Firman Allah Subhanahu Wa Ta'alla., yang bermaksud: “Katakanlah (wahai Muhammad): Hai orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah dan kamu tidak mahu menyembah (Allah) apa yang aku sembah. Dan aku tidak akan beribadat secara kamu beribadat dan kamu pula tidak mahu beribadat dan secara aku beribadat. Bagi kamu agama kamu, dan bagi aku agamaku.” (Surah al-Kafirun, ayat 1-6)
Khutbah Jumat: Tegaknya Keadilan, Tujuan Utama Syariat Islam
Kamis, 15 November 2018 15:10
![](https://www.kiblat.net/files/thumb/k/-/K-jumat-376x2qo1lcr4woqo5w7fuy.jpg)
Foto: Khutbah Jumat
Khutbah Pertama
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ ,أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Suatu ketika Umar bin Khatab menerima aduan salah seorang Yahudi dari Mesir. Dia tidak terima rumahnya digusur untuk pelebaran masjid. Setelah menceritakan masalahnya, Umar mengambil sebuah tulang unta kemudian menorehkan garis lurus dari atas ke bawah kemudian dari kiri ke kanan sehingga berbentuk silang. Oleh Umar, tulang itu diserahkan kepada orang Yahudi tersebut.
Bawalah tulang ini dan berikan kepada Gubernur Mesir, Amr bin Ash. Katakan ini dari Umar bin Khathab,” begitu kata Umar radhiyallahu ‘anhu.
Walaupun masih terasa aneh, Orang Yahudi tersebut memberikan tulang itu kepada Amr bin Ash. Seketika Muka Amr bin Ash pucat pasi begitu melihat tulang yang digaris dengan pedang itu. Dia segera mengembalikan rumah orang Yahudi tersebut tanpa pikir panjang.
Orang Yahudi itu bertanya mengapa Amr begitu ketakutan dan segera mengembalikan rumahnya?
Amr bin Ash menjawab, “Ini adalah peringatan dari Umar bin Khathab agar aku selalu berlaku lurus (adil) seperti garis vertikal pada tulang ini. Jika aku tidak bertindak lurus, maka Umar akan memenggal leherku sebagaimana garis horisontal di tulang ini.”
Apa yang dilakukan oleh sahabat Umar di atas tidak lepas dari wajud dari pemahaman beliau terhadap firman Allah Ta’ala:
وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“…Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Miadah; 8)
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Tegaknya keadilan merupakan kunci tercapainya kesejahteraan hidup masyarakat. Dan kita sebagai umat Islam, didesain oleh Allah agar menjadi umat yang paling adil di muka bumi ini. Sehingga di akhirat kelak kita akan menjadi saksi atas umat-umat yang lain.
BACA JUGA Khutbah Jumat: Kalimat Tauhid dan Barometer Akhlaqul Karimah
BACA JUGA Khutbah Jumat: Kalimat Tauhid dan Barometer Akhlaqul Karimah
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.” (QS. Al-Baqarah: 143)
Karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut, Allah mengutus manusia terbaik, Muhammad shallahu ‘alaihi wasallam sebagai pemimpin yang akan menyukseskan proses tarbiyah Rabbani terhadap umat ini. Menariknya, sejak awal pengutusannya, Allah ta’ala telah menegaskan bahwa sebagai pemimpin, Rasulullah hanya berperan sebagai penyampai wahyu semata. Tidak ada kekuasaan apapun kecuali hanya mengajak umatnya untuk tunduk dan mencapai ridha Allah semata. Sedangkan hasilnya, semuanya diserahkan sepenuhnya kepada Allah Ta’ala semata:
لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ
“Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim.” (QS. Ali Imran: 128)
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Berikutnya, Rasulullah menyadarkan para sahabat bahwa harapan tertinggi dalam proses tarbiyah ini adalah ketundukkan jiwa sepenuhnya terhadap syariat. Maknanya, dalam setiap keputusan, umat Islam diharapkan mampu menghilangkan seluruh unsur hawa nafsunya demi meraih keridhaan Allah. Dan ini merupakan modal utama untuk tegaknya keadilan.
Keadilan itu tidak mungkin tegak kecuali mau menyingkirkan segala unsur hawa nafsu. Lalu ia senantiasa menyucikan jiwa hingga tidak ada satu pun keinginannya kecuali menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah semata. Tujuannya hanya mencari ridha Allah. Karena itu, baik pemimpin maupun rakyat sejatinya sama di mata hukum. Yaitu sama-sama menjalankan perintah Allah untuk tegaknya hukum yang adil.
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Rasulullah SAW memberi contoh kepada para sahabatnya ketika beliau telat melunasi hutang milik Yahudi. Disebutkan oleh Al-Hakim dalam kitab al-Mustadrak bahwa salah seorang Yahudi, Zaid bin Su’nah, datang menemui Rasululah SAW untuk menuntut utangnya. Yahudi itu menarik gamis dan selendang beliau sambil memandang dengan wajah yang bengis. Dia berkata,
“Ya Muhammad, lunaskanlah hutangmu padaku!”
Melihat hal itu, Umar bin Khattab yang ada di dekat Rasulullah SAW pun marah dan hendak membunuhnya. Namun Rasulullah menenangkannya dan berkata kepada Umar, “Wahai Umar, saya dan dia lebih membutuhkan perkara yang lain (nasehat). Yaitu engkau anjurkan kepadaku untuk menunaikan hutangnya dengan baik dan engkau perintahkan dia untuk menuntut hutangnya dengan cara yang baik pula. Wahai Umar, bawalah dia dan tunaikanlah haknya serta tambahkanlah dengan dua puluh sha’ kurma.”
Demikianlah salah satu teladan Rasulullah saw yang menganjurkan umatnya agar bersikap adil dalam setiap masalah. Sikap ini kemudian berhasil dicontohkan oleh para sahabat dalam kepemimpinan mereka. Umar bin Khatab sama sekali tidak marah ketika beliau diprotes di depan umum karena kain yang dipakainya lebih lebar dari yang diperoleh rakyatnya. Beliau hanya terdiam dan menyuruh anaknya untuk menjawab tuduhan tersebut. Akhirnya, mereka pun tahu bahwa kain yang dipakai Umar lebih lebar karena jatah anaknya dikasihkan kepada beliau.
BACA JUGA Menambah Iman di Kolong Jembatan
BACA JUGA Menambah Iman di Kolong Jembatan
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Demikianlah salah satu teladan Rasulullah saw yang menganjurkan umatnya agar bersikap adil dalam setiap masalah. Sikap ini kemudian berhasil dicontohkan oleh para sahabat dalam kepemimpinan mereka. Adalah Umar bin Khatab, beliau sama sekali tidak marah ketika beliau diprotes di depan umum karena kain yang dipakainya lebih lebar dari yang diperoleh rakyatnya. Beliau hanya terdiam dan menyuruh anaknya untuk menjawab tuduhan tersebut. Akhirnya, mereka pun tahu bahwa kain yang dipakai Umar lebih lebar karena jatah anaknya dikasihkan kepada beliau.
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Praktek penegakkan hukum yang dicontohkan oleh para sahabat menjadi role model keadilan hukum Islam. Prinsipnya, dalam rangka mewujudkan keadilan, siapapun harus rela berkorban untuk meninggalkan segala unsur hawa nafsu yang ada dalam dirinya. Jiwanya harus tunduk dengan hukum yang telah Allah tetapkan dengan adil. Baik pemimpin maupun rakyat, semuanya sama di hadapan hukum. Sebab, siapapun kita sejatinya hanyalah hamba yang diperintahkan untuk menjalankan hukum tersebut. Karena itu, keadilan hukum sesuai dengan yang telah Allah tetapkan adalah harga mati yang harus kita perjuangkan bersama.
اَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.
اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Khutbah Jumat: Tegaknya Keadilan, Tujuan Utama Syariat Islam - Kiblat
https://www.kiblat.net/2018/11/15/khutbah-jumat-tegaknya-keadilan-tujuan-utama-syariat-islam/
Tiada ulasan:
Catat Ulasan