Ahad, 5 April 2020

Social distancing. Fakta-fakta integritasnya yang menggambarkan keutamaan, kecerdasan, kefaqihan dan keagamaan. 10123


Muhasabah diri kerana Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى‎‎ (Subḥānahu Wa Taʿālā)


Tafsir surah 33:33 dengan isu Covid-19 satu perbuatan terpesong’
Posted on 
Pentafsiran ayat al-Quran yang dikatakan mempunyai maksud berkaitan wabak koronavirus (Covid-19) sepertimana tular sejak dua hari lalu merupakan satu pendustaan dan pembohongan nyata terhadap ALLAH SWT.

Jabatan Mufti Perak dalam satu kenyataan berkata, pembuat kenyataan itu telah melakukan pemesongan di luar konteks terhadap ayat-ayat kalam ALLAH SWT tanpa sandaran ilmu yang benar.

Penafian tentang Jumaat 3-4-2020 seperti dalam dua gambar di bawah: 

“Tular di media maya berkaitan perkara ini yang secara langsung mengaitkan nas al-Quran surah al-Ahzab ayat 33, seolah-olah menyebut tentang wabak Covid-19 ini dan kaitan dengan larangan keluar rumah.

“Dalam ayat 33 surah al-Ahzab yang disebut itu memperihalkan berkenaan akhlak para isteri Nabi SAW yang menunjukkan ketinggian status dan keunggulan mereka yang boleh menjadi teladan kepada seluruh wanita muslimah.

“Antaranya mengenai akhlak ketika berbicara, memelihara diri semasa keluar dari rumah yang hanya wujud keperluan syarak sahaja serta tegahan berhias diri seperti perempuan jahiliah,” katanya.

Kenyataan sama menyebut, masyarakat Muslim termasuk netizen sepatutnya tidak menularkan perkongsian seperti itu tanpa diselidiki kebenarannya kerana bimbang membawa kerosakan kepada masyarakat.

“Apabila diteliti maka didapati bahawa rata-rata lapisan masyarakat menyukai sesuatu yang ganjil dan menularkannya tanpa sebarang semakan dan penelitian terhadap kesahihannya.

“Sikap sebegini jelas akan membawa kepada fitnah dan kerosakan dalam masyarakat. Pendekatan terbaik adalah menyekat sesuatu maklumat yang tidak pasti apabila sampai kepada kita tanpa meluaskannya kepada orang lain,” katanya.

Pada 3 April lalu, Kementerian Kesihatan memaklumkan jumlah keseluruhan kes jangkitan Covid-19 di negara ini sebanyak 3,333.

Keadaan itu menjadikan ada pihak-pihak mengemukakan teori kononnya 3,333 jumlah jangkitan itu ada kaitan dengan pentafsiran ayat 33 pada surah ke-33 iaitu surah al-Ahzab yang ada menyebut waqarna dan menyamakannya dengan korona kerana bunyinya yang sangat mirip.

Ia kemudiannya menimbulkan persoalan hukum apakah pernyataan al-Quran dalam surah itu membuktikan kebenaran wabak Covid-19 termasuk larangan keluar rumah.

Sumber:
'Tafsir surah 33:33 dengan isu Covid-19 satu perbuatan terpesong' | Suara Viral Malaysia

, Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى‎‎ (Subḥānahu Wa Taʿālā) - Allah ﷻ dan Rasulullah ﷺ,

Amr bin Ash Sahabat Rasulullah ﷺ PengGagas Social Distancing
by Sodikin
Oleh: Mia Fitriah Elkarimah
el.karimah@gmail.com 

SIAPA yang tidak kenal dengan sahabat Rasulullah  yang mulia, Amr bin Ash bin Wa’il bin Hisyam, sahabat ini terkenal memiliki kepiawaian yang luar biasa dan keahlian dalam berpolitik. 

Sosok politisi yang ahli strategi berperang dan negosiator ulung. Tidak heran, sebelum hidayah Islam mengetuk hatinya, orang-orang Quraisy mengirim Amr bin Ash untuk melobi an-Najasyi agar mengembalikan orang-orang Mekah yang hijrah ke Habasyah (Etiopia) karena lari menyelamatkan diri dari penindasan kaum musyrikin Quraisy di Mekah.

Pada era Abu Bakar Ash-Shiddiq, Amr bin ash diberi tugas sebagai Salah Satu Panglima Pasukan Muslim dalam Pembebasan Kota-kota di Palestina. 

Peran itu berlanjut pada masa Umar bin Khattab. Khalifah Umar mengetahui bakat yang dimiliki Amr dan dia betul-betul memperhitungkannya. Ketika Umar mengirimnya ke Syam, sebelum ke Mesir, ada orang yang berkata kepada Umar bahwa tentara Romawi di Syam dipimpin oleh Arthabon (maksudnya, panglima yang lihai dan gagah berani). Maka, Khalifah Umar menjawab, “Kita juga ada Arthabon dari Arab, yakni Amr bin Ash.”

BACA JUGA: Merasa Dikhianati Amr bin Ash, Abu Musa Asingkan Diri ke Dekat Baitul Haram

Tapi nama beliau banyak yang menginterpretasi pada peristiwa tahkim ini, sebagai sahabat yang ambisius dan licik, sehingga Abu Musa al-Asy’ari dapat diperdaya olehnya. Sebagaimana dinukilkan dari Miftahur Ridho dalam jurnal Humanistika, Volume 5, Nomor 1, Januari 2019. 

Bahwa Pendapat yang mengatakan bahwa Abu Musa al-Ash’ari dalam peristiwa tahkim menjadi korban kelicikan/kebijakan Amr bin Ash, telah menafikan fakta-fakta integritasnya yang menggambarkan keutamaan, kecerdasan, kefaqihan dan keagamaan yang dimiliki keduanya baik itu Abu Musa dan Amr bin Ash. Buktinya, 

Amr bin ‘Ash dikenal sebagai salah seorang hakim yang cerdas di kalangan masyarakat Arab. Syaikh Ibn Taimiyyah dalam Fatawanya menyebutkan bahwa tidak ada seorang ulama salaf pun yang menuduh ‘Amr bin ‘Ash sebagai orang yang munafik dan penipu. Rasulullah  seorang yang mulia pun, mengatakan bahwa Amr bin Ash adalah orang yang beriman.

ابْنَا الْعَاصِ مُؤْمِنَانِ هِشَامٌ وَعَمْرٌو

“Dua orang anak laki-laki al-Ash adalah orang yang beriman, yaitu Hisyam dan Amr.” (HR. Ahmad) Rasulullah  sangat mencintai dan mengagumi kemampuan Amr bin Ash, terbukti dengan beliau  mengangkatnya sebagai pimpinan pasukan perang Dzatu Salasil, setelah perang pun Nabi  memuji tindakan Amru yang sangat berhati-hati..

Kewaspadaan beliau terlihat selama di medan perang. Amr bin Ash memberikan kebijakan yang kontroversial, yang tujuannya adalah Kaum Muslimin menang di Medan perang. Kebijakan itu tidak ditentang, padahal sahabat Nabi  yang lebih senior dan mumpuni, bisa saja membantah, tapi inilah gambaran para Sahabat Nabi  , begitu saling memuliakan, saling menghormati, betapa ketaatan kepada pemimpin dan kerja sama tim yang baik akan membuahkan hasil.

Persaksian Rasulullah  kembali juga kepada Amr bin Ash termaktud dalam sabdanya,

إِنَّ عَمْرَو بْنَ العَاصِ مِنْ صَالحِي قُرَيْش

“Sesungguhnya Amr bin Ash adalah di antara orang-orang yang baik dari kalangan Quraisy.” (HR. Tirmidzi ). 

Sekarang ketika pandemik covid-19 merebak, nama sahabat ini selalu digaungkan sebagai pencetus social distancing, sebuah langkah preventif yang dinilai efektif oleh manusia modern yang sesungguhnya bukan “ide baru.”


Empat belas abad silam, tepatnya pada tahun 639 M/18 H, ide social distancing ini sudah dicetuskan oleh Sahabat Nabi  Amru bin Ash. Waktu itu Khalifah Umar sudah kewalahan. Karena wabah yang merenggut puluhan ribu umat muslim (para ulama berbeda pendapat terkait jumlah pastinya) wafat karena wabah mematikan ini, tak terkecuali para sahabat, termasuk dua gubernur Syam juga meninggal berturut-turut. Pertama Abu Ubaidah bin Jarrah. Kemudian digantikan oleh Muaz bin Jabal.

Amr bin Ash yang diangkat oleh Umar bin Khattab sebagai gubernur Syam mencoba melakukan diagnosa terhadap penyebab dan penyebaran wabah. Amr mengatakan bahwa wabah seperti api yang berkobar dan selama masih ada kayu bakar, dia akan terus menyala. Selama masih ada orang yang sehat, ia akan terus menyebar.

Dia melihat solusi menghentikan wabah adalah dengan menyuruh penduduk sehat pergi menyingkir ke bukit-bukit.

Langkah Amr Bin Ash yang memerintahkan rakyatnya untuk berpencar ini kalau pada saat ini bisa disamakan dengan social distancing atau pembatasan sosial. []

OPINI adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.

Sumber:
Amr bin Ash; Sahabat Rasul Penggagas Social Distancing - Islampos
Islampos

Benarkah Corona disebut dalam al-Quran?
 By admin 
1. PENAFSIRAN ayat al-Quran yang dikatakan mempunyai maksud berkaitan Corona adalah satu kesilapan yang nyata. Mereka menyatakan bahawa bilangan kes di Malaysia yang telah mencapai 3333 adalah satu petunjuk bahawa Allah pernah menyebutkan tentang perkara ini di dalam al-Quran.

Mereka mendakwa bahawa dalam ayat ke 33 dari Surah al-Ahzab (surah ke 33) ada menyebutkan perkataan:

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ

Jadi mereka mengambil perkataan (وَقَرْنَ – waqarna) dan menyamakannya dengan corona kerana bunyinya yang sangat mirip. Malah angka 33:33 itu seakan memberi petanda bahawa Allah telah menyebutkan perkara ini ribuan tahun yang lalu.

2. Penafsiran sebegini adalah satu kesilapan yang nyata. Kesalahan pertama berlaku dari aspek konteks penurunan ayat. Menurut Ikrimah (seorang pakar tafsir dikalangan Tabien yang juga anak murid kepada Ibn Abbas), bahawa ayat ini diturunkan merujuk kepada para isteri Nabi. Kata Ikrimah:

أنها نزلت في شأن نساء النبي ﷺ؛ فهن سبب النزول دون غيرهن

“Sesungguhnya ayat ini diturunkan berkenaan para isteri Nabi SAW dan merekalah yang menjadi sebab ayat ini diturunkan.” (Tafsir al-Tabari; Dr. Khalid al-Sabt)

Dalam erti kata yang lain, ayat ini secara literalnya tiada kaitan dengan virus mahupun corona. Ia adalah proses pendidikan yang ditujukan kepada para isteri Nabi supaya kekal dirumah bagi menjauhi fitnah mereka yang memusuhi Islam.

3. Kesalahan kedua berlaku dari aspek bahasa. Perkataan (وَقَرْنَ) adalah merujuk kepada kata arahan (fi’l amar) yang ditujukan khusus kepada wanita. Andai perkataan ini ditujukan kepada lelaki, lafaz perkataan tersebut akan berubah menjadi (وَقَرُّوْا). Dalam erti kata yang lain, perkataan ini langsung tiada kaitan dengan corona. Ini kerana ia berubah atas wazan yang berbeza bergantung kepada morphology bahasa.

4. Kesalahan ketiga berlaku dari aspek maqasid atau tujuan ayat. Menurut al-Imam Ibn Kathir, ayat ini adalah proses ta’dib (pendidikan adab) buat para isteri Nabi bagi mengelakkan mereka difitnah oleh musuh Islam. Ayat ini langsung tiada kena mengena dengan virus ataupun wabak penyakit. Kata Ibn Kathir:

هذه آداب أمر اللّه تعالى بها نساء النبي

Ayat ini adalah adab-adab yang diarahkan oleh Allah buat para isteri Nabi.” Pandangan yang sama turut dinyatakan oleh mufassir moden Sheikh Mutawalli al-Sya’rawi.

5. Sebahagian sarjana tafsir turut mempertikaikan penafsiran bersifat “numerical” ini iaitu penghuraian al-Quran dari aspek nombor dan bilangan yang terkandung di dalamnya. Beberapa tokoh terkemuka seperti Sheikh al-Sya’rawi, Sayyid Qutb dan Sheikh Soleh Fauzan pernah menyuarakan kebimbangan mereka berhubung metodologi pernafsiran sebegini.

Andai ulama tafsir terkemuka sendiri telah menyuarakan kebimbangan mereka tentang penafsiran sebegini, maka apakah alasan kita untuk menerima tafsiran penulis facebook yang tidak diketahui latar belakang mengenai mereka.

Semoga Allah membimbing mereka.
Dr. Ahmad Sanusi Azmi
Penasihat Syariah Indahnya Islam
www.indahnyaislam.my
—-—
Sumbangan ikhlas untuk dakwah Indahnya Islam:
MYDAKWAH RESOURCES
5628 3464 5315 (Maybank Islamik)

Sumber: 

Daftar Isi Al-Quran dan Terjemahan - Silakan Klik untuk membacanya:
  1. Surat Al Fatihah (Pembukaan)
  2. Surat Al Baqarah (Sapi Betina)
  3. Surat Ali 'Imran (Keluarga 'Imran)
  4. Surat An Nisa' (Wanita)
  5. Surat Al Ma'idah (Hidangan)
  6. Surat Al An'am (Binatang Ternak)
  7. Surat Al A'raf  (Tempat Tertinggi)
  8. Surat Al Anfal (Rampasan Perang)
  9. Surat At Taubah (Pengampunan)
  10. Surat Yunus (Nabi Yunus A.S.)
  11. Surat Hud (Nabi Huud A.S.)
  12. Surat Yusuf (Nabi Yusuf A.S.)
  13. Surat Ar Ra'd (Guruh)
  14. Surat Ibrahim (Nabi Ibrahim A.S.)
  15. Surat Al Hijr (Daerah Pegunungan)
  16. Surat An Nahl (Lebah)
  17. Surat Al Israa' (Memperjalankan Di Malam Hari)
  18. Surat Al Kahfi (Gua)
  19. Surat Maryam (Maryam)
  20. Surat Thaha (Thaahaa)
  21. Surat Al Anbiya' (Kisah Para Nabi)
  22. Surat Al Hajj (Ibadah Haji)
  23. Surat Al Mu'minun (Orang Mukmin)
  24. Surat An Nur (Cahaya)
  25. Surat Al Furqaan (Pembeda)
  26. Surat Asy Syu'ara' (Penyair)
  27. Surat An Naml (Semut)
  28. Surat Al Qashash (Cerita)
  29. Surat Al 'Ankabuut (Laba-Laba)
  30. Surat Ar Ruum (Bangsa Rumawi)
  31. Surat Luqman (Luqman)
  32. Surat As Sajdah ((Sujud)
  33. Surat Al Ahzab (Golongan Yang Bersekutu)
  34. Surat Saba' (Kaum Saba')
  35. Surat Fathir (Pencipta)
  36. Surat Yaasiin
  37. Surat Ash Shaffat (Yang Bershaf-Shaf)
  38. Surat Shaad
  39. Surat Az Zumar (Rombongan-Rombongan)
  40. Surat Al Mu'min (Orang Yang Beriman)
  41. Surat Fushshilat (Yang Dijelaskan)
  42. Surat Asy Syuura (Musyawarah)
  43. Surat Az Zukhruf (Perhiasan)
  44. Surat Ad Dukhaan (Kabut)
  45. Surat Al Jaatsiyah (Yang Berlutut)
  46. Surat Al Ahqaaf (Bukit Pasir)
  47. Surat Muhammad (Nabi Muhammad SAW)
  48. Surat Al Fath (Kemenangan)
  49. Surat Al Hujuraat (Kamar-Kamar)
  50. Surat Qaaf
  51. Surat Adz Dzaariyaat (Angin Yang Menerbangkan)
  52. Surat Ath Thuur (Bukit)
  53. Surat An Najm (Bintang)
  54. Surat Al Qamar (Bulan)
  55. Surat Ar Rahmaan (Yang Maha Pemurah)
  56. Surat Al Waaqi'ah (Hari Kiamat)
  57. Surat Al Hadid (Besi)
  58. Surat Al Mujadilah (Wanita Yang Mengajukan Gugatan)
  59. Surat Al Hasyr (Pengusiran)
  60. Surat Al Mumtahanah (Wanita Yang Diuji)
  61. Surat Ash Shaff (Barisan)
  62. Surat Al Jumu'ah (Hari Jum'at)
  63. Surat Al-Munafiqun (Orang-Orang Munafik)
  64. Surat At Taghabun (Hari Ditampakkan Kesalahan-Kesalahan)
  65. Surat Ath Thalaaq (Talak)
  66. Surat At Tahrim (Mengharamkan)
  67. Surat Al Mulk (Kerajaan)
  68. Surat Al Qalam (Pena)
  69. Surat Al Haqqah (Kiamat)
  70. Surat Al Ma'arij (Tempat-Tempat Naik)
  71. Surat Nuh (Nabi Nuh A.S)
  72. Surat Al Jin (Jin)
  73. Surat Al Muzzammil (Orang Yang Berselimut)
  74. Surat Al Muddatstsir (Orang Yang Berselimut)
  75. Surat Al Qiyamah (Hari Kiamat)
  76. Surat Al Insaan (Manusia)
  77. Surat Al Mursalat (Malaikat-Malaikat Yang Diutus)
  78. Surat An Naba´ (Berita Besar)
  79. Surat An Naazi´ (Malaikat-Malaikat Yang Mencabut)
  80. Surat 'Abasa (Bermuka Masam)
  81. Surat At Takwir (Menggulung)
  82. Surat Al Infithar (Terbelah)
  83. Surat Al Muthaffifiin (Orang-Orang Yang Curang)
  84. Surat Al Insyiqaaq (Terbelah)
  85. Surat Al Buruuj (Gugusan Bintang)
  86. Surat Ath Thaariq (Yang Datang Di Malam Hari)
  87. Surat Al A´Laa (Yang Paling Tinggi)
  88. Surat Al Ghaasyiyah (Hari Kiamat)
  89. Surat Al Fajr (Fajar)
  90. Surat Al Balad (Negeri)
  91. Surat Asy Syams (Matahari)
  92. Surat Al Lail (Malam)
  93. Surat Adh Dhuhaa (Waktu Dhuha)
  94. Surat Alam Nasyrah /Al Insyirah (Bukankah Kami Telah Melapangkan)
  95. Surat At Tiin (Buah Tin)
  96. Surat Al 'Alaq (Segumpal Darah)
  97. Surat Al Qadr (Kemuliaan)
  98. Surat Al Bayyinah (Bukti Yang Nyata)
  99. Surat Al Zalzalah (Goncangan)
  100. Surat Al 'Adiyat (Kuda Perang Yang Berlari Kencang)
  101. Surat Al Qari'ah (Hari Kiamat)
  102. Surat At Takatsur (Bermegah-Megahan)
  103. Surat Al 'Ashr (Masa)
  104. Surat Al Humazah (Pengumpat)
  105. Surat Al Fiil (Gajah)
  106. Surat Quraisy (Suku Quraisy)
  107. Surat Al Ma'un (Barang-Barang Yang Berguna)
  108. Surat Al Kautsar (Nikmat Yang Banyak)
  109. Surat Al Kafirun (Orang-Orang Kafir)
  110. Surat An Nashr (Pertolongan)
  111. Surat Al Lahab (Gejolak Api)
  112. Surat Al Ikhlas (Memurnikan Keesaan Allah)
  113. Surat Al Falaq (Waktu Subuh)
  114. Surat An Naas (Manusia)

.

Tiada ulasan: