Selasa, 1 Oktober 2013

1888. Semakin dekat kehancuran yahudi laknatullah.


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ  , الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ , الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ,  مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ , إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ , اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيمَ  , صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ , غَيْرِ المَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ.

Assalamualaikum w.b.t/السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
Meja www.peceq.blogspot.com 
Munafik dan kafir laknatullah sebenarnya pemberontak dan pengganas. 
Islam Agama Ku.

maktabah abi yahya™

Bagi yang Tahu Betapa Pentingnya ILMU


KEHANCURAN YAHUDI Sudah Dekat

Oleh: Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf[1]
Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.” Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana. Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar. Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja ycmg mereka kuasai. Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat(Nya) kepadamu; dan sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan), niscaya Kami kembali (mengadzabmu) dan Kami jadikan neraka Jahanam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman. (QS. al-Isro’ [17]: 4-8)

Muqoddimah
Apakah ayat di atas menceritakan tentang sebuah kejadian masa lampau sebelum turunnya ayat ataukah menjelaskan apa yang akan terjadi pada Bani Israil setelah turunnya ayat? Sejumlah ahli tafsir berkata: “Sesungguhnya ayat-ayat tersebut berbicara tentang peristiwa yang dahulu pernah terjadi, mengabarkan tentang sejarah yang telah berlalu dan berbicara tentang nasib satu generasi yang sudah punah.”

Akan tetapi, belum ditemukan satu pun hadits marfu’ (yang jalur periwayatannya hingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menafsirkan ayat-ayat tersebut. Dan tidak ada pula pendapat yang dijadikan rujukan oleh ulama salaf dalam menafsirkannya. Tidak ada satu pun keterangan yang dapat dijadikan patokan dan melegakan hati. Oleh karena itu, marilah kita bahas kembali ayat tersebut dari awal. Mudah-mudahan kita memperoleh faedah yang berharga darinya.

Kalau kita cermati ayat-ayat ini bukannya menunjukkan kejadian masa lampau, melainkan menunjukkan nasib bangsa Yahudi setelah turunnya ayat ini. Hal ini bisa ditilik dari banyak segi:

1. Ayat ini menegaskan terjadinya dua kerusakan yang dilakukan oleh Bani Israil. Sekiranya dua kerusakan yang dimaksud sudah terjadi pada masa lampau, maka sungguh sejarah mencatat bahwa mereka telah berbuat kerusakan berkali-kali bukan hanya dua kali. Akan tetapi, dua kerusakan yang  dimaksud  dalam  adalah al-Qur’an ini adalah puncak dari kerusakan yang mereka lakukan.

2. Dalam   sejarah  tidak  pernah  disebutkan  kemenangan kembali Bani Israil atas orang yang pernah menguasai mereka dahulu. Sementara ayat ini menjelaskan bahwa Bani Israil akan mendapatkan giliran mengalahkan musuh-musuh mereka yang telah menimpakan adzab saat mereka berbuat kerusakan pertama.

3. Sekiranya yang dimaksud dengan dua kerusakan itu adalah sesuatu yang telah terjadi pada masa lampau, niscaya tidak akan diberitakan dengan lafazh idza sebab lafazh tersebut mengandung makna zhorfiyyah (keterangan waktu) dan syarthiyyah (syarat) untuk masa mendatang.

4. Demikian pula firman Alloh: “Dan itulah janji (ketetapan) yang pasti terlaksana” menunjukkan bahwa hal itu terjadi pada masa mendatang. Sebab tidak disebut janji kecuali untuk sesuatu yang belum terlaksana.

5. Para penguasa dan bangsa yang pernah menaklukkan Bani Israil dahulu kala, semuanya adalah orang-orang kafir padahal Alloh menyebut dalam ayat tersebut: “Hamba-hamba Kami.” Sifat tersebut mengisyaratkan bahwa mereka adalah orang-orang beriman sebab kata “Hamba” yang di-idhofah-kan pada lafazh “Kami” mengisyaratkan hal itu, sebagaimana banyak firman Alloh lainnya. Lihat misalnya firman Alloh SWT:

وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ

Dan hamba-hamba Alloh yang Maha Pemurah…. (QS. al-Furqon [25]: 63)
Cermati juga ayat-ayat QS. al-Isro’ [17]: 1, al-Fajr [89]: 29, az-Zumar [39]: 53, al-Insan [76]: 6, dan al-Isro’ [17]: 65

Itulah beberapa hakikat yang menegaskan bahwa dua pengrusakan yang dilakukan oleh Bangsa Yahudi ini akan terjadi setelah turunnya ayat.

Tafsir ayat 

Setelah hal di atas dipahami, marilah kita tilik kembali sejarah perjalanan bangsa Yahudi setelah turunnya ayat tersebut.

Ketahuilah bahwa surat al Isro’ itu turun di Makkah sebelum Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah ke Madinah. Lalu apakah yang dimaksud dengan dua pengrusakan dan dua kehancuran tersebut? Marilah kita lihat bersama.

Aksi pengrusakan pertama 

Bangsa Yahudi adalah bangsa yang terkumpul pada mereka unsur-unsur kekejian dan kejelekan. Di antara sifat jelek itu, bangsa Yahudi menganggap bahwa mereka adalah bangsa yang terbaik dan seluruh umat manusia adalah budaknya. Oleh karena itu, mereka selalu menganggap bangsa lain sebagai musuh mereka. Setiap kali hidup bersama bangsa lain mereka selalu terasing di beberapa tempat yang biasanya disebut dengan perkampungan Yahudi. Di mana pun mereka berada selalu menimbulkan keonaran dan ketidaktenteraman di daerah tersebut, sehingga bangsa-bangsa itu pun mengusir mereka dari zaman ke zaman.

Setelah dihancurkan oleh Bunyanus dan Tithos dari Romawi, bangsa Yahudi sama sekali tidak punya kekuatan. Mereka pun akhirnya tercerai-berai tak keruan. Namun, mereka mengetahui dalam kitab Taurat bahwa akan muncul nabi akhir zaman setelah Musa dan Isa yang akan hijrah ke sebuah tempat yang banyak ditumbuhi pohon kurma. Sebab itu, mereka hijrah ke tempat tersebut demi menunggu kedatangan nabi terakhir itu dengan niat akan menjadi pengikutnya. Mereka berharap untuk bisa mendapatkan kemenangan dengan menjadi pengikut nabi tersebut. Sedangkan tempat yang ranyak ditumbuhi pohon kurma saat itu hanya dua yaitu Yatsrib (nama asli kota Madinah) dan Khoibar. Oleh karena itu, bangsa Yahudi banyak terdapat di kedua tempat ini.

Di kota Yatsrib pun Yahudi selalu membuat onar dengan penduduk asli. Setiap kali kalah mereka selalu menakut-nakuti bangsa asli Yatsrib, Suku Aus dan Khozroj, bahwa akan muncul nabi akhir zaman dan mereka—bangsa Yahudi—akan menjadi pengikutnya untuk menghancurkan musuh-musuhnya. Itulah yang digambarkan oleh Alloh dalam al-Qur’an:

al baqoroh 89
Dan setelah datang kepada mereka al-Qur’an dari Alloh yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allohlah atas orang-orang yang ingkar itu. (QS. al-Baqoroh [2]: 89)

Namun, setelah Alloh mengutus Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dari bangsa Quraisy sifat jelek Yahudi kembali tampak. Mereka iri dan dengki karena sang nabi terakhir itu bukan dari Bani Israil, sebagaimana dalam ayat di atas. Sebenarnya mereka sangat mengetahui bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah benar-benar seorang nabi yang mereka tunggu, karena ciri-ciri yang telah mereka ketahui dalam Taurat. Alloh berfirman:
al baqoroh 146
Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri al-Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran padahal mereka mengetahui. (QS. al-Baqoroh [2]: 146)

Setelah Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah ke Madinah makin tampaklah kejahatan Yahudi. Di antaranya:

1. Mereka mendustakan Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam padahal mengetahui dengan yakin bahwa beliau adalah nabi akhir zaman yang selama ini mereka harap kedatangannya.

2. Mereka mengkhianati perjanjian yang telah mereka buat bersama Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menjaga kota Madinah dari musuh luar. Pengkhianatan itu sangat tampak saat Perang Khondaq, di mana mereka membantu kaum musyrikin dalam memerangi Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

3. Mereka memprovokasi kaum musyrikin untuk membalas dendam atas kekalahan mereka pasca Perang Badar.

4. Mereka beberapa kali mencoba untuk membunuh Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam.

5. Menghinakan Alloh, Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan kaum mukminin.

6. Mereka bahkan berani mengatakan bahwa orang kafir lebih mendapatkan petunjuk   daripada orang beriman. Alloh berfirman:
an Nisa 51-52
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari al-Kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thoghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Makkah) bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-omng yang beriman. Mereka itulah orang yang dikutuki Alloh. Barang siapa yang dikutuki Alloh, niscaya kamu sekali-kali tidak akan memperoleh penolong baginya. (QS. an-Nisa’ [4]: 51-52)

7.  dan masih banyak lainnya.

Kehancuran bangsa Yahudi yang pertama 

Demi melihat kekejian mereka, tidak ada pilihan bagi Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam selain menghancurkan kekuatan mereka. Peperangan demi perangan terjadi antara Rosululloh dengan kabilah-kabilah Yahudi di kota Madinah. Itu semua terekam dengan sangat terperinci dalam kitab-kitab sejarah Islam. Singkat cerita, akhirnya mereka terusir dari kota Madinah dengan hina dina.

Kemudian kekuatan mereka dihancurkan oleh Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam pada waktu Perang Khoibar dan beberapa orang Yahudi yang masih tersisa pun diusir oleh Kholifah Umar bin Khoththob radhiyallahu ‘anhu, sehingga tidak tersisa satu pun kekuatan Yahudi di Jazirah Arab. Umar bin Khoththob radhiyallahu ‘anhu juga menghancurkan kekuatan mereka yang masih tersisa di daerah Baitul Maqdis yang pada saat itu dikuasai oleh orang-orang Romawi. Inilah kehancuran yang pertama bagi mereka. Alloh menggambarkan kejadian ini dengan firman-Nya:
al Isro 5
Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari ked.ua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana. (QS. al-Isro’ [17]: 5)

Setelah peristiwa itu, mereka kembali tercerai-berai, hancurlah kekuatan mereka selama ini. Mereka mengembara lagi di muka bumi untuk kembali menyusun kekuatan. Mereka pergi ke negara-negara kuat untuk mencari perlindungan dan keamanan.

Kembalinya kekuatan bangsa Yahudi 

Ketika zaman nubuwwah dan khilafah rosyidah berakhir, kaum muslimin sedikit demi sedikit menjauh dari ajaran Islam yang murni. Mereka pun berpecah belah menjadi banyak kelompok dan golongan. Mereka tenggelam dalam kenikmatan dunia. Penyakit wohn (cinta dunia dan takut mati) banyak menjangkiti hati-hati sebagian kaum muslimin yang sudah kotor.

Saat itulah Yahudi yang tercerai berai kembali menyusun kekuatan. Mereka akhirnya berhasil merebut kekuasaan yang berada di tangan kaum muslimin. Berdirilah negara mereka di tengah terpuruknya kaum muslimin di daerah Baitul Maqdis. Dukungan internasional yang kafir menjadikan negara kecil ini menjadi cepat besar dan mempunyai kekuatan yang besar. Benarlah tatkala Alloh mengisyaratkan hal ini dengan firman-Nya:

ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمُ الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ وَأَمْدَدْنَاكُم بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَجَعَلْنَاكُمْ أَكْثَرَ نَفِيراً

Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar. (QS. al-Isro’ [17]: 6)

Ekonomi mereka kuasai, tentara internasional loyal kepada mereka bahkan bisa mereka kendalikan. Berbagai perbuatan durjana mereka lakukan. Berbagai ucapan kotor mereka lontarkan. Kejahatan mereka telah mencapai puncaknya. Mereka menghina Alloh dan Rosul-Nya. Mereka membunuh anak-anak dan wanita. Mereka membakar Baitul Maqdis dan mencoba untuk meruntuhkannya dengan alasan mencari Haikal Sulaiman. Mereka merobek-robek al-Qur’an dan menginjak-injaknya. Mereka memusuhi dan menghinakan kaum muslimin secara umum. Adakah kekejian yang lebih busuk dibandingkan dengan ini semua?

Kapankah kehancuran mereka akan terwujud kembali?
Alloh Ta’ala menjanjikan:
al Isro 7
…. Dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan omng-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. (QS. al Isro’ [17]: 7)

Ayat ini dengan sangat tegas menunjukkan bahwa kaum muslimin akan kembali mengalahkan mereka dan membuat suram wajah-wajah mereka. Kaum muslimin akan kembali menguasai Masjidil Aqsho sebagaimana mereka dahulu menguasainya.

Hal ini didukung oleh beberapa hadits yang menyatakan bahwa kemenangan akan berada di tangan kaum muslimin. Sebagaimana sabda Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Dari Abu Huroiroh radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak akan pernah datang hari Kiamat hingga orang-orang muslim berperang melawan orang-orang Yahudi. Umat Islam pun membunuh mereka sehingga orang Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon. Maka batu atau pohon itu berbicara: ‘Wahai muslim, wahai hamba Alloh, ini ada orang Yahudi di belakangku, kemari dan bunuhlah dia.’ Kecuali pohon ghorqod karena ia adalah pohonnya orang Yahudi.” (HR. Muslim)

Ada dua hal menarik kalau kita cermati ayat tersebut.  

Pertama: Tatkala menyebutkan kembalinya kekuatan Yahudi, Alloh menggunakan kata tsumma, yang berarti kejadian itu setelah kehancuran mereka yang pertama namun berselang waktu yang lama. Sedangkan tatkala menyebut kehancuran mereka yang kedua Alloh menggunakan kata fa yang berarti selang waktunya hanya sebentar. Sejarah membuktikan hal ini, bahwa kembalinya kekuatan mereka setelah kehancuran yang pertama di tangan Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Kholifah Umar bin Khoththob radhiyallahu ‘anhu adalah sekitar empat belas abad sebelum berdirinya embrio negara mereka di bumi Palestina. Maka kita sangat berharap bahwa kepongahan dan kejahatan mereka tidak akan berlangsung lama karena janji Alloh pasti benar.

Kedua: Alloh menyebutkan kejadian perebutan Masjidil Aqsho pada kehancuran mereka yang kedua dan tidak menyebutkannya secara khusus pada kehancuran mereka yang pertama. Hal ini—Wallohu A’lam—adalah sebuah isyarat bahwa kaum muslimin akan merebut Masjidil Aqsho yang telah mereka kuasai. Adapun perebutan yang pertama oleh kaum muslimin pada zaman Kholifah Umar adalah pada saat Masjidil Aqsho berada dalam kekuasaan bangsa Romawi bukan Yahudi.

Janji Kemenangan Itu Bersyarat
Perhatikanlah dua firman Alloh berikut:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Alloh, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu, (QS. Muhammad [47]: 7)

Dan Alloh telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang sholih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhoi-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS. an-Nur [24]: 55)

Pada ayat pertama Alloh mensyaratkan kemenangan jika kaum mukminin menolong agama Alloh dan pada ayat kedua Alloh menjanjikan khilafah dengan syarat kaum mukminin hanya beribadah kepada Alloh saja tanpa ada perbuatan syirik sedikit pun.

Lebih tegas lagi adalah sabda Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam:

Dari Ibnu Umar, beliau berkata: “Saya mendengar Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Apabila kalian berjual beli dengan cara ‘inah, kalian memegang ekor sapi dan ridho dengan cocok tanam serta kalian tinggalkan jihad, niscaya Alloh akan menimpakan kepada kalian kehinaan dan tidak akan dicabut sehingga kalian kembali kepada agama kalian.” (HR. Ahrnad dan Abu Dawud dengan sanad shohih. Lihat ash-Shohihah: 11)

Dalam hadits ini Rosululloh menyebutkan sebab, akibat, dan obatnya sekaligus. Adapun sebabnya:

(i) Jual beli dengan cara ‘inah, ini mengisyaratkan pada semua perbuatan yang haram.

(2) Memegang ekor sapi dan ridho dengan cocok tanam, ini menggambarkan kecintaan kepada dunia.

(3) Meninggalkan jihad, ini isyarat kepada meninggalkan kewajiban syar’i.

Apabila ketiga penyakit ini ada pada umat maka akan muncul akibatnya yaitu Alloh akan menimpakan kehinaan pada umat ini. Sejarah menjadi bukti terbaik akan kebenaran sabda Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam ini. Tidaklah ada satu generasi pun dan pada bangsa muslim mana pun yang terjangkiti penyakit kemaksiatan, cinta dunia, dan meninggalkan kewajiban melainkan pasti kehinaan akan menimpa mereka.
Namun, Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam pun secara tegas telah menyebutkan obatnya, yaitu kembali kepada ajaran Islam yang murni, yang tidak tercemari syirik, bid’ah, maksiat, dan semua yang mengotorinya.

Setelah penjelasan di atas, akankah kita mengharap pertolongan Alloh akan turun padahal kubang gelap kesyirikan masih menganga, kabut tebal kebid’ahan masih menyelimuti umat ini, dan mereka pun masih asyik bergelimang dalam kemaksiatannya? Sadarlah wahai kaum muslimin, inilah resep Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam. Akankah kita mencari resep selainnya? Penuhilah syarat yang diminta Alloh, niscaya Alloh akan memenuhi janji-Nya.

Di samping itu, ada yang perlu diperingatkan sehubungan dengan rasa semangat solidaritas yang terkadang tanpa terkendali sehingga malah melanggar syari’at itu sendiri. Misalnya:

1. Beberapa SMS yang menyebar dari satu nomor ke nomor lainnya. Contohnya: “Bacakan Surat al-Fath sekian kali demi kemenangan Palestina.” Yang lain lagi: “bacakan Surat al-Ikhlas, bacakan Surat an-Nashr, bacakan dzikir ini itu sekian kali lalu kirimkan kepada mujahidin Palestina, sebagai wujud jihad anda. “Semua SMS ini dan yang semisalnya adalah amal perbuatan bid’ah yang tidak pernah dituntunkan oleh Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebab itu, janganlah dilakukan meskipun dengan niat baik seperti di atas karena ia tidak akan bermanfaat apa-apa, bahkan kami khawatir malah memperlambat kemenangan kaum muslimin.

2. Melaknat (mengutuk) sesama muslim karena bersikap diam—menurut berita yang dilansir banyak media—dalam menghadapi Palestina, sebagaimana yang telah disinggung pada edisi (di majalah Al Furqon, -adm) yang lalu.

3. Menggalang dana solidaritas dengan cara haram, seperti yang terjadi baru-baru ini (saat makalah ini ditulis). Sebuah stasiun televisi menayangkan acara solidaritas Palestina namun isinya nyanyian, musik dan joget laki-laki bersama para artis wanita. Waliyadzu billah. 

Akhirnya, kita berdo’a semoga Alloh menolong para saudara kita mujahidin di bumi Palestina, Semoga Alloh menyelamatkan para wanita, anak-anak, dan orang lemah yang tertindas di bumi Palestina. Sebagaimana kita juga berdo’a kepada Alloh untuk menghancurkan kekuatan orang-orang Yahudi terlaknat, semoga Alloh melemahkan kekuatan mereka serta menjadikan rencana jahat mereka mengenai diri mereka sendiri.

Wallohul Musta’an. 

Sumber: majalah Al Furqon, no. 89, hal. 15-20

[1] Tulisan ini banyak disarikan dari bab peperangan dengan Yahudi, dalam kitab al-Jama’at al Islamiyyah karya Syaikh Salim bin Id al-Hilali dengan beberapa tambahan dari referensi lainnya.


Sumber: (KEHANCURAN YAHUDI Sudah Dekat) . 

"..KEHIDUPAN DUNIA HANYALAH Kesenangan YANG MEMPERDAYA" [QS. AL 'IMRAN (3):185]. 

Firman Allah S.W.T., yang bermaksud: Wahai orang yang beriman! Janganlah kamu mengambil orang yang bukan daripada kalangan kamu (seperti Yahudi, Nasrani, dan Munafiq) menjadi teman karib (yang dipercayai). Mereka tidak akan berhenti berusaha mendatangkan kesusahan kepada kamu. Mereka sukakan apa yang menyusahkan kamu. Telah pun nyata (tanda) kebencian mereka pada pertuturan mulut mereka, dan apa yang tersembunyi oleh hati mereka lebih besar lagi. Sesungguhnya Kami telah jelaskan kepada kamu ayat ayat (Kami), jika kamu memahaminya (memikirkannya).” - [Al Quran Surah Al Imran ayat 118-120] . 

Baca Juga: 
Firman Allah S.W.T., yang bermaksud: “Perkataan yang baik dan pemberian maaf, lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (Al Baqarah: 263). 
Tiada ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah
Firman Allah S.W.T., yang bermaksud: “Mereka yang berjuang di jalan Kami nescaya Kami tunjukkan jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah berserta orang yang berbuat baik.” (Al Ankabut: 69). 

"Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku." (QS. Yusuf: 86). 


Semasa hidup sederhanakanlah kegembiraan. Supaya wujud keseimbangan jiwa dan roh, bila menerima kesedihan yang pasti ditemui juga. Mengingatkan diri sendiri menjadi keutamaaan sebelum mengingatkan orang lain . In Syaa Allah ''palis'' sekali dari sifat-sifat sombong dan keji. Semuanya kerana Allah S.W.T.. Amin Ya Rob.  (Peceq Admin). 
Perhatian: Pemaparan tajuk-tajuk, gambar-gambar dan segala bagai, adalah pandangan dan pendapat peribadi yang lebih menjurus kepada sikap dan sifat untuk menjadi lebih baik dengan mengamalkan gaya hidup menurut perentah dan larangan Allah S.W.T., antaranya bersikap dengan tiada prasangka, tidak bertujuan untuk kebencian, tidak berkeperluan untuk bersubahat dengan perkara bohong dan tiada kaitan dan berkepentingan dengan mana-mana individu. Jujur., aku hanyalah hamba Allah S.W.T., yang hina dina. BERSANGKA BAIK KERANA ALLAH S.W.T..

Tiada ulasan: