Ahad, 21 Januari 2018

6975. Di dalam Ash-Shahihain diriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dari beberapa jalan, bahwasannya beliau memerintahkan untuk mengumpulkan para korban perang Badr (dari kalangan musyrikin Quraisy) dan melemparkannya ke dalam sebuah lubang bekas sumur. Kemudian beliau mendekat dan berdiri di dekat mereka sambil memanggil nama mereka satu persatu, “Hai Fulan bin Fulan, hai Fulan bin Fulan, apakah kalian mendapatkan apa yang dijanjikan Rabb kalian benar? Sesungguhnya aku mendapatkan apa yang dijanjikan Rabb-Ku kepadaku adalah benar.” Umar bin Khaththab bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin engkau berbicara dengan orang-orang yang sudah menjadi bangkai?” Beliau menjawab, “Demi Yang mengutusku dengan kebenaran, mereka lebih mampu mendengar apa yang kukatakan daripada kalian, hanya saja mereka tidak mampu menjawab.”

ﺑِﺴْــــــــــــــــﻢِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴْـــﻢ

ماشاءالله

سبحان الله

الله اکبر

    سُبْحَانَ اللَّهِ اَللَّهُمَّ صَلِّي عَلَى سَيّدنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلۓِ سَيّدنَا مُحَمَّدٍ الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على أشرف المرسلين، وعلى آله وصحبه أجمعين

اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى ءَالِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْن

Allah berfirman yang bermaksud; “Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya” (QS: Al Imran 3:185) 

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّـيْطٰنِ الرَّجِيْمِ

بسم الله الرحمن الرحيم

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على أشرف المرسلين، 

وعلى آله وصحبه أجمعين

Paparan 6975:.
1. Penghuni Alam Kubur Bisa Mendengar Ketika Diziarahi, Benarkah?
2. Buah Ternyata Lebih Utama Dari Daging?
3. Nak, Ayah Tidak Butuh Handphone.
4. Akibat Cuaca Dingin, 12 Pengungsi Suriah Di Lebanon Tewas Membeku. 
5. Kasih Sayang Ibu Tak Terkira.
6. Harga Sebuah Al-Quran.
7. Kajian Islam. - Hanya Allah Tumpuan Hidup Kita. 

1. Penghuni Alam Kubur Bisa Mendengar Ketika Diziarahi, Benarkah? 
By Sodikin  Last updated Jan 20, 2018
KETIKA seseorang masuk ke liang lahat, maka tinggallah ia sendirian. Tanpa keluarga, teman, saudara yang menemani. Namun beberapa beranggapan jika roh orang yang baru meninggal masih memiliki ikatan batin dengan keluarganya. Sehingga muncul pertanyaan apakah bila keluarga si mayat waktu berziarah kubur roh orang meninggal bisa mengetahui kedatangannya?

Dalam kitab Ibnul Qoyyim Ar-Ruh dalam bab pertama dibahas masalah ini. Dalilnya orang meninggal dapat mendengar dan mengetahui kunjungan para peziarah adalah sebagai berikut:

Di dalam Ash-Shahihain diriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dari beberapa jalan, bahwasannya beliau memerintahkan untuk mengumpulkan para korban perang Badr (dari kalangan musyrikin Quraisy) dan melemparkannya ke dalam sebuah lubang bekas sumur. 

Kemudian beliau mendekat dan berdiri di dekat mereka sambil memanggil nama mereka satu persatu, “Hai Fulan bin Fulan, hai Fulan bin Fulan, apakah kalian mendapatkan apa yang dijanjikan Rabb kalian benar? Sesungguhnya aku mendapatkan apa yang dijanjikan Rabb-Ku kepadaku adalah benar.” 

Umar bin Khaththab bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin engkau berbicara dengan orang-orang yang sudah menjadi bangkai?” 

Beliau menjawab, “Demi Yang mengutusku dengan kebenaran, mereka lebih mampu mendengar apa yang kukatakan daripada kalian, hanya saja mereka tidak mampu menjawab.”

Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari bahwa orang yang meninggal dunia dapat mendengar suara sandal orang-orang yang mengiringinya, saat mereka meninggalkan kuburnya.

Nabi Melarang Kita Duduk di Atas Kuburan?

Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam mensyariatkan kepada umatnya agar mengucapkan salam kepada ahli kubur (penghuni alam kubur) ketika memasuki area kuburan. Seruan salam diucapkan  seperti kepada lawan bicara.

“Salam sejahtera atas kalian wahai para penghuni kubur dari orang -orang mukmin dan muslim, sesungguhnya  atas kehendak Allah kami akan bersua dengan kalian. Semoga Allah merahmati orang-orang yang lebih dahulu meninggal daripada kami  dan kalian serta yang lebih akhir. Kami memohon afiat kepada Allah bagi kami dan bagi kalian”

Salam dan seruan semacam ini ditujukan kepada orang yang hadir, dapat mendengar, dapat diseru, mengetahui dan dapat membalas salam itu meskipun yang mengucapkan salam tidak dapat mendengar jawabannya.

Hadits-hadits tentang penghuni alam kubur bisa mendengar dan mengetahui peziarahnya didukung dengan riwayat mimpi yang benar berkaitan dengan hal tersebut.

Dari Al Fadhl bin Muawaffiq, anak Sufyan bin Uyainah, dia berkata, “Aku sangat terpukul atas kematian ayahku. Maka aku setiap hari menziarahi kuburannya. Tapi ziarahku semakin lama semakin jarang. Ketika suatu hari aku menziarahi kuburannya dan duduk disisinya, tiba-tiba saja aku tak kuat menahan kantuk, kelopak mataku terasa berat, hingga akhirnya akupun tertidur disana. Dalam tidurku itu aku bermimpi seakan-akan kubur ayahku terkuak, lalu tampak ayahku duduk di atas kuburnya sambil dengan tetap mengenakan kain kafannya, dengan raut muka orang yang sudah meninggal. Aku menangis tatkala melihatnya. Lalu ayah berkata, “Wahai anakku, sudah cukup lama kamu tidak kesini.”

“Apakah ayah mengetahui kedatanganku?” tanyaku

“Aku tahu setiap kali kamu datang kesini. Aku senang dan gembira jika kamu datang kesini dan atas doamu, begitu pula orang-orang disekelilingku”

Setelah itu dia seringkali menziarahi kubur ayahnya. []

2. Buah Ternyata Lebih Utama Dari Daging?
By Adam  Last updated Jan 20, 2018

JIKA kita sedang lapar dan dihadapkan dengan 2 pilihan makanan, yaitu daging dan buah. Mana yang akan kita pilih? Ya, benar. Banyak dari kita yang akan memilih daging terlebih dahulu. Karena kita pikir daginglah yang akan membuat kita lebih kenyang dibandingkan dengan buah-buahan.

Tapi, tahukah Anda? Ternyata dalam surat Al-Waqiah, Allah mendahulukan buah-buahan daripada daging: “Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.” (QS. Al-Waqiah: 20-21)

Dalam surat Ath-Thur, Allah juga berfirman, “Dan kami beri mereka tambahan dengan buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka ingini.” (QS. Ath-Thur: 22)

Rasulullah juga bersabda, “Bila seorang di antara kalian berbuka puasa hendaklah ia makan kurma, karena kurma itu berkah.” (HR. Tirmidzi)

Mengonsumsi buah-buahan sebelum makanan pokok adalah sangat baik. Sebab, buah-buahan mengandung kadar zat gula yang rendah, mudah dicerna, dan diserap tubuh. Lambung bisa menyerap kadar gula buah hanya dalam waktu beberapa detik. Tubuh terasa segar, rasa lapar akan hilang, dan kadar gula dalam porsi yang cukup.

Sebagai perbandingan, orang yang langsung memenuhi perutnya dengan makanan, lambungnya butuh waktu sekitar tiga jam untuk menyerap kadar gula yang terdapat dalam makanan. Sehingga, ia akan masih merasa lapar untuk waktu yang cukup lama.

Kadar gula yang sederhana; selain mudah dicerna dan diserap, juga menjadi sumber kekuatan bagi bermacam sel-sel dinding lambung.

Sekira ia akan bergerak cepat ketika kadar gula yang ada pada buah-buahan sampai padanya dan bersiap-siap melaksanakan fungsinya secara sempurna dalam meresap aneka macam makanan yang dimakan seseorang setelah buah-buahan.

Boleh jadi, inilah hikmah didahulukannya buah-buahan atas daging di dalam ayat al-Quran dan hadits Nabi. []

Referensi: 
Nabi Sang Tabib/Karya: Shubhi Sulaeman/Penerbit: Aqwamedika
Foto: iStock
3. Nak, Ayah Tidak Butuh Handphone. 
Assalamu’alaikum wrahmatullahi wabarakaatuhu,

ANAKKU tersayang, apa kabarmu dirantau orang? Semoga baik-baik saja, tidak ada kekurangan apapun juga. Jangan lupa tetap dijaga hafalan Al-Qur’an-nya, perbanyak shalat sunah serta puasa untuk ibadah yang wajib jangan sampai ditunda-tunda.

Ayah sengaja kirim surat, sebab dahulu kita kerap melakukannya. Bahkan hingga sekarang, surat yang dirimu tulis masih ayah simpan dengan rapi dan setiap merindukanmu surat-surat itu ayah buka dengan perasaan bahagia. Mulai dari kabar saat dirimu meraih beasiswa, menjuarai beberapa lomba, hingga sekadar bertanya apakah keadaan ayah dan ibu baik-baik saja.

Hingga kemudian dirimu pulang membawakan oleh-oleh sebuah handphone. Saat itu ayah bahagia sekali, apalagi dirimu sering menghubungi ayah. Namun, entah mengapa akhir-akhir ini dirimu sudah jarang menelepon. Barangkali dirimu sibuk, hanya saja tidakkah memiliki sedikit waktu untuk memberikan kabar kepada kami bagaimana keadaanmu di sana. Sungguh, ayah merindukanmu, teramat sangat merindu, maka dari itu ayah terpaksa mengirim surat ini untuk mengingatkanmu pada kenangan-kenangan indah sewaktu dahulu.

Ada yang kurang dengan keberadaan handphone ini, yaitu ayah tidak lagi bisa membaca surat-suratmu kapanpun ayah merindukanmu. Kemarin ayah sempat menelponmu, namun dirimu malah berkata sedang kerja dan tak bisa diganggu. Apakah kerinduan seorang ayah pada anaknya dianggap sebuah gangguan?

Jujur mendengar itu ada kekecewaan dalam diri ayah, tetapi tidak apa-apa barangkali dirimu lekas sadar dan meminta maaf. Namun jangankan meminta maaf, menelpon saja tidak. Saat ayah meminta bantuan tetangga untuk mengetik sms (karena hurup di handphone terlalu kecil) dengan tujuan bertanya keadaanmu, dirimu hanya membalas, “Baik, Yah.” Sesingkat itukah kabar yang ingin engkau beritakan pada ayah, padahal dahulu isi suratmu selalu panjang-panjang.

Anakku, ayah tidak butuh handphone jika hanya jadi hiasan di rumah. Kalau suratmu ayah bingkai dan dipajang di meja kamar pasti terlihat megah, sebab ada kata-katamu yang terangkai dengan sangat indah. Sedangkan saat memajang handphone justru batin ayah tersiksa sebab barang itu telah membuat kenangan dan kebahagiaan ayah musnah. Barang elektronik ini sungguh menjadi musibah apabila tidak membuat komunikasi di antara kita terjalin dengan lebih baik.

Oh iya, saat menulis surat ini dirimu ada kirim SMS. Bunyinya “Hi Yah. Gmn kbrX? Baek2 zHa kan disana?” Membaca sms itu, ayah menangis. Menggunakan kalimat yang disingkat-singkat, bahkan tidak diawali dengan salam. Apakah ini yang ayah ajarkan padamu? Sungguh, ayah mohon izin untuk menjual handphone pemberianmu daripada hanya jadi pajangan dan sama sekali tidak mampu mengobati rasa rindu. Lebih baik kita saling berkirim surat seperti dahulu, sehingga dirimu bisa bercerita lebih banyak kepada ayah dan ibu.

Sekian dahulu surat dari ayah, teriring salam semoga dirimu semakin berkehidupan mapan. Jangan lupa balas surat ayah untuk mengobati segala kerinduan.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuhu. []

Arief Siddiq Razaan, 30 Oktober 2015
Pengungsi Suriah mencoba hidup dalam kondisi sulit 
di sebuah kamp pengungsi di Beirut, Lebanon pada 9 Januari 2014. Foto: Anadolu
4. Akibat Cuaca Dingin, 12 Pengungsi Suriah Di Lebanon Tewas Membeku. 
By Sodikin  Last updated Jan 20, 2018

LEBANON — Musim dingin kini menjadi ancaman bagi para pengungsi Suriah di Lebanon. Bahkan, pihak berwenang Lebanon menyebutkan bahwa jumlah pengungsi Suriah yang meninggal karena badai salju bertambah menjadi 12 orang.

Melansir Anadolu, tiga jenazah baru ditemukan pada Sabtu (20/1/2018), menjadikan jumlah korban meninggal akibat musim dingin menjadi 12 orang. Sebelumnya, tim keamanan Lebanon telah menemukan sembilan pengungsi Suriah mati membeku di perbatasan dengan Suriah, Jumat (19/1/2018).

Menurut sumber tersebut, tiga di antara jenazah itu adalah anak-anak. Mereka tewas saat berusaha melintasi perbatasan Lebanon dari wilayah Suriah.

Menurut badan cuaca Lebanon, cuaca buruk akan berakhir pada Sabtu atau Ahad (21/1/2018).

Sejumlah wilayah Lebanon — termasuk Lembah Beqaa, yang menampung ribuan pengungsi Suriah — dilanda cuaca dingin ekstrim dan hujan salju.

Bulan Desember 2017 lalu, badan urusan pengungsi dunia (UNHCR) mengatakan, jumlah pengungsi Suriah yang terdaftar di Lebanon berkurang menjadi sekitar 998 ribu orang dari sebelumnya 1,5 juta orang. []

SUMBER: 
ANADOLU
5. Kasih Sayang Ibu Tak Terkira. Oleh: Ernydar Irfan

PAGI tadi begitu mendarat di Tanah Abang, langsung meluncur ke toko perlengkapan baby. Stock di toko emang kosong gara-gara sakit kemarin gak bisa kemana-mana. Lagi kalap gak jelas lihat sepatu-sepatu baby. Tiba-tiba datang pedagang kue dibelakang saya. “Iih lucu ya. Berapa harganya?” tanyanya.

“65 eceran, kalau grosiran 60,” jawab si mas penjaga toko.

“Wah… gak dapet 50 biar beli 2. Saya kudu beli 2 soalnya. Yang satu kan bakal cucu dari anak perempuan, yang satu bakal cucu dari anak laki, kalau kagak dibeliin dua-duanya entar mantu perempuan kecil ati, padahal dia pan lakinya yang anak gue makan gaji, tiap bulan jelas penghasilan, kalau anak gue yang cewek lakinya ngojeg doang, kagak jelas penghasilannya, tapi saban gue ngasih cucu gue yang satu dia (mantu perempuan) suka asem. Kadang pelampiasannya ke cucu, kesian gak tega. Jadi kalau beli satu mending kagak jadi dah. Daripada jadi penyakit,” katanya.

“Iya Mas… kasih aja ke gue 50 nih gue ada duit 100 nih, dapet nyisihin dari minggu kemarin,” rayunya.

“Gak bisa bu, nih si Ibu ini aja yang belanjaan toko harga grosirannya 60,” jawab si mas cuek.

Binar mata si ibu masih tidak berubah. Dia pegang pegang sepatu pilihannya. “Lucu. Si anto sama si luna mesti cakep deh makenya,” katanya sambil tersenyum. Lalu dia buka lagi dompet bermerk toko emasnya, dia hitung ulang uang kumalnya.

“Mas… 100 ya 2. gue pengen banget beliin sepatu buat cucu. Kesian bentaran musim ujan, nanti kalau naik motor kakinya dingin,” rayunya lagi.

Si mas menjawab dengan santai, “Gak bisa Bu.”

Raut wajah kecewa mulai menyelimuti, saya mengamati beliau dengan seksama, dia buka lagi dompetnya, dia hitung ulang lagi.

“Bang 110 deh ya. Biarin deh gue balik jalan kaki. Tapi kasih ya sepatunye,” bujuk ibu itu lagi.

“Gak bisa Bu. Eceran 130,” jawab si mas lagi

Ibu terlihat begitu kecewa, sesaat dia pegang kedua sepatu pilihannya. lalu diletakannya. “Ya udah deh. Entar sabtu kalau duit gue dah cukup gue balik lagi,” katanya dengan suara lirih.

“Bu… Ibu mau yang itu?” tanyaku.

“Iya. Tapi duitnya kagak cukup Bu haji.”

“Udah bawa aja, bon nya masukin ke saya aja Mas. Berarti yang masuk karung 18 pcs aja.”

“Wih… Saye mau beliin cucu bukan mau minta bu haji,” katanya terbelalak.

“Iya. ini saya beliin Bu,” jawab saya.

“Ah… Bu Haji saya bayar aja 110, bu Haji yang nambahin. Saye jadi kagak enak.”

“Udah… Bawa aja. Doain aja dagangan laku. Toko sepi,” jawabku sambil minta si mas bungkus sepatunya.

“Si ibu merebut tanganku dan menciuminya. Bu Hajiiii… Makasih… kenal juga kagak kok baek banget.”

Segera ku tarik tanganku. Ibu nya ibu dan mertua yang hebat. Mudah-mudahan tua nanti saya bisa sebaik dan seadil ibu.

Bukankah beliau ibu dan mertua yang luar biasa? Rasa kasih sayangnya terutama niatnya menjaga perasaan menantunya patut diacungi jempol.

Setelah berkeliling belanja, tibalah saya di sebuah toko baju kaos bola. Teringat si bungsu yang sudah bersikap sangat baik ketika saya sakit, saya berniat membelikannya jaket karena ini sudah menjelang musim hujan. Dia pasti membutuhkannya untuk berangkat sekolah dengan sepedanya. Tapi saya pun harus bersikap adil pada si kakak, dia bukan tidak perduli, dia terlalu sibuk di sekolah hingga perhatiannya terbelah. Maka kubelikan juga 1 buat si kakak.

Datanglah seorang ibu. Usianya sekitar diatas 50 tahun. “Mba, yang modelnya paling baru yang mana kaosnya mba?” tanyanya.

“Klubnya apa bu?” tanya si mba.

“Klub apa ya? saya gak ngerti, pokoknya anak saya suka baju bola. Dulu waktu sekolah suka minta uang buat beli baju bola. Udah kerja udah gak pernah minta lagi. Dulu mah kalau musim piala dunia kalau gak salah demennya itali. Sekarang udah nikah gak serumah lagi gak tau deh apa ya kira-kira mba?”

“Tanya aja anaknya Bu,” kata saya mulai kepo.

“Iya… ya…” jawabnya tersenyum.

Beliau mengeluarkan hp. “Assalamualaikum…Bang… mama lagi di Tanah Abang nih, ada toko kaos bola, abang mau mama beliin kaos bola apa? Oh… barca… iya.. iya… Mama beliin ya. Tapi ambil ke rumah ya. Mama kangen. Kamu udah lama gak ke rumah nengokin mama.”

Entah apa jawaban si anak. Lalu si ibu kembali bicara. “Boleh enggak sekali ini jangan sama istrimu dateng. Mama kangen pengen meluk Abang. Istrimu kalau ke rumah gak betah lama, kalau mama minta perhatianmu wajahnya nampak kurang suka, mama sungkan. Padahal mama kangen banget pengen peluk Abang,” si ibu mulai terisak.

Ahhh… dadaku tiba-tiba sesak. Reflek kuusap pundaknya. Dia masih terisak. Hingga akhirnya beliau mengakhiri telepon itu. Tanpa kata kami berpelukan, dan terisak bersama. “Astaghfirullah…” begitu ucapnya dalam lirihnya. Setelah beliau tenang, saya berpamitan karena harus segera ke lobby.

“Maaf yaa Bu… saya jadi ngerepotin ibu,” ucapnya di akhir pertemuan kami. Saya cuma sanggup tersenyum entah kenapa dadaku pun ikut terasa sesak.

Begitulah kasih sayang seorang ibu, lamunku di eskalator.

Baru saja saya tapakkan kakiku di akhir ekskalator seseorang memanggil nama saya.

“Er….. Erny…… Erny….”

Saya menoleh ke arah suara, ternyata sepasang suami istri yang saya kenal.

“Sama siapa kamu?” Tanya mereka keheranan menatap saya.

“Sendirian,” jawab saya sambil tersenyum.

“Emang kamu sudah sehat? kok berani-beranian ke tempat gini sendirian?” tanya mereka lagi.

“Ya sehat alhamdulillah, masa sakit terus,” kata saya berseloroh.

“Er, kita udah muter-muter nih. Nyari baju buat mertua gak ketemu di sebelah mana ya tempatnya?” Tanya mereka

“Oh di lantai ini kalau banyak kan?” Jawab saya bingung karena setahu ku kita berada di sekieliling toko baju wanita.

“Ah… maksudku yang dapat 3 dengan 100 ribu aja, asal buat oleh-oleh aja buat mertua.”

Sejenak tiba-tiba leherku tercekat. Mataku menatap ke wajah suaminya. Dalam hatiku berbisik, “Hallo… Itu ibumu. Kamu hidup dalam kelimpahan harta, mobil mewah, rumah dan tanah lebih dari satu. Dan kalian berkeliling di pertokoan sebesar ini hanya demi mencari baju untuk ibumu yang bisa didapat 3 dengan harga 100 ribu?”

“Saya enggak tau di mana di sini yang bisa dapat 100 ribu 3,” cuma itu yang bisa aku ucapkan.

“Saya duluan ya. Musti buru-buru ke lobby takut dijemput. Salam buat emak,” kataku.

Entah kenapa ketika aku berjalan menuju lobby, air mataku jatuh. “Seperti itu kah kasih sayang ibu, seperti itu kah kasih sayang anak dan menantu? Seperhitungan itu kah? Semoga di hari tuaku aku tetap mendapatkan kasih sayang sewajarnya dari anak dan menantuku,” gumamku dalam hati.

“Ya Allah… berkahilah kami anak dan keturunan yang shalih, jadikanlah anak keturunan kami sebagai orang-orang bertakwa, mendirikan shalat dan anak yang berbakti pada orang tua, anak yang menjadi penyenang dunia kami dan yang dapat meringankan hisab kami kelak. Aamiin.” []

Sumber.
Kasih Sayang Ibu Tak Terkira - Islampos
6. Harga Sebuah Al-Quran. 
Foto: Aldi/Islampos
D PAGI Ini, Untuk Kesekian Kali Diriku Diminta Menemani Istriku Berbelanja. Kebetulan Setiap Akhir Pekan Selalu Ada Waktu Yang Kuluangkan Untuk Memenuhi Keinginannya, Seperti Rekreasi Atau Sekadar Membeli Kebutuhan Rumah Tangga Ke Supermarket. Istriku Termasuk Selektif Saat Membeli Produk, Contohnya Saat Membeli Pakaian, Lebih Suka Di Plaza Karena Barangnya Dianggap Mengikuti Perkembangan Mode Meskipun Harganya Sedikit Lebih Mahal. Begitu Juga Saat Membeli Kebutuhan Dapur, Lebih Suka Toko Serba Ada Semisal Indomaret, Alfamart, Atau Giant Karena Lebih Berkualitas. Aku Tak Pernah Mempersoalkan Hal Tersebut, Selagi Penghasilan Mencukupi Tentu Kebijakan Seorang Istri Harus Didukung Selama Menyaran Maksud Kebaikan.

“Ma, Hari Ini Mau Belanja Di Mana?”

“Mau Ke Bazar Buku, Kalau Beli Buku Kan Tidak Menyangkut Perut Dan Tidak Pula Kita Kenakan Seperti Halnya Pakaian Jadi Tidak Dilihat Orang Lain. Walaupun Murah, Tak Masalah Yang Penting Isi Di Dalamnya.” Sejujurnya Diriku Kurang Sependapat Dengan Pernyataan Istriku, Tetapi Berhubung Sedang Di Jalan, Diriku Menahan Diri Untuk Tidak Menyanggah. Hal Ini Kubudayakan, Apabila Ada Perbedaan Pendapat Baiknya Dimusyawarahkan Di Rumah. Takutnya Kalau Sampai Berselisih Paham Di Pinggir Jalan Kemudian Dilihat Orang Lain Justru Akan Menimbulkan Malu.

Sesampainya Di Bazar Buku, Istriku Mulai Berburu Buku-Buku Yang Diinginkannya. Uniknya Setiap Buku Yang Dibeli, Langsung Ditawar. Tidak Tanggung-Tanggung Menawarnya Kadangkala Lebih Dari Setengah Harga Jual. Sampai Ada Beberapa Penjual Yang Menggelengkan Kepala. Hebatnya Buku-Buku Itu Ada Beberapa Yang Berhasil Dibeli, Melihat Ini Diriku Baru Sadar Istriku Punya Bakat Terpendam Dalam Hal Menawar Sebuah Produk. Hingga Sampailah Kami Di Tempat Penjualan Buku-Buku Agama.

“Pak, Al-Qur’an Ini Berapa Harganya?”

“Seratus Lima Puluh Dua Ribu Rupiah, Bu?” “Mahal Sekali, Tujuh Puluh Ribu Ya?”

“Wah, Tidak Bisa Bu. Di Toko-Toko Buku Harganya Juga Seratusan Ribu.”

“Kalau Itu Juga Tahu, Tapi Ini Kan Lagi Bazar. Pastinya Diskon, Kalau Tidak, Ya Tidak Ada Bedanya Dengan Di Toko Buku. Udah Harga Pasnya Berapa?”

“Seratus Dua Puluh Ribu Saja, Bu. Itu Sudah Murah.” “Masih Mahal, Sudah Lain Kali Saja Kalau Begitu.”Astagfirullahhaladzim, Diriku Berkali-Kali Mengucap Istigfar Dalam Batin. Ingin Rasanya Diriku Menegur Istriku Pada Saat Itu Juga, Tetapi Kutahan Diri Karena Sadar Dalam Keadaan Marah. Setelah Berbelanja Sekian Lama, Akhirnya Sampailah Kami Di Rumah. Selepas Menunaikan Ibadah Shalat Dzuhur, Kupanggil Istriku Untuk Bermusyawarah.

“MA, Boleh Minta Waktunya Sebentar. Ada Yang Perlu Papa Sampaikan.”

“Ada Apa? Tumben, Serius Begitu. Adakah Hal Yang Penting?”

“Maaf, Tadi Sewaktu Di Bazar Buku, Mama Begitu Lihai Menawar, Sampai Setengah Harga. Rasanya Itu Kurang Bijaksana.”

“Kurang Bijaksana Bagaimana, Pa? Mama Hanya Ingin Mengirit Pengeluaran, Apa Salahnya?”

“Betul, Tujuannnya Baik. Kalau Untuk Buku-Buku Umum, Tidak Masalah. Tetapi Saat Mama Menawar Al-Qur’an Bahkan Sudah Dikurangi Harga Tetapi Tidak Jadi Membeli Itu Menyakiti Hati Papa.”

Istriku Menatap Wajahku Dengan Serius.“Menyakiti Hati Papa Bagaimana?”

“Al-Qur’an Itu Kitab Suci Yang Merupakan Penuntun Kita Dalam Berkehidupan. Bahkan Saat Kita Wafat, Di Alam Kubur Akan Ditanya, ‘Man Imamuka? Siapa Imammu?’ Lalu Dijawab ‘Al-Qur’an Imami. Al-Qur’an Imamku ‘ Betul Atau Tidak?”

Istriku Hanya Menganggukkan Kepala. Kemudian Diriku Melanjutkan Pembicaraan.

“Jika Demikian, Mengapa Untuk Membeli Al-Qur’an Yang Harganya Sudah Turun Pada Akhirnya Dibatalkan? Padahal, Saat Mama Belanja Pakaian, Kebutuhan Dapur Tidak Pernah Menawar Di Supermaket. Jika Alasannya Kualitas, Lalu Adakah Al-Qur’an Tidak Berkualitas Sehingga Harus Ditawar? Padahal Sudah Jelas, Al-Qur’an Merupakan Mukjizat Allah Subhana Wa Ta’ala Yang Kandungannya Tidak Tertandingi Oleh Seluruh Karya Umat Manusia.”

“Maafkan, Mama. Sungguh, Mama Tidak Bermaksud Demikian.”

“Mintalah Maaf Kepada Allah, Bermohon Ampunan-Nya. Satu Lagi, Tadi Saat Di Jalan Mama Juga Berkata Kalau Beli Buku Kan Tidak Menyangkut Perut Dan Tidak Pula Kita Kenakan Seperti Halnya Pakaian Jadi Tidak Dilihat Orang Lain. Walaupun Murah, Tak Masalah Yang Penting Isi Di Dalamnya. Jika Kita Hanya Dipandang Karena Tampilan Luar, Sementara Hati Kita Begitu Rendahnya Menilai Keutamaan Ilmu Apa Yang Patut Kita Banggakan Kepada Allah? Semoga Mama Belajar Banyak Dari Kejadian Pada

Hari Ini, Papa Juga Akan Melakukan Pendampingan Untuk Memohon Ampunan Atas Kesalahan Yang Sudah Mama Lakukan.”

Kupeluk Istriku, Air Matanya Terjatuh. Sungguh, Diriku Sebenarnya Tak Tega Menyakiti Perasaannya. Hanya Saja, Tindakannya Memang Kuanggap Melamapaui Batas.

Sedangkan Diriku Pemimpin Dalam Keluarga, Sudah Kewajibanku Untuk Menjadikannya Sebagai Makmum Rumah Tangga Yang Selalu Menuju Jalan Kebaikan Atas Izin-Nya. []

Arief Siddiq Razaan, 02 Desember 2015
Harga Sebuah Al-Quran - Islampos
7. Kajian Islam. - Hanya Allah Tumpuan Hidup Kita.
Begitu sibuknya kita dengan berbagai aktifitas keserharian, dari bekerja, belajar, aktifitas sosial dan lain sebagainya. Karenanya kadang kita lupa dan akhirnya menggantungkan rejeki pada pekerjaan, menggantungkan pengetahuan pada proses belajar dan menggantungkan berbagai kepentingan dan tujuan hidup kepada selain Allah Ta’ala. Kita sering lupa bahwa semestinya hanya Allah tumpuan hidup kita.

Dalam konteks ini Syaikh Ibn ‘Athaillah as-Sakandari berujar dengan untaian Hikam-37:


لَا تَتَعَدَّ نِيَّةُ هِمَّتِكَ إِلَى غَيْرِهِ فَالْكَرِيمُ لَا تَتَخَطَّاهُ الْآمَالُ.

“Tidaklah niat keinginanmu melampaui kepada selain Allah. Sebab berbagai angan-angan tidak akan melampaui Allah Yang Maha Pemurah.”

Kalam Hikam-37 ini sangat berkaitan dengan hikmah sebelumnya (Hikam-36), bahwa pada hakikatnya yang ada hanya Allah semata. Wujud manusia hanya merupakan anugerah-Nya. Tidak ada yang pantas dibangga-banggakan. Ilmu, kekayaan, kekuasaan dan bahkan wujudnya sekalipun, hakikatnya akan segera sirna.

Implementasi Tauhid dalam Kehidupan Sehari-hari

Sehingga bila kita benar-benar memahaminya, menurut Prof. Dr. Syaikh Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi (al-Hikam al-‘Athaiyyah Syarh wa Tahlil, II/99), semenstinya kita juga mengakui bahwa seluruh makhluk di sekeliling kita sebenarnya tidak memiliki kemampuan apapun untuk mendatangkan kebaikan dan menolak keburukan darinya.

Bagaimana makhluk mempunyai kemampuan, sementara ia sendiri tidak mempunyai kemampuan untuk mewujudkan dirinya sendiri yang menjadi sumber segala kemampuannya. Karenanya, manusia siapapun itu bergerak, beraktifitas, tumbuh dan berkembang atas qudrah Allah—subhanahu wa ta’ala—.

Hanya Allah Tumpuan Hidup Kita

Bila keyakinan seperti ini mewarnai hati kita, maka inilah tauhid yang Allah perintahkan kepada kita, yang terkandung dalam kalimat tayyibah: “La ilaaha illallaah”. Karenanya orang yang menempuh perjalanan menggapai ridha Allah akan mengamini dan mengimplementasikannya dalam segala aktifitas.

Ketika sibuk dengan urusan rejeki, ia akan memfokuskan angan-angan hatinya kepada Allah Pemilik rejeki di langit dan dibumi seiring firman-Nya:

وَلِلَّهِ خَزَائِنُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَفْقَهُونَ (المنافقون: 7)

“… dan hanya milik Allah kunci-kunci rejeki langit dan bumi, namun orang-orang munafik tidak memahaminya.” (QS. al-Munafiqun: 7)


Ketika sedang sakit dan ingin segera sembuh, ia arahkan angan-angan hatinya kepada Allah Sang Maha Penyembuh, meneladani Nabi Ibrahim—‘alaihis salam—:

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ (الشعراء: 80)

“Ketika Aku sakit, maka Allah yang menyembuhkannya.” (QS. as-Syu’ara: 80)

Ketika dalam kondisi tidak aman dan sangat butuh perlindungan, ia tujukan angan-angan hatinya kepada Allah Zat Yang Maha Pelindung, sebagaimana Allah melindungi Nabi Musa dan Nabi Harun—‘alaihimas salam—:

قَالَ لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى. (طه: 20)

“Allah berfirman: ‘Jangan kalian takut, sunggung Aku bersama kalian, Aku Maha Mendengar dan Maha Melihat.” (QS. Thaha: 20)

Pertolongan Makhluk

Bila demikian, apakah berarti kita tidak boleh meminta tolong kepada makhluk sebab akan menghilangkan penghambaan kita kepada Allah?

Syaikh al-Islam Abdullah bin Hijazi as-Syarqawi (1150-1227 H/1737-1812 M) Grand Syaikh ke-12 Universitas al-Azhar Kairo Mesir dalam Syarh al-Hikam (33) menjawab, yang dilarang adalah meminta tolong dengan maksud menjadikannya sebagai tumpuan dan sandaran sepenuhnya, serta lalai meminta tolong kepada Allah—subhanahu wa ta’ala—. Adapun meminta tolong makhluk dengan maksud menjadikannya sebagai perantara saja sementara hati tetap bertumpu dan bersandar sepenuhnya kepada Allah, serta tetap menyadari bahwa pada hakikatnya yang memberi pertolongan hanyalah Allah, maka boleh dan tidak menafikan penghambaan kepada-Nya.

Hikmah Utama

Kalam Hikam-37 menyadarkan kita, bahwa yang layak dijadikan tumpuan dan sandaran hidup hanya Allah semata. Sementara pekerjaan, pengobatan dokter, perlindungan keamanan dan sebab-sebab duniawi lainnya hanya sebagai perantara. Wallahu a’lam.
________

Sumber:

Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi, al-hikam al-‘Atha’iyyah; Syarh wa Tahlil, (Bairut-Damaskus: Dar al-Fikr, 1424 H/2003 M), II/99-101.
Abdullah bin Hijazi al-Khalwati, Syarh al-Hikam as-Syarqawi pada Syarh al-Hikam, (Singapura-Jeddah-Indonesia: al-Haramain, tth.), 33.
Fakhruddin ar-Razi, mafatih al-Ghaib, (Bairut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah,1421 H/2000 M), XXX/16.
Kajian islam
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ

رَبَّنَا ءَاتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى الله ُعَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمين

Daftar Isi Al-Quran dan Terjemahan - Silakan Klik untuk membacanya:
  1. Surat Al Fatihah (Pembukaan)
  2. Surat Al Baqarah (Sapi Betina)
  3. Surat Ali 'Imran (Keluarga 'Imran)
  4. Surat An Nisa' (Wanita)
  5. Surat Al Ma'idah (Hidangan)
  6. Surat Al An'am (Binatang Ternak)
  7. Surat Al A'raf  (Tempat Tertinggi)
  8. Surat Al Anfal (Rampasan Perang)
  9. Surat At Taubah (Pengampunan)
  10. Surat Yunus (Nabi Yunus A.S.)
  11. Surat Hud (Nabi Huud A.S.)
  12. Surat Yusuf (Nabi Yusuf A.S.)
  13. Surat Ar Ra'd (Guruh)
  14. Surat Ibrahim (Nabi Ibrahim A.S.)
  15. Surat Al Hijr (Daerah Pegunungan)
  16. Surat An Nahl (Lebah)
  17. Surat Al Israa' (Memperjalankan Di Malam Hari)
  18. Surat Al Kahfi (Gua)
  19. Surat Maryam (Maryam)
  20. Surat Thaha (Thaahaa)
  21. Surat Al Anbiya' (Kisah Para Nabi)
  22. Surat Al Hajj (Ibadah Haji)
  23. Surat Al Mu'minun (Orang Mukmin)
  24. Surat An Nur (Cahaya)
  25. Surat Al Furqaan (Pembeda)
  26. Surat Asy Syu'ara' (Penyair)
  27. Surat An Naml (Semut)
  28. Surat Al Qashash (Cerita)
  29. Surat Al 'Ankabuut (Laba-Laba)
  30. Surat Ar Ruum (Bangsa Rumawi)
  31. Surat Luqman (Luqman)
  32. Surat As Sajdah ((Sujud)
  33. Surat Al Ahzab (Golongan Yang Bersekutu)
  34. Surat Saba' (Kaum Saba')
  35. Surat Fathir (Pencipta)
  36. Surat Yaasiin
  37. Surat Ash Shaffat (Yang Bershaf-Shaf)
  38. Surat Shaad
  39. Surat Az Zumar (Rombongan-Rombongan)
  40. Surat Al Mu'min (Orang Yang Beriman)
  41. Surat Fushshilat (Yang Dijelaskan)
  42. Surat Asy Syuura (Musyawarah)
  43. Surat Az Zukhruf (Perhiasan)
  44. Surat Ad Dukhaan (Kabut)
  45. Surat Al Jaatsiyah (Yang Berlutut)
  46. Surat Al Ahqaaf (Bukit Pasir)
  47. Surat Muhammad (Nabi Muhammad SAW)
  48. Surat Al Fath (Kemenangan)
  49. Surat Al Hujuraat (Kamar-Kamar)
  50. Surat Qaaf
  51. Surat Adz Dzaariyaat (Angin Yang Menerbangkan)
  52. Surat Ath Thuur (Bukit)
  53. Surat An Najm (Bintang)
  54. Surat Al Qamar (Bulan)
  55. Surat Ar Rahmaan (Yang Maha Pemurah)
  56. Surat Al Waaqi'ah (Hari Kiamat)
  57. Surat Al Hadid (Besi)
  58. Surat Al Mujadilah (Wanita Yang Mengajukan Gugatan)
  59. Surat Al Hasyr (Pengusiran)
  60. Surat Al Mumtahanah (Wanita Yang Diuji)
  61. Surat Ash Shaff (Barisan)
  62. Surat Al Jumu'ah (Hari Jum'at)
  63. Surat Al-Munafiqun (Orang-Orang Munafik)
  64. Surat At Taghabun (Hari Ditampakkan Kesalahan-Kesalahan)
  65. Surat Ath Thalaaq (Talak)
  66. Surat At Tahrim (Mengharamkan)
  67. Surat Al Mulk (Kerajaan)
  68. Surat Al Qalam (Pena)
  69. Surat Al Haqqah (Kiamat)
  70. Surat Al Ma'arij (Tempat-Tempat Naik)
  71. Surat Nuh (Nabi Nuh A.S)
  72. Surat Al Jin (Jin)
  73. Surat Al Muzzammil (Orang Yang Berselimut)
  74. Surat Al Muddatstsir (Orang Yang Berselimut)
  75. Surat Al Qiyamah (Hari Kiamat)
  76. Surat Al Insaan (Manusia)
  77. Surat Al Mursalat (Malaikat-Malaikat Yang Diutus)
  78. Surat An Naba´ (Berita Besar)
  79. Surat An Naazi´ (Malaikat-Malaikat Yang Mencabut)
  80. Surat 'Abasa (Bermuka Masam)
  81. Surat At Takwir (Menggulung)
  82. Surat Al Infithar (Terbelah)
  83. Surat Al Muthaffifiin (Orang-Orang Yang Curang)
  84. Surat Al Insyiqaaq (Terbelah)
  85. Surat Al Buruuj (Gugusan Bintang)
  86. Surat Ath Thaariq (Yang Datang Di Malam Hari)
  87. Surat Al A´Laa (Yang Paling Tinggi)
  88. Surat Al Ghaasyiyah (Hari Kiamat)
  89. Surat Al Fajr (Fajar)
  90. Surat Al Balad (Negeri)
  91. Surat Asy Syams (Matahari)
  92. Surat Al Lail (Malam)
  93. Surat Adh Dhuhaa (Waktu Dhuha)
  94. Surat Alam Nasyrah /Al Insyirah (Bukankah Kami Telah Melapangkan)
  95. Surat At Tiin (Buah Tin)
  96. Surat Al 'Alaq (Segumpal Darah)
  97. Surat Al Qadr (Kemuliaan)
  98. Surat Al Bayyinah (Bukti Yang Nyata)
  99. Surat Al Zalzalah (Goncangan)
  100. Surat Al 'Adiyat (Kuda Perang Yang Berlari Kencang)
  101. Surat Al Qari'ah (Hari Kiamat)
  102. Surat At Takatsur (Bermegah-Megahan)
  103. Surat Al 'Ashr (Masa)
  104. Surat Al Humazah (Pengumpat)
  105. Surat Al Fiil (Gajah)
  106. Surat Quraisy (Suku Quraisy)
  107. Surat Al Ma'un (Barang-Barang Yang Berguna)
  108. Surat Al Kautsar (Nikmat Yang Banyak)
  109. Surat Al Kafirun (Orang-Orang Kafir)
  110. Surat An Nashr (Pertolongan)
  111. Surat Al Lahab (Gejolak Api)
  112. Surat Al Ikhlas (Memurnikan Keesaan Allah)
  113. Surat Al Falaq (Waktu Subuh)
  114. Surat An Naas (Manusia)
....................................

Tiada ulasan: