Jumaat, 4 Januari 2019

Mengamal ke jalan redha Allah. Aamiin. 8987.



Kembara Mencari Redha - Halaman Utama

Khutbah Jumat: Tiga Perkara yang Membinasakan 
Kamis, 13 Desember 2018 16:00 

Foto: khutbah Jumat
Khutbah pertama
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي أَصْلَحَ الضَمَائِرَ، وَنَقَّى السَرَائِرَ، فَهَدَى الْقَلْبَ الحَائِرَ إِلَى طَرِيْقِ أَوْلَي البَصَائِرَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيُكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَنْقَى العَالَمِيْنَ سَرِيْرَةً وَأَزكْاَهُمْ سِيْرَةً، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَارَ عَلَى هَدْيِهِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
قَالَ تَعَالَى: يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وَقَالَ يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
وَقَالَ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا أَمَّا بَعْدُ
 اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Selain setan, musuh utama manusia dalam menjalankan ibadah justru berada dalam dirinya sendiri. Ketika ia lalai dan tidak menyadarinya, maka akan rentan jatuh dalam kebinasaan. Selain kebodohan dan kelalaian, salah satu faktor penyimpangan yang muncul dari dalam diri manusia adalah syahwat. Yaitu kecenderungan hati dan kecondongannya untuk melakukan apa yang diinginkan.
Bani Isra’il adalah contoh bangsa yang terkenal dengan penyimpangannya. Salah satu penyebabnya adalah karena dorongan syahwat mereka. Mulai dari pelanggaran-pelanggaran kecil, hingga akhirnya membunuh para nabi. Dalam Al-Quran Allah Ta’ala berfirman:
ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُ‌ونَ بِآيَاتِ اللَّـهِ وَيَقْتُلُونَ الْأَنبِيَاءَ بِغَيْرِ‌ حَقٍّ ۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوا وَّكَانُوا يَعْتَدُونَ
“Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas,” (QS. Ali Imran: 112)
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Penyimpangan itu seringkali muncul karena adanya dorongan syahwat yang ada dalam diri manusia. Ketika syahwat tersebut tidak lagi terkontrol, maka ia akan terus melampiaskan hawa nafsunya dan memuaskan gejolak syahwatnya. Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menuturkan, “Sesungguhnya sumber segala kejahatan adalah syubhat dan syahwat.  Syubhat tidak dapat diredam kecuali dengan yakin.  Dan syahwat tidak dapat ditolak kecuali dengan sabar.  Dengan perantaraan sabar dan yakin, engkau dapat mencapai tingkatan imam fid din (pemimpin dalam urusan din).”  Kemudian beliau membaca ayat
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami”. (QS. As Sajdah : 24)

Syaikh Abdullah Azzam dalam tarbiyah jihadiyah-nya mengungkapkan bahwa syahwat paling besar ada tiga. Ketiga syahwat inilah yang paling besar menimbulkan kerusakan pada diri manusia, yaitu:
  1. Syahwat terhadap kekuasaan
  2. Syahwat terhadap wanita
  3. Syahwat terhadap harta
BACA JUGA  Khutbah Jumat: Peduli Muslim Uighur


Jamaah Jumat Rahimakumullah
  1. Syahwat Terhadap Kekuasaan.
Bahaya paling besar yang mengancam diri manusia datang dari syahwatnya.  Syahwat ingin berkuasa, sombong di muka bumi, takabur dan senang menjadi terkenal.  Betapa banyak orang yang dihinakan dan dibinasakan Allah karena kesombongannya. Rasulullah saw bersabda:
مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلَا فِيْ غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِيْنِهِ
“Dua serigala yang lapar yang dilepas di tengah kumpulan kambing, tidak lebih merusak dibandingkan dengan sifat tamak manusia terhadap harta dan kedudukan yang sangat merusak agamanya.” (HR. At-Tirmidzi)
Jamaah Jumat Rahimakumullah
  1. Syahwat Terhadap Wanita
Masih ingatkah kita akan kisah ‘Abdah bin ‘Abdurrahiim? Seorang lelaki gagah sekaligus tabi’in penghafal Al-Quran yang akhirnya meninggal dalam keadaan su’ul khotimah. Karena mabuk asmara dengan seorang wanita romawi, akhirnya ‘Abdah murtad dan meninggal bukan sebagai muslim. Sungguh sangat disayangkan memang. Namun, hal ini seharusnya menjadi pelajaran bagi kita betapa besarnya fitnah wanita itu. Pantaslah jika Rasulullah bersabda:
مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
“Tidak pernah kutinggalkan setelahku fitnah yang lebih dahsyat bahayanya bagi kaum pria daripada fitnah wanita.” (Muttafaqun Alaih)
Untuk mencegah diri dari syahwat ini, hendaknya kita menutup semua pintu yang mengarah ke sana. Pandangan mata adalah salah satu sumber syahwat wanita. Dari pandangan mata hingga menimbulkan syahwat kemudian timbul keinginan yang lebih dan lebih.
Jamaah Jumat Rahimakumullah
  1. Syahwat Terhadap Harta
Salah satu nikmat dari Allah yang terkadang melenakan adalah nikmat harta dan kekayaan. Banyak orang yang lalai dalam hidupnya hingga mengorientasikan dirinya hanya untuk mencari harta. Naudzubillah. Memang dengan harta kita dapat melaksanakan kebaikan. Namun, jika nafsu mencari harta terlalu berlebihan hingga melupakan tujuan hidup yang sebenarnya itu adalah kesalahan.
Banyak contoh dari para shahabat bagaimana menyikapi harta benda yang mereka punyai. Mereka hanya menggunakan harta sebagai wasilah untuk mendekatkan diri kepada Allah semata, tidak lebih. Jadi, betapa mudahnya mereka mengeluarkan hartanya untuk fi sabilillah, karena mereka yakin harta itu hanyalah titipan dan akan kembali kepada Sang Pemiliknya.
Harta selain sebagai nikmat juga terkadang datang sebagai ujian. Seseorang diuji dengan banyaknya harta, apakah harta itu akan disyukuri dengan cara dibelanjakan di jalan Allah ataukah ditimbun hanya untuk kesenangan semata?
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Akhir kata, marilah kita terus bermuhasabah dan memohon kepada Allah SWT agar senantiasa membersihkan jiwa  kita dari berbagai macam penyimpangan.

اَللَّهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا

“Ya, Allah anugerahkan ketakwaan pada jiwaku, sucikanlah jiwaku sesungguhnya, Engkau adalah sebaik-baik Dzat yang mensucikannya, Engkau adalah pelindung dan pemilik jiwaku.”
اَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ
 وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعاً مَرْحُوْماً، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقاً مَعْصُوْماً، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْماً.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَاناً صَادِقاً ذَاكِراً، وَقَلْباً خَاشِعاً مُنِيْباً، وَعَمَلاً صَالِحاً زَاكِياً، وَعِلْماً نَافِعاً رَافِعاً، وَإِيْمَاناً رَاسِخاً ثَابِتاً، وَيَقِيْناً صَادِقاً خَالِصاً، وَرِزْقاً حَلاَلاً طَيِّباً وَاسِعاً، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجمع كلمتهم عَلَى الحق، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظالمين، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعَبادك أجمعين.
اللَّهُمَّ رَبَّنَا اسْقِنَا مِنْ فَيْضِكَ الْمِدْرَارِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ لَكَ في اللَيْلِ وَالنَّهَارِ، الْمُسْتَغْفِرِيْنَ لَكَ بِالْعَشِيِّ وَالأَسْحَارِ.
اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ :
 إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

Khutbah Jumat: Tiga Perkara yang Membinasakan - Kiblat

BERITA TERKAIT


TITIAN

3 KELEBIHAN ZIARAH DI MASJID QUBA.

Masjid Quba adalah masjid yang pertama di bina oleh Rasulullah SAW. Beliau tiba di perkampungan Quba pada hari Isnin, 8 Rabi’ul Awwal bersamaan 23 September 622 Masehi dalam perjalanan hijrah dari Makkah menuju ke Madinah. Baginda SAW menginap selama 4 hari bersama Bani ‘Amru bin Auf di rumah Kalthum bin al-Hadm.

Pada hari pertama di situ, Rasulullah SAW terusmembina masjid yang dinamakan Masjid Quba. Masjid QUBA adalah MASJID PERTAMA dibina dalam sejarah umat Islam. Baginda Rasul sendiri turut serta di dalam pembinaan Masjid Quba dengan mengangkat batu bata dan pasir-pasir bersama para sahabat.

Setelah itu, Rasulullah SAW mengimami solat berjemaah secara terbuka bersama para sahabat di Masjid Quba, berkiblatkan Masjidil Aqsa ketika itu. Masjid Quba merupakan masjid pertama yang imamkan oleh Rasulullah SAW yang menghadap ke Jurusalem, Palestin sehingga Allah SWT memerintahkan Rasul-NYA untuk bersolat ke arah Kaabah, Masjidl Haram, Makkah.

MASJID Quba terletak di Perkampungan Quba lebih kurang 3 km ke selatan Bandar Madinah. Nama Quba diambil sempena nama sebuah TELAGA di tempat tersebut. Masjid Quba menerima banyak perhatian dari para pemimpin Islam yang memerintah. Zaman pemerintahan Khalifah Umar al-Khattab r.a, Masjid Quba dibina semula. Kemudian Khalifah Uthman bin Affan r.a menambahkan dan memindahkan kembali mihrabnya ke selatan.

Di zaman Umar bin Abdul Aziz menjadi Gabenor Madinah, beliau membinanya semula dengan menghias, memperindah dan memperluaskannya ke utara. Beliau juga membina sebuah menara untuk kali pertama ketika pembinaannya semula sehingga zaman Sultan Mahmud II pada tahun 1245 H dan zaman Sultan Abdul Majid.

Pada tahun 1388 H, Raja Faisal bin Abdul Aziz memerintahkan agar Masjid Quba dibina semula dengan menambahkan lagi di bahagian utara. Masjid Quba telah diubahsuai dan diperluaskan kembali pada pemerintahan Raja Fahd bin Abdul Aziz pada tahun 1986 dengan perbelanjaan RS 90 juta dan dapat menampung sehingga 20 ribu jemaah. Keluasannya sekarang adalah 13,500 meter persegi.

Masjid Quba berbentuk segi empat. Mempunyai 4 menara yang dibina di setiap empat penjuru masjid, 6 kubah besar dan 56 kubah kecil. Manakala pintu masuk ruang solat lelaki ada 6 pintu dan 5 pintu untuk ke ruang solat wanita. Di tengah-tengah Masjid Quba terdapat halaman terbuka yang ditutup dengan tenda atau khemah khas yang dioperasikan secara otomatik dengan kuasa elektrik.
Salah satu dari empat menara dan kubah Masjid Quba

3 KELEBIHAN MASJID QUBA

Firman Allah SWT berfirman dalam surah al-Taubah, ayat 108:

لَا تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا لَّمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَىٰ مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَن تَقُومَ فِيهِ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَن يَتَطَهَّرُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ

Ertinya:
"Jangan engkau sembahyang di masjid itu selama-lamanya, kerana sesungguhnya masjid (Qubaa' yang engkau bina wahai Muhammad), yang telah didirikan di atas dasar taqwa dari mula (wujudnya), sudah sepatutnya engkau sembahyang padanya. Di dalam masjid itu ada orang-orang lelaki yang suka (mengambil berat) membersihkan (mensucikan) dirinya; dan Allah Mengasihi orang-orang yang membersihkan diri mereka (zahir dan batin)".

Ayat di atas dimaksudkan untuk dua masjid yang dibina oleh Rasulullah SAW iaitu masjid Nabawi dan masjid Quba. Tidak bercanggah antara dua pendapat kerana Masjid Quba dan Masjid Nabawi dibina atas dasar takwa sejak hari pertama pembinaannya. Lagipun, kedua-dua masjid itu itu dibina oleh Rasulullah SAW. Oleh yang demikian, ayat di atas adalah merujuk kepada kedua-dua masjid tersebut.

Adapun rahsia Rasulullah SAW menghadkan sabdanya hanya kepada Masjid Nabawi sebagai masjid yang dibina atas dasar takwa adalah untuk mengelak kekeliruan pengkhususan Masjid Nabawi itu dengan Masjid Quba.

Meskipun demikian majid Quba memiliki kelebihan yang tersendiri. Adapun Kelebihan masjid Quba adalah:

(1). Solat 2 rakaat di Masjid Quba Menyamai pahala seperti Mengerjakan Ibadah Umrah. Rasulullah SAW bersabda:

قَالَ سَهْلُ بْنُ حُنَيْفٍ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ، ثُمَّ أَتَى مَسْجِدَ قُبَاءَ، فَصَلَّى فِيهِ صَلَاةً كَانَ لَهُ كَأَجْرِ عُمْرَةٍ.

Ertinya:
"Dari Sahl bin Hunaif bahawa Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa telah bersuci (mengambil wuduk) di rumahnya, dengan sebaik-baik wuduk, kemudian mendatangi Masjid Quba’ lalu solat di dalamnya dua rakaat, maka baginya sama dengan pahala umrah".
(HRs. Tirmidzi dan Ibn Majah).

(2). Rasulullah SAW Selalu Membiasakan Dirinya Menziarahi Masjid Quba.

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْتِي مَسْجِدَ قُبَاءٍ كُلَّ سَبْتٍ مَاشِيًا وَرَاكِبًا. وَكَانَ عَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَفْعَلُهُ.

Ertinya:
“Daripada Abdullah bin Umar RA, bahawa Rasulullah SAW selalu ke Masjid Quba pada SETIAP HARI SABTU sama ada dengan menaiki unta atau berjalan kaki. Adakalanya Rasulullah SAW pergi pada hari ISNIN dan KHAMIS". (Bukhari dan Muslim).

(3). Kelebihan Solat di Masjid Quba Mengatasi Kelebihan Mengunjungi Baitul Muqaddis

Daripada Saad bin Abi Waqqas r.a bahawa Rasulullah SAW bersabda: “Bersolat dua rakaat di Masjid Quba adalah lebih aku cintai dari aku mendatangi Baitul Muqaddis sebanyak dua kali. Jika orang tahu apakah yang terdapat pada Quba (dari segi kelebihan dan ganjarannya), pasti mereka akan datang dengan menunggang unta-unta mereka.” (HR. Abu Daud).

Wallahu A'lam.

Kembara Mencari Redha - Halaman Utama



Dipaksa Kafir, Bagaimana Status Keimanan Muslim Uighur?


Foto: Muslim Uighur ditindas Cina
KIBLAT.NET – Hari ini, berita penindasan yang dialami kelompok etnis Islam Uighur masih mewarnai sosial media kita. Laporan terkait pelanggaran HAM oleh pemerintah Tiongkok terhadap komunitas warga Muslim Uighur satu persatu mulai terungkap. Organisasi pemantau HAM PBB, Human Rights Watch (HRW), Senin (10/09), mengatakan bahwa pemerintah Cina mempraktikkan pelanggaran Hak Asasi Manusia massal dan sistematis terhadap Muslim Uighur di provinsi Xinjiang di barat laut negara itu.
Lembaga itu menyebutkan, sebanyak 13 juta Muslim di wilayah Xinjiang menjadi sasaran indoktrinasi politik, hukuman massal, pembatasan gerakan dan komunikasi, peningkatan pembatasan agama dan pengawasan kolektif. Dan disebutkan juga hingga saat ini lebih dari 2 juta Muslim Uyghur dikurung di kamp konsentrasi mirip dengan gaya Nazi. Dengan dalih “memerangi ekstremisme” mereka dipaksa meninggalkan keyakinan mereka, diperintahkan menyanyi lagu-lagu komunis,  disuruh mengonsumsi alkohol dan daging babi.
Efeknya, tidak sedikit di antara mereka yang ditindas, disiksa atau bahkan dibunuh ketika tetap mempertahankan idealisme agamanya. Walaupun sebagiannya ada yang terpaksa berpura-pura mengikuti kehendak penguasa karena beratnya tekanan yang dihadapi. Berikutnya, pertanyaannya pun muncul, bagaimana bila kondisinya benar-benar ditekan dan tidak mampu lagi bertahan, bagaimana sikap yang harus mereka tempuh, bolehkah mereka menanggalkan syariat dan mengikuti kemauan rezim?
Mereka yang Dipaksa Melakukan Kekufuran
Fenomena yang dialami komunitas muslim Uighur ini mengingatkan kita pada sejarah perjuangan para sahabat di awal kedatangan Islam. Ketika umat Islam menjadi minoritas di tengah-tengah masyarakat Quraisy, para sahabat sering mengalami tekanan dan siksaan. Bentuknya pun beragam, ada yang diteror, diintimidasi, disiksa, bahkan tidak sedikit juga yang dibunuh. Penyebabnya juga sama, mereka dipaksa meninggalkan keyakinannya dan megikuti agama mayoritas.
Mendapat tekanan yang sedemikian rupa, para sahabat dalam menyikapinya pun berbeda-beda. Sebagian besar di antara mereka mempertahankan imannya walaupun harus menahan siksaan dan siap kehilangan nyawa. Namun ada juga yang akhirnya berpura-pura mengikuti agama mayoritas kaum Quraisy karena tidak tahan menanggung rasa sakit.
Kisah keluarga Yasir yang disiksa oleh Bani Makhzum menjadi contoh betapa nyawa tak lagi berharga ketika harus melepaskan keimanan. Setiap hari, Yasir, Sumayyah, dan Ammar radhiyallahu ‘anhum dibawa ke padang pasir Makkah yang demikian panas, lalu dicambuk dan disiksa dengan berbagai siksaan. Hingga akhirnya Sumayyah ditombak oleh Abu Jahal dari selangkangan hingga tembus ke punggungnya. Begitu juga dengan Yasir, ia pun meninggal karena beratnya siksaan yang ditimpakan kepadanya.
Pilihan yang sama juga ditempuh oleh Bilal bin Rabah, walaupun ditimpakan ancaman yang beragam, ia tetap bertahan dengan keimanannya. Bilal dijemur di tengah padang pasir di bawah terik matahari, kemudian di atas perutnya diletakkan batu besar. Namun, siksaan itu tidak sedikitpun menggoyahkan kekuatan imannya.
Karena itu, dalam kitab Tafsirnya, Ibnu Katsir menyimpulkan bahwa seseorang boleh memilih untuk mati ketika diancam untuk mengatakan kalimat kufur. Seperti yang dipilih oleh Bilal. Ia enggan mengucapkan kalimat kufur. Sampai-sampai orang kafir meletakkan batu yang besar di dadanya dalam keadaan panas. Mereka terus memaksa Bilal untuk berbuat syirik pada Allah, namun Bilal enggan menuruti keinginan mereka. Bilal tetap mengatakan, “Ahad, Ahad” Bilal mengatakan, “Demi Allah, seandainya aku tahu suatu kalimat yang akan membuat kalian lebih marah dari kalimat itu, tentu aku akan mengucapkannya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 4/606)

Sikap seperti ini juga ikuti oleh sebagian sahabat yang lain, seperti Habib ibnu Zaid Al-Ansari ketika dipaksa oleh Musailamah al-Kadzab agar percaya akan kenabiannya, Habib menolak hingga Musailamah memotongi anggota tubuh Habib sedikit demi sedikit, sedangkan Habib tetap pada pendirian imannya. 
Berangkat dari kisah tersebut, Ibnu Katsir kemudian menguatkan bahwa yang paling utama seorang muslim tetap pada agamanya, sekalipun sikap ini akan membuatnya mati terbunuh. Berikutnya beliau kuatkan juga dengan kisah sahabat Abdullah ibnu Huzafah As-Sahmi ketika dipaksa masuk agama Kristen oleh raja Romawi. Beliau tetap teguh dengan keimanannya walaupun saat itu hendak dilemparkan ke dalam panci yang sudah dipanaskan. (Lihat: Tafsir Ibnu Katsir: 4/607)
Pendapat ini juga dikuatkan oleh jumhur ulama dari Hanafiah, Malikiah, Hanabilah dan sebagian dari Syafiiah. (Mausu’ah Fiqhiyah, 35/18) Menurut mereka, bersabar di atas keimanan ketika dipaksa walaupun harus kehilangan nyawa, lebih utama daripada melakukan kekufuran. dan jika memang dibunuh maka dia berpahala. Sebagaimana ketika ada sebagian sahabat mengadu kepada Nabi SAW tentang beratnya siksaan yang mereka hadapi, beliau bersabda:
قَدْ كَانَ مَنْ قَبْلَكُمْ يُؤْخَذُ الرَّجُلُ فَيُحْفَرُ لَهُ فِي الْأَرْضِ فَيُجْعَلُ فِيهَا فَيُجَاءُ بِالْمِنْشَارِ فَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ فَيُجْعَلُ نِصْفَيْنِ وَيُمْشَطُ بِأَمْشَاطِ الْحَدِيدِ مَا دُونَ لَحْمِهِ وَعَظْمِهِ فَمَا يَصُدُّهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ
Sungguh ada di antara orang-orang yang beriman sebelum kalian yang ditangkap, lalu digalikan tanah dan ditanam di dalamnya, kemudian dibawakan gergaji dan diletakkan di atas kepalanya, lalu orang itu dibelah dua, daging dan urat yang berada di bawah kulit disisir dengan sisir besi, namun itu semua tidak menghalanginya dari din (agama)nya,..” (HR. Bukhari)
Bagaimana Jika Memang tidak Mampu
Dalam sebuah riwayat dikisahkan bahwa kafir Quraisy menyiksa Ammar bin Yasir dengan siksaan yang luar biasa. Ia tidak akan dilepas kecuali mau mencela Nabi SAW dan menyanjung sesembahan orang musyrik. Ammar tetap teguh dengan keimanannya hingga suatu ketika orang-orang kafir Quraisy menambahkan siksaan yang lebih berat. Siksaan tersebut tersebut membuat amar tidak sadarkan diri mengikuti kemauan kafir Quraisy, setelah itu ia pun dilepas.
Kemudian ketika Ammar mendatangi Rasulullah SAW, maka ia pun ditanya oleh Rasul, “Apa yang terjadi padamu?” “Sial, wahai Rasulullah. Aku tidaklah dilepas sampai aku mencelamu dan menyanjung-nyanjung sesembahan mereka.”
Rasul balik bertanya, “Bagaimana hatimu saat itu?” Ia menjawab, “Hatiku tetap dalam keadaan tenang dengan iman.” Nabi SAW kembali mengatakan, “Kalau mereka memaksa (menyiksa) lagi, silakan engkau mengulanginya lagi seperti tadi.” (HR. Al-Hakim)
Hingga kemudian turunlah ayat:
مَن كَفَرَ بِاللَّهِ مِن بَعْدِ إيمَانِهِ إِلاَّ مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالإِيمَانِ وَلَكِن مَّن شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضضَبٌ مِّنَ اللَّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

“Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.” (QS. An-Nahl: 106)

BACA JUGA  Air Laut Kembali Naik, Warga Berlarian Menjauhi Pantai

Ibnu Jarir Ath-Thabari dalam kitab tafsirnya (17/306) menuliskan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma ia berkata bahwa Allah Ta’ala telah mengabarkan siapa saja yang kufur setelah sebelumnya beriman, maka baginya murka Allah dan siksa yang pedih. Namun siapa yang dipaksa untuk mengucapkan kalimat kufur, namun hatinya tetap masih dalam keadaan beriman, ia mengucapkannya hanya ingin agar selamat dari musuhnya, maka seperti itu tidaklah mengapa. Karena Allah Ta’ala menghukumi hamba hanya karena kekufuran yang ia ridhai dalam hatinya.
Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh sejumlah ulama yang lain. Bahkan Ibnu Hazm dalam Maratib Al-Ijma’, hal. 61, menyatakannya bagian dari ijma’ ulama kaum muslimin.
Dalam kitab, Al-Istiqamah (2/210), Ibnu Taimiyah juga berkata, “Oleh karena itu, kami tidak ada silang pendapat mengenai tidak dikenakannya hukum bagi orang yang dipaksa tanpa alasan yang benar.
kemudian dalam Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah (22/182), ditegaskan bahwa para fuqaha sepakat mengenai siapa saja yang dipaksa untuk melakukan suatu kekufuran lantas ia mengucapkan kalimat kufur, maka tidak divonis sebagai orang kafir.”
Namun demikian tidak semua paksaan bisa menggugurkan hukum. Para ulama membahas lebih dalam tentang kriteria paksaan (ikrah) yang menjadikan hukum gugur dari seseorang. Setidaknya ada beberapa syarat yang harus diperhatikan, di antaranya:
  • Pihak pemaksa mampu merealisasikan ancamannya.
  • Pihak yang dipaksa tidak mampu untuk melawan dan punya dugaan kuat jika pemaksa akan melakukan ancamannya bila tidak dituruti permintaanya.
  • Jenis ancaman berupa sesuatu yang dapat menghilangkan keselamatan jiwa, anggota tubuh atau harta. (Fiqh al-Islam Wal Adillatuhu, 5/269-272)
Dengan demikian apapun beban hukum bisa dianggap gugur bila dalam kondisi terpaksa. Seseorang boleh menampakkan kekufuran atau melanggar sesuatu yang haram–sebagaimana yang dialami sahabat Ammar bin Yasir–bila memang tekanan atau siksaan yang dialaminya sudah melewati batas dan dapat terancam nyawanya.
Batasan-batasan paksaan yang disebutkan di atas sepertinya memang sudah dirasakan oleh umat Islam Uighur hari ini. Pemaksaan yang mereka hadapi datang dari penguasa yang mampu merealisasikan semua ancaman yang mereka kemukakan. Sementara kaum muslimin tidak mampu melawan kebijakan tersebut. Kondisi mereka lemah, jika ada yang berani menantang maka rezim tidak segan-segan menyiksa atau bahkan membunuhnya. Namun batasan-batasan tersebut hanya mampu dirasakan oleh mereka yang mengalaminya. Bila semua kriteria paksaan di atas benar-benar mereka alami, maka tidak masalah keringanan tersebut diambil. Walaupun pada asalnya jumhur ulama tetap mengatakan bahwa bertahan di atas keimanan, bahkan hingga nyawanya hilang sekalipun, itu lebih utama daripada harus melakukan kekufuran. Wallahu a’lam bis shawab
Penulis: Fakhruddin
Editor: Arju

BERITA TERKAIT

TITIAN



Sayyidina Anas Bin Malik sangat gembira mendengar satu hadis ini,hingga dikatakan seolah-olah tiada lagi yg menggembirakan hati Sayyidina Anas melainkan hadis ini. Apakah hadis itu?

Sesungguhnya seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah lalu berkata: ''Ya Rasulullah...bila berlakunya kiamat ?'' Lalu Nabi menjawab :''Apakah yg kamu sediakan untuk menghadapinya?'' Dia menjawab:''Wahai Rasulullah, aku tidak menyediakan untuk menghadapinya dengan banyak solat sunat dan tidak pula banyak puasa sunat ,melainkan sesungguhnya aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.''Lalu Rasulullah bersabda :'' Seseorang akan dikumpulkan dengan siapa yg dicintainya dan kamu akan dikumpulkan bersama siapa yg kamu cintai(ANTA MA'A MAN AHBABTA). (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Apakah yg Sayyidina Anas bin Malik dan sahabat2 lain sangat gembirakan? Kita lemah sekadar nak berharap dengan amalan kita,kita dapat bersama orang yg kita cinta.Tapi bila kita cinta seseorang, maka kita akan bersama dengan orang yg kita cintai itu (walau amal kurang). Dengan cinta itu, NA'AM! Itulah kegembiraan sahabat yg banyak amalan berbanding kita bahkan ada yg dijamin syurga. Kita apatah lagi harus bergembira dgn hadis ini.

Gambar ---> Ahlul Bait Nabi AL HABIB ALI AL JUFRY yg dikatakan oleh Us.Muhadir Hj Joll ,wajahnya separa persis datuknya Sayyidina Rasulullah Shallallahualahiwasalam. Sollu!

Dari : Hamba ALLAH

Wajah Rasulullah Tiada tandingan. Itu yang Pasti

Kembara Mencari Redha - Halaman Utama


Lagi, India Serahkan Pengungsi Rohingya ke Myanmar


Foto: Warga Muslim Rohingya/Ilustrasi
KIBLAT.NET, Assam – Pemerintah India kembali menyerahkan pengungsi Rohingya kepada pemerintah Myanmar. Pengungsi satu keluarga ini merupakan kelompok kedua yang dideportasi dalam empat bulan dalam kampanye penumpasan imigran illegal yang diluncurkan New Delhi.
Polisi India mengatakan, seperti dilansir Reuters pada Kamis (03/01), keluarga yang terdiri dari suami, istri dan tiga anaknya itu ditangkap di wilayah Assam pada 2014 dan ditahan di kota yang sama. Mereka ditangkap karena memasuki wilayah India secara illegal.
Kepada Reuters, pejabat di kepolisian wilayah Assam, Bhaskar Jiyuti, mengatakan bahwa kelima pengungsi Rohinya itu telah diserahkan kepada pihak berwenang Myanmar dan mereka telah menyebrang.
Sebuah foto yang berhasil ditangkap Reuters melihatkan kelima pengungsi itu tengah duduk di depan pihak berwenang Myanmar dan India untuk diambil gambar.
Jiyuti menambahkan saat ini masih terdapat 20 orang dari Myanmar di penjara Assam. Mereka ditangkap saat masuk wilayah India secara ilegal. Belum diketahui apakah mereka dari etnis Rohingya atau bukan.
Pemerintah India pada Oktober 2018 lalu mendeportasi tujuh pengungsi Rohingya yang masuk wilayahnya tanpa izin. Pemulangan itu meningkatkan kekhawatiran akan deportasi lebih lanjut terhadap pengungsi Rohingya, yang takut kembali ke kampung halaman mereka.
Etnis Rohingya merupakan suku muslim yang sudah lama tinggal di Myanmar. Namun pemerintah menganggap mereka pendatang ilegal dari Bangladesh. Mereka diusir dari kampung halaman tanpa mengetahui kemana hendak meminta suaka untuk tinggal.
Sumber: Reuters
Redaktur: Sulhi El-Izzi
Lagi, India Serahkan Pengungsi Rohingya ke Myanmar

BERITA TERKAIT

TITIAN

BERITA LAINNYA


Khutbah Jumat: Mewaspadai Dosa Tersembunyi
 Jum'at, 04/01/2019 01:58   0  

Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia yang baru, Yahya bin Hasan Al Qahtani mengatakan persoalan dubes yang lama sudah selesai
 Kamis, 03/01/2019 21:08   0  

"Jadi pendidikan dalam bencana itu penting. Dalam segala hal pendidikan itu penting, apalagi di bencana"
 Kamis, 03/01/2019 20:18   0  

KIBLAT.NET – “Pernah menyesal nggak sih jadi saksi yang memberatkan dan membuat Pak Ahok masuk...
 Kamis, 03/01/2019 20:07   0  

Said Aqil Siroj menyebut dubes Arab Saudi yang baru jauh dari pemahaman radikal ekstrem
 Kamis, 03/01/2019 19:35   0  

Mendagri Turut Laporkan Kasus Hoaks Data Pemilih dan Surat Suara Tercoblos
 Kamis, 03/01/2019 19:16   0  

"Untuk Anak Krakatau memang saya bilang ke temen-temen dulu waktu saya masih aktif, jangan pernah alat di Anak Krakatau itu mati," kata Mbah Rono.
 Kamis, 03/01/2019 18:51   0  

Arif mengatakan tidak dipungkiri isu distribusi tipuan ini sudah banyak beredar di sosial media. Namun dirinya sudah mencoba merunut sumber isu.
 Kamis, 03/01/2019 13:42   0  

Upaya untuk mengentaskan masyarakat Gunungkidul dari ancaman kekeringan tahunan terus dilakukan. Meski sudah memasuki musim...
 Kamis, 03/01/2019 10:15   0  

Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Jawa Timur memberangkatkan 5 Armada logistik dan Ambulance serta tim kesehatan dan relawan kemanusiaan menuju Banten.
 Kamis, 03/01/2019 10:00 

Kata-kata keramat Zinnirah saat kemuncak penyeksaan yang ditanggungnya apabila matanya dibutakan oleh Umar Al Khattab

“Ini untukmu Ya Allah. Aku mengharungi kesengsaraan ini untuk mendapat kesenangan di akhirat kelak. Perjuangan ini sememangnya berat, selalu menderita dan sengsara kerana aku sedar untuk mendapat syurgaMu, aku terpaksa menagih ujian berat, sedangkan neraka itu dipagari oleh pelbagai kesenangan.”
-Zinnirah- Bekas Hamba Umar Al Khattab

Kejadian² zalim yg dilalui umat islam terawal saat islam baru mulai disebarkan.



Tiada ulasan: