Jumaat, 19 Oktober 2018

Untuk termasuk dalam kalangan yang beruntung di Akhirat kelak. In Syaa Allah. Aamiin Ya Allah. 8465.


Foto Terapi Nur Syifa.
Dunia kamarnya (bilik) syaitan laknatullah
“Bukanlah kefakiran yang aku khawatirkan atas kalian. Namun aku khawatir akan dibentangkan dunia kepada kalian sebagaimana telah dibentangkan kepada orang-orang sebelum kalian, lalu kalian berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana orang-orang sebelum kalian, maka dunia itu akan membinasakan kalian sebagaimana dia telah membinasakan orang-orang sebelum kalian.” (HR. Bukhari, Muslim)

Terapi Nur Syifa - Siaran
https://www.facebook.com/TerapiNurSyifa/photos/rpp.420778701355702/1546477765452451/?type=3&theater

Dakwah, Iqamatul Hujjah dan Jihad, Tiga Tahapan Penegakan Islam
 Jum'at, 19 Oktober 2018 11:00
Foto: Al-Quran, pemandu perjuangan Islam
KIBLAT.NET – Sebuah riwayat menyebutkan, ketika Nabi ﷺ melakukan perjalanan dalam haji wada, beliau meminta Abdullah bin Abbas RA mengambilkan beberapa batu untuk melontar jumrah. Setelah melontar, lisan beliau mengucap nasihat bagi para sahabat, “Wahai sekalian manusia, jauhilah sikap ghuluw (melampaui batas) dalam agama. Sesungguhnya perkara yang membinasakan umat sebelum kalian adalah sikap ghuluw dalam agama.” (HR. Ibnu Majah)

Selain adanya larangan bersikap ghuluw, Rasulullah ﷺ juga berulang kali mengingatkan para sahabat agar tidak memberatkan diri dalam beramal. Baik dalam beribadah maupun dalam muamalah, semuanya harus dilakukan dengan tuntunan yang telah Rasulullah ﷺ contohkan.

Demikian juga dalam penegakkan syariat, dakwah atau upaya untuk mengembalikan syariat agar tegak kembali secara kaffah juga harus dilandaskan kepada tuntunan yang dicontohkan Nabi ﷺ . Tidak boleh ghuluw (berlebih-lebihan) atau gegabah dalam bertindak. Ghuluw di sini bermakna ingin mendakwahkan syariat dengan cara-cara yang melampaui batas yang telah dituntun Nabi ﷺ Seperti lebih suka menghakimi/memvonis daripada menyampaikan hujjah atau mengedepankan konfrontasi daripada dakwah. Sikap seperti ini jelas bertentangan dengan cara yang dikehendaki Islam.

Karena itu, upaya mengembalikan syariat agar bisa diamalkan secara kaffah, butuh formulasi yang tidak menyimpang dari kehendak islam itu sendiri. Syaikh Safar Al-Halawi, dalam buku Al-Muslimiun Wal Hadharah Gharbiyah, menuliskan bahwa upaya untuk mengembalikan syariat Islam agar tegak dengan sempurna harus dilalui secara bertahap (tadarruj). Menurutnya, secara umum ada tiga tahapan yang perlu diperhatikan oleh setiap mukmin:

Tahapan dakwah

Dakwah merupakan jihad pemikiran, yaitu menyampaikan ilmu dengan menawarkan nilai-nilai Islam. Tahapan ini harus dilalui walaupun butuh waktu yang lama dengan kondisi yang terus berubah-ubah. Butuh upaya yang sungguh-sungguh dalam menjalankannya. Sebab, dakwah bukanlah tugas yang mudah. Ia merupakan jalan yang cukup panjang, berliku, menanjak penuh rintangan dan cobaan. Karena itu, jalan yang berat ini hanya mampu dipikul oleh para nabi dan orang-orang yang istiqomah menapaki petunjuk mereka.

قُلْ هَـٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّـهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللَّـهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Katakanlah: “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS. Yusuf: 108)

Dalam ayat di atas, seorang mukmin dituntut untuk mengikuti tuntunan Rasulullah ﷺ dalam berdakwah. Yaitu atas dasar bashirah; ilmu dan keyakinan. Dalam makna lain, dakwah merupakan tuntutan iman, yang jika seorang mukmin meninggalkan kewajiban dakwah berarti ada masalah dengan keimanannya. Dalam berdakwah perlu didasari dengan ilmu yang lurus.

Tentang bagaimana metode yang diterapkan para nabi dalam menyampaikan dakwah, dalam Al-Quran, Allah ta’ala menurunkan sebuah metode yang tepat dalam menyampaikan misi dakwah. Allah Ta’ala berfirman:

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125)

BACA JUGA  Editorial: Menyintas di Atas Cincin Api

Seruan dakwah harus dilaksanakan dengan lemah lembut dan bijaksana. Tidak memaksa dan tidak pula langsung menghakimi sesat bagi yang berseberangan dengan seruannya. Ketika menafsirkan ayat di atas, Ibnu Katsir menerangkan, “Allah Ta’ala memerintahkan Nabi ﷺ untuk bersikap lemah lembut, seperti halnya yang telah Dia perintahkan kepada Musa dan Harun, ketika keduanya diutus Allah Ta’ala kepada Fir’aun, yang kisahnya disebutkan dalam firman-Nya:

“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (Thaha: 44) (Tafsir Ibnu Katsir, 4/613)

Sehingga dalam tahapan dakwah ini, seorang da’i harus merangkul umat, menjaga ikatan persaudaraan dan mencari titik simpul yang mampu menyatukan seluruh umat Islam. Harapannya, melalui tahapan ini, umat tersadarkan dengan pentingnya penegakkan syariat dalam hidup mereka. Karena itu, prinsip dalam tahapan ini harus sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Nabi ﷺ :

بَشِّرُوا وَلَا تُنَفِّرُوا ، وَيَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا

“Beri kabar kabar gembiralah dan jangan buat ia kabur, mudahkanlah dan jangan mempersulit,” (HR. Muslim)

Tahapan Iqamatul Hujjah (menegakkan hujjah)

Yaitu perpanjangan dari tahapan yang pertama. Ini dilakukan setelah jalan dakwah dirasa sudah buntu. Menegakkan hujjah dilakukan terhadap mereka yang terindikasi syubhat dan menentang seruan dakwah atau bagi mereka yang membutuhkan dialog dan tukar pikiran. Tata caranya pun harus dimulai dengan cara yang baik dan tidak lepas dari norma-norma akhlak karimah.

Ketika menjelaskan QS. An-Nahl: 25 di atas; ‘Dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik,’ Ibnu Katsir menuliskan, ‘Barangsiapa yang membutuhkan dialog dan tukar pikiran, maka hendaklah dilakukan dengan cara yang baik, lemah lembut, serta tutur kata yang baik. Yang demikian itu sama seperti firman Allah Ta’ala: “Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang dhalim di antara mereka,” dan ayat seterusnya.” (QS. Al-‘Ankabuut: 46) (lihat: Tafsir Ibnu Katsir, 4/613)

Dalam ayat lain Allah ta’ala berfirman:

“Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Quran dengan jihad yang besar.” (Al-Furqan: 52)

Sehubungan dengan pengertian ini, Ibnu Qayyim menjelaskan, “Tidak diragukan lagi bahwa perintah jihad mutlak datang setelah hijrah. Adapun jihad hujjah (jihad keterangan) diperintahkan sejak di Mekah dengan firman-Nya,”Maka janganlah kami mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al-Quran dengan jihad yang besar.” inilah surah makiyyah, dan jihad di dalamnya adalah jihad tabligh dan jihad hujjah,” (Ibnu Qayyim, Zadul Ma’ad, 2/30)

Maknanya, tahapan iqamatul hujjah ini masih dalam katagori jihad pemikiran. Tidak ada kekerasan di dalamnya. Seorang da’i hanya berhak menyampaikan argumentasi sesuai dengan tingkat logika lawan yang dihadapi.

Tahapan Muqawamah (perlawanan)

Tahapan ini merupaka tahapan terakhir yang harus ditempuh umat islam dalam berdakwah. Sebab, bagaimana pun juga perjalanan dakwah selalu dihadang oleh musuh yang tidak ingin tegaknya Islam di muka bumi ini. Ketika dakwah dengan hujjah (argumentasi) tidak lagi efektif, justru yang diperoleh umat Islam diserang dan intimidasi, maka di sinilah perlunya tahapan muqawamah (perlawanan). Oleh sebab itu, penjagaan terhadap Islam tidak cukup hanya dengan dakwah, namun juga harus dikawal oleh jihad fi sabilillah. Allah ta’ala berfirman:

BACA JUGA  Gempa Bumi, Ketika Manusia Mempertentangkan Sains dan Kuasa Allah

“Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Seungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al-Hajj: 40)

Imam Al-Qurthubi berkata, “Seandainya Allah ta’ala tidak mensyariatkan jihad untuk memerangi musuh, niscaya orang-orang musyrik akan berkuasa dan akan mengingkari seluruh syariat Allah. Akan tetapi, Allah ta’ala mewajibkan jihad memerangi mereka agar kaum muslimin bisa leluasa dalam beribadah.” (Tafsir Al-Qurthubi, 12/70)

Begitu juga dalam hadits, Rasulullah ﷺ menyebutkan bahwa jihad sebagai pengawal tegaknya dakwah akan terus berlangsung hingga hari kiamat terjadi. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَالْجِهَادُ مَاضٍ مُنْذُ بَعَثَنِيَ اللهُ إِلَى أَنْ يُقَاتِلَ آخِرُ أُمَّتِيْ الدَّجَّالَ لاَ يُبْطِلُهُ جُوْرُ جَائِرٍ وَلاَ عَدْلُ عَادِلٍ

“Jihad akan terus berlangsung sejak Allah mengutusku hingga umatku yang terakhir memerangi Dajjal, ia tidak akan dihentikan oleh kejahatan orang jahat ataupun keadilan orang adil.” (HR. Abu Daud)

Perlu dipahami bahwa ini merupakan tahapan terakhir dalam memenangkan Islam. Yakni dilakukan setelah dakwah dan menegakkan hujjah terlaksana dengan baik. Sebab melalui jalan ini, Khilafah rasyidah sebagai sistem yang menerapkan syariat Islam mampu ditegakkan kembali. Namun sayangnya, sebagian aktivis yang memiliki semangat tinggi tidak dikawal dengan ilmu yang lurus. Sehingga tahapan-tahapan seperti ini tidak lagi dihiraukan.

Keinginan untuk memenangkan Islam, mereka awali dengan cara memvonis sesat/kafir terhadap orang yang menyelisihi mereka atau memerangi orang-orang kafir/munafik sebelum ditegakkannya hujjah. Padahal dalam perjalanan dakwah Nabi Muhammad ﷺ , kita bisa melihat betapa beliau menyadarkan umat setahap demi setahap.

Beliau mengawalinya dengan cara berdakwah. Menyeru orang-orang musyrik agar menerima Islam. Butuh waktu yang panjang dalam berdakwah. Tidak cukup hanya menyampaikan wahyu, beliau juga harus membantah segala syubhat yang sengaja diciptakan musuh agar umatnya ragu terhadap ajaran Islam. Berikutnya dua tahun setelah hijrah baru kemudian syariat jihad diturunkan untuk melawan para tirani yang menghalangi tegaknya keadilan di muka bumi.

Sehingga bila kita perhatikan perjalanan Nabi ﷺ dalam memenangkan Islam, beliau lebih lama melaluinya dengan jihad pemikiran, yaitu dengan cara berdakwah dan menegakkan hujjah. Terhitung sejak periode mekah tiga belas tahun dan ditambah dua tahun setelah hijrah ke Madinah. Artinya untuk melalui tahapan pertama dan kedua itu butuh waktu yang tidak sebentar. Jadi, salah besar bila semangat menegakkan Islam diawali dengan jihad senjata sementara jihad dengan pemikiran dan menegakkan hujjah belum ditempuh dengan maksimal.

Wallahu a’lamu bissowab
Penulis: Fakhruddin
Editor: Arju
https://www.kiblat.net/2018/10/19/dakwah-iqamatul-hujjah-dan-jihad-tiga-tahapan-penegakan-islam/
Dakwah, Iqamatul Hujjah dan Jihad, Tiga Tahapan Penegakan Islam - Kiblat
Foto Terapi Nur Syifa.
Meraih Selawat 70000 Malaikat

Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah-shallallahu 'alaihi wasallam-bersabda:

"Hak muslim atas muslim lainnya ada lima: Menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengiringi jenazah, memenuhi undangan, dan mendoakan orang yang bersin". (HR. Al-Bukhari no. 1240 dan Muslim no. 2162)

Dari Tsauban-budak-Rasulullah-shallallahu 'alaihi wasallam-bahawa Rasulullah shallallahu' alaihi wasallam bersabda:

"Sesiapa yang menjenguk orang yang sakit, maka orang itu sentiasa berada dalam khurfah syurga." Beliau ditanya, "Apa itu khurfah syurga wahai Rasulullah ﷺ ?" Beliau ﷺ menjawab, "Kebun yang penuh dengan buah-buahan yang dapat dipetiknya." (HR. Muslim no. 2568)

Ali-radhiallahu 'anhu-berkata: Aku telah mendengar Rasulullah-shallallahu' alaihi wasallam-bersabda:

"Tidaklah seorang muslim menjenguk muslim yang lain pada pagi hari, kecuali 70000 Malaikat akan berselawat untuknya hingga petang hari. Jika dia menjenguknya di petang hari, maka 70000 Malaikat akan berselawat untuknya hingga pagi. Dan dia akan mendapatkan kebun yang penuh berisi buah-buahan di syurga kelak. " (HR. At-Tirmizi no. 969 dan dinyatakan sahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami 'no. 5767)

Makna selawat dari Malaikat adalah Malaikat akan mendoakan agar Allah mengampuni dan merahmatinya.

Penjelasan ringkas:

Di antara akhlak mulia yang dituntut oleh Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam-kepada umatnya adalah menjenguk saudaranya yang sakit, kerana hal itu boleh meringankan penyakit yang dialami oleh saudaranya tersebut dan juga boleh menghibur hatinya. Bahkan menjenguk muslim yang sakit hukumnya adalah wajib kerana Nabi-shallallahu alaihi wasallam-menjadikannya sebagai hak seorang muslim ke atas saudaranya muslim yang lain. Dan ini berlaku umum baik yang sakit adalah anak-anak mahupun orang dewasa, lelaki mahupun wanita, kaum kerabat mahupun bukan, hanya saja jika yang sakit itu adalah kaum kerabat maka kewajibannya lebih ditekankan.

Adab-adab bagi para penjenguk:

1. Mengingatkan orang yang sakit untuk selalu bersabar atas takdir Allah atas dirinya.

2. Mewasiatkan kepada orang yang sakit untuk banyak-banyak bertaubat dan beristighfar kepada Allah.

3. Dibolehkan menjenguk orang kafir. Ini berdasarkan hadis Anas bin Malik riwayat Al-Bukhari no. 5657 dimana Nabi-shallallahu alaihi wasallam-menjenguk seorang pemuda Yahudi-yang menjadi pelayan beliau-ketika dia sakit.

4. Menjenguk orang yang sakit boleh bila-bila masa selama tidak mengganggu orang yang sakit tersebut.

5. Tidak terlalu lama menjenguk kerana boleh mengganggu rehat orang yang sakit, kecuali jika orang yang sakit meminta dia untuk tinggal lebih lama.

6. Dianjurkan untuk duduk di sisi kepala orang yang sakit.

Abdullah bin Abbas-radhiallahu anhuma-berkata, "Jika Nabi-shallallahu alaihi wasallam-saat menjenguk orang yang sakit, beliau duduk di samping kepalanya". (HR. Al-Bukhari no. 536 dalam Al-Adab Al-Mufrad dan dinyatakan sahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Adab no. 416)

7. Menanyakan keadaan orang yang sakit, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi-shallallahu alaihi wasallam-ketika menjenguk Abu Bakar As-Siddiq yang tengah sakit. (HR. Al-Bukhari no. 5654 dan Muslim no. 1376)

8. Mendoakan kebaikan dan kesembuhan untuk orang yang sakit, kerana para malaikat akan mengaminkannya.

Dari Ummu Salamah-radhiallahu 'anha-dia berkata: Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam-bersabda:

"Apabila kamu menjenguk orang yang sedang sakit atau yang telah meninggal maka ucapkanlah ucapan-ucapan yang baik, kerana sesungguhnya para malaikat akan mengaminkan apa yang kamu katakan." (HR. Muslim no. 1527)

9. Di antara doa-doa yang disunnahkan untuk diucapkan adalah:

لا بأس طهور إن شاء الله


"Tidak mengapa, insya Allah penyakit ini penyuci (dari dosa-dosa)." (HR. Al-Bukhari no. 3616)

"Ya Allah, sembuhkanlah si fulan." (HR. Al-Bukhari no. 5659 dan Muslim no. 1628)

Atau dia boleh meruqyah orang yang sakit tersebut dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur `an kepadanya.

10. Tidak membawakan bunga kepada orang yang sakit kerana itu merupakan kebiasaan orang-orang non muslim. Sebaiknya dia membawakan makanan atau hal lain yang dia senangi.

11. Jika sakitnya kelihatan sangat parah dan dikhuatiri akan meninggal, maka disyariatkan bagi penjenguk untuk mentalqin kalimat 'laa ilaha illallah' kepada yang sakit.


Terapi Nur Syifa - Siaran
https://www.facebook.com/TerapiNurSyifa/photos/rpp.420778701355702/1529612050472356/?type=3&theater
Foto Terapi Nur Syifa.

PELAJARI RAHSIA PENYAKIT MELALUI JARI ANDA
==============================
Asas 5 jari

Jari telunjuk : usus
Jari tengah : Jantung
Jari Manis : Imuniti
Jari kelingking : Rahim/Tulang Belakang

Cuba anda lihat pada ruas jari2 anda...Kalau ruas jari kehitaman tu maknanya badan kita ni penuh dengan racun dan toksik.perkara tersebut boleh menyebabkan badan kita dijangkiti sembelit.

Seterusnya, kalau kita sebagai seorang wanita, cara untuk tengok system dalaman perempuan kita pulak, adalah dengan melihat pada jari kelingking kita.kalau jari kita meruncing atau bengkok, maknanya haid tak teratur, keputihan, senggugut, dan berkemungkinan rahim kita jatuh.

Kalau tapak tangan berbintik maknanya masalah angin.cube cek tapak tgn masing2, kalau yang suka marah2 tu mungkin angin dalam badan banyak.sebab itulah selalu rasa nak marah dan naik angin aje.

Selain itu, pernah tak sahabat2 mengalami masalah tapak tangan berpeluh atau lembab ke? jika ya, itu tandanya badan kita mudah diserang sel2 kanser.

Jika perut ibu jari berwarna biru kehijauan maknanya seseorang itu mengalami masalah resdung, alergi, dan penyakit paru2.sekiranya, perut ibu jari ada urat hijau kebiruan maknanya anda seorang pengidap gastric.

Selain itu, urat biru /hijau pada pergelangan tangan, tapak tangan, sepanjang jari dan betis kaki maknanya seseorang itu mengidapi stress atau tekanan dalam kehidupan sehariannya.

Seterusnya,ini saya kira yang paling menarik untuk kita tengok sekiranya kita sebagai seorang wanita. cuba sahabat2 tengok pada kuku setiap jari
anda..

jika terdapat bulan sabit berwarna putih di setiap jari anda bermakna anda mengalami hormon yang tidak seimbang.

Tapi berlainan pulak sekiranya anda mempunyai bulan sabit yang berwarna putih itu hanya pada ibu jari sahaja, itu menandakan anda seorang yang sihat..insya allah...

Ramai manusia yang mengorbankan kesihatan pada satu ketika untuk mendapatkan wang ringgit, tetapi akhirnya terpaksa mengorbankan wang ringgit untuk mendapatkan kembali kesihatan yang hilang..

Wallahua'lam..

P/s : JAGALAH KESIHATAN KITA..IA ANUGERAH YANG TIDAK TERNILAI DARI YANG MAHA ESA..
 Terapi Nur Syifa - Siaran
https://www.facebook.com/TerapiNurSyifa/photos/rpp.420778701355702/1529596687140559/?type=3&theater
Foto Terapi Nur Syifa.
TAUBAT : Kisah Lelaki Yang Telah Membunuh 99 Orang

Setiap yang bergelar manusia pasti pernah melakukan kesilapan dan adalah menjadi tugas kita supaya selalu bertaubat dan memohon keampunan kepada Allah SWT. Bercerita tentang taubat ini, terdapat sebuah kisah mengenai seorang lelaki daripada kalangan umat terdahulu yang telah membunuh seramai 99 (sembilan puluh sembilan) orang manusia.

Daripada Abu Said al-Khudri r.a., bahawa Nabiyullah ﷺ bersabda:

“Sebelum zaman kamu ini, pernah ada seorang lelaki yang telah membunuh seramai 99 (sembilan puluh Sembilan) orang manusia, kemudian dia bertanyakan mengenai perkara itu kepada seorang yang paling alim pada zaman itu. Selepas ditunjukkan kepadanya seorang rahib (pendeta). Dia pun berjumpa rahib tersebut.

Dia memberitahu: “Aku telah membunuh seramai sembilan puluh sembilan orang manusia, adakah taubatku masih diterima?”

Rahib tersebut menjawab: “Tidak!”

Mendengar jawapan itu, dia tidak puas hati, terus naik marah lalu membunuh rahib tersebut dan genaplah jumlah seratus orang manusia yang telah dibunuhnya.

Namun niatnya ingin bertaubat tetap teguh. Tanpa putus asa dia mencari lagi seseorang yang paling alim pada zaman itu. Kemudian lalu ditunjukkan kepadanya seorang yang alim, dia terus berjumpa orang alim tersebut dan berkata: “Aku telah membunuh seramai seratus orang manusia. Adakah taubatku masih diterima?”

Orang alim tersebut menjawab: “Ya! Siapakah yang menghalang seseorang dari bertaubat?”

“Sekarang, pergilah kamu ke tempat ini dan ini, kerana di sana terdapat ramai orang yang beribadah kepada Allah. Kamu beribadatlah kepada Allah bersama mereka dan jangan pulang ke tempat kamu kerana tempatmu itu adalah tempat yang teruk.” sambung orang alim itu lagi.

Lelaki tersebut beredar menuju ke tempat yang dinyatakan. Ketika berada di pertengahan jalan, tiba-tiba maut datang menjemputnya dan dia pun meninggal dunia.

Melihat kejadian itu, menyebabkan Malaikat pembawa rahmat dan Malaikat Azab (malaikat yang ditugaskan menyeksa) bertelingkah mengenainya.

Malaikat Rahmat berkata: “Dia datang dalam keadaan sudah bertaubat dan menghadapkan hatinya secara ikhlas kepada Allah.”

Manakala Malaikat Azab pula berkata: “Benar, namun dia tidak pernah melakukan kebaikan.”

Lalu datanglah Malaikat lain yang menyerupakan dirinya dalam bentuk manusia. Lalu dia menjadikan dirinya sebagai pemisah antara Malaikat-Malaikat yang berselisih tadi, iaitu dijadikan hakim pemutusnya untuk mengadili pertengkaran mereka dan untuk menetapkan mana yang betul.

Malaikat itu berkata, “Kalau begitu, ukurlah jarak kamu. Jarak di antara dua tempat, dari sini ke tempat yang ditinggalkan lelaki ini dan ke tempat yang hendak ditujunya; ke tempat mana yang lebih dekat, bererti dialah yang berhak ke atas orang ini.”

Kedua-dua Malaikat tersebut lalu sama-sama mengukur dan setelah di ukur, ternyata mereka dapati kedudukan mayat lelaki tersebut lebih hampir dengan tempat tujuannya untuk melaksanakan taubat iaitu tempat yang dihuni oleh orang-orang soleh, bererti ia termasuk di kalangan mereka. Maka akhirnya, lelaki tersebut berhak diambil oleh Malaikat Rahmat.” (Hadis Riwayat Muttafaq Alaih)
.
Dalam sebuah riwayat yang sahih lain disebutkan: “Orang tersebut lebih dekat hanya sejengkal saja pada kawasan yang baik itu, iaitu yang hendak didatangi, maka dijadikanlah dia termasuk golongan penduduknya.”

Sebuah riwayat dalam kitab sahih juga menyebut;

“Allah Ta’ala lalu mewahyukan kepada tanah yang ini (tempat asalnya) supaya engkau menjauhinya dan kepada tanah yang ini (tempat yang hendak dituju) supaya engkau mendekatinya (maksudnya supaya tanah asalnya itu memanjang sehingga kalau diukur akan menjadi jauh, sementara tanah yang dituju itu menyusut sehingga kalau diukur menjadi dekat jaraknya).” Kemudian firmanNya: “Ukurlah antara keduanya.”Malaikat-malaikat itu mendapatkannya bahawa kepada yang ini (yang dituju) adalah lebih dekat hanya sejengkal saja jaraknya. Maka orang itupun diampunilah dosa-dosanya.”

Dalam riwayat lain lagi disebutkan: “Orang tersebut bergerak (amat susah payah kerana hendak mati) dengan dadanya ke arah tempat yang dituju itu.”
.
Keterangan:

Huraian hadis ini menjelaskan mengenai betapa pentingnya memiliki ilmu pengetahuan dalam selok-belok agama, apabila dibandingkan dengan terus beribadah atau menghukum tanpa mengetahui bagaimana yang sepatutnya dilakukan. Juga menjelaskan keutamaan ‘uzlah atau mengasingkan diri dalam keadaan masyarakat yang boleh dikatakan rosak binasa dan kemaksiatan serta kemungkaran muncul di mana-mana, hatta dalam keluarga sendiri pun.

Tidak diragukan lagi bahawa pintu taubat sentiasa terbuka kepada sesiapa saja yang ingin bertaubat selagi masih belum tiba kiamat. Tidak kira sebesar mana dosa kita, walaupun telah ramai orang yang menjadi mangsa; Seperti taubat pembunuh, jika dia benar-benar ikhlas bertaubat kepada Allah dengan ‘Taubat Nasuha’, taubatnya tetap akan diterima.

“Sesiapa yang bertaubat kepada Allah sebelum matahari terbit dari arah barat, nescaya Allah akan menerima taubatnya.” (Hadis Riwayat Muslim)

Thabit bin Qurrah berkata: “Kerehatan badan bergantung kepada kurangnya makan. Kerehatan jiwa bergantung kepada kurangnya melakukan dosa. Kerehatan lidah bergantung kepada kurangnya bercakap. Dosa bagi hati umpama racun bagi badan.”

والله أعلم بالصواب

Wallahu A’lam Bish Shawab
(Hanya Allah Maha Mengetahui apa yang benar)
Terapi Nur Syifa - Siaran
https://www.facebook.com/TerapiNurSyifa/photos/rpp.420778701355702/1528160177284210/?type=3&theater
Foto Terapi Nur Syifa.

CINTA DENGAN MENGENALI AKHLAK RASULULLAH ﷺ

١. Baginda selalu diam.

٢. Berbicara ketika perlu.

٣. Perbicaraannya fasih, ringkas tetapi padat .

٤. Menghadapkan seluruh tubuhnya bila berbicara dengan seseorang.

٥. Hatinya selalu sedih (inginkan umat dalam kebaikan dan terlepas dari azab الله swt).

٦. Selalu menundukkan pandangan kerana tawaddu’.

٧. Berfikir terus-menerus.

٨. Menghargai nikmat sekecil apa pun tanpa memperlekehkannya.

٩. Tidak pernah mencela makanan. Apabila suka, Baginda akan makan. Jika tidak, ditinggalkannya tanpa mencelanya.

١٠ . Tidak pernah marah yang ada kaitan dengan urusan dunia.

١١ . Marah bukan kerana nafsu.

١٢ . Apabila kebenaran dipermainkan, Baginda akan bangkit untuk berusaha mempertahankannya.

١٣ . Apabila marah Baginda akan memalingkan muka.

١٤ . Apabila suka Baginda akan memejamkan mata.

١٥ . Tidak pernah berkata kotor, berbuat keji dan melampaui batas.

١٦ . Tidak pernah berteriak-teriak di pasar.

١٧ . Tidak pernah membalas kejahatan dengan kejahatan. Malah Baginda memaafkan & berlapang dada.

١٨ . Tangan Baginda tidak pernah memukul selain untuk berjihad dijalan الله swt.

١٩ . Apabila menghadapi dua perkara Baginda memilih yang paling mudah selagi ia bukan dalam perkara ma’siat.

٢٠ . Di rumah, Baginda adalah manusia biasa yang membasuh pakaian, memerah susu & membuat sendiri segala keperluan diri.

٢١ . Ketika duduk atau pun berdiri, Baginda selalu berzikir.

٢٢ . Raut wajahnya selalu ceria, perangainya dapat dicontohi dengan mudah, lemah lembut & peramah.

٢٣ . Tidak pernah bersikap keras dan bertindak kasar, berteriak-teriak, lebih-lebih lagi mencela orang lain.

٢٤ . Tiga perkara yang dijauhi; perselisihan, bongkak & segala yang tidak diperlukan.

٢٥ . Tidak pernah mencela & memaki hamun orang lain.

٢٦ . Tidak pernah mencungkil rahsia orang lain.

٢٧ . Tidak pernah berbicara kecuali sesuatu yang menjanjikan pahala.

٢٨ . Perbicaraannya memukau sesiapa pun yang mendengarnya lalu terpegun seolah-olah ada burung melintas di atas kepala mereka.

٢٩ . Sesiapa yang melihat Baginda sepintas lalu akan merasa gerun & hormat terhadapnya.

٣٠ . Sesiapa yang selalu bergaul & telah dekat mengenali Baginda, akan menyayanginya sepenuh jiwa raga.

٣١ . Baginda pasti memberi tempat kepada orang yang ingin duduk & tidak membezakan di kalangan mereka.

٣٢ . Sesiapa yang meminta sesuatu, pasti dipenuhinya atau jika sebaliknya ditolak dengan tutur kata yang lemah lembut.

٣٣ . Tangan Baginda selalu terbuka kepada sesiapa sahaja tanpa pilih kasih. Baginda adalah ayah bagi mereka semua.

٣٤ . Di mana pun Baginda berada, di situ terpancar cahaya ilmu, sikap malu & sabar serta amanah.

٣٥ . Tidak ada yang berani meninggikan suara di hadapan Baginda kerana kewibawaan Baginda.

٣٦ . Semua mengakui keutamaannya kerana ketaqwaannya ; menghormati orang tua, menyayangi yang kecil, mengutamakan orang yang ada hajat, menjaga keperluan & kebajikan orang asing.

٣٧ . Tidak terus memotong percakapan orang lain. Jika ingin memotong, Baginda hentikan dahulu atau pun berdiri.

٣٨ . Paling berlapang dada.

٣٩ . Paling tepat dalam berbicara.

٤٠ . Paling halus keperibadiannya.

٤١ . Paling ramah & beradab dalam pergaulan & muamalahnya.

(Dipetik daripada Biografi Lengkap Rasulullah saw oleh Dr Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki)

Perbanyakkan Selawat pada Nabi.

اَللَّهُمَّ صَلِّ َعلى سيدنا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آِل سيدنا مُحَمَّد
 

Terapi Nur Syifa - Siaran
https://www.facebook.com/TerapiNurSyifa/photos/rpp.420778701355702/1527371280696433/?type=3&theater
Foto Terapi Nur Syifa.
MERENDAH DIRI KUNCI ILMU LADUNNI 
MERENDAH DIRI MEMPUNYAI 7 TERAS :

⊙ Merendah diri pada hati (Perkataan yang terlintas di hati)

⊙ Merendah diri pada akal (Menjaga sangkaan akal)

⊙ Merendah diri pada lidah zahir (Menjaga tutur bicara dalam berkata)

⊙ Merendah diri pada pandangan (Tidak merendah makhluk dlm melihat)

⊙ Merendah diri pada intonasi suara (Menjaga nada suara dalam ucapan)

⊙ Merendah diri pada tingkah laku diri & tulisan (Menjaga tingkah akhlak lahiriah anggota)

⊙ Merendah diri pada insan, haiwan dah tumbuhan. (Menghormati mereka dengan meletakkan mereka di tempat yang tertinggi pada ‘penglihatan’ dan ‘sangkaan’)

Kisah Imam Ghazali menuntut ilmu dengan penyapu

Imam Ghazali seorang Ulama besar dalam sejarah Islam, hujjatul islam yang banyak hafal hadist Nabi ﷺ . Beliau dikenal pula sebagai ahli dalam filsafat dan tasawuf yang banyak mengarang kitab-kitab.

Suatu ketika Imam Al Ghazali menjadi imam disebuah masjid . Tetapi saudaranya yang bernama Ahmad tidak mau berjamaah bersama Imam Al Ghazali lalu berkata kepadanya ibunya :

“Wahai ibu, perintahkan saudaraku Ahmad agar solat mengikutiku, supaya orang-orang tidak menuduhku selalu bersikap buruk terhadapnya“.

Ibu Al Ghazali lalu memerintahkan puteranya Ahmad agar solat makmum kepada saudaranya Al Ghazali. Ahmad pun melaksanakan perintah sang ibu, solat bermakmum kepada Al Ghazali. Namun ditengah-tengah shalat, Ahmad melihat darah membasahi belakang Imam. Tentu saja Ahmad memisahkan diri.

Setelah solat Imam Al Ghazali bertanya kepada Ahmad, saudaranya itu : “Mengapa engkau memisahkan diri (mufaraqah) dalam solat yang saya imami ? “. Saudaranya menjawab : “Aku memisahkan diri, kerana aku melihat belakangmu berlumuran darah “.

Mendengar jawapan saudaranya itu, Imam Ali Ghazali mengakui, hal itu mungkin kerana dia ketika solat hatinya sedang terfikir-fikir masalah fiqih yang berhubungan haid seorang wanita yang mutahayyirah.

Al Ghazali lalu bertanya kepada saudara : “Dari manakah engkau belajar ilmu pengetahuan seperti itu ?” Saudaranya menjawab, “Aku belajar Ilmu dari Syeikh Al Utaqy AL-Khurazy yaitu seorang tukang jahit sepatu-sepatu bekas (tukang sepatu) . ” Al Ghazali lalu pergi kepadanya.

Setelah berjumpa, Ia berkata kepada Syeikh Al Khurazy : “Saya ingin belajar kepada Tuan “. Syeikh itu berkata : Mungkin saja engkau tidak kuat menuruti perintah-perintahku “.

Al Ghazali menjawab : “Insya Allah, saya kuat “.

Syeikh Al Khurazy berkata : “Bersihkanlah lantai ini “.

Al Ghazali kemudian hendak melakukannya dengan penyapu. Tetapi Syeikh itu berkata : “Sapulah (bersihkanlah) dengan tanganmu“. Al Ghazali menyapunya lantai dengan tangannya, kemudian dia melihat kotoran yang banyak dan bermaksud menghindari kotoran itu.

Namun Syeikh berkata : “Bersihkan pula kotoran itu dengan tanganmu“.

Al Ghazali lalu bersiap membersihkan dengan menyisingkan pakaiannya. Melihat keadaan yang demikian itu Syekh berkata : “Nah bersìhkan kotoran itu dengan pakaian seperti itu” .

Al Ghazali menuruti perintah Syeikh Al Khurazy dengan redha dan tulus.

Namun ketika Al Ghazali hendak akan mulai melaksanakan perintah Syeikh tersebut, Syeikh langsung mencegahnya dan memerintahkan agar pulang.

Al Ghazali pulang dan setibanya di rumah beliau merasakan mendapat ilmu pengetahuan luar biasa. Dan Allah telah memberikan Ilmu Ladunni atau ilmu Kasyaf yang diperoleh dari tasawuf atau kebersihan qalbu kepadanya.

———–
Imam Ghazali telah menanggalkan pakaian kebesarannya lalu memakai pakaian orang kebanyakan, lalu diambilnya penyapu untuk membersihkan kawasan gurunya berbulan lamanya.. bila ditanya pada gurunya bila dia nak ajar saya ‘ilmu’?, gurunya pesan.. sudahlah, kamu sudah tamat pengajian (iaitu ilmu merendah diri dan membuang sifat sombong dari hati) Lalu beliau didoakan oleh gurunya (Aulia yang mustajab doanya) agar dikurniakan ilmu-ilmu tersembunyi buat Imam Al Ghazali).

Setelah hari itu, Imam Ghazali merasa pelik pada saat setiap kali beliau ingin mengarang kitab, “Bilakah masanya aku belajar ilmu ini?” Rupanya barulah dia sedar bahawa ilmu yang dipelajarinya dari gurunya itu bukanlah ilmu lisan dan ilmu tulisan, tetapi ia ilmu buah hasil dari sifat ‘ikhlas’ yang dicampamkan Allah ke dalam hatinya – laduni …

Beliau mengikhlaskan dirinya pada saat beliau menuntut ilmu serta melaksanakan amanah-amanah Allah yang ‘tertinggi’ iaitu merendah diri untuk menjadi ‘hamba’ Allah yang sebenar benarnya di sisi-Nya.

Wallahua’lam.

https://www.facebook.com/TerapiNurSyifa/photos/rpp.420778701355702/1524673614299533/?type=3&theater
Terapi Nur Syifa - Siaran

Tiada ulasan: