Sabtu, 13 April 2019

Indahnya Islam. 9341.


Mencurigai Diri Sendiri
by yudi
Mencurigai Diri Sendiri
JIKA kita berdakwah atau menasihati orang lain kemudian ditolak, maka mungkin disebabkan oleh beberapa hal:
1]. Mungkin apa yang kita dakwahkan atau kita nasihatkan belum dilandasi dengan keikhlasan. Masih banyak tersisipi dengan berbagai niat yang lain atau kepentingan-kepentingan yang bersifat duniawi.
2]. Mungkin karena hati orang yang kita dakwahi atau kita nasihati memang keras seperti batu. Sehingga kebaikan yang kita sampaikan akhirnya mental, tak menimbulkan bekas sama sekali.

Jika dalam kondisi seperti ini, maka yang pertama kali harus dituduh dan dicurigai adalah diri kita sendiri, dengan memilih kemungkinan pertama. Karena hati yang keras terkunci, hanya bisa dibuka dengan kunci keikhlasan. Dengan demikian, kita akan senantiasa sibuk dengan intropeksi diri terhadap hal-hal yang masih kurang dari diri kita. Sebagaimana dinyatakan oleh sebagian ahli hikmah:

إن من دلائل الإخلاص و علامات المخلصين اتهامهم لأنفسهم بالتقصير

“Sesungguhnya dari indikasi keikhlasan dan tanda-tanda orang yang ikhlas, mereka senantiasa menuduh diri mereka dengan berbagai kekurangan”.
Bukannya kita malah senantiasa menuduh dan mencurigai orang lain dengan memilih kemungkinan yang kedua. Sehingga bawaannya sering marah-marah, merendahkan, dan mencaci, kepada siapa saja yang tidak mau menerima dakwah dan nasihat kita dengan melebelinya sebagai seorang yang “menolak kebenaran” atau “mengikuti hawa nafsu”.
Salah satu sifat mu’minun shiddiqun (orang mu’min yang jujur), mereka senantiasa mencurigai dan mengkhawatirkan diri sendiri sebelum orang lain. Alloh berfirman :
“Dan orang-orang yang telah memberikan apa yang mereka berikan dengan hati yang takut (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka”. [QS. Al-Mu’minun : 60].

Imam Al-Baghawi –rahimahullah- (wafat : 510 H)berkata :
{وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ} أَنَّ ذَلِكَ لَا يُنْجِيهِمْ مِنْ عَذَابِ اللَّهِ وَأَنَّ أَعْمَالَهُمْ لَا تُقْبَلُ مِنْهُمْ
“(Dan hati mereka takut), artinya : sesungguhnya (mereka khawatir) hal itu (infak mereka) tidak akan menyelamatkan mereka dari siksa Alloh dan sesungguhnya amalan mereka tidak akan diterima”.[Ma’alim At-Tanzil : 5/421].
Jika kita memperhatikan sirah para salaf shalih, kita akan dapatkan bahwa mereka adalah orang-orang yang senantiasa menuduh diri sendiri.
Saat nabi –shollallahu ‘alaihi wa sallam- menyebutkan tentang beberapa nama orang munafiq, maka Umar bin Al-Khathab bertanya kepada Hudzaifah : “Apakah aku termasuk yang disebut oleh Rosulullah bagian dari mereka?”.
Sahabat Hudzaifah –radhiallohu ‘anhu- pernah berkata :”Seandainya ada seorang yang datang kepadaku, lalu dia berkata kepadaku : “Demi Alloh ! yang tidak ada sesembahan selain-Nya, Wahai Hudzaifah ! amalanmu bukanlah amalan orang yang beriman kepada Alloh!”. Sungguh aku akan berkata kepadanya :”Wahai si fulan (si anu) ! janganlah engkau tebus sumpahmu, karena kamu tidak melanggarnya”.(artinya sumpahmu benar, bahwa amalanku bukan amalan orang yang beriman).
Imam Asy-Syafi’i –rahimahullah- pernah bersyair :
أحب الصالحين و لست منهم***لعلي أن أنال بهم شفاعة
وأكره من تجارته المعاصي***و إن كنا سواء في البضاعة
“Aku mencintai orang-orang shalih, padahal aku bukan termasuk dari mereka. Semoga aku bisa mendapatkan syafa’at (pertolongan) dengan sebab mereka.
Aku membenci kemaksiatan dari perdagangannya. Walaupun kami sama dalam barang dagangan”. 
Demikian coretan ringan kali ini. Semoga Alloh Ta’ala menjadikan kita sekalian orang-orang yang senantiasa sibuk untuk mencurigai diri kita sendiri dan menjadikan kita sekalian para hamba-Nya yang senantiasa bersyukur. Amin ya Rabbal ‘alamin.
Catatan : Tulisan ini terinspirasi oleh status seorang sahabat, kemudian kami olah serta kami lengkapi dengan beberapa faidah.

Orang yang Kelak Dibangkitkan bersama Malaikat, oleh Ustadz Abdul Somad
Seorang Pemuda Bertanya soal Jodoh, Ini Jawaban UAS
SAAT dibangkitkan, manusia akan dikelompokkan menjadi berkelompok-kelompok dengan berbagai macam rupa dan bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan amal ibadahnya. Hal ini tertera dalam  firman Allah SWT: “Yaitu hari (yang pada waktu itu) ditiup sangkakala lalu kamu datang berkelompok-kelompok.” (QS. An-Naba ayat 18)

Pada hari itu, semua manusia hanya akan memikirkan dirinya sendiri. Bahkan, ketika orang tua, suami, dan anak disebelahnya diseret oleh malaikat, mereka tidak akan saling menolong karena lebih mementingkan nasibnya sendiri.


Tapi ternyata ada orang yang dibangkitkan bersama para malaikat? Siapa mereka? Simak uraian Ustadz Abdul Somad, Lc., MA.,  berikut ini. Video kami ambil dari Para Pejalan di YouTube.

“Orang yang mahir membaca Al-Qur’an, dia berada bersama para malaikat yang terhormat dan orang yang terbata-bata di dalam membaca Al-Qur’an serta mengalami kesulitan, maka baginya dua pahala.” (Potongan Hadits yang dikeluarkan oleh Imam Muslim dari hadits Aisyah Radhiyallahu ‘anha no. 244-(898), kitab Al-Musafirin wa Qashruha, bab. 38)






Imej mungkin mengandungi: satu atau lebih orang
Sya’ban, Bulan Pelaporan Amal Tahunan
by Sodikin
Allah Ampuni Dosa Kita Meskipun Sepenuh Bumi, Jika…
SYA’BAN termasuk salah satu dari empat bulan haram (bulan suci) sebelum tibanya bulan mulia yang dirindukan, yaitu bulan suci Ramadhan.

Sya’ban atau yang biasa disebut ‘Ruwah’ oleh masyarakat Sunda kerap dilalaikan karena terletak di antara Rajab dan Ramadhan. Padahal ada momentum luar biasa yang terjadi di bulan ini.


Dijelaskan dalam hadis dari sahabat Usamah bin Zaid, dia berkata, “Aku bertanya kepada Nabi, “Ya Rasulullah, aku tidak melihat engkau sering berpuasa dalam satu bulan kecuali di bulan Sya’ban?”

Rasulullah SAW menjawab: “Ini adalah bulan yang banyak dilalaikan orang, terletak antara Rajab dan Ramadan. Padahal Sya’ban adalah bulan diangkatnya amal kepada Tuhan yang mengatur semesta alam. Aku ingin, saat amalku diangkat, aku dalam keadaan berpuasa.”

Inilah peristiwa agung yang terjadi di bulan Sya’ban yakni diangkatnya amal perbuatan kita oleh malaikat pencatat amal untuk dilaporkan kepada Allah SWT. 

Para ulama menjelaskan, bahwa proses pelaporan amal kepada Allah SWT terjadi tiga kali yakni laporan secara harian, pekanan dan tahunan. 

1Pelaporan amal harian

Pelaporan amal harian terjadi dua kali dalam sehari yskni pagi saat shalat subuh, dan sore saat shalat asar.
Rasulullah SAW bersabda, “Para Malaikat di malam dan siang hari silih berganti mengawasi kalian, dan mereka berkumpul pada saat shalat Subuh dan shalat Ashar, kemudian para malaikat yang mengawasi kalian semalam suntuk naik (ke langit). Allah menanyakan kepada mereka, padahal Dia lebih mengetahui dari mereka, ‘Dalam keadaan apakah kalian tinggalkan hamba-hamba-Ku?’ Para Malaikat menjawab, ‘Kami tinggalkan mereka dalam keadaan mengerjakan shalat.’” (HR. Ahmad 8341, Bukhari 555, Muslim 1464 dan yang lainnya).

2Pelaporan amal pekanan

Terjadi setiap hari Senin dan Kamis. Sahabat Abu Hurairah ra mengabarkan, “Aku pernah mendengar Nabi SAW bersabda: Amalan-amalan manusia dilaporkan kepada Allah serial hari Kamis malam Jumat. Orang yang memutus tali silaturahmi, amalannya tidak akan diterima,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Tirmidzi dijelaskan, “Amalan manusia dilaporkan kepada Allah setiap hari Senin dan Kamis. Dan aku suka saat amalku dilaporkan, kondisiku sedang puasa.”

3Pelaporan amal tahunan

Terjadi di bulan Sya’ban. Berdasarkan hadis tersebut di atas. Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda, “Ini adalah bulan yang banyak dilalaikan orang, terletak antara Rajab dan Ramadhan. Padahal Sya’ban adalah bulan diangkatnya amal kepada Tuhan yang mengatur semesta alam. Aku ingin, saat amalku diangkat, aku dalam keadaan berpuasa.” (HR. Nasa-i no. 2329)

Amalan manusia dalam satu tahun, diangkat pada bulan Sya’ban. Sebagaimana dikabarkan oleh As-Shodiqul Mashduq (Orang yang jujur lagi dibenarkan, yakni Rasulullah SAW bahwa Sya’ban adalah bulan diangkatnya amal.

BACA JUGA: Catatan tentang Ajal dan Bulan Sya’ban

Demikian pula amalan dalam sepekan dilaporkan kepada Allah pada hari Senin dan Kamis. Adapun amalan (harian) siang dilaporkan di penghujung siang sebelum malam tiba. Dan amalan malam dilaporkan di penghujung malam sebelum tibanya siang.

Pelaporan amal harian, lebih khusus daripada pelaporan amal tahunan.

Ketika ajal seseorang datang, seluruh amal perbuatan yang dia lakukan di selama hidupnya, akan diangkat seluruhnya. Kemudahan lembaran catatan amalnya akan digulung.”

(Dikutip secara ringkas dari Hasyiyah Ibnul Qayyim ‘alas Sunan Abi Dawud, 12/313). []
SUMBER: KONSULTASI SYARIAH
https://www.islampos.com/syaban-bulan-pelaporan-amal-tahunan-143667/?


Tiada ulasan: