Ahad, 23 Jun 2013

620. Mengapa kita tak acuh.


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ  , الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ , الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ,  مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ , إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ , اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيمَ  , صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ , غَيْرِ المَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ.


Assalamualaikum w.b.t/السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

Meja www.peceq.blogspot.com  
  • MENGAPA KITA TAK ACUH [THOUGHTLESS]?

    Si pemikir memikirkan pikiran-pikirannya melalui kebiasaan [habit], melalui pengulangan, melalui peniruan, yang menghasilkan ketidaktahuan dan kesedihan. Bukankah kebiasaan itu ketakacuhan [thoughtlessness]?

    Keelingan [awareness] menciptakan ketertiban, tetapi tidak pernah menciptakan kebiasaan. Kecenderungan-kecenderungan yang mapan hanya menghasilkan sikap tak acuh.

    Mengapa kita tak acuh? Oleh karena berpikir itu menyakitkan; berpikir menciptakan gangguan, membawa pertentangan, mungkin membuat kita bertindak berlawanan dengan pola yang mapan. Memikir&merasa secara meluas, menjadi sadar tanpa memilih [choicelessly aware], mungkin akan membawa kepada kedalaman-kedalaman yang tak dikenal, dan batin berontak terhadap apa yang tak dikenal.

    Jadi batin bergerak dari yang diketahui kepada yang diketahui, dari kebiasaan kepada kebiasaan, dari pola kepada pola. Batin seperti itu tidak pernah melepaskan apa yang diketahui untuk menemukan apa yang tak diketahui.

    Menyadari sakitnya berpikir, si pemikir menjadi tak acuh melalui peniruan, melalui kebiasaan; oleh karena takut berpikir, ia menciptakan pola-pola ketakacuhan. Karena si pemikir takut, tindakannya lahir dari ketakutan, kemudian ia mengamati tindakannya, dan mencoba mengubahnya.

    Si pemikir takut terhadap ciptaannya sendiri; tetapi perbuatan adalah yang berbuat, jadi si pemikir takut terhadap dirinya sendiri. Si pemikir adalah ketakutan itu sendiri; si pemikir adalah sebab dari ketaktahuan, dari kesedihan. 

    Beautiful World.

    Si pemikir mungkin membagi dirinya menjadi banyak kategori pikiran, tetapi pikiran itu tetap si pemikir. Si pemikir beserta upayanya untuk berada, untuk menjadi sesuatu, justru adalah akar dari konflik dan kebingungan.
    [k] 

    Perhatian: Pemaparan tajuk-tajuk, gambar-gambar dan segala bagai, adalah pandangan dan pendapat peribadi yang lebih menjurus kepada sikap dan sifat untuk menjadi lebih baik dengan mengamalkan gaya hidup menurut perentah dan larangan Allah S.W.T., antaranya bersikap dengan tiada prasangka, tidak bertujuan untuk kebencian, tidak berkeperluan untuk bersubahat dengan perkara bohong dan tiada kaitan dan berkepentingan dengan mana-mana individu. Jujur., aku hanyalah hamba Allah S.W.T., yang hina dina. BERSANGKA BAIK KERANA ALLAH S.W.T.. 

    Blogger Home. 
    s3v3n

    s3v3n
    copyright©
IP

Tiada ulasan: