Sabtu, 22 Disember 2018

Fitnah. 8911.




Gambaran Fitnah dalam Al-Qur’an 

Al-Qur’an banyak sekali mengungkapkan kata fitnah dengan berbagai macam maknanya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam beberapa ayat, di antaranya: 

Allah SWT berfirman yang bermaksud: Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta” (QS. Al-Ankabuut: 1-3) 

Manusia dalam menyikapi ajaran para nabi dan rasul ada dua sikap. 

Pertama, orang-orang yang mengimani ajarannya, merekalah orang-orang yang beriman.

Dan kedua, orang orang-orang yang mengingkari ajarannya, mereka termasuk kelompok orang-orang kafir.

Ketika manusia menyatakan keimanannya, maka mereka akan diuji untuk membuktikan bahwa pernyataan itu benar atau salah. Karena keimanan bukan hanya kata-kata yang diungkapkan, tetapi keimanan adalah hakikat yang mengandung resiko dan tanggungjawab, keseriusan yang membutuhkan ketabahan, jihad yang membutuhkan kesabaran.

Oleh karena itu tidak cukup manusia menyatakan beriman sebelum mendapatkan ujian, cobaan dan tantangan. 

Semakin tinggi tingkat keimanan seseorang, maka semakin besar juga ujian dan cobaannya. Para nabi adalah orang yang paling besar ujian dan cobaannya kemudian yang sejenisnya dan seterusnya sesuai kadar keimanan seseorang. \

Rasulullah S.A.W., bersabda: Orang yang paling besar ujiannya adalah para nabi, kemudian yang sejenisnya dan sejenisnya. Seorang akan diuji sesuai kualitas agamanya. Jika kualitas agamanya kuat maka ujiannya juga kuat dan jika agamanya lemah, maka diuji sesuai kadar agamanya” (HR Bukhari, Ahmad dan At-Tirmidzi). 

Demikian orang-orang yang menyatakan beriman akan mendapatkan ujian dan cobaan di dunia, sedangkan orang kafir juga akan mendapatkan ujian dan cobaan. 

Orang beriman mendapatkan ujian awal di dunia berupa penderitaan, cobaan, ujian, kesusahan, fitnah dll untuk kemudian mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan akhir di akhirat.

Sedangkan orang-orang kafir bersenang-senang dan berfoya-foya di awal hidupnya di dunia untuk kemudian mendapatkan ujian dan siksaan di akhirat.

Jadi kedua golongan itu mendapatkan kesusahan, fitnah dan ujian, orang beriman di dunia dan orang kafir di akhirat. 

Seseorang bertanya pada imam As-Syafi’i, dan berkata: “Wahai Aba Abdillah, mana yang lebih utama bagi seorang lelaki, mendapatkan kedudukan atau mendapat ujian?” 

Berkata imam As-Syafi’i: Seseorang tidak mungkin akan mendapat kedudukan sehingga mendapat ujian. Karena sesungguhnya Allah telah menguji Nuh as, Ibrahim as, Musa as, Isa as, dan Muhammad saw. Ketika mereka sabar, maka Allah berikan kemuliaan kepada mereka. Maka jangan menyangka seorang beriman bebas dari ujian kesusahan.” 

Allah SWT berfirman yang bermaksud: Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS Al-Baqarah 155) 

Gambaran Fitnah Dalam Hadits 

Hampir di setiap kitab hadits memuat bab tentang Fitnah. Imam Bukhari, At-Turmudzi dan Ibnu Majah membuat judul dalam kitab haditsnya Kitabul Fitan, Abu Dawud dan Al-Hakim menyebutnya dengan judul Kitabul Fitan wal Malaahim( bab fitnah dan huru hara), sedangkan imam Muslim menyebutnya Kitabul Fitan wa ’Asyraatus Saa’ah (bab fitnah dan tanda-tanda hari kiamat). 

Di antara hadits-hadits yang disebutkan dalam shahih Bukhari tentang fitnah dapat disebutkan: 

1. Imam Bukhari mengawali hadits Fitnah dengan menyebut surat Al-Anfaal 25, agar orang beriman hati-hati terhadap fitnah dan menjauhinya.

2. Fitnah semakin hari semakin berat dan semakin buruk.

3. Harta yang paling bersih di akhir zaman bagi muslim adalah domba yang digembalakan di hutan dekat gunung dan air hujan.

4. Di antara fitnah di akhir zaman, diangkatnya ilmu, dominannya kebodohan dan banyaknya pembunuhan.

5. Umat Islam harus bersabar pada pemimpin jamaah Islam walaupun benci asal tidak menyuruh kepada kemungkaran dan kekafiran.

6. Cara yang baik untuk selamat dari fitnah yaitu komitmen dengan jamaah Islam.

7. Di masa fitnah dilarang memegang senjata yang membahayakan umat Islam. 

Tokoh sahabat yang paling menguasai masalah fitnah adalah Hudzaifah bin Al-Yaman. Beliau banyak bertanya tentang keburukan daripada kebaikan. Hal ini dilakukan agar orang-orang beriman terhindar dari fitnah dan keburukannya. Bunyi lengkap hadits adalah:

“Manusia biasa bertanya pada Rasulullah SAW tentang kebaikan, sedang aku bertanya kepada beliau tentang kejahatan, karena khawatir akan mengenaiku” Aku berkata: “Wahai Rasulullah SAW apakah kami dahulu di masa Jahiliyah dan penuh kejahatan, kemudian Allah mendatangkan dengan kebaikan ini (Islam). Apakah setelah kebaikan ini ada lagi keburukan” Rasulullah SAW bersabda: Ya” (HR Bukhari dan Muslim) 

Apakah setelah keburukan itu ada kebaikan”. Rasulullah SAW bersabda: Ya, tetapi ada polusinya”. “Apa polusinya?” Rasulullah SAW bersabda: Kaum yang mengambil hidayah dengan hidayah yang bukan dariku, engkau kenali dan engkau ingkari” Aku berkata:” Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan?” Rasulullah SAW bersabda: Ya, para penyeru ke neraka jahanam, barang siapa yang menyambut mereka ke neraka maka mereka melemparkannya ke dalam neraka”  (HR Bukhari dan Muslim) 

Aku berkata: Ya Rasulullah SAW, terangkan ciri mereka pada kami?” Rasulullah SAW bersabda: (kulit) mereka sama dengan kulit kita, berbicara sesuai bahasa kita”  (HR Bukhari dan Muslim) 

Aku berkata: Apa yang engkau perintahkan padaku jika aku menjumpai hal itu?” Rasulullah SAW bersabda: Komitmen dengan jamaah muslimin dan imamnya”  (HR Bukhari dan Muslim) 

Aku berkata: Jika tidak ada pada mereka jamaah dan imam?” Rasulullah SAW bersabda: “Tinggalkan semua firqah itu, walaupun engkau harus menggigit akar pohon sampai menjumpai kematian dan engkau tetap dalam kondisi tersebut” (HR Bukhari dan Muslim) 

Hadits lain yang berbicara tentang fitnah yang diriwayatkan Hudzaifah adalah: Saat itu kami bersama Umar bin Khathab beliau berkata: “Siapa di antara kalian yang mendengar Rasulullah SAW menyebutkan tentang fitnah-fitnah? Berkata di antara mereka: Kami mendengarnya”. Berkata Hudzaifah: Mungkin yang Antum maksud terfitnahnya seorang lelaki oleh keluarga dan tetangganya?” Mereka menjawab: ”Benar”. Berkata Hudzaifah: Fitnah itu terhapus dengan shalat, puasa dan sedekah, tetapi siapa yang mendengar Nabi SAW menyebutkan fitnah-fitnah seperti gelombang lautan? Berkata Hudzaifah. Maka mereka terdiam. Aku berkata: Aku tahu”. Berkata Umar: Engkau wahai Hudzaifah!” Berkata Hudzaifah, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Fitnah-fitnah itu mengenai hati seperti tikar yang menempel secara terus-menerus” (HR Bukhari dan Muslim) 

Fitnah anak, istri, tetangga dan lain-lain berupa mencintai mereka secara berlebihan, kurang ketaatannya kepada Allah SWT akibat kesibukan dengan mereka, munculnya sikap kikir akibat kecintaan tersebut. 

Fitnah anak istri dapat juga berupa melalaikan hak-hak anak dan istri seperti mendidik mereka, begitu juga terkait dengan fitnah tetangga.

Dan fitnah ini sebagaimana disebutkan dalam hadits terhapus dengan ibadah shalat, puasa dan sedekah. Fitnah ini banyak disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits, di antaranya: 

Firman Allah S.W.T yang bermaksud: “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi Allah-lah pahala yang besar” (QS. At-taghabuun: 15).  

Rasulullah SAW bersabda: Tidaklah aku tinggalkan fitnah yang lebih besar bagi kaum lelaki melebihi fitnah wanita” (HR Bukhari dan Muslim). 

Dikatakan oleh ulama bahwa fitnah anak ada satu dan fitnah wanita ada dua. Fitnah wanita ada dua yaitu, 

pertama; wanita menyuruh suaminya untuk memutus hubungan silaturahim pada ibu dan saudara-saudara suaminya. 

Kedua; menyuruh suaminya untuk mencari harta yang halal atau haram. Sedangkan fitnah anak hanya satu yaitu membuat bapaknya mencari harta yang halal atau haram. 

Dan fitnah lain yang disebut Hudzaifah adalah fitnah yang besar seperti gelombang lautan yang dapat menghanyutkan siapa saja yang ada di lautan kehidupan. Dalam hadits lain fitnah ini dapat menyebabkan seorang yang paginya muslim sorenya menjadi kafir, atau sorenya muslim, paginya menjadi kafir, mereka menjual agama dengan harta yang sedikit. 

Di antara fitnah yang sangat besar adalah fitnah yang muncul dari para pemuka agama, alim ulama, kyai dan para da’i, jika mereka sudah terkena fitnah dunia, maka mereka menjual agamanya dengan harta dunia, menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Ulama seperti ini dalam terminologi Islam disebut Ulama Suu (ulama jahat). 

Ciri khas mereka yang utama adalah lebih mencintai dan mengutamakan dunia. Akibatnya mereka tidak dapat berkata benar dalam mengeluarkan pernyataan dan fatwanya, karena hukum Allah senantiasa bertentangan dan bertolak belakang dengan syahwat manusia dan kecintaan mereka terhadap dunia, seperti kecintaan pada harta, kekuasaan, wanita dll.

Rasulullah SAW bersabda: Orang yang paling keras azabnya di hari kiamat adalah alim, yang Allah tidak memberi manfaat pada ilmunya” (HR At-Thabrani dan Al-Baihaqi).  

Berkata Umar bin Khathab: Yang paling aku takuti pada umat ini adalah orang jahat yang pandai berkata (ilmunya tidak sampai pada hatinya)”. 

Berkata Ali RA:” Yang paling menjengkelkanku adalah dua orang, orang berilmu tapi jahat, orang bodoh tapi rajin ibadah. Yang pertama membuat jauh manusia karena kejahatannya, dan yang kedua menipu manusia karena ibadahnya.” 

Ulama Jahat (ulama palsu/ulama dunia/seseorang yang tidak sepatutnya dinamakan ulama) akan senantiasa melakukan bid’ah untuk membenarkan kejahatannya. 

Maka terkumpulah pada mereka sifat buruk, mengikuti hawa nafsu yang mematikan mata hatinya, sehingga tidak dapat membedakan antara yang hak dan batil, bahkan memutarbalikkan antara yang hak dengan batil, sehingga melihat yang hak itu batil dan yang batil itu hak.

Demikianlah kejahatan ulama jika sudah lebih mencintai dunia, syahwat dan hawa nafsu dari akhirat. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al-A’raaf 175,176. 

Macam-Macam Fitnah 

Sebagaimana huraian di atas, maka secara umum fitnah terbagi menjadi dua, yaitu fitnah kebaikan dan fitnah keburukan. 

Allah SWT berfirman yang bermaksud: “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan” (QS. Al-Anbiyaa: 35).

Fitnah kebaikan biasa disebut juga dengan fitnah dunia dan bermuara pada tiga hal yaitu harta, tahta dan wanita. 

Nabi SAW bersabda: Sesungguhnya dunia itu manis dan lezat, dan sesungguhnya Allah menitipkannya padamu, kemudian melihat bagaimana kamu menggunakannya. Maka hati-hatilah terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah pertama yang menimpa bani Israel disebabkan wanita” (HR Muslim)

Harta dengan segala macamnya pada dasarnya adalah kenikmatan yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya. Dan manusia harus menjadikannya sebagai sarana ibadah dalam hidupnya. 

Manusia yang mestinya menjadikan harta sebagai sarana tetapi mereka menjadikannya tujuan hidup bahkan banyak yang menghambakan hidupnya pada harta. Sehingga celakalah mereka, harta berubah menjadi fitnah dan bencana yang merugikan dirinya di dunia maupun akhirat. 

Dan bagian fitnah yang harus diwaspadai para da’i dan pemimpin umat terkait dengan kebaikan adalah popularitas, sanjungan, pujian, penampilan, kecantikan, pengikut yang banyak, kemenangan dan sejenisnya. 

Imam Ahmad bin Hambal RA setelah terbebas dan penyiksaan yang berat dan dikeluarkan dari penjara, beliau mendapatkan simpati dan sambutan yang luar biasa dari pengikutnya. Mereka berdatangan untuk belajar, bertanya dan berguru pada imam Ahmad RA.

Melihat sambutan yang luar biasa dari pengikutnya, Imam Ahmad menangis dan sangat khawatir kalau ini adalah Istidraj (fitnah) yang akan menjatuhkan beliau dari sikap Istiqamah. 

Sedangkan fitnah keburukan, seperti siksaan sampai ke tingkat pembunuhan, pengusiran, pemenjaraan, pemboikotan, kemiskinan, penyakit dll. 

Demikianlah fitnah terjadi silih berganti yang terjadi pada Para Nabi dan Orang-orang Beriman,  

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasulullah SAW dan orang-orang yang beriman bersamanya: 

Firman Allah SWT yang bermaksud: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” (QS. Al Baqarah: 214) 

Dalam konteks pemikiran dan gerakan, muncul beragam fitnah dan syubhat di bidang gerakan pemikiran sesat dan bid’ah yang menjamur di tengah masyarakat muslim, seperti JIL (Jaringan Islam Liberal), Ahmadiyah, Baha’iyah, LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia), Isa Bugis, Syiah dll.

Fitnah ini muncul karena lemahnya umat Islam terhadap ajaran Islam. Dan jatuhlah mereka pada pemahaman yang salah dan menyimpang terhadap Islam. 

Tingkat penyimpangan gerakan pemikiran berbeda satu sama lain, ada yang sudah sesat dan keluar dari ajaran Islam, seperti Ahmadiyah, tetapi ada juga yang masih dapat diajak dialog tentang keIslaman. 

Dan fitnah yang terbesar dan terberat yang dihadapi oleh orang-orang beriman adalah fitnah menyebarnya kemusyrikan, kekafiran, kemungkaran, perselisihan dan perang antara sesama orang beriman.

Fitnah yang pertama muncul setelah wafatnya Rasulullah SAW, menyebarnya kemurtadan dan orang-orang yang tidak mahu membayar zakat. Dan Abu Bakar As-Siddiq telah berhasil memeranginya.

Fitnah pembunuhan terhadap Khulafaur Rasyidin, Umar, Utsman dan Ali semoga Allah SWT., meridhai semuanya.

Fitnah antara imam Ali RA dengan Siti Aisyah RA dalam perang Jamal, antara Ali RA dengan Muawiyah RA dalam perang Shiffin.

Dan para ulama menyebutnya dengan istilah Fitnah Qubra. 

Sikap Para Da’i terhadap Fitnah.

Segala macam fitnah harus disikapi dengan bijak oleh para da’i sesuai dengan bentuk dan kadar fitnahnya. Ketika para da’i berhasil mengatasi fitnah yang terjadi di dunia, maka dia akan sukses dan mendapatkan ganjaran yang besar dari sisi Allah SWT..

Sikap pertama yang harus dilakukan oleh para da’i untuk menghadapi fitnah adalah berhati-hati dan waspada (hadzr). Setiap da’i apapun yang terjadi, baik dan buruknya, senantiasa dalam kondisi diuji. Kemudian untuk menyikapi segala macam fitnah keburukan para da’i harus bersabar, bersabar tidak terlibat dalam keburukan dan bersabar atas segala musibah yang buruk. Dan menyikapi segala bentuk kemudahan para da’i harus bersyukur. 

Rasulullah SAW bersabda: Sungguh menakjubkan urusan orang beriman, segala urusannya baik dan itu tidak terjadi kecuali orang beriman. Jika diuji kemudahan, dia bersyukur maka itu baik untuk orang beriman. Dan jika diuji kesusahan maka dia bersabar, dan itu baik untuk orang beriman” (HR Muslim) 

Selanjutnya dalam menyikapi berbagai macam huru hara, perselisihan dan fitnah antara sesama muslim, maka sikap para da’i harus tetap komitmen pada jamaah Islam dan tetap taat pada pemimpin selagi tidak menyuruh pada kemungkaran dan kekafiran.

Fitnah terkait dengan kebatilan dan pemikiran yang sesat harus dihadapi dengan dakwah dan argumentasi yang kuat sehingga terlihat jelas antara kebenaran dan kebatilan. Ulama dan para da’i harus menjelaskan kepada umat antara yang hak dengan yang batil agar mereka tidak menjadi bingung dan tidak tersesat.

Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baiknya jihad adalah perkataan yang benar pada penguasa yang sesat (HR Ahmad). 

Pada masa kekhalifahan imam Ali RA. Banyak kaum yang keluar dari jamaahnya dan disebut kelompok Khawarij. Lalu imam Ali RA. Mengirim Ibnu Abbas RA kepada mereka untuk berdialog seputar agama dan pemahaman Islam, maka banyak sekali di antara mereka yang sadar dan kembali pada ajaran yang benar.

Begitu juga terhadap kelompok yang mengkultuskan dirinya dari kalangan Syiah, maka imam Ali RA senantiasa mengarahkan pada pemahaman yang benar dan menolak segala macam pengkultusan. 

Sedangkan untuk menyikapi fitnah kekafiran dan kemusyrikan, maka umat Islam harus berjihad melawannya.

Allah SWT berfirman yang bermaksud: Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan” (QS. Al-Anfal: 39)

Seluruh bentuk fitnah harus dilawan oleh umat Islam sehingga hanya Islamlah yang eksis di muka bumi ini. Wallahu a’lam bishawab.

(SCC/hdn)
Edit dari Sumber asal: (Dakwatuna.com - Fitnah) . 

"..KEHIDUPAN DUNIA HANYALAH Kesenangan YANG MEMPERDAYA" [QS. AL 'IMRAN (3):185]. 

Firman Allah S.W.T., yang bermaksud: Wahai orang yang beriman! Janganlah kamu mengambil orang yang bukan daripada kalangan kamu (seperti Yahudi, Nasrani, dan Munafiq) menjadi teman karib (yang dipercayai). Mereka tidak akan berhenti berusaha mendatangkan kesusahan kepada kamu. Mereka sukakan apa yang menyusahkan kamu. Telah pun nyata (tanda) kebencian mereka pada pertuturan mulut mereka, dan apa yang tersembunyi oleh hati mereka lebih besar lagi. Sesungguhnya Kami telah jelaskan kepada kamu ayat ayat (Kami), jika kamu memahaminya (memikirkannya).” - [Al Quran Surah Al Imran ayat 118-120] . 


Firman Allah S.W.T., yang bermaksud: “Perkataan yang baik dan pemberian maaf, lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (Al Baqarah: 263). 
Tiada ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah

Firman Allah S.W.T., yang bermaksud: “Mereka yang berjuang di jalan Kami nescaya Kami tunjukkan jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah berserta orang yang berbuat baik.” (Al Ankabut: 69). 

"Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku." (QS. Yusuf: 86). 

Semasa hidup sederhanakanlah kegembiraan. Supaya wujud keseimbangan jiwa dan roh, bila menerima kesedihan yang pasti ditemui juga. Mengingatkan diri sendiri menjadi keutamaaan sebelum mengingatkan orang lain . In Syaa Allah ''palis'' sekali dari sifat-sifat sombong dan keji. Semuanya kerana Allah S.W.T.. Amin Ya Rob.  (Peceq Admin). 

Perhatian: Pemaparan tajuk-tajuk, gambar-gambar dan segala bagai, adalah pandangan dan pendapat peribadi yang lebih menjurus kepada sikap dan sifat untuk menjadi lebih baik dengan mengamalkan gaya hidup menurut perentah dan larangan Allah S.W.T., antaranya bersikap dengan tiada prasangka, tidak bertujuan untuk kebencian, tidak berkeperluan untuk bersubahat dengan perkara bohong dan tiada kaitan dan berkepentingan dengan mana-mana individu. Jujur., aku hanyalah hamba Allah S.W.T., yang hina dina. BERSANGKA BAIK KERANA ALLAH S.W.T..



Tiada ulasan: