Khamis, 9 April 2020

Beriman kepada takdir yang baik, mahu pun yang buruk. 10152


Bismillahi Walhamdulillah.
Indahnya kehidupan insan di dunia ini bila berdamai dengan takdir yang baik mahu pun yang buruk. Memperteguh sentiasa bersangka baik pada Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى‎‎ (Subḥānahu Wa Taʿālā)

SEMENJAK tersebarnya Covid-19 kita sering melihat, mendengar dan membaca saling hujat antara sesama muslim dalam menyikapinya. Bahkan tidak jarang keluar vonis-vonis keji, seperti; bodoh, dasar keledai dan semisalnya. Perlu kita ingat selalu bahawa menghina, mengejek, mengolok-olok dan semisalnya adalah HUTANG, dan balasannya adalah setimpal!

Allah berfirman yang bermaksud: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.” (QS 49 Al-Hujuraat: 11)
Subhaanallaah! Allah Maha Adil.

Sabda  jawapan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dengan Malaikat Jibril yang bertanya  tentang...  

1. Apa itu ISLAM: “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang hak - Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu.“

2. Apa itu IMAN: “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik mahu pun yang buruk.”

3. Apa itu IHSAN: “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya, jika engkau tidak melihatNya maka Dia melihat engkau.”

4. Bila Hari Kiamat terjadi“Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya.”

- “Beritahukan aku tentang tanda-tandanya.”
- “Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya.” [Asalnya mereka adalah keturunan Arab pengembala kambing yang miskin, belenggeng dan tidak memakai alas kaki. Di akhir zaman golongan inilah yang berlumba-lumba membina bangunan pencakar langit dengan hasil emas hitam/minyak dan gas yang melimpah ruah di bumi Arab. Inilah antara petanda hampirnya Hari Kiamat.]

“Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian,” (Riwayat Muslim)

Firman Allah swt yang bermaksud “Dan katakanlah: Bekerjalah kamu! Maka Allah dan RasulNya dan orang-orang yang beriman akan melihat pekerjaan kamu, dan kamu akan dikembalikan kepada Tuhan Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib dan yang ternyata, lalu diberitahukan kamu tentang apa yang kamu kerjakan” [Surah At-Taubah : 105]

Status Hadits “Tuntutlah Ilmu dari Buaian Sampai Liang Lahat” dan “Menuntut Ilmu Itu Wajib bagi Setiap Muslim dan Muslimah”
by Yudi
Orang Awam dan Dalil 
BERIKUT penjelasan tentang 2 status hadits tersebut:

1. Tuntutlah Ilmu dari Buaian Sampai Liang Lahad (اطلبوا العلم من المهد الى اللحد)

Syaikh ‘Abdul Fattah Abu Ghuddah rahimahullah (‘ulama hadits kontemporer, lahir tahun 1336 H dan wafat tahun 1417 H) di kitab beliau Qimah az-Zaman ‘inda al-‘Ulama hal 30 (terbitan Maktab al-Mathbu’at al-Islamiyah, cetakan ke-10) menyatakan:


هذا الكلام : (طلب العلم من المهد الى اللحد) ويحكى أيضا بصيغة (اطلبوا العلم من المهد الى اللحد) : ليس بحديث نبوي ، وإنما هو من كلام الناس ، فلا تجوز إضافته إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم كما يتناقله بعضهم ، إذ لا ينسب إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم إلا ما قاله أو فعله أو أقره.

Artinya: “Perkataan ini, yaitu ‘menuntut ilmu dari buaian sampai ke liang lahad’, dan disampaikan juga dengan ungkapan ‘tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahad’, bukanlah hadits Nabi. Ia hanyalah perkataan manusia biasa, dan tidak boleh menyandarkannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian orang. Tidak ada yang boleh dinisbahkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kecuali perkataan, perbuatan dan persetujuan beliau.”

Diceritakan juga bahwa Syaikh Ibn Baz rahimahullah dalam sebuah kajian beliau pernah menyatakan status hadits ini, yaitu ليس له أصل, tidak ada asalnya. (saya menemukan cerita ini di http://www.ahl-alsonah.com/vb/p1507.html dan http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=19129, keduanya diakses pada tanggal 30 Januari 2012)

Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Markaz Fatwa situs islamweb.net. (http://www.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=60804, diakses pada tanggal 30 Januari 2012)

Syaikh ‘Abdul Fattah Abu Ghuddah rahimahullah menyatakan bahwa ungkapan اطلبوا العلم من المهد الى اللحد ini maknanya benar, namun yang tidak boleh adalah menisbahkannya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

2. Menuntut Ilmu itu Wajib bagi Setiap Muslim dan Muslimah (طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة)

Hadits طلب العلم فريضة على كل مسلم, tanpa tambahan ومسلمة diriwayatkan melalui banyak jalur dan terdapat di banyak kitab, diantaranya dikeluarkan oleh Ibn Majah dalam Sunan-nya(1/81), al-Bazzar dalam Musnad-nya(1/164) (13/240) (14/45), ath-Thabrani dalam al-Mu’jam ash-Shaghir (1/36) (1/58), juga dikeluarkan oleh ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Ausath, al-Mu’jam al-Kabir dan Musnad asy-Syamiyin, dikeluarkan juga oleh al-Baihaqi dalam al-Madkhal ila as-Sunan al-Kubra (hadits no. 325, 326 dan 329).

‘Ulama berbeda pendapat tentang status hadits ini. Abu ‘Abdirrahman al-Albani rahimahullah dalam kitab Shahih at-Targhib wa at-Tarhib (1/17) dan Shahih wa Dha’if Sunan Ibn Majah (1/296) menyatakan hadits ini shahih. Dalam kitab Shahih wa Dha’if Sunan Ibn Majah (1/296), al-Albani mengutip hadits dari Ibn Majah:


حدثنا هشام بن عمار حدثنا حفص بن سليمان حدثنا كثير بن شنظير عن محمد ابن سيرين عن أنس بن مالك قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم طلب العلم فريضة على كل مسلم وواضع العلم عند غير أهله كمقلد الخنازير الجوهر واللؤلؤ والذهب.

Kemudian beliau berkomentar: “shahih, tanpa tambahan وواضع العلم dan seterusnya, tambahan tersebut statusnya dha’if jiddan.”

Imam Muhammad ibn ‘Abdirrahman as-Sakhawi rahimahullah dalam kitab beliau al-Maqasid al-Hasanah (1/121) menyatakan:


حديث: اطلبوا العلم ولو بالصين، فإن طلب العلم فريضة على كل مسلم، البيهقي في الشعب، والخطيب في الرحلة وغيرها، وابن عبد البر في جامع العلم، والديلمي، كلهم من حديث أبي عاتكة طريف بن سلمان، وابن عبد البر وحده من حديث عبيد بن محمد عن ابن عيينة عن الزهري كلاهما عن أنس مرفوعا به، وهو ضعيف من الوجهين، بل قال ابن حبان: إنه باطل لا أصل له، وذكره ابن الجوزي في الموضوعات، وستأتي الجملة الثانية في الطاء معزوة لابن ماجه وغيره مع بيان حكمها.

Artinya: “Hadits ‘tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim’ disebutkan oleh al-Baihaqi dalam asy-Syu’ab, al-Khathib dalam ar-Rihlah dan selainnya, Ibn ‘Abdil Barr di Jami al-‘Ilm, dan ad-Dailami. Seluruhnya meriwayatkan dari Abi ‘Atikah Tharib ibn Salman, dan Ibn ‘Abdil Barr sendiri meriwayatkan dari ‘Ubaid ibn Muhammad dari Ibn ‘Uyainah dan az-Zuhri. Keduanya dari Anas secara marfu’. Dan ia dha’if dari dua sisi. Bahkan Ibn Hibban berkata: ‘sesungguhnya ia batil, tidak ada asalnya’. Dan ibn al-Jauzi juga menyebutkannya dalam al-Maudhu’at. Dan nanti akan ada lagi di pembahasan huruf ‘tha’, dinisbahkan kepada Ibn Majah dan selainnya beserta penjelasan hukumnya.”

Dalam kitab yang sama (1/440), as-Sakhawi menyatakan:


حديث: طلب العلم فريضة على كل مسلم، ابن ماجه في سننه، وابن عبد البر في العلم له من حديث حفص بن سليمان عن كثير بن شنظير، عن محمد بن سيرين عن أنس به مرفوعا بزيادة: وواضع العلم عند غير أهله كمقلد الخنازير الجوهر واللؤلؤ والذهب، وحفص ضعيف جدا، بل اتهمه بعضهم بالكذب والوضع.

Artinya: “Hadits ‘menuntut ilmu wajib atas setiap muslim’ disebutkan oleh Ibn Majah di Sunan-nya, Ibn ‘Abdil Barr dalam al-‘Ilm dari hadits Hafsh ibn Sulaiman, dari Katsir ibn Syinzir, dari Muhammad ibn Sirin, dari Anas secara marfu’, dengan tambahan وواضع العلم عند غير أهله كمقلد الخنازير الجوهر واللؤلؤ والذهب. Dan Hafsh dha’if jiddan, bahkan dituduh berdusta dan memalsukan hadits.”

As-Sakhawi (1/140) menjelaskan cukup panjang tentang hadits ini, bahwa ia juga diriwayatkan dari beberapa jalur lain, namun sebagian ulama mengatakan bahwa semua riwayat tersebut mengandung cacat, tidak bisa dijadikan hujjah. Hal ini misalnya disampaikan oleh Ibn ‘Abdil Barr dan al-Bazzar sebagaimana dikutip oleh as-Sakhawi.

Sedangkan untuk tambahan kata ومسلمة, as-Sakhawi mengatakan bahwa tambahan tersebut tidak pernah disebutkan dalam jalur-jalur periwayatan yang ada.

Bisa disimpulkan, kata ومسلمة hanya tambahan dalam hadits yang tidak ada asalnya. Sedangkan hadits طلب العلم فريضة على كل مسلم tanpa tambahan ومسلمة diperselisihkan ulama keshahihannya. []

Wallahu a’lam bish shawwab.
Web: Abufurqan.net
Facebook: Muhammad Abduh Negara III
Sumber: 
Status Hadits “Tuntutlah Ilmu dari Buaian Sampai Liang Lahat” dan “Menuntut Ilmu Itu Wajib bagi Setiap Muslim dan Muslimah” - Islampos

Hadis Ini Cukup Populer, Sayangnya Sering Diabaikan
       Senin, 24 Februari 2020 - 17:41 WIB
Hadis Ini Cukup Populer, Sayangnya Sering Diabaikan
Al-Habib Geys bin Abdurrahman Assegaf. Foto/Dok Masjid Raya Bintaro Jaya Tv

Dai lulusan Al-Azhar Mesir, Al-Habib Geys bin Abdurrahman Assegaf, menyampaikan sebuah nasihat yang menyentuh hati saat mengisi kajian di Masjid Raya Bintaro Jaya, Tangerang Selatan.

Sebagaimana diketahui, salah satu penyakit umat di akhir zaman ini adalah sulitnya menjaga lisan. Di kalangan umat Islam, hadis yang satu ini sudah tidak asing lagi. Setiap kali mendengarnya seakan-akan ada teguran dan ternyata di zaman sekarang betapa sulitnya orang-orang menjaga lisan.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

"Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Bagaimana Nabi Muhammad SAW mengikat lidahnya dengan iman kepada Allah dan iman kepada hari akhir. Imam An-Nawawi mengatakan: "Ketahuilah, sepantasnya bagi setiap mukallaf (orang yang berakal dan baligh) menjaga lidahnya dari seluruh perkataan, kecuali perkataan yang jelas maslahat padanya."

Baca Juga:

Pesan Habib Ahmad bin Novel Menyikapi Musibah Corona

Betapa Perihnya Terpisah dari Rumah-rumah Allah

"Kita punya agama dibangun pada asas diam sedikit bicara, kecuali perkataan yang ada maslahatnya. Ketika kita berbicara pada sahabat ada maslahatnya, namun jika kita diam dia juga akan mendapatkan maslahat. Maka lebih baik diam," kata Habib Geys.

Terkadang, orang berbicara sesuatu yang mubah (dibolehkan). Namun, ujung-ujungnya malah melakukan sesuatu yang haram dan makruh. Padahal Allah Ta'ala memberi ancaman kepada siapapun yang membicarakan keburukan saudaranya di belakang tanpa mubarrirat syar'iyyah.

Mubarrirat syar'iyyah adalah segala sesuatu yang membolehkan seseorang untuk membicarakan aib orang lain. Tapi perlu digarisbawahi, seseorang harus hati-hati dalam menggunakan lidahnya. Allah Ta'ala berfirman:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban." (QS. Al-Isra': 36)

Kata Habib Geys, seorang muslim jangan membicarakan aib orang lain di belakang. Kalau pun itu benar, maka itu ghibah, kalau salah, maka itu fitnah.

Dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُكْثِرُوا الْكَلَامَ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ فَإِنَّ كَثْرَةَ الْكَلَامِ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ قَسْوَةٌ لِلْقَلْبِ وَإِنَّ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنْ اللَّهِ الْقَلْبُ الْقَاسِي

"Janganlah kalian banyak bicara tanpa berzikir kepada Allah, karena banyak bicara tanpa berzikir kepada Allah membuat hati menjadi keras. Dan orang-orang yang paling jauh dari Allah adalah orang-orang yang berhati keras." (HR. At-Tirmidzi)

Bahayanya lisan jika tidak dijaga bisa menjadi asbab seseorang terjerumus ke dalam neraka. Mudah-mudahan kita semua bisa menjadi hamba yang senantiasa menjaga lisan.

وَاللّهُ أعلَم بِالصَّوَاب
(rhs)
Sumber: 
Hadis Ini Cukup Populer, Sayangnya Sering Diabaikan

Antara Sebab Bulan Ramadhan Dimuliakan Allah
5 Sebab Bulan Ramadhan Dimuliakan Allah
Secara hakikat, kehadiran Ramadhan akan membakar dosa-dosa selama hidupnya. Di bulan mulia itu umat Islam diwajibkan berpuasa selama sebulan penuh. Foto/dok SINDOnews

Hari ini kita berada di pertengahan bulan Sya'ban (15 Sya'ban) yang artinya Ramadhan 1441 Hijriyah tinggal 14 hari lagi (Jumat, 24 April 2020). Kenapa bulan suci Ramadhan dimuliakan Allah Ta'ala dari bulan lainnya?

Ramadhan (رمضان) adalah bulan ke-9 dalam kalender Hijriyah (penanggalan Qomariyah). Ramadhan berasal dari kata Romadh (رمض) yang artinya panas menyengat atau membakar. Dinamakan seperti itu karena memang matahari pada bulan ini lebih menyengat dibanding bulan lainnya.

Secara hakikat, kehadiran Ramadhan akan membakar dosa-dosa selama hidupnya. Di bulan itu umat Islam diwajibkan berpuasa selama sebulan penuh. Setiap amal ibadah dilipatgandakan pahalanya.

3 Syarat Agar Tobat Diterima Allah Ta'ala

Al-Habib Geys bin Abdurrahman Assegaf mengemukakan 5 sebab dimuliakannya bulan Ramadhan saat kajian "Fiqih Puasa" di Masjid An-Nashr, Bintaro Jaya Sektor 5, Tangerang Selatan belum lama ini.

1. Allah Memilih Ramadhan sebagai Bulan Diwajibkannya Berpuasa. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS Al-Baqarah: ayat 183)

Barang siapa mampu berpuasa di bulan Ramadhan itu merupakan kemuliaan besar. Ketika Allah Ta'ala memuliakan bulan Ramadhan, maka kita hendaknya tidak bermaksiat di bulan Ramadhan. Apalagi Ramadhan merupakan penghulu dari semua bulan.

2. Allah Menurunkan Al-Qur'an di Bulan Ramadhan.

Salah satu sebab yang membuat Ramadhan menjadi istimewa karena Allah murunkan Kitab Suci Al-Qur'an di bulan tersebut. Tidak hanya itu, kitab lain seperti Taurat, Zabur, Injil juga diturunkan pada bulan Ramadhan. Subhanallah, semua perintah agama diturunkan di bulan Ramadhan.

Bulan Ramadhan disebut juga dengan bulan Al-Quran. Sebagaimana firman Allah: 


شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ...

"Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)..." (QS Al-Baqarah: ayat 185)

Keistimewaan umat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam seluruh bumi bisa dipakai ibadah selama tidak ada najis. Kalau umat terdahulu, apabila mau ibadah harus mencari tempat ibadah. Selain itu, umat terdahulu bayar zakat 25%, kalau umat Nabi Muhammad SAW cuma 2,5%.

Al-Qur'an diturunkan 23 tahun secara berangsur-angsur supaya lebih mudah diterima. Semua kitab diturunkan di bulan Ramadhan dan kita pun diwajibkan memuliakan Ramadhan.

3. Pintu Surga Dibuka, Pintu Neraka Ditutup dan Setan Dibelenggu.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhuRasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ

"Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan dibelenggu." (HR Al-Bukhari dan Muslim) 

Ada yang bertanya, kenapa pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup? Para ulama memberi jawaban yang dimaksud pintu surga dibuka itu artinya amalan dimudahkan. Wajah yang sebelumnya tidak familiar di masjid tiba-tiba berada di shaf terdepan. Atau bahkan yang tidak pernah sedekah jadi dermawan.

Sedangkan maksud pintu neraka ditutup adalah perbuatan dosa (maksiat) menjadi sedikit. Anak zaman sekarang yang gemar pacaran, tidak berani lagi berduaan. Yang biasanya tidak memakai jilbab berubah berpenampilan syar'i.

Kemudian apa yang dimaksud dengan setan dibelenggu? Kenapa masih ada bermaksiat di bulan Ramadhan? Para ulama mengatakan ada 3 penyebabnya:

1. Yang dibelenggu hanya sebagian setan.
2. Ada setan dari kalangan manusia.
3. Hawa nafsu tetap ada. Kalau ada orang bermaksiat di bulan Ramadhan itu karena sudah terlatih (terbiasa) dan mengikuti hawa nafsunya.

4. Adanya Malam Istimewa Lailatul Qadar.

Lailatul Qadar adalah malam yang lebih mulia dari 1.000 bulan (83 tahun). Amal saleh seperti puasa, salat, baca Qur'an dan sedekah pada malam Lailatul Qadar itu lebih baik dari 1000 bulan. Saking mulianya, Allah Ta'ala merahasiakan waktunya agar manusia tetap rajin beribadah. Untuk meraih kemuliaan malam itu, ada cara untuk menyiasatinya. Jika punya uang Rp30.000, maka sedekahkan Rp1.000 setiap malam, daripada bersedekah Rp30.000 pada satu malam yang belum tentu itu malam Lailatul Qadar. Namun, apabila punya uang lebih perbanyaklah sedekah di setiap malam Ramadhan ataupun siangnya.

5. Pahala Amal Ibadah Dilipatgandakan Hanya di Bulan Ramadhan.

Di bulan Ramadhan, orang yang mengerjakan ibadah sunnah pahalanya diganjar pahala ibadah wajib. Sedangkan pahala ibadah wajib ganjarannya dilipatgandakan.


مَن تقرَّب فيه بخصلةٍ من خِصال الخير كان كمَن أدَّى فريضةً فيما سواه، ومَن أدَّى فريضةً كان كمَن أدَّى سبعين فريضةً فيما سواه
"Siapa yang melakukan ibadah sunnah, nilainya seperti orang yang melakukan ibadah wajib di selain Ramadhan. Dan siapa yang melaksanakan yang wajib, nilainya seperti orang yang melaksanakan 70 kali ibadah wajib di selain Ramadhan." (Ibnu Khuzaimah dalam sahihnya No. 1887)

Itulah lima hal yang menjadi sebab bulan Ramadhan dimuliakan Allah Ta'ala. Mulai sekarang mari latih diri untuk salat malam, membaca Al-Qur'an dan sedekah agar terbiasa pada bulan Ramadhan.

"Minimal sehari satu juz. Ketika masuk bulan Ramadhan kita sudah terbiasa membaca Al-Qur'an dan salat malam. apalagi selepas salat Subuh waktunya panjang sehingga kita bisa mengkhatamkannya. Menyelesaikan satu juz itu hanya kurang lebih 30 menit," ajak Habib Geys Assegaf yang juga lulusan Al-Azhar, Mesir.

Wallahu A'lam Bish Showab. (rhs)
Sumber:
5 Sebab Bulan Ramadhan Dimuliakan Allah

Memahami Ad Dukhan Salah Satu Tanda Akhir Zaman
by larasetiani
Ketika Kubur Berkata pada Jenazah
DALAM Al Qur’an surat Ad Dukhan ayat 10 sampai 15 mengabarkan tentang salah satu peristiwa di akhir zaman kelak yaitu munculnya ad dukhan di akhir zaman. Apa itu dukhan dan bagaimana sifatnya, serta pelajaran apa yang bisa kita petik darinya. Silakan simak penjelasan ringkas berikut ini.

Allah Ta’ala berfirman:

فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ يَغْشَى النَّاسَ هَذَا عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Maka tunggulah hari ketika langit membawa dukhan (kabut) yang nyata. yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih.” (QS. Ad Dukhan ayat 10 – 11).

BACA JUGA: 6 Perkara di Akhir Zaman

Al imam Al Qurthubi dalam Tafsir-nya menjelaskan tentang makna ad dukhan dalam sebuah ayat yang artinya :

“Makna ad dukhan ada 3 pendapat:

Pertama, ad dukhan adalah salah satu tanda hari kiamat yang belum terjadi. Diantara yang berpendapat demikian adalah Ali, Ibnu Abbas, Ibnu ‘Amr, Abu Hurairah, Zaid bin Ali, Al Hasan dan Ibnu Abi Mulaikah.

Kedua, ad dukhan adalah khayalan yang menimpa kaum Quraisy ketika mereka mengalami kelaparan ekstrim atas doa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Sehingga orang-orang ketika itu seperti melihat dukhan (asap) di antara langit dan bumi. Ini adalah pendapat Ibnu Mas’ud.

Ketiga, ad dukhan adalah debu yang mengepul di hari Fathu Makkah, sehingga menutupi langit. Ini adalah pendapat Abdurrahman Al A’raj.”

Tafsiran pertama adalah tafsiran yang lebih rajih, dirajihkan oleh al Imam Ibnu Katsir rahimahullah.

Ayat di atas menunjukkan akan adanya ad dukhan sebagai salah satu tanda hari kiamat. Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Hudzaifah bin Usaid radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إنَّ السَّاعَةَ لا تَكُونُ حتَّى تَكُونَ عَشْرُ آيَاتٍ: خَسْفٌ بالمَشْرِقِ، وَخَسْفٌ بالمَغْرِبِ، وَخَسْفٌ في جَزِيرَةِ العَرَبِ وَالدُّخَانُ وَالدَّجَّالُ، وَدَابَّةُ الأرْضِ، وَيَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ، وَطُلُوعُ الشَّمْسِ مِن مَغْرِبِهَا، وَنَارٌ تَخْرُجُ مِن قُعْرَةِ عَدَنٍ تَرْحَلُ النَّاسَ

“Tidak akan terjadi hari kiamat hingga kalian melihat sepuluh tanda: bencana penenggelaman manusia ke tanah di negeri barat, negeri timur dan di jazirah Arab, terjadi ad dukhan, munculnya dajjal, munculnya dabbah, munculnya Ya’juj dan Ma’juj, terbitnya matahari dari barat, munculnya api yang keluar cekungan Aden yang mengusir manusia.” (HR. Muslim no.2901).

Ad dukhan bentuknya berupa asap yang jika mengenai orang Muslim maka mereka merasakan seperti pilek, sedangkan jika mengenai orang kafir akan keluar cairan dari kuping mereka dan merasakan kesakitan yang luar biasa.

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, Rasulullah SAW bersabda, “Akan datang dukhan (asap) kepada manusia di hari kiamat, yang memasuki pernapasan mereka, sehingga mereka akan merasakan seperti pilek.” (HR. Muslim no.2798).

Dari Abu Malik Al Asy’ari radhiallahu’anhu, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Rabb kalian memperingatkan kalian dari tiga hal: asap yang jika mengenai orang Muslim maka mereka merasakan seperti pilek, sedangkan jika mengenai orang kafir maka mereka akan sesak nafas dan keluar cairan dari kuping mereka, kemudian yang kedua munculnya dabbah dan yang ketiga munculnya dajjal.” (HR. Thabrani, dihasankan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya, 7/235).

Dalam riwayat dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, “Manusia akan berkumpul di Irak. Adapun orang Mukmin, mereka akan merasakan seperti pilek. Sedangkan orang kafir mereka akan tertutupi kematian.” (HR. Ibnu Wazir dalam Al ‘Awashim wal Qawashim, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Targhib no. 3639).

Allah Ta’ala berfirman:

رَبَّنَا اكْشِفْ عَنَّا الْعَذَابَ إِنَّا مُؤْمِنُونَ

“(Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, lenyapkanlah dari kami azab itu. Sesungguhnya kami akan beriman.” (QS. Ad Dukhan: 12)

BACA JUGA: Di Akhir Zaman, Inilah Orang Pertama yang Diberi Pakaian oleh Allah

Al Qurthubi rahimahullah menjelaskan, “Sebagian ulama mengatakan, maksud ayat ini, kaum Quraisy datang kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam kemudian mengatakan: jika Allah lenyapkan adzab ini, kami akan masuk Islam. Kemudian ternyata mereka melanggar janji mereka. Qatadah mengatakan bahwa adzab yang dimaksud dalam ayat ini adalah ad dukhan. Sebagian ulama mengatakan, maknanya adalah musibah kelaparan.” (Tafsir Al Qurthubi).

Hendaknya kita tidak berlambat-lambat dalam menerima kebenaran dan melakukan ketaatan. Jangan sampai kita baru tersadar untuk menerimanya ketika di masa sulit atau bahkan ketika hampir terlambat. Jangan seperti orang kafir yang baru ingin beriman ketika sudah diuji dengan ad dukhan berupa kelaparan, atau ketika hampir terlambat yaitu ketika datangnya dukhan berupa asap di hari kiamat. []

SUMBER: MUSLIM
https://www.islampos.com/memahami-ad-dukhan-salah-satu-tanda-akhir-zaman-186633/

Saat Zina Marak Dimana-Mana
by Ari Cahya Pujianto
Inilah 21 Tanda-tanda Kiamat yang Sudah Terjadi
DUA puluh tahun yang lalu, mungkin kita mendengar perempuan hamil di luar nikah itu sesuatu yang jauh dari kita. Tapi sekarang, coba perhatikan, hal seperti ini bahkan terjadi hanya beberapa meter dari rumah kita. Semoga kita dihindarkan dari fitnah akhir zaman seperti ini.

Di antara tanda-tanda kiamat yang telah nampak adalah merebaknya perzinaan dan banyak terjadi di tengah-tengah manusia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan bahwa hal itu termasuk tanda-tanda kiamat.

Telah tetap dalam ash-Shahihain dari Anas radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,

ﺃﺷﺮﺍﻁ ﺍﻟﺴﺎﻋﺔ (ﻓﺬﻛﺮ ﻣﻨﻬﺎ )ﻭﻳﻈﻬﺮ ﺍﻟﺰﻧﺎ ﺇﻥ ﻣﻦ

“Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat adalah (lalu beliau menyebutkan di antaranya:) dan merebaknya perzinaan’,”

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu, dia berkata, “Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda: ‘Akan datang kepada manusia beberapa tahun yang penuh dengan tipuan … (lalu beliau melanjutkan haditsnya, didalamnya disebutkan:) dan menyebarnya perbuatan keji (zina)’.” [Mustadrak al Hakim (IV/512)]

Yang lebih dahsyat dari itu adalah menganggap halal perbuatan zina.

Telah tetap dalam ash-Shahih dari Abu Malik al-Asy’ari radhiyallahu ’anhu bahwasanya dia mendengar Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

ﻣﻦ ﺃﻣﺘﻲ ﺃﻗﻮﺍﻡ ﻳﺴﺘﺤﻠﻮﻥ ﺍﻟﺤﺮ ﻭ ﺍﻟﺤﺮﻳﺮ ﻟﻴﻜﻮﻧﻦ

“Akan ada dari umatku beberapa kaum yang menghalalkan zina dan sutera.”

Di akhir zaman setelah tidak ada lagi kaum mukminin, maka yang tersisa adalah seburuk-buruk manusia. Mereka saling melakukan hubungan intim bagaikan keledai, sebagaimana dijelaskan dalam hadits an-Nawwas radhiyallahu ’anhu:

ﻭﻳﺒﻘﻰ ﺷﺮﺍﺭ ﺍﻟﻨﺎﺱ‎ ‎ﻳَﺘَﻬَﺎﺭَﺟُﻮﻥ‎ ‎ﻓﻴﻬﺎ ﺗﻬﺎﺭُﺝ ﺍﻟْﺤُﻤُﺮ ، ﻓﻌﻠﻴﻬﻢ‎ ‎ﺗﻘﻮﻡ ﺍﻟﺴﺎﻋﺔ

“Dan yang tersisa adalah seburuk-buruk manusia, mereka melakukan hubungan intim di dalamnya bagaikan keledai, maka pada merekalah kiamat itu terjadi.”  (HR. Muslim)

Diriwayatkan juga dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu, dari Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam, beliau bersabda:

Bagaimana untuk mengembalikan penglihatan 100% tanpa pembedahan?

White Shark Is No Longer The Scariest Sea Monster

ﺗﻔﻨﻰ ﻫﺬﻩ ﻋﻠﻰ ﻭﺍﻟﺬﻱ ﻧﻔﺴﻲ ﺑﻴﺪﻩ ، ﻻ‎ ‎، ﺍﻷﻣﺔ ﺣﺘﻰ ﻳﻘﻮﻡ ﺍﻟﺮﺟﻞ‎ ‎: ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﻓﻴﻔﺘﺮﺷﻬﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻄﺮﻳﻖ‎ ‎ﻓﻴﻜﻮﻥ ﺧﻴﺎﺭﻫﻢ ﻳﻮﻣﺌﺬ ﻣﻦ ﻳﻘﻮﻝ‎ ‎ﻟﻮ ﻭﺍﺭﻳﺘﻬﺎ ﺧﻠﻒ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺤﺎﺋﻂ

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak akan hancur umat ini hingga kaum pria mendatangi kaum wanita, lalu dia menggaulinya di jalan. Orang yang paling baik di antara mereka saat itu berkata, ’Seandainya engkau menutupinya di belakang tembok ini’.” [Diriwayatkan oleh Abu Ya’la. Al Haitsami berkata, ’dan perawinya adalah perawi yang ash-Shahih.” Lihat Maj’mauz Zawaa-id (VII/331)]

Al Qurthubi—beliau adalah seorang ulama fikih madzhab Maliki, meninggal di Iskandaria th 656 H—berkata dalam al-Mufhim, mengomentari hadits Anas terdahulu, “Di dalam hadits ini ada sebuah tanda dari tanda- tanda kenabian, karena beliau telah mengabarkan berbagai perkara yang akan terjadi, maka perkara itu pun telah terjadi terutama di masa-masa sekarang ini.” [Fathul Bari (I/179)]

Jika hal ini terjadi pada zaman Imam al-Qurthubi, maka sesungguhnya hal ini lebih nampak lagi di zaman kita sekarang ini, karena besarnya dominasi kebodohan dan tersebarnya kerusakan di tengah-tengah manusia. []

Sumber:
https://www.islampos.com/saat-zina-marak-dimana-mana-3-160589/

Penggembala Domba/Kibas/Kambing di Akhir Zaman
by Saad Saefullah
Wahai Penggembala, Aku Mau Beli 1 dari Dombamu
DARI Umar radhiallahuanhu juga dia berkata: Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun di antara kami yang mengenalnya.

Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: “Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam?”

Maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang hak - Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu.“

Kemudian dia berkata: “Engkau benar.”

Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “Beritahukan aku tentang Iman.”

Lalu beliau bersabda: “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.”

Kemudian dia berkata: “Engkau benar.” Kemudian dia berkata lagi: “Beritahukan aku tentang ihsan.”

Lalu beliau bersabda: “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau.”

BACA JUGA: Lelaki Badui: Wahai Rasulullah, Kapankah Hari Kiamat Datang?

Kemudian dia berkata: “Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya).”

Beliau bersabda: “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya.”

Dia berkata: “Beritahukan aku tentang tanda-tandanya.”

Beliau bersabda: “Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya.”

Kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar.

Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “Tahukah engkau siapa yang bertanya?”

Aku berkata: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”

Beliau bersabda: “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian,” (Riwayat Muslim).

Sumber:
https://www.islampos.com/penggembala-domba-di-akhir-zaman-3-135464/

Covid-19 Pasti Berlalu, Kalau Dosa Kita Bagaimana?
by Eneng Susanti
Ini Jenis Masker Hijab yang Direkomendasikan buat Hijaber Lindungi diri dari Virus dan Polusi
SEMENJAK tersebarnya Covid-19 kita sering melihat, mendengar dan membaca saling hujat antara sesama muslim dalam menyikapinya bahkan tidak jarang keluar vonis-vonis keji, seperti, bodoh, dasar keledai dan semisalnya. Perlu kita ingat selalu bahwa menghina, mengejek, mengolok-olok dan semisalnya adalah HUTANG, dan balasannya adalah setimpal!

Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.” (QS 49 Al-Hujuraat: 11)

BACA JUGA: Pesan MUI: Jangan Menghalang-Halangi Pemakaman Jenazah Covid-19

Diceritakan oleh Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Salam dalam hadits shahih bahwa ada umat Beliau yang bangkrut dan pailit pada hari kiamat nanti dikarenakan pahala kebaikannya diambil untuk melunasi kedzalimannya sehingga dosanya bertambah banyak dan ia dilempar ke neraka, di antara mereka adalah orang yang suka menghina dan merendahkan orang lain.

Berkata Ibnu Mas’ud radliyallahu ‘anhu, “Sekiranya aku menghina anjing, aku khawatir menjadi anjing.”

Berkata Ibrahim An-Nakha’i rahimahullah, “Sesungguhnya adakalanya aku melihat sesuatu yang aku membencinya, maka tiada yang menghalangiku untuk membicarakannya melainkan karena khawatir aku akan mendapat ujian yang semisalnya.”

Subhaanallaah! Allah Maha Adil.

Insya Allah Covid-19 akan segera berlalu, tapi dosa menghina dan merendahkan orang lain akan tetap berada di pundak selama belum bertaubat kepada Allah dan meminta maaf kepada orang yang dihina serta menyelesaikan urusannya.

BACA JUGA: 3 Sikap Seorang Muslim dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Mari kita tetap santun dalam menyikapi perbedaan dan menahan diri untuk tidak berkata-kata keji kepada saudara kita yang berbeda karena semuanya akan mempertanggujawabkan di hadapan Allah.

Syarat Taubat dari Menghina dan Merendahkan Orang Lain

1. Menyesali perbuatannya dan memohon ampun serta taubat kepada Allah.

2. Meminta maaf kepada orang yang telah dihina dan direndahkannya.

3. Mengakui kesalahannya dan mencabut semua hinaannya serta merehabilitasi nama baik orang yang telah dihina dan direndahkan.

4. Berdoa kebaikan dan memuji orang yang telah dihina dan direndahkan.

5. Tidak berbuat seperti itu lagi dan berjanji tidak akan mengulangi lagi selamanya.

Semoga bermanfaat bagi kita semua untuk lebih berhati-hati menghina dan merendahkan orang lain karena khawatir mendapat hukuman setimpal dari Allah di dunia ini dan di akhirat nanti. Semoga Allah selamatkan kita semua, aamiin ya Robb. []

Akhukum Fillah
Abdullah Sholeh Hadrami
Ingin download video, audio dan tulisan serta info bermanfaat ? Silahkan bergabung di Channel Telegram:
http://goo.gl/fxwVGH
Channel YouTube:
https://www.youtube.com/user/MTDHK050581
Sumber:
https://www.islampos.com/covid-19-pasti-berlalu-kalau-dosa-186344/

Ini 3 Pendapat Ulama tentang Dukhan, Salah Satu Tanda Datangnya Kiamat
by Eneng Susanti
Ini 3 Pendapat Ulama tentang Dukhan, Salah Satu Tanda Datangnya Kiamat
KEDATANGAN hari kiamat merupakan suatu kepastian, bahkan mempercayainya merupakan salah satu dari rukun iman. Namun, tidak ada yang tahu kapan waktunya kiamat akan terjadi. Baik riwayat, nubuah akhir zaman maupun ilmu pengetahuan serta catatan sejarah hanya mengungkapkan beberapa tanda-tanpa yang diprediksi akan muncul sebelum kiamat benar-benar terjadi.

Salah satunya adalah Dukhan, yakni kemunculan asap atau kabut. Keterangan asap sebagai tanda kiamat, Allah sebutkan dalam al-Quran. Allah berfirman:


فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ. يَغْشَى النَّاسَ هَذَا عَذَابٌ أَلِيمٌ . رَبَّنَا اكْشِفْ عَنَّا الْعَذَابَ إِنَّا مُؤْمِنُونَ

“Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih(Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, lenyapkanlah dari kami azab itu. Sesungguhnya kami akan beriman. (QS. ad-Dukhan: 10–12)

Juga disebutkan dalam hadis dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda:


بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ سِتًّا طُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا أَوِ الدُّخَانَ أَوِ الدَّجَّالَ أَوِ الدَّابَّةَ أَوْ خَاصَّةَ أَحَدِكُمْ أَوْ أَمْرَ الْعَامَّةِ

bersegeralah untuk melakukan amal soleh sebelum datang 6 hal: matahari terbit dari barat, munculnya dajjal, keluarnya Dabbah (hewan yang bisa bicara), kematian kalian, atau perkara genting yang meluas di masyarakat. (HR. Ahmad 8670, Muslim 7584, dan yang lainnya).

BACA JUGA: Keluarnya Asap Menjelang Kiamat

Menurut keteranga dalam riwayat dari Ibnu Mas’ud, Dukhan itu sifatnya menyeluruh, dialami semua manusia. Dan dalam hadis dinyatakan, bahwa Hudzaifah pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang Dukhan. Lalu beliau membaca surat ad-Dukhan di atas, kemudian beliau bersabda:


يملأ ما بين المشرق والمغرب، يمكث أربعين يومًا وليلة، أما المؤمن فيصيبه منه كهيئة الزكمة، وأما الكافر فيكون بمنزلة السكران

Dukhan itu memenuhi timur dan barat. Tinggal selama 40 hari. Untuk orang mukmin, mereka terkena paparan sehingga seperti orang pilek. Sementara orang kafir, seperti orang mabuk. (Tafsir at-Thabari, 25/68)


Adapun pendapat para ulama tentang dukhan itu berbeda-beda. Dikutip dari laman Konsultasi Syariah, berikut ini beberapa pendapat ulama dalam menjabarkan tentang dukhan yang disebutkan dalam ayat Alquran tersebut:

Dukhan sudah terjadi pada masa Nabi

Pendapat pertama menyebut, dukhan yang dimaksud adalah kondisi kelaparan yang dialami masyarakat Quraisy, karena kering yang berkepanjangan. Dan ini terjadi setelah Nabi SAW hijrah ke Madinah. Saking keringnya tanah, hingga debu-debu sangat mudah beterbangan ketika ada angin. Dan orang arab menyebut debu beterbagan dengan Dukhan. Demikian keterangan Ibnu Qutaibah, seperti yang disebutkan Ibnu Ayura dalam tafsirnya. (at-Tahrir wa at-Tanwir, 25/315).

Diantara ulama yang menyatakan bahwa Dukhan adalah kekeringan yang menimpa orang quraisy adalah sahabat Ibnu Mas’ud dan diikuti beberapa ulama salaf. 

Masruq, murid Ibn Mas’ud, pernah bercerita, ada seseorang yang bercerita di Kindah, bahwa akan datang Dukhan di hari kiamat, lalu menyambar telinga dan penglihatan orang munafik. Sementara orang mukmin seperti kena pilek. Mendengar ini, kami kaget. Lalu kami mendatangi Ibnu Mas’ud yang ketika itu sedang istirahat. Beliaupun marah dan mengatakan,

“Siapa yang punya ilmu, silahkan bicara. Siapa yang tidak punya ilmu, ucapkan Allahu a’lam.” 

Lalu Ibnu Mas’ud menceritakan makna Dukhan:


إِنَّ قُرَيْشًا أَبْطَئُوا عَنِ الإِسْلاَمِ فَدَعَا عَلَيْهِمِ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ « اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَيْهِمْ بِسَبْعٍ كَسَبْعِ يُوسُفَ ، فَأَخَذَتْهُمْ سَنَةٌ حَتَّى هَلَكُوا فِيهَا ، وَأَكَلُوا الْمَيْتَةَ وَالْعِظَامَ وَيَرَى الرَّجُلُ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ كَهَيْئَةِ الدُّخَانِ

“Ketika orang kafir quraisy tidak mau masuk islam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan keburukan untuk mereka. Beliau berdoa, “Ya Allah, timpakanlah kekeringan kepada mereka, seperti kekeringan di zaman Yusuf.” Lalu mereka mengalami kekeringan, sampai banyak yang meninggal, lalu mereka makan bangkai, tulang. Sementara orang melihat di antara langit dan bumi (udara) seperti asap.” (HR. Ahmad 4186 dan Bukhari 4774)

Ibnu Mas’ud juga pernah mengatakan:


خَمْسٌ قَدْ مَضَيْنَ اللِّزَامُ وَالرُّومُ وَالْبَطْشَةُ وَالْقَمَرُ وَالدُّخَانُ

“Ada 5 tanda kiamat yang sudah terjadi: peristiwa al-Lizam, peristiwa perang romawi, al-Bathsyah, terbelahnya bulan, dan Dukhan.” (HR. Bukhari 4825).

al-Lizam adalah semua hukuman yang Allah timpakan bagi orang kafir; al-Bathsyah adalah kekalahan orang kafir di perang Badar. Pendapat ini dinilai kuat oleh Ibnu Asyura. Dalam tafsirnya, beliau mengatakan:


والأصح أن هذا الدخان عُني به ما أصاب المشركين من سِنِي القحط بمكة بعد هجرة النبي صلى الله عليه وسلم إلى المدينة

Pendapat yang benar, Dukhan yang dimaksud adalah musim kering yang dialami kaum musyrikin di Mekah, setelah Nabi SAW hijrah ke Madinah. (at-Tahrir wa at-Tanwir, 25/315).

Dukhan hanya muncul di akhir zaman

Menurut pendapat kedua, dukhan hanya akan muncul di akhir zaman dan dapat dilihat oleh semua manusia. Ini pendapat Ali bin Abi Thalib, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, dan diikuti mayoritas ulama, termasuk yang dinilai kuat oleh Ibnu Katsir.

Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir menyebutkan beberapa riwayat keterangan sahabat. Diantaranya:

Ali bin Abi Thalib mengatakan,

لم تمض آية الدخان بعد، يأخذ المؤمن كهيئة الزكام، وتنفخ الكافر حتى ينفذ

“Dukhan belum terjadi, orang mukmin akan menjadi seperti orang pilek. Lalu asap ini menghembus orang kafir, sampai binasa.” (Tafsir Ibn Katsir, 7/249)

Demikian pula keterangan Ibnu Umar yang mengatakan:

يخرج الدخان، فيأخذ المؤمن كهيئة الزكمة، ويدخل في مسامع الكافر والمنافق، حتى يكون كالرأس الحنيذ

“Akan keluar Dukhan, lalu orang mukmin terkena imbasnya, hingga seperti orang pilek. Lalu asap ini masuk ke telinga orang kafir dan munafik, sehingga kepala mereka seperti kepala hewan panggang.” (Tafsir at-Thabari, 22/17).


Setelah Ibnu Katsir menyebutkan riwayat yang mendukung tentang keberadaan Dukhan di masa mendatang, lalu beliau mengatakan:

وهكذا قول من وافقه من الصحابة والتابعين أجمعين، مع الأحاديث المرفوعة من الصحاح والحسان وغيرهما، التي أوردناها مما فيه مقنع ودلالة ظاهرة على أن الدخان من الآيات المنتظرة، مع أنه ظاهر القرآن

“Demikian pendapat masalah dukhan, dari kalangan sahabat, dan tabiin, disertai hadis marfu’, yang shahih, hasan, maupun yang lainnya, yang kami sebutkan, merupakan dalil yang jelas bahwa Dukhan termasuk tanda kiamat yang masih ditunggu (belum datang), disamping itu sesuai dengan makna teks al-Quran.” (Tafsir Ibn Katsir, 7/249)

Lalu Ibnu Katsir mengomentari pendapat pertama, yang disampaikan Ibnu Mas’ud, bahwa Dukhan yang beliau ceritakan hanya dilihat orang musyrikin saja, dan itu hakekatnya hanyalah khayalan mereka karena kondisi cuaca panas yang sangat parah, yang mereka alami.

Dukhan itu ada 2

Pendapat ketiga mengatakan bahwa dukhan itu ada 2. Ini merupakan gabungan dari pendapat pertama dan pendapat kedua.

Menurut pendapat ini, ada dukhan yang telah terjadi, seperti yang diceritakan Ibnu Mas’ud, dan ada pula yang belum terjadi. Pendapat ketiga ini dipilih an-Nawawi dan dinyatakan al-Qurthubi.

Al-Qurthubi mengatakan:

قال مجاهد : كان ابن مسعود يقول: هما دخانان قد مضى أحدهما ، والذي بقي يملأ ما بين السماء والأرض، ولا يجد المؤمن منه إلا كالزكمة، وأما الكافر فتثقب مسامعه

Mujahid mengatakan, bahwa Ibnu Mas’ud berpendapat, ada dua Dukhan. Salah satu telah terjadi. Sementara yang satunnya, akan memenuhi langit dan bumi. Setiap mukmin mengalami pilek. Sementara orang kafir, telinganya dilubangi. (at-Tadzkirah, hlm. 738)

Nah, demikian lah penjelasan singkat tentang ad-dukhan menurut keterangan para ulama. []
SUMBER: KONSULTASI SYARIAH

Daftar Isi Al-Quran dan Terjemahan - Silakan Klik untuk membacanya:
  1. Surat Al Fatihah (Pembukaan)
  2. Surat Al Baqarah (Sapi Betina)
  3. Surat Ali 'Imran (Keluarga 'Imran)
  4. Surat An Nisa' (Wanita)
  5. Surat Al Ma'idah (Hidangan)
  6. Surat Al An'am (Binatang Ternak)
  7. Surat Al A'raf  (Tempat Tertinggi)
  8. Surat Al Anfal (Rampasan Perang)
  9. Surat At Taubah (Pengampunan)
  10. Surat Yunus (Nabi Yunus A.S.)
  11. Surat Hud (Nabi Huud A.S.)
  12. Surat Yusuf (Nabi Yusuf A.S.)
  13. Surat Ar Ra'd (Guruh)
  14. Surat Ibrahim (Nabi Ibrahim A.S.)
  15. Surat Al Hijr (Daerah Pegunungan)
  16. Surat An Nahl (Lebah)
  17. Surat Al Israa' (Memperjalankan Di Malam Hari)
  18. Surat Al Kahfi (Gua)
  19. Surat Maryam (Maryam)
  20. Surat Thaha (Thaahaa)
  21. Surat Al Anbiya' (Kisah Para Nabi)
  22. Surat Al Hajj (Ibadah Haji)
  23. Surat Al Mu'minun (Orang Mukmin)
  24. Surat An Nur (Cahaya)
  25. Surat Al Furqaan (Pembeda)
  26. Surat Asy Syu'ara' (Penyair)
  27. Surat An Naml (Semut)
  28. Surat Al Qashash (Cerita)
  29. Surat Al 'Ankabuut (Laba-Laba)
  30. Surat Ar Ruum (Bangsa Rumawi)
  31. Surat Luqman (Luqman)
  32. Surat As Sajdah ((Sujud)
  33. Surat Al Ahzab (Golongan Yang Bersekutu)
  34. Surat Saba' (Kaum Saba')
  35. Surat Fathir (Pencipta)
  36. Surat Yaasiin
  37. Surat Ash Shaffat (Yang Bershaf-Shaf)
  38. Surat Shaad
  39. Surat Az Zumar (Rombongan-Rombongan)
  40. Surat Al Mu'min (Orang Yang Beriman)
  41. Surat Fushshilat (Yang Dijelaskan)
  42. Surat Asy Syuura (Musyawarah)
  43. Surat Az Zukhruf (Perhiasan)
  44. Surat Ad Dukhaan (Kabut)
  45. Surat Al Jaatsiyah (Yang Berlutut)
  46. Surat Al Ahqaaf (Bukit Pasir)
  47. Surat Muhammad (Nabi Muhammad SAW)
  48. Surat Al Fath (Kemenangan)
  49. Surat Al Hujuraat (Kamar-Kamar)
  50. Surat Qaaf
  51. Surat Adz Dzaariyaat (Angin Yang Menerbangkan)
  52. Surat Ath Thuur (Bukit)
  53. Surat An Najm (Bintang)
  54. Surat Al Qamar (Bulan)
  55. Surat Ar Rahmaan (Yang Maha Pemurah)
  56. Surat Al Waaqi'ah (Hari Kiamat)
  57. Surat Al Hadid (Besi)
  58. Surat Al Mujadilah (Wanita Yang Mengajukan Gugatan)
  59. Surat Al Hasyr (Pengusiran)
  60. Surat Al Mumtahanah (Wanita Yang Diuji)
  61. Surat Ash Shaff (Barisan)
  62. Surat Al Jumu'ah (Hari Jum'at)
  63. Surat Al-Munafiqun (Orang-Orang Munafik)
  64. Surat At Taghabun (Hari Ditampakkan Kesalahan-Kesalahan)
  65. Surat Ath Thalaaq (Talak)
  66. Surat At Tahrim (Mengharamkan)
  67. Surat Al Mulk (Kerajaan)
  68. Surat Al Qalam (Pena)
  69. Surat Al Haqqah (Kiamat)
  70. Surat Al Ma'arij (Tempat-Tempat Naik)
  71. Surat Nuh (Nabi Nuh A.S)
  72. Surat Al Jin (Jin)
  73. Surat Al Muzzammil (Orang Yang Berselimut)
  74. Surat Al Muddatstsir (Orang Yang Berselimut)
  75. Surat Al Qiyamah (Hari Kiamat)
  76. Surat Al Insaan (Manusia)
  77. Surat Al Mursalat (Malaikat-Malaikat Yang Diutus)
  78. Surat An Naba´ (Berita Besar)
  79. Surat An Naazi´ (Malaikat-Malaikat Yang Mencabut)
  80. Surat 'Abasa (Bermuka Masam)
  81. Surat At Takwir (Menggulung)
  82. Surat Al Infithar (Terbelah)
  83. Surat Al Muthaffifiin (Orang-Orang Yang Curang)
  84. Surat Al Insyiqaaq (Terbelah)
  85. Surat Al Buruuj (Gugusan Bintang)
  86. Surat Ath Thaariq (Yang Datang Di Malam Hari)
  87. Surat Al A´Laa (Yang Paling Tinggi)
  88. Surat Al Ghaasyiyah (Hari Kiamat)
  89. Surat Al Fajr (Fajar)
  90. Surat Al Balad (Negeri)
  91. Surat Asy Syams (Matahari)
  92. Surat Al Lail (Malam)
  93. Surat Adh Dhuhaa (Waktu Dhuha)
  94. Surat Alam Nasyrah /Al Insyirah (Bukankah Kami Telah Melapangkan)
  95. Surat At Tiin (Buah Tin)
  96. Surat Al 'Alaq (Segumpal Darah)
  97. Surat Al Qadr (Kemuliaan)
  98. Surat Al Bayyinah (Bukti Yang Nyata)
  99. Surat Al Zalzalah (Goncangan)
  100. Surat Al 'Adiyat (Kuda Perang Yang Berlari Kencang)
  101. Surat Al Qari'ah (Hari Kiamat)
  102. Surat At Takatsur (Bermegah-Megahan)
  103. Surat Al 'Ashr (Masa)
  104. Surat Al Humazah (Pengumpat)
  105. Surat Al Fiil (Gajah)
  106. Surat Quraisy (Suku Quraisy)
  107. Surat Al Ma'un (Barang-Barang Yang Berguna)
  108. Surat Al Kautsar (Nikmat Yang Banyak)
  109. Surat Al Kafirun (Orang-Orang Kafir)
  110. Surat An Nashr (Pertolongan)
  111. Surat Al Lahab (Gejolak Api)
  112. Surat Al Ikhlas (Memurnikan Keesaan Allah)
  113. Surat Al Falaq (Waktu Subuh)
  114. Surat An Naas (Manusia)

Tiada ulasan: