Jumaat, 19 Januari 2018

6965. Penglihatan, Pendengaran dan Akal.

ﺑِﺴْــــــــــــــــﻢِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴْـــﻢ

ماشاءالله

سبحان الله

الله اکبر

    سُبْحَانَ اللَّهِ اَللَّهُمَّ صَلِّي عَلَى سَيّدنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلۓِ سَيّدنَا مُحَمَّدٍ الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على أشرف المرسلين، وعلى آله وصحبه أجمعين

اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى ءَالِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْن

Allah berfirman yang bermaksud; “Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya” (QS: Al Imran 3:185) 

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّـيْطٰنِ الرَّجِيْمِ

بسم الله الرحمن الرحيم

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على أشرف المرسلين، 

وعلى آله وصحبه أجمعين

ILMU DAN KEPRIBADIAN SESEORANG. 

Bismillaahirrahmaanirrahiim .
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh .
Wahai saudaraku menuntut ilmu adalah suatu kewajiban bagi setiap orang muslim . Menuntut ilmu tidak ada batasan  sejak masih kecil sampai orang dewasa .

Dengan ilmu itulah manusia bisa mencari karunia Allah . Dengan ilmu itulah manusia bisa menambah amal ibadah . Dengan ilmu itulah manusia harus bisa bertahan hidup di dunia sampai batas waktu yang ditentukan.

Oleh karena itu tuntutlah ilmu selama hayat masih dikandung badan ,  Baik ilmu duniawi maupun ilmu untuk akhirat.

Carilah ilmu diniamu untuk mencukupi kebutuhan kehidupanmu di dunia  seakan – akan kamu akan hidup selamanya di dunia. Dan manfaatkan hasilnya untuk persiapan bekal kehidupan akhiratmu. Jangan terhenti hanya sampai duniamu saja .

Carilah ilmu akhiratmu sebanyak mungkin baik untuk dirimu  sendiri maupun untuk diamalkan atau diajarkan kepada orang lain seolah – olah kamu akan mati esok hari.

Ilmu tidak akan bermanfaat bila tidak bisa diamalkan atau diajarkan atau dibutuhkan oleh orang lain , atau di masyarakat luas.

Utamakan kebutuhan akhiratmu dibandingkan kebutuhan duniamu, karena dunia akan hancur , tapi akhirat adalah yang kekal abadi.

Dengan ilmu itulah manusia bisa diketahui derajatnya. Dengan ilmu itulah manusia bisa diketahui  karakternya , akhlaknya, budi pekertinya , sopan santunnya .

Untuk lebih jelasnya marilah kita ikuti dialong antara HAMBA yang hidupnya selalu ragu – ragu akibat kekurangan ilmu dan SYEKH yang boleh dibilang cukup ilmu tentang kehidupan .

HAMBA    :  Ya syekh aku mau tanya apakah yang dimaksud dengan hakikat ilmu ?

SYEKH       :   Hakikat ilmu itu menunjukkan pada amal seseorang . Sedangkan pemahaman ilmunya  merupakan wadah daripada ilmu tersebut . 

Ilmu hanya bisa bermanfaat bagi orang yang berakal sehat . Karena dengan akal sehatlah ilmu tersebut menuntun pada kebaikan .  

Hati – hati jangan sampai ilmu tersebut dipengaruhi oleh hawa nafsu, yang bisa mengakibatkan sumber segala dosa bagi yang tidak mampu memanfaatkannya .  

Dengan ilmu manusia bisa menghasilkan harta yang banyak. Tapi bila hatinya sudah dikuasai oleh hawa nafsu akan menjadi sombong dan berbangga diri .  

Ingat dunia ini adalah lahan ilmu untuk berbuat kebajikan sebagai bekal kehidupan akhirat , karena dunia merupakan pasarnya akhirat .

HAMBA    :  Wahh ternyata pelik juga ya tentang ilmu, bila kita tidak hati-hati bisa menjadi sumber mala petaka bagi kita sendiri, Tapi bila pandai memanfaatkannya bisa mengangkat derajat kita di sisi Allah.

SYEKH       :   Betul apa yang kamu  katakan . Makanya bila kamu sudah diberikan ilmu oleh Allah , jangan disalah gunakan. 

Sekarang kamu sedang belajar, tapi yang memberikan pemahamannya hanya Allah. Itulah ilmu. Jangan takabur dan sombong dengan ilmu tersebut yang membuat dirimu celaka.

HAMBA    :  Baik syekh terima kasih.  Artinya dengan ilmu tersebut bisa membentuk pribadi atau karakter seseorang  ya syekh .

SYEKH       :   Tepat sekali , kan sudah saya sampaikan tadi di atas . Ucapanmu adalah menunjukkan bahwa kamu orang yang berilmu atau bukan, akhlakmu juga yang memperkuat apakah kamu orang berilmu atau bukan . Ciri orang yang berilmu itu memiliki enam  karakter

HAMBA    :  Oh begitu ya. Bisakah dijelaskan  kepadaku , syekh ?

SYEKH       :   Boleh , yang enam karakter tersebut adalah

1.Barangsiapa yang mempelajari , menghayati, memahami Al Qur’an dan mengamalkannya sesuai dengan kesanggupannya, maka amat besar nilai derajatnya  ;

2.  Barangsiapa yang mempelajari ilmu fiqih , maka cara berfikirnya dan wawasannya akan berkembang  

3.  Barangsiapa yang menulis Hadist , dan mempelajarinya serta mengamalkannya maka akan sangat kuat Hujjahnya  ;

4.  Barangsiapa yang mempelajari ilmu hisab [ astronomi ], maka akan luaslah jangkauan pemikirannya  ;

5.  Barangsiapa yang mempelajari bahasa Arab , maka akan haluslah perangainya . Karena dengan memahami bahasa Arab , akan mudah memahami ayat – ayat Allah swt [ Al Qur’an ] ;

6.  Barangsiapa yang tidak bisa memelihara dirinya, tak mampu mengendalikan hawa nafsunya maka ilmunya tetap ada , tapi barakahnya dicabut oleh Allah swt, cirinya mudah apa yang disampaikan olehnya itu tidak membekas di hati yang mendengarkannya  .

HAMBA     :  Terima kasih syekh atas ilmunya semoga bermanfaat untuk saya dan juga untuk yang membaca uraian ini.

SYEKH        :  Insya Allah .  Aaaaamiin

Sumber: 

PENTINGNYA MENUNTUT ILMU DALAM AGAMA ISLAM. 

Sebagai umat muslim (orang yang beragama Islam) kita memerlukan belajar secara teratur (long live education). Belajar dalam Islam bertujuan agar kita dapat ilmu untuk hidup di dunia dan memperoleh bekal untuk di akhirat. Hal-hal penting tentang ilmu yang harus kita pelajari nantinya akan berpengaruh dan InsyaAllah dapat menjadi pegangan kita selama hidup di dunia yaitu dengan ilmu kita dapat mencari nafkah untuk kebutuhan hidup.

Ilmu Adalah Bunga-bunga Ibadah. 

Kita harus memahami juga untuk apa kita hidup di dunia ini. Allah menciptakan makhluknya hanya untuk beriman dan bertakwa kepadaNya. Jadi semua hal di dunia yang telah dan akan kita lakukan, semua ditujukan hanya pada Allah. 

Cara-caranya adalah dengan senantiasa melakukan perbuatan baik. Apakah perbuatan baik itu? Perbuatan baik adalah semua pikiran, perkataan dan tingkah laku yang berniat baik dan dilakukan dengan sikap-sikap terpuji untuk menciptakan kedamaian dan keindahan dalam hidup. 

Perbuatan baik adalah kunci dari ibadah. Baik ibadah kepada Allah maupun ibadah kepada manusia (termasuk pada diri sendiri). 

Dalam hal ini ilmu adalah salah satu perbuatan baik yang memiliki dampak positif. Dampak tersebut bisa diterima bagi penerima maupun pemberi ilmu. Itulah arti penting ilmu yang tidak bisa diremehkan begitu saja. 

Setiap hal di dunia memerlukan ilmu. Sebab kelebihan yang dimiliki manusia adalah akal. Dengan akal maka manusia dapat berpikir dan mempergunakan pikirannya untuk memperoleh dan mengamalkan ilmu. 

Menuntut ilmu sebaiknya jangan dianggap kewajiban tetapi sebuah kebutuhan yang asasi dan sangat penting. Menuntut ilmu dapat mengembangkan pola berpikir seseorang sehingga dapat memudahkan dalam menjalani kehidupan. 

Orang yang menghargai ilmu dan mengamalkannya dengan baik maka hidupnya akan menjadi damai dan sejahtera. Tak jarang manusia menyepelekan ilmu sebab untuk menuntut ilmu memerlukan biaya dan waktu yang lama. 

Mereka adalah orang-orang yang tidak bisa membuka hati dan pikirannya untuk menerima ilmu. Apabila kita telah membuka hati dan pikiran kita untuk menerima bahwa ilmu itu ada dan berguna, maka dengan sendirinya diri kita akan terbiasa menuntut ilmu karena kebutuhan hidup selalu berkaitan dengan ilmu. 

Menuntut ilmu tidak akan terasa sulit. Karena pada dasarnya manusia memiliki minat dan bakat. Fenomena itulah yang seharusnya dipupuk untuk mengarahkan perjalanan kita dalam menuntut ilmu. Ilmu merupakan suatu hal yang obyektif dan fleksibel. Siapapun dan dimanapun dapat mempelajari ilmu. 

Entah itu ilmu yang berkaitan dengan sosial, budaya, ilmu pasti, moral, dan masih banyak lagi ilmu yang bisa kita pelajari. Menuntut ilmu akan menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan bila kita udah memahami makna menuntut ilmu dan telah membulatkan tekad untuk pantang menyerah dalam mengembangkan kemampuan demi memajukan hidup kita.

Segala kegiatan manusia di dunia pada hakikatnya adalah untuk menciptakan kehidupan yang indah. Bila diungkapkan dengan bahasa ungkapan maka dapat dikatakan bahwa ilmu merupakan bunga-bunga ibadah. Ilmu merupakan penghias ibadah manusia kepada Allah, kepada sesame manusia dan kepada diri sendiri. Ketika ilmu dipelajari dengan sungguh-sungguh dan diamalkan sebaik-baiknya untuk kepentingan yang benar maka akan sangat indah manfaat yang diraih. Namun bila ilmu dipelajari dengan setengah-setengah dan dimanfaatkan semaunya tanpa tahu tujuannya benar atau tidak, maka ilmu itu akan merusak citra keindahan. Inilah yang sangat penting kita pahami agar tidak sembarangan mempergunakan ilmu dalam kehidupan kita. Sebaik-baiknya ilmu adalah ilmu yang dipelajari dengan niatan baik dan tulus untuk diamalkan di jalan Allah SWT melalui kehidupan umat manusia sebagai perantaranya.

Cerminan Akhlak Mulia Adalah Ilmu yang Baik. 

Akhlak kita sebagai umat muslim dapat dicerminkan dari perilaku kita sebagai insan penuntut ilmu. Apapun yang kita perbuat selama masih dalam norma yang benar maka akan menampakkan akhlak yang baik. 

Ilmu yang dimiliki seseorang dapat mencerminkan akhlaknya. Ilmu mengandung tatanan-tatanan yang sistematis dan mampu membentuk watak seseorang. Seperti apa ilmu yang dimiliki seseorang maka seperti itulah kira-kira cerminan akhlaknya. 

Insan muslim yang berilmu pasti akan memperlihatkan bentuk tingkah laku dan perkataan yang dapat diterima oleh akal sehat dan mencerminkan kesopanan serta pribadi yang baik. Misalnya adalah sikap disiplin, rajin, ramah, sopan, penyayang, suka menolong, hal-hal tersebut merupakan sikap seorang yang memiliki akhlak baik dan berilmu. 

Kita sebagai umat muslim harus senantiasa meningkatkan ilmu yang kita miliki dan mengembangkannya untuk masa depan. Dengan demikian kaum muslim dapat memberi contoh akhlak yang baik bagi semua umat manusia di muka bumi ini. 

Berangkat dari tujuan di atas kita dapat menelusuri sebuah ayat Al-Qur’an yang berbunyi: “lakum diinukum wa liyadiin” yang artinya “bagimu agamamu dan bagiku agamaku” (surat Al-Kaafirun : 6). 

Ayat tersebut menerangkan bahwa agama Islam tidak dapat disamakan dengan agama manapun. Hal tersebut merupakan suatu pemahaman dasar tentang Islam yang harus kita garis bawahi. 

Namun untuk implementasi dalam kehidupan sehari-hari, tidak masalah bila kita sebagai kaum muslimin memeberikan contoh akhlak yang baik bagi umat manusia lain dari semua agama. Apa yang disebut amal di dunia ini didasari dengan ketulusan niat dan beramal tidak dibatasi untuk satu agama saja. 

Namun tetap harus berpegangan pada aturan-aturan agama Islam sebagai hukum dasar yang mengarahkan langkah-langkah kita dalam menjalani kehidupan bersama segala jenis manusia dan agama.

Dengan segala bentuk keadaan yang dijelaskan di atas, kita dapat menyimpulkan suatu pemikiran yaitu kita harus berhati-hati dan tidak gegabah dalam mengurus masalah yang berkaitan dengang agama. Sebab hal-hal yang berhubungan dengan agama adalah asasi dan sensitif. Hal tersebut menyangkut keutamaan hubungan manusia dengan Allah, sehingga penerjemahannya dalam kehidupan sehari-hari tidak boleh sembarangan. Kita tidak boleh asal-asalan menggunakan hukum Islam (Al-Qur’an maupun Al-Hadits) untuk membuat dalil-dalil tanpa disertai ilmu pengetahuan tentang Islam yang matang.

Mencari ilmu adalah kebutuhan yang akan menjadi kewajiban bila sudah ditanamkan dalam hati. Hal tersebut sangat penting karena akan menjadi bekal manusia di dunia dan di akherat. Islam dianggap sebagai agama pemersatu bangsa dan agama Islam sebagai rahmatan lil alamin. 

Kita sebagai umat muslim akan menjadi orang yang merugi bila tidak menuntut ilmu. Sebab Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: “Tuntutlah ilmu meskipun sampai ke negeri Cina” Sabda nabi tersebut menunjukkan bahwa ilmu sangatlah berharga. Ilmu yang kita miliki baru akan berharga bila sudah diamalkan di jalan Allah. Dengan demikian kita akan mampu meningkatkan amal ibadah kita kepada Allah SWT.

KEPENTINGAN MENUNTUT ILMU DALAM ISLAM. 
(edisi Bahasa Melayu Malaysia) 

Sebagai umat Islam (orang Islam) kita perlu belajar secara berterusan (pendidikan sepanjang hayat). Pembelajaran dalam Islam bertujuan untuk membolehkan kita hidup di dunia dan mendapatkan peruntukan untuk akhirat. Perkara-perkara penting mengenai sains yang perlu kita pelajari akan menjadi berpengaruh dan InshaAllah boleh menjadi pegangan kita semasa hidup di dunia yang bersifat sains kita boleh mendapatkan kehidupan untuk keperluan kehidupan.

Ilmu adalah bunga-bunga Ibadah.

Kita mesti faham juga mengapa kita hidup di dunia ini. Tuhan menciptakan makhluknya hanya untuk memiliki iman dan berhati-hati kepada-Nya. Jadi semua perkara di dunia yang kita ada dan akan lakukan semuanya hanya diarahkan kepada Tuhan.

Cara untuk sentiasa melakukan perbuatan baik. Apakah perbuatan baik? Perbuatan baik adalah semua pemikiran, ucapan dan tingkah laku yang baik dan dilakukan dengan sikap terpuji untuk mewujudkan keamanan dan kecantikan dalam kehidupan.

Perbuatan baik adalah kunci untuk menyembah. Kedua-duanya menyembah Tuhan dan menyembah kepada manusia (termasuk diri sendiri).

Dalam hal ini sains adalah salah satu amalan baik yang mempunyai kesan positif. Kesannya boleh diterima oleh kedua-dua penerima dan pemberi pengetahuan. Itulah pentingnya sains yang tidak boleh dipandang rendah.

Setiap benda di dunia memerlukan pengetahuan. Kerana kelebihan yang dimiliki oleh manusia adalah akal. Dengan alasan manusia dapat berfikir dan menggunakan fikirannya untuk memperoleh dan mengamalkan pengetahuan.

Menuntut pengetahuan tidak boleh dianggap sebagai kewajiban tetapi keperluan asas dan penting. Menuntut pengetahuan dapat mengembangkan minda seseorang supaya dapat memudahkan dalam kehidupan.

Orang yang menghargai pengetahuan dan mengamalkannya dengan baik maka hidupnya akan aman dan makmur. Tidak jarang manusia meremehkan sains sebab untuk belajar memerlukan kos dan masa yang lama.

Mereka adalah orang yang tidak boleh membuka hati dan minda mereka untuk menerima pengetahuan. Jika kita telah membuka hati dan minda kita untuk menerima sains yang ada dan berguna, maka dengan sendirinya kita akan terbiasa belajar kerana keperluan hidup sentiasa berkaitan dengan sains.

Menuntut pengetahuan tidak akan sukar. Kerana pada dasarnya manusia mempunyai minat dan bakat. Fenomena itu harus dipupuk untuk mengarahkan perjalanan kita dalam belajar. Sains adalah objektif dan fleksibel. Sesiapa sahaja dan di mana sahaja boleh belajar sains.

Sama ada sains yang berkaitan dengan sosial, budaya, sains, moral, dan sains yang lebih banyak yang boleh kita pelajari. Menuntut sains akan menjadi satu aktiviti yang menyeronokkan jika kita sudah memahami makna sains dan telah membuat keputusan untuk tidak pernah berputus asa dalam mengembangkan keupayaan untuk memajukan kehidupan kita.

Semua aktiviti manusia di dunia adalah asas untuk mencipta kehidupan yang indah. Apabila dinyatakan dalam bahasa frasa, dapat dikatakan bahwa sains adalah bunga ibadah. Sains adalah penghias ibadah manusia kepada Tuhan, kepada sesama manusia dan kepada diri sendiri. Apabila sains dikaji secara bersungguh-sungguh dan diamalkan sebaik mungkin untuk kepentingan yang tepat, ia akan menjadi manfaat yang sangat indah. Tetapi jika sains dikaji separuh dan digunakan seperti yang dikehendaki tanpa mengetahui tujuannya adalah benar atau tidak, maka sains akan merosakkan imej kecantikan. Ini sangat penting kerana kita tidak memahami penggunaan sains dalam kehidupan kita. Sains yang terbaik adalah sains yang dipelajari dengan niat baik dan ikhlas untuk dipraktikkan di jalan Allah SWT melalui kehidupan manusia sebagai perantaranya.

Cerminan Akhlak Mulia Adalah Bukti Amalan Ilmu yang Baik. 

Akhlak kita sebagai umat Islam boleh dilihat dari tingkah laku kita sebagai manusia berpengetahuan. Apa yang kita lakukan semasa masih dalam norma yang betul akan menunjukkan sifat yang baik.

Ilmu seseorang boleh mencerminkan wataknya. Ilmu mengandungi sistem yang sistematik dan mampu membentuk watak seseorang. Apa jenis ilmu yang dimiliki oleh orang itu adalah kira-kira satu refleksi moral.

Orang Islam yang terpelajar pasti akan menunjukkan satu bentuk tingkah laku dan ucapan yang dapat diterima oleh akal sehat dan mencerminkan kebiasaan dan personaliti yang baik. Contohnya adalah sikap disiplin, rajin, ramah, sopan, penyayang dan membantu. Perkara-perkara ini adalah sikap seseorang yang mempunyai akhlak yang baik dan berpengetahuan.

Kita sebagai umat Islam mesti sentiasa memperbaiki dan mempertingkatkan pengetahuan kita serta membangunkannya untuk masa depan. Demikianlah umat Islam dapat menetapkan contoh moral yang baik untuk semua umat manusia di bumi ini.

Selaras dengan matlamat di atas, kita dapat mengesan ayat al-Qur'an yang berbunyi: "lakum punukum wa liyadiin" yang bermaksud "bagimu agamamu dan bagiku agamaku" (Surat al-Kaafirun: 6).

Ayat ini menjelaskan bahawa Islam tidak boleh disamakan dengan agama apa pun. Ini adalah pemahaman asas tentang Islam yang harus kita gambarkan.

Tetapi untuk pelaksanaan dalam kehidupan seharian, adalah penting kita sebagai Muslim memberikan contoh peradaban yang baik untuk manusia lain dari semua agama. Amal yang disebut di dunia adalah berdasarkan keikhlasan niat perbuatan dan tingkah laku seseorang Islam.

Tetapi masih perlu berpegang pada peraturan Islam sebagai undang-undang asas yang mengarahkan langkah kita untuk hidup bersama dengan semua jenis orang dan agama.

Dengan semua keadaan yang dinyatakan di atas, kita boleh menyimpulkan bahawa kita mesti berhati-hati dan tidak melulu dalam menjaga isu-isu yang berkaitan dengan agama. Kerana perkara yang berkaitan dengan agama adalah asas dan sensitif. Ini menyangkut kebaikan hubungan manusia dengan Tuhan, jadi terjemahannya dalam kehidupan seharian tidak boleh sewenang-wenangnya. Kita tidak boleh menggunakan undang-undang Islam (Al-Qur'an dan Al-Hadith) untuk membuat hujah tanpa pengetahuan Islam yang matang.

Mencari pengetahuan adalah keperluan yang wajib apabila ia ditanamkan di dalam hati. Ia sangat penting kerana ia akan menjadi penyediaan manusia di dunia dan di akhirat. Islam dianggap sebagai agama penyatuan bangsa dan agama Islam sebagai rahmatan lil alamin.

Kita sebagai umat Islam akan menjadi orang yang rugi jika kita tidak belajar. Untuk Nabi Muhammad SAW pernah berkata: "Berdoalah pengetahuan bahkan ke tanah China" Kata-kata nabi menunjukkan bahawa sains sangat berharga. Sains yang kita miliki akan menjadi berharga hanya apabila ia dipraktikkan di jalan Allah. Oleh itu, kita akan dapat meningkatkan amal ibadah kita kepada Allah SWT.

Alih bahasa dari sumber: 

Kewajiban menuntut ilmu , mengembangkan dan mengamalkannya. 

Kewajiban menuntut ilmu , mengembangkan dan mengamalkannya
Ilmu adalah isim masdar dari ‘alima yang berarti mengetahui, mengenal, merasakan, dan menyakini. Secara istilah, ilmu ialah dihasilkannya gambaran atau bentuk sesuatu dalam akal.
Karena pentingnya ilmu dan banyaknya faidah yang terkandung di dalamnya, para ulama menyimpulkan bahwa menuntut ilmu adalah wajib, sesuai dengan jenis ilmu yang akan dituntut.
Setiap muslim wajib menuntut ilmu. Rasulullah saw bersabda: “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan”. Allah memberikan keutamaan dan kemuliaan bagi orang-orang yang berilmu dalam firman-Nya dalam Al-Qur`an surat Al-Mujaadilah ayat 11 : “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. Orang-orang yang berilmu akan pula dimudahkan jalannya ke syurga oleh Allah dan senantiasa didoakan oleh para malaikat.
Sebenarnya ilmu hanyalah merupakan suatu alat untuk mendekatkan diri kita kepada Allah. Adapun fungsi ilmu itu antara lain adalah :
1. Sebagai petunjuk keimanan (QS. 22:54, 3:7, 35:28)
2. Sebagai petunjuk beramal
“Seorang alim (berilmu)dengan ilmunya dan amal perbuatannya akan berada di dalam syurga, maka apabila seseorang yang berilmu tidak mengamalkan ilmunya maka ilmu dan amalnya akan berada di dalam syurga, sedangkan dirinya akan berada dalam neraka”(HR. Daiylami)
3
(Ingat pula kisah Sayyidina Ali r.a. ketika disuruh memilih antara harta dan ilmu)
Keutamaan manusia dari makhluk Allah lainnya terletak pada ilmunya. Allah bahkan menyuruh para malaikat agar sujud kepada Nabi Adam as karena kelebihan ilmu yang dimilikinya. Cara kita bersyukur atas keutamaan yang Allah berikan kepada kita adalah dengan menggunakan segala potensi yang ada pada diri kita untuk Allah atau di jalan Allah.
“Apakah  sama  orang-orang  yang mengetahui  dengan  orang-orang  yang  tidak mengetahui?  Sebenarnya  hanya  orang  yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran”. (QS. 39: 9)
Dalam bahasa Arab al-Ilmu merupakan lawan  kata  al-Jahlu (tidak  tahu/bodoh). Al-Ilmudapat diartikan juga sebagai mengenal  sesuatu  dalam  keadaan aslinya dengan pasti. Sedang menurut istilah, Ilmu yang dimaksudkan adalah ilmu syar‘i, yaitu ilmu tentang penjelasan-penjelasan dan petunjuk  yang  Allah  swt.  turunkan  kepada  Rasul-Nya, baik yang termaktub dalam Alquran maupun As-Sunnah.
Ilmu yang seringkali disebut dalam Alquran dan As-Sunnah, dan memperoleh pujian adalah ilmu wahyu/ilmu agama. Namun sebenarnya ilmu agama sendiripun sangat luas. Ilmu bermanfaat apabila dapat menambah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, serta bermanfaat bagi alam semesta.
Kaidah Menuntut Ilmu
Dalam menuntut ilmu ada kaidah yang harus  diperhatikan  oleh  setiap  muslim.  Dr. Ibrahim  bin  ‘Amir  ar-Ruhaili  menyebutkan, termasuk  perkara  yang  penting  sebelum menuntut ilmu, ialah ikhlas (rela) karena Allah swt. Sesungguhnya ikhlas memiliki pengaruh besar untuk meraih taufiq (bimbingan) dalam segala hal. Setiap muslim yang mendapatkan taufiq,  baginya  diberi  kebaikan  yang  banyak dalam segala urusan agama dan dunia.
 4
Termasuk  ikhlas  dalam  belajar,  adalah menuntut  ilmu  untuk  tafaqquh (memahami secara mendalam), menghilangkan kebodohan diri sendiri. Setiap muslim berhak bersungguh-sungguh mendalami suatu ilmu. Hasil pendalaman  tersebut,  baik  oleh  lelaki  atau  perem- puan,  dapat  mengembangkan  khazanah  ilmu pengetahuan dan pemikiran keagamaan. Oleh karena  itu  sangatlah  utama  bagi  lelaki  dan perempuan untuk berlomba-lomba ber-tafaqquh dalam ilmu yang membuahkan amalan.
Hal lain yang harus diperhatikan adalah isti’anah, memohon pertolongan kepada Allah swt., tawakkal (berserah diri), dan berdoa agar dikaruniakan ilmu yang shahih (benar) dannafi‘ (bermanfaat). Firman Allah swt:
Ya Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”. (QS. 20: 114).
Dalam  sebuah  hadis  qudsi  Allah  berfirman:
"Wahai hamba-hamba-Ku, kamu semua berpeluang  tersesat  kecuali  orang  yang  Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk ke- pada-Ku, niscaya Aku akan memberi petunjuk kepadamu”. (HR. Muslim)
Tampaknya  memohon  hidayah  Allah merupakan  jalan meraih ilmu agama, dan pengetahuan umum yang bermanfaat bagi kemaslahatan  dunia.  Setiap  muslim  tidak  akan memperoleh petunjuk kecuali yang dikaruniai taufiq oleh Allah swt., dan hal ini tergantung kepada upayanya masing-masing. Upaya dalam menuntut dan mengamalkan ilmu, membawa mereka pada derajat kedudukan sebagai manusia.  Baik  lelaki  atau  perempuan,  keduanya dikaruniai kedudukan sesuai dengan usahanya.
Upaya Meraih Ilmu
 5
Seorang muslim sangat dianjurkan untuk mencari ilmu ke manapun, tempat ilmu itu dapat diraih. Satu riwayat mengatakan, “Carilah ilmu walau hingga ke negeri China”. Riwayat ini sangat menghargai baik lelaki maupun perempuan yang bersemangat menuntut ilmu, sekalipun hingga ke negeri nun jauh. Mereka akan terhitung sebagai orang yang berjuang di jalan Allah swt.
Terlebih dalam menuntut ilmu, sesungguhnya lelaki-perempuan tidak dibatasi oleh waktu. Anggapan bahwa perempuan memiliki waktu terbatas, karena didesak kewajiban berkeluarga dan mengasuh anak tidaklah benar. Sesungguhnya setiap lelaki dan perempuan memiliki  kesempatan  sama  untuk  thalabul  ’ilmi. Sabda Nabi saw., “Manusia harus mencari ilmu dari buaian sampai ke liang lahat”. Inilah pemikiran yang tepat dan demokratis tentang pendidikan seumur  hidup  bagi  sesama.  Jika  benar  kita umatnya, marilah beri kesempatan serupa antara  lelaki  dan  perempuan  untuk  menjalankan kewajiban menuntut ilmu hingga akhir hayat dikandung badan. Wallahu a’lam. (Hafidzoh)
A. PERINTAH MENUNTUT ILMU
1. Beliau, Nabi SAW bersabda: “Menuntut ilmu itu fardhu atas setiap muslim” (HR. Abu Na’im dari hadits ‘Ali).
Beliau Nabi SAW bersabda: “Tuntutlah Ilmu sampai ke negeri Cina.”(HR Ibnu Adi dan Al Baihaqi dari Anas)’
QS. At Taubah (9).122
122. Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
QS. Al Ankabut (29).43
43. Dan perumpamaan-perumpamaan Ini kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.
 6
2. Beliau Nabi SAW bersabda: “Barang siapa yang menempuh jalan yang padanya ia menuntut ilmu, maka Allah menempuhkannya jalan kesurga.” (HR. Muslim dari Abu Harairah).
Beliau Nabi SAW bersabda: “Sungguh kamu pergi lalu kamu belajar satu bab dari ilmu, itu lebih baik dari pada kamu sholat seratus raka’at.” (HR Ibnu Abdil Barr dari Abu Dzarr).
3. Beliau Nabi SAW bersabda: “Belajarlah apa yang kamu kehendaki, Allah tidak akan memberi pahala kepadamu sehingga kamu mengamalkan.” (HR Ibnu Abdil Barr dan Ad Dailami).
4. Pada suatu hari Rasulullah SAW keluar lalu beliau melihat dua majlis, yaitu salah satunya mereka berdo’a kepada Allah dan cinta kepada Nya, dan yang kedua mereka mengajar manusia, lalu beliau bersabda: “Adapun mereka adalah memohon kepada Allah, maka jika Dia menghendaki maka Dia memberi mereka. Dan jika Dia menghendaki, maka Dia mencegah mereka. Adapun mereka (majlis kedua) maka mereka mengajar manusia dimana aku diutus itu sebagai guru, kemudian beliau beralih ke majlis itu dan duduk bersama mereka.” (HR Ibnu Majah dari ‘Abdullah bin ‘Umar).
 7
5. Beliau Nabi SAW bersabda: “Belajarlah ilmu karena sesungguhnya belajarnya karena Allah itu adalah Taqwa, menuntutnya itu adalah ibadah, mempelajarinya itu tasbih, membahasnya itu adalah jihad, mengajarkannya kepada orang yang belum mengetahuinya itu adalah sedekah, memberikannya kepada keluarganya itu adalah pendekatan diri (kepada Allah). Ilmu itu adalah penghibur dikala sendirian, teman dikala sepi, penunjuk kepada agama, pembuat sabar dikala suka dan duka, menteri dikala ada teman-teman, kerabat dikala dalam kalangan orang asing dan sebagai menara jalan ke surga. Dengannya Allah mengangkat kaum-kaum lalu dia menjadikan mereka sebagai ikutan, pemimpin dan penunjuk yang diikuti, penunjuk kepada kebaikan, jejak mereka dijadikan kisah dan perbuatan mereka diperhatikan. Malaikat senang terhadap perilaku mereka dan mengusap mereka dengan sayap mereka (malaikat). Setiap barang yang basah dan kering sehingga ikan dilautan, serangga, binatang buas dan binatang jinak didaratan, dan langit serta bintang memohonkan ampun bagi mereka.” (dari Muadz bin Jabbal).
B. KEUTAMAAN ORANG BERILMU
Ilmu merupakan suatu fadilah dan kemuliaan yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki oleh Allah swt. Orang yang diberikan kesempatan oleh Allah swt memiliki ilmu yang banyak maka dia sesungguhnya telah mendapatkan suatu anugrah dan manfaat yang besar sekali dengan ilmunya tersebut. Karena dengannya, dia dapat mengetahui dan memahami makna dari hidup ini secara benar dan hakiki.
Ilmu merupakan sebaik-baiknya perbuatan Amal shaleh, ia juga merupakan sebaik- baiknya amal ibadah, yaitu ibadah sunah, karena ilmu merupakan bagian dari jihad di jalan Allah swt. Klo kita berpikir sejenak, dapat diketahui bahwa agama itu terdiri atas 2 unsur :
1. Ilmu dan petunjuk
2. Perang dan jihad
Tidak mungkin sekarang agama Allah swt dapat berdiri dengan tegak kecuali harus terdapat 2 unsur diatas, dan unsur yang pertama didahulukan dari unsure yang kedua. Maka dari ini Nabi saw tidaklah mengubah suatu kaum sebelum menyampaikan dakwah untuk beribadah kepada Allah swt, maka ilmu lebih didahulukan daripada perang. Allah swt berfirman :
Adakah sama orang- orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran ( Az-zumar : 9 )
 8
Tidaklah sama perumpamaan orang yang mengetahui dengan yang tidak mengetahui, atau kata lainnya yaitu orang yang pintar dengan orang yang bodoh, sebagaimana tidaklah sama orang yang hidup dengan orang yang mati. Ilmu merupakan cahaya dan petunjuk bagi manusia yang dapat mengeluarkannya dari kegelapan dan kesempitan dunia ini. Disamping itu ilmu juga sebagai akses utama untuk menuju ridho Allah swt, dengan nya Allah swt mengangkat derajat orang yang berilmu dengan kemuliaan yang banyak sekali. Allah swt berfirman :
niscaya Allah akan meninggikan orang- orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat ( Al-Mujadalah : 11 )
mungkin secara singkat saya akan menyebutkan beberapa keutamaan orang yang memiliki ilmu dengan orang yang tidak memiliki ilmu, diantaranya yaitu :
1.Ilmu merupakan warisan para nabi.
Nabi yang diutus oleh Allah swt tidaklah mewariskan dan meninggalkan harta untuk dijadikan sebagai manusia bekal bagi kehidupannya, melainkan mewariskan ilmu yang dapat menyelamatkan manusia dari kegelapan, menerangi akan tujuan hidup ini yaitu untuk bisa mengenal Allah swt serta menjalankan ibadah kepadanya dan menjauhi larangannya.
2. Orang yang berilmu dapat mengantarkannya kepada jalan syahid diatas kebenaran, adapun dalilnya yaitu firman Allah swt :
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang- orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.( Ali Imron : 18 )
Dari ayat diatas dapat kita ambil intisarinya yaitu orang yang berilmu dan para malaikat merupakan orang yang bersaksi bahwa Allah swt adalah Tuhan semesta alam yaitu tuhan yang telah menciptakan alam semesta beserta isinya.
 9
3. Orang yang berilmu merupakan orang yang terus menerus mengerjakan perintah Allah swt dan menjauhi larangannya sampai hari kiamat. Dalil yang menguatkan pendapat diatas yaitu hadist yang diriwayatkan oleh Muawiyah ra berkata : Aku telah mendengar Rosulullah saw berkata : barang siapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah swt maka Allah swt akan memahamkannya didalam urusan agama…… ( HR Bukhori )
Imam Ahmad bin Hambal ra berkata : apabila mereka itu bukan ahli hadist, maka saya tidak tau lagi siapakah mereka.
4. Disamping itu ilmu merupakan jalan untuk menuju surga, sebagaimana dari hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra berkata : bahwa Rosulullah saw bersabda : barang siapa yang berjalan untuk mencari ilmu, maka Allah swt akan memudahkannya jalan untuk menuju surga. ( HR Muslim )
5. Allah swt mengangkat derajat orang yang berilmu baik itu didunia dan diakhirat.

 10
  
 C. KEDUDUKAN ULAMA DALAM ISLAM
Allah telah mengangkat dan menempatkan orang-orang yang berilmu berada pada tempat dan kadudukan yang tinggi dan memiliki nilai yang berharga, oleh karena itu Allah berfirman dalam surah al-Baqoroh ayat 30.
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُون ﴿البقرة : 30 ﴾

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".

وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَٰؤُلَاءِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ ﴿ البقرة : 31﴾
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang  orang-orang yang benar!"
قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ ﴿ البقرة : 32 ﴾

 11
Mereka menjawab “ Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami , Sesungguhnya Engkau Yang Maha Mengetahui Lagi Maha Bijaksana

Dijelaskan dalam ayat diatas bahwa manusia adalah dijadikan Allah sebagai Kholifah (pelaksana syariat-syariat Allah) di muka bumi ini , Allah memberikan kelebihan-kelebihan kepada manusia sehingga kelebihannya melebihi para malaikat disebakan Allah Swt memberikan ilmu kepadanya (manusia). Ilmu menurut pandangan islam adalah sesuatu yang menyebabkan perubahan menjadi lebih baik, seseorang menjadi lebih takut kepada Allah SWT.
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ. ﴿فاطر:٢٨﴾
Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.

Sesungguhnya, Manusia ketika ilmu pengetahuannya bertambah, maka dia akan semakin bertambah rasa takutnya kepada Allah SWT, terbuka ma,rifatnya (pengertian) kepada Nya, hidupnya bermakna dan punya arti karena manusia mengetahui bahwa ilmu adalah keutamaan baginya dan pemberian Allah Subhanahu wata’ala.
وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكَ وَرَحْمَتُهُ لَهَمَّت طَّائِفَةٌ مِّنْهُمْ أَن يُضِلُّوكَ وَمَا يُضِلُّونَ إِلَّا أَنفُسَهُمْ ۖ وَمَا يَضُرُّونَكَ مِن شَيْءٍ ۚ وَأَنزَلَ اللَّهُ عَلَيْكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَكَ مَا لَمْ تَكُن تَعْلَمُ ۚ وَكَانَ فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكَ عَظِيمًا ( النساء 113)
Sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, tentulah segolongan dari mereka berkeinginan keras untuk menyesatkanmu. Tetapi mereka tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak dapat membahayakanmu sedikitpun kepadamu. Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu.

Untuk memperoleh suatu ilmu, manusia banyak mempergunakan panca indranya yaitu menggunakan pendengaran ketika manusia ingin mendengar, menggunakan penglihatannya ketika ingin melihat dan begitu pula lidahnya ketika manusia ingin berbicara.
 12
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَــــــــــــلَ لَـكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْــكُرُونَ ﴿النحل :78﴾ 
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.

Ilmu bukannya hanya sekedar dipelajari saja tetapi juga mengajarkannya kepada orang lain ,kepada orang yang membutuhkannya, karena para ulama , para pengajar dan pendidika adalah sebagai pewaris para Nabi, diantara tugas-tugas tersebut ialah meluruskan kehidupan manusia menjadi berAkhlakul karimah.
إنما بعثت لأتمم مكارم لأخلاق 
Dan aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia

Lebih dihususkan lagi bagi para pengajar dan pendidik Agama (Syariah), yang punya tugas besar dan komplek, selain menjadi contoh dan suri tauladan perkataannya, perbuatannya dan prilakunya , juga punya tugas yang terus menerus dalam kehidupannya bukan hanya dibatasi sekedar dilokasi kelas saja tetapi juga mempunyai tugas untuk mengajarkannya diluar kelas ,seperti di masji, di rumah dipasar dan ditempat-tempat yang lain . oleh karena itu seorang pendidik Agama hususnya harus mempunya sifat-sifat sebagai berikut:

1. Al- Imaniyyah
 13

Yaitu sifat keyakinan dan ke imanan kepada Allah Subhanahu wataala, karena Syariat Allah bukan hanya sekedar Aturan ataupun undang-undang yang dibuat oleh manusia yang berlaku disuatu negara, tetapi syariat adalah aturann yang tidak ada kebatilan sedikitpun didalamnya. Maka sifat imaniyah ini dijadikan sebagai dasar pokok yang harus senantiasa ada pada diri seorang pendidik atau muallim. Maka jika seorang pendidik tidak memiliki keyakinan ini, maka tidaklah mungkin ilmu yang ia ajarkan bisa sampai dan meresap pada hati para pelajar.

2. Al-Khoufiyyah.
Yaitu takut kepada Allah subhanahu wataala, karena apa yng dilakukannya senantiasa ada dalam pengawasanNya secara sembunyi ataupun secara terang –terangan.
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ ﴿البقرة : 197﴾           

Berbekalah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.
Maka seorang muslim dan seorang pendidik atau pengajar harus punya insting atau rasa takut kepada Allah subhanahu wataala, karena taqwa dapat membantu, menolong dan menumbuhkan keikhlasan seorang guru atau pendidik dalam melaksanakan tugas kewajibannya,sehingga menjadikan dirinya istiqomah ketika berada didalam sekolah atau diluar sekolah karena merasa bahwa dirinya ada dalam pengawasan Allah subhanahu Wataala.

3. Al-Ikhlash.

Yaitu seorang pendidik ( murobby dan muallim) tidak ingin mengharapkan sesuatu apapun yang ia lakukan yang sifatnya materi atau duniawi ,dan juga tidak ingin mendapatkan pujian pimpinannya, pengawasnya dan manusia pada umumnya.

4. Ash-Shiddiq.
 14

( jujur atau Benar), karena jujur adalah salah satu sifat yang diajarkan islam ,jujur dalam perkataan dan jujur dalam perbuatan dan jujur,sebagaimana Allah berfirman
والذي جاء بالصدق وصــــــــــدق به , أولئك هم المتــــــــــــتتتقون ﴿الزمر : 33﴾
Jika seorang pendidik jujur dalam perkataan, jujur dalam perbuatan maka seorang pendidik akan dihormati peserta didiknya, dihormati masyarakatnya dan akan mendapatkan ketenangan , ketentraman , keselamatan didunia dan akan mendapatkan balasan pahala di akhirat kelak.

5. Al-Adlu.

Yaitu adil menempatkan sesuatu pada tempatnya, adil dalam melayani para didiknya , adil dalam memberikan nasehat dan arahannya dan lain sebagainya.

6. Ash-Shobru.

Sabar dalam memikul kesulitan-kesulitan yang dihadapi, karena belajar mengajar adalah bukan pekerjaan mudah, tapi pekerjaan yang mungkin bisa menghabiskan waktu, karena seorang pendidik atau guru harus senantiasa mempersiapkan diri dan mencari cara pembelajaran yang lebih baik sehingga apa yang diharapkan tercapai sesuai dengan tujuan.

7. Ar-Rohmah.
 15

Jika seorang muslim harus memiliki sifat rohmah atau kasih sayang, maka seorang guru harus lebih kasih sayang kepada para pelajarnya atau mahasiswanya,karena guru dan pendidik adalah seorang pemberi petunjuk yang mengajarkan manusia agar beretika dan ber akhlaqulkarimah, jika tidak demikian , Allah subhanahu wataala berfirmsn ;
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِــــيظَ الْقَلْبِ لَانْفَـــــــــــــــــضُّوا مِن حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ, فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِي ﴿آل عمران:١٥٩﴾
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

8. Al-Amanah.

Yaitu bahwa manusia harus menunaikan hak-hak Allah , dan hak manusia adalah bertanggung jawab akan kehidupannya,
كلم راع وكلكم مسؤول عن رعيته
Allah berfirman
إنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ يعًا بَصِيرًا ﴿النساء:58
Sungguh Allah menyuruhmu meyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum diantara manusia hendaknya kamu menetapkanya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh Allah maha mendengar maha melihat.
(Q.S An-Nisa 58)

9. Rendah hati
16

Seorang Guru harus memiliki sifati ini, yaitu disifati dirinya dengan tawadhu, mudah berintraksi dengan orang lain, mudah menolong orang lain, lemah lembut, tidak cepat marah dan jauh dari sifat sombong dan takabur.
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا (الفرقان : 63)

Adapun hamba-hamba Tuhan yang maha pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi Allah dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina ), mereka mengucapkan salam (Q.S Al-Furqan 63)

10. Banyak mengingat Allah

Seorang guru harus senantiasa dirinya ingat kepada Allah sebai manusia biasa yang kadang-kadang benar, salah, sukses dan gagal. Seorang guru apabila memperoleh ujian dan cobaan suka ataupun duka tidak merasa takut dan gelisah tetapi banyak berdoa, membaca AL-Qur.an, sehingga apapun yang menimpa dirinya tetap ia menjadi tenang dan dijadikan sesuatu yang teamat berharga dan bernilai.
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْـــــــــــمَئِنُّ الْقُلُوبُ (الرعد 28)
Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah, dan ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram






 17
  
Daftar pustaka
http://putriiandynii.blogspot.com/2014/01/makalah-agama-islam-kewajiban-menuntut.html?m=1
http://fadjaer-dodolanol.blogspot.com/2011/11/dodolan-pulsa-ol.htmlDAFTAR ISI
Http://hitsuke.blogspot.com/2010/09/kewajiban-menuntut-ilmu-hadits-tarbawi.html
Http://www.google.com/hadist-menuntut-ilmu
Http://www.geocities.com\broadway\4516\
Http://www.alhamidiyah.com/?v=fatwa&baca=19
Http://www.eramuslim.com/ustadz-menjawab/bagaimana-yg-di-sebut-menuntut-ilmu-dalam-islam.htm
Http://alhafizh84.wordpress.com/2010/01/09/kewajiban-menuntut-ilmu/

Kelas F, Syaiful Islam, 4: AKAL, ILMU dan AMAL

MAKALAH AKAL, ILMU dan AMAL. 
Disusun untuk memenuhi Tugas. 
Mata Kuliah : Hadist Tarbawi II
Dosen pengampu: Muhammad Hufron, M.S.I 
Disusun Oleh : SYAIFUL ISLAM (2021110250)
Tarbiyah PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2012
PENDAHULUAN
Di dalam makalah ini akan membahas sedikit tentang proses akal sehat, yakni keterkaitan akal, ilmu dan amal dalam dunia pendidikan.

Ilmu yang baik adalah ilmu yang diamalkan, dan ilmu yang diamalkan harus dilandaskan dengan akal. Akal memiliki potensi dan kedudukan yang tinggi dalam kehidupan, baik di dunia dan akhirat.
PEMBAHASAN
A. HADITS


عَنْ‌عَا‌ئِشَة‌‌قَلَتْ׃‌﴿قُلْتُ‌يَا‌رَسُوْلَ‌اللّه‌بِأَيِّ‌شَيْ‌ءٍ‌يَتَفَاضَلَ‌النَّاسُ‌فِيْ‌الدُّنْيَا؟قَالَ׃بِالْعَقْلِ‌٫قُلْتُ‌فَفِي‌اﻵخِرَة؟‌قَالَ׃بِالْعَقْلِ٫‌فَقَالَتْ‌عَائِشَة׃‌إِِنَّمَا‌يُجْزَوْنَ‌بِأََعْمَالِهِمْ؟‌قَالَ‌وَهَلْ‌عَمِلُوْاإِلاَّبِقَدْرِمَاأَعْطَاهُمُ‌اللّه‌مِنَ‌الْعَقْلِ‌فَبِقَدْرِ
مَااُعْطُوْا‌مِنَ‌الْعَقْلِ‌كَانَتْ‌اَعْمَالَّهُم‌وَ‌‌‌‌بِقَدْرِ‌مَا‌‌‌عَمِلُوْا‌يُجْزَوْن﴾
رواه‌احارث‌في‌المسند،۲\٨۰٥

Artinya :
“ Diceritakan dari Aisyah RA, berkata: (Saya berkata kepada Rosul.”Ya Rasul, dengan apa manusia itu diutamakan di dunia?” Rasul menjawab: “Dengan akal”. Aisyah bertanya lagi: “Kalau di akhirat?” Rasul menjawab: “Dengan akal juga”, Aisyah berkata: “Semestinya mereka dibalas dengan karena amalnya”. Rasul menjawab: “Apakah manusia bisa beramal sedangkan Allah tidak memberikan akal, sekiranya mereka diberikan akal maka mereka bisa beramal dan sekiranya mereka bisa beramal maka diberikan balasan pahala”)”.

B. MUFRODAD
Yang lebih utama, diutamakan      ‌يَتَفَاضَلَ‌
Yang punya akal, dengan akal            = بِالْعَقْلِ
Diberikan balasan                                =  ‌يُجْزَوْنَ
Diberikan                                            = َ‌‌‌‌بِقَدْرِ

C. BIOGRAFI PERAWI
            Siti Aisyah adalah putri Abu Bakar RA, sahabat Rasulullah SAW sekaligus khalifah pertama. Siti Aisyah memiliki gelar ash-Shiddiqah, sering dipanggil dengan Ummu Mukminin, dan nama keluarganya adalah Ummu Abdullah. Kadang-kadang ia juga dijuluki Humaira’. Namun Rasulullah sering memanggilnya Binti ash-Shiddiq. Siti Aisyah lahir pada bulan Syawal tahun ke-9 sebelum hijrah, bertepatan dengan bulan Juli tahun 614 Masehi, yaitu akhir tahun ke-5 kenabian. Pernikahan Rasulullah dengan Siti Aisyah merupakan perintah langsung dari Allah, setelah wafatnya Siti Khadijah. Setelah dua tahun wafatnya Khadijah, turunlah wahyu kepada kepada Rasulullah untuk menikahi Aisyah, Pernikahan Rasulullah dengan Siti Aisyah terjadi di Mekkah sebelum hjirah pada bulan Syawal tahun ke-10 kenabian. Ketika dinikahi Rasulullah, Siti Aisyah masih sangat belia. Aisyah menikah pada usia 6 tahun. ketika Aisyah berusia 9 tahun, Rasulullah menyempurnakan pernikahannya dengan Aisyah.
            Ia telah meriwayatkan  2210 hadis, 297 diantaranya terdapat di dalam kitab Hadis Bukhari-Muslim[1]Aisyah wafat pada usia 66 tahun, bertepatan dengan bulan Ramadhan, tahun ke-58 hijriah, dan dikuburkan di Baqi’[2]

D. KETERANGAN HADITS
Hadits di atas menjelaskan keterkaitan Akal, Ilmu dan Amal. Dan seruan terhadap manusia untuk berfikir. Dan juga menjelaskan tentang kedudukan seseorang tertinggi baik di dunia maupun di akhirat adalah orng yang berakal.
            Ilmu secara harfiah diartikan sebagai pengetahuan, ia merupakan lawan kata dari jahlun yang berarti ketidaktahuan atau kebodohan. Ilmu bersepadan dengan kata bahasa arab lainnya, yaitu makrifat (pengetahuan), fiqh (pemahaman) hikmah (kebijaksanaan) dan syu’ur (perasaan).
            Al-Ilmu itu sendiri dikenal sebagai sifat utama Allah SWT. Dalam bentuk kata yang berbeda, Allah SWT disebut juga sebagai al-‘Alim dan ‘Aliim, yang artinya: “Yang Mengetahui” atau “Yang Maha Tahu”. Ketika seseorang menginginkan ilmu, ia harus mengupayakannya dengan cara mempelajarinya[3]. Dan alat utama untuk mempelajari ilmu adalah akal.
Secara bahasa, akal berarti daya atau kekuatan fikiran (quwwatu al-idrak) atau pemahaman (al-fahmu). Juga terdapat istilah lain dari akal, yaitu  an-nazr (berfikir secara mendalam) dan al-fikr atau logika.
Akal merupakan daya atau kekuatan yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada manusia sebagai alat berfikir dan alat untuk mempertimbangkan serta memikirkan baik buruknya sesuatu. Akal adalah potensi yang diberikan Allah SWT kepada manusia di samping nafsu. Sebaik-baiknya pembantu ilmu adalah akal[4].
Dan sebaik-baiknya ilmu adalah ilmu yang diamalkan, sedanng beramal sendiri diperlukan akal agar pengamalan ilmunya tepat sesusai dengan apa yang diharapkan. Dengan demikian menjadikannya ilmu yang bermanfaat[5].

E. NILAI TARBAWI
  1. Seorang pendidik hendaknya memanfaatkan dan mengamalkankn ilmunya.
  2. Seorang pendidik hendaknya menuntut ilmu dan mengamalkan ilmunya di jalan yang dibenarkan oleh agama.
  3. Sebagai seorang pelajar kita harus memaksimalkan fungsi akal dengan berfikir.
PENUTUP

          Setiap insan di dunia diwajibkan untuk berfikir untuk mengembangkan potensi akalnya. Karena orang yang berakal memiliki kedudukan yang tinggi baik di dunia maupun akhirat. Ilmu tanpa akal tak pernah ada karena tak ada pedoman yang untuk memahami ilmu itu. Dan ilmu yang baik adalah ilmu yang diamalkan, dan pemgmalannya itupun memerlukan akal karena amal tanpa akal takkan terlaksana.
            Gunakan akal sebaik mungkin agar kita bisa menjadi orang yang bermanfaat. Demikian makalah ini saya buat. Mohon maaf jika masih banyak kekurangan di dalamnya. Semoga bisa memberi manfaat.
DAFTAR PUSTAKA

Ad Dimsyaqi, Muhammad Djamaludin Al Qasyimi. 1992. Bimbingan Orang-orang Mukmin. Semarang: CV. Asy Syifa’.
Ali Fayyad, Mahmud. 1998. Metodologi Penetapan KesahihanHadist. Bandung: CV. Pustaka Setia.
alkisah.web.id
Suradji, Imam. 2006. Etika Dalam Prespektif Al-Qur’an dan Al-Hadits. Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru.
Al-Qardhowy, Yusuf. 199. As-Sunnah Sebagai Sumber Iptek dan Peradapan. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.


[1] Mahmud Ali Fayyad, Metodologi Penetapan Kesahihan Hadist. Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998, hal. 115
[2] alkisah.web.id
[3] Imam Suradji, Etika Dalam Prespektif Al-Qur’an dan Al-Hadits. Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, 2006, Hlm. 179
[4] Yusuf Al-Qardhowy, As-Sunnah Sebagai Sumber Iptek dan Peradapan. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1999, Hlm. 97
[5] Muhammad Djamaludin Al Qasyimi Ad Dimsyaqi, Bimbingan Orang-orang Mukmin. Semarang: CV. Asy Syifa’, 1992, Hlm. 10

Sumber: 



KEDUDUKAN AKAL DALAM ISLAM. 
human-brain-illustration.
Segala puji hanya milik Allah Ta’ala, satu-satunya Rabb yang berhak untuk di ibadahi, shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam, beserta keluarganya, para shahabatnya, dan orang-orang yang selalu mengikuti mereka dengan baik hingga hari akhir. Kaum muslimin yang dimuliakan oleh Allah Ta’ala, di antara nikmat besar yang dikaruniakan oleh Allah Ta’ala kepada kita semua adalah nikmat berupa akal sehat, yang dengannya kita bisa berfikir, dengannya kita dapat terus berinovasi menjalani kehidupan dan membangun peradaban, dan dengannya kita dapat membedakan mana yang bermanfaat dan mana yang berbahaya sesuai jangkauan akal kita. Dengan adanya akal pula kita dibedakan dari hewan. 

Oleh karena itu Allah Ta’ala banyak mendorong manusia supaya mau menggunakan akalnya untuk berfikir, diantaranya adalah FirmanNya (yang artinya), “Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal.” (Q.S an-Nahl:12)

Definisi akal. 

Secara bahasa, ‘aql (akal) bisa bermakna al-hikmah (kebijakan) atau bisa juga bermakna tindakan yang baik dan tepat. Akal juga bisa bermakna sifat, dikatakan; ‘uqila lahu shay’un’ artinya “Dijaga atau “diikat (hubisa) akalnya dan dibatasi”. [lihat kitab Lisanul ‘Arab, Muhammad ibnu Mukarram]

Sedangkan secara istilah, akal adalah daya pikir yang diciptakan Allah Ta’ala (untuk manusia) kemudian diberi muatan tertentu berupa kesiapan dan kemampuan yang dapat melahirkan sejumlah aktivitas pemikiran yang berguna bagi kehidupan manusia yang telah dimuliakan oleh Allah Ta’ala[lihat buku Syarh aqidah ahlu sunnah, Yazid bin Abdul Qadir Jawas].

Islam memuliakan akal. 

Agama Islam adalah agama yang sangat adil dan sempurna. Agama kita memuliakan akal sehat karena kemampuan berfikir dan memahami sesuatu dengan baik merupakan anugerah yang besar dari Allah Ta’ala. Karena besarnya kemuliaan akal maka agama Islam menetapkan syariat untuk menjaga dan mengembangkan akal, diantaranya:


  1. Islam memasukkan akal kedalam dharuriyatul khamsah yaitu 5 hal kebutuhan primer yang harus dijaga, 5 hal tersebut adalah agama, jiwa, harta, nasab (keturunan), dan akal.
  2. Syari’at Islam mengharamkan semua yang bisa merusak akal, baik yang maknawi (abstrak) seperti perjudian, (musik) dan nyanyian, memandang sesuatu yang diharamkan, maupun yang bersifat fisik seperti khamr (minuman keras), narkoba, dan lainnya serta memberikan sanksi kepada yang melakukannya. [lihat kitab Maqasidu Syari’ah ‘Inda Ibni Taimiyah, Dr. Yusuf bin Muhammad Al-Badawi]
  3. Agama Islam menjadikan akal sebagai salah satu syarat utama taklif (pewajiban / pembebanan dalam syari’at). Orang yang masih belum sempurna akalnya seperti anak-anak, ataupun yang memang memiliki kekurangan dalam akalnya seperti orang gila, maka gugur kewajibannya menjalankan syari’at.
  4. Agama Islam memerintahkan umatnya untuk belajar dan menuntut ilmu, yang dengannya akal dapat lebih berkembang dan meningkat. Kemudian memberikan derajat yang tinggi bagi orang-orang yang berilmu dan mengamalkannya, sebagaimana firmanNya (yang artinya), “Allah akan mengangkat kedudukan orang-orang yang beriman dan diberikan ilmu di antara kalian beberapa derajat” (QS. Al-Mujadilah:11)

Memposisikan akal sesuai kedudukannya. 

Meskipun agama Islam menghormati akal sehat, namun akal tetap ditempatkan di tempat yang layak sesuai dengan kedudukannya. Artinya Islam memuliakan akal namun tidak berlebih lebihan dalam memposisikannya, karena akal manusia juga memiliki keterbatasan sebagaimana penglihatan, pendengaran, serta indera manusia lainnya.

Sebaliknyawalaupun akal memiliki keterbatasan, agama Islam juga tidak meremehkan dan mencela akal serta logika yang benar. Akal yang baik justru akan menyempurnakan suatu ilmu dan amal. Intinya, sikap yang benar dalam memposisikan akal adalah bersifat pertengahan, tidak merendahkan logika dan akal sehat, dan juga tidak berlebih-lebihan sehingga menjadikan standar kebenaran agama semata-mata dari logika dan akal pemikiran manusia.

Akal membutuhkan dalil. 

Sepintar-pintarnya manusia dan setinggi apapun kecerdasan akal manusia, maka pasti tidak akan bisa berjalan dengan lurus tanpa bimbingan wahyu, baik al-Qur’an maupun as-Sunnah. Akal manusia ibarat sepasang mata sedangkan dalil wahyu bagaikan lentera atau cahaya. Mata tidak akan bisa berfungsi dengan baik tanpa adanya cahaya. Mata kita baru bisa berfungsi dengan baik dan benar jika ada cahaya. Cahaya tersebut sebagaimana kedudukan dalil wahyu (al-Qur’an dan as-Sunnah) terhadap akal. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan, “Akal tidaklah bisa berdiri sendiri, akal baru bisa berfungsi jika dia memiliki naluri dan kekuatan sebagaimana mata bisa berfungsi jika ada cahaya. Apabila akal mendapatkan cahaya iman dan al-Qur’an barulah akal bisa seperti mata yang mendapatkan cahaya matahari. Jika tanpa cahaya tersebut, akal tidak akan bisa melihat atau mengetahui sesuatu.” [Majmu’ Fatawa, Ibnu Taimiyah]

Akal yang sehat dan dalil syar’i tidak akan bertentangan. 

Setelah kita mengetahui bahwa akal membutuhkan dalil, maka kita juga bisa memahami bahwa akal yang sehat tidak akan pernah bertentangan atau bertolak belakang dengan dalil syar’i baik dari al-Qur’an maupun as-Sunnah. Karena semuanya berasal dari Allah Ta’ala Yang Maha Sempurna lagi Maha Bijaksana. Akal yang sehat adalah ciptaan Allah Ta’ala dan dalil syar’i merupakan Firman Allah Ta’ala. Maka mustahil segala sesuatu yang sama-sama bersumber dari Allah Ta’ala saling bertentangan. Imam Ibnu Qayyim al-jauziyah rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya mempertentangkan antara akal dengan wahyu adalah asal-usul segala kerusakan di alam semesta. Itu adalah lawan dari dakwah para rasul dari semua sisi karena mereka (para rasul) mengajak untuk mengedepankan wahyu daripada pendapat akal” [lihat kitab Mukhtashar Shawa’iqul Mursalah, Ibnu Qayyim]

Wajib mendahulukan dalil daripada akal. 

Jika kita sudah berusaha untuk memahami dalil syar’i dengan metode yang benar namun masih tampak bagi kita seolah-olah dalil tersebut bertentangan dengan akal, fikiran, maupun tidak sesuai dengan perasaan kita. Maka wajib bagi kita untuk mengedepankan dalil syar’i daripada akal dan perasaan kita. Karena sesungguhnya anggapan kita bahwa dalil syar’i tidak selaras dengan akal sehat bisa disebabkan karena tiga hal:

[1] Karena kurangnya ilmu kita yang menyebabkan adanya kerancuan dan syubhat bagi kita dalam memahami dalil.

[2] Dalil yang dijadikan pijakan adalah dalil yang lemah, bukan dalil yang shahih.

[3] Kita belum bisa membedakan mana yang “membingungkan akal” mana yang “tidak masuk akal”. Terkadang dalil syar’i memang bisa jadi membuat kita bingung memahaminya, namun tidak mungkin dalil syar’i tidak masuk akal sehat kita. Contohnya adalah peristiwa isra’ dan mi’raj yaitu peristiwa naiknya Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam ke langit ke-7 dalam waktu satu malam. Maka bisa jadi kita bingung memikirkannya, bagaimana bisa dalam satu malam saja seorang manusia tanpa teknologi canggih bisa menembus langit tertinggi. Namun hal tersebut bukanlah hal yang tidak masuk akal, bahkan hal tersebut sangat mungkin dan masuk akal karena Allah Ta’ala adalah Dzat yang Maha Kuasa atas segala sesuatu dan mudah bagiNya untuk mewujudkan hal tersebut.

Oleh karena itu, shahabat Nabi yang mulia ‘Ali Bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu menjelaskan bahwa dalil syar’i wajib didahulukan daripada akal dan perasaan kita. Beliau berkata tentang mengusap khuf (alas kaki yang menutupi mata kaki, semacam sepatu boot), Seandainya (tolok ukur) agama ini dengan akal maka tentu bagian bawah khuf lebih utama untuk diusap daripada bagian atasnya. Dan sungguh aku melihat Rasulullah mengusap bagian atas khuf-nya.” (HR . Abu Daud, shahih)

Tinggalkan pendapat yang menyimpang. 

Setelah memahami penjelasan diatas, maka hendaknya kita meninggalkan pemahaman dan pendapat yang lebih mendahulukan akal dan perasaan daripada dalil syar’i yang banyak tersebar di masyarakat. Diantaranya adalah anggapan orang-orang liberal dan orientalis bahwa syari’at Islam tidak adil, hukum Islam adalah hukum yang kejam, agama Islam tidak bisa mengatur suatu negara, bahkan mereka mengatakan bahwa al-Qur’an dan ajaran agama Islam sudah tidak relevan lagi dengan zaman ini sehingga harus direvisi. Na’udzubillahi min dzalik.

Demikian pula hendaknya kita tinggalkan pendapat-pendapat menyimpang dari para filosof, mu’tazilah, dan yang semisalnya yang beranggapan bahwa adzab kubur tidak ada, syafa’at tidak ada, penolakan dan penyelewengan mereka terhadap sebagian shifat-shifat Allah Ta’ala, pengingkaran terhadap munculnya dajjal dan turunnya nabi ‘Isa ‘alayhissalam, serta pemahaman dan perkataan mereka yang lain yang tidak bersumber dari dalil-dalil syar’i. Mudah-mudahan dengan kembalinya kita kepada al-Qur’an dan Sunnah menjadikan kita sebagai seorang muslim yang hanif dan lurus.

Penutup. 

Demikianlah penjelasan tentang kedudukan akal dalam agama Islam, semoga bisa menjadi pencerahan bagi kita dan membuat kita lebih taslim (menerima dan patuh) terhadap syari’at Allah Ta’ala, tundukterhadap hukum dan aturan Islam, serta menerima segala dalil syar’i yang datang kepada kita . Wallahu a’lam.

Penulis : Nizamul Adli Wibisono, ST (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)
Muroja’ah : Ust. Abu Salman, BIS
Sumber: 
Kedudukan Akal Dalam Islam – Buletin At-Tauhid


Demi masa.
Sungguh manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran. (QS. AL'ASHR:1-3)

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda tanda kebesaran Allah bagi orang yang berakal (Al Bab) yaitu orang orang yang mengingat Allah sambil bediri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Wahai Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia sia; Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka. (Ali Imran: 190-191)

Demi jiwa (nafsu) serta penyempurnaan ciptaannya Maka Dia mengilhamkan kepadanya jalan kejahatan dan ketaqwaanya Sungguh beruntung orang yang menyucikanya jiwa itu Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya (Asy Syams:7-10)

Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah (38:26)

Dan janganlah kamu seperti orang orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa aka diri mereka sendiri.  mereka itulah orang orang fasik. (Al-Hasyr:19)

Iman yang sejalan bersama dengan Islam Akal pikiran yang sejalan bersama dengan Ilmu Allah Nafsu (Hati dan Jiwa) yang sejalan bersama Amal Hati atau Jiwa tempat iman, perasaan dan nafsu bersemayam Akal tempat Pikiran dan Ilmu Allah bersemayam Akhlaq tempat semuanya berhidup dan bersemayam

Ketika iman hidup dengan nafsu,  tanpa akal dan ilmu, lumpuhlah iman itu nafsu pun tak terarahkan semestinya Hiduppun akan penuh dengan ketidak sempurnaan dan kelumpuhan cahaya

Ketika akal hidup dengan nafsu, tanpa iman, hancurlah hidup itu akal menjadi akal bulus, suka membohongi Allah dan makhlukNya nafsupun merajalela bermaksiat Hiduppun akan penuh dengan kejahatan dan kegelapan hati Inilah yang disebut Allah, kaum Kafir

Ketika nafsu hidup tanpa iman dan akal jadilah dia lebih rendah dari binatang karena binatang masih punya iman pada Allah

Ketika iman hidup dengan akal tanpa nafsu jadilah dia seorang malaikat pesuruh Allah yang tugasnya menyerpis Allah dan manusia atau pesuruh Allah untuk manusia

Ketika iman hidup dengan akal dan nafsu jadilah dia hamba Allah yang soleh derajatnya lebih baik dari malaikat nafsunya dididik Allah dan Quran nafsunya menjadi nafsu yang mutmainah nafsu yang tenang penuh dengan kebaikan sehingga sempurnalah iman dan amalannya

Ketika iman hidup dengan akal, tanpa amal, cacatlah iman itu Allah menyebutnya kaum fasikin

Ketika amal hidup dengan akal, tanpa iman, tertolaklah amalnya oleh Allah bagai fatomargana dan debu yang beterbangan Inipun disebut kaum Kafir

Ketika nafsu dikendalikan iman dan akal inilah nafsu yang diridloi Allah Jadilah dia orang orang yang soleh Allahpun ridlo padanya dan dia ridlo pada Allah

Ketika nafsu mengendalikan iman dan akal Masuklah setan jadi sopir nafsu itu Jadilah dia setan berbentuk manusia Dan Allah pun murka padanya, karena dia telah menjadikan nafsunya sebagai Tuhannya

Ingatlah kita....., Allah mendidik nafsu Nafsu memicu amal perbuatan jadilah dia amal solih yang mulia lebih mulia dari amalan malaikat

Setan membidik nafsu sehingga nafsunya dicontrol setan Nafsu memicu amal perbuatan jadilah dia amalan yang keji dan munkar lebih hina dari binatang dan sama dengan amalan setan

Dari itu, kendalikanlah nafsu kita dengan memakai iman dan Islam, akal dan ilmu yang berlandaskan Quran dan hadis, yang akan menyempurnakan akhlaq dan hidup kita dan kitapun akan mendapat ridlo Allah, ampunan dan dan surgaNya

Marilah kita menghidupkan semuanya itu didalam diri dan hidup kita dengan mendirikan shalat lima waktu dan sunatnya, membaca Qur'an dan artinya dan mengamalkannya dan dengan bersedeqah walau hanya dengan tersenyum, sebuah qurma dan perkatan baik

Inilah hidup dan kehidupan yang dikendaki Allah dan di tuntut Allah sebagai hamba dan ciptaanNya

Semoga kita semua menjadi hamba Allah yang soleh yang selalu memakai Iman, Islam, Akal, Ilmu dan Nafsu Mutmainah, (berpikir dan berzikir / Al Bab) dalam amalan soleh kita....
Aamiin

https://id-id.facebook.com/notes/sati-pamuncak/kehidupan-iman-dan-islam-akal-dan-ilmu-nafsu-dan-hati-dan-amal-2/175682789116409
Blog Hilman Muchsin: Kehidupan Iman dan Islam, Akal dan Ilmu, Nafsu dan Hati dan Amal

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ

رَبَّنَا ءَاتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى الله ُعَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمين

Daftar Isi Al-Quran dan Terjemahan - Silakan Klik untuk membacanya:
  1. Surat Al Fatihah (Pembukaan)
  2. Surat Al Baqarah (Sapi Betina)
  3. Surat Ali 'Imran (Keluarga 'Imran)
  4. Surat An Nisa' (Wanita)
  5. Surat Al Ma'idah (Hidangan)
  6. Surat Al An'am (Binatang Ternak)
  7. Surat Al A'raf  (Tempat Tertinggi)
  8. Surat Al Anfal (Rampasan Perang)
  9. Surat At Taubah (Pengampunan)
  10. Surat Yunus (Nabi Yunus A.S.)
  11. Surat Hud (Nabi Huud A.S.)
  12. Surat Yusuf (Nabi Yusuf A.S.)
  13. Surat Ar Ra'd (Guruh)
  14. Surat Ibrahim (Nabi Ibrahim A.S.)
  15. Surat Al Hijr (Daerah Pegunungan)
  16. Surat An Nahl (Lebah)
  17. Surat Al Israa' (Memperjalankan Di Malam Hari)
  18. Surat Al Kahfi (Gua)
  19. Surat Maryam (Maryam)
  20. Surat Thaha (Thaahaa)
  21. Surat Al Anbiya' (Kisah Para Nabi)
  22. Surat Al Hajj (Ibadah Haji)
  23. Surat Al Mu'minun (Orang Mukmin)
  24. Surat An Nur (Cahaya)
  25. Surat Al Furqaan (Pembeda)
  26. Surat Asy Syu'ara' (Penyair)
  27. Surat An Naml (Semut)
  28. Surat Al Qashash (Cerita)
  29. Surat Al 'Ankabuut (Laba-Laba)
  30. Surat Ar Ruum (Bangsa Rumawi)
  31. Surat Luqman (Luqman)
  32. Surat As Sajdah ((Sujud)
  33. Surat Al Ahzab (Golongan Yang Bersekutu)
  34. Surat Saba' (Kaum Saba')
  35. Surat Fathir (Pencipta)
  36. Surat Yaasiin
  37. Surat Ash Shaffat (Yang Bershaf-Shaf)
  38. Surat Shaad
  39. Surat Az Zumar (Rombongan-Rombongan)
  40. Surat Al Mu'min (Orang Yang Beriman)
  41. Surat Fushshilat (Yang Dijelaskan)
  42. Surat Asy Syuura (Musyawarah)
  43. Surat Az Zukhruf (Perhiasan)
  44. Surat Ad Dukhaan (Kabut)
  45. Surat Al Jaatsiyah (Yang Berlutut)
  46. Surat Al Ahqaaf (Bukit Pasir)
  47. Surat Muhammad (Nabi Muhammad SAW)
  48. Surat Al Fath (Kemenangan)
  49. Surat Al Hujuraat (Kamar-Kamar)
  50. Surat Qaaf
  51. Surat Adz Dzaariyaat (Angin Yang Menerbangkan)
  52. Surat Ath Thuur (Bukit)
  53. Surat An Najm (Bintang)
  54. Surat Al Qamar (Bulan)
  55. Surat Ar Rahmaan (Yang Maha Pemurah)
  56. Surat Al Waaqi'ah (Hari Kiamat)
  57. Surat Al Hadid (Besi)
  58. Surat Al Mujadilah (Wanita Yang Mengajukan Gugatan)
  59. Surat Al Hasyr (Pengusiran)
  60. Surat Al Mumtahanah (Wanita Yang Diuji)
  61. Surat Ash Shaff (Barisan)
  62. Surat Al Jumu'ah (Hari Jum'at)
  63. Surat Al-Munafiqun (Orang-Orang Munafik)
  64. Surat At Taghabun (Hari Ditampakkan Kesalahan-Kesalahan)
  65. Surat Ath Thalaaq (Talak)
  66. Surat At Tahrim (Mengharamkan)
  67. Surat Al Mulk (Kerajaan)
  68. Surat Al Qalam (Pena)
  69. Surat Al Haqqah (Kiamat)
  70. Surat Al Ma'arij (Tempat-Tempat Naik)
  71. Surat Nuh (Nabi Nuh A.S)
  72. Surat Al Jin (Jin)
  73. Surat Al Muzzammil (Orang Yang Berselimut)
  74. Surat Al Muddatstsir (Orang Yang Berselimut)
  75. Surat Al Qiyamah (Hari Kiamat)
  76. Surat Al Insaan (Manusia)
  77. Surat Al Mursalat (Malaikat-Malaikat Yang Diutus)
  78. Surat An Naba´ (Berita Besar)
  79. Surat An Naazi´ (Malaikat-Malaikat Yang Mencabut)
  80. Surat 'Abasa (Bermuka Masam)
  81. Surat At Takwir (Menggulung)
  82. Surat Al Infithar (Terbelah)
  83. Surat Al Muthaffifiin (Orang-Orang Yang Curang)
  84. Surat Al Insyiqaaq (Terbelah)
  85. Surat Al Buruuj (Gugusan Bintang)
  86. Surat Ath Thaariq (Yang Datang Di Malam Hari)
  87. Surat Al A´Laa (Yang Paling Tinggi)
  88. Surat Al Ghaasyiyah (Hari Kiamat)
  89. Surat Al Fajr (Fajar)
  90. Surat Al Balad (Negeri)
  91. Surat Asy Syams (Matahari)
  92. Surat Al Lail (Malam)
  93. Surat Adh Dhuhaa (Waktu Dhuha)
  94. Surat Alam Nasyrah /Al Insyirah (Bukankah Kami Telah Melapangkan)
  95. Surat At Tiin (Buah Tin)
  96. Surat Al 'Alaq (Segumpal Darah)
  97. Surat Al Qadr (Kemuliaan)
  98. Surat Al Bayyinah (Bukti Yang Nyata)
  99. Surat Al Zalzalah (Goncangan)
  100. Surat Al 'Adiyat (Kuda Perang Yang Berlari Kencang)
  101. Surat Al Qari'ah (Hari Kiamat)
  102. Surat At Takatsur (Bermegah-Megahan)
  103. Surat Al 'Ashr (Masa)
  104. Surat Al Humazah (Pengumpat)
  105. Surat Al Fiil (Gajah)
  106. Surat Quraisy (Suku Quraisy)
  107. Surat Al Ma'un (Barang-Barang Yang Berguna)
  108. Surat Al Kautsar (Nikmat Yang Banyak)
  109. Surat Al Kafirun (Orang-Orang Kafir)
  110. Surat An Nashr (Pertolongan)
  111. Surat Al Lahab (Gejolak Api)
  112. Surat Al Ikhlas (Memurnikan Keesaan Allah)
  113. Surat Al Falaq (Waktu Subuh)
  114. Surat An Naas (Manusia)
....................................

Tiada ulasan: