Sabtu, 13 April 2019

Mendapat redha Allah. 9340


Di perjalanan hidup In Syaa Allah untuk mendapat redha Allah Subhanahu Wa Ta'alla. 

Ketika Nabi ﷺ dan Abu Bakar Singgah di Gua Tsur
by yudi
Nabi dan Abu Bakar di Bukit Tsur
Gua Tsur. Foto: Syamil Quran
RASULULLAH shalallahu ‘alaihi wasallam meninggalkan rumah beliau pada malam tanggal 27 Safar tahun kenabian. Beliau menuju kediaman Abu Bakar, sahabat terdekatnya yang selalu setia menemani perjalanan beliau. Kemudian keduanya bersegera bersama-sama meninggalkan Mekah sebelum fajar menyingsing.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang ketika itu telah mengetahui bahwa orang-orang Quraisy akan berupaya keras untuk mengejar dan mencelakakan beliau, maka dari itu beliau memilih jalan yang berlawanan arah dengan arah jalan yang mereka sisir dari kota Madinah menuju ke arah utara.

Beliau ﷺ menempuh jalan sepanjang 5 mil menuju ke arah Yaman, kemudian sampai di bukit yang dikenal dengan bukit Tsur. Sebuah bukit yang tinggi, terjal, dan sulit untuk didaki karena banyak bebatuan. Kondisi ini membuat kaki Rasulullah ﷺ lecet (karena tanpa alas). Ada riwayat yang menyebutkan bahwa ketika beliau ﷺ sampai di sana dan berjalan di jalur tersebut, beliau bertumpu pada ujung-ujung kakinya agar jejaknya tak nampak.

Beliau kemudian harus digendong oleh Abu Bakar untuk mencapai puncak bukit, Abu bakar memegangi beliau dengan kencang hingga akhirnya sampai ke sebuah gua di puncak bukit itu yang kemudian dikenal dengan nama Gua Tsur.

Begitu tiba, Abu Bakar berkata, “Demi Allah, engkau jangan masuk dulu sebelum aku masuk; jika ada sesuatu di dalamnya, maka biarlah hanya aku yang mengalaminya. Kemudian ia masuk untuk menyapunya, dan didapatinya di sisi gua tersebut ada beberapa lubang, maka ia pun menyobek kainnya dan menyambutnya tetapi masih tinggal dua lubang lagi, lantas ditutupinya dengan kedua kakinya.
Kemudian ia berkata Rasulullah ﷺ, “Masuklah.” Rasulullah ﷺ pun masuk dan merebahkan kepalanya di pangkuannya lalu tertidur. Sementara kaki Abu Bakar yang digunakan untuk menyumbat lubang, disengat (binatang berbisa) namun ia bergeming sedikit pun karena khawatir membangunkan Rasulullah ﷺ. Kondisi ini membuat air matanya menetes hingga membasahi wajah beliau ﷺ. Lalu beliau ﷺ berkata kepadanya, “Ada apa denganmu, wahai Abu Bakar?”
“Ayah dan ibuku menjadi tebusanmu, wahai Rasulullah ﷺ! Aku telah disengat,” jawabnya.
Lantas Rasulullah ﷺ kemudian meludah kecil ke arah bekas sengatan tersebut hingga apa yang dirasakan Abu Bakar hilang tak terasa sama sekali. []
Sumber: Syaikh Shafiyyurahman al-Mubarakfuri. 1421 H. Ar-Rahiq al-Makhtum, Sirah Nabawiyah “Perjalanan Hidup Rasul Yang Agung Muhammad ﷺ”. Jakarta: Darul Haq.

Aisyah Buat Rambut dan Jenggot Nabi ﷺ Berkilau-kilau
by yudi
Jenggot Nabi
“ADA tiga hal yang kucintai dari dunia kalian; wewangian, perempuan, dan hatiku yang dibuat sejuk dalam shalat.” Itulah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang mendampingkan kecintaan beliau terhadap wewangian disamping perempuan dan khusunya beliau dalam shalat.
Salah satu bukti kecintaan Rasulullah ﷺ kepada wewangian adalah seringnya beliau bersiwak. Dengan bersiwak mulut menjadi lebih suci dan juga bersih, Allah pun meridhai.
Setiap bangun malam, Rasulullah ﷺ akan langsung ke tempat siwak beliau lalu bersiwak dan memakai wewangian sewangi-wanginya hingga memalingkan pandangan pembantu ciliknya, Anas ibn Malik. Ia berkata, “Belum pernah kucium ambar, kesturi, atau wewangian lain yang lebih wangi dari aroma Rasulullah ﷺ.”
Ummul Mukminin Aisyah pun sering memakaikan wewangian kepada Nabi ﷺ. Aisyah menuturkan saat Rasulullah ﷺ hendak menunaikan haji, “Aku memakaikan wewangian kepada Nabi ﷺ, kemudian beliau ﷺ berkeliling ke bilik semua istrinya. Paginya beliau mengenakan pakaian ihram dan memercikkan wewangian.” Hal yang sama pun dilakukan Aisyah kepada Nabi ﷺ sebelum beliau melakukan tawaf, tetapi sudah bertahallul. Begitu banyaknya wewangian yang dipakaikan Aisyah hingga rambut dan jenggot Nabi ﷺ berkilau-kilau.

Begitu perhatiannya Aisyah pada rambut Nabi. Saat berada di masjid, sering beliau melongokkan kepalanya ke kamar Aisyah, lalu ia pun menyisirkan rambut beliau. []
Sumber: Dr. Nizar Abazhah, 2009. Bilik-Bilik Cinta Muhammad, Kisah Sehari-hari Rumah Tangga Nabi ﷺ. Diterjemahkan dari Fi Bayt al-Rasul, terbitan Dar al-Fikr. Jakarta: Zaman.

Menyingkap Isyarat Sentuhan Tangan di Dada dalam Tradisi Ulama Sufi
Prabowo Dialog dengan Ustaz Somad
Oleh: Ust. Dr. Miftahur Rahman el-Banjary, MA

DI banyak literatur kitab-kitab tasawuf, seperti di dalam kitab “Ad-Durah al-Kheridah Syarh el-Yaqout el-Faridah” oleh Imam Muhammad bin Fatha bin Abdul Wahid as-Susy at-Tathyifie dan kitab “El-Jawahir el-Ghawaly fi Zikr el-Asanid el-‘Awaly” oleh syekh al-Bariedy ada banyak penjelasan tentang talqin zikir.
Di antara salah satu riwayat atsar dimana Rasulullah shallallahu alaihi wassalam pernah mengajarkan talqin zikir dengan cara menyentuhkan tangan beliau yang mulia di dada Sayyidina Ali bin Abi Thalib sembari dia diminta memejamkan mata dan menyimak kalimah tersebut. Demikian riwayatnya:
سأل علي رضي الله عنه النبي الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فقال يا رسول الله: دلني على أقرب الطرق إلى الله تعالى وأسهلها على عباده وأفضلها عند الله تعالى. فقال يا علي عليك بمداومة ذكر الله تعالى في الخلوة.
فقال علي كيف أذكر يا رسول الله قال عليه الصلاة والسلام غمض عينيك واسمع مني ثلاث مرات ثم قل أنت ثلاث مرات وأنا أسمع. فقال النبي رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لا إله إلا الله ثلاث مرات مغمضا عينيه رافعا صوته وعلي يسمع ثم قال علي لاإله إلا الله ثلاث مرات مغمضا عينيه رافعا صوته والنبي رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يسمع …
Sayyidina Ali bin Abi Thalib pernah bertanya pada Rasulullah, “Wahai Rasulillah, tunjukkan padaku satu jalan yang dapat mendekatkan diriku pada Allah dengan cara ibadah yang mudah dilakukan serta paling afdhal di sisi Allah.”

Rasulullah bersabda: “Wahai Ali hendaknya engkau mendawamkan zikir kepada Allah dalam kesendirian.”
Sayyidina Ali bin Abi Thalib berkata, “Bagaimana caranya duhai Rasulullah saya berzikir?”
Rasulullah menjawab,” Pejamkan matamu, simak aku tiga kali, lalu ucapkan hal serupa sebanyak tiga kali dan aku mendengarkannya.”
Nabi menyentuhkan tangan beliau ke dada Sayyidina Ali, lalu mengucapkan: لا إله إلا الله، لا إله إلا الله، لا إله إلا الله “Laailaha ilallah. Laailaha ilallah. Laailaha ilalllah.”
Sayyidina Ali mendengarkan, kemudian mengikuti ucapan lafadz zikir yang sama sebagaimana halnya yang ditalqinkan oleh Rasulullah sebanyak 3 kali.
Demikian kaifiyat zikir yang diajarkan oleh Rasulullah yang kemudian diajarkan oleh sayyidina Ali pada Hasan dan Husien, dilanjutkan dari generasi ke generasi yang kemudian ditradisikan dalam dunia sufi oleh Imam Hasan al-Bashri.
Nah pertanyaannya, “Mengapa menyentuhkan tangan di dada dalam metode talqin zikir?”
Dalam dunia thariqah, dikenal beberapa metode talqin zikir sebagaimana isyarat-isyarat yang pernah dipraktekkan oleh Rasulullah, diantaranya:
  1. Menyentuhkan tangan seorang mursyid ke dada muridnya sembari ditalqinkan zikir dikenal dengan istilah “Mulamasah” (ملامسة). Hal ini biasa dilakukan antara sesama lelaki.
  2. Berjabat tangan biasa antara Mursyid dan muridnya dikenal dengan istilah “Mushafahah” (مصافحة). Rasulullah berbaiat dengan para wanita Madinah dalam perjanjian Aqabah melalui perantara air. Nabi saw. pernah memasukkan tangannya ke wadah berisi air, lalu para sahabat wanita bersama-sama memasukkan tangannya ke air sembari berbaiat setia.
  3. Berjabat tangan dengan saling memasukkan jari jemari tangan antara Mursyid dan muridnya dikenal dengan istilah “Mu’anaqah” (معانقة).
  4. Berjabat tangan dengan cara saling bertumpu satu sama lain dikenal dengan istilah “Mubaya’ah” (مبايعة). Hal ini pernah dilakukan oleh Rasulullah di bawah pohon pada peristiwa perjanjian Aqabah I dan Aqabah II.
Semua metode berbai’ah ala sufi ini terdapat banyak sekali dalil-dalilnya di dalam al-Qur’an maupun hadits. Diantaranya dalilnya terdapat dalam surah al-Fath ayat 10, al-Fath ayat 18 dan al-Mumthahinah ayat 18 serta banyak sekali riwayat hadits-hadits bai’at yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu di sini.
Jadi, hampir semua thariqah-thariqah sufiyyah melakukan metode-metode baiat semacam itu dalam tradisi talqin zikir agar mendapat hubungan pertalian syafaat serta bimbingan spritual rouhiyyah dari para Mursyid agar mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat.
Di dalam tradisi “Bait Zikr” dengan metode yang pertama “al-Mulamasah” banyak dipraktekkan di dalam Thariqah Naqsabandiyyah. Sedangkan metode kedua “al-Mushafahah” dan “al-Mu’anaqah” biasa dipraktikkan dalam Thariqah Samaniyyah.
Dan terakhir metode “al-Mubaya’ah” biasa dipraktekkan dalam tradisi thariqah “An-Naqsabandiyyah Al-Qadiriyyah”. Kebetulan alhamdulillah, al-faqir saya sendiri pernah dibait pada thariqah-thariqah tersebut.
Sebab dada adalah simbol hati yang dapat menampung hakikat rahasia zikir serta hati adalah pandangan utama bagi Allah. Bukankah di dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari: “Sesungguhnya Allah tidak lah memandang wajah rupa kalian, melainkan Allah menatap pada hati-hati kalian.”
Oleh karena itulah, pesan Tuan Guru Abdul Shomad yang juga merupakan seorang Mursyid thariqah Naqsabandiyyah Qadiriyyah menasihati Bapak Prabowo agar jangan sampai menjadikan hati menjadi kosong berzikir mengingat Allah. Beliau mengajarkan cara berzikir, kemudian membaitnya dengan cara menyentuhkan tangan beliau di dada mantan Jenderal itu.
Nasihat yang disampaikan oleh Tuan Guru Abdul Shomad bukan sekadar nasihat biasa, melainkan apa yang kita saksikan di siaran live Tv One eksklusif kemarin sore, saya melihatnya dalam persepsi seorang ustadz sebagai sebuah prosesi “Bait Zikir” serta deklarasi tradisi para ulama sufi menyambungkan silsilah sanad zikir bersambung hingga Rasulullah Saw.
Sentuhan tangan tersebut merupakan sebuah “Deklarasi Spiritual” serta doa restu seorang Mursyid terhadap muridnya ketika akan mengemban amanah besar.
Meski sebelumnya, Bapak SBY dan Pak Yusuf Kalla pernah “dibait” langsung disentuh dadanya oleh Syekh Hisyam Kabbani. Dan juga demikian bang Sandiaga Uno. Namun, sayangnya tidak bisa kita saksikan secara live seperti Pak Prabowo kemarin.
Hal tersebut sebuah simbol “Semiotic of Sufisme” yang tidak akan bisa dipahami, terkecuali oleh mereka yang paham tentang tradisi para ulama mursyid sufi biasanya dalam mentarbiyah murid-muridnya melalui simbol-simbol zikir.
Saya merasa bersyukur, sekaligus terharu, sebab dalam sejarah kepemimpinan Indonesia, baru kali ini prosesi “Bait Zikr” terhadap calon pemimpin bangsa bisa disaksikan secara live. []

Pelayan yang Selalu Mengatakan ‘Allah Itu Baik, Ia Tak pernah Salah’
by Adam
Wahai Ibu, Kau Tidak Pernah Dengar Seruan Khalifah pada Para Pedagang?
ZAMAN dulu seorang Raja yang mempunyai seorang pelayan, yang dalam setiap kesempatan selalu berkata kepada sang Raja: “Yang Mulia, jangan khawatir, karena segala sesuatu yang dikerjakan Allah adalah sempurna, Ia tak pernah salah.”
Suatu hari, mereka pergi berburu, seekor binatang buas menyerang sang Raja. Si pelayan berhasil membunuh binatang tersebut, namun Rajanya kehilangan sebuah jari tangan.

Raja geram tanpa merasa berterima kasih, berkata, “Kalau Allah itu baik, saya tidak akan diserang oleh binatang buas dan kehilangan satu jari saya..!”

Pelayan menjawab, “Apapun yang telah terjadi kepada Yang Mulia, percayalah bahwa Allah itu baik dan apapun yang dikerjakanNya adalah sempurna, Ia tak pernah salah.”
Raja tersinggung, sekembalinya ke istana, Raja memerintahkan untuk memenjarakan si pelayan. Yang masih saja mengulangi perkataannya: “Allah adalah baik dan sempurna adanya.”
Esoknya, sang Raja pergi berburu sendirian, dan karena pergi terlalu jauh ia ditangkap oleh orang-orang primitif yang biasa menggunakan manusia sebagai korban.
Di atas altar persembahan, orang-orang primitif tersebut menemukan bahwa sang Raja tidak memiliki jari yang lengkap. Mereka kemudian melepaskan Raja tersebut karena dianggap tidak sempurna untuk dipersembahkan kepada dewa mereka.
Sekembalinya ke istana, sang Raja memerintahkan para pengawal untuk mengeluarkan si pelayan dari tahanan, dan Raja itu berkata: “Temanku. Allah sungguh baik kepadaku. Aku hampir saja dibunuh oleh orang primitif, namun karena jariku tidak lengkap, mereka melepaskanku.
“Tapi aku punya sebuah pertanyaan untukmu. ‘Kalau Allah itu baik, mengapa Ia membiarkan aku memenjarakanmu?'”
Si pelayan tersenyum dan kemudian berujar, “Yang Mulia, kalau saja baginda tidak memenjarakan saya, Baginda pasti sudah mengajak saya pergi berburu, dan saya pasti sudah dijadikan korban oleh orang-orang primitif sebab semua anggota tubuh saya masih lengkap.” []
Kisah ini beredar secara viral di blog dan media sosial. Kami kesulitan menyertakan sumber pertama

☠ 

 ﷺ

Dibukakan Pintu Surga bagi Orang yang Berdoa setelah Wudhu
by Saad Saefullah
Perlu Diingat, Ini Manfaat Menghirup Air ke Hidung Saat Wudhu
WUDHU merupakan salahsatu syarat sahnya shalat. Maka dari itu wudhu merupakan salahsatu hal yang sangat penting untuk kita ketahui. Termasuk di dalamnya berdoa setelah wudhu. Ternyata berdoa setelah wudhu ini sendiri memiliki keutamaan-keutamaan berdasarkan hadits Radulullah SAW.

Dari Umar radhiyallahu ‘anhuia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah salah seorang diantara kalian berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, kemudian mengucapkan, “Asyhadu an laa laaha illallaahu wa anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuuluhu.” Akan dibukakan untuknya pintu-pintu surga yang delapan, ia dapat masuk dari pintu mana saja yang ia kehendaki.” (HR Muslim: 234)

Atau yang tercantum dalam hadis Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu secara marfu’, “Barangsiapa yang berwudhu, lalu ia selesai dari wudhunya, kemudian mengucapkan, “Subhaanakallaahumma wa bihamdika, asyhadu an laa ilaaha illaa anta, wa astaghfiruka wa atuubu ilaika.” Allah akan menutup diatasnya (bacaan itu) dengan penutup4, kemudian ia diangkat hingga ke bawah Arsy, dan tidak dibuka hingga hari kiamat.” (HR Nasa’i dalam ‘Amal Yaul wa Lailah, hal. 147, Hakim: 1/752)
Hajar rahimahullah menshahihkan sanadnya1 dan menjelaskan bahwa hadis tersebut tidak valid secara marfu’ (sampai kepada Rasul), ia hanya mauquf (terhenti pada sahabat). Namun hal itu tidak apa-apa, karena tetap hukumnya marfu’, karena tidak ada celah dalam berpendapat dalam masalah ini.
Ketika berwudhu, hendaknya seorang muslim menyadari bahwa ia sedang melaksanakan sebuah ibadah yang memiliki tiga keutamaan besar. Wudhu akan mendatangkan cinta Allah kepadanya, menjadi sebab diampuni dosa-dosanya dan menjadikannya kelak pada hari kiamat dipakaikan perhiasanperhiasan pada anggota-anggota wudhunya.
Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al Baqarah: 222)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seorang hamba muslim –atau mukmin- berwudhu, saat ia membasuh wajahnya, maka akan keluar dari wajahnya setiap dosa yang ia lihat bersama dengan air –atau tetesan air terakhir. Saat ia membasuh kedua tangannya, maka akan keluar dari kedua tangannya setiap dosa yang ia perbuat dengan kedua tangannya bersama dengan air –atau bersama tetesan air terakhir. Saat ia membasuh kedua kakinya, maka akan keluar setiap dosa yang dilangkahkan oleh kakinya bersama air –atau bersama tetesan air terakhir, hingga ia dalam keadaan bersih dari dosa-dosa.” (HR Muslim: 244)
Darinya juga, ia berkata, “Aku mendengar kekasihku bersabda, “Perhiasan seorang mukmin sesuai dengan air wudhu yang sampai kepada anggota tubuhnya.” (HR Muslim: 250).[]
Referensi: Hadiah Indah penjelasan Tentang Sunnah-Sunnah Sehari-hari/Karya: Abdullah Hamud al-Furaih/Darussalam
https://www.islampos.com/dibukakan-pintu-surga-bagi-orang-yang-berdoa-setelah-wudhu-143556/?




Kenapa Penghafal Al-Quran Biasanya Kaya? – Ustaz Adi Hidayat
by Sodikin
Luncurkan Buku, Ustaz Adi Hidayat juga Gelar Doa untuk Ani Yudhoyono
BEGITU agung dan mulianya penghafal Al Qur’an. Sampai-sampai Rasulullah SAW mengabarkan betapa mulianya dirinya hingga Allah meridhoinya untuk menaiki derajat-derajat Surga.
Inilah kemuliaan yang sesungguhnya, manakala sang hamba mengagungkan penciptanya dengan menghafal kalam-Nya.
Rasulullah SAW bersabda: “Penghafal Al Qur’an akan datang pada hari kiamat, kemudian Al Qur’an akan berkata: ’Wahai Tuhanku bebaskanlah dia.’ Kemudian orang itu dipakaikan mahkota kehormatan. Al-Qur’an kembali meminta: ‘Wahai Tuhanku tambahkanlah.’ Maka orang itu dipakaikan jubah karomah. Kemudian Al Qur’an memohon lagi: ‘Wahai Tuhanku ridhoilah dia.’ Maka Allah pun meridhoinya. Dan diperintahkan kepada orang itu: ‘Bacalah dan terus naiki derajat-derajat Surga.’ Dan Allah menambahkan setiap ayat yang dibacanya tambahan nikmat dan kebaikan.” (HR. Tirmidzi)
https://www.islampos.com/kenapa-penghafal-al-quran-biasanya-kaya-ustaz-adi-hidayat-143523/?

Ini Dia Arti Istilah Bahasa Arab yang Biasanya Digunakan di Sekitar Kita
by Saad Saefullah
Ini Dia Arti Istilah Bahasa Arab yang Biasanya Digunakan di Sekitar Kita
INTERNET membuka semua akses ilmu pengetahuan yang bisa dikatakan lengkap. Termasuk juga soal bahasa Arab. Karena para pemakainya juga merupakan aktivis dakwah, maka lumrah sekarang kita dapati istilah-istilah bahasa Arab yang sangat akrab di sekeliling kita. Nah apa saja artinya?

1. Akh (saudara pria 1 orang)
2. Akhi (saudaraku pria 1 orang)
3. Ukht (saudari perempuan 1 org)
4. Ukhti (saudariku perempuan 1 org)
5. Ikhwan/ikhwah (saudara pria banyak)
6. Akhawat (bukan akhwat, saudari perempuan banyak)
7. Ana (saya, dalam bahasa Betawi digunakan ane)
8. Anta (Anda, untuk laki-laki. Dalam bahasa Betawi digunakan ente)
9. Anti (Anda, untuk perempuan)

10. Antum (Kalian, untuk laki-laki banyak. Tapi kata ini sering juga digunakan untuk Anda (1 laki-laki), dalam rangka penghormatan). Misalnya ketika berbicara kepada yang lebih tua atau dihormati, digunakan kata Antum meskipun orangnya satu.
11. Jazaakallah khairan (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan, untuk saudara laki-laki 1 orang).
12. Jazakumullah khairan (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan, untuk laki-laki banyak, bisa juga digunakan untuk campur laki-laki dan perempuan banyak)
13. Jazaakillah (perempuan 1 orang)
14. Wa iyyaka (semoga engkau juga dibalas dengan kebaikan, jawaban bagi yang mengucapkan jazaakallah, untuk laki-laki)
15. Wa iyyaki (sama dengan: no 14, tapi untuk perempuan)<!–nextpage–>
16. Syukran (terima kasih, bisa untuk laki-laki atau perempuan)
17. Afwan (sama-sama, jawaban untuk org yg mengucapkan syukran) Tapi, afwan secara asal artinya: maaf. Karenanya biasa digunakan di awal pembicaraan. Misal : afwan, ana telat. (Maaf, saya terlambat). Padahal, kalimat ini jarang digunakan oleh orang Arab.
18. Ittaqillaah haitsumma kunta (bertaqwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada)
19. Yassarallah/sahhalallah lanal khaira haitsumma kunna (semoga Allah mudahkan kita dalam kebaikan dimanapun berada)
20. Allahummaghfir lana wal muslimin (ya Allah ampunilah kami dan kaum muslimin)
21. Syafakallah (semoga Allah menyembuhkanmu : laki-laki, Syafakillah : perempuan) Syafahallah lebih dari satu orang.
22. Fii amaanillah (Semoga dalam lindungan Allah)
23. Ilalliqa’ (Sampai ketemu lagi, diucapkan oleh orang yang mau pamit)
24. Ma’as salaamah (semoga dalam keselamatan, dijawab oleh yang dipamitin)
25. Baarakallah fiikum (semoga Allah memberkahi pada kalian) Barakallah fikum/Allahu yubarik fikum, semoga Allah memberikan kalian berkah.


26. Baarakallahu laka (sama dengan no 25, khusus buat laki-laki)
27. Baarakallahu laki (sama dengan no 26, khusus perempuan)
28. Ahsanta (Engkau bagus, untuk laki-laki 1 orang. Biasanya digunakan buat memberikan pujian ketika seseorang melakukan keberhasilan)
29. Ahsanti (sama dengan no 28 untuk perempuan 1 orang)
30. Na’am (Ya, buat laki-laki atau perempuan), La (Tidak, buat laki-laki atau perempuan)
31. Shahih (Benar)
32. Yakfi (Cukup. Dalam bahasa Inggris sama dengan kata enough).
33. Tafadhdhal (silakan, untuk laki-laki 1 orang, tapi bisa juga untuk umum).
34. Tafadhdhalii (silakan, untuk perempuan 1 orang)
35. Mumtaaz (Keren, bagus banget, untuk pujian)
36. Laa Adri (Tidak tahu)
37. Shadaqta (engkau benar, untuk laki-laki. untuk perempuan : shadaqti)
38. Allahul musta’an (hanya Allah-lah tempat kita memohon pertolongan)
39. Wa anta kadzalik : (begitu juga kamu)
40. Ayyu Khidmah ( ada yang bisa dibantu?)
41. Hafizhanallah (semoga Allah menjaga kita)
42. Zadanallah ilman wa hirsha (semoga Allah menambah kita ilmu dan semangat)
43. Allahu yahdik (semoga Allah memberimu petunjuk/hidayah)
44. Hadaanallah (semoga Allah memberikan kita petunjuk/hidayah).  [] 
https://www.islampos.com/ini-dia-arti-istilah-bahasa-arab-yang-biasanya-digunakan-di-sekitar-kita-143310/?

Liverpool Kecam Islamophobia Pendukung Chelsea terhadap Mo Salah
by Eneng Susanti
Chant Liverpool Menggema dalam Tausiyah di Acara Dzikir Akbar Pergantian Tahun di NTB
LIVERPOOL — Klub Liga Inggris Liverpool mengecam keras aksi Islamophobia yang dilakukan pendukung Chelsea terhadap winger Liverpool, Mohamed Salah. Pendukung Chelsea tersebut menyebut Mo Salah adalah seorang pembom.

Klub Liverpool tempat Salah merumput pun meminta pihak berwenang segera bertindak dan menegaskan tidak ada tempat di sepak bola bagi fans yang menunjukan fanatisme tercela.

BACA JUGA: 7 Alasan Kenapa Mohamed Salah Jadi Idola

Sebelumnya sebuah rekaman video beredar di media sosial, jelang laga antara Chelsea dan Slavia Praha dalam leg pertama babak perempat final Liga Eropa. Dalam video tersebut beberapa fans Chelsea menyanyikan chant yang menghina bintang Liverpool Mohammed Salah. Mereka menyebut Salah adalah seorang pembom.
Warganet kemudian mengecam aksi Islamofobia yang ditunjukan oleh pendukung Chelsea tersebut. Liverpool pun bertindak cepat menanggapi video berisi chant hinaan terhadap pemain andalannya itu.
“Video yang beredar secara daring menunjukkan nyanyian diskriminatif keji yang ditujukan pada salah satu pemain kami, tindakan itu (fans Chelsea) berbahaya dan menganggu,” ujar pernyataan resmi Liverpool seperti dikutip dari Liverpool Echo, Jumat (12/4/2019).
“Pada musim ini, kami telah melihat pelecehan diskriminatif menjijikan di dalam stadion di Inggris, Eropa dan seluruh dunia. Kami juga menyaksikan banyak serangan kebencian di media sosial. Perilaku ini fanatisme tercela ini perlu dihentikan,” tegas Liverpool.
Liverpool juga menuntut penyelidikan atas kejahatan rasial tersebut. Liverpool ingin siapapun yang melakukan kejahatan rasial mendapat hukuman tegas.
“Tidak ada tempat untuk perilaku ini dalam sepakbola, tidak ada tempat di dalam masyarakat. kejahatan seperti ini memiliki lebih banyak korban daripada hanya individu yang dituju, dengan demikian tindakan kolektif dan tegas diperlukan untuk mengatasi masalah ini,” tegas Liverpool.
Liverpool mengatakan telah berkoordinasi dengan pihak kepolisian dan klub Chelsea atas inisiden ini. Liverpool pun mengapresiasi sikap Chelsea yang mengecam dan akan menindak fansnya yang terlibat kasus tersebut. []
SUMBER: LIVERPOOL ECHO
https://www.islampos.com/liverpool-kecam-islamophobia-pendukung-chelsea-terhadap-mo-salah-143525/?

Jin Pengganggu Rumah
by Saad Saefullah

Oleh: Yani Fahriansyah
SEKELOMPOK  jin, dengan hikmah dan kehendak Allah, juga bisa menciptakan kegaduhan di rumah seorang muslim. Ini dilatarbelakangi berbagai motif seperti iseng, menakut-nakuti, permusuhan, serangan sihir dan lain-lain.
Inilah yang dialami oleh seorang lelaki yang tinggal di area pedalaman di negerinya. Di rumah yang ia tempati dan merupakan warisan leluhurnya itu, ia mengalami sesuatu yang aneh. Tepatnya tanggal 2 Ramadhan.
BACA JUGA: Jin, Tak Berani Berhadapan dengan Orang Ini

“Aku dilempari dengan batu dari dalam dan luar rumah di suatu malam. Ada yang mematikan lampu namun aku tidak melihat siapa yang melakukannya. Dan ini terjadi selama empat hari.”

Dengan harapan mendapat pencerahan terhadap apa yang dialaminya, ia pun berkunjung ke rumah kerabatnya lalu menceritakan mereka perihal kejadian yang mengagetkan itu.
“Musuh-musuhmu lah yang melakukan tindakan buruk atau menyeramkan itu untukmu,” jawab para kerabatnya.
Akhirnya ia dan kerabatnya sepakat untuk membuktikan kebenaran kejadian terebut.
“Ketika malam tiba dan mulai menggelap, mereka pun menyakasikan apa yang aku ceritakan dan membenarkannnya. Setelah itu semua, mereka memintaku dengan tegas agar aku hengkang saja dari tempat ini.”
Bingung dengan apa yang terjadi, akhirnya ia memilih bertanya kepada al-Lajnah ad-Da-imah: “Bagaimana penjelasan Anda sekalian tentang kejadian ini? Bagaimana penyelesaiannya? Bagaimana pandangan hukum syar’i tentang ini?” ungkapnya setelah menjelaskan singkat apa yang telah terjadi.
Berikut jawaban pihak al-Lajnah ad-Da-imah dalam fatwanya nomor 6.618 yang kami dapati dalam kitab Fataawa al-‘Ulama fuy ‘Ilaaj as-Sihr wal Mas wal ‘Ain wal Jaan yang disusun oleh syaikh Nabil ibn Muhammad Mahmud:
“Bisa jadi mereka (yang mengganggumu –ed) adalah sekelompok jin yang hendak menyerang dan mempermainkanmu agar engkau pergi hengkang dari rumah, atau (mereka sekedar) iseng dan mencandaimu.
Bisa jadi ada di antara jin itu melakukan aksi balas dendam atas penyiksaan yang engkau lakukan terhadap mereka dan (penyiksaan itu) tak engkau sadari.
“Apapun itu, engkau mesti menjaga diri dengan membaca al-Qur’an di rumah dan juga ayat Kursi saat hendak menuju ranjang untuk tidur atau istirahat.
“Engkau pula mesti meminta perlindungan kepada Allah terhadap keburukan yang bersumber dari segala sesuatu yang Allah ciptakan, dengan mengucapkan:
اللهم إني أسألك خير المولج وخير المخرج باسم الله ولجنا وباسم الله خرجنا وعلى الله ربنا توكلنا
“Ya Allah, aku meminta penyembuh terbaik dan jalan keluar terbaik. Dengan nama Allah, kami berlindung. Dengan nama Allah, kami keluar. Kepada Allah Rabbuna lah semata kami bertawakkal.”
“Setiap pagi dan sore, engkau mesti membaca tiga kali:
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan yang bersumber dari apa-apa yang Allah ciptakan.”
Ringkasnya, engkau mesti melazimi bacaan al-Quran di rumah dan tempat lainnya, serta dzikir-dzikir valid yang bersumber dari nabi shallallahu alaihi wasallam. Dengan bacaan dzikir tersebut, engkau berdzikir kepada Allah di waktu-waktu (yang telah ditetapkan syar’i –ed) baik malam atau siang di rumah atau tempat lain.
“Engkau bisa mempelajari dzikir-dzikir tersebut dalam kitab al-Kull ath-Thayyib karya Ibnu Taimiyyah, kitab al-Wabil as-Shayyib karya Ibnul Qayyim, kitab al-Adzkar karya Imam an-Nawawiy, dan dalam kitab hadits lainnya.”
___
Catatan:
Gangguan jin dan syaithan itu ada dan nyata dalam kehidupan untuk merusak tatanan kehidupan semenjak zaman Adam di masa lalu hingga kiamat menjelang. Dan tak ada jalan keluar kecuali dengan kembali kepada Allah lalu secara paripurna merealisasikan tuntunan keimanan. Dan itu semua tak akan tergapai dan tercapai sebelum seorang muslim belajar dan mendalami agamanya. []
Jakarta Selatan, Sabtu pagi, 11 Rabi’ul Awwal 1438 H/10 Desember 2016M
https://www.islampos.com/jin-pengganggu-rumah-4-143593/?

Setan, Benci pada Hal Ini
by Saad Saefullah
Ini Doa dan Keutamaan Shalat Hajat
ANDA tahu siapa musuh yang nyata bagi manusia? Ya, dialah setan. Setan sangat membenci manusia. Dia tak ingin jika manusia berada dalam kebahagiaan. Dia tak senang, jika manusia berada di jalan kebenaran. Dia tidak akan biarkan manusia berpegang teguh pada penjagaan keimanannya.

Maka, kita harus waspada terhadap setan. Setan akan berusaha meluncurkan serangan demi serangan agar iman kita goyah. Mulai dari cara yang paling halus hingga kasar, ia lakukan. Dan serangannya telah banyak melumpuhkan manusia. Hingga, tak sedikit manusia berada dalam kesesatan. Lalu, apa yang harus kita lakukan?

BACA JUGA: Setan Hadir pada Saat Manusia Sekarat

Salah satu hal yang dapat kita lakukan ialah melakukan hal yang sangat dibenci oleh setan. Apa itu? Setan sangat benci pada orang yang bersujud. Mengapa? Sebab, karena perintah sujud ia diusir dari surga. Karena perintah sujud pula, ia menjadi makhluk hina, hingga memiliki dendam pada Adam dan keturunannya.
Sujud merupakan sarana yang lebih mendekatkan diri kita kepada Allah SWT. Dengan sujud, seseorang akan merasakan kenikmatan yang luar biasa. Di mana getaran hati begitu terasa. Sebab, komunikasi dengan Allah SWT terasa lebih khusyuk.
Salah satu hal yang dapat kita lakukan ialah melakukan hal yang sangat dibenci oleh setan. Apa itu? Setan sangat benci pada orang yang bersujud. Mengapa? Sebab, karena perintah sujud ia diusir dari surga. Karena perintah sujud pula, ia menjadi makhluk hina, hingga memiliki dendam pada Adam dan keturunannya.
Sujud merupakan sarana yang lebih mendekatkan diri kita kepada Allah SWT. Dengan sujud, seseorang akan merasakan kenikmatan yang luar biasa. Di mana getaran hati begitu terasa. Sebab, komunikasi dengan Allah SWT terasa lebih khusyuk.
Sujud juga menunjukkan bahwa diri kita ialah makhluk yang lemah. Kita tak bisa hidup tanpa Allah SWT. Kita sangat membutuhkan-Nya. Allah bagaikan Raja di alam semesta, yang bisa memberikan apa saja yang kita pinta. Hanya dengan lebih dekat dengan-Nya, Dia akan merasa senang, dan mengabulkan apa yang kita pinta.
Itulah indahnya sujud. Hal yang sangat dibenci setan ini, sangat menguntungkan kita. Selain membuat setan menjadi marah, juga lebih mendekatkan diri kita kepada Allah SWT. Jadi, jangan pernah kita berhenti untuk bersujud kepada-Nya. []
https://www.islampos.com/setan-benci-pada-hal-ini-143594/?

Imam Syafi’i Membagi Waktu Malamnya Menjadi 3
by Saad Saefullah

PARA ulama terdahulu tidak pernah menyia-nyiakan waktunya. Bahkan waktunya untuk istirahat pun mereka gunakan untuk senantiasa mendekat pada Allah.

Inilah contoh yang baik dari seorang imam yang sudah ma’ruf di tengah-tengah kita. Beliau memberi contoh bagaimana dalam membagi waktu malam untuk ibadah, belajar dan istirahat. Beliau tidak habiskan sia-sia untuk tidur saja. Juga bukan menghabiskan waktu malamnya dengan begadang sia-sia sebagaimana dilakukan oleh sebagian kita.

BACA JUGA: Sekelumit Imam Syafi’i

Imam Adz Dzahabi dalam Siyar A’lamin Nubala (10: 35) menyebutkan, Muhammad bin Basyr Al ‘Akri dan selainnya berkata, telah bercerita pada kami Ar Robi’ bin Sulaiman, ia berkata, “Imam Syafi’i membagi waktu malamnya menjadi tiga: sepertiga malam pertama untuk menulis, sepertiga malam kedua untuk shalat (malam) dan sepertiga malam terakhir untuk tidur.”

Imam Adz Dzahabi menyebutkan, “Tiga aktivitas beliau ini diniatkan untuk ibadah.”
Banyak membaca kisah ulama semakin membuat kita istiqomah dan semangat dalam amalan.
Memang benar kata Imam Abu Hanifah, “Kisah-kisah para ulama dan duduk bersama mereka lebih aku sukai daripada menguasai beberapa bab fiqih. Karena dalam kisah mereka diajarkan berbagai adab dan akhlak luhur mereka.”
Ya Allah, teruslah berilah kami kemudahan untuk istiqomah dalam ilmu, amal dan dakwah serta berilah kami kekuatan untuk semakin dekat dengan-Mu.[]
https://www.islampos.com/imam-syafii-membagi-waktu-malamnya-menjadi-3-2-143597/?

Membaca Al-Quran dengan HP, Apakah Pahalanya Berkurang? 
by Sodikin
Membaca Al-Quran dengan HP, Apakah Pahalanya Berkurang? 
TANYA
Apakah membaca Al-Quran dengan HP pahalanya menjadi sedikit?
JAWAB
Yang lebih utama pada saat membaca Al-quran adalah ia melakukannya dengan kondisi yang bisa menambah kekhusyukan. Jika yang bisa menambah kekhusukan adalah dengan hafalan, maka inilah yang lebih utama. Jika yang bisa menambah kekhusukannya adalah dengan membaca mushaf atau dengan HP maka itulah yang lebih utama.

Imam Nawawi –rahimahullah- berkata di dalam kitab Al Adzkar (90-91) :
“Membaca Al Qur’an dengan membuka mushaf lebih utama dari pada membaca dengan hafalan, demikianlah pernyataan rekan-rekan kami, pendapat ini juga dikenal oleh kalangan salaf –radhiyallahu ‘anhum- namun hal ini bukanlah segalanya. Bahkan jika qari membaca dengan hafalannya mampu menghadirkan tadabbur, tafakkur, menyatukan hatinya lebih banyak dari pada membaca mushaf, maka membaca dengan hafalan lebih utama. Namun jika sama saja maka membaca dengan mushaf lebih utama, inilah yang menjadi tujuan generasi salaf.”
Telah diriwayatkan dari Rasulullah SAW beberapa hadits dha’if yang tidak sah dijadikan dalil untuk keutamaan melihat mushaf. 
Syeikh Ibnu Baaz ra pernah ditanya:

“Apakah ada perbedaan antara membaca Al Qur’an dengan melihat mushaf dan membaca Al Qur’an dengan hafalan? Dan jika saya membaca Al Qur’an dengan melihat mushaf, apakah cukup hanya dengan melihatnya atau harus menggerakkan kedua bibir juga?, apakah cukup dengan menggerakkan bibir atau harus dengan mengeluarkan suara?
Beliau menjawab:
“Saya belum tahu ada dalilnya tentang perbedaan antara membaca dengan melihat mushaf dan membaca Al Qur’an dengan hafalan. Namun yang disyariatkan adalah mentadabburinya dan hadirnya hati pada saat membaca, baik dengan membaca dari mushaf atau dengan cara hafalan, yang dinamakan membaca adalah jika ia mendengarnya, tidak cukup hanya membaca dengan mata dan membaca dengan lafadz, sunahnya bagi yang membaca adalah dengan bersuara disertai tadabbur, sebagaimana firman Allah –‘azza wa jalla-:
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ 
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shaad: 29)
Allah –‘azza wa jalla- juga berfirman:
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24)
Jika membaca Al Quran dengan hafalan lebih khusyu bagi hatinya dan lebih dekat kepada tadabbur Al Quran, maka hal itu lebih utama. Dan jika membaca dari mushaf lebih khusyu bagi hatinya dan lebih sempurna tadabburnya maka hal itu lebih utama, dan Allah Maha Pemberi Taufik”. (Majmu’ Fatawa Syeikh Ibnu Baaz: 24/352)
Dengan ini menjadi jelas, bahwa jika Anda membaca Al Quran melalui HP dengan khusyu dan tadabbur, maka hal itu tidak akan mengurangi pahala daripada membaca dengan melihat mushaf, InsyaAllah. Yang menjadi patokan adalah hadirnya hati dan merasakan manfaatnya dari Al Qur’an. Wallahu A’lam. []
SUMBER: ISLAMQA
https://www.islampos.com/membaca-al-quran-dengan-hp-apakah-pahalanya-berkurang-143600/?

Jangan Memahami Dalil Sendiri
by yudi
Memahami Dalil
“JANGAN memahami dalil sendiri, kamu tidak akan kuat. Biar para ulama saja”.
Ya, salah satu bentuk kesalahan yang sering terjadi dalam praktek-praktek amaliah beragama, disebabkan adanya kekeliruan dalam memahami maksud atau makna suatu dalil, baik dari Al-Qur’an ataupun hadits nabi. Dalilnya shohih, namun pemahaman terhadapnya keliru karena tidak merujuk kepada penjelasan para ulama’, terkhusus ulama’ salaf mutaqoddimin (terdalulu). Hanya mengandalkan kemampuan diri sendiri yang sangat minim sekali.
Imam Asy-Syathibi –rahimahullah- telah mengarahkan kita semua dalam masalah ini dimana beliau berkata :
يجبُ على كلِّ ناظرٍ في الدليلِ الشرعيِّ مراعاةُ ما فهمَ منه الأوَّلونَ، وما كانوا عليه في العملِ به، فهو أحرى بالصوابِ، وأقومُ في العلمِ والعملِ
“Wajib bagi setiap orang yang mengamati pada setiap dalil syari’i, hendaknya dia memperhatikan apa yang dipahami darinya oleh generasi awal (para ulama’ dari kalangan sahabat dan para imam setelahnya), dan apa yang mereka berada di atasnya di dalam mengamalkannya. Karena hal itu lebih pantas(dekat) dengan kebenaran dan lebih lurus dalam ilmu dan amal”. [ Al-Muwafaqot : 3/289 cet. Dar Ibnu Affan ].
Dilihat dari sisi mudah tidaknya dalam memahami, dalil itu ada tiga macam :
1]. Mudah dipahami karena sangat jelas.
2]. Agak sulit dipahami.
3]. Sangat Sulit dipahami.
Dalam memahami jenis pertama saja, kita sering keliru. Padahal, dalilnya sangat jelas maknanya.Apalagi dalil-dalil yang makna atau maksudnya masih samar atau sulit dipahami, sementara posisi kita hanya kelas muqollid atau awwam, bukan alim apalagi mujtahid. Ini lebih wajib lagi untuk mengambil penjelasan para ulama’. 
Ibnul Qoyyim –rahimahullah- berkata :
وإنْ كانتْ دلالتُه [أي الحديثِ] خفيةً لا يتبينُ لهُ المرادُ منها، لمْ يجزْ لهُ أنْ يعملَ ولا يفتيَ بما يتوهمُه مرادًا حتى يسألَ ويطلبَ بيانَ الحديثِ ووجهَه
“Dan jika suatu hadits penunjukkan (maknanya) samar, tidak jelas baginya apa yang diinginkan darinya, maka TIDAK BOLEH baginya untuk MENGAMALKANNYA dan TIDAK BOLEH UNTUK BERFATWA dengan suatu makna yang dia pahami secara keliru darinya, sampai dia bertanya dan mencari keterangan tentang hadits dan sisinya”. [ I’lamul Muwaqqi’in : 4/181 ].
Ucapan Ibnul Qoyyim di atas untuk dalil jenis ketiga.Lantas bagaimana dengan kita yang untuk jenis pertama saja sering keliru? Apa yang akan mau kita andalkan dari kita kalau kondisinya seperti ini ? Ingat ! jargon kita berbunyi : “Kembali kepada dalil Al-Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman Salaf”. Tapi ketika sampai pada taraf aplikasi, kenapa kalimat terakhir “dengan pemahaman salaf” tercecer ? hanya tersisa “kembali kepada dalil Al-Qur’an dan Sunnah” saja. Memahami dalil itu butuh pemahaman salaf. Dan yang dimaksud pemahaman salaf, adalah pemahaman para ulama’ dari generasi sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in, para imam yang mendapatkan petunjuk serta para ulama’ setelahnya yang mengikuti mereka dengan baik.
Apakah kita masih akan ngotot untuk menyatakan “saya memilih mengikuti dalil daripada pendapat ulama”. Memangnya kita bisa mengikuti dalil tanpa bimbingan dan penjelasan para ulama ? sekali-kali tidak. Kita ini tidak punya apa-apa untuk dijadikan “modal” mengikuti dalil. Kalau kita bisa mengikuti dalil tanpa bimbingan ulama, maka sia-sia nabi –shollallahu ‘alaihi wa sallam- menjadikan “ulama sebagai pewaris para nabi”.Kita harus sadar posisi dan kondisi kita. Sungguh benar ucapan yang berbunyi :
رحم الله امرأ عرف قدر نفسه
“Semoga Alloh merahmati seorang yang tahu akan kadar dirinya”.
Semoga Alloh menjadikan kita sekalian sebagai orang-orang yang mencintai dan mengagungkan para ulama, serta mengikuti petunjuk dan nasihat mereka. Amin ya Rabbal ‘alamin. []
Facebook: Abdullah Al Jirani
https://www.islampos.com/jangan-memahami-dalil-sendiri-143562/?

Tiada ulasan: