Jumaat, 4 Januari 2019

Jangan sembarangan mengambil hak orang lain, apa lagi mencuri, merompak, merogol, membunuh dan kejahatan lainnya. Nauzubillahminzalik. 8988.




Subhanallah, kerana sebutir kurma doanya tidak diterima selama 4 bulan

Usai menunaikan ibadah haji, Ibrahim bin Adham rahimahullah berniat ziarah ke Masjid Al Aqsa. Untuk bekal di perjalanan, beliau membeli 1 kg kurma dari pedagang tua di dekat masjidil Haram.

Setelah kurma ditimbang dan dibungkus, Ibrahim melihat sebutir kurma tergeletak berhampiran timbangan. Menyangka kurma itu bahagian dariyang dia beli, Ibrahim memungut dan memakannya. Setelah itu dia terus berangkat menuju Al Aqsa. Empat Bulan kemudian, Ibrahim tiba di Al Aqsa. Seperti biasa, dia suka memilih sebuah tempat beribadah pada sebuah ruangan dibawah kubah Sakhra. Ia solat dan berdoa khusyuk sekali. Tiba tiba dia mendengar percakapan dua Malaikat tentang dirinya.

"Itu, Ibrahim bin Adham, ahli ibadah yang zuhud dan wara yang doanya selalu dikabulkan Allah SWT," kata malaikat yang satu.

"Tetapi sekarang tidak lagi. doanya ditolak kerana empat bulan yg lalu dia memakan sebutir kurma yang jatuh dari meja seorang pedagang tua di dekat mesjidil haram, "jawab malaikat yang satu lagi.

Ibrahim bin Adham terkejut sekali, dia terhenyak, jadi selama empat bulan ini ibadahnya, solatnya, doanya dan mungkin amalan-amalan lainnya tidak diterima oleh Allah SWT gara-gara memakan sebutir kurma yang bukan haknya. "Astaghfirullahal adzhim," Ibrahim beristighfar. Dia langsung berkemas untuk berangkat lagi ke Makkah menemui pedagang tua penjual kurma. Untuk meminta dihalalkan sebutir kurma yang telah ditelannya.

Begitu sampai di Makkah dia langsung menuju ke tempat penjual kurma itu, tetapi dia tidak termasuk peniaga tua itu melainkan seorang anak muda. "Empat bulan yang lalu saya membeli kurma disini dari seorang pedagang tua. kemana dia sekarang? "tanya ibrahim. "Sudah meninggal sebulan yang lalu, saya sekarang meneruskan pekerjaannya berniaga kurma" jawab anak muda itu.

"Innalillahi wa innailaihi roji'un, kalau begitu kepada sesiapa saya meminta penghalalan?". Lantas ibrahim menceritakan peristiwa yang dialaminya, anak muda itu mendengarkan penuh minat. "Nah, begitulah" kata ibrahim setelah bercerita, "Engkau sebagai ahli waris orang tua itu, mahukah engkau menghalalkan sebutir kurma milik ayahmu yang terlanjur ku makan tanpaizinnya?"

"Bagi saya tidak masalah. Insya Allah saya halalkan. Tapi entah dengan saudara-saudara saya yang jumlahnya 11 orang. Saya tidak berani mengatas nama kan mereka kerana mereka mempunyai hak waris sama dengan saya. "Ibrahim bertanya" Di mana alamat saudara-saudaramu? biar saya temui mereka satu persatu. "

Setelah menerima alamat, Ibrahim bin Adham pergi menemui saudara-saudaranya yang lain. Biar berjauhan, akhirnya selesai juga. Semua setuju menghalalkan sebutir kurma milik ayah mereka yang termakan oleh Ibrahim.

Empat bulan kemudian, Ibrahim bin Adham sudah berada dibawah kubah Sakhra. Tiba tiba dia mendengar dua malaikat yang dulu terdengar lagi bercakap cakap. "Itulah Ibrahim bin Adham yang doanya tertolak gara gara makan sebutir kurma milik orang lain."

"O, tidak .., sekarang doanya sudah makbul lagi, dia telah mendapat penghalalan dari ahli waris pemilik kurma itu. Diri dan jiwa Ibrahim kini telah bersih kembali dari kotoran sebutir kurma yang haram kerana masih milik orang lain. Sekarang ia sudah tidak. "Subhanallah ...

Kembara Mencari Redha - Halaman Utama


TITIAN



Kabul Minta Penjelasan AS Atas Kebijakannya di Afghanistan

Foto: Pasukan AS di Afghanistan.

KIBLAT.NET, Kabul – Pemerintah Kabul, Kamis (03/01), meminta penjelasan Amerika Serikat atas sejumlah kebijakannya di Afghanistan. Khususnya, setelah laporan tentang kemungkinan penarikan pasukan AS.

Pernyataan itu datang dari Istana Kepresidenan Afghanistan pada Kamis dan dilansir saluran TV Thuluk News.

“Kami telah meminta Amerika Serikat, melalui jalur diplomatik, untuk mengklarifikasi beberapa pernyataan tentang kebijakan tertentu,” kata pernyataan istana.

“Kami berharap (dari pihak AS) untuk berbagi kebijakan ini dengan kami dalam waktu dekat,” lanjutnya.

Pernyataan itu menambahkan bahwa rakyat Afghanistan dan pasukan pertahanan serta keamanan telah mengorbankan puluhan ribu nyawa sejauh ini. Hal itu dilakukan demi mewujudkan “perdamian”.

Setiap negara menghargai kepentingannya. Kami, kata pernyataan tersebut, bekerja keras untuk mengandalkan diri sendiri, dengan mempertimbangkan situasi kritis saat ini.

Pernyataan itu muncul di tengah laporan kemungkinan penarikan pasukan AS dari Afghanistan.

Laporan itu juga mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump bersikeras selama pertemuan dengan pemerintahannya pada Rabu bahwa negara-negara regional harus memainkan peran yang lebih besar di Afghanistan.

Trump juga mengatakan bahwa Rusia dan Pakistan harus bertempur di Afghanistan, bukan Amerika Serikat.

Lebih lanjut, Trump berbicara kepada mantan Menteri Pertahanan James Matisse dan perannya “pasif” di Afghanistan. 


“Apa yang dia lakukan untuk saya, bagaimana yang dia lakukan di Afghanistan, tidak baik, tidak baik, saya tidak senang dengan apa yang dia lakukan di Afghanistan, dan saya seharusnya tidak bahagia,” kata Turmp. Akhirnya, Mattis dipecat.

Sumber: Anadolu Agency
Redaktur: Sulhi El-Izzi
https://www.kiblat.net/2019/01/04/kabul-minta-penjelasan-as-atas-kebijakannya-di-afghanisan/

BERITA TERKAIT


Kabul Minta Penjelasan AS Atas Kebijakannya di Afghanistan

BERITA LAINNYA


Khutbah Jumat: Mewaspadai Dosa Tersembunyi
 Jum'at, 04/01/2019 01:58   0  

Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia yang baru, Yahya bin Hasan Al Qahtani mengatakan persoalan dubes yang lama sudah selesai
 Kamis, 03/01/2019 21:08   0  

"Jadi pendidikan dalam bencana itu penting. Dalam segala hal pendidikan itu penting, apalagi di bencana"
 Kamis, 03/01/2019 20:18   0  

KIBLAT.NET – “Pernah menyesal nggak sih jadi saksi yang memberatkan dan membuat Pak Ahok masuk...
 Kamis, 03/01/2019 20:07   0  

Said Aqil Siroj menyebut dubes Arab Saudi yang baru jauh dari pemahaman radikal ekstrem
 Kamis, 03/01/2019 19:35   0  

Mendagri Turut Laporkan Kasus Hoaks Data Pemilih dan Surat Suara Tercoblos
 Kamis, 03/01/2019 19:16   0  

"Untuk Anak Krakatau memang saya bilang ke temen-temen dulu waktu saya masih aktif, jangan pernah alat di Anak Krakatau itu mati," kata Mbah Rono.
 Kamis, 03/01/2019 18:51   0  

Arif mengatakan tidak dipungkiri isu distribusi tipuan ini sudah banyak beredar di sosial media. Namun dirinya sudah mencoba merunut sumber isu.
 Kamis, 03/01/2019 13:42   0  

Upaya untuk mengentaskan masyarakat Gunungkidul dari ancaman kekeringan tahunan terus dilakukan. Meski sudah memasuki musim...
 Kamis, 03/01/2019 10:15   0  

Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Jawa Timur memberangkatkan 5 Armada logistik dan Ambulance serta tim kesehatan dan relawan kemanusiaan menuju Banten.
 Kamis, 03/01/2019 10:00
10 PENYAKIT YANG PERLU DIWASPADAI OLEH ORANG YANG SEDANG DALAM PERJALANAN MENUJU ALLAH 

Oleh: Tuan Guru Dr Hj Jahid Bin Hj Sidek al - Khalidi

(Ahli Turuq Jilsah Jabatan Mufti Negeri Sembilan, Malaysia)

Terdapat berbagai penyakit batin yang sukar disedari oleh pengamal tarekat yang boleh membinasakan perjalanan zahir dan batin mereka kepada Allah. Antaranya ialah:

1. TERASA ADA AMALAN

Maksudnya seseorang itu merasakan bahawa dirinya itu telah banyak berbuat amal soleh; banyak sembahyang, puasa, zikir, banyak sedekah dan sebagainya lagi. Jika ada rasa demikian maka rosaklah perjalanan keruhaniannya. Rasa yang demikian itu bukan sahaja akan menimbulkan sifat riak, ujub dan sebagainya tetapi ianya boleh menyebabkan syirik atau menyengutukan Allah. Oleh kerana itu seseorang salik itu dikehendaki merasa-rasakan secara bersungguh-sungguh bahawa segala amalnya yang soleh itu adalah kurnia Allah semata-mata, hal Allah semata-mata, dari Allah semata-mata.

Setelah rasa begitu dapat dihayati sebenar-benarnya, maka InsyaAllah ia akan dikurniakan oleh Allah Tauhid Af’al atau tauhid pada perbuatan Allah, di mana seorang itu pada peringkat tersebut dapat melihat keesaan perbuatan Allah semata-mata akan tercapailah ketiga-tiga syarat bagi penerimaan amal iaitu ikhlas, fana’ (amalan diri dalam perbuatan Allah) dan benar-benar berasa bahawa tidak ada daya dan kekuatan kecuali Allah semata-mata.Kesimpulannya: Bila terasa ada amal maka Tauhid Af’al tidak akan tercapai.

2. PANJANG ANGAN-ANGAN NAFSU KEDUNIAANNYA

Khalifah Ali (r.a.) pernah menyebutkan bahawa panjang angan-angan nafsu keduniaan itu adalah punca segala kesalahan atau dosa. Orang yang panjang angan-angan nafsu keduniaannya itu sentiasa lena dihayun oleh berbagai jenis angan-angannya itu. Pada setiap saat hatinya berkata-kata: “Aku akan buat ini, buat itu. Kalau aku buat ini akan jadi begini dan kalau aku buat yang lain akan jadi begitu…”

Tegasnya ia akan dilamun oleh berbagai fikiran dan rancangannya sendiri yang tidak akan ada titik perhentiannya sama sekali. Hal demikian adalah mengambarkan bahawa orang tersebut jahil terhadap Tauhid, sebab orang yang jahil Tauhid menurut Ibn Ata’illah hatinya sentiasa berkata: “Apakah yang akan aku buat”.

Orang yang benar Tauhidnya pula menurut beliau, hatinya sentiasa berkata:”Apakah yang Allah akan buat terhadap dirinya itu”. Di samping itu orang yang panjang angan-angan keduniaan itu hatinya akan menjadi gelap disebabkan berbagai gambaran kebendaan sentiasa memenuhi ruang di hatinya sehingga Allah tidak akan mendapat ruang di hati lagi, pada hal hati itu untuk Allah. Nabi bersabda, ertinya: ”Hati itu rumah Allah” Maksudnya hati itulah tempat yang dipilih dan dibersihkan oleh Allah dan dimuliakan sebagai jalan perhubungan antara Allah dengan hambaNya. Oleh itu hati itu tidak boleh dimasuki sesuatu yang lain dari Allah.

Samalah keadaan hati itu seperti Kaabah, kerana Kaabah itu adalah dikatakan sebagai Rumah Allah. Kalau Kaabah itu mesti bersih dari perkara-perkara yang boleh menjatuhkan kesuciannya, maka begitu jugalah dengan hati, ia mesti bersih dari sesuatu yang mengotori ruang hati serta mengelapkannya.

Dari angan-angan keduniaan itu maka akan timbullah berbagai sifat tercela seperti tamak, hasad dengki, gemar kemasyhuran dan sebagainya. Perlu diingatkan bahawa sebahagian daripada angan-angan keduniaan itu ialah angan-angan seorang itu mengenai akhirat, tetapi cita-cita dan angan-angan itu telah dikotori oleh berbagai kehendak nafsunya.

Ramai orang terjerat di dalam perangkap ini tidak dapat menyedari dirinya itu sendiri. Misalnya, seorang itu membanyakkan usahanya berzikir siang dan malam, tetapi hati kecilnya terlintas bahawa dengan berbuat demikan maka ia akan cepat menjadi wali atau menjadi seorang Syeikh atau lekas fana’ dan sebagainya.

Sepatutnya ia bercita-cita supaya dapat ma’rifatullah dan keredhaanNya. Demikian juga seorang salik yang berhenti dari kerja mencari rezeki atau berhenti dari belajar Ilmu Islam kerana didorong supaya cepat naik maqam atau cepat mencapai matlamat perjalanannya; kononnya jika ia menumpukan zikir dan beramal ibadat sahaja maka cepatlah sampai kepada matlamat yang dituju. Sebenarnya hal demikian itu masih dipenuhi nafsu keduniaan yang pada zahirnya macam cita-cita akhirat.

3. HATI BERKATA ATAU TERLINTAS BAHAWA

DIRINYA TELAH MENCAPAI TARAF WALI

Sifat demikian adalah berlawanan dengan kehendak Allah, kerana Allah melarang seseorang itu dari perbuatan mengaku diri sendiri itu suci dan bersih. Allah berfirman, maksudnya :“Maka janganlah kamu mengaku bahawa diri kamu itu suci. Dialah (Allah) yang lebih mengetahui tentang orang-orang yang bertakwa”.

Nabi bersabda yang bermaksud: “Tanda kecelakaan (masuk neraka) itu empat perkara: (Pertama), Lupakan dosa-dosa yang dilakukan, pada hal dosa-dosa itu masih utuh di sisi Allah. (Kedua), Ingatkan berbagai kebaikan yang dilakukan, pada hal ia tidak tahu samada kebaikan itu diterima atau ditolak oleh Allah. (Ketiga), Memandang orang yang di atas mengenai hal keduniaan. (Keempat), Memandang orang yang di bawah (lebih rendah) mengenai hal-hal agama. maka Allah berfirman (kepada orang ini): “Aku mahukan orang ini, tetapi ia tidak mahukan Aku, maka Aku pun tinggalkan sahaja”

Sebenarnya, bila seseorang itu tinggi darjatnya di sisi Allah, maka ia akan terasa rendah; bila ruhaninya bersih, maka ia terasa kotor dan banyak dosa; bila telah menjadi wali, maka terasa dirinya masih jauh dari kecintaan Allah. Sebaliknya, orang yang masih bergelumang dengan dosa itu biasanya merasakan dirinya sudah bersih, sudah menjadi wali Allah. Oleh yang demikian seseorang itu yang terasa telah menjadi wali itu telah tersimpang jauh dari arah perjalanannya yang sebenar. Ia tidak akan sampai ke matlamat yang dituju dan ia tetap jatuh tersungkur yang sukar untuk bangun semula.

4. SUKA DAN SENANG HATI BILA DIKERUMUNI OLEH ORANG RAMAI.

Bila ramai orang berada di sekelilingnya, kerana menyokong dan menyukainya maka ia berasa seronok, suka dan senang hati. Sebaliknya, bila orang ramai menjauhkan diri daripadanya maka ia berasa susah hati. Sifat demikian boleh merosakkan keruhanian seseorang salik, kerana pada hakikatnya ia masih memandang makhluk dan tidak memandang Allah. Di samping itu, sifat demikian itu menunjukkan bahawa ia masih sukakan kemasyhuran, kemuliaan, keagungan dan sifat-sifat lain yang seumpamanya.

Semua sifat tersebut adalah pakaian Allah bukan pakaian makhluk atau manusia. Ibrahim bin Adham berkata: ”Seseorang yang tidak meninggalkan kemuliaan kepada kehinaan, ia tidak akan sampai ke darjat orang yang solihin”. Seorang murid Syeikh Abu Yazid Al-Bustami pernah mengadu kepadanya bahawa ia telah beramal di bawah pimpinan Syeikh Abu Yazid selama 30 tahun, tetapi ia terasa tidak mendapat apa-apa perubahan, masih tetap di tahap dahulu juga, maka apakah yang menyebabkan jadi begitu? Syeikh Abu Yazid Al-Bustami menjelaskan bahawa jika muridnya itu beramal selama 1,000 tahun lagi pun, tetap tidak akan berubah keadaan dirinya itu, kecuali ia membuang semua sifat berasa mulia dan tinggi di mata masyarakat itu.

Seorang itu dikehendaki menjadi hamba Allah, bukan hamba manusia. Bila seseorang itu suka kepada manusia, maka ia jadi hamba manusia, bukan hamba Allah. Seorang hamba Allah hanya sibuk dengan Allah, senang dengan Allah, cinta hanya terhadap Allah, harapannya hanya pada Allah dan tidak kepada yang lain.

5. BERASA PUAS HATI DENGAN BERBAGAI BAYANGAN MIMPI

Sifat ini juga dilarang, kerana ianya boleh melalaikan seseorang itu dari mengingati Allah yang sebenar. Apa yang disuruh oleh Allah ketika berzikir atau berwirid itu ialah mengingati Allah, seronok dan senang hati terhadap Allah, bukan terhadap wirid dan zikir yang dibaca itu. Jika seronok dan senang hati dengan wirid dan zikir yang dibacakan itu, maka samalah juga ia seronok mendengar lagu atau nyanyian dari penyanyi.

Sifat tersebut akan menjadi hijab, kerana seseorang akan terhenti di tahap wirid dan zikirnya itu sahaja, sedang perjalanannya yang sebenar masih jauh lagi.

Bagaimana jika seseorang itu mendapat mimpi ? Jika mimpi itu baik maka hendaklah ia bersyukur dan jika sebaliknya maka hendaklah ia berlindung dengan Allah, jalan terus, jangan dihiraukan sangat mimpi itu.

Sifat tersebut akan mendorongkannya untuk berpegang terhadap berbagai tafsiran mimpi yang dialaminya itu. Lama kelamaan ia akan disesatkan oleh syaitan menerusi tafsiran-tafsiran mimpi itu sendiri, tanpa dapat menyedari kesalahan dirinya itu sampai bila-bila. Malahan setiap ia beramal, maka ia mengharapkan untuk mendapat mimpi yang baik-baik atau yang ia anggap dapat menguntungkan dirinya.

Bagaimana akibatnya nanti bila dia itu bermimpi bahawa si pulan itu berzina, si pulan bin pulan itu mesti dibunuh dan sebagainya lagi? Tentu akan menimbulkan fitnah besar di dalam masyarakat. Ternyata orang yang berpegang terhadap mimpi itu telah hanyut dari tujuan perjalanannya yang dirumuskan dalam doa munajatnya sendiri.

6. BERASA JINAK, SERONOK TERHADAP WIRID ATAU ZIKIR YANG DILAKUKAN
Sifat ini juga dilarang, kerana ianya boleh melalaikan seseorang itu dari mengingati Allah yang sebenar. Apa yang disuruh oleh Allah ketika berzikir atau berwirid itu ialah mengingati Allah, seronok dan senang hati terhadap Allah, bukan terhadap wirid dan zikir yang dibaca itu. Jika seronok dan senang hati dengan wirid dan zikir yang dibacakan itu, maka samalah juga ia seronok mendengar lagu atau nyanyian dari penyanyi.

Sifat tersebut akan menjadi hijab, kerana seseorang akan terhenti di tahap wirid dan zikirnya itu sahaja, sedang perjalanannya yang sebenar masih jauh lagi.

Bagaimana jika seseorang itu mendapat mimpi ? Jika mimpi itu baik maka hendaklah ia bersyukur dan jika sebaliknya maka hendaklah ia berlindung dengan Allah, jalan terus, jangan dihiraukan sangat mimpi itu.

7. BERASA LAZAT DAN PUAS HATI TERHADAP NATIJAH-NATIJAH ZIKIR AL-WARIDAT

Demikian juga berbagai pemandangan ruh atau mata hati terhadap rahsia-rahsia perjalanan menuju Allah itu adalah juga termasuk di dalam makna al-waridat itu. Di kalangan ahli Tariqat di Malaysia ini, al-waridat itu di istilahkan sebagai natijah-natijah zikir. Al-Imam Al-Ghazali mengibaratkan orang yang berasa seronok dan lazat dengan al-waridat itu seperti anak-anak kecil yang menangis, lalu diberikan gula-gula atau anak -anak patung, maka iapun merasa seronok lalu diam dan berhenti dari menangis, kerana ia puas hati dengan gula-gula atau anak-anak patung itu.

Al-Imam Al-Ghazali juga mengambarkan bahawa perjalanan ruhani seseorang menuju Allah itu dapat disamakan dengan perjalanan seseorang menemui raja yang bersemayam di atas singgahsana di dalam istananya; bila seseorang yang mahu menemuinya maka keluar dari rumahnya untuk menemui raja itu, sudah tentu akan mengambil masa yang lama disebabkan perjalanannya yang jauh itu; dalam perjalanannya itu tentu ada kampung, kebun, ladang, dan berbagai pemandangan lagi; bila sampai di kawasan istana pula tentulah pemandangan lebih menarik dan indah. Jika seseorang salik itu tertarik dengan pemandangan-pemandangan itu semua dan berasa seronok, sudah tentulah ia akan terlupa tujuan asal untuk menemui raja itu.

Apa yang paling membahayakan ialah seseorang itu berasa telah sampai kepada raja yang dituju, pada hal ia masih jauh lagi dari istana atau mungkin juga ia masih berlegar-legar di halaman istana. Oleh yang demikian, maka sifat berasa lazat, seronok dengan al-waridat itu menjadi hijab hati atau ruhani yang merosakkan perjalanannya. Lebih hebat lagi bila seseorang itu telah dihantui dan dicandui oleh perasaan seronok dan lazat dengan al-waridat tersebut. Di tahap tersebut, orang tersebut akan dihanyutkan oleh al-waridat itu sendiri, sehingga bila satu masa nanti al-waridat terasa tidak ada maka hati kecilnya mula berperangsangka buruk terhadap Allah, dirinya sendiri, terhadap gurunya dan para sahabatnya.

Bagaimana mahu menerima al-waridat itu? Terimalah dengan bersyukur kepada Allah, jika ianya tidak berlawanan dengan Al-Quran dan sunnah Nabi dan jika tidak berlawanan dengan kata-kata ulama yang arif billah. Tetapi janganlah dihiraukan sangat al-waridat tersebut. Jika al-waridat tersebut berlawanan dengan Al-Quran dan Sunnah Nabi atau pandangan ulama arif billah, maka hendaklah ianya kita sisihkan sahaja, jangan pandang langsung.

Di sinilah letaknya bahawa seseorang itu mesti terus menimba ilmu, tauhid, feqah dan tasauf, kerana tanpa ilmu sukar untuk menentukan al-waridat itu hak atau batil.Seorang yang tidak mahu mengerjakan sembahyang, tidak mahu menceburkan diri dalam masyarakat atau sebagainya, pada hal gurunya tidak ada mengajarkan demikian adalah berpunca dari kesilapannya sendiri iaitu terlalu berpegang terhadap al-waridat, walaupun ia jahil mengenai Al-Quran, Sunnah Nabi dan pandangan para ulama yang sebenarnya.

8. DIAM, NEGATIF TIDAK POSITIF TERHADAP JANJI-JANJI BAIK ALLAH

Allah menyuruh hamba-hambaNya untuk berbuat baik, malahan Allah menyuruh supaya para hambaNya itu berlumba-lumba untuk berbuat berbagai kebaikan. Allah berfirman, maksudnya: “Hendaklah kamu berlumba-lumba untuk membuat berbagai kebaikan”. (Surah Al-Anbia: Ayat 90)

Kebaikan yang Allah perintahkan untuk dilakukan selain daripada perkara-perkara yang difardhukan adalah terlalu banyak. Oleh itu seseorang itu, setelah menunaikan yang difardhukan, maka hendaklah ia aktif, cergas dan bersegera berbuat kebaikan itu.

Ingatlah bahawa orang yang berhenti (waqif) itu adalah orang yang masih mula berjalan, seorang salik pula adalah berjalan terus (sair) sedang seorang yang telah sampai kepada hakikat (wasil) pula adalah sentiasa terbang, bukan hanya ruhaniyahnya tetapi juga aspek zahirnya.

Contoh kita ialah Nabi Muhammad S.A.W. Tidakkah Baginda itu sentiasa aktif, cergas dalam hidupnya untuk berbuat kebaikan yang sebaik-baiknya. Sebab itulah Allah menyatakan bahawa hamba – hamba Allah yang sebenarnya itu ialah mereka yang mendengar ajaran Allah lalu melakukan yang terbaik sekali.

Maksudnya:
“Hamba-hamba Allah yang sebenar itu ialah mereka yang mendengar ajaran Allah lalu diikuti (dibuat) yang lebih dalam lagi dalam perkara- perkara yang membantu menyempurnakan amalan salik”.

9. BERPADA DENGAN BERPEGANG KEPADA SANGKAAN-SANGKAAN SAHAJA

Perjalanan ruhaniyah adalah amat sulit dan banyak liku-likunya yang mudah menyesatkan, lebih sulit dan lebih bahaya lagi jika dibandingkan dengan perjalanan di dalam hutan dara yang terlalu tebal. Oleh itu ia perlukan ilmu yang tepat dan benar sebagaimana yang ada di dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi serta yang terdapat di dalam kitab-kitab yang mu’tabar.

Jika seseorang hanya berpandu kepada sangkaan-sangkaannya sahaja, sudah tentulah ia akan sesat. Dari sudut yang lain pula dapat kita gambarkan bahawa jalan keruhanian itu seperti sebuah cermin yang bersih, tetapi ada garis pembahagi sebelah kiri dan kanan; sebelah kiri adalah iblis dan kesesatan sedang sebelah kanan adalah yang hak atau yang benar yang dikehendaki oleh Allah.

Tetapi garis pembahagi di cermin yang memisahkan kiri dan kanan itu tidak Nampak dan terlalu sukar untuk dilihat sehingga orang yang berjalan di atasnya telah jauh terseleweng ke kiri, tetapi ia masih yakin berada di sebelah kanan (Ia telah sesat, tetapi ia merasakan masih berada di dalam kebenaran).

Hanya bila kita berpegang dengan Al-Quran dan Sunnah serta pandangan ulama yang arif billah sahajalah yang dapat menyedarkan diri samada kita telah sesat atau berada di dalam kebenaran Allah.Kebanyakan kesesatan dan tindakan serta tingkah laku pengamal-pengamal ilmu tasauf yang menyalahi syariat Islam adalah berpunca
dari sangkaan-sangkaan mereka sendiri seperti yang disebutkan itu.

10. MENIPU ALLAH

Perbuatan menipu Allah ini banyak berlaku di kalangan orang-orang yang jahil, terutamanya seseorang yang jahil murakkab iaitu ia jahil dan tidak mahu belajar serta tidak mahu mendengar kebenaran yang disampaikan kepadanya, malahan ia bersikap bodoh sombong dengan sifat kejahilan dirinya itu.

Contoh – contoh perbuatan menipu Allah itu ialah seperti tidak mahu sembahyang kononnya ia telah melakukan sembahyang daim (hatinya terus sembahyang tanpa putus) , berjudi itu rezeki yang Allah beri juga seperti sumber-sumber rezeki lainnya, kerana hakikat rezeki itu datangnya dari Allah belaka; berdoa itu syirik kerana bila berdoa bererti menuduh Allah tidak tahu untuk mengurus diri para makhluknya, sembahyang itu syirik kerana ada niat sengaja aku sembahayang, tidak sembahyang dosa besar, dosa besar diampunkan, tetapi syirik tidak diampunkan.

Oleh itu tidak buat sembahyang adalah lebih baik daripada melakukannya. Kata-kata si jahil seperti itu adalah merupakan kata-kata loyar buruk semata-mata. Mereka akan dimasukkan ke neraka oleh Allah dengan cara yang amat menyakitkan hatinya.

Tegasnya Allah akan berloyar buruk terhadap mereka. Misalnya, orang itu akan dimasukkan di dalam satu bekas dan bekas itu dimasukkan ke neraka; bila mereka bertanya mengapa mereka dimasukkan ke neraka, maka Allah menjawab bahawa Allah tidak membakar mereka tetapi hanya mahu membakar bekas itu sahaja!

Wallahu a’lam.

Kembara Mencari Redha - Halaman Utama


Najib tenang tiba di mahkamah pagi ini

KUALA LUMPUR- Bekas Perdana Menteri, Datuk Seri Najib Razak tiba di Mahkamah Sesyen Kuala Lumpur untuk prosiding sebutan semula kes membabitkan pertuduhan mendapatkan perlindungan daripada tindakan tatatertib dengan mengarahkan laporan akhir pengauditan 1MDB dipinda sebelum dimuktamatkan dan dibentang kepada Jawatankuasa Kira-Kira Wang Awam Negara (PAC).
KECERDASAN IMAM ASY-SYAFI'I

Di bawah ini adalah beberapa riwayat yang menunjukkan kecerdasan Imam Asy-Syafi’i rahimahullah yang sangat di sanjung oleh para ulama yang lainnya.

Dari Ubaid bin Muhammad bin Khalaf Al-Bazzar, dia berkata, “Ketika Abu Tsaur ditanya tentang siapa yang lebih pandai antara Imam Asy-Syafi’i dan Muhammad bin Al-Hasan, maka ia menjawab bahwa Imam Asy-Syafi’i lebih pandai dari pada Muhammad, Abu Yusuf, Abu Hanifah, Hammad, Ibrahim, Al-Qamah dan Al-Aswad.

Ahmad bin Yahya memberitahukan bahwa Al-Humaidi berkata, “Aku telah mendengar dari Sayyid Al-Fuqaha’, yaitu Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i.”

Sedang Ar-Rabi’ berkata, “Aku pernah mendengar Al-Humaidi dari Muslim bin Khalid, ia berkata kepada Imam Asy-Syafi’i, ‘Wahai Abu Abdillah, berfatwalah. Aku bersumpah demi Allah, sesungguhnya kamu sekarang sudah berhak mengeluarkan fatwa.’ Padahal Imam Asy-Syafi’i pada saat itu baru berusia lima belas tahun.”

Dari Harmalah bin Yahya, ia berkata, “Aku telah mendengar Imam Asy-Syafi’i ditanya tentang seorang suami yang berkata kepada isterinya yang pada saat itu dimulutnya terdapat sebiji kurma, ‘Jika kamu makan korma itu, maka kamu aku talak (cerai), dan apabila kamu memuntahkannya, maka kamu juga aku talak (cerai),’ maka Imam Syafi’i menjawab, ‘Makan separuh dan muntahkanlah separuhnya.’”

Al-Muzni berkata, “Ketika Imam Asy-Syafi’i ditanya tentang burung unta yang menelan mutiara milik orang lain, maka dia menjawab, ‘Aku tidak menyuruhnya untuk menelannya. Kalau pemilik mutiara ingin mengambil mutiara itu, maka sembelih dan keluarkan mutiara itu dari perutnya, lalu dia harus menebus burung unta tersebut dengan harga antara burung itu hidup dan sudah disembelih.’”

Ma’mar bin Syu’aib berkata, “Aku mendengar Amirul Mukminin Al-Makmun bertanya kepada Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i, ia berkata, ‘Wahai Muhammad, apa illat-nya Allah menciptakan lalat?’”

Mendengar pertanyaan itu, Imam Asy-Syafi’i terdiam sesaat, lalu dia menjawab, ‘Wahai Amirul Mukminin, lalat itu diciptakan untuk menghinakan para raja.’
Dengan seketika, Al-Makmun tertawa terbahak-bahak. Lalu ia berkata, ‘Wahai Muhammad, aku telah melihat lalat jatuh ketika ada di pipiku.’ Sehingga Imam Asy-Syafi’i membalasnya dengan berkata, ‘Benar tuanku. Sebenarnya ketika tuanku menanyakan hal tersebut kepadaku, aku tidak mempunyai jawabannya. Ketika aku melihat lalat itu jatuh tanpa ada suatu sebab dari pipi tuanku tersebut, maka aku baru menemukan jawabannya.’”
Kemudian Al-Makmun berkata, ‘Wahai Muhammad, segalanya adalah kekuasaan Allah.’”

Ibrahim bin Abi Thalib Al-Hafidz berkata, “Aku bertanya kepada Abu Qudamah As-Sarkhasi tentang Imam Asy-Syafi’i, Imam Ahmad, Abu Ubaid dan Ibnu Rahawaih, maka dia menjawab, ‘Imam Asy-Syafi’i adalah orang yang paling cerdas di antara mereka semua.’”

Ar-Rabi’ berkata, “Pada suatu hari ketika aku sedang bersama Imam Asy-Syafi’i, seseorang datang dan bertanya, ‘Wahai guru, apa pendapatmu tentang orang yang sedang bersumpah, ‘Apabila dalam sakuku terdapat ‘banyak uang dirham’ lebih dari tiga dirham, maka budakku merdeka. ‘Sedangkan dalam saku orang yang bersumpah tesebut hanya terdapat uang sebanyak empat dirham saja. Apakah orang itu harus memerdekakan budaknya?’ maka dia menjawab, ‘Ia tidak wajib memerdekakan budaknya.’”

Ketika penanya minta penjelasan lebih lanjut, maka Imam Asy-Syafi’i berkata, ‘Orang tersebut telah mengecualikan sumpahnya dengan ‘banyak dirham’, sedangkan empat dirham itu mempunyai kelebihan satu dari tiga dirham yang disumpahkan. Satu dirham bukanlah ‘banyak dirham’ sebagaimana yang dimaksudkan dalam sumpahnya.’

Mendengar penjelasan ini, maka penanya kemudian berkata, ‘Aku beriman kepada Zat yang telah memberikan ilmu melalui lisanmu.’”

Sumber: Dinukil dari kitab Min A’lamis Salaf karya, Syaikh Ahmad Farid, edisi indonesia: 60 Bigrafi Ulama Salaf cet. Pustaka Azzam, hal. 371-372.




Jumaat, 4 Januari 2019 | 10:08am
PENGARAH APM Kedah, Leftenan Kolonel (PA) Awang Askandar Ampuan Yaacob (kanan) menunjukkan banting berkaitan penempatan anggota di menara pantai Baywatch di empat lokasi di dua daerah untuk persediaan menghadapi ribut tropika Pabuk yang diramal berlaku di utara negeri ini. - Foto Zuliaty Zulkiffli
Ribut tropika Pabuk dijangka landa Langkawi esok
Oleh Zuliaty Zulkiffli cnews@nstp.com.my 

ALOR SETAR: Kawasan utara di negeri ini terutamanya di Pulau Langkawi dijangka menerima tempias daripada ribut tropika Pabuk, mulai esok.

Pengarah Angkatan Pertahanan Awam Malaysia (APM) Kedah, Left Kol (PA) Awang Askandar Ampuan Yaacob, berkata berdasarkan ramalan Jabatan Meteorologi Malaysia (MetMalaysia), ribut itu dijangka melanda pulau itu bermula jam 2 petang. 

Beliau berkata, sehubungan itu semua penduduk dan pelancong di Langkawi dinasihat menjauhi kawasan pantai bagi mengelak sebarang kemungkinan berlaku.
“Ombak dijangka tinggi esok dan kita nasihatkan sebarang aktiviti membabitkan bot kecil, rekreasi dan menangkap ikan tidak digalak buat masa ini.
“Anggota APM akan melakukan tinjauan di empat menara pantai iaitu di Pantai Chenang, Pulau Payar dan Pantai Pantai selain satu di Daerah Kuala Muda bagi memastikan keselamatan awam,” katanya ketika ditemui hari ini.
Awang Askandar berkata, kesan ribut itu dijangka menyebabkan pokok tumbang dan angin kencang yang boleh mengancam keselamatan orang ramai.
“Oleh yang demikian, kita menasihatkan semua penduduk supaya sentiasa berhati-hati terutama mereka yang tinggal di tepi laut kerana ribut ini dijangka kuat.
“Orang ramai boleh menghubungi Pusat Kawalan Operasi Daerah (PKOD) di talian 04-9663309 (Langkawi) dan 04-4235682 (Kuala Muda),” katanya.
https://www.bharian.com.my/berita/nasional/2019/01/515945/ribut-tropika-pabuk-dijangka-landa-langkawi-esok




Mengapa Mursyid Diperlukan?
Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

"Barang siapa yang tidak mempunyai mursyid, setanlah yang akan menjadi gurunya." (Imam Malik).

"Jika seseorang berjalan tanpa mursyid, dia akan tersesat. Dia akan menghabiskan umurnya tanpa mencapai apa yang diharapkan." (Ibnu Athaillah).

Mursyid dalam literatur tasawuf berarti pembimbing spiritual bagi orang-orang yang menempuh jalan khusus untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Orang yang menempuh jalan itu biasa disebut salik, dan jalan yang ditempuhnya disebut dengan thariqah.

Biasanya, mursyid dalam sebuah tarekat memiliki beberapa tingkatan, mulai dari mursyid utama (mursyid kamil) yang biasa juga disebut dengan syekh, sampai kepada mursyid pembantu, yang memiliki kewenangan terbatas dibandingkan kewenangan yang melekat pada mursyid utama.

Tugas dan fungsi mursyid

Tugas dan fungsi mursyid adalah membimbing, mendidik, dan menempa para salik yang juga disebut murid (orang-orang yang memiliki kesungguhan belajar mengenal Allah) dalam memahami jalan-jalan spiritual menuju Allah. Mursyid dengan tekun menuntun salik.

Langkah itu mulai dari proses pembersihan dan pencucian diri (tadzkiyah al-nafs) hingga di antara mereka mencapai pemahaman yang mendalam (ma’rifah) terhadap Al-Haq. Tugas dan fungsi mursyid di hadapan para salik menyerupai Rasulullah SAW di depan para sahabatnya.

Jika para sahabat dengan tekun dan penuh tawadhu di hadapan Rasulullah, para salik juga melakukan hal yang sama di hadapan mursyidnya. Mursyid pertama kali melakukan seleksi siapa yang bisa menjadi salik. Banyak cara dan metode ditempuh mursyid dalam menyeleksi calon salik.

Di Konya, Turki, calon salik yang akan bergabung dalam tarekat Jalaluddin Rumi dan selanjutnya menjalani latihan tarian sufi (Whirling Darwishes), diuji secara lisan di depan mursyid di maktab dalam bentuk balai-balai yang berjejer di dalam suatu kompleks.

Penentuan diterima atau ditolaknya seorang calon ditandai dengan arah sandal. Jika sandal calon salik menghadap pintu balai-balai, pertanda calon itu lulus. Sebaliknya, jika sandal membelakangi pintu, sang calon ditolak. Setelah resmi diterima, mursyid mulai melakukan bimbingan pembersihan diri pada para salik itu.

Hal tersebut dilakukan sebelum mursyid mengajarkan dasar-dasar dan pokok-pokok ajaran spiritual. Ini dilakukan sebagaimana halnya Allah SWT mengajarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebelum mengajarkan Alquran, terlebih dahulu dilakukan pembersihan dan penyucian jiwa, sebagaimana dijelaskan dalam Alquran, "Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu al-Kitab dan al-Hikmah (as-Sunah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (QS Al-Baqarah: 151).

Dalam ayat ini terungkap, sebelum dilakukan pengajaran (yu’allimukum) terlebih dahulu dilakukan penyucian diri (yuzakkikum). Dalam ayat lain juga ditegaskan, La yamassuhu illa al-thahharun. Maknanya, tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. (QS. Al-Waqi’ah: 79).

Kesucian jiwa dan keluhuran pikiran tergambar dari kelembutan dan ketawaduan komunitas tasawuf dan tarekat, apalagi dari para salik kepada mursyid atau syekhnya.

Keadaan ini tergambar dari pernyataan Ali bin Abi Thalib, "Man ‘allamani harfan kuntu lahu ‘abdan. (Barang siapa mengajariku satu huruf, aku rela menjadi budaknya)."

Bahkan dikatakan, mursyid di tengah para muridnya bagaikan Nabi di tengah para sahabatnya. Dan salik yang belum menunaikan hak-hak mursyid, maka belum menunaikan hak-hak Allah. Itulah sebabnya, kitab tipis Al-Ta’lim al-Muta’allim yang mengajarkan etika pembelajaran, masih menjadi pelajaran wajib di pesantren.

Kriteria mursyid

Menjadi mursyid tentu lebih berat ketimbang menjadi salik. Selain sifat-sifat standar sebagai seorang shalihin/shalihat seperti alim, amanah, tawadu, terpercaya, wara', sabar, teladan dalam pengamalan syariat, dan tentunya berakhlak mulia. Posisi dan kedudukan mursyid juga terkadang ditentukan sistem dan organisasi setiap tarekat.

Tarekat yang dikenal secara umum (mu’tabarah) biasanya memberikan kriteria mursyid dengan sangat ketat. Berbeda dengan tarekat yang tidak populer (ghair mu’tabarah) biasanya lebih longgar. Secara khusus, seorang mursyid selalu berusaha membersihkan niat dan meluruskan tujuan hidup salik.

Mursyid juga mengetahui kemampuan salik, mendidik tanpa pamrih, menyesuaikan ucapan dan tindakan, menyayangi orang lemah, menyucikan ucapan, berbicara dengan bijaksana, selalu mengingat dan memuliakan Allah sewaktu berbicara, serta menjaga rahasia salik.

Selain itu, mursyid pun mempunyai sikap memaafkan kesalahan salik, mengabaikan haknya sendiri, memberikan hak-hak salik, mampu membagi waktu untuk menyendiri atau berkhalwat dan beramal, serta selalu mengerjakan amal sunah dan amal-amal sosial.

Sejatinya, mursyid juga memiliki sifat-sifat lebih khusus seperti merasa fakir setelah kaya, merasa rendah setelah tinggi, merasa sepi setelah populer, memuliakan ilmu pengetahuan dan mengamalkannya, bersih jiwanya, dan lurus jalan pikirannya. Tentu saja, sifat-sifat tersebut sudah menjadi sifat-sifat alamiah para mursyid.

Jika mursyid menyimpang jauh dari kriteria, itu akan menimbulkan dampak luas di dalam masyarakat. Kriteria mursyid seperti di atas sesungguhnya juga dimiliki kalangan ulama, meski tak secara formal mereka menjadi mursyid. Bahkan, mungkin ada di antara mereka lebih layak menjadi atau disebut mursyid.

Para wali misalnya, banyak sekali yang tidak tergabung di dalam tarekat dan karenanya tidak disebut mursyid. Orang bisa disebut mursyid jika mempunyai salik. Seorang yang mumpuni tetapi tidak punya salik, tentu tidak mungkin disebut mursyid.

Kedudukan mursyid

Tidak sedikit pandangan kritis terhadap mursyid. Bahkan, ada yang menuduh mursyid sudah cenderung seperti Santo dalam agama Katolik yang memiliki kedudukan sakral dan difigurkan sebagai representasi Tuhan dalam menghadapi hambanya. Ada moto bahwa salik bagaikan mayat di depan mursyidnya.

Mursyid terlalu aktif dan dominan, tidak boleh dibantah; dan para salik harus menerima tanpa pamrih apa pun petunjuk dan perintah mursyid. Seolah-olah mursyid mematikan kreativitas salik. Apalagi sekarang, tidak sedikit orang mengaku atau dipersepsikan mursyid, tetapi sesungguhnya motifnya adalah hal bersifat duniawi.

Mursyid dan tarekat seperti inilah yang sering mencoreng keluhuran tujuan tasawuf dan tarekat. Namun, pandangan kritis berlebihan dalam menilai mursyid juga perlu dikritisi. Pada umumnya, mursyid yang sejati tidak pernah mau disebut sebagai mursyid, bahkan tidak sadar kalau dirinya dianggap mursyid.

Mursyid pada umumnya memiliki tujuan suci, yaitu ingin menyelamatkan para salik dalam menapaki jalan-jalan yang tidak umum. Banyak ulama besar yang tadinya menolak tasawuf dan kedudukan mursyid, tetapi belakangan berubah secara totak. Mereka menjadi pengamal tasawuf dan mursyid.

Di antara mereka adalah Ibnu Athaillah As-Sakandari, Sulthanul Ulama Izzudin Ibnu Abdis Salam, Syekh Abdul Wahab Asy-Sya’rani, dan Hujjatul Islam Abu Hamid Al-Ghazali. Mereka sadar, jalan memperoleh makrifat tak bisa ditempuh hanya mengandalkan pengetahuan akal rasional yang cuma akan meraih ‘ilmul yaqin, belum sampai tahap haqqul yaqin.

Akhirnya, mereka pun menyadari, tanpa mursyid sulit untuk sampai kepada Allah (wushul). Dalam dunia kosmologi tasawuf, para salik yang berjalan tanpa bimbingan rohani mursyid, tidak akan atau sulit untuk membedakan mana bisikan-bisikan lembut (hawathif) yang datang dari Allah melalui malaikat atau dari setan atau jin.

Dari sinilah muncul sebuah adagium "Barangsiapa menempuh jalan khusus menuju Allah tanpa mursyid, mursyidnya adalah setan”. Menanggapi kecenderungan semakin maraknya pertumbuhan ajaran tasawuf dan tarekat di dalam masyarakat akhir-akhir ini, umat diimbau betul-betul teliti memilih tasawuf atau tarekat.

Jangan terlalu gampang terkecoh oleh promosi sebuah lembaga, atau terlalu cepat percaya pada kehadiran seorang mursyid. Mursyid yang sejati bukan orang yang mampu menebak rahasia pribadi, namun nasihatnya mengalir di dalam diri. Mursyid bukan pula orang yang mampu menuntun hanya dengan ucapan, tetapi juga mestinya mampu mengalirkan fibrasi dan energi spiritual di dalam diri kita.


Report: Malay rulers in rare, special meet over 'serious' matter
Published 2 hours ago on 04 January 2019 By Ida Lim
According to a report, the Malay Rulers convened a rare unofficial meeting on Wednesday night for a serious discussion on an undisclosed matter. — Bernama pic
According to a report, the Malay Rulers convened a rare unofficial meeting on Wednesday night for a serious discussion on an undisclosed matter. — Bernama pic

KUALA LUMPUR, Jan 4 — The Malay Rulers convened a rare unofficial meeting on Wednesday night for a serious discussion on an undisclosed matter, according to confidential sources.

The New Straits Times (NST) reported the sources as confirming the meeting but declining to divulge the specifics of the matter discussed or the attendees.


“Yes, the meeting was held [Wednesday] night. A serious matter was discussed. We want to know where we are heading concerning this matter.
“The others (rulers) were present. But you have to ask Istana Negara. I cannot tell you (whether the Agong attended the meeting,” one source was quoted saying by NST.
Another source told the paper that meetings like that of Wednesday night are “usually held once or twice a term, and normally it is to discuss something important”, adding that there was no such meeting last year.
The NST said the Wednesday meeting did not require the attendance of officials such as the prime minister, who would have been present in a typical Conference of Rulers meeting.
According to the paper, a formal three-day Conference of Rulers involves only the nine state rulers on the first day, with governors to join them on the second day.
The prime minister, mentri besar and chief ministers would then join the meeting on the third day.
NST also reported sources as saying the usual meeting on Wednesdays for the prime minister to present Cabinet papers to the Yang di-Pertuan Agong was not held this week.
The paper noted that the rare meeting on Wednesday night was held after the end of Yang di-Pertuan Agong Sultan Muhammad V's two-month leave until December 31 for medical treatment.
It was also the end of Deputy Agong Sultan Nazrin Muizzuddin Shah's duties as acting Agong during the period.
Sultan Muhammad V was installed as the country's king on April 24, 2017, a position that runs on a five-year term.
https://www.malaymail.com/s/1708974/report-malay-rulers-in-rare-special-meet-over-serious-matter


Keistimewaan Masjid Nabawi dan Maqam Rasulullah

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِي هَذَا خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلَّا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ

Dari Abu Hurairah RA bahawa Rasulullah SAW telah bersabda : Solat di masjidku ini (Masjid Nabawi) lebih baik drp 1000 solat di tempat lain selain drp Masjidil Haram. Hadis riwayat Bukhari, Muslim, Abu Daud, Turmizi, Ibnu Majah, Ahmad dan Malik.

عَنْ ابْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ تَمَارَى رَجُلَانِ فِي الْمَسْجِدِ الَّذِي أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَى مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ فَقَالَ رَجُلٌ هُوَ مَسْجِدُ قُبَاءَ وَقَالَ الْآخَرُ هُوَ مَسْجِدُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هُوَ مَسْجِدِي هَذَا

Dari anak Abu Said al-Khudri, dari ayahnya, beliau berkata, 2 lelaki telah berselisih pendapat tentang manakah masjid yang diasaskan atas dasar taqwa (spt yg dijelaskan dlm al-Quran). Salah seorng berkata, ia adalah masjid Quba' dan seorang lagi berkata, ia adalah masjid nabawi. Lalu Rasulullah SAW bersabda ; ia adalah masjidku ini (Masjid Nabawi). Hadis riwayat Muslim, Nasaie, Turmizi, dan Ahmad dlm lafaz yang berbeza-beza.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ مَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِي هَذَا وَالْمَسْجِدِ الْأَقْصَى

Dari Abu Hurairah RA dari Nabi SAW, beliau bersabda : Tidak perlu seseorang itu bersusah payah bermusafir kecuali untuk menuju 3 masjid iaitu Masjidil Haram, Masjidku (Masjid Nabawi) dan Masjid al-Aqsa. Hadis riwayat Bukhari, Muslim, Abu Daud, Turmizi, Ibnu Majah dan Ahmad dlm lafaz yang berbeza-beza.

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم مَنْ زَارَ قَبْرِى وَجَبَتْ لَهُ شَفَاعَتِى

Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW telah bersabda : Sesiapa yang menziarah kuburku, Wajib ke atasnya Syafaatkku. Hadis riwayat ad-Daruqutni.

من زارني بعد موتي فكأنما زارني في حياتي

Sesiapa yang menziarahiku sesudahku mati (kuburku), maka seolah-olah dia menziarahiku semasa aku masih hidup. Hadis riwayat ad-Daruqutni dan al-Baihaqi.

مَا بَيْنَ قَبْرِي وَمِنْبَرِي رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ

Tempat di antara Kuburku dan Mimbarku (Raudah) adalah salah satu taman daripada taman syurga. Hadis riwayat Ahmad, Nasaie, Baihaqi dan Tabarani.


Joint trial for Najib and Arul Kanda over alleged 1MDB report tampering
Published 46 minutes ago on 04 January 2019 BY BOO SU-LYN
Datuk Seri Najib Razak (pic) and Arul Kanda Kandasamy were charged separately last month at the Sessions Court over the alleged tampering of the final national  audit report on beleaguered state investment firm 1MDB.— Picture by Firdaus Latif
Datuk Seri Najib Razak (pic) and Arul Kanda Kandasamy were charged separately last month at the Sessions Court over the alleged tampering of the final national audit report on beleaguered state investment firm 1MDB.— Picture by Firdaus Latif

KUALA LUMPUR, Jan 4 ― The Sessions Court here permitted today the trials of former Prime Minister Datuk Seri Najib Razak and former 1Malaysia Development Berhad (1MDB) CEO Arul Kanda Kandasamy on the alleged tampering of 1MDB’s final audit report to be heard jointly.

The Star Online reported that this was requested by the prosecution led by Datuk Seri Gopal Sri Ram. 

Najib and Arul were charged separately last month at the Sessions Court over the alleged tampering of the final national audit report on beleaguered state investment firm 1MDB.

Najib was accused of using his position as prime minister to gain protection from any disciplinary, civil, or criminal action in relation to 1MDB by ordering the tampering of the report before it was presented to Parliament’s Public Accounts Committee.
The former Barisan Nasional leader was charged under Section 23(1) of the Malaysian Anti-Corruption Commission (MACC) Act 2009 that criminalises using one’s public office or position for gratification, punishable with up to 20 years’ jail and a fine of not less than five times the sum or value of the gratification or RM10,000, whichever is higher.
Arul was charged with abetting the former prime minister.
The two men were prosecuted after Auditor-General Tan Sri Madinah Mohamad claimed that the national audit report on 1MDB, which her predecessor Tan Sri Ambrin Buang had tabled to the PAC, had been tampered with upon instructions by Najib and an aide.

Suka menilai orang bodoh tanda ilmu tidak bermanfaat

Al Hafidz Ibnu Rajab telah menyebutkan ciri-ciri seseorang mempunyai ilmu yang bermanfaat atau sebaliknya, "Adapun sesiapa yang ilmunya tidak bermanfaat, maka tidak ada kesibukan baginya kecuali takabbur dengan ilmunya terhadap manusia. Dan menampakkan kelebihan ilmunya dari yang lain serta menilai orang lain bodoh. Serta merendahkan orang lain untuk meninggikan dirinya sendiri. Dan ini adalah pencapaian yang paling buruk. Dan boleh juga menilai para ulama sebelumnya sebagai orang bodoh, lalai dan lupa. Maka ada keharusan baginya cinta kepada dirinya dan cinta kepada popilaritasnya. Berkhusnudzan kepada dirinya dan bersu`udzan kepada para ulama sebelumnya."

Adapun mengenai ciri seseorang mempunyai ilmu bermanfaat, Ibnu Rajab meneruskan, "Adapun pemilik ilmu bermanfaat bertolak belakang dengan hal tersebut, ia bersu'udzan kepada diri mereka sendiri, dan berhusnudzan kepada para ulama sebelumnya, mengakui dengan hati mereka keutamaan siapa sebelumnya dan ketidak mampuan diri mereka untuk sampai kepada darjat mereka. "(Fadhl Ilmi As Salaf 'ala Ilmi Al Khalaf, hal. 28).

Mudah-mudahan kita dihindarkan Allah dari sifat yang melekat pada orang-orang yang ilmunya tidak bermanfaat.





Tiada ulasan: