Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengungkit tentang labanya terhadap Kerajaan Arab Saudi dan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud yang tidak setimpal dalam mempertahankan kerajaan beraja tersebut. Hal ini menjadi ruang dan kesempatan Iran menawar diri. Ada udang sebalik batu?
Iran: Sebut Tak Bisa Bertahan 2 Minggu, Trump Permalukan Saudi
views: 5.704

Komentar itu disampaikan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif melalui Twitter. Menurutnya, keamanan nasional sebuah negara tidak dapat dialihdayakan.
"Presiden Trump berulang kali mempermalukan orang-orang Saudi dengan mengatakan mereka tidak bisa bertahan dua minggu tanpa dukungannya. Ini adalah pembalasan atas delusi bahwa keamanan seseorang dapat dialihdayakan," tulis Zarif di akun Twitter-nya, @JZarif, Rabu (4/10/2018).
"Kami kembali mengulurkan tangan kami kepada tetangga kami; mari kita membangun 'kawasan yang kuat', dan hentikan kesombongan ini," lanjut Zarif.
Komentar Zarif muncul setelah Presiden Trump dalam rapat umum di Southaven, Mississippi, mengatakan bahwa Raja Salman dari Arab Saudi tidak akan tetap berkuasa selama dua minggu tanpa dukungan AS. Menurut Trump, kerajaan tersebut perlu membayar lebih untuk perlindungan AS.
"Kami melindungi Arab Saudi...Dan saya mencintai raja, Raja Salman. Tapi saya berkata, 'Raja, kami melindungi Anda. Anda mungkin tidak berada di sana selama dua minggu tanpa kami; Anda harus membayar untuk militer Anda'," kata Trump kepada para pendukungnya, yang diberitakan Reuters.
Presiden AS tidak merinci kapan tepatnya dia mengatakan hal itu kepada Raja Salman.
"Saya katakan, 'raja, Anda punya triliunan dolar. Tanpa kita, siapa yang tahu apa yang akan terjadi?' Bersama kami mereka benar-benar aman. Tetapi kami tidak mendapatkan apa yang seharusnya kami dapatkan," imbuh Trump.
Pernyataan Trump tentang Arab Saudi, pengekspor minyak utama dunia dan salah satu negara terkemuka OPEC, menyusul kritiknya terhadap negara-negara anggota OPEC dalam pidatonya di Majelis Umum PBB di New York pada bulan September. Presiden AS itu menyalahkan OPEC karena tingginya harga minyak.
"Kami mempertahankan banyak dari negara-negara ini untuk tidak ada apa-apanya, dan kemudian mereka mengambil keuntungan dari kami dengan memberi kami harga minyak yang tinggi. Tidak baik. Kami ingin mereka berhenti menaikkan harga; kami ingin mereka mulai menurunkan harga," kata Trump.
(mas)
Iran: Sebut Tak Bisa Bertahan 2 Minggu, Trump Permalukan...
https://international.sindonews.com/read/1343782/43/iran-sebut-tak-bisa-bertahan-2-minggu-trump-permalukan-saudi-1538696756
BERITA TERKAIT
- 'Surat Tuhan' Einstein Dilelang Rp22,7 Miliar di New York
- Abaikan AS, Putin dan PM India Bersiap Teken Pembelian S-400 Rusia
- Seorang Tentara AS Tewas dalam Aksi Tempur di Afghanistan
- Burung-burung Mabuk Menyebabkan Kekacauan di Kota AS
- AS Dakwa 7 Intel Militer Rusia atas Peretesan Situs OPCW
- Jenderal AS: S-300 Rusia Pelindung Kejahatan Suriah dan Iran
- Menanti Bukti Jet Siluman F-35 Israel Pecundangi S-300 Rusia di Suriah
BACA JUGA
- MuhaiminReportase
- India Usir 7 Muslim Rohingya ke Myanmar, Kelompok HAM Cemas
- Menanti Bukti Jet Siluman F-35 Israel Pecundangi S-300 Rusia di Suriah
- Gempa dan Tsunami Palu, Inggris Bantu Indonesia Rp60 Miliar
https://disq.us/?url=https%3A%2F%2Finternational.sindonews.com%2Fread%2F1343756%2F42%2Fjenderal-as-s-300-rusia-pelindung-kejahatan-suriah-dan-iran-1538682196&key=ug_VcVNRWSkJ37fNnmYtxQ
https://disq.us/?url=https%3A%2F%2Finternational.sindonews.com%2Fread%2F1343741%2F40%2Fgempa-dan-tsunami-palu-inggris-bantu-indonesia-rp60-miliar-1538673292&key=7CkT2FytxiOkdoVTQHmRJw
https://disq.us/?url=https%3A%2F%2Finternational.sindonews.com%2Fread%2F1343699%2F42%2Fmattis-tuding-rusia-langgar-perjanjian-senjata-nuklir-1538661387&key=Xiuvh2-YfTeH7PyvE3YMRg
https://disq.us/?url=https%3A%2F%2Finternational.sindonews.com%2Fread%2F1343746%2F43%2Fmenanti-bukti-jet-siluman-f-35-israel-pecundangi-s-300-rusia-di-suriah-1538676850&key=qbBO3redeaxEt9L-SMclMg
Keperkasaan Dolar AS Mulai Memudar
Keceriaan Anak-Menantu dan Cucu Ratna Sarumpaet Liburan ke Luar Negeri
Wartawan Arab Saudi Hilang Secara Misterius di Turki
5 Fakta Penangkapan Ratna Sarumpaet
Harga Minyak Jatuh dari Level Tertinggi, Ini Penyebabnya
DW News
- Kisah Mendebarkan Kru KM Sabuk Nusantara Saat Dihantam Tsunami
- Peretasan Facebook: Irlandia Investigasi Kegagalan Pengamanan Data Pribadi
- Inggris dan Australia Tuduh Rusia Lakukan Serangkaian Serangan Cyber
- Di Tengah Perselisihan Tajam, Jerman dan Israel Kembali Gelar Pertemuan
- Kolom Abu Setinggi 6 Km, Maskapai Diminta Waspadai Soputan
BERITA TERKINI
- Tak Wajar, Ilmuwan Dunia Heran dengan Tsunami Dahsyat di Palu
- 'Surat Tuhan' Einstein Dilelang Rp22,7 Miliar di New York
- Panti Pijat Seks di Malaysia Digerebek, Wanita Indonesia Ditangkap
- Abaikan AS, Putin dan PM India Bersiap Teken Pembelian S-400 Rusia
- Erdogan: Pasukan Turki Takkan Tinggalkan Suriah sampai Ada Pemilu
- Seorang Tentara AS Tewas dalam Aksi Tempur di Afghanistan
- Burung-burung Mabuk Menyebabkan Kekacauan di Kota AS
Erdogan: Kami Tak Akan Tinggalkan Suriah Sampai Pemilu Digelar
KIBLAT.NET, Istanbul – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, Kamis (04/10), bahwa Turki tidak akan meninggalkan Suriah sebelum rakyat Suriah menggelar pemilu.
“Ketika rakyat Suriah menggelar pemilu, kami akan menyerahkan Suriah kepada pemiliknya setelah mereka mengadakan pemilihan,” kata Erdogan di sebuah forum di Istanbul, seperti dilansir dari Reuters.
Erdogan sepakat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin bulan lalu untuk membentuk zona demiliterisasi di antara wilayah pejuang oposisi dan pemerintah di Suriah utara. Turki menempatkan militernya di wilayah Afrin di barat laut Suriah dan di sebelah timurnya di sekitar Jarabulus.
Erdogan juga mengatakan bahwa Turki tidak memiliki kesulitan dalam mengadakan pembicaraan dengan kelompok “militan” di Idlib, wilayah besar terakhir yang masih di bawah kendali oposisi bersenjata.
Turki sendiri telah mengamini Hai’ah Tahrir Al-Syam (HTS), oposisi jihadis yang mengontrol mayoritas Idlib, sebagai bagian dari kelompok “teroris” pada Agustus lalu. Keputusan itu sejalan dengan resolusi PBB dan keinginan Amerika Serikat serta Rusia, dua Negara besar yang turut bermain di Suriah.
Erdogan dan Putin menyetujui sejumlah poin kesepakatan terkait Idlib pada pertemuan Sochi bulan lalu. Poin penting kesepakatan itu membentuk zona demiliterisasi seluas 15 hingga 20 kilometer di garis kontak wilayah oposisi dan rezim. Tak boleh ada kelompok jihadis atau senjata berat di zona tersebut.
Erdogan menjelaskan bahwa pihaknya memiliki sedikitnya 12 pos pemantau militer di Idlib. Sementara Rusia mengelola 10 dan Iran enam pos lainnya. Pos-pos itu dibangun berdasarkan kesepakatan Konferensi Astana, yang digelar Rusia, Turki dan Iran.
Sumber: Reuters
Redaktur: Sulhi El-Izzi
Redaktur: Sulhi El-Izzi
https://www.kiblat.net/2018/10/05/erdogan-kami-tak-akan-tinggalkan-suriah-sampai-pemilu-digelar/
.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan