بِسْمِ
اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ , الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
, الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ , مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ , إِيَّاكَ نَعْبُدُ
وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ , اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيمَ , صِرَاطَ
الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ , غَيْرِ المَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ
الضَّالِّينَ.
Assalamualaikum w.b.t/السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
Munafik dan kafir laknatullah sebenarnya pemberontak dan pengganas.
Islam Agama Ku.
Minggu.
Cenderung Cinta Padanya
- Untuk membuat seseorang akan tertarik pada kita, caranya adalah
dengan mencari perhatiannya.
Berbuatlah baik padanya, maka ia pun akan
merasa diberi hati. Sehingga ia akan semakin lekat dan semakin menempel.
Namun maksud tulisan ini bukanlah sebagai tips untuk muda-mudi yang
hatinya sedang berbunga-bunga dengan kekasihnya.
Tidak sama sekali,
karena pacaran adalah jalan menuju zina dan jelas haramnya. Yang kami
jelaskan di sini adalah tabiat hati yang cenderung akan menyukai orang
yang berbuat baik padanya.
Dan yang lebih terpenting adalah jika
kecintaan tersebut dilandaskan cinta karena Allah SWT..
Cenderung cinta padaNya.
Dalam sebuah atsar disebutkan,
جبلت القلوب على حب من أحسن إليها وبغض من أساء إليها
“Tabiat
hati adalah cenderung mencintai orang yang berbuat baik padanya dan
membenci orang yang berbuat jelek padanya.” (HR. Al Baihaqi dalam
Syu’abul Iman 6: 2985, Abu Nu’aim dalam Al Hilyah 4: 131, Al Jami’ Ash
Shogir 3580. As Suyuthi mengatakan hadits ini dho’if). Walaupun hadits
ini dho’if, namun maknanya tepat dan benar.
Cintailah karena Allah SWT.
Kecintaan
seseorang pada orang yang suka berbuat baik padanya, itu memang boleh.
Namun hendaklah kecintaan tersebut dibangun di atas kecintaan karena
Allah. Artinya, standar kecintaan pada saudaranya seimbang dengan
ketaatan saudaranya pada Allah. Jika saudaranya termasuk kalangan orang
sholeh dan bertakwa, ia akan semakin cinta.
Sebaliknya, cintanya akan semakin berkurang pada yang suka berbuat maksiat dan durhaka. Inilah maksud kecintaan karena Allah. Berarti kecintaan seseorang yang mencintai karena Allah akan berbeda pada pecandu rokok dan pada pemuda yang lisannya tidak pernah lepas dari dzikir. Kecintaan karena Allah itulah yang menuai kelezatan dan manisnya iman.
Sebaliknya, cintanya akan semakin berkurang pada yang suka berbuat maksiat dan durhaka. Inilah maksud kecintaan karena Allah. Berarti kecintaan seseorang yang mencintai karena Allah akan berbeda pada pecandu rokok dan pada pemuda yang lisannya tidak pernah lepas dari dzikir. Kecintaan karena Allah itulah yang menuai kelezatan dan manisnya iman.
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثٌ
مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ
وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ
الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ
فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ
“Tiga
perkara yang seseorang akan merasakan manisnya iman : [1] ia lebih
mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari yang lainnya, [2] ia mencintai
seseorang hanya karena Allah, [3] ia benci untuk kembali pada kekufuran
sebagaimana ia benci bila dilemparkan dalam neraka.” (HR. Bukhari no.
6941 dan Muslim no. 43)
Begitu
juga dalam hadits dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan mengenai tujuh golongan yang
akan mendapatkan naungan Allah pada hari yang tiada naungan selain
dari-Nya. Di antara golongan tersebut adalah,
وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِى اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ
“Dua
orang yang saling mencintai karena Allah. Mereka berkumpul dan berpisah
dengan sebab cinta karena Allah.” (HR. Bukhari no. 660 dan Muslim no.
1031)
Begitu pula dalam hadits Abu Dzar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ الْحُبُّ فِى اللَّهِ وَالْبُغْضُ فِى اللَّهِ
“Sesungguhnya
amalan yang lebih dicintai Allah ‘azza wa jalla adalah cinta karena
Allah dan benci karena Allah.” (HR. Ahmad 5: 146 dan Abu Daud no. 4599.
Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan lighoirih,
dilihat dari jalur lain)
Akan Dikumpulkan Bersama Orang yang Dicintai
Inilah
di antara faedah besar seseorang mencintai saudaranya karena Allah atau
termasuk dalam hal ini adalah mencintai Rasul shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
Dari
Anas bin Malik, beliau mengatakan bahwa seseorang bertanya pada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kapan terjadi hari kiamat, wahai
Rasulullah?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Apa yang
telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”Orang tersebut menjawab,
“Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak
shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan
adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.”Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata,
أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
“(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. Bukhari no. 6171 dan Muslim no. 2639)
Dalam
riwayat lain, Anas mengatakan, “Kami tidaklah pernah merasa gembira
sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan
orang yang engkau cintai).”Anas pun mengatakan, “Kalau begitu aku
mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku
berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka,
walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.” (HR. Bukhari no.
3688)
Dalam riwayat Tirmidzi disebutkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ وَأَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
“Seseorang
akan bersama dengan orang yang ia cintai. Dan engkau akan bersama orang
yang engkau cintai.” (HR. Tirmidzi no. 2385. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Ibnu
Hajar berkata, “Maksud ‘sesungguhnya engkau akan bersama dengan orang
yang engkau cintai’ adalah engkau akan didekatkan dengan mereka, begitu
pula hal ini termasuk dalam golongan yang ia cintai. Bagaimana jika
kedudukan di surga di antara mereka bertingkat-tingkat derajat? Apakah
masih tetap dikatakan bersama? Jawabnya, tetap masih disebut bersama.
Selama masih ada kesamaan, seperti sama-sama masuk surga, maka itu pun
disebut bersama. Jadi tidak mesti bersama dalam segala sisi. Jika
semuanya tadi masuk surga, itu sudah disebut bersama walau berbeda-beda
derajat.” (Fathul Bari, 10: 555)
Kecintaan yang Mubah
Kecintaan
biasa yang sifatnya mubah (baca: boleh-boleh saja) tidak menyebabkan
kecintaan tersebut terbawa sampai akhirat. Derajat mereka akan
tergantung pada amalnya dan sesuai karunia Allah Ta’ala. Patut
direnungkan firman Allah Ta’ala,
وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَا يَخَافُ ظُلْمًا وَلَا هَضْمًا
“Dan
barangsiapa mengerjakan amal-amal yang saleh dan ia dalam keadaan
beriman, maka ia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil
(terhadapnya) dan tidak (pula) akan pengurangan haknya.” (QS. Thoha:
112)
Intinya kecintaan yang bermanfaat adalah kecintaan karena Allah sebagaimana firman Allah Ta’ala,
الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ
“Teman-teman
akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain
kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az Zukhruf: 67)
mudah-mudahan artikel yang saya sharing ini bisa memberikan banyak manfaat untuk kita renungkan bersama-sama.
mudah-mudahan artikel yang saya sharing ini bisa memberikan banyak manfaat untuk kita renungkan bersama-sama.
wallahu'alam
Sumber: (Cenderung-cinta-padaNya) .
Sumber : http://rumaysho.com
"..KEHIDUPAN DUNIA HANYALAH Kesenangan YANG MEMPERDAYA" [QS. AL 'IMRAN (3):185].
Firman Allah S.W.T., yang bermaksud: Wahai orang yang beriman! Janganlah kamu mengambil orang yang bukan daripada kalangan kamu (seperti Yahudi, Nasrani, dan Munafiq) menjadi teman karib (yang dipercayai). Mereka tidak akan berhenti berusaha mendatangkan kesusahan kepada kamu. Mereka sukakan apa yang menyusahkan kamu. Telah pun nyata (tanda) kebencian mereka pada pertuturan mulut mereka, dan apa yang tersembunyi oleh hati mereka lebih besar lagi. Sesungguhnya Kami telah jelaskan kepada kamu ayat ayat (Kami), jika kamu memahaminya (memikirkannya).” - [Al Quran Surah Al Imran ayat 118-120] .
Baca Juga:
Firman Allah S.W.T., yang
bermaksud: “Perkataan yang baik dan pemberian maaf, lebih baik dari
sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan
penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (Al Baqarah: 263).
Tiada ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.
Firman Allah S.W.T., yang
bermaksud: “Mereka yang berjuang di jalan Kami nescaya Kami tunjukkan
jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah berserta orang yang berbuat baik.”
(Al Ankabut: 69).
"Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku." (QS. Yusuf: 86).
Semasa hidup sederhanakanlah kegembiraan. Supaya wujud keseimbangan jiwa dan roh, bila menerima kesedihan yang pasti ditemui juga. Mengingatkan diri sendiri menjadi keutamaaan sebelum mengingatkan orang lain . In Syaa Allah ''palis'' sekali dari sifat-sifat sombong dan keji. Semuanya kerana Allah S.W.T.. Amin Ya Rob. (Peceq Admin).
"Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku." (QS. Yusuf: 86).
Semasa hidup sederhanakanlah kegembiraan. Supaya wujud keseimbangan jiwa dan roh, bila menerima kesedihan yang pasti ditemui juga. Mengingatkan diri sendiri menjadi keutamaaan sebelum mengingatkan orang lain . In Syaa Allah ''palis'' sekali dari sifat-sifat sombong dan keji. Semuanya kerana Allah S.W.T.. Amin Ya Rob. (Peceq Admin).
Perhatian: Pemaparan
tajuk-tajuk, gambar-gambar dan segala bagai, adalah pandangan dan
pendapat peribadi yang lebih menjurus kepada sikap dan sifat untuk
menjadi lebih baik dengan mengamalkan gaya hidup menurut perentah dan
larangan Allah S.W.T., antaranya bersikap dengan tiada prasangka, tidak
bertujuan untuk kebencian, tidak berkeperluan untuk bersubahat dengan
perkara bohong dan tiada kaitan dan berkepentingan dengan mana-mana
individu. Jujur., aku hanyalah hamba Allah S.W.T., yang hina dina.
BERSANGKA BAIK KERANA ALLAH S.W.T..
Tiada ulasan:
Catat Ulasan