakan diri untuk mengaji dengan keadaan hati yang tidak tenteram.
Alangkah lebih baik, jika Anda mengaji dengan dorongan keinginan hati sendiri, baik itu dengan maksud ibadah maupun maksud ilmiah. Masalah apakah Anda memahaminya merupakan masalah kedua setelah masalah kelurusan niat.
BACA JUGA: Pahala Bacaan Quran Dihadiahkan, Bolehkah?
Al-Quran itu membawa ketenteraman. Jika hati sedang tidak karuan harusnya kita merasa tenang dan tenteram ketika membaca al-Quran.
Namun, jika dalam pikiran kita membaca Quran itu adalah sebuah tuntutan, sungguh sangat merugilah diri. []
Sumber: Anda Bertanya Islam Menjawab/Karya: Prof. Dr. M. Mutawalli asy-Sya’rawi/Penerbit: Gema Insani
https://www.islampos.com/baca-quran-tanpa-gairah-tanda-apa-141980/?
60 Sifat Lelaki Sejati Menurut Islam
Saad Saefullah
LELAKI itu berbeda dengan perempuan. Seperti halnya perempuan, lelaki diberikan kelebihan oleh Allah SWT. Namun, dalam Islam, kelebihan itu tidak hanya berkutat di soal fisik belaka. Ada mekanisme teknis (akhlak) dalam hal ini. Akhlak inilah yang membedakan seorang lelaki biasa dan seorang lelaki Muslim.
Adapun seorang laki-laki Muslim mempunyai beberapa sifat yang seharusnya melekat pada dirinya. Di antaranya adalah:
1. Islam menjadi pedoman hidupnya yang utama (QS.6:153);
2. Ikhlas menjadi dasar hidupnya (QS.2:207);
3. Taqwa menjadi bekal hidupnya (QS.2:197);
4. Taat menjadi karakteristik khasnya (QS.3.132);
5. Shalat dan sabar merupakan kekuatannya (QS.8:56;32:24);
6. Tsabat (teguh) merupakan sikap hidupnya (QS.8:45);
7. Ukhuwah Islamiyah menjadi pengikat hatinya (QS.49:10;43:67);
8. Tidak mengenal sikap palsu, kamuflase, banyak tingkah dan takabur (QS.25:63);
9. Ruang jiwanya dipenuhi oleh perhatian dan kepedulian yang besar dan penuh kesungguhan dalam mencapai hadaf (tujuan baik) mereka (QS.28:55);
10. Detik-detik malamnya amat berharga, diisi dengan ibadah Qiyamul Lail/Muraaqabatullah (QS.25:64 : 17:79. 76:26);
11. Senantiasa risau dan amat takut akan azab Neraka Jahanam (QS.25:65-66);
12. Punya ukuran-ukuran yang jelas atas kebenaran dalam kehidupannya (QS.25:67.17:29);
13. Tidak menyekutukan Allah, dan tidak menantang (menyalahi) perintah Allah (QS.25:68-71);
14. Tidak menyia-nyiakan hak orang lain dan tidak menzalimi seorangpun (QS.25:72);
15. Hatinya lurus dan hidup subur, dengan iman yang benar (QS.25:73);
16. Senantiasa menginginkan kebaikan yang dilakukan menjamah dan berlanjut untuk setiap generasi (QS.25:74-76);
17. Senantiasa Jjujur dalam perkataan dan perbuatan;
18. Senantiasa menjaga tali silaturrahmi;
19. Senantiasa menjaga amanah yang diberikan;
20. Senantiasa menjaga hak tetangga;
21. Senantiasa memberi kepada yang membutuhkan;
22. Senantiasa membalas kebaikan orang lain;
23. Senantiasa memuliakan tamu;
24. Memiliki sifat malu;
25. Senantiasa menepati janji;
26. Tubuhnya sehat dan kuat (Qowiyyul jismi);
27. Berakhlak baik/mulia kepada sesama makhluk Allah; (Matiinul khuluqi);
28. Senantiasa Shalat tepat pada waktunya;
29. Senantiasa memautkan hatinya ke masjid /Cinta Shalat berjamaah di Masjid;
30. Senantiasa membaca dan mempelajari Al Qur’an dan mengamalkannya;
31. Sederhana dalam urusan dunia dan paling cinta pada urusan akhirat;
32. Paling suka melakukan amar ma’ruf nahi munkar;
33. Paling berhati-hati dengan lidahnya (menjaga lidah);
34. Senantiasa cinta pada keluarganya;
35. Paling lambat marahnya;
36. Senantiasa memperbanyak istighfar, berdzikir dan mengingat Allah swt dan memperbanyak Shalawat Nabi;
37. Senantiasa suka dan ringan berzakat, infaq dan bersedekah;
38. Senantiasa menjaga wudhu;
39. Senantiasa menjaga Shalatnya terutama Shalat wajib;
40. Senantiasa menjaga Shalat sunnat Tahajjud dan Shalat Dhuha;
41. Paling cinta dan hormat padakedua orang tuanya, terutama ibunya;
42. Cerdas / Pikirannya intelek (Mutsaqoful fikri);
43. Aqidahnya bersih/lurus (Saliimul ‘aqiidah);
44. Ibadahnya benar (Shohiihul ‘ibaadah);
45. Rendah hati (Tawadhu’);
46. Jiwanya bersungguh-sungguh (Mujaahadatun nafsi);
47. Mampu mencari nafkah (Qaadirun’alal kasbi);
48. Senantiasa menjaga dan memelihara lidah/lisan (Hifdzul lisaan);
49. Senantiasa istiqomah dalam kebenaran (Istiqoomatun filhaqqi);
50. Senantiasa menundukkan pandangan terhadap lawan jenisdan memelihara kehormatan (Goddhul bashor wahifdzul hurumat);
51. Senantiasa lemah lembut dan suka memaafkan kesalahan orang lain (Latiifun wahubbul’afwi);
52. Benar, jujur, berani dan tegas(Al-haq, Al-amanah-wasyaja’ah);
53. Selalu yakin dalam tindakan yang sesuai ajaran Islam (Mutayaqqinun fil’amal);
54. Senantiasa pandai memanfaatkan waktu (untuk dunia dan akhirat) (Hariisun’alal waqti);
55. Sebanyak-banyaknya bermanfaat bagi orang lain ( Naafi ’un lighoirihi);
56. Senantiasa menghindari perkara yang samar-samar (Ba’iidun’anisy syubuhat);
57. Senantiasa berpikir positif dan membangun (Al-fikru wal-bina’);
58. Senantiasa siap menolong orang yang lemah (Mutanaashirun lighoirihi);
59. Senantiasa berani bersikap keras terhadap orang-orang kafir yang memusuhi kita (Asysyidda’u’alal kuffar);
60. Senantiasa mengingat akan datangnya kematian; []
BACA JUGA: Lelaki yang Menggendong Ibunya Keliling Kabah
BACA JUGA: Apa Hukum Mencukur Jenggot untuk Lelaki Muslim?
BACA JUGA: Kebiasaan Lelaki Ahli Surga
https://www.islampos.com/60-sifat-lelaki-sejati-menurut-islam-4-141976/?
Lambakan minyak gamat palsu di Langkawi?
Fareez Azman, Astro Awani | April 02, 2019 21:29 MYT
LANGKAWI : Minyak gamat amat sinonim dengan Pulau Langkawi, Kedah yang menjadi antara lokasi pelancongan utama di negara ini.
Produk itu bukan hanya dipasarkan dalam negara malah menembusi pasaran dunia, sekali gus boleh dikatakan bahawa ia antara produk tempatan yang menjadi kebanggaan Malaysia.
Namun, pendedahan dari Persatuan Koperasi Gamat Langkawi yang mendakwa wujud gamat tiruan atau palsu mungkin boleh mengubah tanggapan tersebut.
Menurut Pengerusi Persatuan Koperasi Gamat Langkawi, Mat Hazir Mahmud, lambakan minyak gamat tiruan telah lama berlaku pulau peranginan itu malah terus dipasarkan.
Dakwa Mat hazir, minyak kitar semula serta bahan lain seperti logam adalah antara yang terkandung dalam gamat tiruan berkenaan.
Perbezaan antara minyak gamat tiruan dan yang asli jelasnya, boleh dilihat pada kepekatan serta warna minyak tersebut.
Produk itu bukan hanya dipasarkan dalam negara malah menembusi pasaran dunia, sekali gus boleh dikatakan bahawa ia antara produk tempatan yang menjadi kebanggaan Malaysia.
Namun, pendedahan dari Persatuan Koperasi Gamat Langkawi yang mendakwa wujud gamat tiruan atau palsu mungkin boleh mengubah tanggapan tersebut.
Menurut Pengerusi Persatuan Koperasi Gamat Langkawi, Mat Hazir Mahmud, lambakan minyak gamat tiruan telah lama berlaku pulau peranginan itu malah terus dipasarkan.
Dakwa Mat hazir, minyak kitar semula serta bahan lain seperti logam adalah antara yang terkandung dalam gamat tiruan berkenaan.
Perbezaan antara minyak gamat tiruan dan yang asli jelasnya, boleh dilihat pada kepekatan serta warna minyak tersebut.
"Selalunya kalau nak kata benda yang murah ni, mungkin pengusaha sudah buang (kandungan) gamat, (namun) hanya tulis gamat sahaja (pada label). Gamat sekarang satu kilogram berharga RM400 hingga RM700 macam itu.
"Persoalannya mampukah pengusaha itu meletakkan kandungan gamat yang tinggi untuk master formula yang memerlukan sekurang-kurangnya setengah kilogram.
"Itu sudah berharga RM300. Jika dia pasarkan dengan harga murah, boleh balik modal? Mungkin mereka buang gamat atau kurangkan herba lain," jelasnya.
Tambah Mat Hazir, minyak tiruan itu dakwanya dijual pada harga RM8 sedozen berbanding harga pasaran RM12.
Lebih mengejutkan, dakwanya, kegiatan menjual minyak gamat tiruan itu telah lama berjalan.
Namun ia tidak digembar-gembur kerana dikhuatiri memberi impak negatif terhadap pelancongan di pulau peranginan itu.
Pertemuan Astro AWANI dengan Mohd Noor Adam Mohd Saad, 30 tahun, seorang pengawal keselamatan dari Perlis mendedahkan pengalaman menggunakan minyak gamat disyaki tiruan.
Jelasnya, tiga kali menggunakan minyak terbabit di bahagian lukanya akibat kemalangan jalan raya, kulitnya terasa sengal dan melepuh seperti terkena minyak panas.
"Kejadian berlaku selepas saya menghadapi kemalangan di Perlis, kemalangan kereta. Selepas itu, saya rasa sakit, maka saya mai (datang) Langkawi.
"Saya cuba minyak gamat ini. Bila saya cuba produk tu, mula-mula okay. Lepas itu saya kirim dekat kawan saya produk baru ini, tetapi rasa macam lain, sakit bahu apa semua datang balik," kata Mohd Noor yang mula menggunakan minyak berkenaan kira-kira dua bulan lalu.
Seorang lagi penduduk kali ini dari Langkawi yang dikenali sebagai Raniza Ahmad, 44 tahun, turut berkongsi pengalamannya menggunakan minyak gamat dipercayai tiruan dari pengusaha yang sama.
Beliau berasa pelik apabila melihat ada keganjilan dari segi minyak dan bau yang lain dari kebiasaan.
"Sebab saya setiap kali keluar dari Langkawi, saya akan bawa minyak gamat sebagai buah tangan kepada saudara saya. Bila saya tengok rupanya macam tidak original. Malu juga hendak bagi dekat orang, risau pun ada juga bila orang pakai nanti takut nanti jadi apa-apa, gatal kulit dan bahayalah," jelas Raniza.
Beliau sendiri ada mencuba minyak berkenaan, ternyata dakwanya minyak terbabit yang disapu tidak meresap ke dalam kulit, sebaliknya minyak itu melekit dan berada di lapisan kulit luar sahaja.
Untuk rekod, ratusan pengusaha minyak gamat di Langkawi, namun daripada jumlah itu hanya kurang 10 pengusaha berdaftar.
Jika keadaan ini berlarutan tanpa kawalan, dikhuatiri ia mampu memberi imej negatif terhadap produk gamat sekali gus menjejaskan usaha kerajaan selama ini dalam membangunkan industri terbabit.
Lebih malang, punca pendapatan pengusaha gamat yang tulen dikhuatiri boleh terjejas.
http://www.astroawani.com/berita-malaysia/lambakan-minyak-gamat-palsu-di-langkawi-202999?
Tiada ulasan:
Catat Ulasan