Sabtu, 5 Mei 2018

Astaghfirullahalazim dengan astagaaa. 7458.


DOA MOHON JAUH DARI MAKSIAT: 
"Ya Allah, kami memohon kepadaMu petunjuk sehinnga kami bertaubat senantiasa atas segala dosa dan kesalahan kami. Dan aku berlindung kepadaMu dari perbuatan maksiat dan sebab-sebabnya, dan jadikanlah kami selalu ingat kepadaMu, sebelum datangnya hasrat untuk berbuat maksiat yang penuh bahaya. Selamatkanlah dengan adanya perasaan benci selalu terhadap perbuatan maksiat serta terbitkanlah dalam hati kami adanya rasa loba untuk berbuat sebaliknya." 
نعوذ بالله من ذلك
Kami berlindung pada Allah daripada perkara (perkara buruk) tersebut 
(daripada menimpa kami). 

AAMIIN YA RABBAL ALAAMIIN. 
Sebutan yang betul..

Astaga!!!

Situasi 1 : “Astaga pok! Hujan plak petang ne.. Ndak dapat kita main bola tampar neh…”

Situasi 2:
Saudara A: “Weyh.. Ko sdah buat assignment yang pensyarah kita bagi ka?”
Saudara B: “Astagaaaaaaaa… Aku terlupa buat bah..”

Seringkali andai kita terlupa sesuatu, menerima khabaran buruk atau melakukan kesalahan, kita akan terus mengucapkan ‘Astaghfirullahalazim’.Namun, apa yang menyedihkan, zikir ini sentiasa disalah sebut atau diubah hingga     menjadi sebutan yang berlainan seperti ‘astaga’, ‘’astagaaaaa’, ‘astaganaga’ dan yang paling pendek istighfar yang diucapkan ialah ‘astag..’. Dan ada juga yang melafazkan dengan sebutan yang salah iaitu astaufirullahalhazim. Sebutan yang sebenar ialah "astaghfirullahal'aziim", iaitu huruf "ghain" bukan huruf "wau".

Yang mengecewakan, umat Islam sendiri yang menyebutnya seperti itu. Tidakkah anda terfikir apakah maksud yang anda ucapkan sedemikian rupa? Sejujurnya, saya sendiri tidak mengetahui maksud zikir yang telah diubah sebutannya melainkan yang telah diajar oleh Nabi junjungan kita. Ucapan—ucapan ini telah menjadi tabiat atau kebiasaan oleh orang sekeliling. Oleh itu, melalui risalah ini saya akan membetulkan apa yang telah menjadi tabiat atau kebiasaan yang tidak boleh diteruskan.

Melalui buku Indahnya Hidup Bersyarat karangan Dato’ Ismail Kamus, istighfar bermaksud menundukkan hati, jiwa dan fikiran terhadap Allah dalam memohon keampunan atas segala dosa serta kesilapan yang dilakukan. Allah SWT dengan sifat-Nya yang Maha Pengampun, Pengasih dan Penyayang membuka peluang kepada insan untuk memohon keampunan pada setiap waktu dan di mana saja mereka berada. Firman Allah:

'Dan mohonlah ampun kepada Allah, sesungguhnya Dia Maha pengampun lagi Maha mengasihani’.  (Surah al-Muzammil:Ayat 20)

Selain memohon keampunan daripada Allah S.W.T, beristighfar juga adalah pembuka pintu rezeki seperti hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Daud, An-Nasa'i, Ibnu Majah dan Al-Hakim dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu 'anhuma ia berkata, Rasulullah S.A.W bersabda yang bermaksud:

“Barangsiapa memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah nescaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar dan untuk setiap kesempitannya kelapangan dan Allah akan memberinya rezeki (yang halal) dari arah yang tidak disangka-sangka."

Beristighfar adalah amalan yang dtuntut dalam agama Islam. Pelbagai hikmah yang diperolehi hasil daripada beristighfar iaitu dapat membanteras tipu daya syaitan yang selama ini memerangkap manusia dengan dosa, meningkatkan ketaqwaan diri, mendekatkan diri dengan Allah  dan menghidupkan jiwa yang  resah kerana dosa.
Oleh itu, marilah sama-sama kita memperbetulkan ucapan lafaz istighfar kita mulai saat ini. Lafazkan istighfar yang bermakna. Usahlah dipermain-mainkan dengan sengaja. Dosa akan mengiringi kita jika kita sengaja menyebutnya dengan salah. Jadilah hamba Allah yang lidahnya sentiasa basah dengn berzikir kepada Allah. Semoga kita mendapat keampunan dan rahmat  daripada Nya. Wallahualam.


Sumber : Dato’ Ismail Kamus & Mohd Azrul Azlen Ab.Hamid, Indahnya Hidup Bersyariat, (2009). 


ref: 
J - Surau Nurul Yaqin: Astaga!!!

Ucapan Istighfar yang betul ialah Astaghfirullahalazim. 

Membahas Seputar SWT, SAW, ASTAJIM dan ASTAGA NAGA

Kali ini, dengan sedikit pengetahuan saya akan bahasa kita, akan membahas tentang beberapa kata atau kalimat masyhur di kalangan manusia, pribumi tanah air kita. Berikut yang saya maksud:

--> SWT
--> SAW
--> Astajim
--> Astaga (Naga)

PERTAMA : SWT

SWT adalah singkatan dari 'Subhanahu Wa Ta'ala'. Singkatan pengagungan terhadap Allah Ta'ala. Jika pengagungan terhadap Sang Pencipta saja pakai singkatan, maka jangan salahkan bapak enggan mengandung ketika hal-hal lain yang bersifat penghambaan dan peribadatan juga disingkat. Apalagi?

Pernah dengar dzikir 'Allahu allahu allahu'?
Pernah dengar dzikir 'Hu hu hu hu?' atau 'huwa huwa huwa'?

Makin lama, beberapa manusia makin minimalis soal ibadah, namun maksimalis soal bid'ah. Ketika ditawarkan sunnah, mencukupkan diri pada tradisi dan bid'ah. Jika disuruh meninggalkan bid'ah, menawarkan proposal bid'ah hasanah. Jika dikatakan setiap bid'ah itu dhalalah, mengacungkan diri sebagai pengikut madzhab Syafi'iyyah. Lalu, jika sudah bermadzhab Syafi'iyyah, sudah bisa membela bid'ah hasanah, maksimalis soal bid'ah, minimalis dalam bersunnah, plus dan bonus oleh beberapa, bisa menyingkat pengagungan untuk Allah.

What a mess!

Kenapa SWT mirip dengan SWJ? Tanyakan pada saudara-saudaraku di aSWaJa. Mereka pakar dalam hal ini.

Note: Yang Meng-SWT kan lafadz jalalah bukan saudara-saudaraku dari kalangan itu saja; melainkan masyhur di keumuman rakyat. Baiknya, kita beri pemahaman pada manusia dan moga-moga manusia menerima.

KEDUA: SAW

Tak cukup menyingkat pengagungan terhadap Allah dengan SWT, shalawat atas Nabi pun jadi singkatan. Shallallahu alaihi wa sallam. Jadinya: SAW. Irit, minimalis dan monopolis. Untuk urusan ini, dianggap tidak apa-apa disingkat. Namun jika menyebut pengagungan terhadap Kyai atau Habib, misalnya, bagusnya dengan begini: Asy-Syaikh Al-Allamah Al-Habib Mastur Al-Khodhrowat Al-Baadzinjaany. Tidak pakai singkatan. Karena kalau disingkat, tidak ihtiram, tidak hormat dan tidak sopan terhadap 'Sang Mursyid'.

Sembari menyingkat-nyingkat shalawat, sembari itu pula mengklaim diri atau golongannya sebagai pecinta Nabi, pecinta Rasul, pecinta shalawat dan pecinta bid'ah hasanah. Good instict!

Apa arti SAW dari English?

Baiklah. Anda akan berkata, "SWT dan SAW hanya kita gunakan pada penulisan, bukan dengan lisan."

Tidak baiklah. Kenapa begitu? Karena kepanjangan?

Anda menjawab, "Cukup panjang. Terutama saat SMS."

Tidak cukuplah. Jika pengagungan terhadap Rabb semesta dan juga Rasul-Nya saja berani disingkat, maka seharusnya kalimat-kalimat non-pengagungan lebih Anda beranikan diri tuk menyingkatnya. Misalnya:

"Habib, kami anak nakal suatu saat akan sadar."

Singkat saja menjadi: "Habib, kansas!"

Dan betapa nakalnya kita jika pengagungan dan shalawat disingkat-singkat dengan alasan panjangnya, capek ngetiknya dan sebagainya. Giliran main PS, chat dengan lawan jenis, rasanya sulit pakai singkatan. Tidak capai menekan dan mengetik. Kamu memang nakal dan sampai sekarang tidak sadar-sadar.

KETIGA : ASTAJIM!

Nah, ini lagi pragmatisme yang negatif, konyol dan perlu dididik.

Astajim adalah singkatan astaghfirullah al-adziim. Artinya: "Aku meminta ampunan pada Allah Yang Maha Agung." Kenapa minta ampunan kok disingkat-singkat? Bukannya ampunan yang didapat, malah kemurkaan yang terdapat. Tidak ada alasan, 'Ini cuma ekspresi ketakjuban, kekecewaan dan kekagetan. Tidak bermaksud istighfar sebenarnya. Tidak bermaksud minta ampun.'

Tidak layak alasan itu. Karena sudah maklum di kalangan kaum muslimin, baik alimnya hingga jahilnya, baik melaratnya hingga keparatnya, baik salehnya maupun mbalelonya, bahwa kalimat semacam ini memiliki kesakralan, seperti kalimat basmalah, kalimat syahadat, bahkan kalimat 'ushally fardhal ashry arba'a raka'aatin mustaqbilal qiblati lillaahi ta'ala' hingga 'nawaitu shauma ghadin an adaa'i fardhi syahry ramadhaana hadzihis sanati lillaahi ta'ala'.

Dua kalimat pertama memiliki kesakralan karena ada nash-nya.
Dua kalimat terakhir dianggap sakral karena ada tradisi-nya.

Namun, apa berani mengatakan 'Bishim'? Dan apa berani menyingkat kalimat syahadat?

Berani menyingkat niat shalat menjadi 'ushfarmusblat' atau niat puasa menjadi 'nawasharasan' dan lain-lain?

Tidak berani, bukan? Apalagi jika sudah tradisi dan anjuran para kyai. Tidak berani.

Lalu, mengapa berani ber-'astajim'?

KEEMPAT: 'ASTAGA'

Astaga juga merupakan singkatan dari kalimat istighfar. Ia hanya didapat di Indonesia dan Malaysia. Astaga juga digunakan sebagai ekspresi ketakjuban, kekagetan atau kekecewaan. Kenapa Astaga? Kenapa bukan Astagfir?

Karena SEBAGIAN orang jaman dahoeloe, mengatakan 'AstaghAfirullah'. Yakni: ada sempilan A di antara GH dan F. Ini menjadi tradisi di beberapa daerah masa lalu. Karena itu, kalau Anda melihat film-nya Bunyamin, dia menyebut 'Istighfar' dengan 'Istighafar'. Ada A nya. Secara keaslian, ini menyalahi keaslian. Namun, moga-moga termaafkan, karena memang kadang manusia non-Arabic kesulitan memfasihkan dan melafalkan kata atau kalimat Arabic dengan sempurna. Terlebih, zaman dahulu kursusan Arabic sulit sekali didapat. Jangan dahulu, wong sekarang sudah tersedia kursusan Arabic saja, masih banyak yang ngacir pergi ke laut, kok. Sudah gitu, merasa diri sebagai thalibul ilmi sambil melarang-larang orang untuk tidak bertaqlid pula. Padahal, dia sendiri murni muqallid.

(Bab Taqlid dalam banyak kitab Ushul Fiqh ditempatkan di terujung terakhir. Selain ada yang emoh belajar Ushul Fiqh, banyak juga dari kalangan ''muttabi'' (baca: orang-orang awam yang merasa selain golongannya adalah awam) yang baru belajar beberapa lembar kitab ringkasan Ushul Fiqh, sudah merasa berilmu tinggi.)

Maka, jadilah Astaga.

Diperjelek dengan penambahan Naga. Jadilah frasa Astaga Naga. Artinya? Maksudnya? Unknown! Dalam beberapa kesempatan, orang Indonesia suka sekali menambahkan kata demi pengiramaan semata. Maknanya tak bertambah. Contoh semacam Astaga Naga:

--> Pengiramaan huruf pertama kata : "PUCAT PASI" (keseragaman huruf P)
--> Pengiramaan dua huruf awal kata : "GUNDAH GULANA" (keseragaman GU)
--> Pengiramaan tengah dan akhir kata: "ASAL USUL" (keseragaman huruf S dan L)
--> Pengiramaan tradisional berkaitan kesukuan: "JAJA MIHARJA" "CECEP GORBACEP" "ICE JUICE"

Pucat adalah sinonim Pasi. Gundah adalah sinonim Gulana. Asal adalah sinonim Usul. (Asal dan Usul berasal dari Arabic. Asal adalah bentuk tunggal atau singular dari Ushul) Tapi, hal-hal di atas masuk dalam ranah murni bahasa dan tradisi, tidak ada unsur atau asal peribadatan di dalamnya. Berbeda dengan ASTAGA NAGA! Secara zahir, semua muslim, baik pucat pasi hingga gundah gulananya, mengerti dan bisa mengira itu berasal dari Astaghfirullah!

Kalau begini, TINGGALKAN wahai kalian yang masih memakai kata 'Astaga'.

UNTUK YANG MENGGUNAKAN SAW DAN SWT. 

Kini, kita lagi-lagi beralih ke penggunaan SAW dan SWT. Kalian, wahai saudara-saudaraku, yang masih menggunakan SAW dan SWT, harap-harap berfikir lagi dan tidak usah berdalih 'simplicity', ekonomis dan semacamnya. Apalagi sampai berdalih begini, 'Saya sudah belajar Fiqh Perbandingan!' yang seolah mengatakan, 'Saya sudah banyak belajar madzhab-madzhab, dan tahu banyak pendapat ulama beserta perbedaannya. Tidak usah ajari dan tidak usah mendikte saya; karena saya sudah terbiasa berlaku munshif (adil dan legowo) dalam berbeda pendapat!'

Saudaraku, ini bukan masalah ekonomis atau sudah belajar banyak. Saya tanya balik. Begini:

"Apakah berselawat dengan SAW SAW SAW di ceramah khatib mimbar Jum'at itu berpahala dan diterima selawatnya?"

Jawabanmu: "Kami tidak ber-SAW di lisan. Tetapi hanya di tulisan."

"Kenapa cuma di tulisan? Memangnya di lisan tidak boleh?"

Jawabmu: "Bukan tidak boleh."

"Lalu apa? Tidak layak? Khatib menggunakan SAW tidak layak ya di depan umum?"

Jawabmu: "Ya, tidak layak!"

"Lalu, kenapa layak di tulisan, tetapi tidak layak di lisan. Apa shalawat masa kini ada aturan kelayak dan ketidaklayakan yang sudah di-update oleh para kyai?"

Speechless?

"Baik. Saya tanya lagi padamu, saudaraku. Kita -sebagai muslim- kudu banyak-banyak istighfar, bukan?"

Jawabmu: "Tentu saja!"

"Baik. Kalau saya bilang 'istighfar' 'istighfar' 'istighfar' sampai 70 kali, apa pahala istighfar 70 kali saya dapat?"

Jawabmu: "Istighfar itu ya 'astaghfirullahal adzim'. Kalau cuma istighfar istighfar istighfar, itu mah bukan kalimat yang dianjurkan!"

"Baik. Tapi, kalau saya bilang 'astajim' 'astajim' 'astaga' 'astaga', kira-kira itu berpahala ga sebagai istighfar?"

Jawabmu: "Ya Allah! Itu mah singkatan. Singkatan tidak mewakili!"

"Berarti harus komplit ya? Astaghfirullahal adziim?!"

Jawabmu: "Ya iyalah! Masa ya brondong!"

"Meskipun cuma nulis 'Astajim' doank, bukan dengan lisan, tetap ga mewakili?!"

Jawabmu: "Tidak mewakili! Itu singkatan dibuat-buat orang-orang saja!"

"Terus, kenapa SWT dan SAW diperbolehkan dalam tulisan?"

Speechless.

"Kira-kira SWT dan SAW sebagai 'singkatan'. Once again: 'sing-ka-tan'. Kira-kira keduanya mewakili kepanjangannya, gak?"

Speechless.

"Atau, gini aja deh yang lebih bermasyarakat dan merakyat. Kira-kira ASWAJA itu sendiri sebagai singkatan, mewakili Ahlus Sunnah wal Jama'ah ga?"

Don't take it so seriously
Seriously don't you take it so

ref: 
(3) Membahas Seputar SWT, SAW, ASTAJIM dan ASTAGA NAGA

Nauzu billahi min zalik ertinya : Kami berlindung pada Allah daripada perkara (perkara buruk) tersebut (daripada menimpa kami). 

Dalam kesempatan ini, kajian utama kita akan membahas sesuatu yang punya korelasi kuat dengan judul sinetron tersebut, yaitu istighfar. Ya … istighfar adalah sebutan dari kalimat yang berbunyi Astaghfirullahalazim.

Kalimat yang tidak asing di telinga kita, kalimat yang telah banyak membasahi bibir kaum Mukmin, kalimat yang lazim diucapkan oleh setiap orang yang setelah shalat lima waktu. Kalimat yang sering dipelesetkan oleh anak-anak remaja zaman sekarang, terutama mereka yang ada di kota, dengan bunyi Astaga, dan juga Astajim. Janganlah mempermainkan hal ini, karena bisa berdosa besar. (Nauzubillahiminzalik)

Astaga tidaklah sama dengan Astaghfirullah, apalagi sampai berucap Astajim. keduanya juga tidak sepadan dengan kata istighfar. Antara keduanya tidak ada kaitannya sama sekali, baik dilihat dari sisi fungsi atau arti. Astaga biasanya diucapkan saat terkejut, dan bersifat Latah. bukan karena bermaksud minta ampun kepada Allah.

Fungsinya sebagai ungkapan keterkejutan atau keheranan. Sedangkan Astaghfirullah punya fungsi yang mulia dan suci. Bukan diucapkan saat terkejut atau heran, tapi diucapkan saat kita menyadari akan dosa-dosa yang telah kita lakukan, agar diampuni oleh Allah SWT. Dan juga berfungsi sebagai kalimat dzikir, yang sudah seharusnya menjadi ucapan rutin kita dalam kehidupan sehari-hari.

Arti dari Astaga kalau menurut Kamus Bahasa lndonesia adalah cakapan kependekan daripada Astagh-firullah (Kamus Umum Bahasa lndonesia: 86). Tapi menurut Majalah Ghoib, definisi itu sebenarnya tidak tepat. Karena sebutan yang tepat untuk Astaghfirullah adalah Istighfar, bukan Astaga. Sebagaimana Bismillahirrahmaniraahim disebut Basmalahatau
Alhamdulillahirabbil ‘alamin disebut Hamdalah dan yang lainnya.

Arti yang sebenarnya dari Astaghfirullah yang berbahasa Arab tersebut adalah “Aku memohon ampunan kepada Allah”. Dan arti tersebut tidak akan terwakili sama sekali dengan rangkaian hurufAstaga, apalagi jika ditambah dengan Astaga Naga.

Astagfirullah adalah bagian dari ungkapan taubat seseorang kepada Allah atas dosa-dosa yang telah dilakukannya, baik dosa besar maupun dosa kecil.

Allah berfirman,
“Dan hendaklah kamu meminta ampun (beristighfar) kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya ...” (QS. Hud: 3).

Rasulullah SAW telah bersabda,
“Tidaklah seseorang yang telah berbuat dosa, lalu ia berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, lalu ia shalat dua rakaat dan beristighfar (mohon ampun kepada Allah), kecuali Allah mengampuninya.” (HR. Tirmidzi, lbnu Majah dan Nasa’i dengan sanad yang shahih).

Astaghfrillah juga merupakan ungkapan yang sangat ditakuti lblis dan anak buahnya. Kalau seseorang senantiasa memperbanyak istighfar, maka lblis akan berputus asa. Bagaimana lstighfar bisa menjadi penawar godaan lblis terhadap kita?

Simak dan panteng terus kajian kita kali ini!

Semoga menjadi pelajaran berharga bagi kita kaum muslim, agar tidak meremehkan kalimat istighfar tersebut, dan senantiasa mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Insya Allah.. Sumber 

ref: 
Ucapkan ASTAGHFIRULLAH bukan ASTAGA maupun ASTAJIM ~ Nasihat Remaja Muslim

... 

Tiada ulasan: