Selasa, 3 Mac 2015

5173. Tanda Kasih Allah kepada hambaNya dan Waktu Mustajab Berdoa.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ  , الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ , الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ,  مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ , إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ , اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيمَ  , صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ , غَيْرِ المَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ.

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

Assalamualaikum warohmatullahi wabarakatuh.

الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على أشرف المرسلين، وعلى آله وصحبه أجمعين
Meja www.peceq.blogspot.com  
"Sebenarnya, setiap kali orang memuji kamu.. seharusnya kamu rasa malu. Ucaplah astaghfirullah al-azim kerana orang memuji kamu disebabkan Allah s.w.t telah menutup aib dan kelemahan kamu." DAN pada yang kena kutuk dan dihentam.. bersyukurlah! itu tandanya Allah masih sayang dan ingin menegur kesilapan kita. Anggap saja teguran itu daripada Allah untuk memperbaiki diri kita.
 
:syukur:
ANGGAPLAH TEGURAN SEBAGAI HADIAH RABBANIYAH
Tidak ada dosa dan kesalahan yang tidak mempunyai balasan. Semuanya akan dibalas oleh Allah swt., samada dalam kehidupan ini atau di akhirat kelak. Bayangkan jika dosa dan kesalahan berjalan berterusan :

1. Tanpa terasa apa-apa.
2. Tanpa ada teguran.
3. Tanpa ada peringatan.

Nescaya akan berlaku kerosakan yang banyak dalam kehidupan manusia.

Menggunungnya dosa dan kesalahan boleh menyebabkan tersumbatnya semua cahaya kesedaran. Orang-orang seperti ini bukan hanya tidak menemui pintu kesedaran, bahkan ia merasa bahwa dirinya sahaja tergolong orang yang mendapat petunjuk.
Maha Benarlah Allah swt dalam firmanNya :

"Sebahagian diberiNya petunjuk dan sebahagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan syaitan-syaitan pelindung (mereka) selain Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk."
(QS Al-A'raaf : 30)

Allah swt sentiasa sayang pada hamba-hambaNya. Berbeza dengan orang kafir yang mendapat berbagai nikmat dan peluang sehingga tanpa segan silu melakukan maksiat, orang mukmin tidak begitu.

Sedikit sahaja bengkok, sentiasa ada teguran. Ada teguran secara langsung berupa musibah, bencana atau malapetaka dan ada pula teguran yang tidak secara langsung yang disuarakan melalui mulut manusia.

Bahkan Allah swt menamakan ciri mereka yang saling menegur sebagai generasi yang selamat dari bencana kerugian dunia dan akhirat.
Maha Agung Allah swt dalam firmanNya :

"Demi masa. Sesungguhnya manusia dalam kerugian kecuali, orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran."
(QS Al-Ashr : 1-3) 

ANGGAPLAH TEGURAN SEBAGAI UNGKAPAN SAYANG

Kadang-kadang agak sukar menterjemahkan sebuah ungkapan dengan timbangan yang jernih dan lurus termasuk dalam soal teguran. Kebiasaannya, orang yang menegur diterjemahkan atau dianggap sebagai lawan yang menyusahkan bahkan ingin menjatuhkan.

Dalam timbangan akhlak Islam, nilai sebuah teguran adalah jauh dari anggapan tersebut. Bahkan kalau kita melihat secara positif :

1. Teguran bukan untuk menyusahkan melainkan untuk memudahkan.

2. Teguran bukan ungkapan marah apalagi permusuhan melainkan ianya adalah ungkapan sayang dan persaudaraan.

Rasulullah saw pernah bersabda :

"Tiga perbuatan yang termasuk sangat baik, iaitu berzikir kepada Allah dalam segala situasi dan keadaan, saling menyedarkan satu sama lain dan menyantuni saudara-saudaranya (yang memerlukan)."
(HR Ad Dailami)

Teguran adalah ungkapan sayang yang sejati seorang saudara terhadap saudaranya yang lain yang mungkin terjebak dalam suatu kesalahan. Cinta kerana Allah dan benci pun kerana Allah. Kalau bukan kerana cinta, mungkin ia tidak akan peduli untuk menegur kerana usaha itu terasa begitu berat. 

ANGGAPLAH TEGURAN SEBAGAI GURU DI MEDAN

Teguran tidak selalunya berkaitan atau ada hubung kait dengan dosa. Tidak selalunya berkaitan dengan sesuatu yang prinsip. Ada teguran yang memang sangat diperlukan ketika sesuatu yang bersifat teori cuba diimplementasikan ke bumi nyata dalam wilayah aplikasi.

Dalam hal berumahtangga misalnya, ketika belum memasuki alam perkahwinan, seseorang merasa sudah faham betul dengan yang hal ehwal rumah tangga setelah mendapatkan informasi dari buku, ceramah dan sebagainya. Tapi, ketika rumahtangga sudah menjadi kenyataan, semua perkara menjadi sungguh berbeza. Realiti kadangkala tidak selalunya bertepatan dengan suasana ideal yang diimpikan.

Berlaku perbezaan di sana di mana wujudnya konflik antara suami dan isteri. Sesuatu yang dalam teori begitu indah, tetapi ternyata begitu gersang dalam kenyataan di medan. Tentunya, yang salah bukannya cita-cita idealnya tadi, tapi cara bagaimana menggarap dan mencapai tujuan dan impian itu yang belum benar-benar selaras. Di sinilah, seseorang memerlukan teguran dan teguran ketika itu bertukar menjadi guru di lapangan realiti sebenar. 

ANGGAPLAH TEGURAN SEBAGAI CERMIN MEMPERINDAHKAN DIRI

Ego manusia sentiasa merasakan yang ia serba sempurna tanpa ada cacat cela dan titik noda malah semuanya dirasai bagus. Kalau ada orang lain yang menilai sedikit berbeza, pasti si penilai yang dianggap silap.

Begitulah juga yang boleh berlaku dalam diri seorang mukmin. Dengan penuh kepercayaan terhadap dirinya, ia begitu yakin bahwa semua langkahnya sempurna tanpa ada kesalahan. Yang salahnya adalah jika ada yang menganggapnya salah.

Dari sudut pandangan Islam, manusia adalah tempat salah dan lupa. Jadi, akan ada sahaja kemungkinan kalau seorang mukmin pun boleh khilaf. Kalau seorang ulama' pun boleh salah dan seorang pemimpin pun boleh tersasar, jadi pada ketika itu, ia sangat memerlukan teguran sebagai cermin yang boleh menyedarkan dirinya.

Rasulullah saw bersabda :

"Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya. Apabila melihat aib padanya, dia segera memperbaikinya." (HR Al-Bukhari)

Indahnya nikmat keimanan. Hati yang mulanya gelap menjadi terang. Bahaya dan penyakit yang bersarang di sekeliling dirinya yang sebelumnya tertutup, boleh tersingkap dengan jelas. Kian nampak mana yang baik dan mana yang buruk dalam perkara apa pun termasuklah dalam pergaulan dan persaudaraan Islam. 

Bagi ibu pula, cepat-cepat maafkan anak dan doakan si anak. Doa ibu ni makbul. Kalau anak buat salah, ibu perlu muhasabah diri sendiri, jangan pula ibu turut salahkan anak, caci maki, herdik dan sebagainya. Ibu jangan lupa, setiap kamu adalah pemimpin dan akan ditanya tentang kepimpinannya. Dan kepimpinan ibu, adalah urusan dalam rumahtangga. Jadi, bila si anak derhaka, ibu patut lebih takut lagi kepada Allah, sebagaimana takutnya suami pada Allah apabila isterinya menderhaka.

Masing-masing bertugas di dalam ruang lingkup kepimpinan masing-masing supaya tidak berlaku 'jump que' cantiknya susunan peranan dan tanggungjawab yang diatur oleh Allah s.w.t, sehingga tidak ada ruang bagi kita untuk menuding jari ke mana-mana pihak apabila berlaku permasalahan. Semuanya akan berbalik semula kepada diri sendiri.

Wallahua'lam.

  • Waktu-Waktu Mustajab Untuk Berdoa Supaya Cepat Terkabul.
    2012- 10- 24 05:10:20 Pendidikan Islam

    www.masuk-islam.com – Diantara usaha yang bisa kita upayakan agar doa kita dikabulkan oleh Allah Ta’ala adalah dengan memanfaatkan waktu-waktu tertentu yang dijanjikan oleh Allah bahwa doa ketika waktu-waktu tersebut dikabulkan.

    Diantara waktu-waktu terbaik untuk berdoa adalah sebagai berikut: 

    1. Ketika sahur atau sepertiga malam terakhir - Allah Ta’ala mencintai hamba-Nya yang berdoa disepertiga malam yang terakhir. Allah Ta’ala berf irman tentang ciri-ciri orang yang bertaqwa,
    salah satunya: “Ketika waktu sahur (akhir-akhir malam), mereka berdoa memohon ampunan” (QS. Adz Dzariyat : 18)Sepert iga malam yang paling akhir adalah waktu yang penuh berkah, sebab pada saat itu Rabb kita Subhanahu Wa Ta’ala t urun ke langit dunia dan mengabulkan setiap doa hamba-Nya yang berdoa ketika itu. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

    من يدعوني فأستجيب له ، من يسألني
    فأعطيه ، من يستغفرني فأغفر له
    للصائم فرحتان : فرحة عند فطره و فرحة
    عند لقاء ربه
    ثلاث لا ترد دعوتهم الصائم حتى يفطر
    والإمام العادل و المظلوم

    “Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang akhir pada setiap malamnya. Kemudian berfirman: ‘Orang yang berdoa kepada-Ku akan Ku kabulkan, orang yang meminta sesuatu kepada-Ku akan Kuberikan, orang yang meminta ampunan dari-Ku akan Kuampuni‘” (HR. Bukhari no.1145, Muslim no. 758) Namun perlu dicatat, sifat ‘turun’ dalam hadits ini jangan sampai membuat kita membayangkan Allah Ta’ala turun sebagaimana manusia turun dari suatu tempat ke tempat lain. Karena tentu berbeda.

    Yang penting kita mengimani bahwa Allah Ta’ala turun ke langit dunia, karena yang berkata demikian adalah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam diberi julukan Ash shadiqul Mashduq (orang jujur yang
    diotentikasi kebenarannya oleh Allah), tanpa perlu mempertanyakan dan membayangkan bagaimana caranya.

    Dari hadits ini jelas bahwa sepertiga malam yang akhir adalah waktu yang dianjurkan untuk memperbanyak berdoa. Lebih lagi di bulan Ramadhan, bangun di sepertiga malam akhir bukanlah hal yang berat lagi karena bersamaan dengan wakt u makan sahur. Oleh karena itu, manfaatkanlah sebaik-baiknya waktu tersebut untuk berdoa.

    2. Ketika berbuka puasa - Wakt u berbuka puasa pun merupakan wakt u yang penuh keberkahan,
    karena diwaktu ini manusia merasakan salah satu kebahagiaan ibadah puasa, yaitu diperbolehkannya makan dan minum set elah seharian menahannya, sebagaimana hadits: “Orang yang berpuasa memiliki 2 kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka puasa dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-Nya kelak” (HR. Muslim, no.1151) Keberkahan lain di waktu berbuka puasa adalah dikabulkannya doa orang yang telah berpuasa, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam: ‘”Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa ketika berbuka, doanya pemimpin yang adil dan doanya orang yang terzhalimi” (HR. Tirmidzi no.2528, Ibnu Majah no.1752, Ibnu Hibban no.2405, Di Sahaihkan Al bani di Shahih At Tirmidzi)

    لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
    قلت يا رسول الله أرأيت إن علمت أي ليلة
    ليلة القدر ما أقول فيها قال قولي اللهم
    إنك عفو كريم تحب العفو فاعف عني
    اللهم إنك عفو كريم تحب العفو فاعف عني
    ثنتان لا تردان أو قلما تردان الدعاء عند
    النداء وعند البأس حين يلحم بعضهم بعضا

    Oleh karena it u, jangan lewatkan kesempatan baik ini untuk memohon apa saja yang termasuk kebaikan dunia dan kebaikan akhirat.

    3. Ketika Malam Lailatul Qadar - Malam lailatul qadar adalah malam dit urunkannya Al Qur’an. Malam ini lebih utama dari 1000 bulan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala: “Malam Lailatul Qadr lebih baik dari 1000 bulan” (QS. Al Qadr: 3)

    Pada malam ini dianjurkan memperbanyak ibadah termasuk memperbanyak doa. Sebagaimana yang diceritakan oleh Ummul Mu’minin Aisyah Radhiallahu’anha: “Aku bertanya kepada Rasulullah: Wahai Rasulullah, menurut mu apa yang sebaiknya aku ucapkan jika aku menemukan malam Lailat ul Qadar?

    Beliau bersabda: Berdoalah: ‘Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan menyukai sifat pemaaf, maka ampunilah aku‘”(HR. T irmidzi, 3513, Ibnu Majah, 3119, At Tirmidzi berkata: “Hasan Shahih”) Pada hadits ini Ummul Mu’minin ‘Aisyah Radhiallahu’anha meminta diajarkan ucapan yang sebaiknya diamalkan ketika malam Lailatul Qadar.

    Namun ternyata Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mengajarkan lafadz doa. Ini menunjukkan bahwa pada malam Lailat ul Qadar dianjurkan memperbanyak doa, terutama dengan lafadz yang diajarkan tersebut.

    4. Ketika adzan berkumandang - Selain dianjurkan untuk menjawab Adzan dengan lafazh yang sama, saat Adzan dikumandangkan pun termasuk waktu yang mustajab untuk berdoa. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

    الدعاء ال يرد بين الأذان والإقامة
    لا إن كلكم مناج ربه فلا يؤذين بعضكم بعضا
    ولا يرفع بعضكم على بعض في القراءة أو
    قال في الصلاة
    أقرب ما يكون العبد من ربه وهو ساجد
    فأكثروا الدعا

    “Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu ketika adzan berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling menyerang” (HR. Abu Daud, 2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Nata-ijul Afkar, 1/369, berkat a: “Hasan Shahih”)

    5. Di antara adzan dan iqamah - Wakt u jeda ant ara adzan dan iqamah adalah juga merupakan waktu yang dianjurkan unt uk berdoa, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam: “Doa di antara adzan dan iqamah tidak tertolak” (HR. T irmidzi, 212, ia berkata: “Hasan Shahih”)

    Dengan demikian jelaslah bahwa amalan yang dianjurkan ant ara adzan dan iqamah adalah berdoa, bukan shalawatan, atau membaca murattal dengan suara keras, misalnya dengan menggunakan mikrof on. Selain t idak pernah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, amalan-amalan tersebut dapat mengganggu orang yang berdzikir atau sedang shalat sunnah.

    Padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Ketahuilah, kalian semua sedang bermunajat kepada Allah, maka janganlah saling mengganggu satu sama lain. Janganlah kalian mengeraskan suara dalam membaca Al Qur’an,’ atau beliau berkata, ‘Dalam shalat’,” (HR. Abu Daud no.1332, Ahmad, 430, dishahihkan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani di Nata-ijul Afkar, 2/16).

    Selain itu, orang yang shalawatan atau membaca Al Qur’an dengan suara keras di waktu jeda ini, telah meninggalkan amalan yang di anjurkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, yaitu berdoa. Padahal ini adalah kesempatan yang bagus untuk memohon kepada Allah segala sesuatu yang ia inginkan. Sungguh merugi jika ia melewatkannya.

    6. Ketika sedang sujud dalam shalat - Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Seorang hamba berada paling dekat dengan Rabb-nya ialah ketika ia sedang bersujud. Maka perbanyaklah berdoa ketika itu” (HR. Muslim, no.482)

    قيل يا رسول الله صلى الله عليه وسلم أي
    الدعاء أسمع قال جوف الليل الآخر ودبر
    الصلوات المكتوبات
    هَ􀁟صلاةَ فَاذْكُرُوا الل 􀁟فَإِذَا قَضَيْتُمُ ال
    أن رسول الله صلى الله عليه وسلم ذكر
    يوم الجمعة ، فقال : فيه ساعة ، لا يوافقها
    عبد مسلم ، وهو قائم يصلي ، يسأل الله
    تعالى شيئا ، إلا أعطاه إياه . وأشار بيده
    يقللها

    7. Ketika sebelum salam pada shalat wajib - Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Ada yang bertanya: Wahai Rasulullah, kapan doa kita didengar oleh Allah?

    Beliau bersabda: “Di akhir malam dan di akhir shalat wajib” (HR. Tirmidzi, 3499) Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dalam Zaadul Ma’ad (1/305) menjelaskan bahwa yang dimaksud ‘akhir shalat wajib’ adalah sebelum salam. Dan tidak terdapat riwayat bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dan para sahabat merutinkan berdoa meminta sesuatu setelah salam pada shalat wajib. Ahli f iqih masa kini, Syaikh Ibnu Utsaimin Rahimahullah berkata: “Apakah berdoa setelah shalat it u disyariatkan atau tidak?

    Jawabannya: tidak disyariat kan. Karena Allah Ta’ala berf irman: “Jika engkau selesai shalat, berdzikirlah” (QS. An Nisa: 103). Allah berf irman ‘berdzikirlah’, bukan ‘berdoalah’. Maka setelah shalat bukanlah waktu untuk berdoa, melainkan sebelum salam” (Fatawa Ibnu Utsaimin, 15/216).

    Namun sungguh disayangkan kebanyakan kaum muslimin merut inkan berdoa memint a sesuat u set elah salam pada shalat wajib yang sebenarnya t idak disyariat kan, kemudian just ru meninggalkan wakt u-wakt u must ajab yang disyariatkan yaitu diantara Adzan dan Iqamah, ketika adzan, ketika sujud dan sebelum salam.

    8. Di hari Jum’at - Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menyebutkan tentang hari Jumat

    هي ما بين أن يجلس الإمام إلى أن تقضى
    الصلاة
    يوم الجمعة ثنتا عشرة يريد ساعة لا يوجد
    مسلم يسأل الله عز وجل شيئا إلا أتاه الله
    عز وجل فالتمسوها آخر ساعة بعد العصر

    Kemudian Beliau bersabda: ‘Di dalamnya terdapat waktu. Jika seorang muslim berdoa ketika itu, pasti diberikan apa yang ia minta’. Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya tentang sebentarnya waktu tersebut” (HR. Bukhari 935, Muslim 852 dari sahabat Abu Hurairah Radhiallahu’anhu) Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Baari ket ika menjelaskan hadits ini beliau menyebut kan 42 pendapat ulama tentang waktu yang dimaksud.

    Namun secara umum terdapat 4 pendapat yang kuat. 

    Pendapat pertama, yaitu waktu sejak Imam Naik Mimbar sampai selesai Shalat Jum’at, berdasarkan hadits: “Waktu tersebut adalah ketika imam naik mimbar sampai shalat Jum’at selesai” (HR. Muslim, 853 dari sahabat Abu Musa Al Asy’ari Radhiallahu’anhu).Pendapat ini dipilih oleh Imam Muslim, An Nawawi, Al Qurt hubi, Ibnul Arabi dan Al Baihaqi.

    Pendapat kedua, yaitu setelah Ashar sampai terbenamnya matahari.Berdasarkan hadits: “Dalam 12 jam hari Jum’at ada satu waktu, jika seorang muslim meminta sesuatu kepada Allah Azza Wa Jalla pasti akan dikabulkan. Carilah waktu itu di waktu setelah ashar” (HR. Abu Daud, no.1048 dari sahabat Jabir bin Abdillah Radhiallahu’anhu. Dishahihkan Al Albani di Shahih Abi Daud). Pendapat ini dipilih oleh At T irmidzi, dan Ibnu Qayyim Al Jauziyyah. Pendapat ini yang lebih masyhur dikalangan para ulama.

    Pendapat ketiga, yaitu setelah Ashar, namun diakhir-akhir hari Jum’at. Pendapat ini didasari oleh riwayat dari Abi Salamah. Ishaq bin Rahawaih, At T hurt husi, Ibnul Zamlakani menguat kan pendapat ini.

    Pendapat keempat, yang juga dikuat kan oleh Ibnu Hajar sendiri, yaitu menggabungkan semua pendapat yang ada. Ibnu ‘Abdil Barr berkata: “Dianjurkan untuk bersungguh-sungguh dalam berdoa pada dua waktu yang disebut kan”. Dengan demikian seseorang akan lebih memperbanyak doanya di hari Jum’at tidak pada beberapa waktu tertentu saja. Pendapat ini dipilih oleh Imam Ahmad bin Hambal, Ibnu ‘Abdil Barr.

    9. Ketika turun hujan -
    ثنتان ما تردان : الدعاء عند النداء ، و تحت
    المطر
    أن النبي صلى الله عليه وسلم دعا في
    مسجد الفتح ثلاثا يوم الاثنين ،ويوم الثلاثاء،
    ويوم الأربعاء ،فاستُجيب له يوم الأربعاء بين
    الصلاتين فعُرِفَ البِشْرُ في وجهه
    م غليظ إِلاّ 􀁨 قال جابر: فلم ينزل بي أمر مه
    خيْتُ تلك الساعة فأدعو فيها فأعرف 􀁟تو
    الإجابة
    فاستجيب له يوم الأربعاء بين الصلاتين
    الظهر والعصر

    Hujan adalah nikmat Allah Ta’ala. Oleh karena it u t idak boleh mencelanya. Sebagian orang merasa jengkel dengan turunnya hujan, padahal yang menurunkan hujan tidak lain adalah Allah Ta’ala. Oleh karena itu, daripada tenggelam dalam rasa jengkel lebih baik memanfaatkan waktu hujan untuk berdoa memohon apa yang diinginkan kepada Allah Ta’ala: Doa tidak tertolak pada2 waktu, yaitu ketika adzan berkumandang dan ketika hujan turun” (HR Al Hakim, 2534, dishahihkan Al Albani di Shahih Al Jami’, 3078)

    10. Hari Rabu antara Dzuhur dan Ashar -Sunnah ini belum diket ahui oleh kebanyakan kaum muslimin, yaitu dikabulkannya doa diant ara shalat Zhuhur dan Ashar di hari Rabu. Ini diceritakan oleh Jabir bin Abdillah Radhiallahu’anhu: “Nabi shallallahu ‘alahi Wasallam berdoa di Masjid Al Fath 3 kali, yaitu hari Senin, Selasa dan Rabu. Pada hari Rabu lah doanya dikabulkan, yaitu diantara dua shalat. Ini diketahui dari kegembiraan di wajah beliau. Berkata Jabir : ‘Tidaklah suatu perkara penting yang berat pada saya kecuali saya memilih waktu ini untuk berdoa, dan saya mendapati dikabulkannya doa saya‘” Dalam riwayat lain:

    خير الدعاء دعاء يوم عرفة
    ثنتان لا تردان أو قلما تردان الدعاء عند
    النداء وعند البأس حين يلحم بعضهم بعضا
    ماء زمزم لما شرب له

    “Pada hari Rabu lah doanya dikabulkan, yaitu diantara shalat Zhuhur dan Ashar” (HR. Ahmad, no. 14603, Al Hait sami dalam Majma Az Zawaid, 4/15, berkata: “Semua perawinya tsiqah”, juga dishahihkan Al Albani di Shahih At Targhib, 1185)

    11. Ketika Hari Arafah - Hari Arafah adalah hari ketika para jama’ah haji melakukan wukuf di Araf ah, yaitu tanggal 9 Dzulhijjah. Pada hari tersebut dianjurkan memperbanyak doa, baik bagi Jama’ah Haji maupun bagi seluruh kaum Muslimin yang tidak sedang menunaikan Ibadah Haji. Sebab Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:Doa yang terbaik adalah doa ketika hari Arafah” (HR. At T irmidzi, 3585. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi)

    12. Ketika Perang Berkecamuk - Salah sat u keut amaan pergi ke medan perang dalam rangka berjihad di jalan Allah adalah doa dari orang yang berperang di jalan Allah ketika perang sedang berkecamuk, diijabah oleh Allah Ta’ala.

    Hadits yang sudah disebut kan di atas:Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu ketika adzan berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling menyerang” (HR. Abu Daud, 2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Nata-ijul Afkar, 1/369, berkat a: “Hasan Shahih”)

    13. Ketika Meminum Air Zam-zam - Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Khasiat Air Zam-zam itu sesuai niat peminumnya” (HR. Ibnu Majah, 2/1018.)

    Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah, 2502) Demikian uraian mengenai waktu-waktu yang paling dianjurkan untuk berdoa. Mudah-mudahan Allah Ta’ala mengabulkan doa-doa kita dan menerima amal ibadah kita. Amiin Ya Mujiibas Sa’iliin.

    14. Setelah Shalat Fardhu - Setelah mengerjakan shalat fardhu, hendaknya seseorang tidak meninggalkan kesempatan yang baik ini untuk berdoa.  Sesungguhnya pada saat ini adalah saat yang must jab untuk berdoa. Abu Umamah menceritakan bahwa Rasulullah ditanya tentang doa yang paling didengar oleh Allah. Beliau menjawab:Di pertengahan malam yang akhir dan setiap selesai shalat fardhu.” (HR. T irmidzi).

    15. Ketika Hati Sedang Lembut - Pada saat iman sedang meningkat , biasanya hat i menjadi terasa lembut , serasa dekat dengan Allah dan penuh kasih sayang kepada sesama. Pada saat sepert i ini, hendaknya jangan lupa untuk berdoa kepada Allah. agar lebih mudah dikabulkan. Rasulullah bersabda: “Ambillah kesempatan berdoa ketika hati sedang lemah lembut karena itu adalah rahmat.” (HR. Dailami).

    16. Ketika Sedang dalam Perjalanan - Ketika kita sedang dalam perjalanan—sudah barang tentu bukan dalam rangka bermaksiat—jangan sampai lupa untuk menggunakan  kesempatan ini untuk berdoa kepada Allah. Inilah salah satu waktu yang mustajab untuk berdoa. Rasulullah bersabda: “Tiga macam doa dikabulkan tanpa diragukan lagi, yaitu doa orang yang dizhalimi, doa kedua orang tua, dan doa seorang musafir (yang bepergian untuk maksud dan tujuan baik).” (HR. Ahmad dan Abu Daud).

    17. Ketika Mendengar Ayam Berkokok - Pada saat kit a mendengar ada ayam berkokok, segera kita memanjat kan doa kepada Allah Swt . Menurut junjungan kit a Nabi Muhammad ., pada saat sepert i ini ayam yang sedang berkokok tersebut sedang melihat malaikat .Rasulullah Saw. bersabda: “Apabila kamu mendengar ayam berkokok, maka mohonlah anugerah-Nya karena ayam itu melihat malaikat.” (HR. Bukhari dan Muslim).

    “Jika kamu sekalian mendengar suara kokok ayam jantan, maka mohonlah karunia Allah karena sesungguhnya binatang tersebut telah melihat malaikat dan jika kamu sekalian mendengar suara ringkikan keledai, maka mohonlah perlindungan kepada Allah dari godaan setan, karena binatang tersebut telah melihat setan.” (HR. Muslim).

    18. Ketika Sedang Berpuasa - Pada saat kita sedang berpuasa, baik it u puasa wajib di bulan Ramadhan maupun sedang mengerjakan puasa sunnah, hendaknya kit a memperbanyak doa kepada Allah Swt . Keadaan sepert i ini adalah saat yang must ajab bagi sebuah doa yang disampaikan kepada-Nya.Rasulullah Saw. bersabda:“Tiga bentuk doa yang dimustajabkan Allah, doa ibu bapak terhadap anak, doa orang yang berpuasa, dan doa orang yang sedang dalam perjalanan.” (HR. Baihaqi).

    Sumber: (http://www.masuk-islam.com/waktu-waktu-mustajab-untuk-berdoa-supaya-cepat-terkabul.html)
    My Dashboard. 





    IP
    s3v3n

    s3v3n


“Mengecilkan hati orang adalah berdosa, berkecil hati juga adalah berdosa. 
Tetapi lebih besar dosanya jika kita berkecil hati”

Anak: I’m so confused..
          Kenapa orang kecilkan hati kita, kita pulak yang berdosa?

(Kemudian si anak bertanya kepada ayahnya tentang makna pernyataan tersebut.)

Ayah: Jika seseorang hina kita, dia berdosa.
         Jika kita terasa hati dgn penghinaan dia, kita juga berdosa.
         Tetapi dosa kita lebih besar dari dosa dia.

Anak: uiikk.. tapi kenapa pulak? Kita tak buat apa-apa pun?

Ayah: Kerana orang yg menghina kita itu adalah peringatan daripada Allah.

Anak: *blur

Ayah: Kenapa kita dihina oleh orang tu?
          Kerana itu adalah ujian dari Allah.
          Kenapa Allah hadiahkan kita ujian itu?
          Kerana DIA nak mengingatkan diri kita yang dah leka dengan dunia.
          Bila kita berkecil hati dengan orang tersebut, bermakna kita tak redha dengan ujian yang Allah turunkan.
          Kesimpulannya, kita bukan kecil hati dengan orang, tapi kecil hati dengan Allah.

Anak: Ooooooo… ook….

Ayah: Lagi parah bila kita pun cerita pada kawan-kawan kita. “Dia dah banyak buat aku macam ni, macam tu…” dan sebagainya.
          Dan kawan-kawan kita pula akan cerita pada kawan-kawan lain.
         “Kesian kawan kita tu.. budak tu dah banyak sakitkan hati dia,…..” jadi keredhaan kita terhadap ujian Allah itu akan lesap.

Anak: *termakan cili

So, the conclusion is.. jangan mudah terasa hati..
Maknanya kita tak redha dengan Allah..
Nanti Allah pun tak redha dengan kita.. Na’uzubillah.


*Dialog di atas diextract dari blog http://lukisanduniaku.wordpress.com

Wallahhua'lam.. 


Kita tak mampu ubah orang lain, kerana ia diluar kawalan diri kita.. Yang kita mampu ubah adalah diri kita sendiri, asalkan diri kita itu masih dalam KAWALAN

“Pandanglah wajah sahabatmu dengan wajah yg manis walaupun hatimu tengah menangis” 


Satu Posting yang menarik untuk dikongsikan bersama... Dipetik dari tulisan Ustz. Hazmi Dibok -UMP-

Antara bencana besar yang sangat berisiko menimpa kita sebagai daie, murabbi, ketua, pemimpin atau sesiapa sahaja yang memiliki kelebihan atau kedudukan ialah bencana EGO.

Di antara kuman atau virus biasa yang akan mendampingi kita (daie, murabbi, qiyadah dsb) tatkala ditegur, dinasihati ataupun dikiritik ialah ;

    * Sukar menerima kesilapan dan kesalahan yang dikritik

    * Mencari justifikasi untuk membenarkan atau mempertahankan kesalahan tersebut

    * Segera berpaling kepada kelemahan dan keburukan yang ada pada si penegur

    * Mempertahankan kesalahan sendiri dan memburukkan peribadi si penegur
 cara untuk mencegah diri dari ditimpa oleh risiko penyakit jiwa yang merbahaya ini? Di antara tips nya ialah :

    * Sewaktu menerima kritikan dan teguran di atas kesalahan yang memang kita lakukan, berfikirlah dengan dengan akal dan jiwa yang waras, tidak emosional dan dikuasai perasaan.

    * Berusaha melihat sesuatu dengan berjiwa besar dan berpandangan luas (big picture). Sekiranya timbul perasaan malu dan jatuh maruah ketika ditegur, yakinkan diri dengan segera bahawa orang yang berlapang dada dengan teguran akan lebih dihormati.

    * Segera bersangka baik bahawa si penegur yang menasihati kita tersebut sebenarnya sangat sayang akan kita sehingga ia sangat berharap perubahan yang positif dari tegurannya, bukan merendahkan kita.

    * Anggaplah bahwa kejadian ditegur atas kesilapan ini adalah cara Allah s.w.t. mendidik kita secara langsung. Allah sangat sayang kepada kita sehingga ditakdirkan ada orang yang berani menegur dan memperbaiki kesilapan kita. Nikmatilah tarbiyah Allah ini..

    * Bersyukur lantaran ada orang yang menegur agar kita tidak semakin leka, lalai dan terseleweng. Bayangkan jika kita terus di atas jalan kesilapan tersebut.. bagaimana natijahnya?

(nasihat ini adalah untuk diri sendiri yang masih lemah agama dan juga nasihat untuk kita bersama) 


Memang fitrah manusia tidak dilahirkan sempurna...
setiap manusia akan buat silap...
so, bagi menegur kesilapan, ada caranya...
bukan dengan cara yang beremosi atau melulu jer... bak kata orang "main redah jer"..
perlu pikir jugak perasaan dan maruah seorang insan...
apatah lagi kalau kita sesama Islam...

Tiga faktor yang digariskan oleh Islam boleh menjayakan sesuatu teguran itu ialah;

1. tidak merendahkan ego orang yang ditegur,
2. mencari waktu yang tepat dan
3. memahami kedudukan orang yang ditegur.

Hakikatnya, Islam memberi panduan yang jelas dalam kita memberi teguran dan bagaimana sikap kita apabila ditegur. Kita tidak harus melatah apatah lagi terlalu emosional sehingga menyebabkan kita melafazkan kata-kata yang tidak sepatutnya.

Semua itu tidak akan menyelesaikan masalah sebaliknya hanya akan mengeruhkan lagi keadaan, tidak kira sama ada kita pemimpin atau tidak tetapi apa yang kita perkatakan pasti akan dinilai oleh manusia dan diperhitungkan oleh Allah.

Kegagalan untuk mengawal perasaan
kita berhujah akan menyebabkan berlaku tuduh-menuduh yang kesudahannya akan mencetus permusuhan antara kita.

Tindakan ini sudah tentulah bertentangan dengan firman Allah dalam surah Ali-Imran ayat 103 yang mengingatkan,

‘‘Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai-berai dan ingatkan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, maka Allah menjinakkan hati kamu lalu jadikan kamu dengan nikmat Allah itu orang-orang yang bersaudara, pada hal dahulunya kamu telah berada di jurang neraka, maka Dia menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat agar kamu mendapat petunjuk.” 



Tiada ulasan: