Selasa, 27 November 2018

Beberapa petanda Kerajaan Beraja Arab Saudi akan berkubur dan menjadi antara petanda kiamat semakin mendekat. 8730


Kerajaan tersebut semakin bimbang dengan bayang-bayang sendiri yang kelihatan di Laut Merah. Berapa ramai cendikiawan Islam, Imam, Ulama dipenjarakan oleh penguasa Islam itu sendiri. U know Y?
Masa Tahanan Selesai, Syaikh Sulaiman Al-Ulwan Tidak Dibebaskan Selasa, 27 November 2018 10:37
Foto: Syaikh Sulaiman Al-Ulwan


KIBLAT.NET, Riyadh – Pemerintah Arab Saudi dikabarkan memperpanjang penahanan Syaikh Sulaiman Al-Ulwan meski sudah menjalani seluruh masa tahanan. Ia kembali dituduh dengan tudingan yang aneh.

Akun Twitter pemantau penangkapan aktivis dan ulama di Arab Saudi, Muktaqaly Rakyi, Senin (26/11), menyebutkan bahwa Syaikh Sulaiman Al-Ulwan telah menjalani masa tahanan 15 tahun sebagaimana vonis pengadilan. Seharusnya, pada musim semi tahun ini yang bertepatan awal November 2018 ia sudah bebas. Namun kerajaan masih menahannya.

Syaikh Al-Ulwan sangat ahli dalam keilmuan hadits dan fiqih. Kajian-kajiannya sangat dikenal. Sejumlah ulama besar Arab Saudi, seperti Abdul Aziz bin Baz, memberi pujian kepadanya. Namun pada sejumlah persoalan fiqih, Syaikh Al-Ulwan memiliki pendapat berbeda dari Hai’ah Kibar Ulama (persatuan ulama Saudi).

Pemerintah Saudi menangkap Syaikh Al-Ulwan pada 2004. Di antara tuduhan yang diarahkan kepadanya, pencucian uang, menggelar pertemuan dengan kelompok menyimpang, mendanai terorisme dan operasi bom bunuh diri dan mengeluarkan fatwa yang dianggap bertentangan dengan pendapat ulama umum.

Pada 2013 ia sempat dibebaskan sementara. Namun pengadilan kembali memperkuat vonis 15 tahun penjara.

Sumber: Arabi21.com
Redaktur: Sulhi El-Izzi
Masa Tahanan Selesai, Syaikh Sulaiman Al-Ulwan Tidak Dibebaskan
https://www.kiblat.net/2018/11/27/masa-tahanan-selesai-syaikh-sulaiman-al-ulwan-tidak-dibebaskan/


Saudi Larang Imam Masjidil Haram Syaikh Khalid Al-Ghamidi Berdakwah Selasa, 11 September 2018 07:52 

KIBLAT.NET, Riyadh – Pemerintah Arab Saudi dikabarkan mencekal Imam dan Khatib Masjidil Haram, Syaikh Khalid bin Ali Al-Ghamidi. Ia dilarang berceramah dan melakukan aktivitas dakwah.
Kabar tersebut disampaikan akun Twitter aktivis pemantau penangkapan ulama dan aktivis di Arab Saudi pada Senin (10/09). Selama ini, kabar penangkapan yang disampaikan akun tersebut terkonfirmasi kendati rezim Saudi selalu bungkam atas kampanyenya itu.
“Terkonfirmasi oleh kami Imam dan Khatib Masjidil Haram Syaikh Khalid bin Ali Al-Ghamidi dilarang khotbah dan melakukan seluruh aktivitas dakwah,” tulis akun tersebut.
Akun itu tidak menjelaskan alasan pencekalan tersebut. Belum ada keterangan dari pihak-pihak terkait terkait hal ini.
Bulan lalu, pihak berwenang Saudi menangkap Imam dan Khatib Masjidil Haram Syaikh Saleh al-Tabib. Ia ditangkap setelah berceramah yang dianggap mengkritik kebijakan pemerintah. Dalam ceramahnya, Syaikh Tabib menyinggung bahaya bercampur antara laki-laki dan perempuan di arena olahraga dan pertunjukkan-pertunjukkan. Seperti diketahui, rezim Saudi membuka bioskop dan konser di mana laki-laki dan pertempuran bercampur.
Puluhan ulama dan aktivis ditangkap setelah mengeluarkan pernyataan berseberangan dengan pemerintah, baik melalui media sosial atau ceramah. Di antaranya telah diadili dan disangkakan terlibat terorisme. Kejaksaan Saudi bahkan meminta sejumlah ulama yang dikaitkan terorisme itu dihukum mati.
Sumber: Al-Jazeera
Redaktur: Sulhi El-Izzi
Saudi Larang Imam Masjidil Haram Syaikh Khalid Al-Ghamidi Berdakwah - Kiblat
https://www.kiblat.net/2018/09/11/saudi-larang-imam-masjidil-haram-syaikh-khalid-al-ghamidi-berdakwah/


Jaksa Saudi Juga Minta Syaikh Al-Umari Dihukum Mati Kamis, 6 September 2018 09:25

Foto: Syaikh Ali Al-Umari
KIBLAT.NET, Riyadh – Rezim Arab Saudi juga menggelar sidang perdana terhadap Syaikh Ali Al-Umari. Sidang tersebut digelar rahasia Selasa siang (04/09), beberapa jam setelah sidang Syaikh Salman Al-Audah. Syaikh Al-Umari juga didakwa terlibat “terorisme” dan dituntut hukuman mati.
Menurut akun Twitter pemantau penangkapan aktivis dan ulama Saudi, Muqtaqaly Rakyi, Rabu (05/09), Pengadilan Khusus Pidana Saudi menggelar sidang rahasia terhadap Syaikh Al-Umari. Sebanyak 30 dakawaan terkait terorisme dituduhkan kepadanya. Di antara dakwaan yang disangkakan, mendirikan organisasi pemuda yang bertujuan membentuk jaringan teroris rahasia di dalam wilayah Kerajaan. Jaksa meminta pengadilan menghukum mati Syaikh Al-Umari.
Syaikh Al-Umari ditangkap September 2017, saat rezim Saudi menggulirkan kampanye penangkapan ulama dan aktivis yang dianggap membahayakan Kerajaan. Pihak berwenang segera menutup Channel TV Faur Al-Shabab yang dikelolanya.
Muktaqaly Rakyi juga mengungkapkan bahwa Pengadilan Pidana Khusus menggelar persidangan rahasia terhadap Muhammad al-Habdan, Musyrif Aam yayasan Nour al-Islam. Jaksa menuduhnya dengan berbagai tuduhan mengada-ada, di antaranya berlemah lembut kepada Organisasi Ikhwanul Mislimin, yang masuk dalam daftar teroris Saudi. Jaksa meminta Habda dihukum 20 tahun.
Pada Selasa itu, pengadilan Saudi menggelar sidang terhadap sejumlah ulama yang ditahannya. Mayoritas ulama itu dikaitkan dengan Ikhwanul Muslimin.
Sumber: Al-Jazeera
Redaktur: Sulhi El-Izzi
Jaksa Saudi Juga Minta Syaikh Al-Umari Dihukum Mati - Kiblat
https://www.kiblat.net/2018/09/06/jaksa-saudi-juga-meminta-syaikh-al-umari-dihukum-mati/


Kesehatan Syaikh Safar Al-Hawali Memburuk Selasa, 14 Agustus 2018 16:26 

KIBLAT.NET, Riyadh – Kesehatan Syaikh Safar Al-Hawali dikabarkan merosot tajam setelah sebulan berada di penjara rezim Saudi. Syaikh bahkan harus dipindahkan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan intensif.
Akun aktivis media sosial yang terus memantau penangkapan ulama dan aktivis di Saudi, Muktaqaly Rakyi, mengabarkan bahwa pihaknya telah mengonfirmasi kabar tersebut dari sumbernya.
“Kami telah mengonfirmasi bahwa Syaikh Safar Al-Hawali dalam kondisi kesehatan yang sangat kritis dan ada bahaya untuk hidupnya. Kondisi itu terjadi tepat setelah sebulan penangkapannya dan empat anaknya serta saudara kandungnya, Sa’dullah,” tulis akun tersebut seperti dilansir Arabi21.com, Selasa (14/08).
Akun tersebut menambahkan, Syaikh bahkan harus dievakuasi medis ke Riyadh dan saat ini masih dalam perawatan.
Menurut akun yang menjadi sumber media dalam memberitakan penangkapan ulama di Saudi itu, Syaikh telah lama menderita stroke, patah tulang panggul dan gagal ginjal. Memburuknya kesehatan Syaikh diduga lantaran pihak berwenang abai terhadap kondisi kesehatannya.
“Puluhan orang ditangkap dalam kesehatan yang baik namun kemudian memburuk di penjara karena kelalaian medis. Lalu bagaimana Syaikh Safar al-Hawali yang ditangkap dalam kondisi sakit dan hanya bisa duduk di tempat tidur?” tulis Muktaqaly Rakyi.
Ulama lainnya yang ditahan Saudi juga dalam kondisi kesehatan menurun. Mereka adalah Awadh Al-Qarni, Musa Al-Qardi, Ali Sa’id Al-Hajaj dan Khalid Al-Audah (saudara Syaikh Salman Al-Audah). Hal itu karena pihak berwenang mengabaikan pengobatan para tahanan.

Pihak berwenang Saudi menangkap Syaikh Al-Hawali, saudara dan empat anak-anaknya sekitar sebulan yang lalu. Penangkapan itu menyusul daraft tulisan buku terbarunya yang berisi nasihat kepada rezim dan ulama pemerintah.
Sumber: Arabi21.com
Redaktur: Sulhi El-Izzi
Kesehatan Syaikh Safar Al-Hawali Memburuk - Kiblat
https://www.kiblat.net/2018/08/14/kesehatan-syaikh-safar-al-hawali-memburuk/


Arab Saudi Bantah Larang Warga Palestina Berhaji Rabu, 14 November 2018 11:12

Foto: Ilustrasi
KIBLAT.NET, Jakarta – Arab Saudi membantah adanya rumor yang menyebut kerajaan itu melarang jemaah haji asal Palestina. Bantahan itu disampaikan oleh Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Osama bin Muhammad Al Shuaibi.
“Berita ini menjadi rumor internasional, dan berita ini merupakan rumor yang tidak benar,” ungkap Osama di hadapan wartawan seusai menggelar pertemuan dengan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Menteng Jakarta, Selasa (12/11/2018).
Sebelumnya, beredar kabar yang menyebut Arab Saudi melarang 1 juta jemaah dari Palestina untuk berhaji ke Makkah. Osama menyebut rumor itu pertama kali dihembuskan oleh media Israel dan Inggris.
Dia menyatakan rumor itu tak masuk akal. Pasalnya, mana mungkin Palestina yang berpenduduk sekitar 7 juta jiwa, memiliki kuota haji mencapai 1 juta jemaah. Sementara, Indonesia yang umat Islamnya sekitar 200 juta, hanya memiliki kuota 210 ribu jemaah.
Dalam perhitungan penetapan kuota jemaah haji suatu negara, aturannya adalah seperseribu dari jumlah keseluruhan umat Islam. Dengan demikian, maka kuota bagi Palestina adalah 7 ribu jemaah.
“Dalam kesempatan itu kami samapaikan rumor (pelarangan) tidak benar,” tegas Osama.
Dubes Arab Saudi itu juga menyaynagkan media-media di Indonesia yang telah memberitakan rumor pelarangan jemaah haji Palestina. “Media Indonesia harus memberikan klarifikasi terkait rumor-rumor yang beredar,” tandasnya.
Reporter: Imam S.
Editor: Imam S.
Arab Saudi Bantah Larang Warga Palestina Berhaji - Kiblat
https://www.kiblat.net/2018/11/14/arab-saudi-bantah-larang-sejuta-warga-palestina-berhaji/


Kerajaan Saudi Tangkap Syaikh Nashir Al-Umar Senin, 13 Agustus 2018 13:34

Foto: Syaikh Nashir Umar dalam akun Twitternya
KIBLAT.NET, Riyadh – Kerajaan Arab Saudi kembali dikabarkan menangkap ulama. Syaikh Nashir Al-Umar kali ini menjadi sasaran. Ia ditangkap pekan lalu di Mekkah, Arab Saudi.
Penangkapan itu tersebut disampaikan akun Twitter aktivis Muktaqily Rakyi, seperti dinukil BBC Arabic pada Ahad (12/08). Akun ini kerap memberitakan aktivis penangkapan ulama dan aktivis HAM di Saudi dan dinukil banyak media-media internasional.
“Pihak berwenang menangkap Nashir Al-Umar, profesor mantan pengajar di Fakultas Ushuludin di Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud, dan akunnya telah ditangguhkan dari Twitter sejak 5 Agustus,” tulis akun Muktaqily Rakyi.
BBC mengatakan, belum bisa mengonfirmasi berita ini dari pejabat Kerajaan. Sementara pemerintah biasanya tidak berkomentar mengenai penangkapan ulama.
Syaikh Umar merupakan ulama yang ceramahnya banyak berpengaruh di kalangan umat Islam. Dia memiliki enam juta pengikut di situs jejaring social Twitter.
Aktivis meluncurkan Hashtag di Twitter berjudul #اعتقال_الشيخ_ناصر_العمر di mana mereka bertukar berita tentang penangkapan pengkhotbah Saudi.
Putra Syaikh Salman Al-Audah, Abdullah Al-Audah, juga turut mengabarkan penangkapan itu. Menurut Abdullah, Syaikh Umar ditangkap sejak Selasa lalu.
Para pengguna Twitter menduga penangkapan itu dikaitkan dengan hubungan Syaikh dengan gerakan Ikhwanul Muslimin. Sementara lainnya mengaitkan penangkapan itu dengan Twiit terakhirnya yang mengkritik reformasi di dalam Kerajaan.
Syaikh Umar telah kerap dipanggil pihak berwenang untuk diinterogasi. Pemanggilan itu di saat rezim mengkapi banyak ulama menyusul nasihat dan kritikan mereka terhadap pemerintah.
Sumber: BBC
Redaktur: Sulhi El-Izzi
Kerajaan Saudi Tangkap Syaikh Nashir Al-Umar - Kiblat
https://www.kiblat.net/2018/08/13/kerajaan-saudi-tangkap-syaikh-nashir-al-umar/


Saudi Tangkap Syaikh Abdul Aziz Al-Fauzan Selasa, 31 Juli 2018 15:01

KIBLAT.NET, Riyadh – Akun Twitter Muktaqily Ra’yi kembali mengabarkan penangkapkan ulama oleh pemerintah Saudi. Kali ini, Syaikh Abdul Aziz Al-Fauzan ditahan. Diduga penangkapan itu terkait statusnya di media sosial yang mengkritik Kerajaan Saudi.
“Kami telah mengonfirmasi pihak berwenang Saudi menangkap Dr Abdul Aziz Al-Fawzan, Dosen Fiqih Perbandingan di Ma’had Aly Lil Qadha (lembaga kaderisasi qadhi). Hal itu terjadi menyusul cuitannya tentang pembungkaman terhadap para syaikh dan dai serta peringatan dia akibat (pembungkaman) itu,” tulis akun tersebut.
Cuitan yang ditulis Syaikh Al-Fauzan adalah berikut ini: “Di saat perang yang membabi-buta terhadap agama dan norma-norma kehidupan, jangan sampai Anda menjadi penolong para pelaku kezaliman, atau jangan sampai kecintaanmu terhadap harta dan pangkat membuat Anda berkompromi dengan mereka dan menghiasi kebatilan mereka. Hal itu akan membuat Anda rugi dunia dan akhirat,” katanya sembari mengutip surat Al-Isra ayat 73.
Para penulis liberal menyerang Al-Fauzan setelah cuitannya yang mengkritik langkah pemerintah Saudi terhadap ulama yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Tak hanya itu, Rektor Universitas Muhammad bin Saud, Sulaiman Aba Al-Khail, juga mengancam akan memberikan sanksi terhadap Al-Fauzan karena cuitannya.
Surat kabar pemerintah, Sabaq, mengutip Al-Khail mengatakan bahwa salah satu staf pengajar telah mengeluarkan pernyataan yang membuat gaduh. Pernyataan itu jauh dari langkah yang ditempuh oleh “ulama”.
Akun Muktaqily Ra’yi kerap mengabarkan penangkapan ulama dan aktivis di Saudi. Banyak media mengambilnya sebagai rujukan di tengah bungkamnya Kerajaan. Kabar penangkapan yang diunggahnya pun kerap terkonfirmasi.
Syaikh Fauzan mendapat gelar sarjana dari kuliah Syariah dan Usuluddin di Kota Qaseem dan magister serta doktor dalam disiplin ilmu Fiqih Perbandingan di Ma’had Aly Lil Qadha. Ia pun menjadi staf pengajar di kampusnya dan memegang jabatan dekan fakultas Fiqih Perbandingan. Selain itu, ia juga aktif di berbagai lembaga dalam dan luar negeri.
Sumber: Arabi21.com
Redaktur: Sulhi El-Izzi
Saudi Tangkap Syaikh Abdul Aziz Al-Fauzan - Kiblat
https://www.kiblat.net/2018/07/31/saudi-tangkap-syaikh-abdul-aziz-al-fauzan/

Imam Nawawi, Potret Wara’ yang Terlupakan Ahad, 25 November 2018 14:33 

KIBLAT.NET – Ada dua hadits yang perlu kita renungkan dalam-dalam terutama di zaman penuh hoax (kebohongan) serta ghurur (omong kosong yang indah) ini.
Yang pertama  adalah,
دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيبُكَ
“Tinggalkanlah sesuatu yang engkau ragu kepada sesuatu yang engkau tidak ragukan.” (HR Tirmidzi)
Dan yang kedua,
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
“Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi)
Para ulama bersepakat bahwa dua hadits di atas menjelaskan makna sifat wara’. Setidaknya ada dua hal yang menjadi ukuran kewara’an seseorang; meninggalkan sesuatu yang meragukannya serta yang tidak bermanfaat baginya. DR. Abdullah Azzam dalam kitabnya Tarbiyah Jihadiyah mengungkapkan bahwa “takwa dan wara’ pada diri seseorang bisa diketahui pada saat menghadapi perkara-perkara syubhat. Manakala ketakwaan, kehati-hatian, serta kewaspadaan itu berjalan secara kontinu, saat itu pula sifat wara’ pada diri seseorang semakin meningkat dan tinggi.”
Siapa sangka, ternyata kewaspadaan serta kehati-hatian terhadap segala hal baru yang masih terasa meragukan dan belum jelas maslahatnya berkaitan erat dengan takwa, sebuah kata yang tersebut sebanyak 224 kali dalam Al Qur’an. Kenyataan semacam ini bukankah seharusnya lebih dari cukup untuk menjadi pegangan kita dalam setiap langkah di kehidupan ini.
Ujian Yang Hebat
Sikap wara’ seseorang juga akan mengalami ujian yang sangat hebat ketika menghadapi dua perkara; kedudukan dan harta. Maklum, dua perkara tersebut akan selalu dikejar oleh manusia, sayangnya keduanya tak pernah memberikan rasa puas bahkan hanya memberi rasa haus yang semakin menyengat, rasa haus inilah yang seringkali mematikan hati manusia sehingga segala cara akan dihalalkan demi mengobati kehausan yang tak akan pernah terobati.
Terlebih lagi soal kedudukan, berapa banyak manusia yang terjerumus dalam jurang kebinasaan akibat ketamakan mereka terhadap kedudukan, jabatan, ataupun kepemimpinan. Nyatanya wara’ dari emas dan perak terasa lebih ringan dibanding wara’ terhadap kedudukan. Sebab emas dan perak seringkali dikorbankan demi memenuhi syahwat manusia untuk tampak menonjol dan memimpin.
Berapa banyak harta benda yang habis dalam sebuah pesta demokrasi, berapa banyak negara yang mengalami kekacauan-kekacauan baru usai menggelar pesta demokrasi, berapa banyak kesengsaraan-kesengsaraan baru yang harus ditanggung rakyat di saat yang sama. Semua karena syahwat segelintir manusia terhadap jabatan serta kedudukan.
Oleh karena itu, seorang muslim sudah seharusnya berpegang teguh pada apa yang diyakininya sebagai kebenaran, dan harus senantiasa mengabaikan perkara-perkara syubhat sampai datang kejelasan perkara tersebut. Janganlah seorang muslim berbicara mengenai sesuatu yang belum pasti kebenarannya, dan jangan pula seorang muslim berbicara mengenai sesuatu yang telah pasti kebenarannya, melainkan jika hal itu membawa maslahat ketika disampaikan kepada khalayak.
Dan sikap wara’ bekerja sebagaimana iman bekerja. Jika iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan, maka wara’ akan bertambah ketika manusia menjauhi perkara syubhat serta mampu mengendalikan syahwatnya, dan akan berkurang ketika manusia menceburkan dirinya ke medan syubhat dan syahwat.    
Potret Wara’ Yang Terlupakan
Adalah Imam Nawawi, sang ulama besar madzhab Syafii yang tinggal, hidup, dan mati di Syam. Kendati demikian, beliau belum pernah merasakan buah-buahan negeri tersebut. Ketika ditanya mengapa beliau berbuat demikian, maka beliau menjawab, “Sesungguhnya di sana terdapat kebun-kebun wakaf yang hilang, dan aku khawatir makan dari harta wakaf tersebut.”
Potret kewara’an Imam Nawawi lainnya dapat kita jumpai pada saat beliau harus berhadapan dengan Zahir Baibars, penguasa Syam saat itu. Untuk memperkuat persenjataan pasukan kaum muslimin Baibars membutuhkan dana yang tak sedikit, maka dia meminta para ulama agar memberikan fatwa yang menghimbau kaum muslimin agar menginfakkan harta mereka untuk membeli senjata.
Maka seluruh ulama Syam pun memberikan fatwanya, kecuali Imam Nawawi. Imam Nawawi pun dipanggil menghadap Zahir Baibars. “Aku hendak menyingkirkan musuh-musuh Allah dan menjaga wilayah Islam. Lalu mengapa engkau tidak mau memberikan fatwamu agar kaum muslimin mengumpulkan harta untuk membeli persenjataan?”

Imam Nawawi pun menjawab, “Sungguh, dahulu engkau datang kepada kami sebagai hamba sahaya yang tidak punya harta sedikit pun, sekarang aku lihat di sekelilingmu, ada pelayan laki-laki, pelayan perempuan, istana-istana serta sawah ladang yang luas. Padahal itu bukan hartamu, jika engkau jual itu semua untuk membeli senjata, lalu sesudah itu engkau masih membutuhkan lagi, maka saya akan memberikan fatwa kepadamu untuk mengumpulkan harta kaum muslimin.”
Zahir berteriak karena marahnya, “Keluar engkau dari negeri Syam.” Maka beliau pun keluar dari Syam ke desa kelahirannya Nawa.
Tak lama setelah peristiwa tersebut, para ulama negeri Syam berbondong-bondong menemui Zahir Baibars dan berkata, “Kami tak mempunyai kuasa apa pun tanpa persetujuan Muhyiddin An Nawawi.”
“Jika demikian halnya, kembalikan dia.” Kata Zahir.
Kemudian para ulama tersebut pun membujuk Imam Nawawi agar kembali ke Syam. Namun beliau malah menjawab, “Demi Allah, aku sekali-kali tidak akan memasuki Syam selama Zahir masih di sana.”
Inilah sikap wara’, yang menjadikan hati bersikap sedemikian gagahnya, menumbuhkan sikap keperwiraan serta memberi jiwa kekuatan yang luar biasa. Hati yang dihiasi sifat wara’ adalah hati yang gagah, berani, kuat, dan perkasa.
Adapun hati yang bergelimang syahwat dan syubhat adalah hati yang lemah serta sakit. Para pemilik hati yang lemah tidak akan banyak berkontribusi dalam pekerjaan iqomatuddienjustru seringkali menjadi beban bagi yang lainnya.
Dan Allah pun mengabulkan sumpah Imam Nawawi, tak lama sesudah Imam Nawawi mengucapkan sumpahnya, Zahir Baibars mati. Maka kembalilah Imam Nawawi ke negeri Syam.

Penulis: Bang Azzam  
https://www.kiblat.net/2018/11/25/imam-nawawi-potret-wara-yang-terlupakan


Dr. Mu’inudinillah Basri: Kecintaan Kepada Nabi ﷺ dengan Menegakkan Tauhid Senin, 26 November 2018 10:38

KIBLAT.NET, Solo – Ketua Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS), Dr. Mu’inudinillah Basri mengatakan bahwa salah satu bentuk kecintaan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menegakkan, menyerukan dan membela kalimat tauhid. Hal ini ia sampaikan dalam tabligh akbar maulid nabi di Bundaran Gladak pada Ahad (25/11/2018).
“Kita peringati maulid dengan tauhid adalah kecintaan kita kepada Allah dan Rasul, kita melaksanakan maulid karena kita juga tidak anti maulid,” ungkapnya di atas panggung.
DSKS sengaja memilih tema “Semarak Maulid dengan Tauhid”. Ini sebagai pesan perayaan maulid harus diiringi dengan kecintaan kepada tauhid. Karena dalam suri tauladan Nabi terdapat semangat untuk menyebarkan tauhid, menyerukannya ke seluruh dunia.
“Jangan ngaku cinta nabi, jangan hanya memeriahkan maulid tetapi tidak menegakkan tauhid. Kita ingin mengatakan bahwa maulid itu ya tauhid,” ujarnya.
Dia kemudian para hadirin dan kaum muslimin untuk merayakan maulid dengan menegakkan tauhid dalam kehidupan. “Salah satu sebab kaum Muslimin bisa menang adalah dengan tauhid, kaum muslimin bersatu dengan tauhid, dan kaum muslimin bisa merealisasikan baldatun tayyibun ghofur dengan tauhid,” imbuhnya.
Ustadz Mu’in juga mengingatkan hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, bahwa ketika matahari satu mil di atas kepala manusia, semua kehausan. Maka orang yang paling bahagia dengan syafaat Nabi kelak adalah mereka yang mengatakan ‘Laa ilaaha illallah’ dengan ikhlas.

“Kita ingin beruntung? kita ingin jaya? maka katakanlah “Laa ilaaha illallah’,” tutupnya.
Reporter: Reno Alfian
Editor: M. Rudy
Dr. Mu’inudinillah Basri: Kecintaan Kepada Nabi ﷺ dengan Menegakkan Tauhid
https://www.kiblat.net/2018/11/26/dr-muinudinillah-basri-kecintaan-kepada-nabi-%EF%B7%BA-dengan-menegakkan-tauhid/


Taliban Mengutuk Keras Serangan Bom pada Acara Maulid Nabi di Kabul Rabu, 21 November 2018 15:19  

Foto: Imarah Islam Afghanistan
KIBLAT.NET, Kabul – Sebuah serangan bom menargetkan acara Maulid Nabi di Kabul. Imarah Islam Afghanistan (Taliban) mengutuk keras penyerangan yang menyebabkan kematian puluhan orang.
Sebuah serangan bom terjadi pada acara peringatan Maulid Nabi digelar di sebuah tempat pertemuan Uranus, dekat bandara Kabul, Selasa (20/11/2018). Sedikitnya 50 orang tewas akibat serangan tersebut dan 83 orang lainnya terluka. Belum ada pihak yang menyatakan bertanggung jawab atas serangan itu.
Taliban segera mengutuk serangan yang menyebabkan kematian sejumlah ulama itu. “Imarah Islam mengutuk keras serangan terhadap warga sipil dan pertemuan agama,” ungkap juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid, seperti dimuat situs Alemarah, Selasa (20/11/2018).
Taliban menyebut pemboman itu sebagai sebuah kejahatan. Serangan itu memperjelas adanya sejumlah lingkaran jahat yang menunjukkan wajah jahat mereka.
“Mengeksploitasi isu-isu kecil yang kontroversial, dan tidak peduli dengan pembunuhan tragis terhadap kaum muslim,” imbuh Zabihullah.
Lebih lanjut, Taliban menyeru masyarakat Afghanistan untuk memenuhi tanggung jawab mereka dalam menjegah kejahatan para penjahat. Selain itu juga menetralkan kelompok musuh.
Sumber: Alemarah
Redaktur: Imam S.
Taliban Mengutuk Keras Serangan Bom pada Acara Maulid Nabi di Kabul - Kiblat
https://www.kiblat.net/2018/11/21/taliban-mengutuk-keras-serangan-bom-pada-acara-maulid-nabi-di-kabul/


Kunci Kesuksesan Itu Bernama Sabar Senin, 19 November 2018 19:50 

KIBLAT.NET – Ketika Firaun berkuasa, bani Israel benar-benar dihinakan, mereka hidup sebagai warga kelas bawah yang statusnya disetarakan dengan budak belian. Konon ketika ada seorang Qibthi hendak membawa barang bawaan, alih-alih mencari kuda atau keledai, mereka malah memanggil salah seorang di antara bani Israel untuk mengangkat dan memikulnya.
Kondisi tersebut berlangsung cukup lama hingga kedatangan seorang Musa ‘alaihissalam di tengah-tengah mereka. Dengan penuh kesabaran Musa ‘alaihissalam membimbing mereka untuk mengenal tauhid serta menjadikan kalimat “Laa Ilaaha illallaah” sebagai fondasi keyakinan mereka.
Allah ta’ala pun menceritakan kondisi bani Israel dalam firman-Nya:
وَأَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذِينَ كَانُوا يُسْتَضْعَفُونَ مَشَارِقَ الْأَرْضِ وَمَغَارِبَهَا الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا ۖ وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ الْحُسْنَىٰ عَلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ بِمَا صَبَرُوا ۖ وَدَمَّرْنَا مَا كَانَ يَصْنَعُ فِرْعَوْنُ وَقَوْمُهُ وَمَا كَانُوا يَعْرِشُونَ
“Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bagian timur bumi dan bagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir’aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka.” (QS. Al A’raf: 137)
Allah ta’ala memberikan kekuasaan kepada Bani Israel, dikarenakan kesabaran mereka. Huruf ba’ pada kalimat bima shobaruu merupakan ba’ sababiyah, artinya: disebabkan kesabaran yang mereka miliki, maka Allah memberi kekuasaan kepada mereka di muka bumi, dan mewariskan kepada mereka negeri yang telah diberkahi; Palestina.
Bani Israel memasuki negeri tersebut sepeninggal Musa ‘alaihissalam, mereka memasukinya bersama Dawud ‘alaihissalam dan Sulaiman ‘alaihissalam. Mereka pun memerintah Palestina dengan dasar tauhid. Dengan kalimat tauhid pula, bani Israel berhak mewarisi Mesir setelah Firaun ditenggelamkan oleh Allah ta’ala karena menindas serta melalimi ahli tauhid.

Satu pelajaran yang bisa dipetik dari sepenggal kisah bani Israel di atas; bahwa Allah telah mengumumkan busyro atau kabar gembira bagi siapapun yang bersabar dalam kehidupannya dan tidak pernah berhenti menaruh sebuah harapan besar, bahwa Allah ta’ala akan membuka berbagai jalan kemudahan serta mendatangkan kemenangan bagi mereka.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
يَوَدُّ أَهْلُ العَافِيَةِ يَوْمَ القِيَامَةِ حِيْنَ يُعْطَى أَهْلُ البَلَاءِ الثَوَابَ لَوْ أَنَّ جُلُوْدَهُمْ كَانَتْ قُرِضَتْ فِيْ الدُّنْياَ بِالمَقَارِيضِ
“Ketika ahlul bala’ menerima pahala pada hari kiamat, ahlul ‘afiyah sangat menginginkan seandainya kulit mereka dipotong-potong dengan gunting.” (HR. At Tirmidzi)
Ahlul bala’ adalah sebutan bagi mereka yang ketika hidup di dunia banyak mendapatkan cobaan dari Allah ta’ala. Dalam sebuah hadits hasan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menceritakan bahwa ahlul bala’ memasuki surga tanpa melewati proses hisab, maka ahlul ‘afiyah atau orang-orang yang tidak banyak mendapat cobaan semasa hidupnya pun bertanya, “Apa gerangan dengan kalian, sehingga amal perbuatan kalian tidak dihisab?”. Mereka menjawab, “Dahulu kami bersabar dalam menghadapi cobaan dan ridha dengan ketentuan-Nya.” Maka ahlul ‘afiyah pun berangan-angan seandainya dulu di kehidupan dunia kulit mereka dipotong-potong dengan gunting, mereka pun akan ridha dengan cobaan tersebut.
Dalam sebuah hadits panjang yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menceritakan bahwa di hari kiamat kelak datanglah seorang yang ketika di dunia hidupnya bergelimang kenikmatan, lalu dia dicelupkan ke neraka dengan satu kali celupan, kemudian dia ditanya, “Hai fulan, apakah kamu pernah merasakan kesenangan?” Dia menjawab, “Tidak, aku belum pernah sekalipun mengecap kesenangan.”Kemudian didatangkan seorang yang ketika di dunia hidupnya paling sengsara dan paling sering mendapat musibah. Lalu dia dicelupkan di surga dengan satu kali celupan, kemudian ditanya, “Hai fulan, apakah kamu pernah merasakan penderitaan?” Dia pun menjawab, “Tidak, aku sama sekali tidak pernah merasakan penderitaan apapun.”

Mari kita renungkan, cukup satu celupan di surga, seseorang lupa dengan segala macam penderitaan yang pernah dialaminya di dunia. Hanya dengan satu celupan, segala macam kesulitan dan musibah selama 60 tahun atau 70 tahun terlupakan begitu saja. Betapa rendahnya segala macam cobaan dunia ketika dihadapkan kenikmatan surga yang hakiki.
Allah ta’ala berfirman,
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.”(QS. Ali Imran: 133)
Maka sudah sepantasnya seorang muslim menjalani kehidupannya di dunia dengan kesabaran yang menyeluruh. Sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, sabar dalam menjauhi larangan Allah, sabar dalam menerima ketentuan Allah, sabar dalam menjaga dan menggunakan nikmat Allah.
Baca halaman selanjutnya: Sabar Terhadap Sesuatu yang...
Kunci Kesuksesan Itu Bernama Sabar - Kiblat
https://www.kiblat.net/2018/11/19/kunci-kesuksesan-itu-bernama-sabar/


Kunci Kesuksesan Itu Bernama Sabar Senin, 19 November 2018 19:50 

Sabar Terhadap Sesuatu yang Disukai
Berdasarkan objeknya, secara garis besar sabar terbagi menjadi dua. Sabar terhadap sesuatu yang disukai dan sabar terhadap sesuatu yang dibenci. Sabar terhadap sesuatu yang disukai jauh lebih sulit daripada sabar terhadap apa yang dibenci/tidak disukai hati. Maka dari itu sahabat Abdurrahman bin ‘Auf pernah mengatakan:
Kami mampu bersabar tatkala diuji dengan kesempitan. Namun kami tidak mampu bersabar tatkala diuji dengan kelapangan.”
Maka Allah ta’ala pun mewanti-wanti kaum muslimin,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ ۚ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At Taghabun: 14)
Dr. Abdullah Azzam dalam Tarbiyah Jihadiyah menyebutkan ada empat perkara yang harus kita perhatikan pada sebuah kenikmatan yang diinginkan oleh hati, yaitu:
  1. Tidak cenderung kepadanya.
  2. Tidak terlalu bernafsu dalam mengumpulkannya, meskipun yang dikumpulkan tergolong hal yang mubah. Seperti harta dan makanan.
  3. Menjaga dan memelihara hak-hak Allah yang ada padanya.
  4. Menjauhi yang haram selama mencarinya.
Maka sekali lagi, sabar terhadap sesuatu yang kita sukai jauh lebih sukar dari sabar menghadapi musibah. Ketika mengingat akan segala nikmat yang telah kita peroleh, kita harus bersabar atasnya, yakni tidak lalai dari mengingat Allah karenanya, tidak cenderung kepadanya, dan tidak memandang remeh orang lain karenanya.

Sabar Terhadap Sesuatu yang Dibenci
Lalu sabar yang kedua adalah sabar terhadap sesuatu yang dibenci. Dr. Abdullah Azzam dalam Tarbiyah Jihadiyah membagi sabar yang kedua ini dalam tiga bagian:
  1. Sabar ikhtiyari.
  2. Sabar qahri.
  3. Sabar ikhtiyari pada awal mulanya, dan menjadi qahri pada akhirnya, dikarenakan konsekuensi-konsekuensi dari pilihan tersebut ternyata berat dirasa sehingga seseorang menjadi terpaksa menjalani konsekuensi tersebut.
Sabar ikhtiyari merupakan sabar yang merupakan sebuah pilihan, di mana seseorang mempunyai kebebasan untuk memilih antara bersabar dan tidak. Sabar ikhtiyari terjadi ketika seseorang dihadapkan pada perintah dan larangan Allah, dia dapat memilih untuk bersabar ketika menjalankan perintah Allah serta menjauhi larangan-Nya, atau dia dapat memilih untuk tidak bersabar dan bermaksiat kepada Allah.
Sabar ikhtiyari dicontohkan dengan baik oleh Yusuf ‘alaihissalam ketika digoda oleh istri tuannya, kisah ini diabadikan dalam surat Yusuf ayat 23:
وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ ۚ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ ۖ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
“Dan wanita yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: “Marilah ke sini”. Yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.” (QS. Yusuf: 23)

Mari kita renungkan, betapa luar biasanya Yusuf ‘alaihissalam yang ketika itu masih muda, perjaka, dan tentu saja beliau orang asing sehingga jikalau melakukan keburukan tidak akan ada nama keluarga yang khawatir tercoreng, namun beliau memilih untuk bersabar dan takut kepada Allah ‘azza wa jalla.
Adapun sabar qahri merupakan kesabaran dalam menghadapi musibah yang mesti dihadapi, yang manusia tidak bisa menolaknya dan tidak mempunyai pilihan selain bersabar menghadapinya. Seperti ketika Nabi Yusuf ‘alaihissalam dimasukkan ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya, tidak ada pilihan bagi beliau selain bersabar menunggu pertolongan.
Namun sabar qahri ternyata mempunyai beberapa tingkatan, dalam artian ekspresi kepasrahan seseorang ketika tertimpa musibah ternyata berbeda-beda. Bagi manusia yang lemah akal dan lemah iman, dia hanya menangis, mengeluh, dan mengemis bantuan kepada manusia lainnya. Adapun bagi manusia yang mempunyai cukup keimanan, mereka akan menahan diri untuk mengeluh kepada manusia meskipun terkadang masih timbul rasa tidak puas terhadap takdir Allah yang sedang menimpanya. Sedangkan tingkatan yang tertinggi adalah orang-orang ridha terhadap segala ketentuan Allah yang menghampiri dirinya, mereka senantiasa memenuhi waktunya dengan khusnudzon terhadap Rabbul alamindalam segala kondisi.
Penulis: Rusydan Abdul Hadi
Kunci Kesuksesan Itu Bernama Sabar - Page 2 of 2 - Kiblat
https://www.kiblat.net/2018/11/19/kunci-kesuksesan-itu-bernama-sabar/2/

Tiada ulasan: