Isnin, 4 Disember 2017

6468. Berkemungkinan besar hal ini telah dan sedang berlaku di Malaysia.

Berkeyakinan melayari bahtera kehidupan dan kematian untuk Allah dan kerana Allah.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ  , الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ , الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ,  مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ , إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ , اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيمَ  , صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
.غَيْرِ المَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ ,

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

Allah berfirman yang bermaksud: Wahai umat manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari lelaki dan perempuan, dan Kami telah menjadikan kamu berbagai bangsa dan bersuku puak, supaya kamu berkenal-kenalan (dan beramah mesra antara satu dengan yang lain). Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah orang yang lebih taqwanya di antara kamu, (bukan yang lebih keturunan atau bangsanya). Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Mendalam PengetahuanNya (akan keadaan dan amalan kamu) (Surah Al-Hujurat ayat 13)
JANGAN MUDAH MENYALAHKAN ORANG LAIN. 

Dari Abu Hurairah Ra., bahawasanya  Rasullullah SAW bersabda: “Jika ada seseorang berkata, “Orang banyak  (sekarang ini) sudah rosak, maka orang yang berkata itu sendiri yang paling rosak di antara mereka.” (HR. Muslim) 

MENGAPA DUNIA ISLAM MENJADI SASARAN PEMUSNAHAN. 

Dari Ummul Mukminin Zainab binti Jahsy (isteri Rasulullah SAW ), beliau berkata:” (Pada suatu hari) Rasulullah SAW masuk ke dalam rumahnya dengan keadaan cemas sambil bersabda: “La ilaha illallah, celaka (binasa) bangsa Arab dari kejahatan (malapetaka) yang sudah hampir menimpa mereka. Pada hari ini telah terbuka bagian dinding Ya’juj dan Ma’juj seperti ini”  dan Baginda mendekatkan hujung ibu jari dengan hujung jari yang sebelahnya  (jari telunjuk) yang dengan itu mengisyaratkan seperti bulatan. Saya  (Zainab binti Jahsy) lalu bertanya: Ya Rasulullah! Apakah kami akan binasa, sedangkan di kalangan kami masih ada orang-orang yang soleh?” Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: Ya, jikalau kejahatan sudah terlalu banyak.” (HR. Bukhari dan Muslim)

SELURUH DUNIA DATANG MENGERUMUNI DUNIA ISLAM.

Dari Tsauban Ra. berkata Rasulullah SAW bersabda; “Hampir tiba suatu zaman di mana bangsa-bangsa dari seluruh dunia akan datang mengerumuni kamu bagaikan orang-orang yang kelaparan mengerumuni talam hidangan mereka” Maka salah seorang sahabat bertanya, “Apakah kerana kami sedikit pada hari itu?” Nabi Rasulullah SAW menjawab, “Bahkan kamu pada hari itu banyak sekali, tetapi kamu umpama buih di waktu banjir, dan Allah akan mencabut rasa gentar terhadap kamu dari hati musuh-musuh kamu, dan Allah akan melemparkan ke dalam hati kamu penyakit ‘wahan’. Seorang sahabat bertanya: “Apakah ‘wahan’ itu, hai Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Cinta dunia dan takut mati” (HR. Abu Daud)

ILMU AGAMA AKAN BERANGSUR-ANGSUR HILANG.

Dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash Ra. ia berkata: Aku mendengar Rasullullah SAW bersabda,’ “Bahawasanya Allah SWT tidak akan mencabut (menghilangkan) ilmu dengan sekaligus dari (dada) manusia. Tetapi Allah SWT menghilangkan ilmu agama dengan mematikan para ulamak. Apabila tiada lagi para ulamak, orang banyak akan memilih orang-orang jahil sebagai pemimpinnya. Apabila pemimpin yang jahil itu ditanya, mereka akan berfatwa tanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan orang lain.” (HR. Muslim)

UMAT ISLAM IKUT JEJAK  LANGKAH YAHUDI DAN NASHRANI. 

Dari Abu Sa’id Al-Khudri Ra. ia berkata: Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: Kamu akan mengikuti jejak langkah umat-umat sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga jikalau mereka masuk ke lubang biawak pun kamu akan mengikuti mereka”. Sahabat bertanya. “Ya Rasulullah! Apakah Yahudi dan Nashrani yang Tuan maksudkan?” Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Siapa lagi?” (kalau bukan mereka). (HR. Muslim)

AKAN LAHIR GOLONGAN ANTI HADIS.

Dari Miqdam bin Ma’dikariba Ra. ia berkata: Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda; “Hampir tiba suatu zaman di mana seorang lelaki yang sedang duduk bersandar di atas kurusi kemegahannya, lalu disampaikan orang kepadanya sebuah hadis dari hadisku maka ia berkata: “Pegangan kami dan kamu hanyalah kitabullah (Al-Quran) sahaja. Apa yang dihalalkan oleh Al-Quran kami halalkan. Dan apa yang ia haramkan kami haramkan”. (Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melanjutkan sabdanya): “Padahal apa yang diharamkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam samalah hukumnya dengan apa yang diharamkan Allah Subhanhu wa Ta’ala”. (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)

GOLONGAN YANG SENTIASA MENANG.

Dari Mughirah bin Syu’bah Ra. ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Sentiasa di kalangan umatku ada golongan yang selalu menang (dalam perjuangan mereka), sehingga sampailah pada suatu waktu yang dikehendaki Allah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Mereka sentiasa menang. (HR. Bukhari)

PENYAKIT UMAT-UMAT DAHULU TIMBUL KEMBALI. 

Dari Abu Hurairah Ra .. katanya: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Umatku akan ditimpa penyakit-penyakit yang pemah menimpa umat-umat dahulu. ” Sahabat bertanya, “Apakah penyakit-penyakit umat-umat terdahulu itu?”  Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Penyakit-penyakit itu ialah: (1) terlalu sombong, (2) terlalu mewah, (3) mengumpulkan harta sebanyak mungkin, (4) tipu- menipu dalam merebut harta benda dunia, (5) saling memarahi, (6) dengki-mendengki, sehingga jadi zalim menzalimi.” (HR. Hakim)

ISLAM KEMBALI ASING.

Dari Abu Hurairah Ra. Ia berkata: Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam; “Islam mulai berkembang dalam keadaan asing. Dan ia akan kembali asing  pula. Maka beruntunglah orang-orang yang asing.” (HR. Muslim)

BAHAYA KEMEWAHAN.

Dari Ali bin Abi Thalib Ra.; “Bahwasanya kami sedang duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di dalam masjid. Tiba-tiba datang Mus’ab bin Umair Ra .. dan tidak ada di badannya kecuali hanya selembar selendang yang bertambal dengan kulit. Semasa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melihat kepadanya. Baginda menangis dan menitiskan air mata kerana mengenangkan kemewahan Mus’ab ketika berada di Mekkah dahulu (kerana sangat dimanjakan oleh ibunya), dan kerana memandang nasib Mus’ab sekarang (ketika berada di Madinah sebagai seorang Muhajirin yang meninggalkan segala harta benda dan kekayaan di Mekkah). Kemudian Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Bagaimanakah keadaan kamu pada suatu hari nanti, pergi di waktu pagi dengan satu pakaian, dan pergi di waktu petang dengan pakaian yang lain pula. Dan bila diberikan satu hidangan, diletakkan pula satu hidangan yang lain. Dan kamu menutupi (menghias) rumah kamu sebagaimana kamu memasang kelambu Kaabah?. Maka jawab sahabat, “Wahai Rasulullah, tentunya keadaan kami di waktu itu lebih baik dari pada keadaan kami di hari ini. Kami akan memberikan perhatian sepenuhnya kepada masalah ibadat sahaja dan tidak bersusah payah lagi untuk mencari rezeki”. Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Tidak! Keadaan kamu hari ini adalah lebih baik daripada keadaan kamu pada hari tersebut.” (HR. Tirmizi)

SIFAT AMANAH AKAN HILANG SEDIKIT DEMI SEDIKIT.

Dari Huzaifah bin Al-Yaman Ra. katanya: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah memberitahu kami dua buah Hadis (mengenai dua kejadian yang akan berlaku). Yang pertama sudah saya lihat, sedangkan yang kedua saya sedang menanti-nantikannya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberitahu bahwasanya sifat amanah itu turun ke dalam lubuk hati orang-orang tertentu. Kemudian turunlah Al-Quran. Maka orang-orang itu lalu mengetahuinya melalui pedoman Al-Quran dan mengetahuinya melalui pedoman As-Sunnah. Selanjutnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam; menceriterakan kepada kami tentang hilangnya amanah, lalu Baginda bersabda: “Seseorang itu tidur sekali tidur, lalu diambillah amanah itu dari dalam hatinya, kemudian tertinggallah bekasnya seperti bekas yang ringan sahaja. Kemudian  dia tertidur pula, lalu diambillah amanah itu dari dalam hatinya, maka tinggallah bekasnya seperti lepuh di tangan (menggelembung di tangan dari bekas bekerja berat seperti menggunakan kapak atau cangkul). Jadi seperti bara api yang kau gelindingkan dengan kakimu, kemudian menggelembunglah ia dan engkau melihat ia meninggi, padahal tidak ada apa-apa.” Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menceriterakan Hadis ini beliau mengambil sebuah batu kerikil lalu menggelindingkannya dengan kakinya .. “Kemudian pagi-pagi (jadilah) orang banyak berjual beli, maka hampir sahaja tidak ada seorang pun yang mahu menunaikan amanah, sampai dikatakan orang bahwasanya di kalangan Bani Fulan (di tempat tertentu) ada seorang yang sangat baik memegang amanah, sangat terpercaya dan orang banyak mengatakan, “Alangkah tekunnya bekerja, alangkah indahnya pekerjaannya, alangkah cerdik otaknya. Padahal di dalam hatinya sudah tidak ada lagi keimanan sekalipun hanya seberat biji sawi.” “Maka sesungguhnya telah sampai waktunya, saya pun tidak mempedulikan siapakah di antara kamu semua yang saya hendak bermubaya’ah (berjual beli). Jikalau dia seorang Islam, maka agamanyalah yang akan mengembalikannya kepadaku (maksudnya agamanyalah yang dapat menahannya dari khianat). Dan jikalau dia seorang Nashrani atau Yahudi, maka pihak yang bertugaslah yang akan mengembalikannya kepadaku (maksudnya jika dia seorang Nashrani atau Yahudi maka orang yang memegang kekuasaan/pemerintahlah yang dapat membantu aku untuk mendapatkan semua hak-milikku darinya.) Ada pun pada hari ini, saya tidak pernah berjual beli dengan kamu semua kecuali dengan Fulan dan Fulan (orang-orang tertentu saja).” (HR. Bukhari Muslim)

ORANG BAIK AKAN BERKURANGAN DAN ORANG JAHAT AKAN BERTAMBAH.

Dari Aisyah Ra. Dia berkata: “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda; “Tidak akan terjadi hari qiamat sehingga seorang anak menjadi sebab kemarahan (bagi ibu bapanya) hujan akan menjadi panas (hujan akan berkurang dan cuaca akan menjadi panas), akan bertambah banyak orang yang tercela dan akan berkurang orang yang baik, anak-anak menjadi berani melawan ibu bapa  serta orang yang jahat berani melawan orang-orang baik.  (HR. Thabrani)

SEBAB-SEBAB KEBINASAAN SESEORANG.

Dari Abu Hurairah Ra.Dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Akan datang suatu zaman, ketika  orang yang beriman tidak akan dapat menyelamatkan imannya, kecuali bila dia lari membawa dirinya ke sebuah puncak bukit ke sebuah puncak bukit yang lain dan dari suatu gua ke gua yang lain. Maka apabila zaman tersebut telah tiba, segala mata pencarian (pendapatan kehidupan) tidak dapat diperoleh kecuali dengan melaksanakan sesuatu yang menyebabkan kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apabila ini telah terjadi, maka kebinasaan seseorang adalah dari sebab mengikuti kehendak isteri dan anak-anaknya. Kalau dia tidak mempunyai isteri dan anak, maka kebinasaannya dari sebab mengikuti kehendak kedua orang tuanya. Dan jikalau orang tuanya sudah tidak ada lagi, maka kebinasaannya dari sebab mengikuti kehendak keluarganya atau dari sebab mengikuti kehendak jiran tetangganya” Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, apakah maksud perkataan engkau itu?” (kebinasaan seseorang kerana mengikuti kemahuan isterinya, atau anaknya, atau orang tuanya, atau keluarganya, atau tetangganya). Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Mereka akan menghinanya dengan kesempitan kehidupannya. Maka ketika itu lalu dia mencampakkan dirinya ke  jurang-jurang kebinasaan yang akan menghancurkan dirinya.” (HR Baihaqi)

DUA GOLONGAN PENGHUNI NERAKA. 

Dari Abu Hurairah Ra. Dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,. “Ada dua golongan yang akan menjadi penghuni Neraka, keduanya belum pernah aku lihat mereka. Pertama, golongan (penguasa) yang mempunyai tongkat bagaikan ekor sapi yang digunakan untuk memukul orang. Kedua, perempuan yang berpakaian tetapi telanjang, lenggang-lenggok waktu berjalan, menghayun-hayunkan bahu. Kepala mereka (sanggul di atas kepala mereka) bagaikan punggung (punggung unta yang condong).  Kedua golongan ini tidak akan masuk syurga dan tidak akan dapat mencium bau harumnya. Sesungguhnya bau harum syurga itu sudah tercium dari jarak perjalanan yang sangat jauh.” (HR. Muslim)

ZAMAN ORANG TIDAK PEDULI DARI MANA DATANGNYA HARTA.

Dari Abu Hurairah Ra. Dia berkata: Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam; “Akan datang suatu zaman di mana seseorang tidak mempedulikan darimana dia mendapatkan harta, apakah dari sumbernya  adalah  halal atau pun haram.” (HR. Nasa’i)

HARTA RIBA TERDAPAT DI MANA-MANA.


Dari Abu Hurairah Ra. Dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Akan tiba suatu zaman, tidak ada seorang pun kecuali dia terlibat dalam memakan harta riba. Kalau dia tidak memakannya secara langsung, dia akan terkena debunya.” (HR. Ibnu Majah)

ORANG MINUM KHAMAR (ARAK) DAN MENAMAKANNYA BUKAN KHAMAR ATAU BUKAN ARAK.


Dari Abu Malik Al-Asy’ari Ra. katanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda; “Sesungguhnya akan ada sebagian dari umatku yang meminum khamar dan mereka menamakannya dengan nama yang lain. (Mereka meminum) sambi! diiringi dengan alunan muZik dan suara penyanyi wanita.  Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menenggelamkan mereka ke dalam bumi (dengan gempa bumi) dan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengubah mereka menjadi kera atau babi.” (HR. Ibnu Majah)

BILANGAN LELAKI MENJADI SEDIKIT DAN BILANGAN  PEREMPUAN SEMAKIN BANYAK.


Dari Anas Ra. Dia berkata; “Aku akan menceritakan kepada kamu sebuah Hadis yang tidak ada orang lain yang akan menceritakannya setelah aku. Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda; “Diantara tanda qiamat ialah sedikit ilmu, banyak kejahilan, banyak perzinaan, banyak kaum perempuan dan sedikit kaum lelaki, sehingga nantinya seorang lelaki akan mengurus lima puluh orang perempuan.” (HR. Bukhari Muslim)

HAMBA MENJADI TUAN DAN BERDIRINYA BANGUNAN-BANGUNAN PENCAKAR LANGIT.


Dari Umar bin al-Khaththab Ra. Dia berkata (dalam sebuah Hadis yang panjang): “Kemudian Jibril bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,   “Maka khabarkan kepadaku tentang hari qiamat?” Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab .. , “Orang yang ditanya tidak lebih mengetahui dari orang yang bertanya.” Maka Jibril berkata, “Kalau begitu cuba khabarkan kepadaku tanda-tandanya, ” Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “hamba sahaya akan melahirkan tuannya dan engkau melihat orang berjalan tanpa kasut (alas kaki), bertelanjang lagi miskin, hanya menggembala kambing, berlumba-lumba mendirikan bangunan tinggi-tinggi.” (HR. Muslim)

ORANG KUAT BERAGAMA AKAN BERADA DALAM SITUASI SEPERTI MEMEGANG BARA API.


Dari Anas Ra. berkata RasuJullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Akan datang pada manusia suatu zaman,  orang yang berpegang teguh  (sabar) dikalangan mereka kepada agamanya seperti orang yang memegang bara api.” (HR. Tirmidzi)

GOLONGAN RUWAIBIDHAH.


Dari Abu Hurairah Ra. ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda; “Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Pada waktu tersebut si penipu dikatakan benar dan orang yang benar dikatakan penipu. Pengkhianat akan disuruh memegang amanah dan orang yang amanah dikatakan pengkhianat. Dan yang berkesempatan berbicara hanyalah golongan “Ruwaibidhah”. Sahabat bertanya, “Apakah Ruwaibidhah itu hai Rasulullah?” Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Orang kerdil, hina dan tidak mengerti bagaimana mengurus orang banyak.” (HR. Ibnu Majah) 

MUNCULNYA KHAZANAH-KHAZANAH  BUMI.


Dari Ibnu Umar Ra. Dia berkata: “Pada satu ketika dibawa ke hadapan Rasulullah SAW sekeping  emas. Emas itu adalah emas zakat yang pertama sekali dibawa oleh Bani Sulaim dari khazanah simpanan  mereka. Maka sahabat berkata: “Wahai Rasulullah! Emas ini adalah hasil dari khazanah  kita” Lalu Nabi SAW menjawab, “Nanti kamu akan dapati banyak khazanah-khazanah dan mereka yang akan menguasainya adalah orang-orang jahat.” (HR. Baihaqi)

UJIAN DASYAT TERHADAP IMAN.


Dari Abu Hurairah Ra. bahawasanya Rasulullah SAW  bersabda: “Bersegeralah kamu beramal sebelum menemui fitnah (ujian berat terhadap iman) seperti malam yang sangat gelap. Seseorang yang masih beriman di waktu pagi, kemudian di waktu petang  dia sudah menjadi kafir, atau (Syak Perawi Hadis) seseorang yang masih beriman di waktu pagi, kemudian pada keesokan harinya dia sudah menjadi kafir. Dia telah menjual agamanya dengan sedikit harta benda keduniaan.” (HR. Muslim)

ULAMA TIDAK  DIPEDULIKAN.

Dari Sahl bin Saad as-Saidi Ra. Dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Ya Allah! Jangan Engkau pertemukan aku dan mudah-mudahan kamu (sahabat) tidak bertemu dengan suatu zaman dikala para ulama sudah tidak diikuti lagi dan orang yang penyantun sudah tidak dihiraukan lagi. Hati mereka seperti hati orang Ajam (hati orang fasiq), lidah mereka seperti lidah orang Arab (pada kefasihannya).” (HR. Ahmad)

ISLAM HANYA PADA NAMA  SAHAJA.

Dari Ali bin Abi Thalib Ra. Dia berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW.: “Sudah hampir tiba suatu zaman, pada waktu tersebut  tidak ada lagi dari nilai-nilai Islam kecuali hanya pada namanya sahaja dan tidak ada dari Al-Quran kecuali hanya tulisannya sahaja. Masjid-masjid mereka indah, tetapi kosong dari hidayah. Ulama dicela  dan dianggap  sejahat-jahat makhluk yang ada di bawah  langit dan di atas muka bumi. Dari merekalah berpunca segala  fitnah dan kepada mereka fitnah itu akan kembali .” (HR. al-Baihaqi) 

LIMA BELAS MAKSIAT YANG MENURUNKAN BALA’.

Dari Ali bin Abi Thalib Ra. dikatakannya, Rasulullah SAW bersabda: “Apabila umatku telah melakukan lima belas perkara, maka bala’ pasti akan turun kepada mereka, iaitu: 1. Apabila harta negara hanya beredar pada orang orang tertentu sahaja. 2. Apabila amanah dijadikan suatu sumber keuntungan. 3. Zakat dijadikan hutang. 4. Suami menuruti kemahuan isteri. 5. Anak mendurhaki  ibu bapanya. 6. Sedangkan dia berbuat baik dengan teman-temannya. 7. Anak-anak menjauhkan diri dari ayah mereka. 8. Suara-suara ditinggikan di dalam masjid. 9. Yang menjadi ketua satu kaum adalah orang yang terhina di antara mereka. 10. Seseorang dimuliakan kerana ditakuti kejahatannya. 11. Khamar (arak) menjadi  minuman di segenap tempat dan penjuru atau merata tempat. 12. Kain sutera banyak dipakai oleh kaum lelaki. 13. Para penyanyi perempuan disanjung-sanjung. 14. Muzik banyak dimainkan. 15. Generasi akhir umat ini melaknat (menyalahkan) generasi pertama (sahabat) terdahulu. Maka ketika itu hendaklah mereka menanti angin merah atau gempa bumi atau pun mereka akan diubah menjadi makhluk lain.” (HR.Tirmizi)

LIMA  MAKSIAT YANG DISEGERAKAN  BALASANNYA.

Dari Ibnu Umar Ra. ia berkata: Rasulullah SAW  mendatangi kami (pada suatu hari) kemudian beliau bersabda,’ “Wahai kaum Muhajirin, lima perkara kalau kamu telah diuji dengannya (kalau kamu telah mengerjakannya), maka tidak ada kebaikan lagi bagi kamu. Dan aku berlindung dengan Allah SWT., semoga kamu tidak menemui zaman tersebut. Perkara-perkara tersebut  ialah: 1. Tidak nampak perzinaan pada suatu kaum sehingga mereka berani berterus-terang melakukannya, melainkan akan berjangkit di kalangan mereka wabak penyakit menular (Tha‘un) dengan cepat dan mereka akan ditimpa penyakit-penyakit yang belum pemah menimpa umat-umat yang telah lalu. 2. Dan tiada mereka mengurangkan sukatan/ukuran dan timbangan, kecuali mereka akan diuji dengan kemarau panjang dan kesulitan mencari rezeki dan kezaliman dari kalangan pemimpin mereka. 3. Dan tidak menahan mereka akan zakat harta benda kecuali ditahan untuk mereka air hujan dari langit. Jikalau tidak ada binatang (yang juga hidup di atas permukaan bumi ini) sudah tentu mereka tidak akan diberi hujan oleh Allah SWT. 4. Dan tiada mereka menyalahi akan janji Allah dan RasulNya, kecuali Allah akan menurunkan ke atas mereka musuh yang akan merampas sebahagian dari apa yang ada di tangan mereka. 5. Dan apabila pemimpin-pemimpin mereka tidak melaksanakan hukum Allah yang terkandung dalam Al-Quran dan tidak mahu menjadikannya sebagai pilihan, maka (di waktu itu) Allah akan menjadikan bencana di kalangan mereka sendiri.” (HR. Ibnu Majah)

BERBANGGA-BANGGA DENGAN PEMBINAAN MASJID.

Dari Anas bin Malik Ra. bahAwasanya Rasulullah SAW  bersabda: “Tidak terjadi hari qiamat sehingga umatku bermegah-megahan dengan bangunan masjid.” (HR. Abu Daud)

MENJUAL AGAMA KERANA DUNIA. 

Dari Abu Hurairah Ra. ia berkata: Rasulullah SAW  bersabda. “Akan keluar di akhir zaman orang-orang yang mencari keuntungan dunia dengan menjual agamanya. Mereka berpakaian di hadapan orang lain dengan pakaian yang dibuat dari kulit kambing (berpura-pura zuhud dari dunia) untuk mendapat simpati orang ramai dan perkataan mereka lebih manis dari gula. Padahal hati mereka adalah hati serigala (mempunyai tujuan-tujuan yang buruk). Allah SWT berfirman kepada mereka, “Apakah kamu tertipu dengan kelembutanKu ? Ataukah kamu terlalu berani berbohong kepadaKu? Demi kebesaranKu, Aku bersumpah akan menurunkan suatu fitnah yang akan terjadi di kalangan mereka sendiri, sehingga orang yang alim (cendekiawan) pun akan menjadi bingung (dengan sebab fitnah tersebut).” (HR. Tirmizi)

Berkemungkinan besar hal ini telah dan sedang berlaku di Malaysia. 

Berkemungkinan besar hal ini telah dan sedang berlaku, bermula sejak beratus-ratus tahun dahulu di Malaysia. Dari zaman Kesultanan Melayu Melaka, Singapura dilanggar todak, Era Penjajahan Portugis, Belanda dan British. Era perjuangan memerdekakan Tanah Melayu. Perjuangan yang berteraskan Islam dihukum dan diharamkan. Pemimpinnya dipenjarakan dan diseksa oleh penjajah dan tali barut penjajah.

Sekarang dikuasai golongan bangsawan. Lebih parah kedatangan pekerja asing dari pelbagai negara. Berimamkan kaki betina dan tahi judi. Rakyat banyak suka terima rasuah. Rasuah poitik dan termakan budi, sedangkan hal itu telah menggadaikan undi.

Allah Ta’ala berfirman,

وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi penguasa bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.” (Al An’aam: 129).

Munculnya pemimpin yang zalim bisa jadi akibat perbuatan rakyatnya. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, 

يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ وَمَا لَمْ تَظْهَرِ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلَّا ظَهَرَ فِيهِمُ الأَمْرَاضُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ فِي أَسْلَافِهِمِ وَمَا مَنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا وَ مَا لَمْ يُطَفِّفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ إِلَّا أُخِذُوا بِجَوْرِ السُّلْطَانِ وَشِدَّةِ الْمَئُونَةِ وَالسِّنِينَ وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيْدٌ

“Hai orang-orang Muhajirin, lima perkara, jika kamu ditimpa lima perkara ini, aku mohon perlindungan kepada Allah agar kamu tidak mendapatkannya. Tidaklah muncul perbuatan keji (Zina,merampok, minum khamr, judi, dan lainnya) pada suatu masyarakat, sehingga mereka melakukannya dengan terang-terangan, kecuali akan tersebar penyakit-penyakit lainnya yang tidak ada pada orang-orang sebelum mereka. Orang-orang tidak menahan zakat hartanya, kecuali hujan dari langit juga akan ditahan dari mereka. Seandainya bukan karena hewan-hewan, manusia tidak akan diberi hujan. Tidaklah orang-orang mengurangi takaran dan timbangan, kecuali mereka akan disiksa dengan kezhaliman penguasa,  kehidupan yang susah, dan paceklik. Dan selama pemimpin-pemimpin (negara, masyarakat) tidak menghukumi dengan kitab Allah. Dan memilih-milih sebagian apa  yang Allah turunkan, kecuali Allah  menjadikan permusuhan yang keras di antara mereka.” [1] HR Ibnu Majah no. 4019 Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam ash-Shohihah no. 106.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata,

وتأمل حكمته تعالى في ان جعل ملوك العباد وأمراءهم وولاتهم من جنس اعمالهم بل كأن أعمالهم ظهرت في صور ولاتهم وملوكهم فإن ساتقاموا استقامت ملوكهم وإن عدلوا عدلت عليهم وإن جاروا جارت ملوكهم وولاتهم وإن ظهر فيهم المكر والخديعة فولاتهم كذلك وإن منعوا حقوق الله لديهم وبخلوا بها منعت ملوكهم وولاتهم ما لهم عندهم من الحق ونحلوا بها عليهم وإن اخذوا ممن يستضعفونه مالا يستحقونه في معاملتهم اخذت منهم الملوك مالا يستحقونه وضربت عليهم المكوس والوظائف وكلما يستخرجونه من الضعيف يستخرجه الملوك منهم بالقوة فعمالهم ظهرت في صور اعمالهم وليس في الحكمة الالهية ان يولى على الاشرار الفجار الا من يكون من جنسهم

“Renungkanlah hikmah Allah Ta’ala dalam keputusan-Nya memilih para raja, pemimpin dan pelindung umat manusia adalah sama dengan amalan rakyatnya bahkan perbuatan rakyat seakan-akan adalah cerminan dari pemimpin dan penguasa mereka. Jika rakyat lurus, maka akan lurus juga penguasa mereka. Jika rakyat adil, maka akan adil pula penguasa mereka. Namun, jika rakyat berbuat zholim, maka penguasa mereka akan ikut berbuat zholim. Jika tampak tindak penipuan di tengah-tengah rakyat, maka demikian pula hal ini akan terjadi pada pemimpin mereka. Jika rakyat menolak hak-hak Allah dan enggan memenuhinya, maka para pemimpin juga enggan melaksanakan hak-hak rakyat dan enggan menerapkannya. Jika dalam muamalah rakyat mengambil sesuatu dari orang-orang lemah, maka pemimpin mereka akan mengambil hak yang bukan haknya dari rakyatnya serta akan membebani mereka dengan tugas yang berat. Setiap yang rakyat ambil dari orang-orang lemah maka akan diambil pula oleh pemimpin mereka dari mereka dengan paksaan. Dengan demikian setiap amal perbuatan rakyat akan tercermin pada amalan penguasa mereka. Berdasarkah hikmah Allah, seorang pemimpin yang jahat dan keji hanyalah diangkat sebagaimana keadaan rakyatnya..”[2] Miftah Daris Sa’adah hal. 253, Darul Kutub Al-‘Ilmiyyah, Beirut, Syamilah. 

KIBLAT.NET – Alangkah indahnya bila penguasa yang menaungi kehidupan umat Islam adalah imam yang adil. Rasulullah SAW bersabda, “Makhluk yang paling dicintai Allah adalah imam yang adil, sedangkan yang paling dimurkai adalah imam yang jahat.” Tidak ada umat yang benci bila hadis seperti ini benar-benar ada dalam kehidupan nyata.

Penguasa yang adil adalah orang yang adil di tengah rakyatnya adalah yang menegakkan syariat Islam secara menyeluruh. Syaikh Ibnu Utsaimin dalam Syarh Riyadhus Shalihin mengatakan, “Penguasa yang adil adalah orang yang adil di tengah rakyatnya. Tidak ada keadilan yang lebih lurus dan wajib daripada berhukum dengan syariat Allah di tengah-tengah mereka. Inilah pokok keadilan. Karena Allah mengatakan, ‘Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan.’ (An-Nahl: 90). 

Maka siapa yang memerintah rakyatnya dengan selain syariat Allah, ia bukanlah penguasa yang adil.”

Tetapi bila faktanya penguasa tidak adil dan tidak menegakkan syariat Islam; penguasa justru mencampakkan Islam dan menggantinya dengan undang-undang positif, siapa yang salah? Pemimpin buruk itu salah rakyat atau rakyat buruk karena pemimpinnya buruk?

Ulama telah menjelaskan secara runtut persoalan ini. Pemimpin dan rakyat adalah sama-sama manusia yang bisa salah. Tidak ada yang menganggap maksum kecuali keyakinan Syiah terhadap para imam mereka. Oleh karena itu, kedua pihak berada dalam lingkup saling menasihati, seperti digambarkan dalam hadis Nabi saw, “Dien ini adalah nasihat.” Salah satunya adalah nasihat untuk para pemimpin kaum muslimin. Inilah hakikat kehidupan dan hubungan antara pemimpin dan rakyat dalam konsep Islam.

Rakyat Buruk, Pemimpin Buruk
Satu sisi yang harus berusaha menjadi salah adalah rakyat. Bila keburukan telah menyebar luas dalam masyarakat, Allah SWT bisa murka kapan saja dan —naudzubillah— memberikan musibah kepada mereka dengan berkuasanya pemimpin yang zalim. Dalam hal ini Allah berfirman:

Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi teman bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.” (Al-An’am: 129)

Al-Alusi menjelaskan ayat ini dengan ungkapan, “Bila rakyat zalim, Allah akan menguasakan orang zalim pula kepada mereka.”

Hal yang sama juga disebutkan oleh Al-Qurtubi, “Bila Allah ridha kepada suatu kaum, Dia menguasakan urusan kepada orang yang terbaik di antara mereka. Bila Allah murka kepada suatu kaum, Dia menguasakan urusan mereka kepada orang yang terburuk. Nabi saw bersabda, ‘Siapa yang menolong orang zalim, Allah akan menguasakan kepadanya.”

Ibnul Qayyim juga melihat hal yang sama dalam menafsirkan ayat tersebut. Beliau mengatakan, “Perhatikanlah hikmah-Nya tatkala Dia menjadikan para raja, penguasa dan pemegang tampuk pemerintahan sesuai dengan amalan yang dilakukan oleh para rakyat di dalam negeri tersebut. Bahkan, amalan dari para rakyat akan tercermin dari tingkah laku para penguasanya.

Apabila rakyat di dalam negeri tersebut komitmen dalam menjalankan syariat, maka tentu penguasanya pun demikian. Apabila mereka berlaku adil, maka para penguasa akan berlaku adil kepada mereka. Apabila mereka suka berbuat kemaksiatan, maka para penguasa juga akan senantiasa berbuat maksiat. Apabila rakyat senantiasa berbuat makar dan tipu daya, maka tentulah penguasa demikian pula keadaannya. Apabila para rakyat tidak menunaikan hak-hak Allah serta mengabaikannya, maka penguasa mereka pun juga akan berbuat hal yang sama, mereka akan melanggar dan tidak menunaikan hak-hak para rakyatnya. Apabila rakyat sering melanggar hak kaum yang lemah dalam berbagai interaksi mereka, maka para penguasa akan melanggar hak para rakyatnya secara paksa, menetapkan berbagai pajak dan pungutan liar kepada mereka.

Setiap mereka (yakni rakyat) mengambil hak kaum yang lemah, maka hak mereka pun akan diambil secara paksa oleh para penguasa. Sehingga para penguasa merupakan cerminan amal dari para rakyatnya.”

Artinya, sebagai otokritik pada sisi ini, rakyat harus memperbaiki diri agar Allah SWT tidak menimpakan pemimpin yang zalim kepada mereka. Adalah kezaliman bila menuntut orang lain adil, sedangkan diri sendiri tidak adil. Maka wajar ketika Abdul Malik bin Marwan berkata kepada rakyatnya, “Kalian tidak adil terhadap kami wahai seluruh rakyat! Kalian menginginkan kami seperti Abu Bakar dan Umar, namun kalian tidak berlaku seperti kami dan juga pada diri kalian.”

Demikian pula Ubaidah bin As-Salmani ketika bertanya kepada Ali ra, “Wahai Amir Mukminin, mengapa manusia taat kepada Abu Bakar dan Umar. Kekayaan dunia pada waktu itu lebih sempit daripada sejengkal, lalu menjadi luas pada masa keduanya. Ketika engkau dan Utsman menjadi khilafah, dunia terbuka luas pada awalnya namun kemudian menjadi lebih sempit daripada sejengkal.”

Ali menjawab, “Karena rakyat Abu Bakar dan Umar seperti aku dan Utsman, sedangkan rakyatku sekarang adalah kamu dan orang-orang seperti dirimu.” (Sirajul Muluk, Imam Ath-Thurthursyi, 94).
ilustrasi
Dari kerusi sahaja sudah ada garis pisah antara pemimpin dengan rakyat jelata. 

Kesalehan Penguasa Membangun Kesalehan Rakyat
Sisi lain dan inilah yang utama adalah kesalehan pemimpin. Rakyat akan menjadi saleh bila pemimpinnya saleh. Ibnu Taimiyyah dalam kitab As-Siyasah As-Syar’iyyah fi Ishlah Ar-Ra’i wa Ar-Ra’iyyah, I/37 mengatakan, “Ketika rakyat berubah (menjadi rusak), sedangkan penguasa sebaliknya, semua urusan pun saling bertentangan. Apabila penguasa mengambil langkah untuk memperbaiki agama dan urusan dunia mereka sesuai kemampuannya, maka ia termasuk orang yang paling utama pada masanya. Ia adalah mujahid paling afdhal di jalan Allah. Telah diriwayatkan bahwa ‘Satu hari dengan imam yang adil itu lebih baik daripada ibadah selama 60 tahun’.”

Di tempat lain, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan, “Ulil amri terdiri atas dua kelompok manusia: ulama dan umara. Bila mereka baik, manusia pun baik. Bila mereka buruk, manusia pun buruk. Hal ini seperti jawaban Abu Bakar Ash-Shiddiq kepada wanita dari bani Ahmas saat bertanya kepadanya, ‘Apa hal yang menjamin kami akan senantiasa berada di atas perkara (yang baik yang Allah datangkan setelah masa jahiliah) ini?’ Abu Bakar Ash-Shiddiq menjawab, ‘Kalian akan senantiasa di atas kebaikan (Islam) tersebut selama para pemimpin kalian bertindak lurus.” (HR Al-Bukhari) (Majmu’ Al-Fatawa, 28/170)
Syaikh Utsaimin ketika menafsirkan hadis ad-dien nasihah mengatakan, “Nabi mendahulukan nasihat untuk para pemimpin sebelum nasihat untuk rakyat, karena para pemimpin itu bila baik, maka baik pula rakyatnya.”

Sufyan Ats-Tsauri secara tegas menyatakan hal ini di depan pemimpin; Abu Ja’far Al-Manshur, “Sungguh aku tahu tentang seseorang yang bila ia baik maka umat pun menjadi baik. Bila ia buruk, umat pun buruk.” Al-Manshur berkata, “Siapa?” Ats-Tsauri menjawab, “Engkau!” (Sirajul Muluk, I/35).

Pemimpin yang baik juga menjadi harapan dalam doa ulama agar rakyat menjadi baik karenanya. Hasan Bashri mengatakan, “Bila saya memiliki doa yang dikabulkan, saya akan mendoakan untuk kebaikan penguasa. Sebab dengan baiknya penguasa, rakyat pun menjadi baik. Bila penguasa baik, rakyat dan negeri pun aman.” (Imamatul ‘Udhma Ad-Dumaiji, I/370)

Persepsi Keliru dari Hadits Dhaif
Penguasa Muslim dan rakyatnya adalah satu tubuh dalam persaudaraan Islam. Sebagai haknya, ia tidak boleh dibiarkan ketika melanggar aturan. Inilah yang ditunjukkan oleh sejarah para salaf. Ada hubungan yang baik.

Dengan demikian, tidaklah benar menyalahkan rakyat setiap hidup di bawah penguasa yang jahat. Persepsi keliru ini secara umum dibangun dari hadis lemah riwayat Ad-Dailami dan Al-Baihaqi:

كَمَا تَكُونُوا يُوَلَّى عَلَيْكُمْ

“Seperti apa kalian, seperti itu pula pemimpin kalian.”

Hadits ini telah dinyatakan dhaif oleh ulama masa lalu seperti Al-Hafidz Ibnu Hajar dan juga ulama masa akhir seperti Syaikh Al-Albani.

Syaikh Al-Albani telah mengumpulkan matannya di Silsilah Adh-Dhaifah (1/490). Setelah menjelaskan takhrij hadis ini, beliau mengatakan, “Selain dhaif, hadis ini maknanya tidak shahih sama sekali menurut saya. Sebab sejarah telah menunjukkan kepada kita, adanya seorang yang saleh menjadi pemimpin setelah pemimpin sebelumnya yang tidak saleh, sedangkan rakyatnya tetap saja (tidak saleh).”

Ungkapan Syaikh Al-Albani benar. Kenyataannya bahwa di tengah-tengah masyarakat yang tidak saleh bisa muncul pemimpin yang saleh. Demikian pula sebaliknya.

Jawaban Ali bin Abi Thalib yang telah disebutkan sebelumnya membuktikan perkara Syaikh Al-Albani. Ali berkata, “Karena rakyat Abu Bakar dan Umar seperti aku dan Utsman, sedangkan rakyatku sekarang adalah kamu dan orang-orang seperti dirimu.” (Sirajul Muluk, Imam Ath-Thurthursyi, 94).

Rakyat itu Bagaimana Pemimpinnya
Sisi ini disebut lebih utama karena kesalehan pemimpin lebih mudah membentuk kesalehan rakyat, bukan sebaliknya. Apa yang dikatakan oleh Ibnu Qayyim dan lainnya — yang telah kami sebutkan sebelumnya — adalah penafsiran ayat yang menunjukkan ancaman Allah bagi orang-orang zalim, bukan sebab langsung, yang kemudian menjadi anggapan bahwa pemimpin zalim adalah kesalahan rakyat. Lalu penguasa zalim “dikultuskan”, rakyat (baca: aktivis Islam) yang disalahkan.

Psikologi manusia cenderung mengikuti dan meniru pemimpinnya. Ada ungkapan Arab, rakyat itu mengikuti pemimpin; masyarakat umum itu tergantung agama rajanya. Sejarawan Islam telah mencatat contoh nyata dalam hal ini. Masa kekhilafahan Umar bin Abdul Aziz dikenal sebagai masa yang di dalamnya rakyat sangat giat dalam ibadah dan ketaatan kepada Allah.

Umar bin Abdul Aziz dalam sebuah riwayat terlihat salat tahajud di mihrabnya dalam kondisi menangis. Ia biasa meneteskan air mata dalam ibadahnya. Beliau dikenal sebagai ahli ibadah dan suka membaca Al-Qur’an. Maka kebiasaan pemimpin ini pun ditiru oleh rakyatnya. Bahkan perbincangan sehari-hari mereka adalah tentang ibadah. Ketika mereka saling bertemu, pertanyaan yang dilontarkan tidak lepas dari berapakah Anda menghafal Al-Qur’an, berapa rakaat engkau qiyamul lail tadi malam dan tentang kesalehan lainnya.
Hal itu berbeda dengan masa dua khalifah sebelumnya. Masa Al-Walid bin Abdul Malik dikenal sebagai masa harta berlimpah dan makmur. Al-Walid dikenal pemimpin yang suka bangunan dan infrastruktur mewah. Ia rela mengeluarkan biaya yang sangat mahal untuk proyek-proyek bangunan. Ia membangun masjid Jami’, gedung, dan pabrik-pabrik. Kesukaannya ini pun menular kepada rakyatnya, hingga perbincangan di antara mereka tidak lepas dari bangunan dan gedung mewah.

Sulaiman bin Abdul Malik saudara Al-Walid berbeda lagi gaya hidupnya. Ia adalah orang yang suka kuliner dan berlibur. Maka obrolan rakyat di warung-warung tidak lepas dari pertanyaan tentang makanan dan apa menu makanan hari ini. (Al-Kamil Fi At-Tarikh, Asy-Syaibani, IV/292. Tarikh Ath-Thabari, IV/29).
Masjid Umayyah di Damaskus yang dibangun oleh Al-Walid

Besarnya pengaruh pemimpin yang saleh terhadap rakyat adalah salah satu hikmah dari syarat-syarat kepemimpinan Islam yang ketat, di antaranya adil dan berilmu. Selain itu Islam juga tidak memberikan jabatan kepemimpinan bagi orang yang memintanya. Bisa jadi orang yang berambisi tidak akan amanah dalam memimpin. Apalagi sampai pada politik uang demi jabatan, bisa saja selama menjabat ia akan menzalimi uang rakyat untuk mengembalikan modalnya. Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ari r.a, ia berkata, “Aku dan dua orang dari kaumku datang menghadap Nabi saw. Salah seorang mereka berkata, ‘Ya Rasululloh SAW angkatlah kami sebagai pejabatmu.’ Satu orang lagi juga mengatakan perkataan yang sama. Lalu Rasulullah SAW bersabda, ‘Kami tidak akan memberikan jabatan pemerintahan ini kepada orang yang meminta dan berambisi untuk mendapatkannya’.” (HR Bukhari dan Muslim) 

Komunikasi antara Rakyat dan Penguasa
Dengan dua sisi yang harus diperbaiki tersebut, maka menyampaikan peringatan kepada pemimpin jelas harus dilakukan, dengan kaidah amar makruf nahi mungkar yang benar. Membiarkan penguasa muslim dalam kemaksiatan dan kezaliman adalah bentuk kezaliman dari saudaranya. Rasulullah SAW bersabda, “Tolonglah saudaramu yang zalim dan yang dizalimi.” Wujud menolong orang yang zalim adalah mencegah dari perbuatan zalimnya.
Nabi saw bersabda:

مَا مِنْ أَمِيرٍ يَلِى أَمْرَ المُسْلِمِينَ، ثُمَّ لا يَجْهَدُ لَهُمْ وَيَنْصَحُ، إِلا لَمْ يَدْخُلْ مَعَهُمُ الجَنَّةَ

“Tidak ada seorang pemimpin yang menangani urusan kaum muslimin, kemudian tidak bersungguh-sungguh dan melaksanakannya dengan baik, kecuali ia tidak akan masuk surga bersama mereka.” (HR Muslim)

“Tiada seorang pemimpin yang diamanahi oleh Allah untuk rakyatnya, suatu saat mati dalam kondisi menzalimi (hak mereka) kecuali Allah mengharamkan wangi surga baginya.” (Muslim) 

Dua hadis tersebut bentuk ancaman bagi penguasa zalim di akhirat, sedangkan di dunia, Allah bisa kapan saja sesuai kehendaknya telah memiliki alasan untuk menimpakan musibah yang tidak hanya menimpa orang jahat, tetapi orang saleh juga kena getahnya. Ancaman ini berlaku—dan kita berlindung kepada Allah darinya—bila kemaksiatan telah merajalela tanpa ada proses amar makruf nahi mungkar. Allah berfirman: 

“Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (Al-Ma’idah: 78-79) 

Dalam kaitan yang sama, Rasulullah bersabda, “Hendaklah kalian beramar makruf (menyuruh berbuat baik) dan bernahi mungkar (melarang berbuat jahat). Kalau tidak, maka Allah akan menguasakan atas kalian orang-orang yang paling jahat di antara kalian, kemudian orang-orang yang baik-baik di antara kalian berdoa dan tidak dikabulkan (doa mereka).” (HR. Al-Bazzar dari Abu Hurairah. Dinyatakan Hasan oleh As-Suyuthi dalam Jami’ush Shaghir, namun Syaikh Al-Albani menyatakan dhaif) 

Dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, hendaknya kalian beramar makruf dan nahi munkar atau jika tidak niscaya Allah akan mengirimkan siksa-Nya kepada kalian, kemudian kalian memohon kepada-Nya namun doa kalian tidak lagi dikabulkan.” (HR. Tirmidzi no. 2169. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan) 

Semoga salam dan salawat dilimpahkan kepada nabi Muhammad, beserta keluarga dan sahabat beliau.

Penulis: Agus Abdullah

Antara sumber rujukan:
https://muslimafiyah.com/rakyat-terus-bermaksiat-akan-diberi-pemimpin-yang-dzalim.html
https://www.kiblat.net/2014/12/04/penguasa-zalim-salah-rakyat-atau-sebaliknya/
.

Tiada ulasan: