Ahad, 2 Disember 2018

Berita Timur Tengah. 8789.



Saudi dan Rusia Sepakati Perangi ISIS, Namun Berbeda Sikapi Assad

Foto: Menlu Saudi dan Rusia bertemu membahas konflik di Suriah
KIBLAT.NET, Moskow – Menteri Luar Negeri Arab Saudi dan Rusia sepakat pentingnya memerangi Daulah Islamiyah di Suriah. Akan tetapi, mereka berdua berselisih memosisikan Bashar Assad dalam perang tersebut.
Menlu Saudi, Adel Al-Jubair, Selasa (11/08), berkunjungan ke Moskow, Rusia. Dia bertemu dengan Menlu Rusia, Sergei Lavrov, untuk membahas konflik di Suriah.
Rusia berpandangan, perlu membuat koalisi yang melibatkan rezim Bashar Assad untuk memerangi Daulah Islamiyah. Sementara Saudi menegaskan bahwa rezim diktator itu harus mundur.
Menteri Jubair mengatakan dalam konferensi pers bersama Lavrov bahwa munculnya Daulah akibat kebijakan-kebijakan Assad yang mengarahkan senjata kepada rakyatnya, bukan kepada Daulah Islamiyah. Oleh karena itu, Assad adalah bagian dari masalah bukan bagian dari solusi Suriah.
“Maka tidak ada tempat bagi Bashar Assad bagi masa depan Suriah,” kata Jubair.
Mereka berdua juga membahas pendekatan antara kelompok-kelompok oposisi Suriah. Hubungan antara kelompok bersenjata di Suriah harus diperbaiki dan di arahkan untuk memerangi Daulah Islamiyah.
Menlu Rusia menambahkan, bukan hanya kelompok bersenjata di Suriah saja yang harus diajak kerjasama. Namun, seluruh kelompok baik di Suriah maupun di Iraq yang memerangi “teroris”.
Lavorov menyebutkan, termasuk di antaranya militer Iraq dan militer Suriah, milisi Kurdi dan milisi-milisi lainnya yang anti Daulah.
Dia menambahkan akan bertemu dengan delegasi oposisi Suriah dan milisi Kurdi dalam waktu dekat untuk membahas hal ini.
Perlu diketahui, Rusia dan Saudi adalah dua negara yang bertentangan menyikapi konflik di Suriah. Rusia mendukung penuh Bashar Assad sementara Saudi menentang presiden tersebut. Namun, mereka berupaya mengecilkan berbedaan itu untuk menghadapi musuh bersama mereka, Daulah Islamiyah.
Sumber: Al-Jazeera
Penulis: Hunef Ibrahim
Saudi dan Rusia Sepakati Perangi ISIS, Namun Berbeda Sikapi Assad - Kiblat
https://www.kiblat.net/2015/08/12/saudi-dan-rusia-sepakati-perangi-isis-namun-berbeda-sikapi-assad/

Pemerintah Mesir Bakal Ambil Alih Aset Organisasi Teror

Foto: Presiden Mesir, Abdul Fattah Al-Sisi.
KIBLAT.NET, Kairo – Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi mengeluarkan sebuah undang-undang yang mengatur prosedur untuk merebut, mengelola dan membuang aset para terpidana teroris.
Situs berita resmi negara, Ahad (22/04/2018), melaporkan bahwa Al-Sisi meratifikasi undang-undang tersebut setelah disetujui parlemen pada 17 April.
Sebuah komite beranggotakan tujuh hakim yang dicalonkan oleh menteri kehakiman dan diberi mandat oleh presiden akan melaksanakan prosedur yang berkaitan dengan aset kelompok teror.
Komite baru akan menggantikan komite pemerintah yang ditugaskan untuk mengelola aset Ikhwanul Muslimin, yang ditetapkan sebagai entitas teroris oleh pengadilan Mesir pada September 2013.
Sumber: World Bulletin
Redaktur: Ibas Fuadi
Pemerintah Mesir Bakal Ambil Alih Aset Organisasi Teror
https://www.kiblat.net/2018/04/24/pemerintah-mesir-bakal-ambil-alih-aset-organisasi-teror/

Saudi Siap Bertempur di Suriah di Bawah Komando Koalisi AS

Foto: Penasihat Menhan Saudi, Ahmad Asiri
KIBLAT.NET, Riyadh – Arab Saudi menegaskan bersedia ikut serta dalam operasi darat di Suriah jika koalisi pimpinan AS melakukan operasi tersebut. Pernyataan ini disampaikan Penasihat Menteri Pertahanan Arab Saudi, Ahmad Asiri, Kamis kemarin (04/02).
“Arab Saudi siap berpartisipasi dalam operasi darat yang disepakati koalisi (anti ISIS) di Suriah,” kata Asiri dalam wawancara dengan TV Al-Arabiya, seperti dinukil Reuters Arabic.
Asiri menekankan bahwa Saudi adalah anggota aktif koalisi yang dipimpin AS. Koalisi itu, lanjutnya, memerangi ISIS sejak 2014 dan meluncurkan lebih dari 190 serangan udara.
Kami, kata Asiri, yakin mengalahkan ISIS harus dengan operasi udara dan darat.
“Jika ada kesepakatan dari komando koalisi, Kerajaan Saudi siap berpartisipasi dalam upaya ini. Karena kami yakin operasi udara saja belum cukup. Sehingga perlu operasi darat,” ujar Asiri.
Menanggapi pernyataan Saudi ini, Menteri Luar Negeri AS John Kerry enggan memberikan komentar serius. Namun, ia mengapresiasi pernyataan tersebut.
“Kami tidak akan mengomentari perakara ini secara khusus sampai kami melakukan pengkajian lebih dalam,” pungkas Kerry.
Sumber: Reuters Arabic
Penulis: Hunef Ibrahim
Saudi Siap Bertempur di Suriah di Bawah Komando Koalisi AS - Kiblat
https://www.kiblat.net/2016/02/05/saudi-siap-bertempur-di-suriah-di-bawah-komando-koalisi/

AS Sambut Kesiapan Saudi Kirim Pasukan ke Suriah

Foto: Pasukan darat Saudi
KIBLAT.NET, Washington – Gedung Putih menyambut kesiapan Arab Saudi mengirim pasukan darat ke Suriah untuk meningkatkan kkontribusinya dalam memerangi Daulah Islamiyah atau lebih dikenal ISIS.
“Pernyataan Arab Saudi yang dikeluarkan Kamis kemarin (04/02) sebagai jawaban permintaan Menteri Pertahanan AS Ashton Carter untuk anggota koalisi agar meningkatkan kontribusi memerangi ISIS,” kata juru bicara Gedung Putih, Josh Ernst, seperti dilansir Al-Jazeera, Jumat (05/02).
Untuk itu, tambahnya, kami sangat gembira pengumuman sekutu kami di Suadi yang bersedia memberikan kontribusi lebih dalam bidang militer. Namun belum jelas apakah kesiapan Saudi itu mengirim pasukan darat dalam jumlah besar atau hanya mengirim pasukan khusus.
Sambutan serupa juga disampaikan Menteri Pertahnan AS Ashton Carter. Kesiapan Saudi ini harus diapresiasi.
Seperti diberitakan sebelumnya, Arab Saudi melalui penasihat militer negera menegaskan bersedia ikut serta dalam operasi darat di Suriah jika koalisi pimpinan AS melakukan operasi tersebut.
“Arab Saudi siap berpartisipasi dalam operasi darat yang disepakati koalisi (anti ISIS) di Suriah,” kata Asiri dalam wawancara dengan TV Al-Arabiya, seperti dinukil Reuters Arabic.
Asiri menekankan bahwa Saudi adalah anggota aktif koalisi yang dipimpin AS. Koalisi itu, lanjutnya, memerangi ISIS sejak 2014 dan meluncurkan lebih dari 190 serangan udara.
Kami, kata Asiri, yakin mengalahkan ISIS harus dengan operasi udara dan darat.
“Jika ada kesepakatan dari komando koalisi, Kerajaan Saudi siap berpartisipasi dalam upaya ini. Karena kami yakin operasi udara saja belum cukup. Sehingga perlu operasi darat,” ujar Asiri.
Sumber: Al-Jazeera
Penuli
s: Hunef Ibrahim
AS Sambut Kesiapan Saudi Kirim Pasukan ke Suriah - Kiblat
https://www.kiblat.net/2016/02/06/as-sambut-kesiapan-saudi-kirim-pasukan-ke-suriah/

Kecanggihan Rudal Patriot Buatan AS Dipertanyakan

Foto: Rudal patriot buatan AS.
KIBLAT.NET, Riyadh – Pada tanggal 4 November lalu dilaporkan pemberontak Syiah Hautsi di Yaman menembakkan sebuah rudal balistik yang jatuh di sebuah lokasi dekat bandara di ibukota Arab Saudi, Riyadh. Dari pihak Saudi menyatakan bahwa serangan rudal balistik itu berhasil digagalkan oleh rudal Patriot buatan AS yang memang didesain untuk meng-intercept dan menetralisir serangan rudal musuh. Perkembangan terbaru, banyak di antara para ahli meragukan klaim keberhasilan rudal Patriot tersebut.
Sejumlah peneliti kemudian menganalisa sisa-sisa pecahan rudal balistik yang sebenarnya telah mengenai target yang diinginkan. Hasil riset mengatakan badan rudal balistik itu pecah atau terpisah menjadi dua bagian. Hal itu bukanlah suatu indikasi rudal interceptor Patriot telah bekerja dan berfungsi dengan baik, tetapi itu memang bagian dari cara kerja rudal balistik yang secara spesifik akan terpisah menjadi dua.
Jika tidak berfungsi dengan baik, berarti rudal-rudal Patriot itu gagal menetralisir target, baik gagal karena tidak mengenai target sama sekali, atau gagal karena hanya menyentuh setengah bagian belakang rudal balistik dan itu pun setelah hulu ledaknya terlepas. Kesimpulan lain, sistem rudal Patriot tidak bekerja secara efektif.
Senjata pertahanan rudal, terutama yang menggunakan teknologi “interceptor” secara biaya memang super mahal. Meskipun berbiaya sangat tinggi, di kalangan para pakar sains masih banyak yang meragukan tingkat efektifitasnya. Menurut mereka, tingkat efektifitas yang diklaim dimiliki oleh sistem pertahanan semacam itu bukan hanya mustahil, namun dalam banyak kasus tidak mungkin mampu dilakukan pencegatan secara fisik.

Sistem pertahanan udara semacam rudal Patriot ini sudah terlanjur banyak terjual dan digunakan secara luas di lingkungan arsenal AS. Jika ternyata dalam insiden 4 November lalu rudal Patriot gagal mencegat rudal balistik musuh, maka branding rudal interceptor buatan Amerika ini akan rusak dan jatuh di pasaran ekspor.
Sumber: Antiwar
Redaktur: Yasin Muslim
Kecanggihan Rudal Patriot Buatan AS Dipertanyakan
https://www.kiblat.net/2017/12/07/kecanggihan-rudal-patriot-buatan-as-dipertanyakan/

Qatar Resmikan Proyek Pelebaran Pangkalan AS

KIBLAT.NET, Doha – Pemerintah Qatar, Selasa (24/07), meresmikan proyek perluasan pangkalan udara Amerika Serikat di negaranya, Al-Udeid. Proyek ini menjadikan pangkalan AS terbesar di Timur Tengah itu pangkalan permanen.
Peresmian proyek ini dihadiri Wakil Perdana Menteri dan Menter Pertahanan Qatar Khalid bin Muhammad Al-Attiyah dan sejumlah komandan militer Qatar dan Amerika Serikat.
Perluasan ini termasuk pembangunan barak dan bangunan layanan untuk mendukung upaya keamanan bersama dan meningkatkan kondisi kerja pasukan yang ditempatkan di pangkalan tersebut.
Pangakalan Al-Udeid sekarang menjadi tuan rumah bagi lebih dari 10.000 pasukan koalisi internasional dan AS. Ini merupakan pangkalan AS terbesar di Timur Tengah.
Qatar dan Amerika Serikat sedang mencari peta jalan untuk mempererat hubungan. Hal penting yang dibahas, menjadikan pangkalan Al-Udeid permanen. Selain itu, membahas permasalahan hubungan menangani “terorisme.”
Qatar mempererat hubungan dengan Barat dan Eropa setelah blokade Negara-negara Teluk. Doha ingin menunjukkan bahwa pihaknya tidak terkait “teroris”, sebagaimana alasan yang digunakan Negara Teluk memblokade negaranya.
Sumber: Al-Jazeera
Redaktur: Sulhi El-Izzi
https://www.kiblat.net/2018/07/25/qatar-resmikan-proyek-pelebaran-pangkalan-as/
Qatar Resmikan Proyek Pelebaran Pangkalan AS - Kiblat

Amerika Ingin Hidupkan Aliansi “NATO Arab” untuk Hadapi Iran

Foto: Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
KIBLAT.NET, Washington – Amerika Serikat diam-diam berusaha menciptakan aliansi politik dan keamanan dengan enam negara Teluk Arab, Mesir dan Yordania untuk melawan ekspansi Iran di wilayah tersebut. Demikian menurut laporan Al-Jazeera, Sabtu (28/07/2018).
Gedung Putih ingin melihat kerjasama yang lebih dalam antara negara-negara itu dalam hal pertahanan rudal, pelatihan militer, kontraterorisme, dan isu-isu lain seperti memperkuat hubungan ekonomi dan diplomatik regional.
Aliansi itu disebut-sebut sebagai “NATO Arab”, yang saat ini dikenal sebagai Aliansi Strategis Timur Tengah (MESA). Pembentukan aliansi mungkin akan dibahas pada pertemuan puncak di Washington yang dijadwalkan pada 12-13 Oktober mendatang.
“MESA akan berfungsi sebagai benteng melawan agresi Iran, terorisme, ekstremisme, dan akan membawa stabilitas ke Timur Tengah,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih.
Gagasan serupa pemerintah AS sebelumnya untuk mengembangkan aliansi yang lebih formal dengan sekutu Teluk dan Arab telah gagal di masa lalu. Aliansi akan menekankan peran negara Teluk Arab Saudi dan UAE untuk bekerja sama lebih dekat dengan pemerintahan Trump dalam menghadapi Iran.
Tidak dijelaskan bentuk perlawanan Aliansi terhadap Iran. Tetapi pemerintahan Trump dan sekutu Muslim Sunni memiliki kepentingan bersama dalam konflik di Yaman dan Suriah, serta mempertahankan jalur pelayaran Teluk di mana banyak pasokan minyak dunia diangkut.
Seorang pejabat senior Iran mengatakan, “Dengan dalih mengamankan stabilitas di Timur Tengah, Amerika dan sekutu regional mereka menggerakkan ketegangan di kawasan itu.”
Ketegangan AS dengan Iran telah meningkat sejak pengumuman Trump pada bulan Mei untuk menarik diri dari kesepakatan internasional 2015 terkait pembatasan nuklir Teheran.
Sumber: Al-Jazeera
Redaktur: Ibas Fuadi
https://www.kiblat.net/2018/07/28/amerika-ingin-hidupkan-aliansi-nato-arab-untuk-hadapi-iran/
Amerika Ingin Hidupkan Aliansi "NATO Arab" untuk Hadapi Iran - Kiblat

“Amerika Tak Lagi Terlibat Proses Perdamaian Timur Tengah”

Foto: Wakil Ketua Dewan Pengawas Ilim Yayma Foundation, Bilal Erdogan
KIBLAT.NET, Ankara – Wakil Ketua Dewan Pengawas Ilim Yayma Foundation, Bilal Erdogan, menilai AS telah melepaskan diri dari proses perdamaian ketika menyatakan Yerusalem (Al-Quds) sebagai ibu kota Israel.
“Amerika tidak lagi terlibat dalam proses perdamaian,” kata Bilal Erdogan, seperti dikutip World Bulletin, Jumat (15/12/2017)
Ia mengaku sangat menyesalkan langkah AS tersebut. Lebih jauh Bilal meminta negara-negara Muslim untuk bersatu dan satu suara.
“Apa yang telah dilakukan AS tidak bernilai. Ini tidak akan menciptakan status baru,” katanya, menambahkan bahwa keputusan AS mengenai Yerusalem membuktikan bahwa hal itu tidak dapat dipercaya.
“Keputusan ini sudah diambil pada tahun 1995 dan bahkan ketika Kongres Amerika mengambil keputusan ini pada tahun 1995, keputusan tersebut bertentangan dengan keputusan DK PBB mulai tahun 1980,” katanya.
“Orang-orang Amerika mengkhianati institusi yang telah mereka ciptakan, Dewan Keamanan PBB,” tambahnya.
Erdogan menambahkan bahwa hal itu menunjukkan bahwa PBB tidak berharga bagi AS dan bahwa sistem internasional yang didirikan setelah Perang Dunia II tidak berjalan dengan baik.
“Yerusalem berarti segala sesuatu yang kakek kami berdiri: koeksistensi damai,” dia menekankan. “Dan koeksistensi damai sangat asing bagi kekuatan Barat.”
“Karena mereka tidak menyukai koeksistensi, mereka ingin menjadi kuat dan mereka ingin berdiri di atas bahu seluruh dunia,” ungkapnya.
Sebgai informasi, Ilim Yayma Foundation adalah salah satu LSM yang menonjol di Turki dalam bidang pendidikan.
Sumber: World Bulletin
Redaktur: Ibas Fuadi
"Amerika Tak Lagi Terlibat Proses Perdamaian Timur Tengah"
https://www.kiblat.net/2017/12/17/amerika-tak-lagi-terlibat-proses-perdamaian-timur-tengah/

WHO Ingatkan Tersebarnya Wabah Ini di Kalangan Wanita Dunia Arab

Foto: Dunia Arab
KIBLAT.NET, Kairo – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis laporan terbaru untuk memperingatkan gejala pandemi atau wabah di kalangan wanita dunia Arab. Pandemi ini menjadi satu-satunya yang dibuat oleh mereka yang terjangkit.
Di banyak negara di dunia Arab, kelahiran dengan operasi caesar telah menjadi ketetapan. Sementara kelahiran normal adalah pengecualian.
WHO menjelaskan bahwa memilih oprasi caesar tanpa pembenaran medis, menyebabkan tingginya kemungkinan cedera wanita yang diikuti perdarahan atau infeksi, komplikasi anestesi, dan depresi setelah melahirkan. Selain itu juga meningkatkan kemungkinan infertilitas (kemandulan).
“Korban tewas dari operasi caesar adalah empat hingga 10 kali lebih tinggi untuk wanita yang melahirkan di seluruh dunia,” kata WHO, yang dikutip El-Dorar, Rabu (21/11/2018).
Laporan itu memantau persentase tertinggi operasi caesar di antara negara-negara Arab. Angka terbesar di Mesir hingga 52%, yang mencapai tingkat ketiga tertinggi di dunia.
Sumber: El-Dorar
Redaktur: Ibas Fuadi
WHO Ingatkan Tersebarnya Wabah Ini di Kalangan Wanita Dunia Arab - Kiblat
https://www.kiblat.net/2018/11/22/who-ingatkan-tersebarnya-wabah-ini-di-kalangan-wanita-dunia-arab/

Komandan Angkatan Laut AS Ditemukan Tewas Misterius di Bahrain

Foto: Komandan Angkatan Laut AS di Timur Tengah Scott A. Stearney
KIBLAT.NET, Manama – Laksamana teratas yang mengawasi pasukan Angkatan Laut AS di Timur Tengah, Wakil Laksamana Scott Stearney, ditemukan tewas di kediamannya di Bahrain pada hari Sabtu (01/12/2018). Pejabat Angkatan Laut mengatakan, penyebab kematiannya sedang diselidiki.
“Ini berita buruk bagi keluarga Stearney, untuk tim di Armada Kelima, dan untuk seluruh Angkatan Laut,” kata John Richardson, kepala operasi angkatan laut. “Adm. Stearney adalah seorang profesional yang berdedikasi.”
Richardson mengatakan Badan Investigasi Kriminal Angkatan Laut dan Kementerian Dalam Negeri Bahrain bekerja sama dalam penyelidikan. Pasukan angkatan laut yang dipimpin Amerika mengawasi perairan regional penting seperti Teluk Persia, Selat Hormuz dan Laut Merah.
Admiral Stearney, seorang pilot pesawat tempur FA-18 dan mantan instruktur Top Gun dengan lebih dari 1.000 pendaratan di kapal induk, sebelumnya bertugas di Kabul, Afghanistan, sebagai kepala staf Joint Task Force 435, yang melatih dan memberi saran kepada militer dan pasukan keamanan Afghanistan.
Dia melakukan penahanan dan operasi lainnya di sana. Penugasan lain sebelumnya termasuk menjalankan tugas di Komando Transportasi militer, komandan komando pengembangan perang Angkatan Laut, dan direktur operasi untuk Komando Pusat.
Admiral Stearney, penduduk asli Chicago, memasuki Angkatan Laut pada tahun 1982 setelah lulus dari Universitas Notre Dame. Dia menjadi penerbang Angkatan Laut pada tahun 1984 dan bertugas di skuadron tempur menyerang menerbangkan FA-18 Hornet menggunakan tanda panggilan “Sterno.” Dia akhirnya naik ke perintah sayap pesawat di atas kapal induk Dwight D. Eisenhower.
Adm. Belakang J. Paul Schlise, wakil komandan Armada Kelima, telah mengambil alih komando, kata Laksamana Richardson. Wakil Laksamana James Malloy, wakil kepala operasi angkatan laut, sedang bersiap untuk terbang ke Bahrain akhir pekan ini untuk mengambil alih komando sementara.
Sumber: CNN
Redaktur: Ibas Fuadi
Komandan Angkatan Laut AS Ditemukan Tewas Misterius di Bahrain - Kiblat
https://www.kiblat.net/2018/12/02/komandan-angkatan-laut-as-ditemukan-tewas-misterius-di-bahrain/

Tiada ulasan: