Isnin, 22 Oktober 2018

Cara pendekatan Islam terhadap pemimpin zalim. 8494.


Foto Swing Farah.
Taat pada Pemimpin yang Zalim
“Saya memberi wasiat kepada kalian agar tetap bertaqwa kepada Allah ‘azza wa jalla, tetap mendengar dan ta’at walaupun yang memerintah kalian seorang hamba sahaya (budak)”. (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi, Hadits Hasan Shahih)

Islam lewat lisan Nabinya telah mengajarkan bagaimana kita bermuamalah dengan pemerintah atau penguasa. Sebagian kalangan bersikap keras sehingga mudah mengkafirkan. Sebagian lagi bersikap lembek. Sikap terbaik yang menjadi akidah seorang muslim adalah tetap menasehati penguasanya dengan baik tatkala mereka tergelincir. Penyampaian nasehat ini pula disalurkan dengan cara yang baik, bukan dengan menyebarkan aib mereka di depan umum. Juga prinsip penting dalam muamalah dengan penguasa adalah tetap mentaati mereka selama mereka masih muslim, walaupun mereka berbuat zholim. Berikut nasehat Nabi kita -shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan para ulama dalam hal ini.

Dari Abu Najih, Al ‘Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi nasehat kepada kami dengan satu nasehat yang menggetarkan hati dan menjadikan air mata berlinang”. Kami (para sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah, nasihat itu seakan-akan adalah nasihat dari orang yang akan berpisah, maka berilah kami wasiat.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّوَجَلَّ , وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكَ عَبْدٌ

“Saya memberi wasiat kepada kalian agar tetap bertaqwa kepada Allah ‘azza wa jalla, tetap mendengar dan ta’at walaupun yang memerintah kalian seorang hamba sahaya (budak)”. (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi, Hadits Hasan Shahih)

Mentaati Pemimpin dalam Kebajikan

Ta’at kepada pemimpin adalah suatu kewajiban sebagaimana disebutkan dalam Al Kitab dan As Sunnah. Di antaranya Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ

“Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” (QS. An Nisa’ [4] : 59)

Dalam ayat ini Allah menjadikan ketaatan kepada pemimpin pada urutan ketiga setelah ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya. Namun, untuk pemimpin di sini tidaklah datang dengan lafazh ‘ta’atilah’ karena ketaatan kepada pemimpin merupakan ikutan (taabi’) dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, apabila seorang pemimpin memerintahkan untuk berbuat maksiat kepada Allah, maka tidak ada lagi kewajiban dengar dan ta’at.

Makna zhohir (tekstual) dari hadits ini adalah kita wajib mendengar dan ta’at kepada pemimpin walaupun mereka bermaksiat kepada Allah dan tidak menyuruh kita untuk berbuat maksiat kepada Allah. Karena terdapat hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Hudzaifah bin Al Yaman.

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« يَكُونُ بَعْدِى أَئِمَّةٌ لاَ يَهْتَدُونَ بِهُدَاىَ وَلاَ يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِى وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِى جُثْمَانِ إِنْسٍ ». قَالَ قُلْتُ كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ قَالَ « تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلأَمِيرِ وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ وَأُخِذَ مَالُكَ فَاسْمَعْ وَأَطِعْ ».

“Nanti setelah aku akan ada seorang pemimpin yang tidak mendapat petunjukku (dalam ilmu, pen) dan tidak pula melaksanakan sunnahku (dalam amal, pen). Nanti akan ada di tengah-tengah mereka orang-orang yang hatinya adalah hati setan, namun jasadnya adalah jasad manusia. “

Aku berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang harus aku lakukan jika aku menemui zaman seperti itu?”

Beliau bersabda, ”Dengarlah dan ta’at kepada pemimpinmu, walaupun mereka menyiksa punggungmu dan mengambil hartamu. Tetaplah mendengar dan ta’at kepada mereka.” (HR. Muslim no. 1847. Lihat penjelasan hadits ini dalam Muroqotul Mafatih Syarh Misykah Al Mashobih, 15/343, Maktabah Syamilah)

Padahal menyiksa punggung dan mengambil harta tanpa ada sebab yang dibenarkan oleh syari’at –tanpa ragu lagi- termasuk maksiat. Seseorang tidak boleh mengatakan kepada pemimpinnya tersebut, “Saya tidak akan ta’at kepadamu sampai engkau menaati Rabbmu.” Perkataan semacam ini adalah suatu yang terlarang. Bahkan seseorang wajib menaati mereka (pemimpin) walaupun mereka durhaka kepada Rabbnya.

Adapun jika mereka memerintahkan kita untuk bermaksiat kepada Allah, maka kita dilarang untuk mendengar dan mentaati mereka. Karena Rabb pemimpin kita dan Rabb kita (rakyat) adalah satu yaitu Allah Ta’ala oleh karena itu wajib ta’at kepada-Nya. Apabila mereka memerintahkan kepada maksiat maka tidak ada kewajiban mendengar dan ta’at.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ طَاعَةَ فِى مَعْصِيَةٍ ، إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِى الْمَعْرُوفِ

“Tidak ada kewajiban ta’at dalam rangka bermaksiat (kepada Allah). Ketaatan hanyalah dalam perkara yang ma’ruf (bukan maksiat).” (HR. Bukhari no. 7257)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ ، فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ ، مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ ، فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ

“Seorang muslim wajib mendengar dan taat dalam perkara yang dia sukai atau benci selama tidak diperintahkan untuk bermaksiat. Apabila diperintahkan untuk bermaksiat, maka tidak ada kewajiban mendengar dan taat.” (HR. Bukhari no. 7144)

(Pembahasan ini kami sarikan dari penjelasan Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin dalam Syarh Arba’in An NAwawiyah, hal. 279, Daruts Tsaroya)

Bersabarlah terhadap Pemimpin yang Zholim

Ibnu Abil ‘Izz mengatakan, 

“Hukum mentaati pemimpin adalah wajib, walaupun mereka berbuat zholim (kepada kita). Jika kita keluar dari mentaati mereka maka akan timbul kerusakan yang lebih besar dari kezholiman yang mereka perbuat. Bahkan bersabar terhadap kezholiman mereka dapat melebur dosa-dosa dan akan melipat gandakan pahala. Allah Ta’ala tidak menjadikan mereka berbuat zholim selain disebabkan karena kerusakan yang ada pada diri kita juga. Ingatlah, yang namanya balasan sesuai dengan amal perbuatan yang dilakukan (al jaza’ min jinsil ‘amal). Oleh karena itu, hendaklah kita bersungguh-sungguh dalam istigfar dan taubat serta berusaha mengoreksi amalan kita.

Perhatikanlah firman Allah Ta’ala berikut,

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syura [42] : 30)

أَوَلَمَّا أَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُمْ مِثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّى هَذَا قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ

“Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: “Dari mana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri”.” (QS. Ali Imran [3] : 165)

مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ

“Apa saja ni’mat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. An Nisa’ [4] : 79)

Allah Ta’ala juga berfirman,

وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi teman bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.” (QS. Al An’am [6] : 129)

Apabila rakyat menginginkan terbebas dari kezholiman seorang pemimpin, maka hendaklah mereka meninggalkan kezholiman.

(Inilah nasehat yang sangat bagus dari seorang ulama Robbani. Lihat Syarh Aqidah Ath Thohawiyah, hal. 381, Darul ‘Aqidah)

Ingatlah: Semakin Baik Rakyat, Semakin Baik Pula Pemimpinnya
Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah mengatakan,

“Sesungguhnya di antara hikmah Allah Ta’ala dalam keputusan-Nya memilih para raja, pemimpin dan pelindung umat manusia adalah sama dengan amalan rakyatnya bahkan perbuatan rakyat seakan-akan adalah cerminan dari pemimpin dan penguasa mereka. Jika rakyat lurus, maka akan lurus juga penguasa mereka. Jika rakyat adil, maka akan adil pula penguasa mereka. Namun, jika rakyat berbuat zholim, maka penguasa mereka akan ikut berbuat zholim. Jika tampak tindak penipuan di tengah-tengah rakyat, maka demikian pula hal ini akan terjadi pada pemimpin mereka. Jika rakyat menolak hak-hak Allah dan enggan memenuhinya, maka para pemimpin juga enggan melaksanakan hak-hak rakyat dan enggan menerapkannya. Jika dalam muamalah rakyat mengambil sesuatu dari orang-orang lemah, maka pemimpin mereka akan mengambil hak yang bukan haknya dari rakyatnya serta akan membebani mereka dengan tugas yang berat. Setiap yang rakyat ambil dari orang-orang lemah maka akan diambil pula oleh pemimpin mereka dari mereka dengan paksaan.

Dengan demikian setiap amal perbuatan rakyat akan tercermin pada amalan penguasa mereka. Berdasarkah hikmah Allah, seorang pemimpin yang jahat dan keji hanyalah diangkat sebagaimana keadaan rakyatnya. Ketika masa-masa awal Islam merupakan masa terbaik, maka demikian pula pemimpin pada saat itu. Ketika rakyat mulai rusak, maka pemimpin mereka juga akan ikut rusak. Dengan demikian berdasarkan hikmah Allah, apabila pada zaman kita ini dipimpin oleh pemimpin seperti Mu’awiyah, Umar bin Abdul Azis, apalagi dipimpin oleh Abu Bakar dan Umar, maka tentu pemimpin kita itu sesuai dengan keadaan kita. Begitu pula pemimpin orang-orang sebelum kita tersebut akan sesuai dengan kondisi rakyat pada saat itu. Masing-masing dari kedua hal tersebut merupakan konsekuensi dan tuntunan hikmah Allah Ta’ala.” (Lihat Miftah Daaris Sa’adah, 2/177-178)

Pada masa pemerintahan ‘Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu ada seseorang yang bertanya kepada beliau, “Kenapa pada zaman kamu ini banyak terjadi pertengkaran dan fitnah (musibah), sedangkan pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak?

Ali menjawab,

“Karena pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjadi rakyatnya adalah aku dan sahabat lainnya. Sedangkan pada zamanku yang menjadi rakyatnya adalah kalian.”

Oleh karena itu, untuk mengubah keadaan kaum muslimin menjadi lebih baik, maka hendaklah setiap orang mengoreksi dan mengubah dirinya sendiri, bukan mengubah penguasa yang ada. Hendaklah setiap orang mengubah dirinya yaitu dengan mengubah aqidah, ibadah, akhlaq dan muamalahnya. Perhatikanlah firman Allah Ta’ala,

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar Ra’du [13] : 11) (Dinukil dari buku Ustadz Yazid bin Abdil Qodir Jawas, Nasehat Perpisahan, hadits Al ‘Irbadh)

Menegakkan Negara Islam
Ada seorang da’i saat ini berkata,

أَقِيْمُوْا دَوْلَةَ الإِسْلاَمِ فِي قُلُوْبِكُمْ، تَقُمْ لَكُمْ عَلَى أَرْضِكُمْ

“Tegakkanlah Negara Islam di dalam hati kalian, niscaya negara Islam akan tegak di bumi kalian.”

Bukanlah jalan melepaskan diri dari kezoliman penguasa adalah dengan mengangkat senjata melalui kudeta yang termasuk bid’ah pada saat ini. Pemberontakan semacam ini telah menyelisihi nash-nash yang memerintahkan untuk merubah diri sendiri terlebuh dahulu dan membangun bangunan dari pondasi (dasar). Allah Ta’ala berfirman,

وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ

“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al Hajj [22] : 40)

Jalan keluar dari kezholiman penguasa –di mana kulit mereka sama dengan kita dan berbicara dengan bahasa kita- adalah dengan :

1. Bertaubat kepada Allah Ta’ala

2. Memperbaiki aqidah

3. Mendidik diri dan keluarga dengan ajaran Islam yang benar

(At Ta’liqot Al Atsariyah ‘alal Aqidah Ath Thohawiyah li Aimmati Da’wah Salafiyah, 1/42, Maktabah Syamilah)

Oleh karena itu, setiap da’i yang ingin mendakwahkan islam hendaklah memulai dakwahnya dengan dakwah tauhid. Inilah dakwah para Nabi dan dakwah pertama yang Nabi perintahkan kepada da’i dari kalangan sahabat untuk menyampaikannya kepada umat. Para sahabat tidaklah diperintahkan untuk menegakkan khilafah islamiyah terlebih dahulu atau menguasai pemerintahan melalui politik. Namun, dakwah yang beliau perintah untuk disampaikan pertama kali adalah dakwah tauhid.

Lihatlah nasehat beliau shallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau mengutusnya ke Yaman –negeri Ahli Kitab-,

إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ أَهْلِ كِتَابٍ ، فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ عِبَادَةُ اللَّهِ ، فَإِذَا عَرَفُوا اللَّهَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِى يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ

“Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum Ahli Kitab. Jadikanlah dakwah pertamamu kepada mereka adalah untuk beribadah kepada Allah (mentauhidkannya). Apabila mereka sudah mentauhidkan Allah, beritahukanlah mereka bahwa Allah mewajibkan shalat lima waktu sehari semalam kepada mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jauhilah Pertumpahan Darah 

Kita harus memperhatikan kewajiban mendengar dan taat kepada penguasa. Karena, bila kita tidak mentaati mereka, maka akan terjadi kekacauan, pertumpahan darah dan terjadi korban pada kaum muslimin. Ingatlah bahwa darah kaum muslimin itu lebih mulia daripada hancurnya dunia ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ

“Hancurnya dunia ini lebih ringan (dosanya) daripada terbunuhnya seorang muslim.” (HR. Tirmidzi)

Allah Ta’ala berfirman,

مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا

“Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain , atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.” (QS. Al Ma’idah [5] : 32)

Sekarang kita dapat menyaksikan orang-orang yang memberontak kepada penguasa. Mereka hanya mengajak kepada pertumpahan darah dan banyak di antara kaum muslimin yang tidak bersalah menjadi korban.

Yang wajib dan terbaik adalah mendengar dan mentaati mereka. Namun bukan berarti tidak ada amar ma’ruf nahi mungkar. Hal itu tetap ada tetapi harus dilakukan menurut kaedah yang telah ditetapkan oleh syari’at yang mulia ini.

Hendaklah Kita Mendoakan Pemimpin Kita
Sebagaimana dalam penjelasan yang telah lewat bahwa pemimpin adalah cerminan rakyatnya. Jika rakyat rusak, maka pemimpin juga akan demikian. Maka hendaklah kita selalu mendo’akan pemimpin kita dan bukanlah mencelanya. Karena do’a kebaikan kita kepada mereka merupakan sebab mereka menjadi baik sehingga kita juga akan ikut baik. Ingatlah pula bahwa do’a seseorang kepada saudaranya dalam keadaan saudaranya tidak mengetahuinya adalah salah satu do’a yang terkabulkan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لأَخِيهِ بِخَيْرٍ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ

“Do’a seorang muslim kepada saudaranya ketika saudaranya tidak mengetahuinya adalah do’a yang mustajab (terkabulkan). Di sisinya ada malaikat (yang memiliki tugas mengaminkan do’anya kepada saudarany, pen). Ketika dia berdo’a kebaikan kepada saudaranya, malaikat tersebut berkata : Amin, engkau akan mendapatkan yang sama dengannya.” (HR. Muslim no. 2733)

Sampai-sampai sebagian salaf mengatakan:

Seandainya aku mengetahui bahwa aku memiliki do’a yang mustajab, niscaya akan aku manfaatkan untuk mendo’akan pemimpin.

Masya Allah inilah akhlaq yang mulia. Selalu mentaati pemimpin selain dalam hal maksiat. Dengan inilah akan tercipta kemaslahatan di tengah-tengah kaum muslimin.

Semoga Allah selalu memperbaiki keadaan pemimpin kita. Amin Ya Robbal ‘Alamin.

“Ya Allah, berilah kemanfaatan kepada kami terhadap apa yang kami ajarkan dan ajarkanlah pada kami ilmu yang bermanfaat serta tambahkanlah ilmu pada kami.”

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Allahumman fa’ana bimaa ‘allamtana, wa ‘alimna maa yanfa’una wa zidnaa ‘ilmaa. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Pen, artinya kata2 dari penerjemah. 
Tulisan lawas, diedit ulang di Madinah Nabawiyah, Jum’at-13 Rabi’ul Awwal 1434 H
Lulusan S-1 Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan S-2 Polymer Engineering (Chemical Engineering) King Saud University, Riyadh, Saudi Arabia. Guru dan Masyaikh yang pernah diambil ilmunya: Syaikh Shalih Al-Fauzan, Syaikh Sa'ad Asy-Syatsri dan Syaikh Shalih Al-'Ushaimi. Sekarang menjadi Pimpinan Pesantren Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul.
Taat pada Pemimpin yang Zalim | Rumaysho.Com
https://rumaysho.com/3111-taat-pada-pemimpin-yang-zalim.html
roketkini.com
Propaganda PAS akan gagal sepertimana UMNO – Kit Siang
Pada oleh 
Presiden PAS, Datuk Seri Abdul Hadi Awang memalukan politik Islam apabila gagal menyahut cabaran saya untuk membuktikan tuduhannya bahawa DAP mendiskriminasi negeri-negeri di Pantai Timur dengan menentang pembangunan setara di Terengganu dan Kelantan dalam tempoh 48 jam.

Saya diingatkan mengenai kongres tahunan ABIM ke-47 di Universiti Sains Islam Malaysia di Nilai yang bertemakan “Visi Islam dalam aspirasi Malaysia Baharu” dan ucaptama oleh Profesor Datuk Dr. Siddiq Fadzil mengenai “Malaysia Baharu & Kesinambuangan Reformasi Islahiy”, di mana Dr. Siddiq menegaskan bahawa prasyarat untuk membina sebuah Malaysia Baru adalah dengan melaksanakan “transformasi budaya dan manusia”.

Beliau bercakap mengenai “nilai malu” yang digambarkannya sebagai “nilai teras pengajaran Islam”.

Beliau berkata:

“Sifat malu adalah kekuatan moral yang dapat mengawal seseorang daripada melakukan perbuatan keji.  Sifat malu juga adalah ciri orang bermaruah. Justeru, orang bermaruah malu berperilaku tidak bermoral, malu melakukan korupsi, malu menganggotai organisasi korup, malu di perintah kerajaan korup, malu dipimpin ketua korup, malu ditipu dan diperbodoh, malu menjadi bangsa yang ketinggalan, malu negaranya desebut ‘kleptocracy at its worst’.”

Dr. Siddique bercakap tentang “defisit moral” dan kematian idealisme dalam politik, yang menimbulkan banyak masalah politik moden termasuk politik pembohongan, kepalsuan dan berita palsu.

Pelaku politik pembohongan, kepalsuan dan berita palsu paling besar hari ini tidak lain dan tidak bukan adalah Presiden Amerika Syarikat Donald Trump. Dr. Siddique merujuk laporan Washington Post yang mendedahkan bahawa Trump membuat 2,140 tuduhan palsu atau mengelirukan pada tahun pertama pentadbiran – purata hampir 5.9 setiap hari.

Dr Siddique membuat kesimpulan: “Kebenaran harus diselamatkan segera sebelum terkubur dalam politik bohong. Untuk itu Malaysia Baharu harus mengamalkan politik moral yang komited terhadap misi pendaulatan nilai kebenaran dan kejujuran.”

Presiden PAS, Datuk Seri Abdul Hadi Awang memalukan politik Islam apabila gagal menyahut cabaran saya untuk membuktikan tuduhannya bahawa DAP mendiskriminasi negeri-negeri di Pantai Timur dengan menentang pembangunan setara di Terengganu dan Kelantan dalam tempoh 48 jam.

Saya diingatkan mengenai kongres tahunan ABIM ke-47 di Universiti Sains Islam Malaysia di Nilai yang bertemakan “Visi Islam dalam aspirasi Malaysia Baharu” dan ucaptama oleh Profesor Datuk Dr. Siddiq Fadzil mengenai “Malaysia Baharu & Kesinambuangan Reformasi Islahiy”, di mana Dr. Siddiq menegaskan bahawa prasyarat untuk membina sebuah Malaysia Baru adalah dengan melaksanakan “transformasi budaya dan manusia”.

Beliau bercakap mengenai “nilai malu” yang digambarkannya sebagai “nilai teras pengajaran Islam”.

Beliau berkata:

“Sifat malu adalah kekuatan moral yang dapat mengawal seseorang daripada melakukan perbuatan keji.  Sifat malu juga adalah ciri orang bermaruah. Justeru, orang bermaruah malu berperilaku tidak bermoral, malu melakukan korupsi, malu menganggotai organisasi korup, malu di perintah kerajaan korup, malu dipimpin ketua korup, malu ditipu dan diperbodoh, malu menjadi bangsa yang ketinggalan, malu negaranya desebut ‘kleptocracy at its worst’.”

Dr. Siddique bercakap tentang “defisit moral” dan kematian idealisme dalam politik, yang menimbulkan banyak masalah politik moden termasuk politik pembohongan, kepalsuan dan berita palsu.

Pelaku politik pembohongan, kepalsuan dan berita palsu paling besar hari ini tidak lain dan tidak bukan adalah Presiden Amerika Syarikat Donald Trump. Dr. Siddique merujuk laporan Washington Post yang mendedahkan bahawa Trump membuat 2,140 tuduhan palsu atau mengelirukan pada tahun pertama pentadbiran – purata hampir 5.9 setiap hari.

Dr Siddique membuat kesimpulan: “Kebenaran harus diselamatkan segera sebelum terkubur dalam politik bohong. Untuk itu Malaysia Baharu harus mengamalkan politik moral yang komited terhadap misi pendaulatan nilai kebenaran dan kejujuran.”
Ahli Parlimen Iskandar Puteri, Lim Kit Siang bergambar bersama hadirin 
di Kongres Tahunan ABIM ke-47 di Universiti Sains Islam Malaysia, Nilai.
Ucapan Dr. Siddique menyentuh perasaan saya, kerana selama beberapa dekad, saya telah menjadi momokan dan berita palsu, pada akhir kempen yang telah lama dirancang untuk mengambarkan saya sebagai setan, puaka, bahkan jembalang; bahawa saya anti-Melayu, anti-Islam; pencetus rusuhan 13 Mei 1969; komunis; tali barut asing; ejen kuasa asing termasuk CIA, KGB, MI5, Perisikan Rahsia Australia; menerima RM1 bilion daripada Mahathir, RM100 juta daripada hartawan Robert Kuok dan lebih RM1.2 bilion daripada sumber Israel untuk membiayai Pilihan Raya Umum Ke-13; diberi RM40 juta untuk sebuah portal berita; menawarkan Presiden PAS Hadi Awang RM100 juta untuk menentang Sultan Selangor; bahawa saya menguasai dan mengerakkan Pakatan Harapan; menjadikan pemimpin lain seperti Tun Mahathir Mohamad, Datuk Seri Anwar Ibrahim, Datuk Seri Wan Azizah, Tan Sri Muhyiddin Yassin, Datuk Seri Azmin Ali, Mohamad Sabu dan Husam Musa sebagai tali barut dan boneka; mahu menjadi Perdana Menteri apabila Pakatan Harapan menang Pilihan Raya Umum Ke-14; mahu membubarkan Regimen Melayu dan memusnahkan hubungan Malaysia-China, dan pelbagai lagi berita palsu, maklumat palsu dan pembohongan.

Ada juga yang mendakwa pada 3 Disember 2016, saya mengadakan pertemuan rahsia dengan Tun Mahathir dan membuat perjanjian bahawa selepas Pilihan Raya Umum Ke-14, Mukhriz Mahathir akan menjadi Perdana Menteri dan saya Timbalan Perdana Menteri.

Hakikatnya, tidak ada sebarang pertemuan berlangsung antara saya dan Mahathir pada 3 Disember 2016 dan dalam pelbagai pertemuan antara saya dan Mahathir sebelum Pilihan Raya Umum ke-14, kami tidak pernah berbincang tentang calon Perdana Menteri atau Timbalan Perdana Menteri!

Sebahagian daripada pencetus pembohongan, kepalsuan dan berita palsu ini telah mereka cipta kisah baru bagi menyerang saya dan DAP, seperti kisah temberang yang tular baru-baru ini, yang menuduh saya kononnya  ada membuat cadangan supaya Semenanjung Malaysia dibahagikan kepada dua, Pantai Timur untuk orang Melayu dan Pantai Barat untuk orang Cina, selepas Pilihan Raya Umum Mei 1969 .

Bagaimanapun, “Jelajah Raya di Pantai Timur” yang saya sertai di Pahang, Terengganu dan Kelantan pada Julai tahun lepas telah membuktikan dan mengesahkan apa yang saya sering percaya – bahawa pembohongan dan kepalsuan yang menjadi teras kempen jahat UMNO terhadap saya dan pemimpin DAP, yang menggambarkan kami sebagai anti-Melayu dan anti-Islam, tidak mampu menarik minat majoriti orang Melayu dan Islam, kerana mereka berfikiran rasional dan tidak mudah diperbodohkan untuk mempercayai pembohongan, berita palsu dan maklumat palsu yang disebarkan oleh kilang propaganda dusta dan kepalsuan yang digerakkan UMNO.

Persoalannya ialah mengapa Presiden PAS, Datuk Seri Haji Awang, mahu menjadi Trump versi Malaysia dengan menuduh bahawa DAP mendiskriminasi negeri-negeri di Pantai Timur dengan menentang pembangunan setara bagi Terengganu dan Kelantan?

Saya yakin, sama seperti kegagalan dakyah pembohongan, kepalsuan dan berita palsu yang dilakukan UMNO terhadap DAP dengan tuduhan anti-Melayu dan anti-Islam, begitu juga pembohongan, kepalsuan dan berita palsu yang dilemparkan oleh Hadi terhadap DAP dengan tuduhan anti-Melayu dan anti-Islam akan turut menemui nasib yang serupa.

Pemimpin UMNO dan PAS nampaknya tidak menyedari bahawa kita kini berada di era maklumat, era di mana maklumat bergerak pantas dan mereka memperjuangkan sesuatu yang boleh disifatkan sebagai sia-sia apabila menganggap bahawa orang Melayu begitu mudah terpedaya dan seterusnya menjadi mangsa pembohongan, kepalsuan dan berita palsu yang dilemparkan oleh propagandis UMNO dan PAS.

Najib dan Hadi harus berhenti bermimpi dan menyedari bahawa orang Melayu hidup dalam dekad kedua abad ke-21, dan bukan pada dekad pertama abad ke lima belas! – Roketkini.com

*Kenyataan Media oleh Ahli Parlimen Iskandar Puteri Lim Kit Siang pada Isnin 22 Oktober 2018 di Gelang Patah.

Tags :
ARTIKEL SEBELUM

Propaganda PAS akan gagal sepertimana UMNO – Kit Siang | roketkini.com
https://www.roketkini.com/2018/10/22/propaganda-pas-akan-gagal-sepertimana-umno-kit-siang/
Foto Rin Du.
Bagaimana Menangani Pemimpin Yang Zalim Menurut al-Quran dan Hadis?BY  · MAY 16, 2012

Kembalilah kepada al Qur’an dan al Hadith jika terdapat perbezaaan pendapat,

“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah (al-Quran) dan rasul-Nya (sunnah), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” [an Nisa:59] 

Dalil al Quran mengenai pemimpin yang zalim

Dalil 1

Kaedah al Qur’an menangani pemimpin yang zalim, didahului dengan ayat yang menceritakan bagaimana sezalim-zalim pemimpin, iaitu Fir’aun diturunkan kepada Bani Israil akibat daripada maksiat yang dilakukan oleh orang-orang Bani Israil itu sendiri.

“Dan demikianlah Kami menempatkan orang zalim sebagai wali kepada orang zalim sepertinya, sebagai hasil kerja-kerja yang mereka lakukan.” [Surah al An`am: 129]

Tafsiran ayat ini adalah,

Apabila rakyat mahu membebaskan diri daripada kezaliman pemerintah mereka maka mereka (rakyat) sendiri hendaklah meninggalkan kezaliman yang sedang mereka lakukan”. [Syarh al `Aqidati at Tohawiyah, juz 2, hal. 542]

Dalil 2

Kaedah dakwah yang lemah lembut dan bebas daripada caci-mencaci telah diterangkan oleh Allah untuk Nabi Musa dan Nabi Harun ketika mereka mahu berdakwah kepada Fir’aun (sezalim-zalim pemimpin sehingga mengaku dirinya Tuhan).

“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia ingat atau takut.” [Toha:44]

Dalam buku tarikh dikisahkan bahwa ada seorang wa’izh ( pemberi nasihat ) datang kepada khalifah Harun al rasyid. Orang itu berkata dengan cara yang sangat kasar. Maka sang khalifah berkata : “Ingatlah bahwa aku tidak lebih buruk daripada Fir’aun dan engkau tidak lebih baik daripada Musa as, sedangkan Allah telah memerintahkan Nabi Musa untuk berkata kepada Fir’aun dengan cara yang lemah lembut”. Kemudian Harun Al Rasyid membaca surah Taha ayat 44 tersebut.

Dalil 3

Allah menyuruh kita,

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. [Fushshilat :33-34]

Tolak amal kejahatan dengan sikap yang lebih baik, seperti (menolak) kemarahan dan kejahilan dengan kesabaran, dan membalas dendam dengan memaafkan. Dengan hal itu, mereka yang yang bermusuhan itu akan menjadi seperti kawan baik jika kamu bertindak seperti (cara yang lebih baik) itu. [Tafsir Al Jalalain]

Dalil 4

Kaedah berhikmah dan pelajaran yang baik,

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” [an-Nahl : 125] 

Dalil 5

Kaedah agar jangan berkasar dan keras hati,

“Dan kalaulah engkau bersikap kasar lagi keras hati, tentulah mereka lari dari kelilingmu..” [ali Imran:159]

Dalil al Hadith kaedah menasihati pemimpin Islam yang zalim

Dalil 1

Rasulullah ﷺ bersabda,

“Sesiapa yang ingin menasihati pemimpin, maka janganlah melakukannya dengan terang-terang (di khalayak ramai di hadapan umum) dan hendaklah dia mengambil tangannya (bersemuka empat mata sahaja). Jika pemimpin mahu mendengar maka itulah yang diinginkan dan jika tidak mahu maka dia telah menunaikan kewajipannya.” [Bukhari]

Dalil 2

Rasulullah ﷺ bersabda,

“Akan berlaku selepas peninggalanku nanti para pemimpin yang tidak mengikut petunjukku, tidak mengikut sunnahku dengan panduan sunnahku. Akan muncul pula di kalangan kamu orang-orang yang hatinya adalah hati syaitan (manusia berhati syaitan). Aku (Huzaifah) bertanya: Apakah harus aku lakukan jika aku menemuinya? Baginda bersabda: Hendaklah kamu mendengar dan taat kepada pemimpin walaupun dia memukul punggungmu dan merampas harta-bendamu.” [HR al Bukhari dan Muslim]

Dalil 3

“Dari Wail r.a. berkata: Kami bertanya: Wahai Rasulullah ﷺ! Bagaimana pendapatmu jika kami mempunyai pemimpin yang menahan hak kami dan mereka meminta hak mereka daripada kami? Baginda menjawab: (Sewajarnya kamu) sentiasa mendengar dan mentaati mereka kerana hanyalah atas mereka apa yang mereka kerjakan dan atas kamu apa yang kamu kerjakan.” [HR Muslim]

Dalil 4

“Daripada Abdullah bin Mas’ud r.a. berkata, Rasulullah ﷺ bersabda: Sesungguhnya akan berlaku selepas peninggalanku sikap pemerintah yang merampas harta kamu dan berbagai-bagai perkara yang kamu ingkari. Para sahabat bertanya: Apakah yang engkau perintahkan pada kami wahai Rasulullah!? Baginda bersabda: Tunaikanlah kewajipan kamu dan berdoalah kepada Allah untuk mendapatkan hakmu.” [HR al Bukhari dan Muslim]

Dalil 5

“Dengarlah dan taatilah penguasa di waktu susah dan senang, di waktu lapang dan sempit, walaupun mereka mementingkan diri sendiri dan memakan hartamu serta memukul punggungmu, kecuali apabila memerintahkan untuk berbuat maksiat.” [HR Ibn Hibban, sanadnya hasan]

Dalil 6

“Tidak akan mampu memperbaiki keadaan manusia kecuali penguasa, sama ada penguasa yang baik atau yang jahat. Orang-orang bertanya kepadanya: Wahai Amirul Mukminin! Jika penguasa itu baik, ini wajar ditaati, tetapi bagaimana dengan penguasa yang jahat? Ali berkata: Sesungguhnya Allah menjaga keamanan suatu daerah melalui perantara penguasa walaupun dia jahat.” [Diriwayatkan oleh al Baihaqi dengan sanad yang sahih]

Dalil 7

Kata-kata Khalifah ar Rasyidin ini disokong oleh sabda Nabi ﷺ yang berbunyi:

“Sesungguhnya Allah akan mengukuhkan agama ini (Islam) dengan orang yang jahat.” [HR al Bukhari]

Rasulullah ﷺ sudah pun mengetahui bahawa selepas kewafatan baginda ﷺ, umat Islam akan dipimpin oleh orang-orang yang tidak mengikut ajaran Islam yang sebenar. Bagaimana kita menghadapinya sudah pun diajarkan caranya oleh baginda dalam banyak hadith-hadith sahih, iaitu dengan membaiki keadaan ummat itu secara keseluruhannya. Daripada rakyat biasa, pertengahan dan peringat atasan.

Dalil 8

Dari Abu Musa r.a. ia berkata:

“Rasulullah ﷺ setiap kali mengutus seorang dari sahabatnya untuk suatu urusan, beliau bersabda, “Berilah khabar gembira dan jangan membuat orang lari, permudah dan jangan mempersulit”.[Muslim]

Dalil kaedah para Sahabat menangani pemimpin Islam yang zalim

Kaedah para sahabat menangani permasalahan pemimpin yang zalim dan pembunuh sahabat, iaitu Hajjaj bin Yusuf.

Dalam Shahih Bukhari no. 1660, 1662 dan 1663 disebutkan bahwa sahabat ‘Abdullah bin Umar radhiyallahuannhu pernah salat dengan bermakmum kepada al Hajjaj bin Yusuf ats Tsaqafi. Padahal al Hajjaj adalah seorang yang fasik dan bengis, sementara Abdullah bin Umar radhiyallahuannhu adalah seorang sahabat yang sangat berhati–hati dalam menjaga dan mengikuti sunnah Nabi ﷺ 

Al Hajjaj adalah seorang amir yang zalim, dia menjadi amir di Irak selama 20 tahun dan dialah yang membunuh Abdullah bin Zubair bin ‘Awam di Makkah. Hajjaj mati tahun 95 H (Taqribut Tahdzib no. 1144 dan Tahdzibut Tahdzib II/184-186 oleh al Hafizh Ibnu Hajar al Asqalany)

Demikian juga yang dilakukan oleh sahabat Anas bin Malik radhiyallahuannhu yang juga bermakmum kepada al Hajjaj bin Yusuf.

Dari as-Sahmi berkata: Aku mendatangi Abu Ummah, lantas dia berkata: “Janganlah kamu menghina al-Hajjaj, kerana dia adalah penguasamu dan bukan penguasaku.” (Perkataan beliau: Dia bukan penguasaku, kerana Abu Ummah tinggal di Syam sedangkan al-Hajjaj Gabenor di wilayah Iraq.)  [HR Bukhari]

Dari Ziyad bin Kusaib al-Adawi dia berkata: Aku pernah berada di bawah mimbar Ibnu Amir bersama Abi Bakrah, ketika itu dia berkhutbah dengan mengenakan pakaian yang sangat tipis, dengan sepontan Abu Bilal berkata: Lihatlah penguasa kita memakai pakaian orang fasik. Maka Abu Bakrah berkata: Diamlah engkau! Saya telah mendengar Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam bersabda: Barangsiapa menghina penguasa Allah di bumi, nescaya Allah akan menghinakannya”. [HR Tirmidzi]

Para-para sahabat ra yang mulia ini cuba menghalang wujudnya fitnah sesama ummat Islam lebih daripada kepentingan diri mereka sendiri, di samping menegur dengan berhemah terhadap pemimpin yang zalim dan bersabar menanggung ujian tersebut.

Demikian juga yang dilakukan oleh sahabat Anas bin Malik radhiyallahuannhu yang juga bermakmum kepada al Hajjaj bin Yusuf.

Dari as-Sahmi berkata: Aku mendatangi Abu Ummah, lantas dia berkata: “Janganlah kamu menghina al-Hajjaj, kerana dia adalah penguasamu dan bukan penguasaku.” (Perkataan beliau: Dia bukan penguasaku, kerana Abu Ummah tinggal di Syam sedangkan al-Hajjaj Gabenor di wilayah Iraq.) [HR Bukhari]

Dari Ziyad bin Kusaib al-Adawi dia berkata: Aku pernah berada di bawah mimbar Ibnu Amir bersama Abi Bakrah, ketika itu dia berkhutbah dengan mengenakan pakaian yang sangat tipis, dengan sepontan Abu Bilal berkata: Lihatlah penguasa kita memakai pakaian orang fasik. Maka Abu Bakrah berkata: Diamlah engkau! Saya telah mendengar Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam bersabda: Barangsiapa menghina penguasa Allah di bumi, nescaya Allah akan menghinakannya” [HR Tirmidzi]

Para-para sahabat ra yang mulia ini cuba menghalang wujudnya fitnah sesama ummat Islam lebih daripada kepentingan diri mereka sendiri, di samping menegur dengan berhemah terhadap pemimpin yang zalim dan bersabar menanggung ujian tersebut.

Bagaimana Menangani Pemimpin Yang Zalim Menurut al-Quran dan Hadis? | Khairy Tajudin
http://khairytajudin.com/bagaimana-menangani-pemimpin-yang-zalim-menurut-al-quran-dan-hadis/
Foto Rin Du.
Ancaman Nabi ﷺ terhadap Pemimpin Zalim dan Para Pendukungnya 
Rabu, 13 April 2016 21:30
Foto: Ilustrasi kezaliman
KIBLAT.NET – Mengatur kemaslahatan umat merupakan tanggung jawab terbesar seorang pemimpin. Kemakmuran atau kesengsaraan suatu masyarakat sangat tergantung pada peran yang ia mainkan. Ketika seorang pemimpin berlaku adil sesuai dengan petunjuk Syariat Islam maka masyarakat pun akan sejahtera. Demikian sebaliknya, ketika pemimpin tersebut berlaku zalim dan tidak jujur dalam menjalankan amanahnya maka rakyat pun akan berujung pada kesengsaraan.

Oleh karena itu, pada hari kiamat kelak, pemimpin yang adil akan dijanjikan dengan berbagai macam keutamaan oleh Allah ta’ala. Sementara pemimpin zalim dan tidak jujur dalam menjalankan amanahnya akan diancam dengan berbagai macam ancaman. Di antara bentuk ancaman tersebut adalah sebagai berikut:

Menjadi Manusia yang Paling Dibenci oleh Allah Ta’ala

Dari Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ عَادِلٌ وَأَبْغَضَ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ وَأَبْعَدَهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ جَائِرٌ

“Sesungguhnya manusia yang paling dicintai oleh Allah pada hari kiamat dan paling dekat kedudukannya di sisi Allah adalah seorang pemimpin yang adil. Sedangkan orang yang paling dibenci oleh Allah dan paling jauh kedudukannya dari Allah adalah seorang pemimpin yang zalim.” (HR. Tirmidzi)

Allah Menelantarkannya pada Hari Kiamat dan Tidak Mengampuni Dosa-Dosanya

Sebuah riwayat dari Abu Hurairah radiyallahu anhu menyebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ثَلاَثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يُزَكِّيهِمْ وَلاَ يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ شَيْخٌ زَانٍ وَمَلِكٌ كَذَّابٌ وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ

“Tiga orang yang Allah enggan berbicara dengan mereka pada hari kiamat kelak. (Dia) tidak sudi memandang muka mereka, (Dia) tidak akan membersihkan mereka daripada dosa (dan noda). Dan bagi mereka disiapkan siksa yang sangat pedih. (Mereka ialah ): Orang tua yang berzina, Penguasa yang suka berdusta dan fakir miskin yang takabur.” (HR. Muslim) 

Akan Dimasukkan ke Dalam Neraka serta Diharamkan Syurga Baginya 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَيُّمَا رَاعٍ غَشَّ رَعِيَّتَهُ فَهُوَ فِي النَّارِ

“Siapapun pemimpin yang menipu rakyatnya, maka tempatnya di neraka.” (HR. Ahmad)

Dalam riwayat lain, Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنِ اسْتَرْعَاهُ اللهُ رَعِيَّةً ثُمَّ لَمْ يُحِطْهَا بِنُصْحٍ إِلَّا حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الجَنَّةَ. متفق عليه. وفي لفظ : يَمُوتُ حِينَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاسِ لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ

“Barangsiapa yang diangkat oleh Allah untuk memimpin rakyatnya, kemudian ia tidak mencurahkan kesetiaannya, maka Allah haramkan baginya surge.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam lafadh yang lain disebutkan, ”Ialu ia mati dimana ketika matinya itu dalam keadaan menipu rakyatnya, maka Allah haramkan surga baginya.”

Tentunya masih banyak riwayat lain yang menyebutkan tentang ancaman Allah ta’ala terhadap para pemimpin yang menzalimi rakyatnya. Bentuk ancamannya pun tidak ada yang ringan, hampir seluruhnya mengingatkan akan besarnya dosa seorang pemimpin ketika dia berbuat zalim kepada rakyatnya. Apalagi ketika ia rela berbohong di hadapan rakyat demi mempertahankan jabatannya.

Jauh sebelum empat belas abad yang lalu, Rasulullah ﷺ telah mengingatkan umatnya akan adanya para pemimpin yang berbuat zalim dan berbohong di hadapan rakyat. Kita sebagai umatnya, tidak hanya diperintahkan untuk bersabar menghadapi keadaan tersebut, namun lebih daripada itu, Rasulullah ﷺ juga mengingatkan untuk senantiasa berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran dan selalu menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

الدِّينُ النَّصِيحَةُ قُلْنَا لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ

“Agama itu adalah nasihat.” Kami berkata, “Untuk siapa?” Beliau bersabda, “Untuk Allah, kitabNya, RasulNya, Imam kaum muslimin, dan orang-orang kebanyakan.”(HR. Muslim)

Nasihat secara diam-diam merupakan pilihan awal dalam melawan kemungkaran. Namun ia bukanlah satu-satunya cara untuk meluruskan kesalahan penguasa. Ketika nasihat dengan cara tersebut sudah tidak diindahkan, maka Rasulullah ﷺ pun memberikan motivasi lain kepada umatnya untuk merubah kemungkaran penguasa. Motivasi tersebut ialah pahala jihad yang dijanjikan kepada umatnya yang menyampaikan kebenaran di hadapan penguasa zalim.

Dari Abu Said Al-Khudri Radhiallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ أَوْ أَمِيرٍ جَائِرٍ

“Jihad yang paling utama adalah mengutarakan perkataan yang adil di depan penguasa atau pemimpin yang zhalim.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Lalu ketika usaha tersebut tidak dihiraukan lagi dan pemimpin tersebut tetap pada prinsipnya yang menzalimi rakyat, maka Rasulullah ﷺ mengingatkan umatnya untuk menjauhi pemimpin tersebut serta jangan sampai mendekatinya, apalagi membenarkan tindakan zalim yang mereka lakukan. Sebab, ketika seseorang tetap mendekati pemimpin zalim tersebut dan membenarkan apa yang dilakukannya maka ia akan terancam keluar dari lingkaran golongan umat Nabi ﷺ dan ia tidak akan mendatangi telaganya nanti di hari kiamat.

Dari Ka’ab bin Ujroh radhiyallahu ‘anhu ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar mendekati kami, lalu bersabda:

إِنَّهُ سَيَكُونُ عَلَيْكُمْ بَعْدِي أُمَرَاءٌ فَمَنْ دَخَلَ عَلَيْهِمْ فَصَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهمْ ، فَلَيْسُ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ ، وَلَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَيَّ حَوْضِي ، وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهمْ وَلَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ ، فَهُوَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ وَسَيَرِدُ عَلَيَّ الْحَوْضَ

“Akan ada setelahku nanti para pemimpin yang berdusta. Barangsiapa masuk pada mereka lalu membenarkan (menyetujui) kebohongan mereka dan mendukung kedhaliman mereka maka dia bukan dari golonganku dan aku bukan dari golongannya, dan dia tidak bisa mendatangi telagaku (di hari kiamat). Dan barangsiapa yang tidak masuk pada mereka (penguasa dusta) itu, dan tidak membenarkan kebohongan mereka, dan (juga) tidak mendukung kedhaliman mereka, maka dia adalah bagian dari golonganku, dan aku dari golongannya, dan ia akan mendatangi telagaku (di hari kiamat).” (HR. Ahmad dan An-Nasa’i)

Demikianlah beberapa petunjuk Nabi ﷺ tentang ancaman terhadap pemimpin zalim serta bagaimana seharusnya kita menyikapi kezaliman tersebut. kebenaran harus tetap dipegang, sedangkan kesalahan harus senantiasa diluruskan. Nasihat tetap diutamakan, namun amal ma’ruf nahi mungkar tidak boleh dilupakan.

Wallahu ‘alam bis shawab!
Penulis: Fahrudin
Ancaman Nabi SAW terhadap Pemimpin Zalim dan Para Pendukungnya - Kiblat
https://www.kiblat.net/2016/04/13/ancaman-nabi-saw-terhadap-pemimpin-zalim-dan-para-pendukungnya/

BACA JUGA  Data Pengguna Facebook Rentan Disalahgunakan untuk Alat Propaganda
BACA JUGA  Merayakan 20 Tahun Malpraktek IMF di Indonesia



Israel Bujuk Yordania untuk Tak Batalkan Sebagian Kesepakatan Damai

Yordania Batalkan Sebagian dari Kesepakatan Damai dengan Israel

Warga Yordania Minta Perjanjian Damai dengan Israel Dibatalkan

Foto Bareng Miss Israel, Gelar Miss Lebanon Dicopot

Bentrok dengan Tentara Israel, 130 Warga Palestina Terluka

Rusia Kirim Versi S-300 yang Lebih Canggih ke Suriah

Tutup Konsulat di Yerusalem, Palestina Kutuk Keputusan AS


Soal Program Dana Kelurahan, Politikus PAN Sebut Istilah KGB

Segarkan Mi 8 Lite, Xiaomi Hadirkan Warna Baru dan RAM 8 GB

Ponsel Samsung Layar Lipat Segera Hadir, Tapi Hanya 500.000 Unit

Dikira Tidur di Halaman Masjid, Pria Ini Ternyata Sudah Meninggal

Ditemukan Tergeletak, Andika Diduga Jadi Korban Pengeroyokan

Akan Rebut Tanahnya dari Israel, Raja Yordania Tuai Pujian

Senin, 22 Oktober 2018 - 09:38 WIB
Akan Rebut Tanahnya dari Israel, Raja Yordania Tuai Pujian
Raja Yordania Abdullah II. Foto/REUTERS 
AMMAN - Raja Yordania Abdullah II akan merebut kembali dua wilayah negaranya yang disewakan kepada Israel di bawah perjanjian damai tahun 1994. Keputusan sang raja dipuji para aktivis dan analis politik.

Sebagai bagian dari perjanjian damai itu menyatakan bahwa Israel menyewa sekitar 405 hektare lahan pertanian milik Yordania yang bernama al-Ghumar dan al-Baqura.

Dua wilayah yang subur itu dibudidayakan oleh para petani Israel dengan konsep sewa lahan selama 25 tahun. Batas akhir untuk memperbarui sewa dua wilayah secara periodik itu adalah Kamis, 25 Oktober.

"Kami telah memberi tahu Israel untuk mengakhiri penerapan perjanjian damai mengenai al-Baqura dan al-Ghumar," kata Raja Abdullah II pada hari Minggu.

"Al-Baqura dan al-Ghumar selalu berada di atas prioritas saya. Keputusan kami adalah untuk mengakhiri lampiran perjanjian damai berdasarkan pada keinginan kami untuk mengambil semua yang diperlukan untuk pemerintah dan rakyat Yordania," lanjut dia.

"Al-Baqura dan al-Ghumar adalah tanah Yordania dan akan tetap menjadi milik Yordania," imbuh dia.

Setelah pengumuman Raja Abdullah II, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Israel akan bernegosiasi dengan Yordania untuk perpanjangan sewa, yang berakhir tahun depan.

"Kami akan melakukan negosiasi dengan (Yordania) untuk opsi perpanjangan dari perjanjian sewa guna usaha yang ada," katanya.

Tidak jelas bagaimana dan kapan dua wilayah itu akan dikembalikan kepada Yordania. Kedua wilayah tersebut telah berada di bawah kendali Israel sejak 1948.

Yordania hanyalah salah satu dari dua negara Arab yang menandatangani perjanjian damai dengan Israel. Negara lainnya adalah Mesir.

Para analis politik dan aktivis memuji keputusan Raja Yordania. Keputusan itu muncul seminggu setelah 85 anggota parlemen Yordania menandatangani petisi yang mendesak raja ikut campur guna mengakhiri sewa dua wilayah tersebut."Selama lebih dari setahun, kami telah menuntut penghapusan perjanjian ini yang tidak untuk kepentingan Yordania atau rakyat Yordania," kata Khalil Atiyeh, analis politik dan anggota parlemen Yordania, kepada Al Jazeera, Senin (22/10/2018).

Oraib al-Rantawi, seorang analis politik di Amman, mengatakan, "Raja melihat penolakan secara populer terhadap perjanjian ini dengan Israel, terutama dalam beberapa bulan terakhir di mana penurunan ekonomi di negara itu telah menyebabkan protes massa, dan dia dengan bijak memutuskan untuk menentangnya".

Ribuan warga Yordania yang marah telah turun ke jalan pada bulan Juni lalu untuk memprotes kenaikan harga, RUU reformasi pajak penghasilan dan korupsi. Protes itu juga dipicu masalah kemiskinan secara nasional dan tingkat pengangguran yang mencapai sekitar 20 persen.

Aktivis politik Hussam Abdallat memuji keputusan raja sebagai "salah satu yang akan membuatnya disayangi oleh publik".

Sufyan al-Tell, seorang mantan pejabat lingkungan PBB dan kritikus perjanjian damai Israel-Yordania, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pengumuman raja tepat waktu dan mencerminkan kehendak rakyat Yordania.

Sentimen publik di Yordania terhadap Israel kuat karena pendudukan terus-menerus wilayah Palestina dan perlakuannya terhadap rakyat Palestina.

(mas)
https://international.sindonews.com/read/1348110/43/akan-rebut-tanahnya-dari-israel-raja-yordania-tuai-pujian-1540175914
Akan Rebut Tanahnya dari Israel, Raja Yordania Tuai...

Blogger Home. HTML NOTE FOR SHARE:
s3v3n

s3v3n

s3v3n s3v3n copyright©

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ  , الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ , الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ,  مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ , إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ , اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُسْتَقِيمَ  , صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ , غَيْرِ المَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ.


السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه




Blogger Home. 

HTML NOTE FOR SHARE: 
<div style="text-align: center;">
<b>s3v3n</b></div>
<div style="text-align: center;">
<embed height="200" src="http://flash-clocks.com/free-flash-clocks-blog-topics/free-flash-clock-190.swf" type="application/x-shockwave-flash" width="200" wmode="transparent"></embed><br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>s3v3n</b></div>

<div style="text-align: center;">
<div class="homeFlashClockItem" style="border: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; margin: 23px auto 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline; width: 400px;">
<iframe frameborder="0" scrolling="no" src="http://www.clocklink.com/html5embed.php?clock=012&amp;timezone=PST&amp;color=black&amp;size=170" style="border-width: 0px; font-family: inherit; font-style: inherit; height: 170px; margin: 0px; outline: 0px; overflow: hidden; padding: 0px; vertical-align: baseline; width: 170px;"></iframe></div> 


<div style="text-align: center;">

<embed align="middle" allowscriptaccess="sameDomain" height="305" name="nackvision_timer04" pluginspage="http://www.macromedia.com/go/getflashplayer" quality="high" src="http://nackvision.com/goodies/clocks/nackvision_timer04.swf" type="application/x-shockwave-flash" width="303"></embed><br />

<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; direction: rtl; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right; unicode-bidi: embed;">
s3v3n

s3v3n
copyright©

Tiada ulasan: